Laprak Mikro [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rizal
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PEWARNAAN Nama Mhs NIM Asisten



: Aburizal Malik : 201910330311006 : Gibran Maulana Akbar



I.



TUJUAN  Mengetahui berbagai pewarnaan pada kuman yang digunakan sebagai salah satu cara mengidentifikasi kuman  Mengetahui gambaran mikroskopik hasil pewarnaan (bentuk, susunan, sifat terhadap pewarnaan).  Mengetahui cara pembuatan preparat dari berbagai spesimen dan berbagai pewarnaan pada kuman.



II.



DASAR TEORI Dasar teori tentang pewarnaan Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi,dinamakan pewarnaan sederhana. Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna tunggal. Pewarna tunggal yang biasanya digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah Methylene Blue, Basic Fuchsin, dan Crystal Violet . Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asam seperti Negrosin, Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Pewarnaan diferensial adalah pewarnaan yang mampu mendiferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram positif. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Sedangkan pengecatan struktural hanya bisa mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengectan endospora, flagela dan pengecatan kapsul.



III.



TUGAS PRAKTIKUM a. Tuliskan dasar teori tentang pewarnaan sebanyak 150 – 200 kata Pewarnaan Sederhana Disebut juga pewarnaan langsung oleh karena hanya menggunakan satu macam pewarna. Bahan warna yang digunakan : Safranin, Methylene blue, Gentian violet. Tujuan pewarnaan sederhana untuk melihat morfologi bakteri Sediakan: Biakan kuman berbentuk batang dankokus Metheline blue dan safranin B Gelas obyek & Ose Aquades steril



-



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



-



-



-



Kertas penghisap Cara : a. Buatlah sediaan kuman pada gelas obyek b. Tuangi sediaandengan pewarna Methylene blue atau Safranin selama 1menit c. Buang sisabahan warna danbilas dengan air, kemudian keringkanmenggunakankenas penghisap. d. Lihat di bawah mikroskop dengan lensa obyektif perbesaran 100x (beri 1 tetes minyak Pewarnaan Gram Tujuan pewarnaan Gram untuk melihat morfologi bakteri dan sifat pewarnaan kuman, bahan warna yang digunakan Kristal violet, Lugol, Alkohol 96 %, Safranin. Sediakan: Biakan kuman berbentuk batang dan kokus B Bahan pewarna untuk pewarnaan Gram Gelas Obyek & Ose Aquades Steril Kertas penghisap Cara: a. Buatlah sediaan (smear) kuman pada gelas obyek b. Tuangi sediaan dengan Kristal violet selama 1 menit, buang sisa Kristal violet dan bilas dengan air c. Tuangi sediaan dengan Lugolselama 1 menit, buang sisa Lugol dan bilas dengan air d. Tuangi sedian dengan Alkohol 96 & selama 5-10 detik atau sampai warna cat luntur dan buang sisa Altohol dan bilas dengan air. e. Tuangi sediaan dengan Safranin selama 5 menit, buang sisa safranin dan bilas dengan air f. Keringkan sediaan menggunakan tertas perghisap g. Lihat di bawah mikroskop dengan lensa obyektif perbesaran 1@x (beri 1 tetes minyak immersi) Pewarnaan Spora Merupakan pewarnaan khusus, tujuan pewarnaan Spora untuk melihat morfologi kuman terutama spora. Bahan warna yang digunakan : Malachite green, Safranin. Sediakan: Kuman pembentuk spora Bahan pewarna untuk pewarnaan spora metode Schaeffer Fulton Gelas obyek & ose Aquadest steril Air Cara Metode Schaeffer Fulton : a. Buatlah sediaan kuman pada gelas obyek. b. Tuangi sediaan dengan Malachitegreendan panaskan selama 5 menit, dijaga jangan sampai mendidih dan kering. Buang sisa pewarna dan bilas dengan air. c. Tuangi sediaan dengan Safranin selama / menit dan bilas dengan air. d. Keringkansediaandanlihat dibawah mikroskop. Lensaobyektif perbesaran 100x(beri 1tetes minyak immersi)



