LP Hipertensi Pada Kehamilan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Departemen Keperawatan Maternitas



LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN



OLEH: IKRIMAH SYAM,S.Kep 70900120003



Dosen Pembimbing (Nurhidayah, S.Kep, Ns., M.Kep)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XVII FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2021



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga Laporan pendahuluan yang berjudul ” Laporan Pendahuluan Hipertensi pada Kehamilan” dapat terselesaikan, dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti sekarang ini. Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan, penyusun telah banyak dibantu oleh berbagai pihak. Segala kerendahan hati penyusun menghaturkan terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada keluarga yang tercinta dan tersayang serta sebagai sumber inspirasi terbesar dan semangat hidup menggapai cita. Terima kasih atas segala bimbingan, dukungan, motivasi serta doa restu, terus mengiringi perjalanan hidup penulis hingga sekarang sampai di titik ini. Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya baik berupa saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis memohon do’a dan berharap semoga ilmu yang telah diperoleh dan dititipkan dapat bermanfaat bagi orang serta menjadi salah satu bentuk pengabdian dimasyarakat nantinya. Wassalamu’Alaikum Wr. Wb. Makassar, 18 Januari 2021



Ikrimah Syam, S.Kep



BAB I KONSEP MEDIS HIPERTENSI PADA KEHAMILAN A. Pengertian Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam [ CITATION Ree11 \l 1033 ]. Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi [ CITATION Pra13 \l 1033 ]. B. Etiologi Menurut Prawirohardjo (2013) penyebab hipertensi dalam kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut : a. Primigravida, primipaternitas b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar. c. Umur d. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eclampsia e. penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil f. obesitas C. Klasifikasi Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan : 1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan. 2. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. 3. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma. 4. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.



5. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria [ CITATION Pra13 \l 1033 ] D. Patofisiologi Menurut Prawirohardjo (2013), beberapa teori yang mengemukakan terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah : a. teori kelainan vaskularisasi plasenta Kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang arteri spiralis. Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan remodeling arteri spiralis. Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi selsel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta. b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan



c.



d.



e.



f.



g.



merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada normotensif. Teori adaptasi kardiovaskuler Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor. Teori Genetik Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia. Teori defisiensi gizi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-lain. Teori stimulus inflamasi Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas plasenta



maka reaksi stress oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal [ CITATION Pra13 \l 1033 ]. Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi disfungsi sel endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh, diantaranya adalah : 1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu fasodilator kuat 2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus 3. Peningkatan permeabilitas kapiler 4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar NO (vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor) meningkat. 12 5. Peningkatan vaktor koagulasi 6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempattempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya agresi trombosit akan memproduksi tromboksan (TXA2) yang mana tromboksan tersebut merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu hamil yang mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan kadar tromboksan (vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari pada prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga menyebabkan pembuluh darah cendrung mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah. Patofisiologi hipertensi dalam kehamilan terjadi karena adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan kerusakan pembuluh darah merupakan karakteristik terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu karena adanya segmen yang menyempit dan melebar yang berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai darah dan penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen, dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin, dan akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai edema [ CITATION Ree11 \l 1033 ]. E. Manifestasi klinis



Manifestasi klinis dari hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut : Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang dipengaruhi. 1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran premature 2. Mengalami hipertensi diberbagai level 3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4. 4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia mungkin akan terjadi. 5. Berpotensi gagal hati. 6. kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas. 7. meningkatnya enzim hati. 8. jumlah trombosit menurun. [ CITATION Joh14 \l 1033 ] Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia a. Volume plasma Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan bermakna guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Sebaliknya pada preeklampsia terjadi penurunan volume plasma antara 3040% dibanding hamil normal disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi b. Hipertensi Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II. c. Fungsi ginjal 1) Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut : a) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia, sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria b) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan terjadinya proteinuria. c) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat irreversibel. d) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasopasme pembuluh darah. 2) Proteinuria Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga



d.



e.



f.



g.



sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir lebih dulu. Pengukuran protein dapat dilakukan dengan urin dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa dua kali urin acak selang 6 jam dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam. 3) Asam urat serum Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah filtrasi aliran darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan asam urat terjadi karena iskemia jaringan. 4) Kreatinin Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal ini disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun, 17 Poltekkes Kemenkes Padang mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin plasma. 5) Oliguria dan anuria Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria), bahkan dapat terjadi anuria. Elektrolit Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya dengan preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil normal, kecuali jika diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat anti diuretik. Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan kadar hamil normal, yaitu sama dengan proporsi jumlah air dalam tubuh. Viskositas darah Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro: fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah meningkat, mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ. Hematokrit Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi karena hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia. Edema Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada



muka, dan tangan atau edema generalista, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat. h. Neurologik Perubahan dapat berupa : 1) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik edema. 2) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus, dapat berupa: pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio retina. 3) Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Faktorfaktor yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema serebri, vasopasme serebri, dan iskemia serebri. 4) Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan eklampsia. [ CITATION Pra13 \l 1033 ]. F. Komplikasi Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada ibu dan janin. Pada ibu : 1. Eklampsia 2. Pre eklampsia berat 3. Solusio plasenta 4. Kelainan ginjal 5. Perdarahan subkapsula hepar 6. Kelainan pembekuan darah 7. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count). 8. Ablasio retina. Pada janin : a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus b. Kelahiran prematur c. Asfiksia neonatorum d. Kematian dalam uterus e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal. G. Penatalaksanaan Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya : 1. Hipertensi ringan Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju



jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin kabur 2. Hipertensi Berat Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida. 3. Hipertensi kronis Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru). Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga dijelaskan oleh [ CITATION Pur10 \l 1033 ] dan Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya : 1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah baring. 2. Hindari kafein, merkok, dan alkohol. 3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak. 4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan. 5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan USG. 6. Pembatasan aktivitas fisik. 7. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen farmakologi memiliki tujuan untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera serebrovaskular.



H. Pemeriksaan Penunjang [ CITATION Man13 \l 1033 ] dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan



pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi diantaranyana : 1. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria 2. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein 3. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine aminotransferase atau meningkatnya aspartate ). 4. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal, karena gangguan fungsi ginjal. 5. Tes non tekanan dengan profil biofisik. 6. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin 7. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.



I. Pathway



BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN A. Pengkajian a. Anamnesa Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan meliputi : 1. Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah 2. Data Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal, terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus, mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu. b) Riwayat kesehatan Dahulu: Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi dalam keluarga. 3. Riwayat Perkawinan Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun. 4. Riwayat Obstetri Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan .[ CITATION Pra13 \l 1033 ] b. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami kelemahan. TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan tekanan darah darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg. 2. Nadi :



Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan denyut nadi yang meningkat, bahkan pada ibu yang mengalami eklampsia akan ditemukan nadi yang semakin cepat. 3. Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemuksn nafas pendek, dan pada ibu yang mengalami eklampsia akan terdengar bunyi nafas yang berisik dan ngorok. 4. Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya tidak ada gangguan pada suhunya, tetapi jika ibu hamil tersebut mengalami eklampsia maka akan terjadi peningkatan suhu. 5. BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu, dan pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan terjadi peningkatan BB lebih dari 1 kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan 6. Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang berketombe dan kurang bersih dan pada ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami sakit kepala. 7. Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami preklampsia/eklampsia wajah tampak edema. 8. Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan konjungtivasub anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia atau eklampsia biasanya akan terjadi gangguan penglihat yaitu penglihatan kabur. 9. Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguan Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab 10. Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi, menyebabkan kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan dan perdarahan 11. Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer tiroid 12. Thorax : a. Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan napas pendek



b. jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi jantung, pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan,khususnya pada ibu yang mengalami preeklampsia beratakan terjadi dekompensasi jantung. 13. Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat dan lebih keras, puting menonjol dan areola menghitam dan membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih terlihat. 14. Abdomen : Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus menonjol keluar, dan membentuk suatu area berwarna gelap di dimding abdomen, serta akanditemukan linea alba dan linea nigra. Pada ibu hamil dengan hipertensi biasanya akan ditemukan nyeri pada daerah epigastrum, dan akanterjadi anoreksia, mual dan muntah 15. Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi bunnyi jantung janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang melemah. 16. Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan bisa ditemukan edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari. 17. Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa ditemukan hiper refleksia, klonus pada kaki 18. Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu pada ibu hami dengan preeklampsia [ CITATION Ree11 \l 1033 \m Mit11]. c. Pemeriksaan penunjang Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah : 1. Pemeriksaan laboratorium a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah 1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%) 2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%) 3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3 b) Urinalisis



Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi ringan tidak ditemukan protein dalam urin c) Pemeriksaan fungsi hati 1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl) 2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat 3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul. 4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N: 15-45 u/ml). 5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N: < 31 u/l). 6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl). d) Tes kimia darah Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl). 2. Radiologi a) Ultrasonografi : Bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit b) Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin lemah 3. Data sosial ekonomi Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga melakukan perawatan antenatal yang teratur. 4. Data Psikologis Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan [ CITATION Pra13 \l 1033 ]. B. Diagnosis keperawatan Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Reeder dkk (2011), menyebutkan beberapa kemungkinan diagnosa yang terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi berdasarkan [ CITATION SDK17 \l 1033 ] diantaranya adalah: 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi 2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan/atau vena 3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis



4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbagan antara suplai dan kebutuhan oksigen 5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional 6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi 7. Resiko cedera pad ibu berhubungan dengan faktor risiko penyakit penyerta C. Rencana keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi Intervensi : Manajemen jalan napas Tujuan: Pola Nafas membaik Kriteria Hasil:  Dispnea menurun  Pengguanaan otot bantu menurun  Pernapasan cuping hidung menurun  Frekuensi nafas membaik  Kedalaman napas membaik[ CITATION SLK19 \l 1033 ] Tindakan: a. Observasi 1) Monitor pola napas (frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas) Rasional: untuk mengetahui pola napas terkait frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas. 2) Monitor bunyi napas Rasional: untuk mengetahui ada atau tidak bunyi napas tambahan 3) Monitor adanya produksi sputum Rasional: untuk mengetahui jumlah dan warna sputum b. Terapeutik 4) Posisikan posisi semi fowler atau fowler Rasional: pemberian dengan posisi semi fowler atau fowler membantu pasien memaksimalkan ventilasi sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi melalui proses pernapasan 5) Berikan oksigen Rasional: mengurangi sesak napas pada pasien 6) Berikan air hangat Rasional: penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus



c. Edukasi 7) Mengajarkan teknik batuk efektif, jika perlu Rasional: untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan nafas d. Kolaborasi 8) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik Rasional: untuk mengurangi bronkospasme dengan mobilisasi sekret[ CITATION SIK18 \l 1033 ] Intervesi 2: Pengaturan Posisi Tindakan: a. Observasi 1) Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah posisi b. Terapeutik 1) Atur posisi yang disukai, jika tidak ada kontraindikasi 2) Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis. Semi-fowlwer) c. Edukasi 1) Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi d. Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum melakukan perubahan posisi, jika perlu 2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan/atau vena Tujuan: Perfusi perifer efektif Ktiteria Hasil:  Nadi perifer meningkat 



Warna kulit pucat menurun







Edema perifer menurun







Pengisisan kapiler membaik







Akral membaik







Turgorkulit membaik







Tekanan darah sistolik membaik



 Tekanan darah diastolik membaik Intervensi: Perawatan Sirkulasi Tindakan: a. Observasi



1) Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, dan suhu) 2) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Siabetes, perokok, orangtua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi) 3) Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstermitas b. Terapeutik 1) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di daerah keterbatasan perfusi 2) Hindari pengukuran tekanan darah didaerah ektermitas dengan keterbatasan perfusi 3) Hindari penekanan dan pemasangan tourniqet pada daerah cedera 4) Lakukan pencegahan infeksi 5) Lakukan perawatan kaki dan kuku 6) Lakukan hidrasi c. Edukasi 1) Anjurkan berhenti merokok 2) Anjurkan berolahraga rutin 3) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar 4) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah dan kolestrol, jika perlu 5) Anjurkan melakukan perawtan kulit yang tepat 6) Ajurkan program rehabilitasi vaskuler 7) Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi 8) Informasikasn tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Tujuan : Tingkat nyeri menurun Kriteria hasil:  Mengeluh nyeri menurun 



Meringis mmenurun







Sikap protektif menurun







Kesulitan tidur menurun







Frekuensi nadi membaik







Pola nafas membaik



 Tekanan darah membaik Intervensi: Manajemen Nyeri: Tindakan: a. Observasi 1) Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Rasional: Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri pasien 2) Identifikasi skala nyeri. Rasional: untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien 3) Identifikasi respon nyeri non verbal Rasional: untuk mengetahui dan melihat respon nyeri non verbal pada pasien 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan yang memperingan nyeri Rasional: untuk mengetahui faktor yang memperberat dan yang memperingan nyeri pada pasien b. Teraputik



1) Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis : TENS, hypnosis,akupresur,terapi music, biofeedback, terapi pijat,aroma therapy,tehnik imanjinasi terbimbing,kompres hangat atau dingin) Rasional: pemilihan teknik non farmakologis yang tepat dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien



2) Kontrol



lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu



ruangan ,kebisingan, pencahayaan) Rasional: Mengurangi resiko factor yang dapat memperberat nyeri



3) Fasilitasi istirahat dan tidur Rasional: Mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istirahat pasien c. Edukasi



1) Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri. Rasional: Memberikan pemahaman tentang penyebab dan pemicu terjadinya nyeri 2) Jelaskan strategi meredahkan nyeri Rasional: Agar pasien mengerti dan melakukan strategi meredahkan nyeri 3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri. Rasional: Agar pasien dapat mengontrol dan mengungkapkan nyeri yang dirasakan 4) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Rasional: Meringankan dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien d. Kolaborasi 1) Kolaborasi penggunaan analgetik jika perlu. Rasional: Mengurangi/menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan pasien 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbagan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tujuan: Toleransi Aktivitas meningkat Kriteria Hasil:  Frekuensi nadi membaik  Saturasi oksigen meningkat  Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari memingkat Intervensi: Manajemen Energi Tindakan: a. Observasi 1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2) Monitor kelelahan fisik dan emosional 3) Monitor pola dan jam tidur 4) Monitor lokasi dan tidak kenyamanan selama melakukan aktivitas b. Terapeutik 1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan) 2) Lakukan latihan gerak rentang pasif dan/ atau aktif 3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangka



4) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan c. Edukasi 1) Anjurkan tirah baring 2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang 4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan d. Kolaborasi 1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan Intervensi 2: Terapi Aktifitas Tindakan: a. Observasi 1) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu 2) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan 3) Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas b. Terapeutik 1) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social 2) Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia 3) Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk mengakomodasikan aktivitas yang dipilih Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu 4) Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan c. Edukasi 1) Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi dan kesehatan 2) Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai 3) Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas d. Kolaborasi 1) Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas, jika sesuai 5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional Tujuan: Tingkat Ansiestas menurun Kriteria Hasil:  Perilaku gelisah menurun



    



Verbalisasi khawatir terhadap kondisi yang dihadapi Perilaku tegang menurun Keluhan pusing menurun Tekanan darah menurun Pola tidur membaik



Intervensi: Reduksi Ansietas: Tindakan: a. Observasi 1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor) Rasional: Mengetahui tingkat ansietas berubah pada



kondisi,



waktu dan stressor 2) Monitor tanda-tanda ansietas Rasional: Dapat membantu pasien untuk mencegah terjadinya ansietas. b. Terapeutik 1) Dengarkan dengan penuh perhatian Rasional:



Memdengarkan



seksama



keluhan



pasien



dapat



mengurangi ansietas. 2) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan Rasional: Perasaan pasien akan berfikir positif jika diberikan motivasi. c. Edukasi 1) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien Rasional: Agar pasien tidak merasa tidak diperhatikan dan pasien merasa nyaman. 2) Latih tekhnik relaksasi Rasional: Mengurangi tingkat kecemasan dan membuat rileks. d. Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian terapi antiansietas. Rasional: Mengurangi perasaan cemas pada pasien. 6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi



Tujuan : Tingkat penegetahuan meningkat Intervensi: Edukasi Kesehatan Tindakan: a. Observasi 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2) Identifikasi faktor-faktor yang meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku bersih dan sehat b. Terapeutik 1) Sediakan meteri dan media pendidikan kesehatan 2) Jadwal pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3) Beri kesempatan untuk bertanya c. Edukasi 1) Jelaskan faktor resiko yang mempengaruhi kesehatan 2) Ajarka perilaku hidup bersih dan sehat 3) Ajaerkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. 7. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan faktor risiko penyakit penyerta Tujuan: Tingkat cedera menurun Kriteria hasil:  Kejadian cedera menurun  Toleransi aktivitas meningkat  Tekanan darah membaik  Frekuensi nadi membaik  Frekuensi nafas membaik Intervensi: perawaan kehamilan risiko tinggi Tindakan: d. Obsevasi 1) Identifikasi faktor risiko (mis. Diabetes, hipertensi, lupus eritmatosus, herpes, hepatitis, HIV, epilepsy) 2) Identifikasi riwayat obstetric (mis.prematutitas, postmaturitas, preeklamsi, kehamilan multifetal, pertumbuhan intrauteri, abrupsi, plasenta previa, sensilitas Rh. Ketuban pecah dini, dan riwayat genetic keluarga lainnya) e. Terapeutik 1) Damping ibu saat cemas f. Edukasi 1) Anjurkan ibu melakukan perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan



2) Ajarkan mengenali tanda bahaya ( perndarahan vagina merah terang, perubahan cairan ketuban, mengenali gerakan janin, kontraksi sebelum 37 minggu, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastric, penambahan BB yang cepat dengan edema wajah) g. Kolaborasi 1) Kolaborasi dengan spesialis jika ditemukantanda dan bahaya kehamilan D. Implementasi Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu, kemampuan tekhnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan evaluasi. Tahap pelaksanaan keperawatan meliputi: fase persiapan (preparation), tindakan dan dokumentasi [ CITATION Mit11 \l 1033 ]. E. Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan keluarga. Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu: 1. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencanan keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni Subjektif (data berupa pemeriksaan), Analisa data (perbandingan data dengan teori), dan Planning (perencanaan). 2. Evaluasi Sumatif Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan[ CITATION Mit11 \l 1033 ]



BAB III KAJIAN INTEGRASI KEILMUAN Agama Islam terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang menunjukkan bahwa seseorang yang menderita sakit dapat sembuh karena pertolongan Tuhan, karena sesungguhnya yang dapat menyembuhkan penyakit adalah Allah. Seperti dalam Firman Allah Swt. QS Al-Isra’ ayat 82 sebagai berikut: ٰ ‫ة لِّ ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَ َواَل يَ ِزي ُد ٱلظَّلِ ِمينَ إِاَّل َخ َس ٗارا‬ٞ ‫ َو َر ۡح َم‬ٞ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ۡٱلقُ ۡر َءا ِن َما هُ َو ِشفَٓاء‬ Artinya: “ dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orangorang yang zalim selain kerugian”.Use the "Insert Citation" button to add citations to this document.



Manusia tidak bisa terbebas dari penyakit. Rasulullah senantiasa menganjurkan untuk berobat bagi orang yang menderita penyakit, karena



kesehatan sangat penting bagi manusia. Hal ini sesuai dengan riwayat Imam Ahmad: Artinya:“Dari Usamah bin Syarik, ia berkata: ada orang Badui datang, lalu ia bertanya: Ya Rasulullah, apakah kami (harus) berobat? Nabi menjawab: “Ya, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan Ia menurunkan obat untuknya, orang yang mengerti (tentu) mengetahuinya dan orang yang bodoh (tentu) tidak mengetahuinya.” (HR. Ahmad) Berdasarkan hadis di atas dijelaskan, bahwa adanya berbagai upaya (ikhtiyar) dan itu tidak berarti menafikan tawakal kepada Allah bagi orang yang mempercayai, bahwa upaya-upaya itu atas izin dan takdir Allah, dan bahwasannya upaya-upaya itu bukan dengan sendirinya menyembuhkan akan tetapi atas takdir Allah juga. Karena obat itu terkadang bisa berbalik menjadi penyakit bila takdir Allah menghendakinya. Namun berobat itu tidak menafikan tawakal, sebagaimana tidak menafikannya mengusir lapar dan haus dengan makan dan minum. Demikian pula halnya, menghindari malapetaka, berdoa mohon kesembuhan, menolak bahaya dan lain sebagainya. Setiap penyakit itu ada obatnya dan apabila obatnya cocok dengan penyakitnya maka dengan izin Allah ia akan sembuh. Seperti yang kita ketahui dari keterangan para dokter, penyakit itu adalah keluarnya tubuh dari saluran yang semestinya, Sementara pengobatan adalah upaya untuk mengembalikannya. Kesehatan itu harus selalu dijaga, dan salah satu caranya adalah dengan memberikan obat-obatan yang berlawanan dengan karakter penyakit itu sendiri. Begitu misterius dan relatifnya hakekat penyakit dan hakekat obatnya, sehingga sedikit sekali orang yang mempercayai teori tersebut. Dari sinilah seorang dokter salah dalam memberikan diagnosa, sehingga pasien yang ditanganinya tidak sembuh. Kita percaya pada jaminan yang disampaikan Nabi SAW bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya. Kalau kemudian kita lihat banyak orang yang berobat tetapi tidak sembuh, itu karena hakekat obatnya yang belum diketahui [CITATION NTh13 \l 1033 ]. Untuk kasus-kasus terkait dengan darah dan pembuluh darah jangan kita lupa untuk membaca do’a kesembuhan kemudian dibacakan pada air dan diminum, Rasulullah saw, bersabda: “Sesungguhnya syaitan mengalir dalam anak adam melalui aliran darahnya.” (HR Muttafaqun 'alaih)



Daftar Pustaka Johnson. (2014). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing. Manuaba, C., & dkk. (2013). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Prawihardjo, S. (2013). Ilmu kebidanan. Jakarta: PT BIna Pustaka. Purwaningsih, W., & Fatmawati. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.



Reeder, J. S. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: EGC. SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja DPP PPNI. SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja DPP PPNI. Thayyarah, N. (2013). Buku Pintar Sains dalamAl Quran: Mengerti Mukjizat IlmiahFirman Allah. Jakarta: Zaman.