Makalah 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERAN NILAI-NILAI KONSELOR DALAM PROSES KONSELING SERTA ISU YANG DIHADAPI KONSELOR PEMULA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pribadi Konselor yang diampu oleh Dra. Titin Indah Pratiwi, M.Pd.



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Oleh: Kelompok III Anisa Ultari Lisnanti (16010014008) Onny Dita Pertiwi (16010014022) Kartika P. (16010014028) Tessya Anidita P (16010014046) Rizal Munfasa Abdi (16010014048) Ach. Sudrajad N (16010014056) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN



JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING 2017



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, penulis mengucapkan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengembangan Pribadi Konselor ini. Makalah ini berjudul Peran Nilai-Nilai Konselor dalam Proses Konseling serta Isu yang Dihadapi Konselor Pemula. Meskipun dalam penyusunannya penulis mendapatkan hambatan seperti kesulitan mencari buku referensi tetapi penulis dapat menyelesaikannya dengan maksimal sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis mengaharapkan saran dan kritikan dari pembaca supaya dapat dijadikan bahan untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi terhadap pembaca.



Surabaya, 11 September 2017 Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.



Latar belakang masalah..........................................................................................1 Rumusan masalah...................................................................................................1 Tujuan penulisan....................................................................................................1 Manfaat penulisan..................................................................................................1



BAB II PEMBAHASAN A. Mengatasi kecemasan diri sendiri..........................................................................2 B. Menjadi diri sendiri dan terbuka pada pengalaman...............................................2 C. Menghindari perfecsionis.......................................................................................3 D. Jujur terhadap keterbatasan diri.............................................................................3 E. Memahami makna diam .......................................................................................3-4 F. Mengatasi tuntutan dan harapan klien...................................................................4 G. Mengatasi konseli yang memiliki komitmen rendah.............................................5 H. Sabar terhadap ambiguitas (tak kunjung berhasil).................................................5-6 I. Mengembangkan sense of humor..........................................................................6 J. Mengurangi pemberian nasehat.............................................................................6 K. Mengembangkan gaya konseling anda sendiri......................................................7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Konselor adalah seseorang yang mempelajari konseling dan secara profesional yang dapat melaksanakan pelayanan konseling dengan berlatar belakang pendidikan minimal S1 jurusan BK. Masalah adalah perbedaan antara keinginan dengan yang ada, menurut Prajudi Almursudirjo, masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan, untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya suatu tujuan. Seperti profesional lainnya, onselor juga menghadapi berbagai macam masalah yang kadang-kadang sepele, namun juga kadang-kadang serius. Yang menjadi permasalahan bukanlah masalah itu sendiri, tetapi bagaimana konselor menghadapi masalah-masalah itu. Sangatlah penting bahwa konselor dan orang yang menjalani proses konseling mengenali sebelumnya masalah-masalah potensial yang menanti mereka.



B. Rumusan Masalah 1. Apa saja isu yang dihadapi oleh konselor pemula dalam melakukan proses konseling? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui apa saja isu yang dihadapi oleh konselor pemula.



D. Manfaat Penulisan Makalah ini dibuat agar dapat memahami isu apa saja yang dihadapi oleh konselor pemula.



 BAB II PEMBAHASAN



A. Mengatasi kecemasan diri sendiri Kecemasan tidak bisa dihindarkan dari seorang konselor pemula, karena kecemasan dapat diterima sebagai hal yang normal. Kecemasan yang berlebihan akan menyebabkan seorang konselor membeku pada saat melakukan proses konseling. Kecemasan pada taraf tertentu menunjukkan bahwa seorang konselor sadar atas ketidaktentuan – ketidaktentuan konseli menandakan bahwa konselor pemula bersungguh sungguh dalam menyelesaikan permasalahan konseli. Sebagai seorang konselor pemula dimasa depan diwajibkan untuk meningkatkan kepercayaan diri, karena sebagai seorang konselor kita dibekali latar akademik dan juga praktek lapangan.



