LP Askep BPH Rizkyani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) PADA TN. Y DENGAN BPH DI RUANG MELATI RSU ANWAR MEDIKA KAB. SIDOARJO Dosen Pembimbing: Emyk Windartik,.Ns., M.Kes



Disusun Oleh: Rizkyani Aliffyah Fauzi



(202003114)



PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2021



LEMBAR PENGESAHAN Pengesahan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan praktik klinik Rumah Sakit yang diajukan oleh: Nama NIM Program Studi Judul Asuhan Keperawatan



: Rizkyani Aliffyah Fauzi : 202003114 : Profesi Ners : Laporan Pendahuluan dan AsuhanKeperawatan Medikal Bedah (KMB) Dengan BPH Di Ruang Melati RSU Anwar Medika Kabupaten Sidoarjo



Telah melaksanakan Praktik Klinik di Rumah Sakit Umum Anwar Medika Sidoarjo. Tanggal : 07 Juni – 20 Juni 2021 Ruang : Melati Adapun rincian Asuhan Keperwatan teragkum dalam laporan ini Sidoarjo,



Pembimbing Akademik



Juni 2021



Pembimbing klinik



Mengetahui Kepala Ruangan



A.



Definisi Benign prostatic hyperplasia atau benigna prostat hyperplasia (BPH)disebut



juga Nodular hyperplasia merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia lanjut.Benigna prostat hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlapis kapsula dengan berat kira-kira 20 gram, berada di sekeliling uretra dan di bawah leher kandung kemih pada pria. Bila terjadi pembesaran lobus bagian tengan prostat akan menekan dan uretra akan menyempit. Hyperplasia dari kelenjar prostat dan sel-sel epitel mengakibatkan prostat menjadi besar. Ketika prostat cukup besar akan menekan saluran uretra menyebabkan obstruksi uretra baik secara parsial maupun total. Halini dapat menimbulkan gejalagejala yaitu sering berkemih, peningkatan risiko infeksi saluran kemih dan retensi urin (Suharyanto, T. 2009). B.



Etiologi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.



Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung padahormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain (Kemenkes RI, 2019): 1. Dihydrotestosteron 2. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi 3. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron 4. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma. 5. Interaksi stroma – epitel 6. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi



stroma dan epitel. 7. Berkurangnya sel yang mati 8. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat. 9. Teori sel stem 10. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. C.



PATOFISIOLOGI Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun.



Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahanpatologi,anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular padaprostat. Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.(Basuki B Purnomo,2008). D.



Manifestasi Klinis Kompleks gejala obstruktif dan iritatif mencangkup peningkatan frekuensi



berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih, abdomen tegang, volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urine tidak lancar, dimana urine uterus meets setelah berkemih (dribbling), rasa seperti kandung kemih tidak kissing dengan baik, retensi urine akut (bila lebih dari 60 ml urine tetap berada dalam kandung kemih setelah berkemih) dan kekambuhan infeksi saluran kemih. Pada akhirnya, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urine kronis dan volume residu yang besar. Gejala generalisata juga mungkin tampak termasuk keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada



epigastrik. (Smeltzer, 2009)



6



E.



Pathway



Growth Faktor Estrogen dan Testoteron



Sel Stroma



tidak seimbang



pertumbuhan berpacu



Sel Prostat umur panjang



Prolokerasi abnormal sel strem



Sel yang mati kurang



Produksi sel stroma dan epitel berlebih



Prostat Membesar



Penyempitan lumen posterior



TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat)



Obstruksi



Iritasi Mukosa



Pemasangan DC



kandung kencing



Retensi Urin



Kurangnya informasi terhadap tindakan pembedahan



Nyeri Akut



Resiko Infeksi



Cemas



7



F.



Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan) 1. Penatalaksanaan medis Pemberian obat-obatan antara lain Alfa 1-blocker seperti: doxazosin, prazosin tamsulosin dan terazosin. Obat-obat tersebut menyebabkan pengenduran otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih. Finasterid, obat ini menyebabkan meningkatnya laju aliran kemih dan mengurangi gejala. Pembedahan: 1. Trans Urethral Reseksi Prostat (TUR atau TURP) prosedur pembedahan yang dilakukan melalui endoskopi TUR dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus tengah yang langsung melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya sedikit jaringan yang mengalami reseksi sehingga pendarahan yang besar dapat dicegah dan kebutuhan waktu untuk bedah tidak terlalu lama. 2. Prostatektomi suprapubis adalah salah satu metode mengangkat kelenjar prostat dari uretra melalui kandung kemih. 3. Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar prostat melalui suatu insisi dalam perineum yaitu diantara skrotum dan rektum. 4. Prostatektomi retropubik adalah insisi abdomen mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. 5. Insisi prostat transuretral (TUIP) adalah prosedur pembedahan dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra. 6. Trans Uretral Needle Ablation ( TUNA ), alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap dijaringan prostat.



8



G.



Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner and Suddart, (2012) 1. Mandi air hangat. 2. Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul. 3. Menghindari minuman beralkohol. 4. Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari. 5. Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur.



H.



Komplikasi 1. Retensi urine, kesulitan miksi karena kegagalan mengeluarkan urin dari vesika urinaria. 2. Hidronefrosis, pelebaran pasu pada ginjal serta pengerutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine dan urine tidak bisa dikeluarkan. 3. Pielonefritis, infeksi pada ginjal yang diakibatkan oleh bakteri yang masuk ke ginjal dan kandung kemih. 4. Azotemia, ditandai dengan terjadinya peningkatan ureum, fenolamin dan metabolik lain serta racun-racun sisa metabolism. 5. Uremia, peningkatan ureum di dalam darah akibat ketidakmampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum.



6. Anemia, terjadi karena pendarahan massif dan terus-menerus dari saluran kemih yang mengalami iritasi dan pecahnya pembuluh darah akibat penegangan berlebihan oleh kelenjar prostat. (Arief Mansjoer, 2008)



I.



PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Urinalisa



Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu,infeksi saluran kemih. 2. Pemeriksaan darah lengkap



Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka



9



semua defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji. Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT, golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum. 3. Pemeriksaan radiologis



Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dansitoskopi. Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batupada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau bulibuli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal. J.



Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan(Dermawan, 2012). Pengumpulan Data a. Identitas pasien : Meliputi nama , umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tempat tinggal b. Riwayat penyakit sekarang : Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaranmelemah,



10



rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi ( sulit memulai miksi), intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu miksi memanjang dan akhirnya menjadi retensi urine. c. Riwayat penyakit dahulu : Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK), adakah riwayat mengalami kanker prostat. Apakah pasien pernah menjalani pembedahan prostat. d. Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya. e. Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena



penyakit



yang



dideritanya,



dan



bagaimana



pasien



menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 2. Pemeriksaan fisik B1 (Breathing) a. Inspeksi: Bentuk hidung simetris keadaan bersih dan tidak ada secret, pergerakan dada simetris, irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul kemungkinan dapat terjadi nafas pendek dan cepat dan tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada nafas cuping hidung, frekuensi pernfasan dalam batas normal 1820x/menit. b. Palpasi: Taktil fermitus antara kanan dan kiri simetris. c. Perkusi: Pada thoraks didapatkan hasil sonor. d. Auskultasi: Suara nafas paru vesikuler.



