LP KTD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI RSUP dr KARIADI



SINATRIA KRISDAYANTO P1337420618059 POLITEKKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN NERS KEPERAWATAN SEMARANG TAHUN 2020



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 810% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008). Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80% kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008). Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.



1



B. Tujuan



1.



Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada masa kehamilan.



2.



Tujuan Khusus Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada masa kehamilan, seperti : a.



Definisi ketuban pecah dini



b.



Etiologi ketuban pecah dni



c.



Patofisiologis



d.



Manifestasi klinik



e.



Pemeriksaan penunjang



f.



Penatalaksanaan



g.



Asuhan keperawatan



2



BAB II KONSEP DASAR A. Definisi Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.



B. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi(Mochtar, 2002). Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik(Saifudin, 2000).



3



Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain : 1.



Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis selalu terbuka.



2.



Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.



3.



Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)



4.



Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat



5.



Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.



6.



Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI



RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut: 1.



Serviks inkompeten



2.



Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion



3.



Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang



4.



Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik



5.



Kelainan bawaan dari selaput ketuban



6.



Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.



4



KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut: 1.



Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.



2.



Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi



(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang, sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).



C. Patofisiologis (Pathways) Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal berikut: 1.



Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersamasama dengan hipermotilitas Rahim



2.



Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)



3.



Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)



4.



Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi disproprosi servik incompeten



5.



Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini. Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah



pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.



5



6



D. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain : 1.



Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.



2.



Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi



3.



Janin mudah diraba



4.



Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering



5.



Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering. Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:



1.



Terjadi pembukaan prematur servik



2.



Membran terkait dengan pembukaan terjadi: a. Devaskularisasi b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.



7



E. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan: 1.



2.



Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 1998)



Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG): 1.



Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.



2.



Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.



F. Penatalaksanaan Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.



8



Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg. Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.



Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.



2.



Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis



yang menjadi peicu



sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas. 3.



Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).



9



Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:



Ketuban Pecah Dini Masuk Rumah Sakit : -Antibiotik -Batasi pemeriksaan dalam -Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri -Observasi tanda infeksi dan distres janin -Bidan merujuk ke RS/puskesmas



HAMIL ATERM



HAMIL PREMATUR  Observasi: - Suhu rektal - Distres janin



 Kortikosteroid



SEKSIO SESAREA



-



KELAINAN OBSTETRI Distres janin - Letak sunsang Letak lintang - CPD Bed obtetic hyst Infertilitas Grandemultipara Elderly primigravida Persalinan obstruktif



LETAK KEPALA INDIKASI INDUKSI  Infeksi  Waktu



GAGAL  Reaksi uterus tidak ada  Kelainan letkep  Fase laten dan aktif dan memanjang  Distres janin  Ruptur uteri imminens  Ternyata CPD



BERHASIL



 Persalinan pervaginal



(Manuaba, 2009)



10



BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN



A. Pengkajian Dokumentasi



pengkajian



merupakan



catatan



hasil



pengkajian



yang



dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar  tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat, 2000 ). 1. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan. 2.



Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus. b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan. c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien



d. Riwayat psikososial



11



Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah. ( Depkes RI, 1993:66)



3.



Pola-pola fungsi kesehatan a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya. b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya. c. Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri. d. Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB. e. Pola istirahat dan tidur Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan f. Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain. g. Pola penagulangan sters Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas. h. Pola sensori dan kognitif



12



Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya i. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri j. Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. k. Pola tata nilai dan kepercayaan Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah  partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya. ( Sharon J. Reeder, 1997:285) 4.



Pemeriksaan fisik a. Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan b. Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses menerang yang salah. c. Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning. d. Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.



13



e. Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung f. Dada Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae. g. Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat. h. Genitaliua Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak. i. Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur. j. Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal. k. Muskulis skeleta Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi. l. Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.  (Ibrahim christina, 1993: 50)  



14



B. Diagnose keperawatan 1.



Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.



2.



Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.



3.



Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan premature.



4.



Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi lahir premature.  (NANDA, 2012)



15



 



C. Intervensi No. 1.



Diagnosa Keperawatan Risiko infeksi



Tujuan & Kriteria Hasil



Intervensi



Rasional



Setelah dilakukan



1.



1. Untuk mengetahui



berhubungan



tindakan keperawatan



tanda-tanda



tanda-tanda infeksi



dengan



selama 3×24 jam 



infeksi



yang muncul



ketuban pecah



diharapkan pasien tidak



dini



menunjukan tanda-tanda



keadaan umum



perkembangan



infeksi dengan kriteria



pasien



kesehatan pasien



hasil :



2.



3.



1. Tanda-tanda infeksi tidak tidak ada.



dari pervaginaan.



4.



4. Leukosit kembali 5. Suhu tubuh normal



Bina



2. Untuk melihat



3. Untuk memudahkan



hubungan saling



perawat melakukan



percaya melalui



tindakan



terapeutik



3. DJJ normal normal



Pantau



komunikasi



2. Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar



Kaji



Berikan



4. Agar istirahat pasien terpenuhi 5. Untuk proses



lingkungan



penyembuhan



yang nyaman



pasien



untuk pasien 5.



Kolaboras i dengan dokter



(36,5-37,5ºC)



untuk memberikan obat antiseptik



2.



Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim



sesuai terapi Kali



1. Untuk mengetahui



tindakan keperawatan



tanda-tanda



keadaan umum



selama 3×24 jam  di



Vital pasien



pasien



Setelah dilakukan



1.



harapkan  nyeri



2.



berkurang atau nyeri hilang dengan kriteria hasil :



Kaji skala nyeri (1-10)



3.



Ajarkan pasien teknik relaksasi



16



2. Untuk mengetahui derajat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan



1. Tanda-tanda vital



4.



dalam batas normal.



Atur



TD:120/80 mm Hg



posisi pasien 5.



N: 60-120 X/ menit.



Berikan lingkungan



2. Pasien tampak



yang nyaman



tenang dan rileks



dan batasi



3. Pasien mengatakan



pengunjung



dilakukan 3. Untuk mengurangi  nyeri yang dirasakan pasien 4. Untuk memberikan rasa nyaman 5. Untuk mengurangi



nyeri pada perut



tingkat stress pasien



berkurang



dan pasien dapat beristirahat



3.



Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan premature



Setelah dilakukan



1.



Kaji apa



1. Untuk mengetahui



tindakan keperawatan



pasien tahu



tentang pemahaman



selama 3×24 jam  di



tentang  tanda-



pasien untuk



harapkan pasien



tanda dan



tindakan selanjutnya



memahami pengetahuan



gejala normal



tentang penyakitnya



selama



terjadinya hal-hal



dengan criteria hasil :



kehamilan



yang tidak



1. Pasien terlihat tidak



2.



Ajarkan



2. Mencegah



diinginkan terjadi



tentang apa



yang bisa



yang harus



membahayakan ibu-



dilakukan jika



janin



bingung lagi 2. Pengetahuan Pasien dan keluarga dapat



tanda KPD



bertambah



3. Untuk membantu merencanakan



kembali



tindakan berikutnya



3.



muncul Libatkan keluarga agar memantau



4.



Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus



Setelah dilakukan



1.



kondisi pasien Kaji



1. Mengetahui



tindakan keperawatan



tingkat



tingkatan kecemasan



selama 3×24 jam  di



kecemasan



yang dialami pasien



harapkan ansietas pasien



pasien



17



2. Untuk mempercepat 



berpotensi lahir premature



teratasi dengan kriteria



2.



hasil : 1. Pasien tidak cemas lagi



3.



Dorong pasien untuk



3. Untuk memberikan



istirahat total



rasa nyaman dan



Berikan suasana yang



2. Pasien sudah mengetahui tentang penyakit



proses penyembuhan



menurunkan kecemasan pasien



tenang dan ajarkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional pasien.



 



D. Implementasi Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat, 2002.



18



E. Evaluasi Evaluasi menyediakan



adalah nilai



tahapan



informasi



akhir



dari



mengenai



proses



pengaruh



keperawatan. intervensi



Evaluasi



yang



telah



direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat, 2002). Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu: 1.



Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.



2.



Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan menjelaskan



keberhasilan



atau



ketidakberhasilan.



Rekapitulasi



dan



kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.



19



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks(Saifudin, 2000). Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menangani wanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.



B. Saran Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai



perkiraan



kelahiran



janin



premature



serta



risiko



tambahan



korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.



20



DAFTAR PUSTAKA Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media Aesculapius Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material & Neonatal. Jakarta : EGC. Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2. Jakarta:Salemba Medika International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 20122014.Jakarta:EGC



21