13 0 15 MB
PERKAWINAN DAN AKTIVITAS SEKSUAL
FERTILITAS DAN MORTALITAS
KELUARGA BERENCANA
KESEHATAN IBU
KESEHATAN ANAK
PENGETAHUAN TENTANG HIV AIDS
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017
Median umur kawin pertama (UKP) wanita kawin umur 25-49 menurut latar belakang karakteristik, SDKI 2017
PERKAWINAN DAN AKTIVITAS SEKSUAL
Tempat tinggal Perkotaan
22,9
Perdesaan
20,8
Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SLTA
18,2 19,3 19,8 20,7
Tamat SLTA
23,4
Kuintil kekayaan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas
20,4 20,9 21,4 22,1 23,8
Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, pendidikan, dan kuintil kekayaan median umur kawin pertama bagi wanita 25-49 tahun diperdesaan masih rendah (20,9 tahun) dari umur ideal wanita menikah yaitu 21 tahun. Wanita yang berpendidikan rendah masih mempunyai median usia kawin 18,2 tahun dan kuintil terbawah 20,4 tahun.
Median umur kawin pertama (UKP) wanita kawin umur 25-49 menurut provinsi, SDKI 2017 DKI Jakarta DI Yogyakarta Kepulauan Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Bali Nusa Tenggara Timur Aceh Maluku Riau Papua Barat Kalimantan Utara Bangka Belitung INDONESIA Jawa Tengah Banten Sulawesi Utara Kalimantan Timur Jawa Timur Sulawesi Selatan Maluku Utara Lampung Sumatera Selatan Jawa Barat Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat Bengkulu Jambi Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Papua Gorontalo Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah
21,9 21,8 21,8 21,8 21,8 21,7 21,7 21,7 21,5 21,4 21,3 21,3 21,3 21,2 21,2 21,1 21,1 21 20,9 20,9 20,8 20,8 20,8 20,8
22,4 22,2 22,2
23 22,9 22,8
23,2
23,5 23,5
Median umur kawin pertama (UKP) dan median umur pertama melakukan hubungan seksual pada wanita dan pria kawin, SDKI 2017
23,9 23,8
Terdapat beberapa wilayah provinsi yang masih rendah median umur kawin pertama wanita yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Papua, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
24,2
21,8
24,6
21,8
Wanita kawin 25-49 Umur hubungan seksual pertama
Pria kawin 25-54 Umur kawin pertama
Hal ini mengindikasikan bahwa wanita melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya ketika menikah, sedangkan pria cenderung melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Angka kematian neonatal (AKN) menurun dari 19 per 1000 kelahiran hidup SDKI 2012 menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup. Angka AKN tersebut telah mengalami penurunan yang besar dibandingkan SDKI 1991, yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup.
Tren Angka Kematian Neonatal, Kematian Bayi, dan Kematian Balita, SDKI 1991-2017 AKN
97
AKB
AKBA
81 68 57
1991
58 46
32
30
1994
Hasil SDKI 2017 menunjukan penurunan angka kematian bayi (AKB) yang lebih tinggi dibanding AKN yaitu dari 68 per 1000 kelahiran hidup hasil SDKI 1991 menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup.
22
1997
46
44
35
34
20
19
2002-03
40 19
2007
2012
Pada SDKI 2002-03 angka kematian balita (AKBA) sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup, turun menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup dari hasil SDKI 2007 dan turun kembali menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup (hasil SDKI 2012) dan hasil SDKI 2017 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup.
32 24 15
32
2017
Kematian Bayi Menurut Karakteristik Latar Belakang, SDKI 2017 Tempat Tinggal 24
Perdesaan Perkotaan
23
Pendidikan
Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SLTA Tamat SLTA Perguruan tinggi
49 46 27
AKBA di pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan, yaitu 24 berbanding 23 bayi meninggal dari 1000 kelahiran hidup.
