Makalah Amniotomi Episiotomi Dan Imd [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR AMNIOTOMI, EPISIOTOMI DAN INISIASI MENYUSUI DINI



DOSEN PEMBIMBING : Mariya Ulfah, S.ST.,S.Pd.,M.Kes DISUSUN OLEH : Allisya Rafaela Cantika Anisya Silvita Febryanti Dhea Nur Fadillah Jesy Agleysia Julian Hadi Steffany Kisatul Ulya Kasanah



PRODI D3 KEBIDANAN BOJONEGORO POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2020/2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah kami yang berjudul “Amniotomi, Episiotomi dan Inisiasi Menyusui Dini” dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada Ibu Mariya Ulfah, S.ST.,S.Pd.,M.Kes. yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga dapat menyusun dan meyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan bagi kami untuk lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.



Penyusun



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………….......................................................………………........…… 2 DAFTAR ISI …………………………….......................................………...............……........… 3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………....................................................... 4 B. Rumusan Masalah ……........……………………….......................................................... 4 C. Tujuan Pembahasan……………………………………................................................… 4



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Persalinan .............………………………................................................…… 5 B. Kala II (Pengeluaran Janin) .....................……………………...…........…………..……. 5 C. Amniotomi ......................................................................................................................... 6 D. Episiotomi .......................................................................................................................... 9 E. Inisiasi Menyusui Dini ..................................................................................................... 12



BAB III PENUTUP A. Simpulan ………………………………………...............................................……...… 23 B. Saran …………………………………………………............................................…… 23



DAFTAR PUSTAKA …………………………………..................................................…….... 24



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan sebuah episode dari kehidupan seorang wanita dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan kondisi biologis dan psikologisnya. Sebagian besar wanita menganggap bahwa persalinan adalah kodrat yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa yang menentukan kehidupan selanjutnya (Soemitro, dkk. 2017). Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, 2015, kejadian kematian ibu bersalin sebesar 49.5%, hamil 26%, dan nifas 24%. Adapun sebagian kematian maternal dan perinatal banyak terjadi pada saat persalinan, salah satu penyebabnya kala II yang lama (37%). Proses fisiologis kala II persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal. Gejala dan tanda kala II merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Pemberian asuhan sayang ibu diberikan pada kala II dengan



memberikan



keleluasaan



pemilihan



posisi



untuk



mengurangi



rasa



ketidaknyamanannya pada proses persalinan (JNPK-KR, 2012). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Tindakan Amniotomi pada Ibu Bersalin Kala II ? 2. Bagaimana Tindakan Episiotomi pada Ibu Bersalin Kala II ? 3. Bagaimana Tindakan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu Bersalin Kala II ? C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk memahami Tindakan Amniotomi pada Ibu Bersalin Kala II 2. Untuk memahami Tindakan Episiotomi pada Ibu Bersalin Kala II 3. Untuk memahami Tindakan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu Bersalin Kala II



4



. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Persalinan Persalinan merupakan sebuah episode dari kehidupan seorang wanita dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan kondisi biologis dan psikologisnya. Sebagian besar wanita menganggap bahwa persalinan adalah kodrat yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa yang menentukan kehidupan selanjutnya (Soemitro, dkk. 2017) Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Menurut Manuaba (2008) dan Marmi (2012), mengatakan bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). B. Kala II ( Pengeluaran Janin ) Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala pengeluaran janin his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk keruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris atau otomatis menimbulkan rasa mengejan. Ibu merasa seperti ingin buang air besar karena tekanan pada rektum dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum merenggang. Dengan his mengejan yang terpimpin maka akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida berlangsung 1 ½ - 2 jam, pada multigravida ½- 1 jam (Kumalasari, Intan. 2015: 98). Gejala dan tanda kala II persalinan adalah : 1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi 2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya 3) Perineum menonjol 5



4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka 5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah C. Amniotomi



A) Pengertian Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Amniotomi adalah proses pemecahan ketuban yang dilakukan oleh penolong persalinan yang bertujuan untuk membantu dalam proses persalinan. Namun bila dilakukan tidak tepat dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan diferensial menungkat. (Oktarina M, 2016) B) Keuntungan 1. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium 2. Menentukan punctum maximum DJJ akan lebih jelas 3. Mempermudah perekaman pada saat memantau janin 4 Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks C) Kerugian 1. Menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan diferensial menungkat. 6



2. Menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang D) Indikasi Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008): 1. Pembukaan lengkap 2. Pada kasus solution placenta 3. Akselerasi persalinan 4. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument E) Cara melakukan 1. Persiapan alat a. bengkok b. setengah kocher c. sarung tangan satu pasang d. kapas saflon 1/2% 2. Persiapan pasien Posisi dorsal recumbent 3. Persiapan pelaksanaan a. Memberitahu tindakan b. Mendekatkan alat c. Memeriksa djj dan mencatat pada partograf d. Cuci tangan dan dikeringkan e. Memakai sarung tangan pada dua tangan f. Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara kontraksi. Meraba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul dan memeriksa tali pusat atau bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila selaput ketuban tidak teraba diantara kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga selaput ketuban terdorong ke depan sehingga mudah dipalpasi g. Tangan kiri mengambil klem 1/2 kocher yang telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dalam mengambilnya mudah.



7



h. Dengan menggunakan tangan kiri, tempatkan ½ kocher dtt atau steril dimasukkan ke dalam vagina menelusuri jari tangan yang berada di dalam vagina sampai mensapai selaput ketuban.



i. Pegang ujung klem ½ kocher diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa kemudian menggerakkan jari dengan lembut dan memecah selaput ketuban dengan cara menggosokkan ½ klem kocher secara lembut pada selaput ketuban j. Lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput ketuban tidak tegang, agar saat dipecahkan air ketuban tidak menyemprot. k. Biarkan air ketuban membasahi jari pemeriksa l. Ambil ½ klem kocher dengan menggunakan tangan kiri dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi m. Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada dalam vagina melakukan pemeriksaan adakah tali pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin. n. Bila hasil pemeriksaan baik dan telah terjadi penurunan kepala, maka keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari vagina. o. Lakukan penilaian warna air ketuban, adakah mekonium,darah atau jernih p. Lakukan langkah-langkah darurat bila terdapat mekonium atau darah.



8



q. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0.5% dan lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan biarkan terendam selama 101 menit r. Cuci tangan. s. Periksa DJJ t. Lakukan pendokumentasian pada partograf tentang warna ketuban, kapan pecahnya ketuban dan DJJ. D. Episiotomi A) Pengertian Episiotomy adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah rupture perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan epieiotomi secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup. Sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, karena ada indikasi tertentu untuk tetap dilakukannya tindakan episiotomy. Para penolong persalinan harus cermat membaca kata rutin pada episiotomy karena hal itulah yang dianjurkan, bukan episiotominya. B) Tujuan tindakan episiotomi 1. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak 2. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit 3. Menghindari robekan perineum spontan 4. Memperlebar jalan lahir pada tindakan pervagina C) Indikasi Episiotomi 1. Gawat janin, untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera diakhiri 2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum 3. Jaringan parut pada perineum ataupun vagina 4. Perineum kaku dan pendek 9



5. Adanya rupture yang membakat pada perineum 6. Premature untuk mengurangi tekanan pada kepala janin. D) Jenis-jenis Episiotomi 1.



Episiotomi medialis. Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.



2.



Episiotomi mediolateralis Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.



3.



Episiotomi lateralis Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Episiotomi ini sudah jarang dilakukan, karena banyak menimbulkan komplikasi.



E) Alasan untuk tidak dilakukan episiotomi rutin 1. Jumlah darah yang hilang meningkat dan resiko terjadinya hematom 2. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak terjadi pada episiotomi rutin daripada tanpa episiotomi 3. Meningkatnya nyeri pasca persalinan didaerah perineum 4. Meningkatnya resiko infeksi F) Cara Episiotomi A. Persiapan Peralatan : Bak steril berisi: kasa, gunting episiotomi, betadine, spuit 10 ml dengan jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1% tanpa epineprin. Bila lidokain tadi menjadi 1% dengan cara melarutkan 1 bagian lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan gambar fisiologis atau air destilasi steril Contoh: larutkan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5ml cairan garam fisiologis atau air destilasi steril Pertimbangkan secara matang tujuan episiotomi B. Pelaksanaan 1) Pemberian anestesi local 10



