Lembar Kerja Mahasiswa 2 Naufal Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Lembar Kerja Mahasiswa 2 Nama : Naufal Ulil Albab Kelas : 7B NIM : 180103067 Prodi : S1 Keperawatan



1. Jelaskan pengertian dari artritis! Artritis adalah peradangan pada satu atau lebih persendian, yang disertai dengan rasa sakit, kebengkakan, kekakuan, dan keterbatasan bergerak. 2. Jelaskan tipe-tipe dari artritis! • Rheumatoid Arthritis (RA) Pada rheumatoid arthritis, sistem kekebalan tubuh menyerang membran sinovial yang mengakibatkan nyeri, pembengkakan, serta kekakuan pada sendi. Disebabkan karena sistem imun tubuh yang terlalu reaktif menyerang bagian sendi. Bagian sendi yang diserang adalah pada bagian lapisan sendi (synovium). Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sendi jangka panjang, yang mengakibatkan rasa sakit kronis, kehilangan fungsi dan kecacatan. • Osteoartritis disebut juga sebagai penyakit sendi degeneratif yang disebabkan oleh proses penuaan. Menyerang berbagai sendi seperti pada lutut, pinggul, tulang belakang, kaki, dan pangkal ibu jari. Kondisi kronis ini ditandai dengan kerusakan tulang rawan sendi. Tulang rawan adalah bagian dari sendi yang sering terserang, terutama pada bantalan ujung tulang yang dapat memungkinkan pergerakan sendi menjadi mudah. Kerusakan tulang rawan menyebabkan tulang saling bergesekan, serta menyebabkan kekakuan dan rasa sakit pada sendi. • Psoriatic Arthritis Psoriatic arthritis memiliki banyak kesamaan dengan rheumatoid arthritis, terutama karena keduanya merupakan penyakit autoimun. Kondisi ini sering terjadi pada orangorang yang menderita psoriasis. Penyakit ditandai dengan peradangan pada sendi, yang diikuti oleh pembengkakan dan nyeri. Jika tidak ditangani dapat menyebabkan sendi menjadi lumpuh. • Gout Gout disebabkan karena gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh, sehingga menghasilkan kristal asam urat yang disimpan pada sendi, terutama pada jempol kaki. Akibatnya sendi menjadi bengkak, kemerahan, dan nyeri. • Juvenile Arthritis



Juvenile arthritis adalah radang sendi yang memicu peradangan dan kekakuan sendi selama lebih dari 6 minggu, pada anak berusia 16 tahun atau lebih muda. Peradangan dapat menyebabkan kemerahan, bengkak, dan nyeri pada sendi, meskipun banyak anak yang mengalaminya tidak mengeluh nyeri. • Septic Arthritis Septic arthritis disebabkan karena infeksi oleh jamur, virus, atau bakteri. Pada septic arthritis, kuman menyusup ke dalam sendi dan menyebabkan nyeri yang parah disertai pembengkakan. Biasanya kuman hanya menyerang satu sendi. Bakteri paling sering menyerang lutut, meskipun sendi lain juga dapat terkena, termasuk pinggul, pergelangan kaki, siku, dan bahu. • Ankylosing Spondylitis Ankylosing Spondylitis merupakan penyakit kronis yang dapat mengakibatkan peradangan yang cukup parah, terutama pada tulang belakang. Kondisi ini dapat menyebabkan kekakuan pada tulang belakang. Nyeri punggung bawah yang disertai dengan kekakuan yang terus-menerus selama beberapa bulan merupakan gejala yang paling sering muncul. • Polymyalgia Rheumatica Kondisi ini sering menyerang penderita yang berusia di atas 50 tahun. Polymyalgia rheumatica menyebabkan sakit parah dan kekakuan pada bahu, pinggul, dan leher. Karena gejala yang muncul mirip dengan kondisi lain, membuat polymyalgia rheumatica sering kali sulit didiagnosis secara akurat. Namun, jika didiagnosis cukup dini, biasanya responsnya akan baik terhadap pengobatan yang dilakukan. • Systemic Lupus Erythematosus Systemic lupus erythematosus adalah penyakit autoimun yang mempengaruhi seluruh sistem tubuh bersamaan dengan beberapa organ dalam. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita ketika pada masa-masa pengasuhan anak. Systemic lupus erythematosus bisa mengancam jiwa, sehingga penting untuk dilakukan diagnosis secara dini. • Fibromyalgia Jenis arthritis ini mempengaruhi jaringan lunak tubuh dan disebabkan karena kerusakan fungsi neurotransmitter di otak yang ditandai dengan kekakuan, pegal, dan nyeri otot. 3. Jelaskan perbedaan reumatoid, gout dan osteo artritis! • Rheumatoid o Penyakit di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan yang sehat, menyebabkan peradangan yang merusak sendi. o Dapat memengaruhi setiap sendi di tubuh, tetapi sendi tulang kecil di tangan dan kaki yang paling terpengaruh. o Menyebabkan nyeri atau kekakuan berkepanjangan (berlangsung lebih dari 30 menit) di pagi hari atau setelah istirahat panjang. o Memengaruhi sendi yang sama di kedua sisi tubuh (simetris), meskipun pada awalnya mungkin hanya satu sisi.



o



Berlangsung untuk waktu yang singkat, atau gejala bisa datang dan pergi. Bentuk rheumatoid arthritis yang berat dapat berlangsung seumur hidup. o Dapat memengaruhi bagian tubuh selain sendi, seperti mulut, mata, ginjal, jantung dan paru-paru sehingga menyebabkan kelelahan ekstrim, penurunan berat badan dan malaise (lesu). • Gout Disebabkan kelebihan asam urat di dalam tubuh yang berlangsung bertahuntahun sehingga terjadi penumpukan asam urat yang mengkristal di sendi yang terkena. Biasanya mempengaruhi sendi yang lebih besar di pergelangan kaki, tumit, lutut, pergelangan tangan, jari, siku dan lain-lain. Kekakuan akibat gout hadir hanya pada saat serangan terjadi, biasanya di malam hari setelah mengkonsumsi makanan tinggi purin atau obat perangsang air seni (diuretik). Dapat melibatkan hanya satu sendi tunggal. Rasa sakit dan bengkak gout dapat hilang dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup. Bila timbul kembali, gout biasanya menyerang sendi yang sama atau sendi yang sama di sisi lain tubuh.Hanya memengaruhi sendi. • Osteo artritis Kerusakan dan keausan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan. Penyebab osteoarthritis adalah proses penuaan, cedera, kelemahan tulang atau penggunaan sendi berulang/ terlalu berat.paling umum menyerang bantalan sendi berat seperti pinggul dan lutut.Pada osteoarthritis, rasa sakit timbul setelah beraktivitas. Kekakuan di pagi hari hanya berlangsung singkat (kurang dari setengah jam), dan rasa sakit persendian dapat memburuk di sepanjang hari.Dapat melibatkan hanya satu sendi tunggal Kerusakan sendi osteoarthritis bersifat permanen.Hanya memengaruhi sendi 4. Jelaskan etiologi artritis pada lansia! Penyebab radang sendi berbeda-beda. Berdasarkan penyebabnya, radang sendi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: •Osteroarthritis Osteoarthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh penipisan dan kerusakan tulang rawan. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya gesekan langsung antartulang. •Rheumatoid arthritis Rheumatoid arthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh penyakit autoimun, yaitu sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri. •Reactive arthritis atau Sindrom Reiter Reactive arthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh reaksi peradangan yang terjadi di bagian tubuh yang lain. Kondisi ini sering dipicu oleh infeksi bakteri yang terjadi di saluran kemih. •Septic arthritis



