LP Oksigenasi Anisa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG MELATI RST SOEPRAOEN



OLEH: ANISA 2022611002



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2022



Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kebutuhan Oksigenasi A. Defenisi Oksegenasi Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan yang diperluhkan dalam proses kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolism tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kekurangan maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Andarmoyo, 2022). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan menggunkan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu kanul nasal, masker oksigen sedehana, reservoir mask. Oksigenasi adalah memberikan aliran oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh (Kristina,2013). Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakuka dengan cara memberikan oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, fica, 2013). Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Adityana, Rosi, 2012). Terapi 1



oksigen merupakan terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. B. Etiologi Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapileralveoli. 1. Faktor Fisiologis Proses Anemia



Pengaruh pada oksigen Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi ke alveoli Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirstori karena konsentrasi oksigen atmosfer yang lebih rendah Demam Meningkatkan frekuensi metabolism dan kebutuhan oksigen di jaringan. Penurunan pergerakan diding Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan dada (kerusakan Muskulo diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi, menurunkan volume udarah yang diinsiprasi. Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan diding dada: a. Kehamilan Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus yang berukuran akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma. b. Obesitas Klien yang obesitas mengalami penurunan volume paru hal ini dikarenakan tgorak dan abdomen bagian bawah yang berat. c. Penyakit system pernafasan, pengaruh penyakit kronis. d. Penurunan kapasitas angkut O₂ 2



Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂. a. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂ inspirasi. b. Hipovolemik Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan. c. Peningkatan Laju Metabolik Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot. d. Kondisi Lainnya Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis. 2. Faktor perkembangan a. Bayi premature Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir. b. Bayi dan anak-anak Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen dan lain-lain). c. Anak usia sekolah dan remaja 3



Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok. d. Dewasa muda dan paruh baya Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini. e. Lansia Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂. 3. Faktor Perilaku a. Nutrisi Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan. b. Olahraga Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen. c. Ketergantungan zat adiktif Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena : 1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. 2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan. 4



d. Emosi Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan. e. Gaya hidup Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner. 4. Faktor Lingkungan a. Suhu Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang. b. Ketinggian Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. c. Polusi Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya. C. Patofisiologi Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paruparu), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan 5



baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002). D. Manifestasi Klinis 1.  Hipoksia Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Penyebab terjadinya hipoksia : a. gangguan pernafasan b. gangguan peredaran darah c. gangguan sistem metabolism d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose). 2. Hyperventilasi Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO 2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan. Tanda dan gejala : a. pusing b. nyeri kepala c. henti jantung d. koma e. Ketidakseimbangan elektrolit 3. Hypoventilasi Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat. 6



Tanda dan gejala: a. napas pendek b. nyeri dada c. sakit kepala ringan d. pusing dan penglihatan kabur 4. Cheyne Stokes Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis. Fisiologis : a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki b. pada anak-anak yang sedang tidur c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi Pathologis : a. gagal jantung b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%) 5. Kussmaul’s ( hyperventilasi) Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal. 6. Apneu Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat 7. Biot’s Nafas dangkal, dyspnea.



7



E. Pathway



Agen penyebab penyakit



Diabetes militus II



Asma Oksigenasi



Proses degenerative



Pernapasan terganggu Adanya sumbatan pada jalan napas



Fungsi organ menurun Ventilasi pernapasan Hiperventilasi



Obstruksi jalan napas



Pengeluaran sekret berlebihan Bersihan jalan napas tidak efektif



Takipnea Sesak



Pola napas tidak efektif



8



Fungsi kelenjar pankreas Produksi insulin Kadar glukosa darah Hiperglikemia Ketidak stabilan kadar glukosa darah



F. Pemeriksaan fisik 1. Mata a. Konjungtiva pucat (karena anemia) b. Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia) c. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis) 2. Kulit a. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer) b. Penurunan turgor (dehidrasi) c. Edema. d. Edema periorbital. 3. Jari dan kuku a. Sianosis b. Clubbing finger. 4. Mulut dan bibir a. Membrane mukosa sianosis b. Bernapas dengan mengerutkan mulut. 5.