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



Cara “modifikasi tartan asam” a. Caranya sesuai dengan cara pewarnaan tartan asam namun tanpa menggunakan alkohol asam



-



Pewarnaan Tahan Asam Tujuan pewarnaan Tartan Asam untuk melihat morfologi bakteri dan sifat pewarnaan kuman, ada 2 golongan kuman Tartan Asam dan kuman non Tartan Asam. Bahan warna yang digunakan Carbol fuchin, Alkohol Asam, Methylene blue. Sediakan: Sputum penderita batuk menahun Gelas obyek & ose Bahan pewarna untuk pewarnaan Tartan Asam Zielhl Nielsen Cara: a. Buatlah sediaan dari bahan pemeriksaan sputum pada gelas obyek Sputum sudah basah maka untuk pembuatan sediaan tidak perlu aquades steril. Biarkan kering di udara, kemudian difiksasi. b. Tuangi sediaan dengan Carbol fuchsin dan panaskan selama 5 menit, dijaga jangan sampai mendidih dan kering. euang sisa carbol fuchsin dan bilas dengan air. c. Tuangi sediaan dengan alkohol asam sampai warna cat luntur. Buang sisa alkohol asam dan bilas dengan air. d. Tuangisediaandengan methylen blueselama menit. Buangsisa dan bilas dengan air. e. Keringkan sediaan dengan kertas penghisap dan lihat di bawah mikroskop. Lensa obyektif perbesaran 100x (beri 1 tetes minyak immersi). Pewarnaan Spora Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium. Struktur spora yang terbentuk di dalam tubuh vegetatif bakteri disebut sebagai ‘endospora’ (endo = dalam, spora=spora) yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi. Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan proses pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri. Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri, diantaranya yaitu metode Schaeffer-Fulton dan metode Dorner. Pada metode Schaeffer-fulton, pewarna yang digunakan adalah hijau malaksit dan safranin, sedangkan pada metode Dorner, pewarna yang digunakan adalah carbol fuchsin yang dipanaskan dan negrosin.



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



b. Carilah gambar contoh hasil pewarnaan yaitu Pewarnaan  Jenis pewarna yaitu Sederhana Methylen Blue.  Bakteri akan berwarna merah karena menyerap pewarnaan Methylen Blue.  Kekurangannya dari pewarnaan ini tidak dapat mengidentifikasi bakteri lebih jauh karena dibutuhkan beberapa kali pewarnaan. Pewarnaan Gram











Pewarnaan Spora







 



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



Bakteri Gram Positif menyerap pewarna Kristal Violet yaitu gambar biru keunguan diakibatkan lapisan peptidoglikan yang lebih tebal. Bakteri Gram Negatif menyerap pewarna safranin. Disampinng adalah gambar dengan pewarnaan spora yang menggunakan metode Schaeffer Fulton Pewarnaan ini akan menyerap warna merah dari pewarna Safranin. Digamabar tersebut terlihat spora terletak pada bagian terminal. Deskripsi hasil pewarnaannya adalah Berbentuk batang, menyerap pewarnaan merah dan spora berwarna hijau, letak spora berada di terminal



Pewarnaan Tahan Asam



 







Pewarnaan Jamur



  



Menggunakan pewarna Carbol Fuchin, Alkohol Asam, dan Methylene Blue. Carbol Fuchin akan menyerap warna merah, tetapi ketika disiram menggunakan alkohol asam, warnanya tidak hilang dan ketika diberikan pewarna Methylene Blue tidak menyerap pewarnaan biru. Hal ini mengindikasikan bateri tersebut tahan asam. Berbeda dengan bakteri yang tidak asam, nantinya akan menyerap pewarnaan biru dan terlihat berbeda dengan bakteri tahan asam. Pewarnaan ini adalah pewarnaan Lactophenol Cotton Blue (LPCB). Bertujuan untuk mengidentifikasi jenis jamur. Deskripsi hasil pewarnaannya adalah terlihat bentukan Spaghetti Meatball atau gumpalan hifa dan buddingnya.



