LP Kehamilan Fisiologis Dan Patologis Kelompok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG KEHAMILAN FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS



OLEH



KELOMPOK I : 1. LUH MADE NGINTE YOSSIE ASPARI



(001EAKKB018)



2. ENDANG NURFIALATI



(006EAKKB018)



3. DESAK KETUT OKTARITA DEWA



(007EAKKB018)



POLITEKNIK KESEHATAN KARTINI BALI 2021



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...........................................................................



2



DAFTAR ISI .........................................................................................



3



BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang....................................................................................



4



Rumusan Masalah .............................................................................



5



Tujuan ...............................................................................................



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kehamilan Fisiologis..........................................................................



6



Kehamilan Patologis ..........................................................................



16



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Bila dihitung dimulai pada saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan. (Prawirohardjo, 2018). Pada saat kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu wanita yang sedang hamil perlu mendapatkan makanan yang bergizi dan dalam keadaan yang sehat. Kehamilan akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan energi dan zat gizi lainnya sebagai pertumbuhan dan perkembangan janin. Oleh karena itu, jika seorang wanita kekurangan gizi pada saat hamil akan mempengaruhi perkembangan janin sehingga janin tidak dapat berkembang dengan baik. (Rismalinda, 2015). Gizi pada wanita hamil haruslah seimbang bila tidak ibu akan mengalami beberapa penyakit yang sering di alami pada wanita hamil seperti Anemia, Hipertensi, hipotensi, diabetes militus bila tidak di cegah mulai dari kehamilan efeknya akan beresiko pada saat persalinan yang akan menyebabkan angka kematian ibu dan bayi menjadi meningkat. (Rismalinda, 2015) Menurut definisi WHO (world Health Organizatiom) kematian maternal ialah kematian seorang wanita hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebeb apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka kematian maternal adalah angka jumlah kematian maternal di perhitungkan terhadap 1.000 atau 100.000 kelahiran hidup (Prawirohardjo, 2012). Keberhasilan dalam meningkatkan kesehatan ibu salah satunya adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang di sebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas taupun pengelolaan, bukan karena sebab- sebab lain seperti kecelakan di setiap 100.000 kelahiran hidup.(Profil Kesehatan Indonesi, 2017). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, angka kematian ibu (AKI) mengalami penurunan dari 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012, dan



309 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) hasil SDKI 2017 menunjukan penurunan yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sidah mencapai target MDGs 2015 sebesar 23 per 1.000 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017). Sedangkan target SDGs pada 2030 mengurangi anhka kematian ibu sehingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2017 dan Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Untuk mengurai angka kematin ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pemerintah menyarankan untuk melakukan kunjungan kehamilan pada trimester pertama sebanyak 1 kali, trimester ke dua sebanyak 1 kali, dan untuk trimester ketiga minimal 2 kali. (Kebijakan kementrian kesehatan dalam penurunan AKI & AKB dalam konteks pelayanan klinik, 2012) Untuk mengurai angka kematian ibu pemerintah mempunyai program pemberian supleman penambah darah yang wajib di minum sebanyak 90 butir selama 3 bulan, dan juga harus melakukan suntik imunisasi TT untuk mencegah terjadinya infeksi pasa saat proses persalinan. (Rismalinda, 2015). B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Kehamilan ? 2. Tanda – Tanda kehamilan ? 3. Bagaimana penatalksanaan dari setiap kasus kehamilan patologis. C. Tujuan 1. untuk mengetahui tentang kehamilan 2. untuk mengetahui apa saja termasuk kehamilan patologis 3. untuk mengetahui penatalaksanaan dari kehamilan patologis.



BAB II PEMBAHASAN A. Kehamilan Fisiologis 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut (Walyani, 2015). kehamilan dapat dibagi dalam 3 trimester, dimana trimester 1 berlangsungminggu pertama hingga minggu ke-14. Trimester II berlangsung pada minggu ke-14 sampai ke-28, dan trimester III berlangsung pada minggu ke-28 hingga ke-40 (Saifuddin, dkk, 2010). 2. Proses Kehamilan Menurut Wiknjosastro (2010), proses kehamilan merupakan kehamilan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari : 1) Ovulasi Adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormon yang komplek. 2) Terjadinya migrasi spermatozoa dan ovum dengan gerak aktif tuba yang memiliki fibriae, maka ovum ditangkap dan menuju 9 9 uterus, sedangkan spermatozoa masuk ke dalam alat genetalia menuju tuba fallopi. 3) Konsepsi dan pertumbuhan zigot Adalah pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa. 4) Nidasi (implantasi) Adalah proses penempelan hasil konsepsi di dalam endometrium. 5) Pembentukan plasenta 6) Tumbuh kembang konsepsi hingga aterm 3. Tanda-tanda kehamilan menurut Manuaba (2010) a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan,