B2 (Blood) a. Inspeksi: Tidak terdapat sianosis, tekanan darah meningkat,



11



tidak ada varises, phelbritis maupun oedem pada ekstremitas. b. Palpasi:



Denyut



nadi



meningkat



akibat



nyeri



setelah



pembedahan, akral hangat, CRT < 3 detik, tidak ada vena jugularis dan tidak ada clubbing finger pada kuku. c. Perkusi: Terdengar dullness d. Auskultasi: BJ 1tunggal terdengar di ICS 2Mid klavikula kiri dan mid sternalis kiri, BJ 2 tunggal terdengar di ICS 5 sternaliskiri dan sternalis kanan. B3 (Brain) a. Inspeksi: Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, bentuk wajah simetris, pupil isokor. b. Palpasi: Tidak ada nyeri kepala. B4 (Bladder) a. Inspeksi: Terdapat bekas luka post operasi TURP di daerah genetalia, bisa terjadi retensi urin karena adanya kloting (postop), terpasang kateter DC yang terhubung urin bag, warna urin bisa kemerahan akibat bercampur dengan darah (hematuria), umumnya klien juga terpasang drainase dibawah umbilicus sebelah kanan. b. Palpasi: Terdapat nyeri tekan di bagian genetalia. B5 (Bowel) a. Inspeksi: Nafsu makan klien baik, bentuk abdomen simetris, tidak ada asites, terdapat luka jahit di area supra pubic (kuadran VIII), tidak mual muntah, tonsil tidak oedem dan mukosa bibir lembab, anus tidak terdapat hemoroid. b. Palpasi: Tidak terdapat massa dan benjolan, tidak ada nyeri tekan pada abdomen dan tidak ada pembesaran organ. c. Perkusi: Terdengar suara tympani. Auskultasi: Bising usus normal 15- 35x/menit. B6 (Bone) a. Inspeksi: Terdapat luka insisi di bagian supra pubis akibat



12



operasi prostat klien umumnya tidak memiliki gangguan pada system musculoskeletal tetapi tetap perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah dengan berdasarkan pada nilai kekuatan otot 0-5, di kaji juga adanya kekuatan otot atau keterbatasan gerak, warna kulit normal, rambut warna hitam keturanan asia, kaji keadaan luka apa terdapat pus atau tidak, kaji ada tidaknya infeksi, dan kaji keadaan luka bersih atau tidak. b. Palpasi: Turgor kulit elastis, akral teraba hangat. 3. Diagnosa Keperawatan



Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan . Diagnosa keperawatan



merupakan



bagian



vital



dalam



menentukanasuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2016): Pre operasi : a. Nyeri akut (D.0077) b. Retensi urin (D.0050) c. Gangguan Eliminasi urin (D.0040) d. Ansietas (D.0080) e. Gangguan pola tidur (D.0055) f. Defisit pengetahuan (D.0111)



Post operasi : a. Nyeri akut (D.0077) b. Risiko Infeksi (D.0142) c. Risiko perdarahan (D.0012) 4. Intervensi keperawatan



Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan dan penilaian



13



rangkaian



asuhan



keperawatanpada



pasien/klien



berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi (Nurarif & Kusuma,2016)



14



Tabel 2.1 intervensi keperawatan pre operasi benigna prostat hyperplasia. Tujuan dan No Diagnose Intervensi kriteria hasil 1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (D.l.08238) berhubungan dengan Tindakan agen pencedera keperawatan selama Obsevasi fisiologis …x… diharapkan Identifikasi lokasi, ( Mis.Neoplasma ) nyeri menurun karakteristik, durasi, ( D.0077 ) dengan frekuensi, kualitas, Kriteris hasil intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri (D.L.08066) : Identifikasi respons nyeri 1) Kemampuan pasien untuk non verbal Identifikasi factor yang menuntaskan dan aktivitas menurun memperberat 2) Keluhan nyeri memperingan nyeri Identifikasi pengetahuan menurun dan keyakinan tentang 3) Pasien tampak meringis menurun nyeri 4) Frekuensi nadi Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup membaik keberhasilan 5) Pola nafas Monitor terapi komplementer yang membaik 6) Tekanan darah sudah di berikan Monitor efek samping membaik 7) Fungsi berkemih penggunaan analgesic membaik 8) Perilaku membaik 9) Pola tidur membaik Terapeutik 1.9 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing,



15



kompres hangat/dingin, terapi bermain) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Fasilitasi istirahat Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



16



2.



Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra (D.0050)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… kemampuan berkemih membaik Dengan kriteria hasil (L.03019) : 1) Sensasi berkemih meningkat 2) Desakan kandung kemih menurun 3) Distensi kandung kemih menurun 4) Berkemih tidak tuntas menurun 5) Nocturia menurun 6) Dysuria menurun 7) Frekuensi BAK membaik 8) Karakteristik urine membaik



Manajemen eliminasi urine (l.04152)



Observasi Identifikasi penyebab retensi urine ( mis. Peningkatan tekanan uretra, kerusakan arkus reflek, disfungsi neurologis, efek agen farmakologis) Monitor intake dan output cairan Monitor distensi kandung kemih dengan palpasi/perkusi Pasang kateter urine, jika perlu Terapeutik Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih Batasi asupan cairan Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur Edukasi Jelaskan penyebab retensi urine Anjurkan pasien atau keluarga mencatat output urine Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih Anjurkan mengambil posisi yang nyaman Demontrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas dalam,



17



peregangan, atau imajinasi terbimbing) Kolaborasi 2.13 Kolaborasi pemberian obat suposutoria uretra, jika perlu 3.



Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih (D.0040)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… diharapkan pola eliminasi kembali normal dengan kriteria hasil (L.03019) : 1) Sensasi berkemih meningkat 2) Desakan kandung kemih menurun 3) Distensi kandung kemih menurun 4) Berkemih tidak tuntas menurun 5) Nocturia menurun 6) Dysuria menurun



Manajemen eliminasi urin & katerisasi urine (l.04148) observasi identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontenensia urine identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau inkokntenensia urine monitor urine (mis. Frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna ) terapeutik catat waktu-waktu dan haluaran berkemih batasi asupan cairan, jikaperlu edukasi ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih ajarkan minum yang cukup jika tidak ada kontraindikasi jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine anjurkan menarik



18



nafas saat insersi selang urine kolaborasi 3.10 kolaborasi pemberian obat suposutoria uretra, jika perlu 4.



Ansietas berhubungan Setelah dilakukan dengan krisis tindakan situasional (D.0080) keperawatan selama …x… diharapkan pasien tidak cemas dengan kriteria hasil (L09093): 1) Perilaku gelisah menurun 2) Perilaku tegang menurun 3) Frekuensi pernafasan menurun 4) Frekuensi nadi membaik menurun 5) Konsentrasi pola tidur membaik 6) Pola berkemih membaik



Reduksi ansietas (l.09314) Obeservasi identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( mis. Kondisi, waktu, stresor) identifikasi kemampuan mengambil mengambil keputusan monitor tanda-tanda ansietas ( verbal dan nonverbal terapeutik ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan



19



edukasi Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis anjurkan mengungkapkan perasaan dan presepsi latih Teknik relaksasi anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat kolaborasi kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu



5.



Gangguan pola tidur Setelah dilakukan berhubungan dengan tindakan selama nyeri/kolik (D.0055) …x… keperawatan pasien diharapkan pola tidur membaik dengan kriteria hasil (L.05045) : 1) keluhan sulit tidur membaik 2) keluhan sering terjaga 3) keluhan tidak puas tidur



Dukungan tidur (l.05174) Observasi identifikasi pola aktivitas dan tidur Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis) Identifikasi makanan atau miuman yang menggangu tidur Terapeutik Modifikasi lingkungan 4.5Fasilitasi penghilang stress jika perlu



20



4) keluhan pola Lakukan prosedur untuk tidur berubah meningkatkan menurun kenyamanan 5) keluhan istirahat Sesuaikan jadwal tidak cukup pemberian obat menurun dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tisurterjaga Edukasi Jelaskan pentingnnya tidur cukup selama sakit 4.9Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya 6.



Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… diharapkan tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil (L.12111) : 1) perilaku sesuai anjuran meningkat 2) kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat 3) pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun 4) pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meninkat



Edukasi kesehatan (l.12383) Observasi Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Identifikasi bahaya keamanan di lingkungan (mis. Fisik, biologi, dan kimia) Terapeutik Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan Jadwalkan Pendidikan kesehatan Berikan kesempatanuntuk bertanya Edukasi Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan Ajarkan perilaku



21



5) perilaku membaik



hidup sehat 3.8 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat



Tabel 2.2 intervensi keperawatan post operasi benigna prostat hyperplasia



No. 1.