c. Deskripsikan hasil pewarnaan tersebut dengan lengkap (bentuk, susunan dan sifat pewarnaan). 1. Pewarnaan Sederhana : Berbentuk bulat coccus dan menyerap pewarnaan biru 2. Pewarnaan Gram : Gambar Kiri  berbentuk bulat coccus dan menyerap pewarnaan biru. Gambar Kanan  Berbentuk batang (rod) dan menyerap pewarnaan merah 3. Pewarnaan Spora : Berbentuk batang, tampak spora berwarna hijau di terminal dan menyerap pewarnaan merah 4. Pewarnaan Tahan Asam : Berbentuk batang (rod) dan menyerap pewarnaan merah 5. Pewarnaan Jamur : Terdapat bentukan Blastospora, pseudohyphae



IV.



d. Tentukan kuman yang memiliki deskripsi yang dijelaskan pada no IIIc 1. Pewarnaan Sederhana : Tidak dapat ditentukan jenis bakterinya 2. E. Coli dan Staphylococcus aureus 3. Bacillus subtilis 4. Mycobacterium tuberculosis 5. Candida albican HASIL DAN PEMBAHASAN



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



1. Pewarnaan Sederhana



Hasil dari pewarnaan sederhana menggunakan Safranin. Tampak koloni dari mikroorganisme bakteri yang bewarna merah karena menyerapnya Safranin. Namun tidak bisa diidentifikasi lebih jauh jenisnya karena dibutuhkan pewarnaan dan tes lainnya. 2. Pewarnaan Gram



Hasil dari pewarnaan Gram menggunakan KLAS. Tampak dua gambar berbeda yang mewakili Gram Positif yang menyerap Kristal violet (Biru/Ungu) dan Gram Negatif yang menyerap Safranin. Hal ini dikarenakan struktur bakteri Gram Positif yang memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tebal sehingga masih menyisakan Kristal violet setelah penyiraman dengan alcohol. Pada gambar atas merupakan hasil pewarnaan Gram dengan hasil Positif. Tampak morfologi dari bakteri tersebut yang berbentuk coccus yang menggerombol atau ber-kluster. Bentukan ini merupakan khas dari bakteri Staphylococcus aureus. 3. Perwanaan BTA



Hasil dari pewarnaan BTA menggunakan Carbol Fuchsin, Alkohol asam, dan Methylene blue. Didapatkan hasil bakteri tahan terhadap asam. Hal ini dikarenakan warna merah yang masih terlihat pada bakteri dan warna bakteri tidak melebur dengan warna dasar.



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



4. Pewarnaan Spora .



Didapatkan hasil gram positif berspora. Disini dikatakan gram positif karena warna safranin pada pewarnaan spora bertindak sebagai warna primer sehingga bakteri target akan menyerap warna safranin yang memberikan efek warna merah. Sedangkan spora sendiri akan menyerap warna malacjite green sehigga memberikan warna hijau. Letak spora bermacam-macam. Letak central yakni letak spora tepat ditengah bakteri, letak terminal yakni letak spora di ujung bakteri, sedangkan letak subterminal berada diantara central dan terminal. 5. Pewarnaan Jamur a. KOH



Pewarnaan KOH bertujuan untuk menampakkan bentukan hifa serta jenis hifa yang dimiliki (bersepta atau tidak). Pada hasil gambaran, tidak tampak hifa sehingga merupakan jamur berbentuk yeast atau ragi. b. LPCB



Hasil pewarnaan Lactophenol Cotton Blue (LPCB). Pewarnaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis jamur. Pada hasil ini kemungkinan merupakan jamur Malassezia furfur yang khas bentukan spaghetti meatball atau gumpalan hifa dan buddingnya. V.



