LP Flour Albus [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ilma
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SIKLUS KEPERAWATAN MATERNITAS “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FLOUR ALBUS”



KELOMPOK U



OLEH NIDYA SARI , S.Kep NIM: 1941312058



PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2020



A. LANDASAN TEORITIS 1. Definisi Flour Albus Keputihan adalah semacam Silim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika Silim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Handayani, 2008). Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak normal (Blankast, 2008). Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal dan keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual. sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan kelamin) (Manuaba, 2009). 2. Etiologi a. Jamur Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Infeksi ini berupa warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada kemaluan. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya terjadi pada saat kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut. b.



Parasit Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan seks ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjammeninjam pakaian dalam, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.



c. Bakteri Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial vaginosis. Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorrhoea. bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud . d. Virus Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker 3. Patofisiologi Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena keputihan patologis. Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di dalam vagina sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman ada disitu. Flora normal didalam vagina membantu menjaga keasaman PH vagina, pada keadaan yang optimal. PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu. Misalnya karena pemakaian antiseptic untuk daerah vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan ketidaknyamanan 4. Tanda dan Gejala a. Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.



b. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dalam dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar. c. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh hari dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone yang dihasilkan oleh plasenta atau uri. d. Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan, sesaat sebelum masa pubertas. Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya. 5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan : a. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis. b. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius c. Sitologi vagina d. Kultur sekret vagina e.



Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis



f. Ultrasonografi (USG) abdomen g. Vaginoskopi h. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal i. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes j. Pemeriksaan PH vagina. k. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 % . l. Pulasan dengan pewarnaan gram . m. Pap smear. n. Biopsi. o. Test biru metilen 6. Komplikasi



Sesungguhnya, pemberian antibiotik maupun antijamur sangat efektif untuk mengatasi keputihan akibat infeksi. Akan tetapi, bila infeksi tidak teratasi (misalnya karena terlambat berobat, pengobatan yang tidak tuntas, maupun infeksi ulang akibat pasangan seks tidak diobati bersama), akan timbul berbagai komplikasi keputihan sebagai berikut: a. Penyebaran infeksi ke daerah organ kewanitaan lain Sebut saja infeksi mulanya berasal dari dinding vagina. Bila infeksi belum diatasi, maka infeksi dapat menyebar ke mulut rahim dan menyebabkan radang mulut rahim sehingga menimbulkan komplikasi keputihan. b. Infertilitas Bila pengobatan keputihan tidak dilakukan, maka infeksi berlanjut lagi ke rahim, saluran telur atau mencapai indung telur hingga menimbulkan kemungkinan terjadinya infertilitas. c. Gagal ginjal Pada kasus rembetan infeksi yang agak ekstreme, infeksi dapat menyebar ke ginjal hingga kemungkinan terburuknya dapat terjadi gagal ginjal. d. Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease [PID]) Pada trikomoniasis dan klamidia, sering kali tejadi perluasan infeksi ke daerah panggul. Perluasan infeksi ini dikenal dengan nama e. penyakit radang panggul (PID). PID dapat menyebabkan kerusakan pada indung telur, saluran telur, dan struktur organ reproduksi lainnya. Kerusakan ini dapat mengakibatkan terjadinya nyeri panggul kronis, kehamilan ektopik, hingga infertilitas. f. Sepsis Infeksi yang semakin meluas juga dapat menyebabkan infeksi seluruh tubuh apabila kuman berhasil masuk hingga sistem peredaran darah atau kelenjar getah bening. g. Bila perempuan dengan keputihan masih berhubungan seks dengan suami atau pasangan seks yang tidak sakit, mungkin akan terjadi penularan infeksi kepada pasangannya h. Depresi dan masalah seksual Karena keputihan akibat infeksi biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman pada daerah kewanitaan, beberapa perempuan akan merasa malu, menyalahkan diri sendiri



dan berujung pada depresi. Masalah seksual juga dapat terjadi akibat depresi maupun hilangnya minat pasangan akibat adanya keputihan maupun bau tidak sedap yang biasa menyertai adanya keputihan ini. Oleh karena itu, setiap keputihan patologis hendaknya diobati hingga tuntas sebagai bentuk pencegahan keputihan dan dengan mengenali gejala keputihan, perluasan infeksi dapat dihindari. 7. Penatalaksanaan a. Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk b. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :  Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan  Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual  Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk



mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.  Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang  Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.  Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.  Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya. c.



Tujuan Pengobatan  Menghilangkan gejala  Memberantas penyebabrnya  Mencegah terjadinya infeksi ulang  Pasangan diikutkan dalam pengobatan Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya. Patologi : Tergantung penyebabnya Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering : 



Candida albicans -



Topikal 1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu 2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari 3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari



- Sistemik 1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari 2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari 3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal 4. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal



5. Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan 



Chlamidia trachomatis 1. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology) 2. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral 3.



Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila



4.



Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari



5.



Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari



6.



Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari 1







Gardnerella vaginalis 1. Metronidazole 2 x 500 mg 2. Metronidazole 2 gram dosis tunggal 3. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari 4. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan







Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.