B. Menjadi diri sendiri dan terbuka pada pengalaman Karena konselor umumnya cenderung terpaku dengan apa yang ditulis di buku-buku dan bagaimana kita harus melangkah. Dalam pekerjaan penulis sebagai pembimbing telah mencatat bahwa terlalu sering para terapis pemula gagal menghargai nilai-nilai dari berlaku sebagai atau menjadi diri sendiri. Penulis telah menganjurkan kepada banyak mahasiswa untuk meletakkan teori-teori dan hasil belajar mereka tidak sepenuhnya percaya atas prasara-prasara. Yang diharapkan adalah hasil-hasil kuliah, membaca ,pratikum dan pengalaman- pengalaman latihan lainnya dan diintegrasikan ke dalam pribadi konseli dan menggunakan pengetahuan, kecakapan yang dimilikinya itu secara acak. Suatu kecenderungan yang umum adalah bahwa konselor menjadi pasif. Mereka mendengarkan, berefleksi, memiliki pemahaman, tetapi mereka menimbang terlalu lama sehingga, meskipun mereka memutuskan bertindak dan waktu yang tepat telah berlalu. Konselor memiliki fungsi dan peran tetapi masih mungkin bagi konselor untuk konselor.



C. Menghindari perfecsionis Sebagai sorang konselor yang pemula diharapkan untuk tidak membebani diri dengan pemikiran bahwa seorang konselor harus sempurna. Tentu sebagai seorang manusia biasa kita tidak pernah lepas dari kesalahan. Banyak dari seoang konselor yang takut membeberkan kesalahan – kesalahan mereka kepada pembimbing mereka. Kesalahn – Kessalahan yang diungkap seorang konselor kepada sesama mahasiswa ataupun pembimbing mereka diharapkan dapat memeperoleh hikmah dari kekeliruan kita dan untuk memperoleh suatu prespektif untuk mendapatkan pandangan yang jelas. Jika seorang konselor menerima kesalahannya dengan perasaan frustasi akan menemukan jalan buntu



D. Jujur terhadap keterbatasan diri Salah satu ketakutan yang dimiliki kebanyakan konselor adalah ketakutan dalam menghadapi keterbatasan pada saat proses konseling. Konselor takut kehilangan respek konseli jika konselor mengatakan, “saya sesungguhnya merasa tidak bisa membantu dalam hal ini,” atau“ saya tidak memiliki jenis informasi atau kecakapan untuk membantu anda mengatasi masalah ini”. Dari umpan balik konseli terbukti bahwa yang diharapkan adalah kejujuran, yang merupakan lawan dari usaha berpura-pura kompeten.



E. .Memahami makna diam Diam beberapa saat konseling akan terasa diam beberapa jam bagi seorang konselor pemul. Seorang konselor kerap kali melakukan sesuatu guna memecah keheningna dan konselor terbebas dari dari perasaan cemas. Sebagai konselor untuk tidak merintangi dan menusir kecemasan dengan berbicara. Keheningan bisa memiliki banyak arti, pentingnya untuk mempelajari arti – arti keheningan baik dalam konseling individu maupun kelompok , seperti : a. Konseli diam diam memikirkan apa yang telah ia bicarakan ataupun mengevaluasi pemahaman yang baru ia peroleh



b. Konseli menunggu konselor untuk membuka pembicaraan atau mungkin konselor menunggu konseli untuk membuka pembicaraan c. Konseli maupun konslor merasa jenuh, bingung, merenung, atau semata – mata tidak ada yang dikatakan d. Konseli membenci konselor karena pembicaraan tanpa kata – kata e. Keheningan mungkin merupakan penyegaran f. Keheningan bisa mencertakan lebih banyak dibanding kata – kata



F. Mengatasi tuntutan dan harapan klien Masalah utama yang mengusik konselor pemula adalah bagaimana menangani konseli yang terlalu menuntut. Karena para konselor merasa bahwa mereka harus memperluas diri agar bisa menjadi ponolong, mereka sering membebani diri mereka sendiri dengan standar yang tidak realistis bahwa mereka harus member dengan tak mementingkan diri sendiri, sebesar apapun tuntutan konseli kepada konselor. Tuntutan itu memanivestasikan diri dengan berbagai cara diantaranya konseli sering menelfon konselor dirumah dan mengajak konselor berbicara lama di telepon, menuntut untuk bisa menemui konselor lebih sering atau lebih lama dibanding dengan waktu yang disediakan, mengingikan konselor memelihara konseli dan memikul tanggung jawabnya, mengharapkan konselor memanipulasi orang lain supaya orang lain menerima pandangan konseli, menuntut agar konselor terus menerus menunjukan perhatian dan menceritakan apa yang harus konselor lakukan dan bagaimana cara memecahkan masalah. Agar berguna bagi konselor untuk meninjau beberapa pertemuan dan mengkaji situasi dimana konselor yang menjadi korban. Para ahli memperkirakan satu masalah harus ditangani oleh konselor yang belum berpengalaman adalah keinginan mereka untuk dibutuhkan. Konselor bisa membujuk dirinya sendiri untuk melebih-lebihkan rasa penting dengan berfikir bahwa konselor harus selalu menyediakan diri atau dengan konselor penting bagi kehidupan konseli. Dalam menangani konseli terdapat dua keharusan yang dapat dilakukan konselor yaitu: 1. Konselor perlu menyadari sifat tuntutan dan reaksi kita terhadapnya



2. Konselor harus memiliki keberanian untuk mengkonfrontasikan konseli kepada presepsi-presepsi konselor tentang tingkah laku konseli dan tuntutan konselor itu sendiri.



G. Mengatasi konseli yang memiliki komitmen rendah Seorang konseli hanya menaruh sedikit perhatian terhadap konseling sendiri. Kurangnya motivasi pada konseli dapat dilihat dari seringnya konseli lupa dan membatalkan janji – janji, bersikap tidak peduli, atau tidak bersedia memikul tanggung jawab dalam proses konseling. Salah satu kesalahan yang ditemukan pada konselor pemula adalah membiarkan dirinya hanyut bersama konseli. Konselor menemukan dirinya menungfu dan bertanya – tanya konseli berada, mengingatkan janji – janjinya, atau mencoba terlalu keras untuk menjadi seorang yang mengerti dan menerima. Konselor diwajibkan untuk menilai komitmen – komitmen kita sendiri. Tanpa komitmen, berarti konselor memasuki perangkap manipulatif yang dipasang untuk konselor, dan klien telah meyakinkan diri bahwa dia lemah dan tidak ada yang bisa menolongnya.



H. Sabar terhadap ambiguitas (tak kunjung berhasil) Jangan



mengharapkan



hasil-hasil



seketika.



Konselor



dilarang



“menyembuhkan” konseli dalam beberapa pertemuan saja . Begitu banyak konselor pemula yang dicemaskan oleh kemungkinan tidak melihat hasil mereka. Konselor diharapkan



belajar



menoleransi



kebingunggan



yang



ditimbulkan



oleh



ketidakpastian. Apakah klien akan membaik, paling tidak selama beberapa ketemuan. Pahamilah bahwa para konseli boleh juga tampak “memburuk” sebelum mereka memperlihatkan perolehan-perolehan hasil konseling. Kita ketahui bahwa hasil-hasil yang memgembirakan dari usaha-usaha bersama antara konselor dan konseli mungkin belum akan tampak beberapa bulan atau bahka beberapa tahun setelah terapi berakhir. Konselor pemula merasakan proses konseling sebagai suatu tugas yang memeras tenaga tanpa hasil. Konseli hanya memperlihatkan sedikit kemajuan, mencara jawaban-jawaban , mengingkan formula tertentu untuk merasa