Diagnosis Nyeri akut berhubugan dengan tindakan invasive (D.0077)



Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… diharapkan nyeri menurun dengan kriteria hasil (L.08066) : 1) Keluhan nyeri menurun 2) Meringis menurun 3) Gelisah menurun 4) Frekuensi nadi membaik 5) Pola napas membaik 6) Tekanan darah membaik 7) Fungsi berkemih membaik



Intervensi Manajemen nyeri (l.08238) Observasi Identifikasi factor pencetus dan Pereda nyeri Monitor kualitas nyeri ( mis. Terasa tajam, tumpul, diremas-remas, ditimpa beban berat ) Monitor lokasi dan penyebaran nyeri Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala Monitor durasi dan frekuensi nyeri Terapeutik Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan



22



2.



Risiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasive (D.0142)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil (L.14137) : 1. kebersihan tangan meningkat 2. kadar sel putih membaik 3. kemerahan menurun 4. kebersihan badan meninkat 5. demam menurun 6. nyeri menurun 7. bengkak menurun



3.



Risiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan (D.0012)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… diharapkan tingkat perdarahan menurun dengan kriteria hasil (L.02017): 1) Kelembapan membrane mukosa meningkat



Informasikan hasil pemantauan, jika perlu Kolaborasi Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgetik, sesuai indikasi Pencegahan infeksi (l.14539) Observasi 6.1 Periksa kesiapan dan kemampuan menerima informasi 6.2 Jelaskan tanda dan gejala infeksi local dan sistemik Edukasi 6.3 Anjurkan membatasi pengunjung 6.4 Ajarkan cara merawat kulit pada daerah yang edema 6.5 Anjurkan nutrisi, cairan dan istirahat 6.6 Anjurkan mengelola antibiotic sesuai resep 6.7 Ajarkan cara mencuci tangan Pencegahan perdarahan ( l.02067) Observasi Monitor tanda dan gejala perdarahan Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah



23



2) Kelembaban kulit meningkat 3) Kognitfi meningkat 4) Hemoptosis menurun 5) Hematemesis menurun 6) Hematuria menurun 7) Perdarahan pasca operasi menurun 8) Hemoglobin membaik 9) Hematocrit membaik 10) Tekanan darah membaik 11) Denyut nadi apical membaik 12) Suhu tubuh membaik



K.



5.3 Monitor tanda tanda vital ortostatik 5.4 Monitor koagulasi(mis. Prontombin time (PT), (PTT), fibrinogen, degrradasi fibrin. Terapeutik 5.5 Pertahankan bed rest selama perdarahan 5.6 Batasi tindakan invasive, jika perlu 5.7 Jelaskan tanda dan gejala perdarahn 5.8 Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan Kolaborasi 5.9 Kolaborasi produk darah, jika perlu



Implementasi Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat



untuk membantu klien dari masalah status kesehatanyang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011). Komponen tahap implementasi: 1. Tindakan keperawatan mandiri 2. Tindakan keperawatan kolaboratif. 3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan



24



keperawatan. L. Evaluasi Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).



25



Lampiran 8



FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO



I. PENGKAJIAN A. IDENTITASPASIEN: IDENTITAS PASIEN Nama Tanggal lahir StatusPerkawinan Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat MRS Tanggal Dx Masuk Ruang Pengkajian tanggal Waktu pengkajian



B.



