LP Keluarga Dan PHBS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bagian Keperawatan Keluarga Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Program Pendidikan Profesi Ners Universitas Mega Rezky Makassar



LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR KELUARGA DAN KONSEP DASAR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)



(PHBS)



OLEH Marni D, S.Kep 18 3145 901 064



CI LAHAN



(…………………………..)



CI INSTITUSI



(…………………………..)



Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Komunitas Bagian Keperawatan Keluarga Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas MegaRezky Makassar 2019



LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR KELUARGA A. Pengertian Keluarga Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000). Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota. Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya. Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan (Leininger, 1976). Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.



B. Tipe Keluarga Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Keluarga inti (nuclear family) Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. 2. Keluarga besar (extended family) Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi). Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi : 1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. 2. Orang tua tunggal (single parent family) Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya. 3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother). 4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone). 5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital heterosexual cohabiting family). 6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family). C. Tahap Perkembangan Keluarga Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan McGoldrick (1989) dan Duvall (1985), yaitu sebagai berikut :



Carter dan McGoldrick



Duvall



(family therapy perspective, 1989)



(sociological perspective, 1985)



1. Keluarga



antara



:



masa



bebas Tidak diidentifikasi karena periode



(pacaran) dewasa muda



waktu antara dewasa dan menikah tak dapat ditentukan



2. Terbentuknya keluarga baru melalui



1. Keluarga baru menikah



suatu perkawinan



3. Keluarga yang memiliki anak usia



2. Kelurga dengan anak baru lahir



muda (anak usia bayi sampai usia



(usia anak tertua sampai 30 bulan)



sekolah)



3. Kelurga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2,5 s/d 5 tahun) 4. Keluarga



dengan



anak



usia



sekolah (usia anak tertua 6 – 12 tahun) 4. Keluarga



yang



memiliki



anak



(usia anak tertua 13 – 20 tahun)



dewasa 5. Keluarga



5. Keluarga dengan anak remaja



yang



mulai



anaknya untuk keluar rumah



melepas



6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa (anak anaknya mulai meninggalkan rumah) 7. Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua saja / keluarga usia pertengahan



(semua



meninggalkan rumah) 6. Keluarga lansia



8. Keluarga Lansia



anak



Berikut ini adalah tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangannya : Tahap perkembangan 1. Keluarga baru menikah



Tugas perkembangan (utama) 



Membina



hubungan



intim



yang memuaskan 



Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok social







Mendiskusikan



rencana



memiliki anak 2. Keluarga dengan anak baru lahir







Mempersiapkan



menjadi



orang tua 



Adaptasi dengan perubahan adanya



anggota



keluarga,



interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan 



Mempertahankan dalamrangka



hubungan memuaskan



pasangannya 3. Keluarga dengan anak usia pra-







sekolah



Memenuhi



kebutuhan



anggota keluarga 



Membantu



anak



untuk



bersosialisasi 



Beradaptasi



dengan



anak



yang baru lahir, kebutuhan anak



yang



terpenugi



lain



harus







Mempertahankan



hubungan



yang sehat 



Pembagian



waktu



untuk



individu, pasangan, anak. 



Pembagian



tanggungjawab



anggota keluarga 



Merencanakan kegiatan dan waktu



untuk



menstimulasi



pertumbuhan



dan



perkembangan anak 4. Keluarga dengan anak usia sekolah







Membantu sosialisasi anak







Mempertahankan



keintiman



pasangan 



Memenuhi kebutuhan yang meningkat



5. Keluarga dengan anak remaja







Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab







Mempertahankan



hubungan



intim dalam keluarga 



Mempertahankan komunikasi terbuka







Mempersiapkan



perubahan



sistem peran dan peraturan anggota keluarga



6. Keluarga



mulai



melepas



anak







sebagai dewasa



Memperluas



jaringan



keluarga 



Mempertahankan



keintiman



pasangan 



Membantu mandiri



anak



untuk



sebagai



keluarga



baru di masyarakat 



Penataan



kembali



peran



orang tua dan kegiatan di rumah 7. Keluarga usia pertengahan







Mempertahankan



kesehatan



individu dan pasangan 



Mempertahankan



hubungan



yang serasi dan memuaskan dengan anak-anak dan sebaya 



Meningkatkan



kekaraban



pasangan 8. Keluarga usia tua







Mempertahankan kehidupan



rumah



suasana tangga



yang saling menyenangkan pasangannya 



Adaptasi dengan perubahan yang terjadi : kehilangan pasangan,



kekuatan



fisik,



penghasilan keluarga. 