lebih baik, menginginkan suntikan motivasi. Para ahli mengaharapkan konselor menjadi notulen pada saat proses konseling. Pengalaman-pengalaman awal mengajarkan kepada konselor harus mampu menoleransi ketidakpastian apakah konseli mengalami kemajuan atau konselor menjadi penolong dalam pertumbuhan dan perubahan konseli. Para ahli mengatakan konselor dapat belajar bahwa satusatunya jalan untuk memperoleh kepercayaan diri sebagai seorang terapis membiarkan diri sendiri untuk merasakan ketidak berdayaan, keraguaan diri, rasa tak mampu, ketidakpastian atas efektifan diri dan kemenduaan mengenai apakah akan teterus bekerja sebagai seorang konselor. Setelah kecemasan berkurang konselor mampu memberikan perhatian kepada orag lain maupun pada diri sendiri. Lambat laun konselor menemukan konseli menunjukan perubahan-perubahan kea rah yang mereka inginkan dan mereka mempengaruhi orang lain untuk terlibat dalam konseling pribadi.



I. Mengembangkan sense of humor Konselor maupun konseli bisa memperkaya hubungan terapeutik dengan tertawa. Proses konseling tidak perlu menjadi serius. Setelah membiarkan diri mengalami pengalaman-pengalaman tertentu yang tragis, kita bisa juga secara jujur tertawa atas betapa seriusnya kita menghadapi situasi-situasi.Kita secara diam-diam menipu diri dengan meyakini bahwa kita adalah unik dalam arti hanya kita sendirilah yang menderita dan mengalami pengalaman tragis. Peredaan apa yang diharapkan setelah kita mengalami kesakitan, bukanlah urusan utama kita. Hal yang penting adalah bahwa para konselor menyadari, dengan tertawa atau humor tidak berarti pekerjaan tidak akan bisa diselesaikan. Tentunya ada kalanya humor digunakan untuk menutupi kecemasan atau untuk lari dari pengalaman menghadapi material yang mengancam. Konselor perlu membedakan humor yang mengacaukan dan humor yang memperbaiki situasi.



J. Mengurangi pemberian nasehat



Satu anggapan yang keliru dari orang-orang yang tidak memahami sifat terapi adalah orang yang menyamakan pemberian nasehat dengan proses konseling. Cukup sering para konseli yang mempunyai masalah datang kepada konselor untuk mencari saran atau nasehat dan bahkan menuntut untuk dinasehati. Mereka menginginkan lebih dari sekedar pengarahan. Mereka juga ingin konselor yang bijak membuat suatu keputusan atau penyelesaian masalah mereka. Proses konseling jangan dikacaukan dengan pemberian informasi atau nasehat.



K. Mengembangkan gaya konseling anda sendiri Para calon konselor perlu diingatkan terhadap kecenderungan untuk meniru gaya-gaya para pembimbing mereka, para terapis, dan model-model lainnya. Penting bagi kita untuk menerima bahwa tidak ada cara terapi yang tepat dan bahwa variasi-variasi yang luas dalam pendekatan terapi bisa menjadi efektif. Meskipun menyadari bahwa sepenuhnya gaya konselor sebagai terapis akan dipengaruhi oleh guru-guru



maupun pembimbing sebelumnya, sebaiknya tidak mengaburkan



keunikan yang potensial dengan meniru mereka.



Kesadaran kita atas



kecenderungan untuk meniru itu penting bagi pembebasan diri kita sendiri dan bagi penemuan suatu cara yang sesuai dengan kepribadian kita sendiri.



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui apa saja isu-isu yang dihadapi oleh konselor pemula. Dengan demikian, kita sebagai konselor hendaknya bisa menjadi seorang konselor yang bisa menghadapi atau menghindari masalah-masalah tersebut pada saat melakukan proses konseling. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang konselor yang baik harus mempunyai nilai-nilai pribadi. Selaku konselor profesional harus memiliki kesadaran dalam melakuka pekerjaan dengan menampilkan keutuhan pribadi seorang konselor .Seorang konselor dalam menjalankan tugasnya harus dalam keadaan sadar dan menampilkan kepribadian yang sesuai dengan keprofesonalitasnya. Dan sebagai klien harus mempunyai nilai-nilai pribadi baik saat dia menilai dirinya sendiri, orang lain dan diri idaman.



DAFTAR PUSTAKA



Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi . Bandung.