Septic arthritis atau infectious arthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur pada sendi. •Gout arthritis Gout arthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam sendi. Pria lebih berisiko terserang penyakit ini. Selain beberapa kemungkinan penyebab di atas, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita radang sendi, antara lain: -Usia -Jenis kelamin, misalnya gout arthritis yang lebih sering terjadi pada laki-laki -Riwayat penyakit, seperti penyakit asam urat, penyakit infeksi, atau penyakit autoimun -Riwayat cedera pada sendi -Obesitas 5. Jelaskan tanda dan gejala artritis pada lansia! Nyeri dan kaku pada sendi Pembengkakan pada sendi Keterbatasan gerak sendi Kemerahan dan rasa hangat pada sendi Mengecilnya ukuran otot di sekitar sendi (atrofi otot) Penurunan kekuatan otot di sekitar sendi Gejala lain yang bisa dirasakan oleh penderita radang sendi biasanya sesuai dengan penyebab yang mendasari kondisi ini, di antaranya: Demam, jika disebabkan oleh penyakit infeksi Rasa lelah dan lemah yang tidak jelas penyebabnya Muncul suara gesekan saat sendi digerakkan Muncul taji tulang atau tulang tambahan di sekitar sendi yang meradang Muncul benjolan pada sendi yang mengalami peradangan Kesulitan menggerakkan bagian tubuh yang mengalami radang sendi 6. Jelaskan pemeriksaan diagnostik artritis pada lansia! •Pemeriksaan cairan synovial : 1. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih. 2. Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%). 3. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan berbanding terbalik dengan cairan sinovium. •Pemeriksaan darah tepi : 1. Leukosit : normal atau meningkat ( 3 ). Leukosit menurun bila terdapat splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s Syndrome. 2. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis. •Pemeriksaan kadar sero-imunologi :



1. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita dengan nodul subkutan. 2. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid dini. 7. Jelaskan penatalaksanaan medis artritis pada lansia! •Penggunaan OAINS Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgesik yang sangat baik. OAINS terutama bekerja dengan menghambat enzim siklooxygenase sehingga menekan sintesis prostaglandin. Masih belum jelas apakah hambatan enzim lipooxygenase juga berperanan dalam hal ini, akan tetapi jelas bahwa OAINS berkerja dengan cara: 1. Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal. 2. Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin, serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya). 3. Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan. 4. Menghambat proliferasi seluler. 5. Menetralisasi radikal oksigen. 6. Menekan rasa nyeri •Penggunaan DMARD Terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pengobatan penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang dimulai dari saat yang sangat dini. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan dua atau lebih DMARD secara simultan atau secara siklik seperti penggunaan obat obatan imunosupresif pada pengobatan penyakit keganasan. digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk pengobatan AR adalah: 1. Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik. 2. Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfasalazine dalam bentuk enteric coated tablet digunakan mulai dari dosis 1 x 500 mg / hari, untuk kemudian ditingkatkan 500 mg setiap minggu sampai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis 2 g / hari, dosis diturunkan kembali sehingga mencapai 1 g /hari untuk digunakan dalam jangka panjang sampai remisi sempurna terjadi. 3. D-penicillamine : Dalam pengobatan AR, DP (Cuprimin 250 mg atau Trolovol 300 mg) digunakan dalam dosis 1 x 250 sampai 300 mg/hari kemudian dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250 sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250 sampai 300 mg/hari. •Operasi



Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya. 8. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan artritis! • Pengkajian • Aktivitas/istirahat • Kardiovaskuler • Integritas ego • Makanan/cairan • Hygiene • Neurosensory • Nyeri/kenyamanan • Keamanan • Interaksi social 9. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan artritis (definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, atau faktor risiko) a.Nyeri berhubungan dengan agens pencedera. •definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau otensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan (international association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang yang berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau prediksi, dan berlangsung lebih dari 3 bulan •Batasan karakteristik : hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya, perubahan pola tidur, anoreksia, bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar eriksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya, ekspresi wajah nyeri, laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas, fokus pada diri sendiri, keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri. •Faktor yang berhubungan : perubahan pola tidur, distres emosi, keletihan, peningkatan indeks massa tubuh, pola seksualitas tidak efektif, agens pencedera, malnutrisi, kerusakan sistem saraf, penggunaan komputer yang lama, mengangkat beban berat berulang, isolasi sosial, vibrasi seluruh tubuh •Populasi beresiko : usia >50 tahun, gender wanita, riwayat penganiayaan, riwayat mutilasi genital, riwayat utang terlalu banyak, riwayat postur tubuh statis dalam bekerja, riwayat penyalahgunaan zat, riwayat olahraga terlalu berat. b.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. •Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. •Batasan karakteristik : gangguan sikap berjalan, penurunan keterampilan motorik halus, penurunan keterampilan motorik kasar, penurunan rentang gerak, waktu reaksi