26 22 23
Kuintil Kekayaan Terendah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas
40 26 23 24 20
Pendidikan ibu berperan terhadap tingkat kematian anak. AKBA paling tinggi terjadi di antara balita dari ibu yang tidak sekolah (82 per 1.000 kelahiran hidup). AKBA di antara anak dari ibu yang tidak sekolah, tiga kali lebih tinggi dibandingkan anak dari ibu yang tamat perguruan tinggi Kematian anak yang terjadi dari keluarga dengan kuintil kekayaan terbawah 2 kali lebih tinggi dibanding anak dari keluarga dengan kuintil kekayaan teratas (52 dan 24 per 1.000 kelahiran hidup) kuintil kekayaan teratas (52 dan 24 per 1.000 kelahiran hidup)
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017
FERTILITAS DAN MORTALITAS
Tren Angka Fertilitas Total, SDKI 1991-2017
Hasil
SDKI 2017 menunjukkan angka fertilitas total (Total Fertility Rate atau TFR) untuk tiga tahun sebelum survei sebesar 2,4 anak per wanita, yang berarti seorang wanita di Indonesia rata-rata melahirkan 2,4 anak selama hidupnya.
3
2,9
2,8 2,6
2,6
2,6
2,4
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka TFR ini menunjukkan penurunan, yaitu 3 anak pada tahun 1991, kemudian 2,9 anak pada tahun 1994, dan menjadi 2,8 anak pada tahun 1997. SDKI 2002-2003 sampai dengan SDKI 2012, TFR tetap sebesar 2,6 anak. 1991
1994
1997
Fertilitas Menurut Karakteristik Latar Belakang, SDKI 2017 Tempat Tinggal 2,6
Perdesaan
2,3
Perkotaan
Pendidikan 2,7 2,8 2,9
Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SLTA
2,5 2,5 2,3
Tamat SLTA Perguruan tinggi
Kuintil Kekayaan
2017
Bali Jawa Timur Sulawesi Utara DI Yogyakarta DKI Jakarta Kepulauan Riau Banten Jawa Tengah Bangka Belitung Lampung Bengkulu Jambi Indonesia Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Jawa Barat Gorontalo Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat Sumatera Barat Sumatera Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Barat Aceh Sulawesi Tenggara Kalimantan Utara Maluku Utara Riau Sumatera Utara Papua Barat Papua Maluku Nusa Tenggara Timur
2,6
Menengah bawah Menengah
2,3
Menengah atas
2,3
2,1
2.1 2.1 2.2 2.2 2.2 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.4 2.4 2.4 2.4 2.5 2.5 2.5 2.5 2.6 2.7 2.7 2.7 2.7 2.7 2.8 2.8 2.9 2.9 2.9
3.2 3.3 3.3 3.4
Provinsi Jawa Timur dan Bali mempunyai angka TFR yang paling rendah, masing-masing yaitu 2,1 anak Sedangkan provinsi dengan angka TFR tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (3,4 anak).
2,9
Terbawah
Teratas
2002-03 2007 2012
Angka Fertilitas Menurut Provinsi, SDKI 2017
Angka fertilitas total di daerah perkotaan sedikit lebih rendah dibandingkan daerah perdesaan, yaitu 2,3 dan 2,6 anak. Secara umum semakin tinggi pendidikan dan kuintil kekayaan semakin rendah angka fertilitas total.
DI Yogyakarta Kalimantan Tengah Bangka Belitung Bengkulu Jawa Timur Jambi Lampung Kalimantan Selatan Sumatera Selatan Sulawesi Utara Bali Kalimantan Barat Kalimantan Timur Jawa Tengah Sulawesi Tengah Indonesia Jawa Barat Gorontalo Banten Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Kepulauan Riau DKI Jakarta Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Kalimantan Utara Nusa Tenggara Barat Maluku Utara Aceh Nusa Tenggara Timur Maluku Papua Barat Papua
Tempat Tinggal Perkotaan
11
Perdesaan
10
Pendidikan 12
Tidak sekolah Tidak tamat SD
12 10
Tamat SD Tidak tamat SLTA
11
Tamat SLTA
11 10
Perguruan Tinggi Kuin l Kekayaan
11
Terbawah Menengah bawah
10
Menengah
10
Menengah atas
10 12
Teratas
Persentase kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi di antara wanita yang tidak sekolah dan tidak tamat SD (masing-masing 12%) lebih tinggi dibandingkan dengan katagori pendidikan lainnya.
