LP STT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI SOFT TISSUE TUMOR (STT) DI RSUD PEMANGKAT



DISUSUN OLEH : WENI FUJIATI NIM 201133070



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN 2020/2021



LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI SOFT TISSUE TUMOR DI RSUD PEMANGKAT Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure). Telah disetujui pada : Hari



:



Tanggal



:



Mahasiswa,



WENI FUJIATI NIM. 201133070



Mengetahui, Pembimbing Akademik



Pembimbing Klinik



VISI DAN MISI PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK



VISI



"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional Tahun 2020"



MISI 1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Kompetensi. 2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Penelitian. 3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK dan Teknologi Tepat Guna. 4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri, Transparan dan Akuntabel. 5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.



KATA PENGANTAR Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “ Laporan Pendahuluan pada pasien dengan Gangguan Sistem Imunologi Soft Tissue Tumor” pada Praktik Klinik Keperawatan Dasar Profesi. Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, kepada yang terhormat: 1.



Bapak Didik Hariyadi, S. Gz., M. Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak.



2.



Ibu Nurbani, S. Kp., M. Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan



3.



Ibu Ns. Puspa Wardhani, M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.



4.



Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M. Kep selaku Koordinator Mata Kuliah Stase Keperawatan Medikal Bedah



5.



Semua



dosen



Program



Studi



Ners



Keperawatan



Pontianak yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat. 6.



Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.



Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan Pontianak, Maret 2021



Penulis



I.



Konsep Dasar 1. Definisi Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker (price, 2006). STT adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh pertumbuhan sel yang baru 2. Etiologi 1) Kondisi genetic Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa



gen



memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis. 2) Radiasi Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik. 3) infeksi infeksi virus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT. 4) Trauma hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.



3. Klasifikasi



4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan tersebut berada. awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. /anya



sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf - saraf tepi.Tumor jinak jaringan lunak biasanya



tumbuh



lambat,



tidak



cepat



membesar,



bila



diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal. kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak. 5. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan soft tissue tumor salah satunya pada ganglion menimbulkan infeksi, kaku, nyeri, keloid, bau tak sedap serta terdapat keterbatasan gerak , kerusakan serabut saraf atau pembuluh darah (Erawati & dkk, 2018). 6. Pemeriksaan diagnostik 1) Pemeriksaan laboratorium 2) Radiologi 3) EKG dan USG 4) Pemeriksaan X-ray 5) CT scan 6) Pemeriksaan MRI 7) Pemeriksaan hispatologis a) Sitologi b) Forsep biopsi c) Memotong biopsy d) Biopsi eksisi



7. Penatalaksanaan Medis a) Bedah mungkin cara ini sangat beresiko akan tetapi, para ahli bedah



mencapai



angka



keberhasilan



yang



sangat



memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut. b) Kemoterapi metode ini melakukan keperaatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. keperawatan ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan



kerja



sel



tumor.



pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan



dengan



tumor



dan



kanker



dirawat



menggunakan cara kemoterapi ini. c) Terapi radiasi Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari radioaktif. kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan. d) Penatalaksanaan keperawatan a. perhatikan kebersihan luka pada pasien b. perawatan luka pada pasien c. pemberian obat d. amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah dilakukan operasi.



II.



WOC



III.



Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a) Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat. b) Riwayat keperawatan Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi c) Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas). 2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan. 3) Ukur kekuatan otot 4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi. d) Riwayat psikososial Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari. e) Aktivitas/ Istirahat Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat. f) Kardiovaskuler Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal



g) Integritas Ego Faktor



stres



akut/kronis,



misalnya



finansial,



pekerjaan,



ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan h) Makanan / cairan Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat: mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin



seperti:



kacang-kacangan,



daun



singkong,



jeroan.



Menghindari minum kopi i) Hygiene Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain j) Neurosensori Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari tangan, pembengkakan sendi simetris. k) Nyeri /kenyamanan Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari. l) Keamanan Kulit



mengilat,



tegang.



Kesulitan



dalam



menangani



tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa. m) Interaksi sosial Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran. (Istianah, 2017). 2. Masalah Keperawatan 1) nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan 2) kerusakan integritas kulit b/d adanya luka post operasi 3) resiko infeksi b/d luka post operasi



3. Perencanaan No



SDKI



1.



D.0077



SLKI nyeri



SIKI



akut L. 08063 kontrol nyeri



I. 08238 manajemen nyeri



berhuhungan dengan luka post setelah dilakukan tindakan observasi operasi



keperawatan selama 3x24



gejala dan tanda mayor:



jam



S : - mengeluh nyeri



nyeri meningkat dengan



O : - tampak meringis gelisah



kriteria hasil :



gejala tanda minor :



1.



