LP Kejang Demam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN Untuk memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak Profesi Ners



Disusun Oleh : Ruang Melati 5



Maulana Ahmad Muhadjir



J21149010



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA 2021



A. Definisi Kejang Demam Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38 oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suh mencapai >38C). B. Etiologi Kejang Demam 1. Faktor-faktor prenatal 2. Malformasi otak congenital 3. Faktor genetika 4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis) 5. Demam 6. Gangguan metabolisme 7. Trauma 8. Neoplasma, toksin 9. Gangguan sirkulasi 10. Penyakit degeneratif susunan saraf. 11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal. C. Patofisiologi Kejang Demam Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl –). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh : a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.



D. Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu: 1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut : a. b. c. d.



Kejang berlangsung singkat, < 15 menit Kejang umum tonik dan atau klonik Umumnya berhenti sendiri Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam



2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut : a. Kejang lama > 15 menit b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.



E. Klasifikasi Kejang Demam 1. Kejang demam sederhana 2. Kejang demam kompleks Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecapecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002) F. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam 1. Elektro encephalograft (EEG) Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan



laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi. 2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. 3. Darah a.  Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl) b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat. c.  Elektrolit : K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl ) 4. Cairan Cerebo Spinal   : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang 5.  Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi 6. Tansiluminasi    : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala. G. Penaktalaksanaan Medis 1. Pengobatan a. Pengobatan fase akut Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal. Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit. b. Turunkan panas Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis. Kompres air PAM / Os c. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.  d. Pengobatan profilaksis Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari. e. Penanganan sportif 1) Bebaskan jalan napas 2) Beri zat asam



3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit 4) Pertahankan tekanan darah H. Pengkajian Keperawatan 1. Anamnesa Nama, Umur, Jk, Agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dx medis, tgl masuk, tgl pengkajian, identitas penangung jawab. 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama b. Riwayat kesehatan sekarang c. Riwayat kesehatan dahulu d. Riwayat kesehatan keluarga I. Pemeriksaan fisik : data pokus a. Keadaan umum : baik, tenang, gelisah b. Kesadaran : CM, apatis, delirium, somnolen, sopor dsb c. Pemeriksaan TTV : suhu tubuh diatas normal d. Wajah : tampk pucat, mukosa pucat, tampak gelisah, tegang, sulit tidur, mengeluh tidur kurang maksimal e. Sirkulasi Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis f. Pernafasan Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat Fase posektal : Apnea g. Keamanan Aktivitas :Perubahan tonus otot atau kekuatan oto, Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot Neurosensori (karakteristik kejang) 1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase area. 2) Kejang umum Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine 3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan anesia 4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan 5) Kejang parsial Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif Kenyamanan 1) Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati 2) Perubahan pada tonus otot 3) Tingkah laku distraksi atau gelisah  Keamanan 1) Trauma pada jaringan lunak 2) Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh



J.



Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit 2. Risiko infeksi b/d penurunan imunitas tubuh K. Rencana Keperawatan NO 1.



2



TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Hipertermi L.14134 Termoregulasi berhubungan Setelah dilakukan asuhan dengan proses keperawatan selama 1x24 penyakit jam diharapkan termoregulais membaik dengan kriteria hasil: a. Menggil menurun b. Kulit merah menurun c. Kejang menurun d. Pucat menurun e. Suhu tubuh membaik suhu kulit membaik D.0055 Gangguan L.05045 Pola Tidur pola tidur b.d ada Setelah dilakukan proses penyakit tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan dengan kriteria hasil : a. Keluhan sulit tidur cukup menurun (4) b. Keluhan serimg terjaga cukup menurun (4) c. Keluhan tidak puas tidur cukup menurun (4) d. Keluhan pola tidur berubah cukup menurun (4) e. Keluhan istirahat tidak cukup menurun (4) f. Kemampuan beraktivitas cukup membaik (4) DX



INTERVENSI I.15506 Manajemen hipertermia Observasi 1. identifikasi penyebab hipertermia 2. Monitr suhu tubuh Terapeutik 1.sediakan lingkungan yg dingin 2.Longgarkan atau lepaskan pakaian 3. Basahi atau kipasi permukaaan tubuh Edukasi 1. anjurkan tirah baring kolaborasi 1. kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu Intervensi Utama I.09265 Dukungan tidur Observasi - Identifikasi pola aktivitas dan tidur - Identifikasi faktor pengaggu tidur (fisik dan/atau psikologis) - Identifikasi makanan dan minuman yang mengaggu tidur ( mis. kopi, teh, alkohol, makan). - Identifikais obat tidur yang dikonsumsi. Terapeutik - Midifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur) - Batasi waktu tidur siang, jika perlu - Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur - Tetapkan jadwal tidur rutin - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur) - Sesuaikan adwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga. Edukasi - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit - Anjurkan menempati kebiasaan wkatu tidur - Anjurkan ,menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur - Anjurkan penggunaan obat tidur yang mengandung supresor terhadap tidur



-



-



REM Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. psikologis, gaya hidup, sering berubah shiff bekerja) Ajarkan relaksais otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.



DAFTAR PUSTAKA Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)