39
41
38
41
47
54 54 53 52 52 52 50
62 62 60 60 59 58 57 57
64 63
71 71 70 70 70 68 68 67 67 67 67 66 66
73
Persentase wanita yang memakai suatu alat/cara KB tertinggi di DI Yogyakarta dan terendah di Papua
Tren angka putus pakai alat/cara KB* wanita umur 15-49, SDKI 2007-2017
46
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017
Persentase wanita kawin umur 15-49 yang memakai suatu alat/cara KB menurut provinsi, SDKI 2017
Persentase wanita kawin umur 15-49 dengan kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi menurut karakteristik latar belakang, SDKI 2017
38
28 23
25
34
31 27
27
25
24 23
26
26 27
20
6
8
10 6
6
* Angka putus pakai alat/cara KB adalah persentase episode pemakaian alat/cara KB yang dihentikan dalam waktu 12 bulan Persentase putus pakai Pil KB paling tinggi dan meningkat dari 39% (SDKI 2007), 41% (SDKI 2012), menjadi 46% (SDKI 2017).
9 1 1
Pil KB
Suntik KB
Kondom
Susuk KB
IUD
Sterilisasi Wanita 2007
2012
Pantang Berkala 2017
Sanggama Terputus
Semua Cara
Persentase putus pakai Suntik KB juga meningkat dari 23% (SDKI 2007), 25% (SDKI 2012), menjadi 28% (SDKI 2017).
76
KELUARGA BERENCANA
Persentase wanita kawin umur 15-49 yang memakai
Persentase wanita kawin umur 15-49 menurut pemakaian alat/cara KB modern dan karakteristik latar belakang
alat/cara KB, SDKI 1991-2017 57
55
50
55
52
47
SDKI 1991
SDKI 1994
61
62
64
57
57
58
57
Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan
55
59
Pendidikan
3
3
3
60
4
SDKI 1997
Suatu Cara
4
SDKI 2002/2003 SDKI 2007
Metode Modern
4
6
SDKI 2012
SDKI 2017
35
Tidak Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SLTA Tamat SLTA Perguruan Tinggi
46
Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas
Persentase wanita yang memakai suatu alat/cara KB meningkat dari 50% (SDKI 1991) menjadi 64% (SDKI 2017).
56
61 60
56 52
Status Migrasi* Migran** Bukan Migran***
Persentase wanita kawin umur 15-49 yang memakai
Persentase wanita pakai alat/cara KB modern paling rendah pada wanita yang tidak sekolah (35%), dan juga pada wanita dengan kuintil kekayaan teratas (52%)
62
54
Kuin l Kekayaan
Metode Tradisional
57
54
58
45
*Status migrasi dalam hal ini adalah migran risen **Migran adalah tempat nggal provinsi sekarang berbeda dengan tempat nggal lima tahun yang lalu. ***Bukan migran adalah tempat nggal 5 tahun yang lalu dan sekarang sama
alat/cara KB menurut alat/cara KB yang dipakai, SDKI 2012-2017
Persentase wanita kawin umur 15-49 tahun dengan kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi, SDKI 1991-2017 Sun k KB
29
17 15
13 12
Pil KB
13
5 5
Spiral
Senggama terputus
1
Kondom Pantang berkala
4
3 2 2
9
9
8
8
4 3
Sterilisasi wanita
11
5 9
2
13 11
3
Susuk KB
Sterilisasi Pria
32
7
7
0 0
5
5
Persentase wanita pakai Suntik KB tertinggi dibandingkan dengan alat/cara KB modern lainnya menurut SDKI 2012 (32%) dan SDKI 2017 (29%).