memanjang, kesulitan membolak-balik posisi, ketidaknyamanan, melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan, dispnea setelah beraktivitas, tremor akibat bergerak, instabilitas postur, gerakan lambat, gerakan spastik, gerakan tidak terkoordinasi. •Faktor yang berhubungan : intoleran aktivitas, ansietas, indeks massa tubuh di atas persentil ke 75 sesuai usia, kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat, penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan ketahanan tubuh, depresi, disuse, kurang dukungan lingkungan, kurang pengetahuan rentang nilai aktivitas fisik, kaku sendi, malnutrisi, nyeri, fisik tidak bugar, keengganan memulai bergerak, gaya hidup kurang gerak. •Kondisi terkait : kerusakan integritas struktur tulang, gangguan fungsi kognitif, gangguan metabolisme, kontraktur, keterlambatan perkembangan, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, agens farmaseutika, program pembatasan gerak, gangguan sensoriperseptual. c.Risiko cedera berhubungan dengan gangguan psikomotor •Definisi : Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu, yang dapat mengganggu kesehatan. •Faktor risiko : kurang sumber nutrisi, pajanan pada patogen, pemanjanan zat kimia toksik, tingkat imunisasi di komunitas, kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat diubah, malnutrisi, agens nosokomial, hambatan fisik, moda transportasi tidak aman. •Populasi beresiko : usia ekstrem, gangguan mekanisme pertahanan primer. •Kondisi terkait : profil darah abnormal, gangguan fungsi kognitif, gangguan psikomotor, gangguan sensasi, disfungsi autoimun, disfungsi biokimia, disfungsi efektor, disfungsi imun, disfungsi integrasi sensori, hipoksia jaringan. 10. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan artritis (klafisikasi dan indikator) a. Nyeri berhubungan dengan agens pencedera  Nyeri : respon psikologi tambahan (1306) 1. Proses berpikir yang lambat (130601) 2. Gangguan memori (130602) 3. Adanya gangguan pada konsentrasi (130603) 4. Tidak bisa membuat keputusan (130604) 5. Distress nyeri (130605) 6. Kekhawatiran terkait toleransi terhadap nyeri (130606) 7. Kekhawatiran terkait dengan membebani orang lain (130607) 8. Khawatir ditinggalkan (130608) 



Kontrol nyeri (1605) 1. Mengenali kapan nyeri terjadi (160501) 2. Menggambarkan factor penyebab (160502)



3. Menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu (160503) 4. Menggunakan tindakan pencegahan (1605004) 5. Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesic (160505) 6. Menggunakan analgesic yang dirkomendasikan (160506) 



Nyeri : efek yang mengganggu (2101) 1. Ketidaknyamanan (210127) 2. Gangguan hubungan interpersonal (210101) 3. Gangguan penampilan peran (210102) 4. Gangguan konsentrasi (210108) 5. Gangguan dalam perasaan mengontrol (210128) 6. Gangguan alam perasaan (210110) b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot  Ambulansi (0200) 1. Menopang berat badan (020001) 2. Berjalan dengan langkah yang efektif (020002) 3. Berjalan dengan pelan (020003) 4. Berjalan dengan kecepatan sedang (020004) 5. Berjalan dengan cepat (020005) 6. Berjalan menaiki tangga (020006)  Ambulansi : kursi roda (0201) 1. Perpindahan dari dan ke kursi roda (020101) 2. Menjalankan kursi roda dengan aman (020102) 3. Menjalankan kursi roda dalam jarak dekat (020102) 4. Menjalankan kursi roda dalam jarak sedang (020103) 5. Menjalankan kursi roda dalam jarak jauh (020104) 6. Menjalankan kursi roda melewati pembatas lantai (020105) 7. Menjalankan kursi roda melewati pintu keluar masuk (020106)  Pergerakan (0208) 1. Keseimbangan (020801) 2. Koordinasi (020809) 3. Cara berjalan (020810) 4. Gerakan otot (020803) 5. Gerakan sendi (020804) 6. Kinerja pengaturan tubuh (020802) 7. Kinerja transfer (020805) c. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan psikomotor  Kejadian jatuh  Keparahan cedera fisik



11. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan artritis (klafisikasi dan aktifitasnya)