2) Penjelasan prosedur kepada pasien 3) Cuci tangan 4) Memakai sarung tangan 5) Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin 6) Letakkan 2 jari tangan kiri ke dalam vagina diantara kepala janin dan perineum 7) Masukkan jarum ditengah foirchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan dilakukan episiotomi 8) Lakukan aspirasi (menarik batang penghisap spuit) untuk memastikan jarum tidak berada pada pembuluh darah. Bila terdapat darah maka tariklah jarum dan tusukkan kembali pada daerah didekatnya. Hal ini dikarenakan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan kejang pada ibu dan menimbulkan kematian. 9) Tarik jarum perlahan sembil mendorong lidokain. Suntikkan maksimal 10 ml. cabut jarum bila sudah kembali ke titik asal pada saat jarum ditusukkan. Kulit perineum akan terlihat dan teraba pada palpasi menggelembung disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi. C. Prosedur Episiotomi 1) Tindakan episiotomi dilakukan pada saat perineum menipis dan pucat, kepala janin sudah terlihat 3-4 cm saat kontraksi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya perdarahan 2) Masukkan 2 jari tangan kiri (jika penolong tidak kidal) ke. dalam vagina diantara kepala janin dan perineum. Kedua jari agak diregangkan dan sedikit melakukan tekanan kea rah luar perineum dengan lembut. Tindakan ini dimaksudkan untuk melindungi kepala janin dari gunting dan membuat episiotomi lebih mudah karena perineum menjadi rata, 3) Dengan gunting episiotomi desinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan gunting ditengah faurchette posterior dan posisi gunting mengarah ke sudut yang diinginkan denganepisiotomi mediolateral atau lateral. Bila menginginkan medio lateral, tempatkan gunting kearah menjauhi anus 11



4) Gunting perineum dengan satu atau guntingan yang mantap sekitar 3-4 cm. jangan menggunting dengan cara sedikit demi sedikit. Hal ini akan mengakibatkan waktu penyembuhan luka lebih lama karena tepi luka tidak rata. 5) Gunting ke arah dalam vagina sekitar 2-3 cm. Bila kepala janin belum lahir, maka lakukan penekanan dengan kasa desinfeksi tingkat tinggi pada luka perineum untuk mencegah terjadinya perdarahan. Kendalikan lahirnya kepala, bahu dan badan janin dengan hati-hati agar luka episiotomi tidak bertambah panjang. Setelah janin dan placenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah luka episiotomi, perineum, dan vagina bertambah panjang atau terdapat laserasi tambahan.



E. Inisiasi Menyusui Dini A) Definisi Inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu ibu). Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. 12



B) Manfaat Inisasi Menyusui Dini besar manfaatnya terhadap keberhasilan menyusui. Sebanyak 50% bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya saat dilahirkan tidak dapat menyusu. sedangkan bayi yang lahir dengan bantuan tindakan atau obat-obatan dan dipisahkan dari ibunya nyaris semua tidak dapat menyusu. Bahkan



inisiasi dini ini juga memiliki nilai manfaat untuk ibu, manfaat IMD



terhadap ibu antara lain: a. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. b. Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko perdarahan sesudah melahirkan. Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan perdarahan. c. Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi (6 bulan-2 tahun), 69% bayi yang menyusu sejak kelahirannya tetap menyusu pada ibunya 3 bulan bulan lebih lama dibandingkan dengan 47% bayi lainnya yang mulai menyusu sesudah 6 jam kelahirannya. Adapun manfaat IMD untuk bayi antara lain: a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat. Pengendalian terhadap suhu bayi merupakan komponen penting dalam mencegah kematian pada bayi, terlebih lagi pada kasus bayi BBLR. Kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi menjadi sebuah metode yang tidak mahal, aman, dan efektif untuk mempertahankan suhu bayi yang baru lahir. Adanya kontak ini seolah menjadi ruang perawatan incubator yang mampu menghangatkan kembali bayi yang mengalami hypothermic. b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung menjadi lebih stabil. c. Kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal. 13



d. Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban. Karena Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bavi) vane membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Inilah yang menyebabkan bayi sering defekasi dan feces berwarna hitam. e. Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga yang dipakai bayi. (dalam UNICEF, 2008) membandingkan 200 bayi yang menangis ke dalam 2 kelompok, kelompok bayi pertama didekap dan berada pada posisi inisiasi menyusu dini (terdapat kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi). Sedangkan kelompok bayi lainnya diselimuti dekat dengan ibunya selama 90 menit sesudah lahir. Dan selama waktu pengamatan didapatkan hasil bahwa bayi yang diselimuti menangis lebih lama dibandingkan dengan bayi yang berada pada posisi inisiasi dini f. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi. (dalam UNICEF, 2008) menyebutkan bahwa bayi-bayi yang berada pada posisi IMD memiliki tingkat kadar gula dalam darah 90 menit lebih tinggi dan lebih cepat pulih dari asidosis sementara saat lahir, dibandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dengan ibunya dan diselimuti dekat dengan Sang Ibu. g. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. Sehingga saraf motoriknya terlatih. h. Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi. Sebab ASI khusus berwarna kekuningan ini kaya akan antibodi yang melindungi terhadap infeksi dan alergi, serta mengandung banyak sel darah putih yang berfungsi melindungi terhadap infeksi i. Mencegah terlewatnya puncak refleks mengisap pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian. C) Faktor penghambat Terhambatnya pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini tidak hanya disebabkan oleh pemakaian obat kimiawi menjelang persalinan, tetapi juga beberapa pendapat atau 14