8. WOC



B. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Tanyakan riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita mengenai kondisinya, pengaruh budaya atau etnis, gaya hidup dan pola adaptasi. Evaluasi seberapa berat rasa nyeri atau perdarahan yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-hari. Tuliskan berbagai pengobatan rumah dan obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi, perilaku, fisik, pola diet, pola latihan dan pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang bermanfaat (Lowdermilk, 2013). a. Alasan MRS Keluhan utama : Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai dengan mual muntah, pusing dan merasakan badan lemas. b. Riwayat haid Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid. c. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang d. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami. e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : 1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir 2) Dada : Paru : peningkatan frekuensi nafas Jantung : Peningkatan denyut jantung 3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara 4) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa lama



5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien 6) Integumen : kaji turgor kulit f. Pola Kebutuhan Dasar (Gordon) 1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore. 2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan. 3) Pola Eliminasi Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. 4) Pola Tidur dan Istirahat Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada daerah perut sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). 5) Pola Aktivitas Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan disminorre di anjurkan untuk istirahat. 6) Pola Hubungan dan Peran Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien tidak harus menjalani rawat inap. 7) Pola Persepsi dan Konsep Diri Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.



8) Pola Sensori dan Kognitif Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi gangguan, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Namun timbul rasa nyeri pada perut bagian bagian bawah. 9) Pola Reproduksi Seksual Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi. 10) Pola Penanggulangan Stress Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu mengenai adanya kelainan pada sistem reproduksinya. 11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul (Nanda, 2018- 2020). a. Nyeri akut b/d agen cidera b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum c. Risiko Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif d. Ansietas b/d ancaman status kesehatan 3. NOC-NIC No



Diagnosa Keperawatan



1



Nyeri akut Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai



NOC



NIC



NOC :



Manajemen nyeri



Pain Level



a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor



Indikator: a) Melaporkan nyeri b) Durasi nyeri c) Menunjukkan lokasi



kerusakan, awitan yang tiba- tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dengan durasi kurang dari 3 bulan Batasan Karakteristik: - Perubahan selera makan - Prilaku distraksi - Prilaku ekspresif - Ekspresi wajah nyeri - Sikap tubuh meindungi - Dilatasi pupil - Keluhan tentang intensitas menggunakan skala nyeri



nyeri presipitasi d) Meringis b) Observasi reaksi non e) Ekspresi wajah nyeri verbal dari kegelisahan ketidaknyamanan f) Fokus menyempit c) Gunakan teknik g) Ketegangan otot komunikasi terapeutik h) Kehilangan selera makan untuk mengetahui i) Mual pengalaman nyeri pasien j) Intoleransi makanan d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Pain Control e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Indikator : f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain a) Mengakui timbulnya tentang ketidakefektifan nyeri kontrol nyeri masa b) Menjelaskan faktor lampau penyebab g) Bantu pasien dan buku Faktor yang berhubungan c) Menggunakan keluarga untuk mencari harian untuk memantau - Agen cidera biologis, dan menemukan gejala dari waktu ke - Agen cidera kimiawi dukungan waktu - Agen cidera fisik d) Menggunakan tindakan h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi pencegahan nyeri seperti suhu menggunakan non ruangan, pencahayaan analgesik ukuran lega dan kebisingan menggunakan analgesik i) Kurangi faktor seperti yang dianjurkan presipitasi nyeri e) Laporan nyeri j) Pilih dan lakukan dikendalikan penanganan nyeri (farmakologi, non Comfort Level farmakologi dan inter Indikator : personal) a) Reaksi obat k) Kaji tipe dan sumber b) Otonomi pribadi nyeri untuk menentukan c) Relokasi adaptasi intervensi d) Lingkungan yang aman l) Ajarkan teknik non farmakologis m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri o) Tingkatkan istirahat p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan



dan tindakan nyeri tidak berhasil q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Analgesic administration a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi c) Cek riwayat alergi d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri f) Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal g) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian anlgesik pertama kali i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat j) Evaluasi efektifitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping) 2



Intoleransi Aktivitas



a. Energy conservation Indikator : 1) Menunjukkan



Energy Management 1. Tentukan keterbatasan pasien terhadap aktivitas



keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat 2) Menggunakan teknik 3) Mengenali keterbatasan energi 4) Menyesuaikan gaya hidup sesuai tingkat energi 5) Mempertahankan gizi yang cukup 6) Melaporkan aktivitas yang sesuai dengan energi b. Activity tolerance Indikator : 1) Saturasi oksigen saat melakukan aktivitas membaik/dalam rentang normal 2) nadi saat melakukan aktivitas dalam rentang normal 3) tidak sesak napas saat melakukan aktivitas 4) tekanan darah saat melakukan aktivitas dalam rentang normal 5) mudah melakukan ADL c. Self Care : ADLs Indikator : 1) Mampu melakukan ADL secara mandiri (seperti makan, memakai baju,toileting, mandi, berdandan, menjaga kebersihan, oral hygiene, berjalan, berpindah tempat)