Manajemen nyeri (1400) Lakukan oengkajian nyeri komprehensif yang meliputi Lokasi, karakteristik, onset, frekuensi, kualitas, intensitas, faktor pencetus Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak daat berkomunikasi Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri Bantu keluarga mencari dan menyediakan dukungan Ajarkan prinsip manajemen nyeri Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan Pengalihan (5900) Ajarkan pasien mengenai manfaat merangsang berbagai indera Dorong partisipasi keluarga dan orang terdekat lainnya serta berikan pengajaran yang diperlukan Identifikasi bersama pasien mengenai kegiatan yang menyenangkan Gunakan satu teknik pengalihan atau digabungkan dengan teknik pengalihan lainnya yang sesuai Evaluasi dan dokumentasikan respon pasien terhadap kegiatan pengalihan Gangguan mobilitas fisik berhubugan dengan penurunan kekuatan otot Peningkatan latihan : latihan kekuatan (0201) Lakukan skrining kesehatan sebelum memulai latihan untuk mengidentifikasi resiko dengan menggunakan skala kesiapan atihan fisik terstandar atau melengkapi pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik Dapatkan persetujuan medis untuk memulai program latihan kekuatan jika diperlukan Instruksikan untuk istirahat sejenak setiap selesai satu set latihan jika diperlukan Bantu dalam menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis serta perasaan memiliki dari rencana latihan tersebut Pencegahan jatuh (6470) Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan pasien dan keluarga Monitor gaya berjalan (terutama kecepatan), keseimbangan, dan tingkat kelelahan dengan ambulansi Gunakan pegangan tangan dengan panjang dan tinggi yang tepat untuk mencegah jatuh dari tempat tidur sesuai kebutuhan Orientasikan pasien pada lingkungan fisik Berkolaborasi dengn tim kesehatan lain 3. Resiko jatuh



Manajemen lingkungan : keselamatan (6486) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku dimasa lalu Singkirkan bahan berbahaya dari lingkungan jika diperlukan Bantu pasien saat melakukan perpindahan kelingkungan yang lebih aman Edukasi individu dan kelompok yang beresiko tinggi terhadap bahan berbahaya yang ada dilingkungan Kolaborasi dengan lembaga lain untuk meningkatkan keselamatan lingkungan 12. Jelaskan pengertian dari osteoporosis! Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya kepadatan tulang. Hal ini menyebabkan tulang menjadi keropos dan mudah patah. Osteoporosis jarang menimbulkan gejala dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang. 13. Jelaskan etiologi osteoporosis pada lansia! Osteoporosis Primer Osteoporosis primer diakibatkan oleh penuaan atau menopause. Osteoporosis Senilis Osteoporosis yang dialami setelah usia 65 tahun pada pria ataupun wanita dikategorikan sebagai osteoporosis senilis. Seiring bertambahnya usia, penyerapan kalsium menurun. Diduga hipogonadisme pada lansia, asupan kalsium yang tidak adekuat maupun disuse akibat keterbatasan gerak merupakan penyebab osteoporosis pada kelompok lansia.[1] Osteoporosis akibat Menopause Osteoporosis yang dialami wanita saat menopause hingga usia 65 tahun dikategorikan sebagai osteoporosis akibat menopause.[5] Defisiensi estrogen pada menopause berkaitan dengan deteriorasi trabekula tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis.[4] Osteoporosis Idiopatik Osteoporosis pada wanita premenopause dan pria muda tanpa etiologi yang jelas dikategorikan sebagai osteoporosis idiopatik. Definisi fraktur idiopatik bervariasi yakni fraktur tanpa trauma maupun dengan trauma energi rendah dengan atau tanpa penurunan densitas massa tulang maupun nilai densitas massa tulang yang rendah tanpa riwayat fraktur. Terjadi gangguan remodeling tulang, aktivitas osteoblas menurun ditandai dengan penurunan laju pembentukan tulang kanselosa, penurunan mineralisasi serta periode resorpsi memanjang.[8]