: Tn. Y : 22 -09 - 1961 : kawin : SMP : Swasta : Islam : Ds. Sedengan : 7 Juni 2021 : BPH : Melati : 10 Juni 2021 : 17.00



IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Nama Status Perkawinan Pekerjaan Alamat Hubungan dengan klien



: Ny. Z : Kawin : IRT : Ds. Sedengan : Istri



STATUSKESEHATAN 1. KELUHANUTAMA Klien mengatakan nyeri di area bekas operasinya. 2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Klien mengaku datang hari senin malam untuk dilakukan operasi, namun ditunda sampai hari rabu, setelah operasi pasien di rawat terlebih dahulu di ruang ICU, saat pengkajian di ruang melati klien mengaku nyeri pada area yang telah dioperasi. P : Nyeri post op Q : Nyeri seperti clekit-clekit R : Nyeri di bagian bekas operasi S:6 T : Nyeri terus-terusan



3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU



26



Klien mengaku sakit semenjak satu tahun lalu, lali di periksa di RS tetapi klien menolak untuk dilakukan operasi dan meminta obat jalan saja, lalu sempat putus berobat karena pandemic selama 4bulan, akhirnya kambuh lagi dan klien mau untuk di operasi. 4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Klien Mengaku tidak ada keluarganya yang pernah sakit BPH.



27



KEADAAN UMUM : Tanda-tanda vital: Nadi: 110 SUHU: 36,6 RR:22 TD: 130/80



II. PENGKAJIANSISTEM 1. B1(BREATING) a. Inspeksi: Bentuk hidung simetris keadaan bersih dan tidak ada secret, pergerakan dada simetris, irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul kemungkinan dapat terjadi nafas pendek dan cepat dan tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada nafas cuping hidung, frekuensi pernfasan dalam batas normal 18-20x/menit. b. Palpasi : Taktil fermitus antara kanan dan kiri simetris. c. Perkusi : Pada thoraks didapatkan hasil sonor. d. Auskultasi: Suara nafas paru vesikuler. 2. B2(BLOOD) a. Inspeksi :



Tidak terdapat sianosis , tekanan darah meningkat, tidak ada varises, phelbritis maupun oedem pada ekstremitas. b. Palpasi :



Denyut nadi meningkat akibat nyeri setelah pembedahan, akral hangat,CRT < 3 detik, tidak ada vena jugularis dan tidak ada clubbing finger pada kuku. c. Perkusi :



Terdengar dullness d. Auskultasi :



Bunyi Jantung 1tunggal terdengar di ICS 2Mid klavikula kiri dan mid sternalis kiri , BJ 2 tunggal terdengar di ICS 5 sternaliskiri dan sternalis kanan. 3. B3(BRAIN) a. Inspeksi : Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6 ,bentuk wajah simetris, pupil isokor. b. Palpasi : Tidak ada nyeri kepala.



28



4. B4 (BLADDER) a. Inspeksi :



Terdapat bekas luka post operasi TURP di daerah genetalia, terpasang kateter DC yang terhubung urin bag, warna urin kemerahan akibat urine bercampur dengan darah ( hematuria) Intake : infus



: 1500 cc Irigasi



: 1000 cc



Injeksi



:



Minum



: 1640 cc



30 cc



= 4.170 cc



Output : urine IWL



: 1300



cc



: 1035 cc = 2335 cc



b. Palpasi : Terdapat nyeri tekan di bagian genetalia. 5. B5(BOWEL) a. Inspeksi : Nafsu makan klien baik,bentuk abdomen simetris, tidak ada asites, mukosa bibir lembab, anus tidak terdapat hemoroid. b. Palpasi : Tidak terdapat massa dan benjolan c. Perkusi : Terdengar suara tympani. Auskultasi: Bising usus normal 15- 35x/menit.



6. B6(BONE) a.



Inspeksi : Tidak ada gangguan pada system musculoskeletal



b. Palpasi : Turgor kulit elastis, akral teraba hangat.