b) Tanda hegar (perlunakan pada daerah ismus) c) Tanda chadwicks (hipervaskularisasi pada vulva dan vagina, tampak lebih dan kebiru – biruan) e) Tanda Braxton hick (uterus dirangsang mudah kontraksi) f) Pp test positif 4. Tanda – tanda pasti kehamilan adalah : a) Ada gerakan janin (pada primigravida dapat dirasakan ibunya usia kehamilan 18 minggu sedangkan multigravida umur 16 minggu) b) Palpasi atau perabaan Teraba bagian – bagian janin (20 minggu) c) Adanya ballotement (lentingan dari bagian bawah janin) d) USG (adanya gambaran kerangka janin) e) Dengan memakai alat sistem Doppler dan stetoskop klenex terdengar denyut jantung janin (djj)  Menurut Rismalinda (2015) Pertumbuhan janin dari trimester pertama sampai trimester ke tiga sebagai berikut : a. Minggu 1 Proses pembentukan antara sperma dan sel telur yang memberikan informasi kepada tubuh bahwa telah ada janin dalam Rahim. Saat ini janin sudah memiliki nekal genetik, sebuah kombinasi unik berupa 46 kromosom. Selama masa ini, yang di butuhkan niutrisi (melalui ibu) dan oksigen. Sel ini akan bertemu dengan sel-sel sperma dan memulai proses pembuahan 5 juta sel sperma sekaligus berenang menuju sel telur dan menembus indung telur. b. Mingguke 2 Pembuahan terjadi pada akhir minggu ke dua. Sel telur yang telah dibuahi membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Terus membelah , set telur bergerak ke dalam lubang falopi menuju Rahim.setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut manula. Sel-sel mulai berkembang dan terbagi kira-kira dua



kali sehari sehingga pada har yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst tertanam pada endometrium. c. Mingguke 3. Sampai usia kehamilan 3 minggu, sel telur yang telah membelah menajadi ratusan akan menempel pada dinding Rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil berdiameter 0,1-0,2 mm. d. Mingguke 4. Bayi sudah berbentuk embrio, embrio memproduksi hormone HCG sehingga apabila melakukan test kehamilan hasilnya positif Janin pada minggu ke 4 sudah membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan oarta. e. Mingguke 5. Pada minggu ke 5 terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang paing atas yang akan membentuk sisitem saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulut serta rambut. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung, tulang dan organ reproduksi. Lapisan Endoderm yaitu lapisan paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas dan kandung kemih. f. Mingguke 6. Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm yang diukur dari puncak kepala hingga bokong, tiba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup. Pada minggu ini system pencernaan dan pernapasan mulai dibentuk, kaki dan tangan mulai terlihat dan terbentuk.



g. Mingguke 7. Akhir minggu ke tujuh sepanjang sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram, kira0kira biji kacang hijau. Lengan mulai menajdi bagian bahu dan tangan. Jantung telah dibagi menajdi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran uadara yang terdapat di dalm paru-paru. h. Migguke 8.



Panjang kira-kira 14-20 mm. banyak perubahan yang terjadi pada janin, ujung hidung dan kelopak mata mulau berkembang begitu pula telinga, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorkan mulai bercabang. Lengan semakin membesar dan ia memiliki siku. Janin mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung, bibir, mulut serta lidah, mata juga sudah mulai kelihatan berada di bawah membran kulit yang tipis. Anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna. i. Mingguke 9. Telinga bagian luar mulai tebentuk kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki dan tangan muali tampak dan mulai bergerak. Dengan menggukan dopler terdengar detak jantung janin. Panjang janin sekitar 22-30 mm dan berat sekitar 4 gram. j. Mingg ke 10. Semua organ penting telah terbentuk. Pertumbuhan otak, menigkat dengan cepat, hamper 250.000 sel saraf baru di produksi setiap menit. Janin mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dengan berat 7 gram. k. Minggu ke 11. Panjang sudah mencapai 6,5 cm. baik rambut, kuku jari tangan dan kaki mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah mulai menguap. Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukan kepala, gerakan sudah dapat dirasakan ibu. Janin mengubah posisinya dengan gerakan memutar, memanjang. l. Minggu ke 12. Bentuk wajah janin sudah lengkap, terdapat dagu dan hidung kecil, jari-jari tangan dan kaki yang mungil terpisah penuh. Panjangnya sekitar 63 mm dan berat 14 gram. Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Janin membesar beberapa millimeter setiap hari. Jari kaki dan jari tangan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak mata.  Trimester kedua: a) Minggu 13. Panjang janin dari pucuk kepala sampai bokong di tafsirkan sekitar 6578 mm. berta kira-kira 20 gram. Dari pemeriksaan dapat teraba kitra-kira 10 cm di bawah pusat. Pertumbuhan bayi yang saat ini kira-kira separuh panjang



janin mengalami perlambatan dibandingkan dengan tubuh lainnya. Perlambatan ini berlangsung terus sehingga di akhir kehamilan akan tampak proporsional, yakni kira-kira tinggak sepertiga panjang tubuhnya. Mata janin makin hari kian bergeser ke bagian depan wajah meski masih terpisah jauh satu sama lain. Sementara telinga bagian luar terus berkembang dan menyerupai telinga normal. Kulit janin yang masih sangat tipis membuat pembuluh darah terlihat jelas di bawha kulit. Seluruh tubuh tuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut lanugo. Tulang sudah terbentuk di minggu-minggu



sbeelumnya



dan



untuk



minggu



selanjutnya



akan



berosifikasi / menahan kalsium dengan sangat cepat, sehingga tulang jadi lebih kuat. b) Mingguke 14. Panjang mencapai kisaran 80 mm atau 8 cm, dengan berat kira-kira 25 gram. Telinga janin sudah menempati posisi normal di kiri dan kanan telingan, leher terus memanjang sementara dagu tidak lagi menyatu dengan dada. Alat kelaminbagian luar juga berkembang lebih nyata, sehingga lebih mudah membedakan jenis kelamin. c) Mingguke 15. Panjangn sekitar 10-11 cm berat kira-kira 80 gram. Di usia 15 minggu, kerangka bayi Anda juga terus berkembang. Otot- otot bayi tumbuh terusmenerus dan bayi mungkin sudah bisa melakukan banyak pergerakan di kepala, mulut, tangan, pergelangan tangan, tangan, kaki dan sekitarnya.



d) Mingguke 16. Reflek gerak sudah bisa dirasakan ibu waluapun masih samat sederhana. Rambut halus di bibir dan di alispun mata juga sudah tampak melengkapi lanugo yang memenuhi seluruh tubuh. Tungkai kaki yang awal pembentukannya muncul belakangan, kini lebih panjang daripada lengan. Pada usia unu janin memproduksi alfadetoprotein, yaitu protein yang hanya dijumpai pada darah ibu hamil. Bila kadar protein ini berlebihan bisa merupakanpertanda ada masalah serius pada janin, seperti spina bifida. Sebaliknya kadar alfafetoprotein yang rendah bersignifikan dengan sindrom down. Jumlah alfafetoprotein yang dapat di ukur



dengan pemeriksaan air ketuban / amniosentesis dengan menyuntikan jarum khusus melewati dinding perut ibu. e) Mingguke 17. Panjang tubuh janin menigkat lebih pesat menjadi 13 cm dibandingkan lebar janin, berat sekitar 120 gram, sehingga bentuk Rahim terlihat oval. Akibatnya Rahim terdorong dari rongga panggul mengarah ke ronggo perut. Otomatis usus ibu terdorong mengenai hati, sehingga kerap terasa menusuk ulu hati. Pembentukan sidik jari di mulai pada minggu ke 17, janin juga pda minggu ini mulai neljar menelan dan menghidap. f) Mingguke18. Rahim dapat diraba tepat dibawah pusat, ukurannya kira-kira sebesar buah semangka. Peningkatan mobilitas persendian ikut mempengaruhi perubahan pastur tubuh sekaligus menyebabkan keluhan punggung. Keluhan ini makin bertambah bila kenaikan berat badan tak terkendal. Untuk mengatasinya biasakan berbaring miring kiri, hindari berdiri terlalu lama dan mengangkat



beban



berat.



Selain



itu,



sempatkan



sesering



mungkin



mengistirahatkan kaki dengan mengangkat / mengganjal pakai bantal.



g) Mingguke19. Panjang janin diperkirakan 13-15 cm, tafsiran berat 200 gram. System saraf janin yang terbentuk di minggu ke 4 di minggu ini makin sempurna perkembangannya, yakni dengan di produksi cairan sebrospinalis yaitu mestinya bersirkulasi di orak dan saraf tulang belakang tanpa hambatan.Jika lubang yang ada tersumbat atau aliran cairan tersebut terhalang oleh penyebab apapun, kemungkiann besar terjadi hidrosefalus / penumpukan cairan di otak. h) Mingguke20 Panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm dan berat sekitar 260 gram. Kulit yang menutupi tubuhjanin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan, yakni lapisan epidermis yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang merupakan lapisan



dalam. Epidermis selanjutnya akan membentuk pola- pola tertentu pada ujung jari, telapak tangan maupun telapak kaki. Sedangkan lapisan dermis mengandung pembuluh darahh kecil, saraf dan sejumlah besar lemak. Seiring perkembangan yang pesat kebutuhan darah janinpun meningkat pesat. Agar ibu terhindar dari Anemia ibu harus mencukupi zar besi, baik lewat konsumsi makanan bergizi seimbang maupun siplemen yang di anjurkan dokter. i) Mingguke21. Beratnya sekitar 350 gram dengan panjang sekitar 18 cm. pada minggu ini system organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan. Pada masa ini, organ hati dan limpa bayi telah bertanggung jawab untuk produksi sel darah. Sumsum tulangnya juga sudah cukup mampu untuk membentuk sel darah. j) Minggu ke 22. Berat sudah mencapai 400-500 gram dengan panjang 19 cm. ciri khas pada usia kehamilan ini adalah substansi putih mirip dengan pasta yang menutupi kulit tubuh janin yang di sebut vernix caseosa. Fungsinya melindungi kulit janin terhadap cairan ketuban. Di minggu ini pun kelopak mata muali menjalankan fungsinya untuk melindungi mata dengan gerakan menutup dan memvuka. Jantungnyapun mulai menjalankan tugasnya memompa darah sebagai persiapan kelak lahir. k) Minggu ke 23. Panjang sudah sekitar 20 cm dan berat 500 gram. Kulit masih terlihat keriput karena kandungan lemak di bawah kulitnya tidak sebanyak saat nanti lahir. Muka sudah tampak sempurna. l) Minggu ke 24. Berat janin sudah mencapai 600 gram dengan panjang sekitar 21 cm. Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusat. Pada minggu ini kelopak mata sudah sempurna dan sudah di lengkapi dengan bulu mata, pendengaran sudah berfungsi dengan penuh. m) Minggu ke 25. Berat bayi sekitar 700 gram panjang sudah 22 cm. Jarak dari puncak Rahim ke simfisis pubis sekitar 25 cm. bila ada indikasi medis umumnya akan di lakukan pemeriksaan USG untuk melihat keadaan janin. n) Minggu ke 26.



Berat janin sekitar 850 gram dan panjang 23 cm. denyut jantung janin sudah terdenger dengan jelas, normalnya 120-160 x/menit. Pada minggu ibu sering merasakan tak nyaman seperti kram kaki, nyeri pinggang, sakit kepala dan nyeri di bagian bawah tulang rusuk. o) Minggu ke 27 Berat janin melebihi 1.000 gram panjang sudah mencapai 24 cm. Retinas mata yang berada di bagian belakang mata membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima cahaya dan informasi mengenai pencahayaan yang di teruskan ke otak. Jika terjadi kesalahan dalam pembentukan lapisan- lapisan ini lah yang kelak memunculkan katarak kongenital / bawaan saat bayi dilahirka. p) Minggu ke 28 Berat janin sudah 1.100 gram dengan panjang 35-38 cm.puncak Rahim kira-kira berada 8 cm di atas pusat, pada minggu ini janin terlidat lebih berisi dengan bertambahnya160 x/menit. Pada minggu ibu sering merasakan tak nyaman seperti kram kaki, nyeri pinggang, sakit kepala dan nyeri di bagian bawah tulang rusuk.



q) Minggu ke 27 Berat janin melebihi 1.000 gram panjang sudah mencapai 24 cm. Retinas mata yang berada di bagian belakang mata membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima cahaya dan informasi mengenai pencahayaan yang di teruskan ke otak. Jika terjadi kesalahan dalam pembentukan lapisan- lapisan ini lah yang kelak memunculkan katarak kongenital / bawaan saat bayi dilahirka. r)



Minggu ke 28 Berat janin sudah 1.100 gram dengan panjang 35-38 cm.puncak Rahim kira-kira berada 8 cm di atas pusat, pada minggu ini janin terlidat lebih berisi dengan bertambahn Berat sudah mencapai 1.400 gram dengan panjang 38 cm. perut yang semakin membesar emmebuat ibu merasa tidak nyaman terutama pada daerah panggul da perut



s) Mingguke31 Berat bayi sudah 1.600 gram dan panjang 40 cm. cermati apakah ada gangguan aliran darah ke tubuh bagian bawah yag membuat kaki menjadi bengak, pada sakit punggung ringan anjurkan ibu untuk beristirahat dengan berbaring kiri, serta mengurai aktivitas.



t) Mingguke 32. Pada usia kehamilan ini janin mempunyai berat 2.000 gram dan panjang sekitar 42 cm. kunjungan antenatal lebih intensif dari bulan-bulan sebelumnya menjadi 2 minggu sekali. u) Mingguke33 Beratnya lebih dari 2.000 gram dan panjang sekitar 43 cm. di minggu ini di waspadai terjadi solusio plasenta.pada minggu ini janin sudah punya sistem kekebalan tubuh sendiri. Kekebalan tubuh berfungsi penting untuk menjaga bayi tetap sehat dengan melawan segala macam penyakit setelah lahir nanti. v) Mingguke34. Barat janin hamper 2.275 gram dengan panjang sekitar 44 cm. pada minggu ini sebauknya dilakukan test untuk menilai kesehatan janin. Dengan USG untuk melihat apakah janin mempunyai kelainan atau tidak.



w) 7) Mingguke35. Berat sudah mencapai 2.450 dan panjang 45 cm. Pada minggu ini pada umumnya fungsi paru-paru janin sudah berfungsi dengan baik. x) Mingguke 36. Berat janin seharusnya sudah mencapai 2.500 gram dan panjang 46 cm. pemeriksaan rutin di perketat menjadi seminggu sekali. y) Mingguke37. Berat sudah mencapai 2.950 dan panjang 47 cm. pada usia kehamilan ini bayi sudah di katakana aterm atau sudah siap untuk di lahirkan karna system organ dalam tubuh janin sudah matang dan sudah dapat bekerja sendiri. Biasanya kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul ibu. z) Minggu ke 38 Berat bayi 3.100 gram dan panjang 48 cm. rasa cemas yang di rasakan ibu menunggu kelahiran bayi menjadikan gangguna emosional pada ibu. Ibu dapat melakukan relaksasi dengan melatih pernafasan sebagai bekal mejelang persalinan  Minggu ke 39 Berat janin sudah 3.250 gram dengan oanjang 49 cm. di minggu ini perlu kesiagaam agar kehamilan tidak lebih bulan karna plasenta tidak mampu lagi menjalankan fungsinya untuk menyerap suplai makanan dari ibu ke bayi.



 Migggu ke 40 Panjang sudah mencapai 45-55 cm dan berat 3.300 gram. Betul-betul sudah cukup bulan dan siap untuk di lahirkan.  Berikut adalah beberapa hal yang yang menjadi pertimbangan untuk menambah berat badan selama hamil : a. Jika sebelum berat badan seorang wanita sudah normal, maka kenaikan berat badan sebaiknya 9-12 kg. b. Jika berat badan sebelum hamil berlebih sebaiknya penambahan berat badan cukup 6-9 kg. c. Jika berat badan sebelum hamil kurang, sebaiknya penambahan berat badan 12-12 kg. B. Kehamilan Patologis Kehamilan patologi merupakan kehamilan yang bermasalah dan disertai dengan penyulit-penyulit, diantaranya hamil dengan anemia, hipermesis gravidarum, preeklamsia, diabetes mellitus, hamil kembar, serotinus dll. 1. Diabetes Mellitus (DM) A. PENGERTIAN



Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana ketika pankreas tidak bias menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia atau meningkatnya kadar gula di dalam darah merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu, sehingga dapat menyebabkan masalah serius pada sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2015). Berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. B. ETIOLOGI



DMG disebabkan karna kekurangn insulin. Yang disebabkan karna adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel – sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pancreas yang bekarja menghasilkan insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat untuk makanan janin dan persiapan untuk menyusui. Bila tidak mampu meningkatkan produksi insulin yang mengakibatkan hyperglikemia atau DM kehamilan ( DM yang timbul dalam kehamilan ) C. TANDA DAN GEJALA  Sering kencing pada malam hari ( polyuria )  Selalu merasa haus ( polydipsia)  Selalu merasa lapar ( polyfagia )  Selau mersa lelah atau kekurangan enrgi  Penglihatan menjadi kabur  Hyperglaisimia ( peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah )  Mata kabur  BB menurun  Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.  Gula darah sewaktu > 200 mg/dl  Gula darah puasa > 126 mg/dl. D. KLASIFIKASI 1. Diabetes mellitus yang tergantung pada insulin ( Tipe 1/ Id DM ) Biasanya terdapat pada orang yang masih muda. Gejalanya terjadi dengan tiba – tiba . kadar glukosa darah yang tinggi. 2. Diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin ( Tipe 2 / NID DM) Biasanya terdapat pada orang yang usianya > 40 tahun , terjadi secara perlahan – lahan , dan kemungkina tidak ada tanda atau gejala , biasanya terdapat pada orang gemuk , usia lanjut dan tidak aktif. 3. Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan. E. SKRINING skrining untuk mendeteksi Diabetes Gestasional :



1. Risiko Rendah Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila : • Angka kejadian diabetes gestational pada daerah tersebut rendah • Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat • Usia < 25 tahun • Berat badan normal sebelum hamil • Tidak memiliki riwayat metabolism glukosa terganggu • Tidak ada riwayat obstetric terganggu sebelumnya 2. Risiko Sedang Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28 minggu terutama pada wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan. 3. Risiko Tinggi wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami glukosuria (air seni mengandung glukosa). Dilakukan tes gula darah secepatnya. Bila diabetes gestasional tidak terdiagnosis maka pemeriksaangula darah diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula di dalam darah berlebihan. F. KOMPLIKASI • Tekanan darah tinggi, preeclampsia dan eclampsia. Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati. • Diabetes di kemudian hari. Jika mengalami gestational diabetes, maka kemungkinan besar akan mengalami kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti makan makanan yang



bernutrisi & berolahraga dapat mengurangi resiko terkena diabetes tipe 2 nantinya. Untuk wanita dengan riwayat gestational diabetes, yang berhasi menurunkan berat badan hingga ideal setelah melahirkan, maka resikonya untuk terkena diabetes tipe 2 hanya kurang dari 1 per 4 wanita.



G. PATOFISIOLOGI Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.



Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.



H. FAKTOR RESIKO a. Factor Kehamilan  Beberapa kali keguguran  Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas.  Riwayat pernah melahirkan anak dengan cacat bawaan.  Pernah pre-eklampsi  polihidramnion b.Factor ibu • Umur ibu hamil lebih dari 30 tahun • Riwayat DM dalam keluarga • Pernah DMG pada kehamilan sebelumnya • Infeksi saluran kemih yang berulang-ulang sebelum hamil. I. PENATALAKSANAAN a) Pengelolaan medis Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.



1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips. 2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik. 3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa. 4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah. Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai. Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300- 500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai. Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk : − Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl − Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl − Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6% − − Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal. Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali. Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal



12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg). Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.



b. Pengelolaan obstetric Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan). Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara : Pengukuran tinggi fundus uteri : • NST – USG • Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin. • Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea. • Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam). • Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus. • Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).



• Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin. • Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).



.



Kehamilan Serotinus a. Pengertian Kehamilan Serotinus Kehamilan serotinus (sering juga disebut kehamilan lebih bulan, atau kehamilan memanjang atau lewat bulan) merupakan kehamilan dengan waktu yang memanjang melebihi akhir minggu 42 gestasi, atau 294 hari dari hari pertama periode menstruasi terakhir ( Lowdermik, Perry, Cashion, 2012). Menurut Manuaba (2009), kehamilan lewat waktu atau yang disebut juga kehamilan serotinus, prolonged pregnancy, atau post-term pregnancy atau post date adalah kehamilan dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu lengkap mulai dari hari menstruasi pertama. Kehamilan serotinus lebih sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau pada grandemultiparitas. Kehamilan postterm sebagian akan menghasilkan keadaan neonates dengan dysmaturitas (berat badan kurang dari normal). Kematian perinatalnya dua sampai tiga kali lebih besar dari bayi yang cukup bulan (Sastrawinata, 2010). Jadi, kehamilan serotinus adalah kehamilan dengan usia kehamilan yang melebihi 42 minggu arau 294 hari dari hari pertama haid terakhir . b. Etiologi Menurut Sastrawinata (2010), ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap kejadian serotinus, antara lain sebagai berikut : 1) Faktor potensial Adanya hormone adrenokortikotropik (ACTH) pada fetus atau defisiensi enzim sulfatase plasenta. Kelainan system saraf pusat pada janin berperan, misalnya pada keadaan anensefal(kelainan pembentukan tabung saraf janin).



2) Semua factor yang mengganggu mulainya persalinan baik factor ibu, plasenta maupun anak. Kehamilan terlama adalah satu tahun 24 hari yang terjadi pada keadaan dengan anensefal. c. Factor Predisposisi Menurut Kemenkes RI (2013) factor predisposisi kehamilan serotinus adalah riwayat kehamilan serotinus sebelumnya. d. Tanda – tanda serotinus Tanda – tanda serotinus sebagai berikut : 1) Menghilangnya lemak subkutan 2) Kulit kering, keriput atau retak-retak 3) Pewarnaan meconium pada kulit 4) Umbilicus dan selaput ketuban, kuku dan rambut panjang 5) Bayi malas e. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : 1) Kematian janin dalam Rahim 2) Berakibat insufisiensi plasenta(plaenta tidak berkembang dikarenakan aliran darah dari ibu tidak mencukupi di masa kehamilan) karena menuanya plasenta dan kematian neonates yang tinggi 3) Asfiksia(tidak mendapat oksigen yang cukup)adalah penyebab utama kematian dan morbiditas (sakit)neonatus 4) Pada otopsi neonates dengan serotinus didapatkan tanda-tanda hipoksia termasuk adanya petekie pada pleura dan pericardium dan didapatkan adanya partikelpartikel meconium pada paru. f. Kerugian dan Bahaya Kehamilan Serotinus Menurut Manuaba (2007) kerugian dan bahaya kehamilan lewat waktu sebagai berikut: 1) Janin yang kekurangan nutrisi dan oksigen akan mengalami pengrusakan diri sendiri sehingga metabolism jaringan lemak bawah kulit tampak tua dan keriput (gejala janin dengan hamil lewat waktu) 2) Air ketuban yang makin kental, akansulit dibersihkan sehingga dapat menimbulkan gangguan pernapasan saat kelahirannya



3) Bila gangguan terlalu lama dan berat, janin dapat meninggal dalam Rahim 4) Mungkin plasenta cukup baik tumbuh kembangnya sehingga dapat memberi nutrisi cukup dan janin menjadi besar 5) Dengan makin besarnya janin dalam rahin memerlukan tindakan operasi persalinan 6) Kerugian pada ibu terlalu besar, kecuali kemungkinan persalinan dengan tindakan seperti induksi persalinan, sampai dengan seksio sesarea. g. Penatalaksanaan Menurut Kemenkes RI (2013) tata laksana untuk kehamilan serotinus sebagai berikut : 1) Tatalaksana umum a) Rujuk pasien ke rumah sakit b) Apabila memungkinkan tawarkan pilihan membrane sweeping(stimulasi jangkauan selaput dengan cara memisahkan membrane yang mengelilingi bayi dari leher Rahim) antara usia kehamilan 38-41 minggu setelah berdiskusi mengenai resiko dan keuntungannya. c) Tawarkan induksi persalinan mulai dari usia kehamilan 41 minggu d) Pemeriksaan antenatalcare untuk mengawasi kehamilan 41-42 minggu sebaiknya meliputi non-stress test dan pemeriksaan volume cairan amnion. e) Bila usia kehamilan telah mencapai 42 minggu, lahirkan bayi. 2) Tatalaksana khusus : tidak ada.



3. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN Pengertian Hipertensi Kehamilan Hipertensi karena kehamilan yaitu : hipertensi yang terjadi pada saat kehamilan, hipertensi kehamilan biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu. Peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifatsistematik atau berlangsung terus – menerus untuk jangka waktu lama adalah hipertensi. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama (Yeyeh, 2010).Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi. Untuk menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi diperlukan setidaknya tiga kali pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda.Jika dalam tiga kali pengukuran selama interval 2-8 pekan angka tekanan darah tetap tinggi, maka patut dicurigai sebagai hipertensi. Pengecekan retina mata dapat menjadi cara sederhana untuk membantu menentukan hipertensi pada diri seseorang (Lingga, 2012). Gangguan Hipertensi Kehamilan Menurut Prawirohardjo (2008), gangguan hipertensi pada kehamilan diantaranya adalah: a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan. Hipertensi kronik dapat terjadi karena adanya penyakit ginjal, vascular kolagen, endokrin, dan pembuluh darah. Hipertensi kronik dapat terjadi pada ibu hamil relatif diatas 30 tahun, multipara, pengguna obat hipertensi sebelum kehamilan dan tekanan darah tinggi(Manuaba, 2008). b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Preklamsia merupakan penyulit kehamilan, dengan tanda-tanda darah ≥140/90mmHg, berat badan naik, sesak nafas, nyeri epigastrum, protein urine dan endema. Protein dalam urin normal tidak lebih dari 0,3 gram dalam 24 jam. Adapun faktor risiko preeklamsia (Wahyuny, 2012). 1) Faktor genetik



Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak perempuan, saudara perempuan dari seorang ibu hamil maka ia akan berisiko 2-5 kali lebih tinggi mengalami preeklampsia dibandingkan bila riwayat tersebut terdapat pada ibu mertua atau ipar perempuannya. Sehingga preeklampsia merupakan penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu yang penderita preeklamsia. 2) Faktor graviditas Marshall(1995) mengemukakan bahwa preklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Pada umumnya preklampsia diperkirakan sebagai penyakit pada kehamilan pertama, bila khamilan sebelumnya normal maka kejadian preeclampsia akan menurun bahkan abortus pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor protektif terhadap kejadian tersebut. Hal ini disebabkan pada primigravida pembentukan antibody penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya preklampsia (Nanien, 2012) 3) Faktor Bayi Kejadian preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal.Penderita preeklampsia berat yang tidak mendapat penanganan yang memadai atau terlambat mendapat pertolongan bisa mendapat serangan kejang-kejang yang disebut Eklampsia. Eklampsia sering terjadi pada kehamilan nullipara, kehamilan kembar, kehamilan mola dan hipertensi dengan penyakit ginjal (Roeshadi, 2007) 4) Faktor riwayat penyakit Peningkatan risiko preeklampsia/eklampsia dapat terjadi pada ibu yang memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes, dan adanya riwayat preeklampsia/eklampsia sebelumnya. 5) Faktor Lingkungan Faktor pendidikan dan pekerjaan ibu hamil juga mempengaruhi terjadinya preeklampsia.Klonoff (1989) mengemukakan bahwa wanita yang bekerja di luar rumah memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklampsia/eklampsia bila dibandingkan dengan ibu rumah tangga (Nanien, 2011). c. Eklamsia adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma. Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia pada eklamsia, endema terjadi penumpukan cairan tubuh yang tampak ataupun tidak tampak. Endema berlanjut pada otak dan pendarahan



otak (nyeri kepala, muntah), pendarahan hati hingga berujung kejang (gagal jantung, pendarahan otak) dan bahkan koma (Prawirahardjo, 2008). d. Hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria. Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan berusia ≤20 minggu dan berkelanjutan sampai 6 minggu pasca puus dengan tanda preeklamsia (dengan tanda-tanda tekanan darah ≥140/90 mmHg, berat badan naik, sesak nafas (Radjamuda, 2014). e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalin. Hipertensi pada ibu hamil terjadi karena disebabkan oleh banyak hal, ibu hamil yang terpapar asap rokok lingkungan secara umum menghadapi senyawa yang sama seperti yang dihirup langsung oleh perokok aktif, walaupun dengan konsentrasi dan pola waktu yang berbeda. Dengan demikian dampak asap tokok tidak hanya dirasakan oleh perokok itu sendiri, melainkan juga orang yang berada disekitarnya. Dan jika ibu hamil merupakan seorang perokok pasif, hal ini dapat meningkatkan terjadinya berbagai risiko semasa kehamilan seperti terjadinya abortus, kelahiran prematur, kecacatan pada janin dan bayi berat lahir rendah (Prawirohardjo, 2009). Sekitar 800 perempuan setiap hari meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berkembang, komplikasi utama yang menyumbang 80% dari seluruh kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, preekampsia, eklampsia, dan aborsi.4 Di negara berkembang, seorang wanita tujuh kali lebih mungkin untuk mengalami preeklampsia dibandingkan wanita di negara maju.5 Preeklampsia di negara berkembang didiagnosis (3 – 5%) dan di dunia di diagnosis (7.5%) (Giovanna, 2017). 3. Faktor Penyebab Hipertensi Faktor penyebab hipertensi yaitu individu dan dengan riwayat keluarga hipertensi berisiko mengalami hipertensi. Selain itu kegemukan, merokok, pengguna berat alkohol, kadar kolesterol tinggi terpapar stress secara kontinu juga dihubungkan dengan hipertensi. Hipertensi dipengaruhi oleh gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebih, rangsangan kopi berlebih, tembakau dan obat-obatan yan merangsang, dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Oleh karena itu hipertensi memiliki kecenderungan genetic yang kuat dan dapat dipaparkan faktor-faktor kontribusi misalnya sebagai berikut (Potter, 2006) :



a. Obesitas Dalam penelitian Narkiewicz (2005) berat badan yang berlebih akan menyebabkan ketidakseimbangan metabolism dimana hal tersebut dapat menimbulkan Chronic kidney diseases (CKD) yang berakibat timbulnya peningkatan darah (Debby, 2012). b. Pola Makan Banyak makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan bumbu penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi.Hal ini desebabkan karena makanan tersebut banyak mengandung natrium yang bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga beban kerja jantung untuk memompa darah meningkat dan mengakibatkan hipertensi.Konsumsi alkohol dan kopi berlebih juga mengakibatkan hipertensi.Efek alkohol dan kopi terhadap tekanan darah masih begitu jelas, namun di duga ada kaitannya dengan perangsang saraf otonom simpatis dan pengaruh hormon kortisol dimana keduanya dapat menghasilkan efek peningkatan tekanan darah. c. Rokok/Tembakau Gas CO dihasilkan rokok mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibandingkan oksigen. Akibatnya, sel tubuh menjadi kekurangan oksigen dan akan berusaha meningkatkan oksigen melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut. Bila proses tersebut berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya aterosklerosis (penyempitan/pengerasan pembuluh darah).Pengerasan pembuluh darah tersebut megakibatkan tekanan darah di dalam pembuluh menjadi tinggi. Selain itu mikotin yang terkandung dalam asap rokok menyebabkan perangsangan terhadap hormone adrenalin yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007). Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan multifaktorial, beberapa fakot risiko dari hipertensi dalam kehamilan adalah (Katsiki, 2010). 1) Faktor maternal a. Usia Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba, 2008).



b. Primigravida Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan pertama.Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai ketiga.Primigravida adalah seorang wanita hami untuk pertama kali, wanita yang pertama kali hamil sering mengalami stree dalam mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi dalam kehamilan.Umurnya dibawah 20 tahun disebut primigravida muda.Usia terbaik untuk seseorang wanita hamil antara 20 tahun – 35 tahun. Sedangkan wanita yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua. Primigravida muda termasuk kedalam risiko tinggi dimana jiwa dan kesehatan ibu atau bayi dapat terancam. Risiko kematian maternal primigravida muda jarang dijumpai dari pada primigravida tua, karena pada primigravida muda dianggap kekuatan fisiknya masih baik sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan meningkat bagi sang ibu dan dapat terkenan hipertensi (Kartikasari, 2012). c. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga perpanjangan silsilah di mana kehidupan dan waktu dari orang yang bersangkutan diselidiki Riwayat keluarga menempatkan daging pada tulang silsilah. (Obat) Informasi yang berkaitan dengan gangguan yang diderita oleh kerabat langsung pasien; sangat berguna jika gangguan adalah genetik sedangkan riwayat hipertensi keluarga adalah penilaian adanya riwayat keluarga (ayah, ibu, saudara, kakek, dll) yang menderita hipertensi atau memiliki garis keturunan secara langsung.Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan.Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan.Hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak perempuan sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilan. Kerentanan terhadap hipertensi kehamilan bergantung pada sebuah gen resesif. . d. Riwayat Hipertensi Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam keamilan, dimana komplikasi tersebut dapat mengakibatkan preeklampsia dan hipertensi kronis dalam kehamilan. Hal ini sama seperti teori yang dikemukakan oleh Karkata (2006) bahwa wanita yang mengalami hipertensi pada kehamilan pertama akan meningkatkan dan mendapatkan hipertensi pada kehamilan berikutnya. e. Indeks Massa Tubuh (IMT)



Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degenerative, seperti diabetes mellitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik, dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam tubuh (Muflihan, 2012). f. Gangguan Ginjal Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan.Hal itu berhubungan dengan keruskan glomerus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh darah.Perempuan hamil dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki risiko yang tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abruption plasenta, penyakit serebrovaskular, gagal organ, dan koagulasi intravascular.Hipertensi kehamilan member pengaruh buruk pada kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. 2) Faktor Kehamilan Faktor kehamilan seperti hamil anggur dan kehamilan ganda berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.Preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsia. Untuk menghindari tekanan darah tinggi saat hamil dengan merubah gaya hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, diet rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok..Yang perlu adalah penanganan cepat. dan menindak lanjuti dengan pelayanan kesehatan (Ratnawati, 2017).



B. Tinjauan umum Tentang Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu



kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang ikatakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Yeyeh, 2010).Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen.Pada sebagian besar pasien, hipertensi merupakan akibat dari etiologi dengan patofisiologi yang tidak diketahui (hipertensi esensial atau primer).Walaupun bentuk dari hipertensi ini tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikontrol.Sejumlah kecil presentasi pasien memiliki penyebab hipertensi yang spesifik (hipertensi sekunder).Terdapat banyak penyebab sekunder yang potensial, baik karena kondisi medis atau diinduksi secara endogen.Jika penyebab terjadinya hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien dapat disembuhkan (Uli, 2013). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai The Silent Disease atau penyakit tersembunyi. Orang yang tidak sadar telah mengidap penyakit hipertensi sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status sosial ekonomi.Hipertensi merupakan suatu keadaan yang tidak memiliki gejala nampak, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, serangan jantung, kerusakan ginjal (Lilies, 2015). 2. Gejala Hipertensi Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala : meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, akan timbul gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal (LIPI, 2015) 3. Faktor penyebab Hipertensi



Menurut WHO dalam Susan (2004) hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua golongan yaitu : a. Hipertensi Essensial Hipertensi esensial (primer) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Prevalensi mencapai lebih dari 90% pada seluruh penderita dipertensi di masyarakat. b. Hipertensi Nonessensial Hipertensi nonessensial (sekunder) yaitu hipertensi yang disebabkan oleh kelainan organ tubuh yang telah terbukti kaitannya terhadap timbulnya hipertensi, seperti kelainan ginjal, dan penyakit pembuluh darah, yang memerlukan sarana khusus agar dapat ditentukan diagnosis penyebabnya.Prevalensinya