4
SDKI 1991
SDKI 1997
SDKI 2002/2003
SDKI 2007
4
SDKI 2012
Menjarangkan kelahiran
SDKI 2012
SDKI 2017
7
Membatasi kelahiran Total kebutuhan ber-KB tidak terpenuhi
SDKI 2017
Tren Penolong Persalinan, SDKI 2007-2017
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017
KESEHATAN IBU
Tren Tempat Persalinan, SDKI 2007-2017 9 SDKI 2007
SDKI 2012
Rumah
SDKI 2017
Tenaga kesehatan (dokter kandungan, dokter umum, bidan dan perawat)
79
Fasilitas Kesehatan
63 54 46
37 21
Dukun dan lainnya
SDKI 2017 SDKI 2007
SDKI 2012
Tren cakupan pemeriksaan kehamilan, SDKI 2007-2017 Persentase wanita umur 15-49 yang mempunyai anak lahir hidup dalam 5 tahun sebelum survei (untuk anak lahir terakhir) Di Indonesia, setiap ibu hamil dianjurkan mendapatkan pelayanan kesehatan kehamilan yang komprehensif dan berkualitas guna mempersiapkan persalinan yang bersih, aman dan sehat. Setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan, ibu hamil harus mendapatkan pelayanan yang terdiri dari: pemeriksaan perut, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi rahim, perhitungan denyut jantung janin, pemberian imunsasi tetanus toksoid, pemberian tablet zat besi, pemeriksaan lingkar lengan, pemeriksaan darah dan urin, serta pemberian konseling.
Masalah dalam mengakses pelayanan kesehatan berdasarkan SDKI 2017 Memperoleh uang untuk berobat 26%
Tidak berani 45 %
Jarak ke fasilitas kesehatan 19%
Memperoleh ijin untuk berobat 10%
93 82 75 66
SDKI 2007
96 88 80 74
SDKI 2012
98 91 82 77
SDKI 2017
Pemeriksaan ANC oleh nakes terampil (K1) Pemeriksaan ANC minimal 4 kali Pemeriksaan ANC pertama kali pada trimester 1 (K1 ideal) Pemeriksaan ANC 4 kali (K4)
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2 yaitu: paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga. Persentase wanita yang mendapatkan pelayanan ANC minimal 1 kali (K1) dari tenaga kesehatan yang kompeten mengalami sedikit peningkatan, yaitu dari 93 persen pada SDKI 2007 menjadi 98 persen pada SDKI 2017. Sementara itu, cakupan indikator ANC K4 pada SDKI 2017 (77%) meningkat 11 persen dibandingkan dengan SDKI 2007 (66%).
Persentase anak sakit dibawa ke fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan, SDKI 2017
92
90
80
Persentase anak balita dengan gejala dalam 2 minggu sebelum survei, SDKI 2017
31 14 4 MAM ISPA DE
DIARE
IARE MAM D E D A P IS
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), demam, dan diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak balita. Pada SDKI 2017, demam yang terjadi pada balita dalam waktu 2 minggu sebelum survei paling banyak dilaporkan (31%) dibandingkan dengan diare (14%) maupun ISPA (4%). Disisi lain, persentase anak yang dibawa ke fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan karena terkena ISPA (92%) lebih tinggi bila dibandingkan dengan anak yang terkena demam (90%) maupun diare (80%).
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017
KESEHATAN ANAK
Tren Imunisasi Anak Umur 12-23 Bulan, SDKI 2002-2017 83 85
89 91 77 67
72
87
83 74 76
72
66
76
80 66
70
59
58 52
BCG SDKI 2002-2003
DPT3 SDKI 2007
POLIO 3 SDKI 2012
CAMPAK
LENGKAP
...............................
SDKI 2017
Program Imunisasi di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1980 untuk menghilangkan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, termasuk hepatitis B, polio, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, pneumonia. Program imunisasi lengkap merupakan salah satu indikator yang ditetapkan dalam rencana strategis pemerintah. Kriteria imunisasi lengkap menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 42 Tahun 2013 adalah mendapatkan satu dosis vaksin BCG; tiga dosis vaksin DPT-HB atau DPT-HB-Hib; empat dosis vaksin polio (polio 1-4); dan satu dosis vaksin campak. Cakupan imunisasi untuk setiap vaksin dan imunisasi lengkap telah meningkat sejak SDKI 2002-2003, dari 52 persen ke 70 persen pada SDKI 2017. (catatan: kriteria imunisasi lengkap pada tiap SDKI berbeda-beda menurut kebijakan yang berlaku pada saat tersebut)
Pengetahuan pria tentang HIV AIDS berdasarkan provinsi
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017
Persentase pria umur 15-49 yang pernah mendengar tentang HIV AIDS, SDKI 2017 DKIJakarta Sulawesi Utara Papua Barat DI Yogyakarta Bali Kep. Riau Bangka Belitung Kalimantan Timur Jawa Tengah Banten Kalimantan Selatan Sumatera Utara Papua Sumatera Barat Kalimantan Utara Indonesia Sumatera Selatan Jawa Barat Lampung Bengkulu Jawa Timur Riau Maluku Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat Jambi Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Gorontalo Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Aceh Maluku Utara Sulawesi Barat
99 97 96 94 94 94 93 91 88 88 87 87 86 85 85 83 83 82 82 82 81 81 81 80 77 76 76 72 70 70 69 63 62 60 58
Persentase pria yang mengetahui tentang HIV AIDS tertinggi di DKI Jakarta dan terendah di Sulawesi Barat.