2. Tentukan penyebab lain dari kelelahan 3. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya 4. Observasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat 5. Observasi respon jantung-paru terhadap aktivitas (misalnya takikardia, disritmia, dispnea, pucat, dan frekuensi pernafasan) 6. Batasi stimulus lingkungan (misalnya pencahayaan, dan kegaduhan) 7. Dorong untuk lakukan periode aktivitas saat pasien memiliki banyak tenaga. 8. Rencanakan periode aktivitas saat pasien memiliki banyak tenaga 9. Hindari aktivitas selama periode istirahat 10. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumebr energi 11. Instruksikan pasien atau keluarga untuk mengenal tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas. 12. Bantu pasien atau keluargauntuk menentukan tujuan akhir yang realistis 13. Evaluasi program peningkatan tingkat aktivitas Activity Therapy



1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencakan program terapi yang tepat 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivasi seperti kursi roda 6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 8. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas 9. Sediakan penguat positif bagi yang aktif beraktifitas 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan 11. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual



3



Kekurangan cairan



volume Keseimbangan kriteria hasil :



Defenisi: penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko : a. Perubahan status mental b. Penurunan tekanan darah c. Penurunan tekanan nadi d. Penurunan turgor kulit e. Membrane mukosa kering f. Kulit kering g. Peningkatan suhu tubuh Faktor yang berhubungan dengan : a. Kehilangan cairan aktif b. Kegagalan mekanisme regulasi



4



Ansietas



cairan Manajemen cairan



a) Tekanan darah tidak terganggu b) Keseimbangan intake dan output tidak terganggu c) Berat badan stabil tidak terganggu d) Turgor kulit tidak terganggu e) Hematokrit sedikit terganggu f) Berat jenis urin sedikit terganggu Dehidrasi ti dak terjadi dengan kriteria hasil : a) Turgor kulit tidak terganggu b) Membran mukosa lembab tidak tergganggu c) Intake cairan tidak tergan ggu d) Output urin tidak terganggu e) Perfusi jaringan tid ak terganggu f) Tidak ada haus g) Tidak ada peningkatan hematokrit h) Tidak ada nadi cepat dan lemah NOC:



a. Pertahankancat atan intake dan output yang akurat b. Monitor status hidrasi c. Monitor vital sign d. Monitor masukanataucai randanhitung intake kaloriharian e. Kolaborasi pemberian cairan IV f. Monitor status nutrisi g. Monitor tingkathematok rit h. Monitor tanda vital Manajemen hipovolemia a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan b. Pelihara IV line c. Monitor tingkatan Hb dan hematokrit d. Monitor tanda vital e. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan f. Dorong pasien untuk menambah intake oral



NIC:



Definisi: perasaan tidak a) Anxiety self-control Anxiety Reduction nyaman atau kekawatiran b) Anxiety level (penurunan kecemasan) yang samar disertai respon c) Coping a) Gunakan pendekatan autonom, perasaan takut yang menenangkan yang disebabkan oleh b) Nyatakan dengan jelas antisipasi terhadap bahaya. Kriteria hasil: harapan terhadap pelaku Hal ini merupakan isyarat pasien kewaspadaan yang a) Klien mampu c) Jelaskan semua



memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.



Faktor berhubungan:



yang



a) Perubahan dalam status kesehatan b) Terkait keluarga c) Stress, ancaman kematian d) Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran) e) Kebutuhan yang tidak dipenuhi



menidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas b) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas c) Vital sign dalam batas normal d) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan



d) e)



f) g)



h) i)



j)



prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi Berikan obat untuk mengurangi kecemasan



4. Evaluasi Keperawatan Evaluasi penting untuk memastikan bahwa ini untuk meningkatkan keseimbangan cairan dan elektrolit optimum, mencegah komplikasi ketidakseimbangan dan meningkatkan pengetahuan yang diterima klien. Evaluasi keperawatan merupakan tindakan untuk melihat seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan implementasi yang ditulis dalam bentuk SOAP. 5.



DAFTAR PUSTAKA Bulechek,G.,dkk.2017. NIC (Nursing Interventions Classification). Singapura: ELSEVIER Judha M, Sudarti AF. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika. Kowalak, J. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Kusmiran, Eny. (2013). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. Moorhead, Sue.,dkk. 2017. NOC (Nursing Outcomes Classification). Singapura: ELSEVIER NANDA. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi tahun 2018-2020. Jakarta: EGC. Nugroho, Taufan., Bobby Indra Utama. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Nuha Medika. Paramita, Dyah Prandya. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenore dengan Prilaku Penanganan Disminore pada Siswi SMK Ypkk I Sleman Yogyakarta [Karya Tulis Ilmiah]. Universitas Sebelas Maret. Proverawati A, Siti M. (2009). Menarche : Menstruasi Pertama Penuh Makna. Jakarta: Nuha Medika. Sinaga, E. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Iwwash.