mitos seputar Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Depkes RI (2008) memberikan batasan terhadap pengertian mitos dan fakta seputar IMD. Mitos adalah sesuatu yang dipercaya oleh masyarakat, tetapi belum tentu mengandung nilai kebenaran. Mitos biasanya tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Sedangkan fakta adalah sesuatu yang benar-benar ada atau benar benar terjadi, dan dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Berikut ini adalah berbagai mitos seputar menyusui, yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayinya serta membuat masyarakat enggan menyusui bayinya yang baru lahir sesegera mungkin: 1.



Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk dapat meneteki- tidak benar. Kecuali dalam situasi darurat, ibu yang baru melahirkan mampu meneteki bayinya segera. Memeluk dan meneteki bayi dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah ibu setelah melahirkan. Karena keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.



2.



Bayi baru lahir tidak dapat menyusu sendiri - tidak benar. Ketika belum menyaksikan sendiri, banyak yang tidak percaya bahwa bayi mampu melakukan hal tersebut. Bayi memiliki naluri kuat mencari puting ibunya selama satu jam setelah lahir. Jika tidak segera menyusu, naluri ini akan terganggu sehingga akan muncul masalah dalam menyusu. Naluri bayi ini baru akan muncul kembali kurang lebih setelah 40 jam kemudian.



3.



ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan-tidak benar. ASI pertama atau kolostrum akan keluar langsung setelah kelahiran. Jumlahnya sedikit, tapi cukup untuk kebutuhan bayi. Jumlahnya sedikit, tapi cukup untuk kebutuhan bayi. Pada saat belum banyak ASI yang tersedia, posisi perlekatan bayi harus sempurna sehingga bayi dapat mengeluarkan dan minum ASI dari payudara ibunya. Ketika perlekatan belum sempurna, bayi tidak dapat minum ASI pertama yang dihasilkan oleh ibunya.



4.



Asi pertama (kolostrum) sangat sedikit, sehingga bayi lapar dan menangis tidak benar ASI pertama memang sedikit, tapi cukup untuk memenuhi perut bayi yang hanya dapat diisi sebanyak 4 sendok teh. Bayi yang menangis belum tentu 15



berarti lapar, karena masih banyak penyebab lain yang menyebabkan bayi menangis. Seperti merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, merasa sakit dan sebagainya. Pemberian makanan dan minuman selain ASI hanya akan membahayakan kesehatan pencernaan bayi, karena perut bayi belum siap untuk menerima dan mengolahnya. 5.



Kolostrum atau ASI pertama adalah susu basi atau kotor tidak benar. Warna kuning kolostrum adalah tanda-tanda kandungan protein dalam ASI, bukan berarti kotor atau basi. Selain protein, kolostrum atau ASI pertama juga kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi baru lahir termasuk mematangkan dinding usus bayi yang masih muda.



6.



Bayi kedinginan - tidak benar. Bayi baru lahir memang mudah kedinginan, sehingga perlu dipeluk kontak kulit ke kulit, diberi topi, lalu ibu bersama bayi diselimuti. Kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu, kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi.



7.



Kurang tersedia tenaga kesehatan sehingga bayi tidak dapat dibiarkan menyusu sendiri-tidak benar. Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil member dukungan pada ibu.



8.



Kamar bersalin maupun kamar operasi sibuk, sehingga bayi perlu segera dipisahkan dari ibunya-tidak benar. Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. Lagipula, proses IMD dapat dibantu suami atau anggota keluarga ibu.



9.



Ibu harus segera dijahit sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya-tidak masalah. Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar, meskipun sementara dijahit, ibu tetap dapat melaksanakan IMD. Karena kegiatan merangkak 16



mencari payudara terjadi di area payudara, yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu. 10.



Bayi perlu diberi suntikan vitamin K dan tetes mata harus segera setelah lahirtidak benar. Hal ini memang dapat dibenarkan, namun dapat ditunda selama 1 jam hingga bayi menyusu awal. Menurut American College of Obtetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.



11.



Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, diukur dan ditimbang setelah lahirtidak benar. Bidan akan membersihkan seperlunya. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman bayi. Memandikan bayi sebaiknya ditunda hingga 6 jam agar tidak membuat bayi kedinginan dan menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan - vernix meresap. melunak, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.



D) Penatalaksanaan Tahapan dalam Inisiasi menyusui dini yang benar : 1.