PENGETAHUAN TENTANG HIV AIDS
Pengetahuan tentang HIV AIDS menurut pendidikan Pengetahuan tentang pencegahan penularan HIV AIDS pada wanita dan pria kawin meningkat seiring meningkatnya pendidikan.
Pengetahuan tentang HIV AIDS menurut daerah tempat tinggal Persentase wanita umur 15-49 tahun dan pria kawin umur 15-54 yang pernah mendengar HIV AIDS, SDKI 2017
90
74
66 44 20
96 96
76
99 99
72
53
26
Perdesaan Wanita
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Wanita
Tidak tamat Tamat SLTA SLTA
Pria
Perguruan tinggi
Perkotaan Pria
Pengetahuan tentang HIV AIDS lebih tinggi pada wilayah perkotaan dibandingan dengan di perdesaan.
Persentase wanita yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV AIDS*) meningkat dari 11 persen (pada SDKI 2012) menjadi 15 persen pada SDKI 2017. Hal yang sama juga terjadi pada pria kawin, persentasenya meningkat dari 12 persen pada SDKI 2012 menjadi 16 persen pada SDKI 2017. Tren pengetahuan komprehensif tentang HIV AIDS, SDKI 2012-2017 15 11
16
Persentase wanita umur 15-49 yang pernah mendengar tentang HIV AIDS, SDKI 2017
91
Persentase wanita umur 15-49 dan pria kawin umur 15-54 yang pernah mendengar HIV AIDS, SDKI 2017
87 87
Pengetahuan wanita tentang HIV AIDS berdasarkan provinsi
*)Pengetahuan komprehensif tentang HIV AIDS: mengetahui bahwa penggunaan kondom secara konsisten pada saat berhubungan seksual dan hanya memiliki satu pasangan yang tidak terinfeksi dapat mengurangi kemungkinan tertular HIV, mengetahui bahwa orang yang nampak sehat dapat terinfeksi
DKI Jakarta DI Yogyakarta Bali Sulawesi Utara Kep. Riau Kalimantan Timur Jawa Tengah Bangka Belitung Jawa Timur Sumatera Barat Jawa Barat Papua Barat Lampung Indonesia Kalimantan Selatan Kalimantan Utara Sumatera Utara Banten Riau Jambi Maluku Bengkulu Gorontalo Sulawesi Selatan Aceh Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Papua Sumatera Selatan Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Sulawesi Barat Kalimantan Barat
61 59
68 68 67 65
75 73 72 72 72 71 71 71
89 88 88 87 86 85 84 83 82 81 81 81 80 80 79 79
HIV, dan menolak pemahaman yang salah tentang cara
12
penularan atau pencegahan HIV.
SDKI 2017
SDKI 2012 Wanita Pria
Persentase wanita yang mengetahui tentang HIV AIDS tertinggi di DKI Jakarta dan terendah di Kalimantan Barat.
96 94 94 93 93
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dilaksanakan bersama oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) serta Kementrian Kesehatan. Pembiayaan survei disediakan oleh pemerintah Indonesia. ICF International menyediakan bantuan teknis melalui proyek MEASURE DHS, sebuah program yang didanai oleh U.S Agency for International Development (USAID)
Puslitbang Kependudukan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jalan Permata No.1, Halim Perdanakusumah, Jakarta 13650 Telp. : (021) 8098018, 8009029 Fax. : (021) 800-8557 Email : [email protected] www.bkkbn.go.id
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA
2017