Hidung Pernapasan dengan cuping hidung.



6. Vena leher Adanya distensi / bendunga 7. Dada a. Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan). b. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan. c. Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan. d. Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) e. Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction) f. Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)



9



8.



Pola pernapasan a. Pernapasan normal (eupnea) b. Pernapasan cepat (tacypnea) c. Pernapasan lambat (bradypnea)



G. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu: 1. Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien. 2. Pemeriksaan gas darah arteri. Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi. 3. Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler 4. Pemeriksaan sinar X dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal. 5. Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas. 6. Endoskopi Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi. 7. Fluoroskopi Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru. 8. CT-SCAN Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal. H. Penatalaksanaan 1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif a. Pembersihan jalan nafas b. Latihan batuk efektif c. Suctioning d. Jalan nafas buatan 10



2. Pola Nafas Tidak Efektif a. Atur posisi pasien ( semi fowler ) b. Pemberian oksigen c. Teknik bernafas dan relaksasi 3.



Gangguan Pertukaran Gas a. Atur posisi pasien ( posisi fowler ) b. Pemberian oksigen c. Suctioning



11



Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kebutuhan Oksigenasi 1. Pengkajian Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab. 1.1 Riwayat kesehatan a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta  bantuan pelayanan seperti : a) Fungsi kardiopulmoner saat normal b) Fungsi respirasi dan sirkulasi saat mengalami perubahan atau gangguan c) Pengukuran penggunaan O2 secara optimal Kaji :  Masalah-masalah respirasi  Rasionalisasi penyakit/masalah respirasi  Adanya batuk dan penanganan  Kebiasaan merokok  Nyeri  Masalah kardiovaskuler  Faktor resiko yang memperlambat  Rasionalisasi penggunaan medikasi  Stressor yang dialami  Status/kondisi kesehatan 1) Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi a. Rasionalisasi hipertensi :sakit jantung atau cerebro vaskuler asadent b. Merokok c. Obesitas d. Diet tinggi lemak e. Meningkatnya kolesterol



12



2) Anamnese riwayat kesehatan Masalah bernafas: a. Nyeri dada b. Dypsnoe c. Hipoventilasi d. Batuk e. Hiperventilasi f. Cyanosis 3) Riwayat psikososial a. Kebiasaan merokok b. Riwayat tumbuh kembang c. Tanggapan terhadap penyakit d. Alkohol 4) Faktor resiko a. Obesitas b. Gangguan syaraf (CVA). 1.2 Riwayat Penyakit Sekarang Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan. 1.3 Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan. 1.4 Riwayat Penyakit Dahulu Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara :



13



a. Inspeksi: Menggunakan indra penglihatan, Observasi dari head to toe (kepala sampai kaki) meliputi :  Kulit  Warna membrane mukosa  Keadaan umum  Tingkat kesadaran  Keadekuatan sistem sirkulasi  Pola nafas  Gerakan dinding dada  Bentuk thorax  Tipe pernafasan (brot, kussmaul)  Gerakan otai pernafasan. b. Palpasi Menggunakan indra peraba, meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Misal : suhu, kelembapan, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa edema, krepitasi dan sensasi.  Palpasi ringan Dengan menggunakan telapak tangan dan tangan sejajar dengan kulit tekan hati-hati dengan kedalaman 1-2 cm gerakan bantalan jari dengan gerakan memutar.  Palpasi dalam Palpasi tangan tunggal dengan sisi telapak tangan pada kulit dengan tangan menekan ke bawah, bantalan jari di tekan 4 - 5 cm. c. Perkusi Meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, ukuran dan posisi struktur di bawahnya.  Perkusi langsung (segera) Permukaan tubuh ditekuk dengan satu jari atau lebih pada satu lengan.  Perkusi tidak langsung (perantara) 14



Jari tengah pada satu tangan (fleksimer) hipertensi dalam tulang distal jari ditempelkan berlawanan dengan permukaan tubuh.  Hasil perkusi:  Timpani: Intensitas keras, bunyi nada tinggi, lamanya sedang, setara dengan bunyi dram.  Hiperresonansi: Intensitas sangat keras, bunyi dengan nada sangat rendah, lamanya sangat singkat setara dengan bunyi dentuman.  Resonansi: Intensitas sedang, bunyi nada rendah, lamanya panjang setara dengan gaung.  Pekak: Intensitas lembut, bunyi nada tinggi, lamanya sedang.  Bunyi datar : Intensitas halus, bunyi nada tinggi, lamanya singkat. d. Auskultasi: Tindakan mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh bermacammacam organ dan jaringan dalam tubuh, instrument yang digunakan untuk auskultasi adalah stetoskop. 1) Bunyi nafas normal  Bronchial: Bunyi keras, nada tinggi dengan gaung atau kualitas  Bronkovasikuler: Bunyi sedang dengan nada sedang, mempunyai kualitas redam  Vasikuler: Bunyi yang dihasilkan nada rendah, halus, respirasi lebih keras dan lebih tinggi dari ekspirasi 2) Bunyi nafas menyimpang  Fine crackles: Bunyi tidak terus menerus terdegar bunyi ledakan mirip dengan gesekan rambut dekat telinga  Coarse crackles: Bunyi tidak terus merus, bunyi ledakan keras dengan kualitas gelembung, mirip gelembung soda karbonat  Ronchi: Bunyi keras, tinggi, kualitas mendengkur terus menerus mirip gesekan 2 balon  Mengi: Bunyi berkualitas musik, nada tinggi terus menerus 3. Diagnose keperawatan 1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas 2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan 15



3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan PO2 menurun 4. Intervensi Keperawatan 1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas  Latihan batuk efektif (1.011006) Tindakan Obsevasi -



Identifikasi kemampuan batuk



-



Monitor adanya retensi sputum



-



Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas



-



Monitor input dan output cairan ( mis. Jumlah dan karakteristik)



Trapeutik -



Atur posisi semi-fowler atau fowler



-



Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien



-



Buang skret pada tempat sputum.



Edukasi -



Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif



-



Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucut(dibulatkan)selama 8 detik



-



Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali



-



Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3.



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perluh



2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan 



Manajemen jalan napas (1.01011)



Tindakan Observasi -



Monitor Pola Napas (Frekuensi, Kedalaman, Usaha Napas)



-



Monitor Bunyi Napas Tambahan(mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)



-



Monitor sputum (Jumlah, warna, aroma)



16



Terapeutik -



Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-yilt dan chin-lift(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)



-



Posisikan semi-Fowler atau Fowler



-



Berikan minuman hangat



-



Lakukan fisioterapi dada, jika perluh



-



Lakukan peghisapan lendir kurang dari 15 detik



-



Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal



-



Keluarkan kan sumbatan benda padat dengan forsep McGill



-



Berikan oksigen, jika perluh.



Edukasi -



Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontradiksi



-



Ajarkan teknik batuk efektif



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perluh.



3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan PO2 menurun 



Terapi oksigen (1.01026) Tindakan Observasi -



Monitor kecepatan aliran oksigen



-



Monitor posisi alat terapi oksigen



-



Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup



-



Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.oksimetri, analisa gas darah), Jika perluh.



-



Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan



-



Monitor tanda-tanda hipoventilasi



-



Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelectasis



-



Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen



-



Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen. 17



Terapeutik -



Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perluh



-



Pertahankan kepatenan jalan napas



-



Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen



-



Berikan oksigen tambahan, jika perluh



-



Teteap berikan oksigen saat pasien ditraportasi



-



Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien



Edukasi -



Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah.



Kolaborasi -



Kolaborasi penentuan dosis oksigen



-



Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur.



18



DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/40592095/LP_oksigenasi http://repository.ump.ac.id/2654/3/SUPRAPTI%20BUDYASIH%20BAB%20II.pdf https://www.academia.edu/19848014/LP_OKSIGENASI https://media.neliti.com/media/publications/296604-management-casus-pemenuhankebutuhanoks-6284777e.pdf Buku Standar Diagnose Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetak II (PPNI) Buku Standart Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetak II (PPNI) Buku Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetak II (PPNI)



19



20