29



III. PEMERIKSAAN PENUNJANG IV. Nama : Tn . Y Jenis Pemeriksaan



Hasil Pemeriksaan



Nilai Normal



Natrium



136,5



135-155 meq/L



Kalium



4.13



3.5-4.9 meq/L



Chloride



96,0



96-113 meq/L



Specimen : Darah



V. Nama : Tn.Y Jenis Pemeriksaan



Tanggal :



Hasil



Unit



Nilai Rujukan



Hemoglobin



15,7



g/dL



14 -18



Hematocrit



45,8



%



42 - 52



Leukosit



12,4



ribu/mm3



4.0-10.0



Trombosit



362



ribu/uL



150-450



Eritrosit



5,27



Juta/uL



4.5-5.5



PDW



13,4



%



9-13



MPV



8,5



fL



7.2-11.1



PCT



0,3



%



MCV



86,8



fL



80-100



MCH



29,7



Pg



26-34



MCHC



34,2



%



32-36



RDW - SD



53,9



fL



35-47



RDW - CV



12,0



%



115-14,5



P - LCR



20,5



%



18,0



%



HEMATOLOGI Jumlah Sel Darah



Index



Parential LYM%



20-40



30



3,7



%



78



%



YMP#



2,20



ribu/uL



MID#



1



ribu/uL



SRAN#



1.0



ribu/uL



MIP% SRAN%



50-70



Jumlah Total Sel



VI. Nama : Tn.Y Jenis Pemeriksaan



Tanggal :



Hasil



Unit



Nilai Rujukan



HGB



14,9



g/dL



13 -18



HCT



44,9



%



40 – 50



WBC



10,3



ribu/mm3



4.0-10.0



PLT



258



ribu/uL



150-450



Eritrosit



4,94



Juta/uL



4.5-5.5



RDW-CV



11,78



%



11,5-14.5



MPV



7,17



fL



7.2-11.1



MCV



90,8



fL



82-92



MCH



30,2



Pg



27-31



MCHC



33,2



%



32-37



LYM%



21,7



%



19-48



MONO%



96



%



2-8



NELI%



65,4



%



50-70



EOS%



2,9



%



1-3



BASO%



0,4



%



0-1



LYM#



2,29



ribu/uL



1-3,7



MONO#



0,99



ribu/uL



0,2 - 1



NEU#



6,75



ribu/uL



UROLOGI Jumlah Sel Darah



Index



Differential



Jumlah Total Sel



31



EOS#



0,30



ribu/uL



BASO#



0,04



ribu/uL



VII. TERAPI Infus PZ 1500/24 jam Injeksi Cinam 3x 1 Santagesik 3x1



Plasminex 3x1



Irigasi PZ 1liter



32



ANALISA DATA



NamaPasien:



No.Reg:



NO



DATA



ETIOLOGI



MASALAH



Faktor penuaan



Nyeri akut



Dx 1



DS : Pasien mengatakan nyeri pada







kemaluannya



Sel stroma DO : TD : 130/80 mmHg



pertumbuha berpacu



N : 110 x/menit







RR : 22 x/menit



Prostat membesar 



S : 36,6x/ menit



Pembedahan TURP 



P : Nyeri post op Q : Nyeri seperti clekit-clekit



Iritasi mukosa



R : Nyeri di bagian bekas operasi



kandung kemih 



S:6



Nyeri akut



T : Nyeri terus-terusan



2



DS :



Faktor penuaan



Pasien mengatakan urinnya keluar hanya sedikit padahal minum 2 botol aqua tanggung, dan 2 gelas aqua habis



 Sel stroma pertumbuha berpacu  Prostat membesar



DO : Intake : infus



: 1500 cc



Irigasi : 1000 cc Injeksi :



30 cc



Minum : 1640 cc = 4.170 cc



 Pembedahan TURP  Iritasi mukosa kandung kemih 



Output : urine : 1300



cc



IWL : 1035 cc



Retensi Urin



Retensi Urin



TTD



33



= 2335 cc



Balance Cairan = Intake – Output = 4.170 – 2.335 = 1.835



34



DAFTAR DIAGNOSIS



NamaPasien: NO



DIAGNOSIS KEPERAWATAN Nyeri Akut ( D.0077)



1



Retensi Urin (D.0050)



2



No.Reg: TTD



35



RENCANA KEPERAWATAN



NamaPasien:



No.Reg:



NO



TUJUAN &



Dx



KRITERIA HASIL



1.



INTERVENSI



Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.082238) keperawataan dihapkan



2x24 skala



jam1.Tindakan nyeri



-



menurun. dengan kriteria hasil



kualitas, intensitas nyeri



: 1. Keluhan



Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,



nyeri



-



Identifikasi skala nyeri



-



Identifikasi



faktor



yang



memperberat



memperingan nyeri



menurun (5)



meringis 2. Terapeutik



2. Wajah



-



menurun (5)



Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri



-



Fasilitasi istirahat dan tidur



3.Edukasi -



Jelaskan penyebab, periode, dn pereda nyaeri



-



Ajarkan teknik nonfarmakologis dengan baik



4.Kolaborasi 2.



Kolaborasi pemberian analgetik



SetSetelah dilakukan tindakan Perawatan retensi urin (I.04165) keperawataan



2x24



jam 1.Tindakan



dihapkan skala eliminasi urin



-



Identifikasi penyebab retensi urin



membaik.



-



Monitor intake dan output cairan



dengan



kriteria



2.Terapeutik



hasil : 1. Frekuensi BAK membaik



menurun (5)



Pasang kateter urine



3.Edukasi



(5) 2. Distensi



-



kandung



kemih



-



Jelaskan penyebab retensi urine



dan



36



IMPLEMENTASI KEPERAWATAN



NamaPasien:



No.Reg:



No. Dx 1.



Implementasi 1. Tindakan



-



Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri



-



Mengidentifikasi skala nyeri



-



MengiIdentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri



2. Terapeutik



-



Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri



-



Memfasilitasi istirahat dan tidur



3.Edukasi -



Menjelaskan penyebab, periode, dn pereda nyaeri



-



Mengjarkan teknik nonfarmakologis dengan baik



4.Kolaborasi 2.



Mengkolaborasikan pemberian analgetik



1. Tindakan



-



Mengidentifikasi penyebab retensi urin



-



Memonitor intake dan output cairan



2.Terapeutik -



Memasang kateter urine



3.Edukasi -



Menjelaskan penyebab retensi urine



TTD



EVALUASI KEPERAWATAN



NamaPasien: NO. DX 1.



37



No.Reg: Tgl/ Jam



10-06-2021 / 17.00



S-O-A-P S : Pasien mengatakan nyeri pada kemaluannya O : TD : 130/80 mmHg N : 110 x/menit RR : 22 x/menit S



: 36,6x/ menit



P : Nyeri post op Q : Nyeri seperti clekit-clekit R : Nyeri di bagian bekas operasi S:6 T : Nyeri terus-terusan



A : Nyeri belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan



19.00



S: Pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang O: : TD : 120/80 mmHg N : 98 x/menit RR : 21 x/menit S



: 36,4x/ menit



P : Nyeri post op Q : Nyeri clekit- clekit R : Nyeri di bagian bekas operasi S:4 T : Hanya kadang kadang saja



A : Nyeri teratasi sebagian P : Intervensi dihentikan



TTD



38



2.



10-06-2021 / 17.00



S : Pasien mengatakan urinnya keluar hanya sedikit padahal minum 2 botol aqua tanggung, dan 2 gelas aqua habis



O: Intake : infus



: 1500 cc



Irigasi : 1000 cc Injeksi : 30 cc Minum : 1640 cc = 4.170 cc



Output : urine : 1300



cc



IWL : 1035 cc = 2335 cc



Balance Cairan = Intake – Output = 4.170 – 2.335 = 1.835



A : Retensi Urin belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 19.00 S : Pasien mengatakan urinnya keluar hanya sedikit padahal minum 2 botol aqua tanggung, dan 2 gelas aqua habis



O: Intake : infus



: 1500 cc



Irigasi : 1000 cc Injeksi : 30 cc Minum : 1640 cc = 4.170 cc



39



Output : urine : 1500



cc



IWL : 1035 cc = 2535 cc



Balance Cairan = Intake – Output = 4.170 – 2.535 = 1.635



A : Retensi Urin teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan