LP Neonatal Infection-Arini Ambarwati p2005008 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN NEONATAL INFECTION RSUD WONOSARI



Di Susun Oleh : Arini Ambarwati P2005008



Profesi Ners SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN 2020/2021



A. Pengertian Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa antenatal, perinatal dan post partum. Infeksi neonatorum atau infeksi adalah infeksi bakteri umum generalista yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Infeksi adalah sindroma yang dikarakteristikkan oleh tandatanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septic (Doenges, Marlyn E, 2013). Infeksi neonatorum adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal, intranatal dan postnatal. Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik (Arif, 2010). Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Price, 2015). B. Etiologi Menurut (Prince,2015) infeksi pada neonatus bisa melalui beberapa cara : 1. Infeksi antenatal Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Kuman melewati placenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilicus samapi ke janin kuman teresebut seperti : virus : rubella, poliomelisis, koksakie, variola, dll. Spirokaeta : sifilis. Bakteri : jarang sekali kecuali E. Colli dan listeria. 2. Infeksi intranatal a. Pemeriksaan vagina yang terlalu sering b. Partus yang lama 3. Infeksi post partum Penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril



4. Cross infection Infeksi yang telah ada di rumah sakit Menurut jenis infeksi : a. Infeksi bacterial Banyak bakteri yang menyebabkan infeksi sitemik dengan infeksi dapat bersifat



congenital



maupun



didapat



seperti



:



Lysiteria



app,



Mycobacterium, Tubercolosis, E. Colli, Pnemokokus, enterokokus, streptokokus, (sering gub B stretococus / GBS) dan stofilococus, pseudomonas spp dan klesiella. Selain menyebabkan infeksi sistemik, infeksipun dapat bersifat local seperti terjadinya infeksi kulit, pneumonia, osteomilelitis, artitis, ototis media, infeksi pada saluran pencernaan dan uorgenital. b. Infeksi virus Infeksi yang sering menyebabkan infeksi congenital / transpalcenta antara lain CMV / cytomegallo virus, rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering menyebabkan infeksi yang di dapat antara lain Herpes simplex virus, varicella zoster virus, hepatitis B RSV / Respiratory Syencial Virus. c. Infeksi parasit / jamur Infeksi yang sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi localmaupun sistemik. Infeksi ini biasanya adalah infeksi yang di dapat. Infeksi congenital yang dapat sering ditemukan adlah toxoplasma dan sphilis, keduanya sering menimbulkan kelainan / cacat congenital. Bayi baru lahir beresiko tinggi teinfeksi apabila ditemukan : 1. Infeksi pada ibu selama kehamila antara lain TORCH 2. Ibu menderita eklampsia 3. Ibu dengan diabetes mellitus 4. Ibu mempunyai penyakit bawaan Riwayat kehamilan 1. Persalinan lama 2. Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/ vakum seksio



sesarea) 3. Ketuban pecah dini 4. Air ketuban hijau kental Riwayat bayi baru lahir 1. Trauma lahir 2. Lahir kurang bulan 3. Bayi kurang mendapat cairan dan kalori 4. Hipotermia pada bayi



Pembagian Infeksi 1. Sepsis onst – dini Sepsis onset-dini (early-onset-sepsis, EOS) : < 72jam setelah kelahiran. Definisi ini berkisar dari 24 jam sampai 6 hari, namun paling banyak terjadi dalam 72jam setelah kelahiran. Kondisi ini disebabkan oleh pajanan vertikal ke jumlah bakteri yng tinggi selama kelahiran dan jumlah antibodi pelindung yang sedikit. Faktor Resiko : a. Preterm (kurang bulan) b. Ketuban pecah lama (> 18 jam) c. Demam pada ibu saat persalinan (> 38 C) d. Korioamnionitis e. Bayi yang sebelumnya terinfeksi 2. Sepsis onset – lambat Sepsis onset-lambat : > 72 jam setelah kelahiran. Orgnaisme biasanya dapat melalui transmisi nososkomial dari orang e orang. Faktor Resiko : a. Preterm b. Penggunaan kateter vena atau arterial atau selang trakea c. Antibiotik dalam jangka panjang d. Kerusakan pada kulit akibat perekat, probe kulit dan sebagainya



C. Klasifikasi Infeksi Infeksi dalam neonatus dapt dibagi dalam dua golongan besar, yaitu infeksi berat (major infection) dan infeksi ringan (minor infection). 1. Infeksi Berat Dalam golongan infeksi berat termasuk sifilis congenital, sepsis neonatorum, meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akuta, dan tetanus neonatorum. a. Sifislis kongenita Sifilis dengan Treponema Pallidum (spirochaeta pallida), penyebab sifilis biasanya terjadi dalam masa antenatal. Infeksi pada janin baru timbul sesudah kehamilan lewat 14 minggu oleh karena spirokhaeta tidak dapat melintasi lapisan sel langhans pada plasenta muda. Janin yang terkena infeksi dapat lahir mati dalam keadaan mserasi, ia dapat dilahirkan dengan gejala-gejala sifilis kongenita atau gejala-gejala itu dapat timbul kemudian. Bayi dengan sifilis kongenita seringkali menderita BBLR dan kulit telapak tangan serta kulit kaki mengkilat menebal dan mudah terlepas. Gambaran Klinik : Bayi dapat menunjukkan gelembung-gelembung dan pustula yang dilingkari dasar merah tua. Kelianan-kelainan itu seringkali ditemukan sekitar mulut, hidung, genetalia eksterna, anus dan telapk tangan serta kaki. Pernafasan melalui hidung seringkali terganggu karena tertutup oleh secret. Bayi degan sifilis kongenita tidak dapat tumbuh dengan baik. Pengobatan : Penanganan yang terbaik ialah pecegahan. Apabila wanita hamil dengan sifilis dapat disembuhkan sebelum kehamilanya mencapai 14 minggu, janin dapat dibebaskan sama sekali dari penyakit itu. Apabila ibu masih lewat diobati waktu itu, janin yang mugkin terkena infeksi sudah sembuh pada waktu dilahirkan, mungkin juga belum sembuh. b. Sepsis neonatorum



Dengan mennemukan gejala-gejala sepsis, dengan anamnesis infeksi antenatal atau infeksi intranatal, tindakan kitaialah : 1. Memberikan antibiotika dengan spektrum luas sambil menunggu biakan darah resistance test. Resistensi kuman terhadapa Ampisilin dan Gentamisin akhir-akhir ini makin menonjol. Bila mungkin sebagai penggantinya diberikan sefalosforin generasi ketiga dengan dosis 100mg/kg berat-badan per 24 jam dibagi dalam dua dosis.pemeriksaan laboratorium urine 2. Biakan darah danresistance test 3. Kalau ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan air kencing c. Meningitis Meningitis biasanya didahului oleh sepsis, karena itu, pada setiap persangkaan sepsis harus dilakukan pungsi lumbal. Dalam melakukan pungsi umbal penilaian likuor seresbrospinalis harus hati-hati, karena pada umumnya likuor serebrospinalis pada neonatus sifatnya xantaxrom, pada pleiositosis dan reaksi Nonne dan Pady positif. Mula-muls terdapat gejala-gejala seperti pada sepsis yang kemudian dapat disertai dengan kejang, fontanel menonjol, kuduk kaku dan opistotonus. Kuduk kaku tidak seberapa sering ditemukan pada neonatus. d. Pneumonia congenital Infeksi biasanya terjadi intranatal karena hirupan likuor amnii yang septik. Gejala waktu lahir sangat menyerupai asfiksia neunatorum. Penyakit membrana hialin atau pendarahan intrakranial. Pneumonia kongenital harus dicurigai kalu ketuban pecah lama, air ketuban keruh serta berbau, dan terdapat kesulitan pernafasan pada saat-saat neonatus itu lahir. e. Pneumonia aspirasi Penyakit ini merupakan sebab utama kematian bayi BBLR. Hal ini disebabkan karena pada saat pemberian makanan per os dimulai, terjadi aspirasi karena refleks menelan dan refles batuk belum sempurna. Pneumonia aspirasi ini harus dicurigai bila bayi BBLR tiba-tiba



menunjukkan gejala latergia, anoreksia, berat badan tiba-tiba menurun, dan kalu terdapat serangan apnea. Diagnosis dapat dibuat dengan pemeriksaan radiologiks thorak. f. Pneumonia karena airborn infection Biasanya infeksi terjadi karena adanya hubungan orang dewasa yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan. Penyebabnya biasanya penumokkous, hemophlilus influenza atu virus. Selain itu, dapat juga diseabbkan oleh E Colli, enterokokkus, proterus, pseudomonas. Jalanya penyakit biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas dengan rhinitis dan seterusnya. Kemudian terjadi dispnea, pernafasan cuping hidung, sianosis dan batuk. Pada pemeriksaan paru-paru dapat ditemukan ronkhi basah yang nyaring. g. Pneumonia stafilokokkus Infeksi ini terutama terjadi pada neunatus yang lahir di rumah sakit. Mula-mula terdapat infeksi stafilokokkus pada suatu tempat di badan, kemudianterjadi penyebaran di paru-paru, sehingga terjadi pneumonia atau piothoraks. Proses ini terjadi dengan cepat dengan gejala-gejala sesak nafas dan sianosis, keadaan bayi cepat menjadi bururk. h. Diare epidemik Gastroenteritis karena E Colli. Gastroenteritis pada bayi seringkali menyebabkan penyebaran dengan mortalitas yang tinggi. Penyebabnya ialah E colli yang bersifat patogen atau lazim disebut Entero-PathogenicEscherischia coli (EPEC). i. Pielonefritis Bayi yang menderita pielonefritis biasanya menunjukkan gejala demam, tidak mau minum, muntah, pucat dan berat badan turun. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan air kencing. Pada neonatus jumlah sel dalam air kencing menjadi berarti kalau lebih dari 15 per mm. j. Osteitis akuta Penyakit ini biasanya disebabkan oleh metastasis sarang infeksi stafillokokkus di suatu tempat. Penyebab utamanya ialah Staphilococcus



anureus. Suhu biasanya meningkat dah bayi tampsk sakit berat. Lokal terdapat pembengkakan dan menangis



kalau bagian yang terkena di



gerakkan. Keadaan ini dapat ditemukan di beberapa tempat, terutama pada maxilla dan pelvis. k. Tetanus neunatorum Etiologi : Penyebab penyakit ini ialah Clostridium Tetani. Kuman ini bersifat anaerobik dan mengeluarkan eksoktoksin yang neuropatik. Patologi : Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernafasan dan peredaran darah. Gambaran klinik : Masa inkubasi biasanya 3 sampai 10 hari. Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena terjadinya trismus. Mulut mecucu sesperti ikan (karpermond) sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik. 4. Infeksi ringan 1. Pemfigus neonatorum Mula-mula pemfigus timbul sebagai gelembung yang jernih, kemudian dikelilingi annah dan daerah yang kemerahan. Gelembung-gelembung ini dapat terjadi berlipat ganda dan menyebabkan gejala-gejala yang umum berat. 2. Oftalmia neonatorum Blonera atau konjungtivis gonorika disebabkan oleh disebabkan oleh infeksi genokkokus (neisserea gonorrhoeae) pada konjungtiva pad awaktu bayi melewati jalan lahir. Konjungtiva mula-mula hiperemik terhadap edema palbera, bulu mata lejat karena nanah. Penyakit ini dapt bersifat bilateral. Pada tingkat selanjutnya penyakit dapat menyerang kornea dan dapat menyebabkan buta. Setiap bayi dengan radang konjungtiva harus diperiksa



sekret matanya. Dengan pewarnaan gram dapat ditemukan gomokkokus ebagai diplokkokus yang gram negatif terletak di dalam dan di luar sel. 3. Infeksi pusat Ujung pusat seringkali terkena infeksi Staphilococcus aureus. Tempat itu mengeuarkan nanah dan sekitarnya merah serta ada edema. Pada saat yang berat ibfeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. 4. Moniliasis Kandida Albicans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi. Biasanya jamur tidak menimbulkan gejala dan bersifat saprofil. Dalam keadaan tertentu, bila daya tahan tubuh bayi truun atau pada penggunaan antibiotika dan atau kortikosteroid yang lama, dapat terjadi penumbuhan jamur ini secara cepat dan menimbulkan infeksi berupa stomatitis, diare, dermatitis bahkan infeksi parenteral. D. Manifestasi Klinis 1. Umum : panas, hipoermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema. 2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, hipotomegali. 3. Saluran nafas : apnea, dispnea, takspnea, retraksi, nafas cuping hidung, merintih sianosis. 4. System kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmoratu, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia 5. System saraf pusat : invitabilitas, tremor, kejang, hiporeflerksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol, high pitched cry 6. Hematomegali : Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan (Gale, 2015). Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus anatar lain, bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantung lambat, suhu tubuh naik turun. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernapasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung, Gejala dan infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumbber infeksi dan penyebaran : 1. Infeksi pada tali pusat (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.



2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, epsitotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun. 3. Infeksi pada tulang (ostemiolisis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat. 4. Infeksi pada selaput perut (perilositis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah (Smeltzer, 2012). E. Patofisiologi Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endoskrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolic yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok. Yang menyebabkan disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) dan kematian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu : 1. Factor maternal a. Status social ekonomi ibu, ras dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahi sepenuhnya. Ibu yang berstatus social ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. b. Status paritas. Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. c. Kurangnya perawatan prenatal. d. Ketuban pecah dini e. Prosedur selama persalinan 2. Factor neonatal a. Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram) Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya immunitas bayi kurang bulan lebih rndah dari pada bayi cukup bulan. Transfor immunoglobulin



melalui placenta terutama terjadi pada paruh terakhir trisemester ketiga. Setelah lahir,



konsentrasi



immunoglobulin



serum



terus



menurun,



menyebabkan



hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. b. Defisiensi imun Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati placenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut aktivitas lintasan komplemen terhambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penururnan antibodi total dan spesifik bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi. c. Laki-laki dan kehamilan kembar kembar Insiden infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan 3. Factor lingkungan a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasive, dan memerlukan waktu perawatan dirumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter nutrisi parental merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. b. Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada nonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotic spectrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spectrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda c. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemic penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. d. Pada bayi yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E. Colli di temukan hanya di dominasi oleh E. Colli saja Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :



1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati placenta dan umbrilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus placenta, antara lain virus vubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan toxoplasma. 2) Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnonitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke dalam traktus digestives dan traktus respiratoris, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat melalui kulit bayi atau “ port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misal : herpes genetalis, candida albican dan gonorrhea). 3) Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah persalinan/ kelahiran umunya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahin (misal : melalui alat-alat pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman, atau dst). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosocomial. (Mitayani, 2018).



F. Pathway



G. Pemeriksaan Diagnostic Penegakan diagnosis sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri juga lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan runag perawatanya. Diagnosis infeksi perinatal tidaklah mudah. Tanda khas seperti yang terdapat pada bayi seringkali tidak



ditemukan. Biasanya diagnosis yang ditegakkan dengan observasi yang teliti, serta akhirnya dengan pemeriksaan fisik laboratorium (Doenges, Marlyn E, 2013). Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi local tidak menonjol lagi. Walaupun demikian, diagnosis dinidapat kita tegakkan jika kita cukup waspada terhadap tingkah laku neonatus yang sebagai pertanda awal dari permulaan infeksi uum. Menegakkan diagnosis sepsis perlu dilakukan pemriksaan penunjang sebagai berikut : 1. Hitung darah lengkap dengan turunya Yang terpenting adalah jumlah sel darah merah. Septic neonatus biasanya menunjukkan penurunan jumlah sel darah putih, yaitu kurang dari 500 mm. Hitung jenis darah juga menunjukkan banyak sel darah putih tidak matang dalam aliran darah. Banyaknya darah tidak matang dihubungkan dengan total jumlah sel darah putih diidentifikasi bahwa bayi mengalami respon signifikan. 2. Platetet Biasanya 150.000 sampai 300.000 pada keadaan sepsis platetet menurun. Kultur darah gram negative atau positif, dan tes sensitivitas. Hasil dari kultur harus tersedia dalam beberapa jam dan akanmengidentifikasikan jumlah dan jenis bakteri kultur darah atau sensitivitas



membutuhkan



waktu



24-48



jam



untuk



mengembangkakn



dan



mengidentifikasikan jenis pathogen serta antibiotic yang sesuai. 3. Lumbar pungsi untuk kultru darah dan sensitivitas pada cairan serebrospinsl. Hal ini dilakukan bila ada indikasi infeksi neuron. 4. Kultur urine a. Kultru permukaan (Surface cultur) untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi bakteri. b. Pencegahan infeksi pada neonates. H. Penatalaksanaan Medik Penatalaksanaan pada bayi neonatal infection menurut ( Price, 2015) yaitu : 1. Suportif a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa b. Berikan koreksi jika terjadi hipovdemia, hipokalsemia dan hipoglikemia



c. Bila terjadi SIADN (Syndrome of Inappropiate Anti Dieuretik Hormon) batasi cairan d. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic e. Awasi adanya hyperbilirubinemia f. Lakukan transfuse tukar bila perlu g. Pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral 2. Kausatif Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan penicillin seperti ampicilin ditambah tminoglileosida seperti Gentamicin. Pada infeksi nosokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya di berikan van komisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga.Setelah dapat hasil biakan dan uji sistematis di berikan antibiotic yang sesuai. Terapi dilakukan selama 10 – 14 hari. Bila terjadi meningitis, antibiotic diberikan selama 14 – 21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan, terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu. Asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke tempat pusat kesehatan bila diperlukan. Pada masa persalinan, perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara akseptic. Pada masa pasca persalinan rawta gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, juag lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan lukan umbilicus secara steril. I. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien neonatal infection antara lain ( Arif, 2010) : 1. Hipoglikemia, asidosis metabolic 2. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan ntracranial 3. Ikterus atau kernicterus 4. Meningitis 5. Sepsis berat 6. Syok sepsis



J. Pengkajian Fokus Keperawatan Perawat mempunyai tugas yang penting dalam mengkaji tanda-tanda infeksi pada neonatus, tanda dan gejala sepsis pada neonatus sering tak terlihat dan dikenali oleh pemberi keperawatan profesional. Perawat neonatus mempunyai tanggung jawab untuk mengenali tanda-tanda, sehingga diagnosis dan perawatannya dapat diberikan segera. 1. Biodata Bayi 2. Riwayat Kesehatan Sekarang a. System saraf pusat 1) Fontanel yang menonjol 2) Letargi 3) Temperature yang tidak stabil 4) Hypotonia 5) Tremor yang kuat b. Sistem pencernaan 1) Hilangnya keinginan untuk menyusui. 2) Penurunan intake melalui oral. 3) Muntah. 4) Diare. 5) Distensi abdomen. c. System integument 1) Kuning. 2) Adanya lesi. 3) Ruam d. Sistem pernapasan 1) Apnea. 2) Sianosis. 3) Takipnea. 4) Penurunan saturasi oksigen.



5) Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada. e. System kardiovaskuler 1) Takikardi. 2) Menurunnya denyut perifer. 3) Pucat 3. Riwayat Kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis 4. Data psikologi 5. Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya 6. Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya K. Diagnosa keperawatan 1. Ketidakefektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di saluran napas. 2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan malas minum, diare, dan muntah 3. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan diare dan malas menyusui. 4. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi 5. Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi. L. Perencanaan Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan pola napas yang b.d meningkatnya sekret di saluran pernapasan



Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas Kembali efektif dengan kriteria hasil : - Bayi tidak nangis lagi - Bayi tenang - Frekuensi pernapasan



Intervensi Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya digendong) berikan O2 dan bersihankan jalan napas dari sekret kolaborasi dengan dokter tentang pemberian



Rasional posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas O2 mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan jalan napas akan mengurangi sumbatan disaluran pernapasan



menurun - Sekret di saluran napas tidak ada lagi Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi dapat di atasai dengan kriteria hasil : - Muntah dan diare berhenti - Bayi mau di susui



antibiotik



Kekurangan volume cairan yang b.d diare, malas menyusu



Setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan kembali normal dengan kriteria hasil : - Suhu normal o (36,5-37,5 C) - Membran mukosa dan kulit tidak lagi kering



Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI Awasi pemasukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare dan kehilangan cairan Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obata- obatan dan terapi cairan



Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh bayi kembali normal dengan kriteria hasil : - Suhu tubuh dalam batas normal (36,537,5oC)



Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan bayi menggigil/diafores is Pantau suhu lingkungan batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi Berikan kompres



Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d malas minum, diare, muntah



-



-



Antibiotik dapat mengatasi infeksi



Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI Auskultasi bising usus Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obatobatan seperti antibiotik dan pemeberian cairan



ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan imunitas Penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus Antibiotik dapat megatasi infeksi yang akan memperberat infeksi ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan imunitas Perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan cairan dan peningkatan risiko dehidrasi Terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh Suhu 38,9 derajat samapai 41 derajat menunjukan proses penyakit infeksius akut, pola demam dapat membantu dalam diagnosis Suhu rungan atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati



-



mandi hangat : hindari penggunaan alkohol Kolaborasi pemberian antipiretik misalnya ASA (aspirin), asitiminofen (tylenol) dan berikan antibiotik



normal Dapat membantu mengurangi demam Pemberian antipiretik digunakn untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, sedangkan, pemberian antibiotik sebagai antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit



M. Evaluasi Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA



Doenges, Marilynn, dkk. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC Gale, Danielle & Charette, Jane. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC Mansjoer Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta.: FKUI Mitayani. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Salemba Medika Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2015. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit .Vol. 1, Edisi 6, Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., 2012 .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, Jakarta : EGC