KESIMPULAN



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



Jadi dari praktikum pewarnaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, sebelum melakukan pewarnaan terlebih dahulu harus mengetahui tujuan dari pewarnaan. Dalam Pewarnaan bakteri dibagi menjadi dua yakni pewarnaan sederhana dan pewarnaan deferensial. Pewarnaan deferensial meliputi pewarnaan gram, pewarnaan spora dan pewarnaan tahan asam. Pada pewarnaan pastikan urutan penuangan warna urut dan sesuai agar hasil yang terlihat pada mikroskop dengan perbesaran 1000x dapat diidentifikasi. VI.



DAFTAR PUSTAKA



Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Mikrobiologi Putri, M.H, Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. Edisi tahun 2017. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



LEMBAR KERJA PRAKTIKUM TES KEPEKAAN KUMAN TERHADAP ANTIMIKROBA Nama Mhs NIM Asisten



: Aburizal Malik : 201910330311006 : Gibran Maulana Akbar



I.



TUJUAN  Mengetahui tentang tes kepekaan kuman terhadap antimikroba  Mengetahui metode difusi.  Mengetahui metode dilusi.



II.



DASAR TEORI Dasar teori tentang tes kepekaan kuman terhadap antimikroba Penyakit infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotika baik yang bersifat bakterisida maupun bakteriostatika. Untuk mengatasi penyakit dengan tepat diperlukan data kepekaan kuman penyebab infeksi tersebut terhadap antibiotika yang tersedia. Pengujian kepekaan antibiotik dapat dilakukan dengan metode difusi atau dilusi. Pada metode difusi prinsipnya adalah terdifusinya senyawa antimikroba ke dalam media padatyang telah diinokulasi dengan bakteri. Metode difusi dapat dilakukan dengan cara cakram atau sumuran. Pada metode difusi cakram, kertas cakram yang mengandung antibiotik diletakkan di atas media yang telah mengandung mikroba, kemudian diinkubasi dan dibaca hasilnya berdasarkan kemampuan penghambatan mikroba di sekitar kertas cakram. Metode difusi sumuran dilakukan dengan membuat sumuran dengan diameter tertentu pada media agar yang sudah ditanami bakteri.Antibiotik diinokulasikan ke dalam sumuran tersebut dan diinkubasikan.Zona jernih yang terbentuk di sekitar cakram atau sumuran merupakan indikator penghambatan antibiotik terhadap pertumbuhan mikroba. Metode pengujian berikutnya adalah dengan metode dilusi.Pada metode ini dibedakan menjadi metode dilusi cair dan metode dilusi padat. Pada metode dilusi cair, dapat menentukan minimum inhibitoryconcentration(MIC) atau kadar hambat minimum (KHM) dan minimum bacterial concentration (MBC)atau kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada agen medium cair yang ditambahkan dengan agen mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut dilanjutkan dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM. Metode Dilusi Padat serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 1) Konsentrasi 2) Waktu terpapar 3) Jenis mikroba 4) Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup III.



TUGAS PRAKTIKUM a. Tuliskan dasar teori tentang tes kepekaan kuman terhadap antimikroba sebanyak 150 – 200 kata



1. Disk Diffusion (Metode Diffusi) Merupakan metode yang paling sering digunakan. Pada praktikum ini digunakan metode Kirby- Bauer dengan memakai tablet pembanding yang dibuat NCCLS. Pada tes ini digunakan cakram yang mengandung antimikroba tertentu dengan Consent rasi tertentu pula. Sediakan: • Medium padat DST atau MH pada plate • Biakan cair kuman yang dites dengan tingkat kekeruhan kuman sesuai dengan standard Me Farland 0,5 (1,5 x 10 selkuman.ml) • Cakram antimikroba • Lidikapas steril Cara : 1. Dengan lidi kapas steril ambilah biakan cair kuman dari tabung yang disediakan. 2. Lidi kapas ditekan sedikit pada tepi tabung(agar tidak terlalu basah), kemudian lidi kapas dioleskan pada media agar plate sampai permukaannya rata dengan biakan kuman. 3. Setelah agak kering (biarkan kira-kira 2menit), pasanglah cakram antimikrobanya. Yang perlu diingat adalah: - Jarak cakram dengan tepi plate tidak kurang dari 15 mm. Jarak cakram dengan cakram tidak kurang dari 24 mm Sekali cakram sudah ditempelkan pada agar, tidak boleh digeser atau dipindahkan. 4. Agar plate tersebut dieramkan / diinkubasi pada suhu 37 selama 18-24jam 5. Keesokan harinya dibaca dan diukur hasilnya. Untuk menentukan kriteria apakah kuman sensitive / resisten, maka diameter daerah hambatan pertumbuhan kuman di sekitar cakram antimikroba dicocokkan dengan tabel standart dari NCCLS. Selain metode diffusi menurut Kirby-Bauer, juga dikenal metode diffusi menurut Joan- Stokes. Pada metode ini untuk menentukan kriterianya digunakan kuman kontrol yang diinokulasikan pada kondisi yang sama dengan kondisi yang dilakukan terhadap kuman yang dites, sehingga kita dapat membandingkan zona inhibisisi yang terjadi pada kuman yang di tes terhadap kuman kontrol.



Kriteria: LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



Sensitif: apabila radius zona inhibisisi lebih luas atau sama dengan kontrol atau lebih kecil dari kontrol tetapi selisih radius dengan kontrol tidak lebih dari 3 mm. Intermediate: apabila radius zona inhibisisi lebih besar dari 3 mm, tetapi lebih kecil dari kontrol dengan selisih radius dengan kont rol lebih dari 3 mm Resisten: apabila radius zona inhibisisi 3 mm 2. Tube Delusion Test (Metode Delusi) Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap / tehnik pengenceran serial, kemudian larutan tersebut ditambahkan perbenihan cair yang telah mengandung kuman yang dites. Metode dilusi ini dapat dilakukan dengan menggunakan larutan broth cair dalam tabung atau agar padat pada plate. Pada cara yang menggunakan agar padat, larutan antimikroba yang sudah diencerkan secara serial dicampurkan ke dalam medium agar yang masih cair (tetapi tidak terlalu panas) kemudian dibiarkan agartersebutmemadat selanjutnya barudiinokulasidengan kuman.Hasil akhir dari metode dilusi ini akan dapat diketahui : KHM (Kadar Hambat Minimal) dari antimikroba dan KBM (Kadar Bunuh Minimal) dari antimikroba Sediakan : - Tabung steril 6 buah - Antimikroba - Perbenihan cair kuman - MH agar plate - MH broth sebagai larutan pengencer Cara : 1. Berilah nomor 1 s/d 6 pada tabung steril yang disediakan 2. Buat larutan antimikroba dengan kadar tertentu 64 pg 3. Masukkan MH broth (0,5 ml) kedalam tabung 2 s/d 6(kecuali tabung No 1 4. Masukkan larutan antimikroba (0,5 ml) kedalam tabung 1 & 2 5. Campurlah hingga rata larutan broth dan larutan antimikroba pada tabung 2, kemudian pindahkan sebanyak(0,5 ml) ke dalam tabung 3 6. Campurlah hingga rata larutan pada tabung 3, kemudian pindahkan sebanyak(0,5ml)ke dalam tabung 4 7. Kerjakan hal yang sama terhadap tabung 4 s/d 6 8. Pada tabung 6, setelah tercampur rata larutan dibuang sebanyak 0,5ml 9. Dari pengenceran diatas, maka konsentrasi awal dari masing-masing tabung (antimikroba) adalah seperti terlibat pada skema 10. Ke dalam masing-masing tabung, kemudian ditambahkan perbenihan cair kuman sebanyak (0,5 ml). Dengan demikian volume masing-masing tabung menjadi 0,1 ml sehingga konsentrasi akhir antimikroba berubah 11. Semua tabung dieramkan pada suhu 37 C selama 18-24jam 12. Perhatikan dan catat pada tabung beberapa tampak terjadi kekeruhan KHM adalah konsentrasi antimikroba terendah yang mampu menghambat pertumbuhan kuman (ditandai dengan tidak adanya kekeruhan pada tabung) 1. Tanam isi tabung (0,1 ml) yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan (kekeruhan) pada medium agar MH padat LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



2. EramLan agar MH padat pada suhu 37 selama 18-24jam 3. Hitunglafi jumlah pertumbuhan koloni pada tiap agar. KBM adalah konsentrasi antimikroba terendah yang mampu membunuh kuman, tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni kuman. Pada antimikroba tertentu masih menunjukkan adanya pertumbuhan (tidak steril) dapat disebut KBM jika pertumbuhan koloni kuman 0,1% dari jumlah koloni kuman dari original inoculum (kuman yang mati sejumlah 99,9%) b. Carilah gambar dan deskripsikan tes kepekaan kuman terhadap antimikroba



1. Tes difusi



Dilakukan tes pada bakteri Elizabethkingia meningoseptica. Cakram yang digunakan rifampisin, ciprofloxacin, vancomisin, amoxicillin, sulfamethoxazole, dan colistin. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa bakteri tersebut resisten terhadap amoxicillin, colistin, dan ciprofloxasin. Bakteri tersebut sensitif terhadap vancomisin, rifampisin, dan sulfamethoxazole. 2. Tes dilusi a. KHM



Dilakukan tes kepekaan antimikroba menggunakan ekstrak infusa daun sirih. Lalu pada tes dilusi cair didapatkan pada konsentrasi 50% terlihat LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



keruh, konsentrasi 25% keruh bergelembung, konsentrasi 12,5% keruh bergelembung, konsentrasi 6,25% jernih, konsentrasi 3,125% jernih, dan konsentrasi 1,5625% jernih. Berdasarkan hasil yang didapatkan maka KHM berada pada konsentrasi 6,25%. b. KBM



Dilakukan tes kepekaan antimikroba menggunakan metode dilusi dengan penanaman agar plate. Menggunakan ekstrak Daun Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) terhadap Klebsiella pneumoniae. Didapatkan KBM berada pada konsentrasi 25%. IV.



HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tes Diffusi



Setelah diletakkan 4 cakram antibiotik dengan ukuran diameter yang beragam: a. Tetracyclin, 10 mm b. Ampicillin, 22 mm c. Chloramphenicol, 30 mm d. Sulfametoxazole, 27 ml Berdasarkan NCCLS : a. Tetracylin dianggap resistan karena dibawah 10 mm b. Ampicillin dianggap sensitif karena diatas 14 mm c. Chloramphenicol dianggap sensitif karena diatas 18 mm d. Sulfametoxazole dianggap sensitif karena diatas 17 mm



LAB MIKROBIOLOGI FK-UMM



2. Tes Dilusi  KHM



Setelah inkubasi 37 derajat selama 24 jam, pada keenam tabung dengan konsentrasi antimikroba yang berbeda (tabung 1 100% s/d 6 3,125%), maka KHM adalah 3,125% atau dapat lebih rendah lagi dikarenakan belum mengalami kekeruhan pada tabung ke-6 dengan konsentrasi 3,125%.  KBM



Setelah inkubasi 37 derajat selama 24 jam, dengan 1000 koloni kuman pada plate kontrol dan toleransi pertumbuhan adalah 0,1 %, maka jumlah koloni yang ditoleransi untuk tetap tumbuh dengan keberadaan antimikroba ekstrak bawang merah adalah 10 koloni. Kadar persen antimikroba yang memiliki koloni dibawah 10 (ditemukan 2 koloni) pada tabungnya adalah tabung 50%, sehingga KBM antimikroba adalah 50%. V.



KESIMPULAN



Dalam praktikum tes kepekaan kuman terhadap antimikroba dilakukan beberapa percobaan yaitu percobaan difusi dan percobaan dilusi. Pada percobaan dilusi Kadar Hambat Minimal (KHM), antimikroba ekstrak bawang merah memiliki nilai KHM 3,125% atau lebih rendah karena pada 3,125% belum menampakkan kekeruhan, serta pada percobaan dilusi Kadar Bunuh Minimal (KBM), antimikroba ekstrak bawang merah memiliki nilai KBM 50% dengan jumlah koloni 2 (toleransi koloni