Osteoporosis Juvenil Idiopatik Osteoporosis pada anak dan remaja rentang usia 2-14 tahun yang ditandai dengan nyeri tulang, fraktur dan deformitas tulang akibat trauma energi rendah. Eksklusi seluruh etiologi sekunder harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis osteoporosis juvenil idiopatik. Pada penyakit ini, pembentukan tulang cancellous terganggu hingga mengakibatkan tulang trabeculae matur tipis. Perjalanan penyakit biasanya berhenti saat pasien mengalami pubertas.[9] Osteoporosis Sekunder Pada prinsipnya, osteoporosis sekunder merupakan osteoporosis yang timbul akibat imobilisasi, adanya penyakit dasar, maupun penggunaan obat-obatan seperti obat steroid, diuretik, glukokortikoid, antiepilepsi maupun hormon tiroid. Imobilisasi Beban tubuh dan tegangan yang diterima oleh skeletal akibat tarikan otot memicu aktivitas osteoblastik. Oleh karena itu, imobilisasi dapat memicu penurunan aktivitas osteoblastik. Penurunan deposisi tulang sedangkan proses resorpsi tidak ikut menurun mengakibatkan osteoporosis.[1] Penyakit Osteoporosis diasosiasikan dengan beberapa penyakit, di antaranya: Penyakit hematologi: myeloma multipel, mastositosis sistemik, thalassemia beta major Penyakit ginjal: penyakit ginjal kronis, renal tubular asidosis, hiperkalsiuria idiopatik Penyakit autoimun: artritis rheumatoid, lupus, spondilitis ankilosa, sklerosis multipel Penyakit infeksi: tuberkulosis tulang Penyakit endokrin: diabetes mellitus, osteoporosis diinduksi glukokortikoid, hipertiroid, hiperparatiroid, hypogonadism, defisiensi hormon pertumbuhan Metastasis keganasan pada tulang Defisiensi nutrisi : defisiensi kalsium, vitamin D, malabsorbsi (inflammatory bowel disease, penyakit celiac, prosedur gastrektomi),anorexia nervosa [2,3,10]



Konsumsi Obat-Obatan Obat yang dapat menyebabkan osteoporosis: Obat glukokortikoid seperti prednison Analog hormon paratiroid seperti teriparatide Antikonvulsan seperti phenytoin



Antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine dan golongan trisiklik seperti amitriptyline Penggunaan jangka panjang heparin Loop diuretik seperti furosemide Penggunaan jangka panjang inhibitor pompa proton seperti omeprazole[2,3] 14. Jelaskan tanda dan gejala osteoporosis pada lansia! tanda dan gejala osteoporosis pada lansia a. tulang rapuh : peningkatan dalam kerapuhan tulang b. tinggi berkurang : penyusutan tulang c. postur yang jelek : Postur ini bisa saja merupakan vetebra yang sangat dipengaruhi oleh hilangnya massa tulang dan dapat berpotensi menyebabkan cacat jika tidak berhenti melakukannya. d. nyeri pada otot dan sendi e. sakit punggung 15. Jelaskan pemeriksaan diagnostik osteoporosis pada lansia! Rontgen atau CT scan, untuk melihat dengan lebih jelas kondisi tulang yang patah Tes darah, untuk mengetahui kadar sel-sel darah, kadar elektrolit, dan kadar hormon, termasuk hormon tiroid, paratiroid, esterogen, dan testosteron Tes bone mass density (BMD), untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan menentukan risiko terjadinya patah tulang 16. Jelaskan penatalaksanaan medis osteoporosis pada lansia! a.Meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah), kalsitriol, kalsitonin, bisfosfonat, raloxifen, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban. b.Pemberian calcitriol dan kalsium Pemberian calcitriol biasanya bersamaan dengan kalsium karena fungsi utama vitamin D ini adalah menjaga homeostasis kalsium dengan cara meningkatkan absorbsi kalsium di usus dan mobilisasi kalsium dari tulang. Kalsium yang cukup dalam serum akan menekan sekresi PTH dengan demikian proses resorpsi tulang akan dihambat (Christiansen & Riis, 1990). c. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yang dapat meningkatkan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolic 17. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan osteoporosis! a. Anamnesa 1) Identitas -Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan dan sebagainya -Identitas spenanggung jawab Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.



2) Riwayat kesehatan -Penyakit dahulu Dalam pengkajian Merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien sebelum diagnosis osteoporosis muncul seperti reumatik, Diabetes Mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid dan lain sebagainya. - Riwayat penyakit sekarang Merupakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien sehingga ia dibawa ke Rumah Sakit, seperti nyeri pada punggung. -Riwayat penyakit keluarga Dalam pengkajian, kita juga perlu mengkaji riwayat penyakit keluarga pasien, yaitu apakah sebelumnya ada salah satu keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama b. Pengkakjian bio-psiko-sosisal dan spiritual 1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit Kebiasaan minum alkohol, kafein Riwayat keluarga dengan osteoporosis Riwayat anoreksia nervosa, bulimia Penggunaan steroid jangka panjang 2) Pola nutrisi metabolik Inadekuat intake kalsium 3) Pola aktivitas dan latihan Fraktur Badan bungkuk Jarang berolah raga 4) Pola tidur dan istirahat Tidur terganggu karena adanya nyeri 5) Pola persepsi kognitif Nyeri pada punggung 6) Pola reproduksi seksualitas Menopause 7) Pola mekanisme koping terhadap stres Stres, cemas karena penyakitnya c. Pemeriksaan Fisik a. B1 (Breathing). Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada Dan tulang belakang. Palpasi : Taktil Fremitus seimbang kanan Dan kiri. Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi : pada kasus lansia biasanya didapatkan suara ronki. b. B2 (Blood). Pengisapan kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitanngan efek obat.



c. B3 (Brain). Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah. Kepala Dan Wajah : terdapat sianosis Mata : skelera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis Leher : biasanya JVP dalam batas normal d. B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak adaa keluhan pada system perkemihan e. B5 (bowel). Pada kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi, namun juga penting dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. f. B6 (Bone). Pada Inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau ngibbus (dowager’s hump) Dan penurunan tinggi badan Dan berat badan. Ada gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, Dan nyeri spinal. Lokasi fraktur sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 Dan lumbalis 3 18. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan osteoporosis (definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, atau factor risiko) 1.Nyeri akut a.Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International association for the study of Pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan. b.Batasan karakteristik : -Ekspresiwajah nyeri -Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas -Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri -Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrument nyeri c.Faktor yang berhubungan : -Agen cedera biologis 2.Hambatan mobilitas fisik a.Definisi Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah b.Batasan karakteristik : -Gangguan sikap berjalan -Penurunan keterampilan motorik halus -Penurunan keterampilan motorik kasar -Penurunan rentang gerak c.Factor yang berhubungan :



-Gangguan musculoskeletal 19. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan osteoporosis (klasifikasi dan indikator) NO 1



Diagnosa Nyeri akut



Klasifikasi NOC Kontrol nyeri



Indikator -Mengenali kapan nyeri terjadi -Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik -Menggunakan analgesik yang direkomendasikan -Melaporkan nyeri yang terkontrol



Tingkat nyeri



-Nyeri yang dilaporkan -ekspresi nyeri wajah



2



Hambatan



Pergerakan



mobilitas fisik



-Cara berjalan -Gerakan otot -Bergerak dengan mudah



Daya tahan



-Daya tahan otot -Aktivitas fisik



Ambulasi



-Berjalan dengan langkah yang efektif



20. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan osteoporosis (klafisikasi dan aktifitasnya) N O 1



Diagnosa Nyeri akut



Klasifikasi NIC Pemberian analgesik



Intervensi -Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien -Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan



nyeri -Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat -Kolaborasikan dengan dokter Manajemen nyeri



mengenai obat -Gali bersama pasien faktorfaktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri -Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya farmakologi, non farmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai kebutuhan -Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk mmebantu



2



Hambatan



Peningkatan mekanika



penurunan nyeri -Kaji tentang kesadaran pasien



mobilitas fisik



tubuh



tentang abnormalitas muskuloskeletalnya dan efek yang mungkin timbul pada jaringan otot dan postur -Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama -Instruksikan pasien untuk menggerakan kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri -Kolaborasikan dengan



fisioterapis dalam mengembangkan mekanika Terapi latihan : Ambulasi



tubuh -Monitor penggunaan kruk pasien atau alat bantu berjalan lainnya -Bantu pasien berpindah sesuai dengan kebutuhan -Sediakan alat bantu (tongkat,walker,atau kursi roda) -Dorong ambulasi independen



Terapi latihan : Kontrol otot



dalam batas aman -Berikan petunjuk langkah demi langkah untuk setiap aktivitas motorik selama latihan ADL -Konsultasikan dengan ahli terapi fisik