Dalam



proses



melahirkan,



ibu



disarankan



untuk



mengurangi/tidak



menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini. 2.



Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan, akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani operasi caesar.



3.



Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix (kulit putih). Fernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.



4.



Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti. 17



5.



Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.



6.



Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.



7.



Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.



8.



Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.



9.



Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu. dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.



Tahapan Inisiasi Menyusui Dini yang kurang tepat : 1.



Begitu lahir, ibu diletakkan di perut bayi yang sudah dialasi kain kering.



2.



Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong lalu diikat.



3.



Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selmut bayi



4.



Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu ( tidak terjadi kontak dengan kulit ibu ). Bayi dibiarkan didada ibu untuk beberapa lama atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.



5.



Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi



6.



Setelah itu, bayi dibawa ke kamar pemulihan untuk ditimbang, diukur, dicap, dan diberi vitamin K, serta tetes mata.



Standard Operating Prosedur (SOP) Inisiasi Menyusui dini pada partus spontan : 18



a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin. b. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi / tidak menggunakan obat kimiawi c. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix Mulut dan hidung bayi dibersihkan, tal ipusat diikat. 4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di TENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi. d. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri. e. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. f. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING TIDAK SATU JAM: bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu-bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam. g. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU kulit melekat pada kulit 30 MENIT atau 1 JAM lagi. h. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K. i. RAWAT GABUNG BAYI: Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng. Standard Operating Prosedur (SOP) Inisiasi Menyusui dini pada partus caesar: a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan b. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk DINILAI, dikeringkan secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix: kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat diikat. 19



c. Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu. d. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi. e. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari puting sendiri. f. Biarkan KULIT Bayi bersentuhan dengan kulit ibu PALING TIDAK selama SATU JAM. bila menyusu awal selesai sebelum I jam; tetap kontak kulit ibubayi selama setidaknya I jam g. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri tambahan WAKTU melekat padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi. h. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan dipeluk crat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pemulihan dengan bayi tetap didadanya. 9. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan anaknya saat di kamar pulih. i. RAWAT GABUNG: Ibu-bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam.Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng. Standard Operating Prosedur (SOP) Inisiasi Menyusui dini pada gemeli: a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin. b. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix talipusat diikat. Mulut dan hidung bayi dibersihkan. c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi. Bayi di TENGKURAPKAN di dadaperut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi. 20



d. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri. e. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah. 6. Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat. 7. Bila



bayi



kedua



tidak



memerlukan



resusitasi,



bayi



kedua



DITENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu berdampingan dengan saudaranya, Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi-bayi dapat diberi topi. f. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING TIDAK SATU JAM: bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam. g. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU 30 MENIT atau 1 JAM lagi kulit melekat pada kulit h. RAWAT GABUNG BAYI Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng Lima tahap perilaku bayi : 1. Dalam 30 menit pertama: bayi beristirahat keadaan siaga, sekali-kali melihat ibunya, menyesuaikan di lingkungan. Keadaan ini terjadi proses yang disebut dengan bonding (hubungan kasih sayang) yang merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. 2. Antara 30-40 menit: bayi mengeluarkan suara, memasukkan tangan ke mulut, gerakan menghisap. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu.



21



Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. 3. Mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi jika bayi mulai menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liumnya. 4. Bergerak ke arah payudara (areola sebagai sasaran) dengan kaki menekan perut ibu. Menjilat-jilat kulit ibu. Sampai di ujung tulang dada, bayi menghentakhentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan-kiri, menyentuh puting susu dengan tangannya. 5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.



22



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotik berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu, perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan. Episiotomy adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah rupture perineum totalis. Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada sfingter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama postpartum. B. Saran Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangn dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.



23



DAFTAR PUSTAKA



Oktarina M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta : Deepublish, Juni 2016 Dwienda R, Octa,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish, September 2014 Widiastini L P. 2018. Buku Ajar ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DAN BAYI BARU LAHIR. Bogor : IN MEDIA Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Pustaka Bunda. Indrasanto, Eriyanti, dkk 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif (PONEK). Jakarta: Protokol Asuhan Neonatal. Dinas Kesehatan. Inisiasi Menyusui Dini. Available from : www.dinkes.kulonprogokab.com. 2010. [20 Juli 2010]. Rezali, Reza. Inisiasi Menyusui Dini. Available from: www.annisamedika.com: 2011. [10 Juni 2011]. Dwi, Lita. Manfaat dan Penghambat Inisiasi Menyusui Dini. Availble from: www.alwaysnutrition.com. 2010



24