O : fokus pada luka



kontrol



diharapkan



-



kontrol



Identifikasi



lokasi,



durasi, kualitas nyeri -



Identifikasi



skala



nyeri



melaporkan



nyeri



-



Identifikasi



respon



nyeri non-verbal



2. kemampuan mengenali nyeri meningkat



Terapeutik



3. kemampuan tehnik non



-



farmakologi meningkat



Berikan



tehnik



nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri -



Fasilitasi istirahat dan tidur



edukasi



-



Anjurkan menggunakan analgetik yang tepat



-



Anjurkan



tehnik



nonfarmakologis untuk 2.



D.0192



gangguan



mengurangi



nyeri integritas L. 14130 penyembuhan I. 11353 perawatan integritas



kulit berhubungan dengan luka luka



kulit



post operasi



setelah dilakukan tindakan observasi



gejala dan tanda mayor :



keperawatan



3x24



jam



-



Identifikasi penyebab



O : kerusakan lapisan dan diharapkan penyembuhan



gangguan



jaringan pada kulit



kulit



luka



meningkat



dengan



integritas



gejala dan tanda minor :



kriteria hasil :



O : nyeri



1.



terapeutik



penyatuan



kulit



-



Gunakan



produk



meningkat



berbahan ringan pada



2. perkembangan jaringan



kulit sekitar -



granulasi meningkat



Hindari



nyeri menurun



berbahan



infeksi menurun



alkohol



produk dasar pada



kulit



kering edukasi



-



Anjurkan minum air yang cukup



-



Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi



-



Anjurkan menghindari terpapar



3.



D.



0142



resiko



infeksi



L. 14128 kontrol resiko



suhu



ekstream I. 12406 edukasi pencegahan



berhubungan dengan terpapar setelah dilakukan tindakan infeksi virus/makroorganisme



keperawatan selama 3x24 observasi



faktor resiko



jam



-



Kerusakan kulit



diharapkan



kontrol



-



integritas resiko meningkat dengan



dan



kriteria hasil : 1. mengidentifikasi



Periksa



kemampuan



menerima informasi mampu terapeutik faktor



-



Siapkan materi cara



resiko meningkat



mencegah



mampu mengontrol resiko



infeksi



meningkat



kesiapam



resiko



edukasi



-



Jelaskan



tanda



dangejala infeksi -



Ajarkan



cara



memeriksa



kondisi



luka -



Anjurkan penggunaan antibiotik



-



Ajarkan cara mencuci tangan yan benar



4. Implementasi Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan implementasi



yang



harus



adalah



dimiliki kemampuan



perawat



pada



komunikasi



tahap yang



efektif,kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan



melakukan



observasi



sistematis,kemampuan



memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi,dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008). Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pegetahuan tentang validasi rencana, implementasi rencana, persiapan klien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan dengan reaksi klien. Fase



ketiga merupakan terminasi perawat-klien setelah implementasi keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008). 5. Evaluasi keperawatan Menurut sumber Asmadi, (2008 ) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari



siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien



akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana



keperawatan



guna



menilai



keefektifan



tindakan



keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatifini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif(data berupa keluhan klien), objektif (data



hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).



6. Aplikasi pemikiran Nyeri pasca bedah yang tidak hilang dapat menimbulkan efek negatif terhadap fisiologis dan psikologi (Black & Hawk, 2014). Dampak nyeri terhadap psikologi berupa gangguan tidur dan sulit berhubungan dengan orang lain karena perhatiannya berfokus pada nyeri. Nyeri yang tidak teratasi akan menghambat penyembuhan. Pasien dirawat di rumah sakit menjadi lebih lama dan meningkatkan biaya perawatan rumah sakit (Black & Hawk, 2014; Smeltzer et al., 2008). Mendengarkan



musik



dapat



memproduksi



zat



endorphins



(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri disistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot (Potter & Perry, 2011). Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri dan menurunkan tekanan darah (Campbell, 2001 dalam Ucup, 2011).



DAFTAR PUSTAKA Black, J.M. & Hawk, J.H. (2014). Medical-surgical nursing clinical management for positive outcomes. (7th Ed). St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders. Campbell, D. (2001). Music:



Physician For Time to Come.



Wheaton: Quest Books. Chiang. L. (2012). The Effect Of Music and Nature Sounds On Cancer Pain and Anxiety In Hospice Cancer Patient, Frances Payne Bolton School of Nursing Case Western Reserve University. (Unpublished Dissertation Paper). Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D. (2005). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC Smeltzer (2010). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta selatan: DPP PPNI. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta selatan: DPP PPNI. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta selatan: DPP PPNI.