Mempertahankan keakraban



pasangan dan saling merawat 



Melakukan life review masa lalu



D. Struktur Keluarga Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu : 1. Struktur peran keluarga Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal. 2. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. 3. Pola komunikasi keluarga Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah ibu, orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti. 4. Struktur kekuatan keluarga Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa : 1. Keluarga merupakan system social yang memiliki fungsi sendiri. 2. Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan masalah individu dan lingkungannya.



3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain. 4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. Di Indonesia keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu : 1. Keluarga Pra-sejahtera Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I. 2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.



Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :  Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.  Makan 2x sehari atau lebih.  Pakaian yang berbeda intuk berbagai keperluan.  Lantai rumah bukan dari tanah.  Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke sarana / petugas kesehatan).



3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, dan dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu : kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.



Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :  Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing-masing yang dianut.  Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x dalam seminggu.  Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir.  Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 perorang.  Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi masing-masing.  Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.  Bisa baca tulis latinbagi setiap anggota keluarga dewasa yang berumur 10 – 60 tahun.  Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.  Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.



4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk social kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi



pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan social, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.



Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:  Upaya



keluarga



untuk



meningkatkan



/



menambah



pengetahuan agama.  Keluarga mempunyai tabungan.  Makan bersama paling kurang sekali sehari.  Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.  Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.  Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan majalah.  Anggota



keluarga



mampu



menggunakan



sarana



transportasi.



5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun pengembangan,serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:  Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.  Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.



Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan, Keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I). Tahun 2000 Badan



Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan 9 indikator keluarga miskin.



Indikator Keluarga Miskin ;  Tidak bisa Makan 2x sehari atau lebih.  Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang seminggu sekali.  Tidak bisa memiliki Pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.  Tidak bisa Memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali.  Bagian terluas lantai rumah dari tanah.  Luas lantai rumah kurang dari 8 M2untuk setiap penghuni rumah.  Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan tetap.  Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan.  Anak berumur 7-15 tahuntidak bersekolah.



E. Fungsi Keluarga Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sevagai berikut : 1. Fungsi afektif (the affective function) Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.Tiap anggota



keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif



adalah :



 Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.  Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.  Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orangtuanya. Fungsi



afektif



merupakan



“sumber



energi”



yang



menentukan



kebahagiaan keluarga.Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi.



2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Soialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedmann 1986).Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar



meskipun



demikian



keluarga



tetap



berperan



penting



dalam



bersosialisasi.Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. 3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. 4. Fungsi ekonomi (the economic function) Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan



penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. 5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function) Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam mmberikan



asuhan



kesehatan



mempengaruhi



status



kesehatan



keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. Dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga dikembangkan menjadi : 1. Fungsi ekonomi : keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga. 2. Fungsi mendapatkan status sosial : keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya. 3. Fungsi pendidikan : keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.



4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya : orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan social yang mirip dengan luar rumah. 5. Fungsi pemenuhan kesehatan : keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga. 6. Fungsi religius : keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkan ajaran keagamaan. 7. Fungsi rekreasi : keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah. 8. Fungsi reproduksi : bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas pendidikan seks bagi anak, dan yang lain. 9. Fungsi afeksi : keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah. F. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi : 1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. 2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. 3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. 4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.



G. Keluarga Sebagai Sistem Sistem secara umum adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut: 1. Keluarga mempunyai subsistem; anggota, fungsi, peran aturan, budaya dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan kleuarga. 2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar-subsistem. 3. Merupakan unit (bagian ) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra-sistemnya (masyarakat). Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga mempunyai komponenkomponen sistem. Komponen dalam sistem keluarga sebagai berikut : Lingkungan Masukan



Proses



Luaran



Umpan balik



Keterangan :  Masukan (input), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.  Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keluarga.  Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga : perilaku social, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan, perilaku sebagai warga Negara, dan yang lain.



 Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan proses yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada lingkungan/masyarakat di sekitarnya. Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :  Keluarga sebagai sistem terbuka Suatu sistem yamg mempunyai kesemapatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.  Keluarga sebagai sistem tertutup Suatu sistem yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau memberi perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya. Berikut ini keluarga sebagai sistem memengaruhi suprasistem (masyarakat). Masyarakat luas Komunitas Sistem yang lain Sistem kesehatan



Sistem kesehatan



Keluarga dengan karakteristiknya



Sistem kesehatan



Sistem kesehatan



Karakteristik keluarga sebagai sistem : Sistem Terbuka Pola



Komunikasi Langsung,



Keluarga



Sistem Tertutup



jelas,



spesifik, Tidak langsung, tidak jelas,



tulus, jujur, tanpa hambatan.



tidak spesifik, tidak selaras, sering menyalahkan, kacau, membingungkan.



Aturan Keluarga











Hasil



musyawarah,



tak 



Ditentukan



tanpa



tertinggal zaman, berubah



musyawarah,



tidak



sesuai kebutuhan keluarga.



sesuai



Bebas



mengikat, tidak sesuai



mengeluarkan



kebutuhan.



pendapat  Perilaku



Anggota 



Keluarga



Pendapat terbatas



Sesuai dengan kemampuan 



Memiliki



keluarga,



memiliki



melawan, kacau, tidak



kesiapan,



mampu



siap (selalu tergantung),



berkembang



sesuai



sikap



tidak berkembang. 



kondisi. 



perkembangan,



Harga diri : kurang



Harga diri, percaya diri



percaya diri (ragu-ragu),



meningkat



kurang



dan



mampu



mengembangkan dirinya.



dukungan



mendapat untuk



mengembangkan diri.



KONSEPDASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA 1. Pengkajian Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui ppraktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri. Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah : a.



Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.



b.



Keadaan rumah dan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan kesejahteraan keluarga.



c.



Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa kepada perkembangan keluarga dan prilaku sehat.



Yang termasuk dalam tahap ini adalah : a. Pengumpulan Data Dapat dilakukan dengan cara : 1) Wawancara, yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, dan sebagainya. 2) Pengamatan, terhadap hal-hal yang tidak perlu dinyatakan. 3) Study dokumentasi, misalnya yang berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak di antaranya KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan lainnya. 4)



Pemeriksaan fisik, dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik.



Adapun data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Identitas keluarga



2) Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah dialami. 3) Anggota keluarga 4) Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada 5) Keadaan lingkungan meliputi biologis, psikologis, sosial, kultural, spiritual, lingkungan, dan data penunjang lainnya. b. Analisa Data Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu : 1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga 2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan yang meliputi rumah, sumber air minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah dan penempatan penerangan yang ada. 3) Karakteristik keluarga. c. Perumusan Masalah Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan dalam keperawatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga. Karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut. Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan. Tipologi masalah keluarga ada 3 kelompok masalah besar yaitu : 1) Ancaman kesehatan 2) Kurang/tidak sehat 3) Situasi krisis



Masalah keperawatan yang dapat muncul yaitu : ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan. 1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena : a) Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta b) Rasa takut akibat masalah diketahui c) Sikap dan falsafah hidup d) Prioritas masalah e) Menegakkan diagnosa keperawatan 2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam mengambil tindakan tepat, disebabkan karena : a) Tidak memahami, mengenal sifat berat dan luasnya masalah b) Masalah tidak begitu menonjol c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber data keluarga d) Takut dari akibat tindakan, fasilitas kesehatan tidak terjangkau 3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena : a) Tidak mengetahui keadaan penyakit b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan c) Kurang / tidak sehat terhadap fasilitas yang diperlukan untuk perawatan d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga 4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga disebabkan karena : a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup di antaranya keluarga, tanggung jawab dan keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat b) Kurang dapat melihat keuntungan dan pemeliharaan lingkungan rumah c) Ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan



d) Sikap dan pandangan hidup 5) Ketidaktahuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan disebabkan karena : a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan d) Sikap dan fasilitas hidup 2. Prioritas Masalah Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan keperawatan keluarga harus disarankan kepada beberapa kriteria sebagai berikut : PRIORITAS MASALAH No. 1.



Kriteria Sifat masalah ..............................................................................



1



Skala :



2.



Ancaman kesehatan ..................



3



Tidak / kurang sehat ...................



2



Krisis ...........................................



1



Kemungkinan masalah dapat diubah ..........................................



2



Skala :



3.



Dengan mudah ...........................



2



Hanya sebagian ..........................



1



Tidak dapat .................................



0



Potensi masalah untuk diubah ..................................................... Skala :



1



4.



Tinggi ..........................................



3



Cukup .........................................



2



Rendah .......................................



1



Menonjolnya masalah ....................................................................



1



Skala : Masalah berat harus ditangani ...



2



Masalah yang tidak perlu segera ditangani ..........................



1



Masalah tidak dirasakan ..............



0



𝑠𝑘𝑜𝑟



Kemudian skoring = 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × bobot Di mana skor tertinggi adalah 5 dan semua untuk seluruh bobot 3. Perencanaan Langkah setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan keperawatan kesehatan dan keperawatan keluarga.Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawata untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. Ciri-ciri rencana keperawatan keluarga yaitu : a.



Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi.



b.



Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan pikiran yang logis.



c.



Rencana keperawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.



d.



Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi.



e.



Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.



f.



Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.



Menurut Friedman 1998, intervensi-intervensi yang dapat muncul pada keperawatan keluarga, yaitu : a.



Memodifikasi perilaku



b.



Pembuatan kontrak



c.



Manajemen koordinasi kasus



d.



Strategi-strategi kolaboratif



e.



Konseling termasuk dukungan, penilaian kognitif dan membuat kembali kerangka



f.



Memberikan kuasa kepada keluarga lewat partisipasi aktif



g.



Modifikasi lingkungan



h.



Advokasi keluarga



i.



Intervensi krisis keluarga



j.



Membuat jaringan kerja termasuk pemakaian



k.



Model peran



l.



Memberikan informasi dan keahlian teknis



m. Suplementasi peran n.



Pengajaran dari berbagai strategi, termasuk manajemen



o.



Stres, modifikasi gaya hidup dan bimbingan antisipasi.



4. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun. Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh c. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat d. Adat istiadat yang berlaku



e. Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran f. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan. 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.Evaluasi selalu berkaitan dangan tujuan, apabila dalam evaluasi tidak tercapai maka perlu dicari penyebabnya dan evaluasi dengan menggunakan SOAP secara optimal. Tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi yaitu : 1. Kriteria kebersihan 2. Standar keperawatan 3. Perubahan perilaku Metode penilaian (evaluasi) adalah : 1. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga. 2. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan sikap apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat. 3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. 4. Latihan stimulasi, berguna dalam meentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu. Herdman, T Heather. 2011. Nanda internasional Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.



KONSEP DASAR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) A. PENGERTIAN Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakatnya. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (www.dinkes-sulsel.go.id, 2010). Banyak perilaku yang dapat dilakukan untuk menjadi sehat, antara lain makan beraneka ragam makanan, mengkonsumsi Garam Beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A, kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum. PHBS yang dapat dipraktikkan meliputi perilaku sebagai berikut: 1. Melaporkan segera kepada kader/ petugas kesehatan jika mengetahui dirinya, keluarganya, temannya atau tetangganya menderita penyakit menular 2. Pemanfaatan pekarangan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Warung Hidup di halaman masing-masing rumah atau secara bersama-sama (kolektif) 3. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke Poskesdes/ Pustu/ Puskesmas bila terserang penyakit 4. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan 5. Memakan makanan yang bergizi dan dengan menu seimbang (terutama bagi perempuan termasuk pada saat hamil dan menyusui) 6. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari 7. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak 8. Tersedianya oralit dan zinc untuk balita



9. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan 10. Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah semasa hamil dan nifas bagi ibu 11. Mengkonsumsi Kapsul vitamin A bagi ibu nifas. Memberi ASI eksklusif kepada bayinya (0-6 bulan) 12. Memberi Makanan Pendamping ASI dan Kapsul Vitamin A untuk balita 13. Menimbang berat badan bayi dan balita secara teratur serta menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk memantau pertumbuhannya 14. Membawa bayi/ anak, ibu, dan wanita usia subur untuk imunisasi 15. Tidak merokok, minum minuman keras, madat, dan menyalahgunakan napza serta bahan berbahaya lainnya. 16. Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan dalam keadaan darurat (misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin, ambulan, dll) 17. Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan, termasuk bantuan bagi pengobatan dan persalinan 18. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Mencuci tangan dengan air bersihdan sabun. 19. Menggunakan jamban sehat 20. Mengupayakan tersedianya sarana sanitasi dasar lain dan menggunakannya 21. Memberantas jentik-jentik nyamuk 22. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik di rumah, desa/ kelurahan maupun di lingkungan pemukiman 23. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga berencana 24. Memanfaatkan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat), Poskesdes, Putu, Puskesmas atau sarana kesehatan lain 25. Melaporkan kematian 26. Mempraktikkan



PHBS



lain



yang



dianjurkan.



Saling



mengingatkan



untuk



mempraktikkan PHBS. B. PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan



masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. C. TATANAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT 1. PHBS di Rumah Tangga PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Ber-PHBS. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Keberhasilan PHBS di rumah tangga diukur dari 10 indikator sebagai berikut: Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga keehatan (bidan, dokter dan tenaga para medis lainnya). Memberi bayi ASI eksklusif Adalah bayi usia 0 – 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. Menimbang balita setiap bulan Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Menggunakan air bersih Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat



membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Menggunakan jamban sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannnya. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang estela dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Makan buah dan sayur setiap hari Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Melakukan aktivitas fisik sehari-hari Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Tidak merokok di dalam rumah Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokor yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan Carbon Monoksida (CO). Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS Bagi Rumah Tangga: Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit Anak tumbuh sehat dan cerdas Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga Bagi Masyarakat: Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan



Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada Masyarakat mampu mengembangkan UKBM seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulan desa dan lain-lain 2. PHBS di Sekolah PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS sekolah yaitu: Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat. Olahraga yang teratur dan terukur. Memberantas jentik nyamuk. Tidak merokok di sekolah. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan. Membuang sampah pada tempatnya. 3. PHBS di Tempat Kerja PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS tempat kerja yaitu: Tidak merokok di tempat kerja. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja. Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja. Menggunakan air bersih. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar. Membuang sampah pada tempatnya. Mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan. 4. PHBS di Institusi Kesehatan PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan



perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS institusi kesehatan yaitu : Menggunakan air bersih. Menggunakan Jamban. Membuang sampah pada tempatnya Tidak merokok di institusi kesehatan. Tidak meludah sembarangan. Memberantas jentik nyamuk. 5. PHBS di Tempat-Tempat Umum PHBS di tempat - tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat - tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat tempat umum sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS tempat umum yaitu : Menggunakan air bersih. Menggunakan jamban. Membuang sampah pada tempatnya. Tidak merokok di tempat umum. Tidak meludah sembarangan. Memberantas jentik nyamuk.



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L. J. (1999). Buku saku diagnosa keperawatan. (Handbook of Nursing Diagnosis). Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan. (Handbook of Nursing Diagnosis). Edisi 8, Alih bahasa monica Ester. Jakarta: EGC Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC..