Makalah Automatic Stop Order Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DRUG USE EVALUATION (DUE) AUTOMATIC STOP ORDER (ASO) DI BANGSAL KENANGA DAN MAWAR DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO



Disusun oleh : KELOMPOK 3



AGUS RIYADI



K11017R001



UMS



FANNY ARLYAN J.P



17811013



UII



ENGGAR P.H



106162017



STIFAR



AULIA SARI



I4C016004



UNSOED



WIDARTI



17811047



UII



INNE FATIMA A.



1720333621



USB



ENDANG WULAN SARI



1608062157



UAD



FITA SATRIANI



1708020008



UMP



PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE AGUSTUS-SEPTEMBER 2017



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian bertujuan untuk meningkatkan mutu, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety). Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai; dan Pelayanan Farmasi Klinik. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite pasien, monitoring efek samping obat (MESO), pemantauan terapi obat (PTO) dan evaluasi penggunaan obat. Evaluasi penggunaan obat merupakan salah satu kegiatan untuk mengkaji rasionalitas penggunaan obat di suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Rasionalitas penggunaan obat adalah kondisi dimana pasien menerima obat sesuai dengan kebutuhannya dalam dosis yang sesuai untuk periode waktu yang adekuat dengan harga murah untuk pasien dan masyarakatnya (WHO, 1985). Penggunaan irasional atau non-rasional adalah penggunaan obat-obatan dengan cara yang tidak sesuai dengan penggunaan rasional seperti yang didefinisikan di atas. Di seluruh dunia lebih dari 50% semua obat diresepkan, dikeluarkan, atau dijual secara tidak tepat, sementara 50% pasien gagal untuk mendapatkannya dengan benar. Jenis penggunaan obat irasional umumnya adalah obat-obatan poli farmasi, penggunaan antimikroba yang tidak tepat, penggunaan injeksi yang berlebihan sedangkan sediaan oral lebih tepat, kegagalan peresepan sesuai dengan pedoman klinis dan pengobatan sendiri yang tidak tepat (self-medication).



Salah satu langkah untuk membatasi penggunaan obat yang tidak rasional maka ditetapkan suatu sistem yang disebut Automatic Stop Order (ASO). Automatic Stop Order (ASO) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh farmasis untuk menghentikan pengobatan pasien dengan alasan tertentu ketika pasien berada di rumah sakit dan lama pemakaiannya ditentukan oleh Tim Farmasi dan Terapi Rumah Sakit. ASO diterapkan pada obat-obat kategori tertentu yang dianggap sebagai obat yang kuat/potent dan obat-obat yang memerlukan review regular (Gunawan, 2015). Antimikroba, narkotika dan obat-obat



pengontrol



buprenorphine/naloxone),



(kecuali



phenobarbital,



antiinfeksi



(topikal



dan



methadone sistemik)



dan kecuali



antiretrovirus, obat-obat TB dan ketoconazole shampoo, larutan inhalasi melalui nebulizer dan ketorolac parenteral merupakan kategori obat-obat yang tergolong dalam ASO. Ada beberapa tujuan dilakukannya automatic stop order pada obat di rumah sakit diantaranya untuk memastikan keselamatan pasien dan meningkatkan pemantauan terapi sehingga ASO dapat membantu mencegah terapi obat yang berkepanjangan. Contoh akibat dari tidak adanya ASO adalah penggunaan antimikroba



secara



berlebihan



menyebabkan



peningkatan



resistensi



antimikroba; dan gangguan ginjal dan gastrointestinal akibat penggunaan ketorolac yang tidak tepat. Apoteker sebagai penanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian. Apoteker harus dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang baik dimana salah satunya adalah evaluasi penggunaan obat karena penggunaan obat-obatan irrasional secara berlebihan dapat merangsang permintaan pasien yang tidak tepat, dan mengurangi kepercayaan pasien terhadap sistem pelayanan kesehatan.



B. Tujuan Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Memahami penggunaan obat yang tergolong ke dalam Automatic Stop Order (ASO) pelayanan farmasi klinik di RSU Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto di bangsal kenanga dan bangsal mawar khususnya. 2. Memahami penggunaan Automatic Stop Order (ASO) obat golongan antibiotik sefalosporin dan analgetik dalam pelayanan farmasi klinik di RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto di bangsal kenanga dan bangsal mawar.



C. Manfaat Mahasiswa Program Profesi Apoteker memahami pola penggunaan obat Automatic Stop Order (ASO) di RSU Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Automatic Stop Order Automatic Stop Order (ASO) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh farmasis untuk menghentikan pengobatan pasien dengan alasan tertentu ketika pasien berada di rumah sakit dan lama pemakaiannya ditentukan oleh Tim Farmasi dan Terapi Rumah Sakit. Automatic Stop Order (ASO) diterapkan pada obat-obat kategori tertentu yang dianggap sebagai obat yang kuat atau potent dan obat-obat yang memerlukan review regular (Gunawan, 2015). Ada beberapa tujuan dilakukannya automatic stop order pada obat di rumah sakit diantaranya : 1. Meninjau kembali kondisi klinis pasien yang respon terhadap terapi obat. 2. Menilai respon terapi berdasarkan data laboratorium, mikrobiologi dan hasil diagnosa. 3. Meninjau kembali apakah diperlukan penggantian, penghentian atau penggunaan kembali obat. 4. Menjamin keamanan dan penggunaan obat yang rasional dalam bentuk pencegahan obat dalam waktu yang panjang. Keuntungan Automatic Stop Order adalah untuk melindungi pasien dari efek samping potensial obat dan peresepan yang tidak tepat; dan untuk meningkatkan keselamatan pasien (ASHP, 2009). Semua obat yang dipesan harus dilengkapi dengan Automatic Stop Order yang diberlakukan pada beberapa kondisi, misalnya pasien akan menjalani pembedahan atau dipindahkan ke bagian bangsal lain di dalam rumah sakit tersebut, atau dipindahkan ke fasilitas kesehatan lain atau pasien diperbolehkan pulang. Jika pasien dipindahkan ke



fasilitas kesehatan lain, dokter membuat daftar



ringkasan obat pasien yang dihentikan. Kemudian ringkasan tersebut dikirimkan ke fasilitas kesehatan yang dituju. Apabila pasien diperbolehkan pulang ke rumah, dokter memberikan resep langsung kepada pasien untuk selanjutnya dapat ditebus ke apotek rumah sakit (Turley, 2010). Apoteker akan mengingatkan dokter dan perawat jika mendapati suatu pengobatan yang hampir mencapai batas pemberian yang aman. Pengobatan



akan dilanjutkan setelah dinyatakan secara tertulis oleh dokter yang bersangkutan. Identifikasi dan komunikasi terkait automatic stop order akan disampaikan 48 jam sebelum lama terapi habis. Apoteker akan mengirim peringatan tentang automatic stop order yang akan dilakukan. Peringatan akan ditandai dengan stiker, chart, atau catatan progress. Kalimat yang digunakan adalah “Berdasarkan kebijakan stop order, pemesanan obat berikut akan berakhir pada (meliputi tanggal dan waktu)”. Komunikasi tersebut ditempatkan pada bagian pemesanan obat di rekam medis (Gunawan, 2016).



B. Penggolongan Obat Automatic Stop Order Obat akan otomatis berhenti kecuali diperbaharui dengan, atau secara khusus memerintahkan untuk jangka waktu yang berbeda, sesuai dengan persetujuan. Salah satu rumah sakit menyimpulkan bahwa terdapat empat obat yang memerlukan kebijakan Automatic Stop Order (ASO) contohnya ketorolac injeksi digunakan selama 5 hari untuk mencegah perdarahan gastrointestinal (ISMP, 2000). Penggunaan Ketorolac injeksi 30 mg/ml untuk nyeri sedang sampai berat untuk pasien yang tidak dapat menggunakan analgetik secara oral, pemberian maksimal 2 hari (FORNAS, 2013). DEMEROL (meperidin) 4 hari untuk mencegah akumulasi normeperidin; agen paralitik 48 jam untuk mencegah efek buruk pada konduksi saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau masalah yang berkepanjangan yang menyapih pasien dari ventilator; dan antibiotik 7 hari (ISMP, 2000). Adapun penggolongan obat yang masuk ke dalam Automatic Stop Order (ASO) adalah sebagai berikut : Tabel 1. Golongan Obat Automatic Stop Order (ASO)



Kategori Obat



Auto-Stop



Antimikroba 3 hari* Narkotika dan obat-obat kontrol (kecuali fenobarbital, 7 hari metadone dan buprenorphine/naloxone (Suboxone)) Antiinfeksi (topikal dan sistemik) kecuali antiretrovirus, 7 hari obat-obat TB dan ketoconazole shampoo Larutan inhalasi melalui nebuliser 7 hari Sediaan mata kecuali untuk glaukoma/lubrikan 7 hari Ketorolak parenteral 5 hari *7 hari berhenti otomatis untuk L/BMT dan Medical Day Care Unit



Penggunaan antibiotik oleh pasien harus memperhatikan waktu, frekuensi, lama pemberian sesuai rejimen terapi dan memperhatikan kondisi pasien. Pada proses penggunaan antibiotik, Apoteker dapat berperan pada penghentian otomatis penggunaan antibiotik (automatic stop order). Penghentian otomatis pemberian antibiotik dilakukan bila penggunaan sudah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Selanjutnya apoteker perlu melakukan konfirmasi dengan dokter yang merawat pasien untuk rencana terapi berikutnya (Anonim, 2011). Standar Prosedur Operasional Peresepan Automatic Stop Order di Rumah Sakit Margono Soekarjo adalah sebagai berikut : 1. Ingatkan dokter dan perawat, jika mendapati suatu pengobatan yang hampir mencapai batas pemberian yang aman (peresepan ketorolac oral dan injeksi maksimal 2 hari). 2. Identifikasi dan komunikasi terkait ASO akan disampaikan pada hari pertama persepan. 3. Kirim peringatan tentang ASO yang akan dilakukan dengan menandai “ASO” pada obat yang dimaksud (di kartu obat atau resep) atau catatan pemberian obat di rekam medis. 4. Pemesanan obat juga akan otomatis dihentikan ketika pasien : 



Dipindahkan ke atau dan ruang intensive (ICU, ICCU, HCU)







Dipindahkan ke atau dan pelayanan medis lain (misalkan dari bangsal bedah ke bangsal penyakit dalam)







Dikirim ke ruang operasi



5. Pengobatan akan dilanjutkan setelah dinyatakan secara tertulis oleh dokter yang bersangkutan.



BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan di RSU Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto secara observasional dan menggunakan rancangan deskriptif retrospektif. Penelitian observasional merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati objek penelitian tanpa memberikan perlakuan kepada subyek karena alasan etis dan teknis. Dikatakan deskriptif retrospektif adalah karena mendiskripsikan fenomena yang terjadi secara sistematis dan akurat berdasarkan kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Data yang digunakan adalah data sekunder rekam medis (RM) pasien sehingga peneliti tidak ikut terlibat dalam pengamatan pasien.



B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah pasien rawat inap di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar di RSU Prof. Dr.Margono Soekarjo yang pulang pada periode waktu tanggal 19-23 Agustus 2017. 2. Sampel Sampel meliputi pasien rawat inap Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar yang mendapat obat antibiotik golongan sefalosporin dan analgetik selama dirawat.



C. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah pasien rawat inap Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar yang menggunakan antibiotik golongan Sefalosporin ≤ 7 hari dan analgetik ≤ 5 hari.



D. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah pasien yang tidak dirawat inap di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar yang tidak menggunakan antibiotik golongan Sefalosporin dan analgetik.



E. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah Rekam Medis (RM) pasien rawat inap Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar RSU Prof. Dr.Margono Soekarjo.



F. Instrumen Penelitian Rekam Medik (RM) dan lembar pengumpul data



G. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : RSU Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto. Waktu



: 19 Agustus 2017 - 23 Agustus 2017



H. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data pasien dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Identifikasi pasien rawat inap Bangsal Kenanga dan Mawar. b. Data Rekam Medis (RM) pasien dikumpulkan dan dipindahkan dalam lembar pengumpul data (LPD). a. Rekapitulasi data meliputi: -



Data demografi pasien ( nama, jenis kelamin )



-



Status pasien, diagnosa pasien, Poli/bangsal







Penggunaan antibiotik golongan sefalosporin







Penggunaan analgetik







Tanggal Masuk Rumah Sakit, tanggal Keluar Rumah Sakit dan lama dirawat di Rumah Sakit.



I. Analisis Data Berdasarkan data yang sudah direkapitulasi maka dapat dianalisis menggunakan rancangan deskriptif untuk mengetahui: 1.



Lama penggunaan antibiotik golongan sefalosporin yang didapatkan oleh pasien rawat inap di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar.



2.



Lama penggunaan analgetik golongan sefalosporin yang didapatkan oleh pasien rawat inap di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar.



3.



Data yang telah diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel.



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Evaluasi penggunaan obat golongan antibiotik Sefalosporin dan obat golongan analgesik untuk menentukan Automatic Stop Order (ASO) dilakukan di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo dimulai pada tanggal 19 Agustus sampai 23 Agustus 2017 dengan status pasien pulang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode retrospektif secara deskriptif berdasarkan data Rekam Medik pasien (RM). Data yang diperoleh dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel.



4.1 Jumlah Sampel Penelitian Selama periode 19 Agustus 2017 sampai dengan 23 Agustus 2017 diperoleh 31 Rekam Medik (RM) dari pasien rawat inap Bangsal Kenanga dan 19 Rekam Medik (RM) dari pasien rawat inap Bangsal Mawar. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien yang berdasarkan Rekam Medik (RM) mendapatkan terapi antibiotik sefalosporin selama 7 hari dan analgesik selama 5 hari. Berdasarkan kriteria inklusi maka penggunaan obat pasien rawat : Tabel 4.1 Penggunaan Antibiotik di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo



No. 1 2 3 4 5 6



Jenis Antibiotik Ceftriaxone Cefixime Cefadroxil Cefazolin Cefotaxime Ceftazidim Jumlah



Jumlah Penggunaan Berdasarkan Lama Penggunaan (Pasien) Mawar Kenanga 1-3 4-7 >7 1-3 4-7 >7 Hari hari hari Hari hari hari 13 9 2 7 3 5 2 0 0 2 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 22



10



2



*) 1 pasien dapat menggunakan lebih dari 1 jenis antibiotik



10



3



5



Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Lama Penggunaan pada Bangsal Kenanga 14



13



Jumlah pasien



12



10



9



8 6



4



4



2



2



2



2 0 0



0 0



0 0



1



0 0



1



0



0



0



Ceftriaxone Cefixime



Cefadroxil Cefazolin Cefotaxime Ceftazidim



Jenis Antibiotik lama pengobatan 1 - 3 hari



lama pengobatan 4 - 7 hari



lama pengobatan >7 hari



Gambar 4.1 Penggunaan Antibiotik di Bangsal Kenanga RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo



Jumah pasien



Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Lama Penggunaan pada Bangsal Mawar 8 7 6 5 4 3 2 1 0



7 5 3 2 1 0



Ceftriaxone



0



Cefixime



0



0



Cefadroxil



Jenis Antibiotik lama pengobatan 1 - 3 hari



lama pengobatan 4 - 7 hari



lama pengobatan >7 hari



Gambar 4.2 Penggunaan Antibiotik di Bangsal Mawar RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo



Tabel 4.2 Penggunaan Analgesik di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo



No. 1 2 3



Jumlah Penggunaan Berdasarkan Lama Penggunaan (Pasien) Mawar Kenanga 1-2 3-5 >5 1-2 3-5 >5 hari hari hari hari hari hari 15 12 3 1 3 1 1 1 1 0 1 0 4 0 1 0 0 0 20 13 5 1 4 1



Jenis Analgetik Ketorolac inj 30 mg Tramadol inj Asam mefenamat Jumlah



*) 1 pasien dapat menggunakan lebih dari 1 jenis antibiotik



Penggunaan Analgetik Berdasarkan Lama Penggunaan Pada Bangsal Kenanga Jumlah Pasien



20



15



15



12



10 4



3



5



1



1



1



1



0



0 ketorolac inj 30 mg



tramadol inj



asam mefenamat



Jenis Analgetik jumlah lama penggunaan 1-2 hari



jumlah lama penggunaan 3-5 hari



jumlah lama penggunaan > 5 hari



Gambar 4.3 Penggunaan Analgesik di Bangsal Kenanga RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo



Jumlah Pasien



Penggunaan Analgetik Berdasarkan Lama Penggunaan Pada Bangsal Mawar 4



3



3 2



1



1



1



1



0



0



0 ketorolac inj 30 mg



tramadol inj



jenis analgetik jumlah lama penggunaan 1-2 hari



jumlah lama penggunaan 3-5 hari



jumlah lama penggunaan > 5 hari



Gambar 4.4 Penggunaan Analgesik di Bangsal Mawar RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo



Evaluasi penggunaan obat golongan antibiotik Sefalosporin dan obat golongan analgesik untuk menentukan Automatic Stop Order (ASO) dilakukan di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo. Selama periode 19 Agustus 2017 sampai dengan 23 Agustus 2017 diperoleh 31 RM dari pasien rawat inap Bangsal Kenanga dan 19 RM dari pasien rawat inap Bangsal Mawar. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien yang berdasarkan RM mendapatkan terapi antibiotik golongan sefalosporin selama 7 hari dan analgesik selama 5 hari. Berdasarkan hasil evaluasi, (Tabel 4.1) penggunaan antibiotik di Bangsal Kenanga diperoleh penggunaan obat Ceftriaxon injeksi selama 1-3 hari sebanyak 13 pasien, lama penggunaan 4-7 hari diperoleh sebanyak 9 pasien dan lebih dari 7 hari diperoleh sebanyak 2 pasien. Hasil ini diikuti oleh penggunaan antibiotik golongan sefalosforin lain dengan lama penggunaan 1-3 hari yaitu Cefixime Inj sebanyak 2 pasien, Cefadroxil capsul sebanyak 2 pasien, Cefazolin inj sebanyak 4 pasien dan Cefotaxime inj sebanyak 1 pasien. Tidak ditemukan penggunaan antibiotik yang lebih dari 3 hari untuk antibiotik tersebut. Untuk antibiotik Ceftazidim inj hanya ditemukan penggunaan dengan lama penggunaan 4-7 hari sebanyak 1 pasien. Hal ini menandakan bahwa penggunaan antibiotik golongan Sefalosforin rata-rata sudah sesuai yaitu ≤ 7 hari. Adapun penggunaan Ceftriaxon injeksi di Bangsal Mawar dengan lama penggunaan 1-3 hari sebanyak 7 pasien, lama penggunaan 4-7 hari diperoleh sebanyak 3 pasien dan lebih dari 7 hari diperoleh sebanyak 5 pasien. Hasil ini diikuti oleh penggunaan antibiotik golongan sefalosforin lain dengan lama penggunaan 1-3 hari yaitu Cefixime sebanyak 2 pasien dan Cefadroxil sebanyak 1 pasien. Penggunaan Ceftriaxone di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar digunakan sebagai antibiotik untuk profilaksis bedah dan pasca bedah. Cefriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi tiga yang memiliki spektrum luas untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif karena potensi anti bakteri yang tinggi dan potensial yang rendah untuk toksisitas. Penggunaan Ceftriaxone sebagai profilaksis pada operasi dapat digunakan untuk mengurangi resiko infeksi luka operasi dibandingkan menggunakan antibiotik Cefotaxime.



Keunggulan lain dari antibiotik Ceftriaxone adalah waktu paruh yang panjang yaitu pada kondisi renal normal adalah 5 sampai 9 jam. Efek samping yang paling sering timbul akibat penggunaan Ceftriaxone adalah (Meakins, 2008 ; Tjay dan Rahardja, 2007). Berdasarkan data, (Tabel 4.2) penggunaan analgesik di Bangsal Kenanga diperoleh penggunaan obat Ketorolac injeksi selama 1-2 hari sebanyak 15 pasien, lama penggunaan 3-5 hari diperoleh sebanyak 12 pasien dan lebih dari 5 hari diperoleh sebanyak 3 pasien. Penggunaan obat Tramadol untuk setiap rentang waktu tersebut diperoleh sebanyak 1 pasien; dan Asam Mefenamat selama 1-2 hari sebanyak 4 pasien, dan lebih dari 5 hari diperoleh sebanyak 1 pasien. Adapun penggunaan obat Ketorolac injeksi di Bangsal Mawar selama 1-2 hari sebanyak 1 pasien, lama penggunaan 3-5 hari diperoleh sebanyak 3 pasien dan lebih dari 5 hari diperoleh sebanyak 1 pasien. Penggunaan obat Tramadol diperoleh 1 pasien untuk penggunaan selama 3-5 hari. Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah pembedahan. Pemberian parenteral dianjurkan diberikan setelah operasi dimana durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari 5 hari dan harus segera diganti ke analgesik alternatif lain. Efek samping yang sering ditimbulkan akibat penggunaan Ketorolac adalah sakit kepala, dispepsia, nyeri gastrointestinal dan muntah. Ketorolac dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal ginjal karena efek samping pada ginjal sama seperti obat lainnya yaitu menghambat biosintesis prostaglandin dan adanya peningkatan urea nitrogen serum dan kreatinin serum pada uji klinis dengan Ketorolac trromethamine. Penggunaan obat yang tergolong ke dalam Automatic Stop Order (ASO) sangat perlu untuk selalu dilakukan pemantauan dan monitoring. Pada bangsal kenanga rata-rata pasin yang diawat inap adalah pasien pasca bedah dan pasien yang melakukan kemoterapi dalam hal ini Apoteker tidak melakukan pemantauan terapi obat pada bangsal ini, selain itu penggunaan antibiotik golongan sefalosporin di bangsal ini masih dalam batas wajar yaitu kurang dari 7 hari hal ini berkaitan dengan kondisi penyakit pasien yang rata-rata menginap di bagsal kenanga kebanyakan tidak lebih dari 7 hari.



Sedangkan di bangsal mawar, rata-rata pasien yang memiliki riwayat penyakit dalam (kardiovaskular) dengan berbagai komplikasi, sehingga di bangsal ini dilakukan pemantauan terapi obat oleh apoteker penanggung jawab, hal ini merupakan salah satu kegiatan farmasi klinik di rumah sakit yang harus dilakukan kepada pasien yang dirawat inap khususnya pada pasien yang memiliki komplikasi penyakit lebih kompleks. Selain itu ditemukan penggunaan antibiotik golongan sefalosforin contohnya ceftriaxon injeksi lebih dari 7 hari lebih banyak 5 pasien, hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial yang dapat terjadi di rumah sakit, terutama jika dalam satu bangsal terdiri dari beberapa pasien yang dirawat inap dalam satu ruangan, kemungkinan terjadinya pertukaran infeksi dari pasien satu ke pasien yang lainnya lebih tinggi.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Automatic Stop Order (ASO) untuk obat golongan antibiotik dan analgesik pada pasien rawat inap di Bangsal Kenanga dan Bangsal Mawar di RSU Prof. Dr.Margono Soekarjo didapatkan penggunaan antibiotik golongan Sefalosporin meliputi Ceftriaxone, Cefixime, Cefazolin, Ceftazidim, Cefadroxil dan Cefotaxime; dan golongan analgetik meliputi Kerotolac, Asam Mefenamat dan Tramadol. 2. Penggunaan antibiotik telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dimana penggunaan terbanyak di Bangsal Kenanga diperoleh penggunaan Ceftriaxon injeksi dengan lama penggunaan 1-3 hari sebanyak 13 pasien dan di Bangsal Mawar dengan lama penggunaan 1-3 hari sebanyak 7 pasien. 3. Penggunaan analgesik telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dimana penggunaan terbanyak di Bangsal Kenanga diperoleh penggunaan obat Ketorolac injeksi selama 1-2 hari sebanyak 15 pasien dan di Bangsal Mawar dengan lama penggunaan 3-5 hari diperoleh sebanyak 3 pasien.



B. Saran 1. Perlu dilakukan proses skrining resep pada pasien yang dirawat inap. 2. Peran apoteker sangat diperlukan dalam hal pemantauan terapi obat terkait obat yang termasuk ke dalam Automatic Stop Order (ASO) untuk selalu dimonitoring, guna meningkatkan efektivitas terapi dan dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki. 3. Sebaiknya apoteker dapat meningkatkan kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam hal ini dokter dan perawat terkait pemantauan terapi obat pada pasien, hal ini pun dapat meminimalkan dan mendeteksi resiko kejadian obat yang tidak dikehendaki.



DAFTAR PUSTAKA Gunawan Atma. 2015. Kebijakan Pengelolaan Obat di RSSA. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2017. Health, PEI. 2013. Provincial Drugs And Therapeutics Committee. Automatic Stop Order. Charlottetown, Canada. Institute for Safe Medication Practice. ISMP List Of High-Alert Medications in Community/Ambulatory Healthcare.pdf. posted on Januari 30, 2011 Institute for Safe Medication Practice. ISMP List Of High-Alert Medications in Acute Care Settings.pdf. posted on June 2014IWK Health Centre. Automatic Stop Order / Medication Reorders/ Order Review & Medication Updates/ Order Expiry / Hold Orders. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2017. ISMP, 2000. Acute Care: Let's put a stop to problem-prone automatic stop order policies,https://www.ismp.org/newsletters/acutecare/articles/20000809_ 2.asp. Diakses tanggal 24 Agustus 2017 Ministry of Health. General Administration of Pharmaceutical Care. Diakses pada 23 Agustus 2017 Meakins J. L., 2008, Prevention of Post Operative Infection, ACS Surgery : Principles and Practice, BC Deeker Inc. Nursing Home. Types of Medication Orders. Pdf. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2017. WHO, 1985. Policy Perspectives on Medicines: Promoting Rational Use of Medicines,



http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Jh3011e/1.html.



Diakses tanggal 23 Agustus 2017. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.



LAMPIRAN



Lampiran data lama penggunaan obat yang tergolong Automatic Stop Order (ASO) di bangsal kenanga Nama



Diagnose



Poli / bangsal



Resep



Aturan pakai



Lama Waktu



Ny. E



Choledocholitiasis, Batu saluran empedu



Poli bedah, (HCU), ruang kenanga.



Ceftriaxone inj



2x1 gram



5 hari



Ny. S



Duscuption of operation wound, not else where class.



-



-



-



No pasien 1



2



Cefixime Ketorolac Ceftriaxone inj



3



Ny. K



Ketorolac



Paracetamol



4



Ny. W



U : digestive organ, unspecified, Penitoneum



IGD, ruang kenanga.



Ketorolac inj



Ceftriaxone inj



Ketorolac inj



5



6



7



8



9



Ny. S



Ny. A



Tn. D



Tn. D



Tn. T



Struma non toxic goitne



Decubitus ulcer and pressure area, unspe cified (Masuk), Anemia dan unspecified (Keluar).



Umum, ruang kenanga



IGD, ruang kenanga



-



Calculus in urethra (Masuk), Retention of urine (keluar).



IGD, ruang kenanga.



Burns involving 10-19% of body surface.



Bedah, kenanga.



1x2 gram iv 3 x 500 mg iv 3x30mg iv



2 hari 2 hari 5 hari 4 hari 1 hari 4 hari 2 hari 2 hari 4 hari 4 hari



Cefazolin inj



2x1 mg iv



3 hari



Tramadol inj



3 x 300 mg iv



3 hari



Ketorolac



2x 30mg



4 hari



Asam Mefenamat



3x1 tablet



7 hari



Ketorolac



Hernia, undescended testicle.



2x1 gram 3 x 30 mg 2x1 gram 2 x 30 mg 3x1 mg iv 3x 500mg iv 3 x 30 mg iv



Ceftriaxone inj Ketorolac Ceftriaxone inj As. Mefenamat inj



3 x 30 mg 3x1 gram 30 x 3 mg 2x1 garm 3x1 500 mg



4 hari 2 hari 5 hari 3 hari 1 hari



Cefotaxime Ketorolac Ciprofloxasin As. mefenamat



10



11



12



Ny. K



Nn. R



Tn. M



Ceftazidim



Non-insulin dependent DM with peripheral circulatory complication



Poli umum, kenanga



Struma nontoxic goiter, unspecified.



Poli umum, kenanga



Hidroneprosis with ureteral stricture



Ketorolac Ceftriaxone inj Ketorolac Ceftriaxone inj Ketorolac



Bedah, kenanga Ceftriaxone inj Ketorolac Ceftriaxone inj



13



Ny. D



Connective and other soft tissue.



Bedah, kenanga Cefadroxil inj As. mefenamat



14



15



Tn. S



Ny. H



Colic abdomen other unspecified abdominal pain.



Calculus of kidney



Ceftriaxone inj IGD, kenanga.



Ketorolac Ketorolac



Poli umum, kenanga



16



Tn. S



2x1 gram 2x1 gram 3 x 30 mg 2x1 gram 2x 500mg iv 3 x 500 mg 2x1 gram 2x1 2 x 30 mg



1 hari 1 hari 1 hari 6 hari 2 hari 1 hari 2 Hari 2 hari 2 Hari 2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 6 hari 3 hari 3 hari



2x1



2 hari



Ketorolac



2x1



2 hari



Paracetamol



3x1 gram



3 hari



Ceftriaxone inj



2x1 gram



2 hari



Ceftriaxon inj Poli BedahKenanga,



3 x 500 mg 3x1 gram 2 x 30 mg 3x1 gram 2 x 30 mg 3x1 gram



1 hari



Cefazolin inj



Paracetamol infus Masuk : STT HEMITHORAX DEXT SUSP JINAK (UK +/_ 8 CM), Diagnosa :



2x1 gram 3 x 30 mg 2 x 500 mg



Ketorolac inj



3x1 gram 3x 1 gram 3 x 30 mg



3 hari 3 hari 3 hari



Connective and other soft tissue



17



18



19



20



Tn. A



Tn. M



Tn. S



Tn. M



Ca. Recti, Malignant Neoplasma of rectum, Diagnosa sekunder saat keluar : disorders of plasma-protein metabolisme, Not elsewhe



SNAKE VENOM



Diagnosa sekunder saat keluar : calculus in bladder/ vesicolithiasis hyperplasia of prostate/ hypertrophy prostate



Cellulitis and abscess of mouth



Ceftriaxon inj



2x1 gram



4 hari



Ketorolac inj



3 x 30 mg



4 hari



Ceftriaxon inj



2x1 gram



1 hari



Ketorolac inj



3 x 30 mg



1 hari



Ceftriaxon inj



1x 1 gram



2 hari



Ketorolac inj



1 x 30 mg



2 hari



Ceftriaxon inj



2x1 gram



2 hari



Ketorolac inj



3 x 30 mg



2 hari



Paracetamol



3x 1000 g



1 hari



Poli bedah – Kenanga



IGD – KENANGA



Poli umumkenanga



(igd , kenanga)



Cefriaxone inj Ketorolac



21



22



Ny. T



Ny. G



Masuk : adeno ca recti, Keluar : hipoalbumin anemia neoplastic Masuk : uspecitied injury of abdomen, lower buck and pelv, Keluar : commotio cerebri.



(poli bedah, kenanga)



Ceftriaxone inj Ketorolac Paracetamol



(igd, kenanga)



Ceftriaxone inj Ketorolac Cefriaxone inj



23



Tn. M



Selulitis dan abses mulut



Antrain (igd, kenanga) Ketorolac inj Ceftriaxon inj



2x1 gram 3 x 30 mg 2x1 gram 3 x 30 mg 3x1 gram 2x1 gram 3 x 30 mg 2x1 gram 3x1 amp 3 x 30 mg 3x1 gram



5 hari 5 hari 5 hari 5 hari 2 hari 2 hari 1 hari 5 hari 1 hari 4 hari 3 hari



Ketorolac inj



24



Tn. K



-



IGDKENANGA



Ceftriaxone inj Ketorolac Cefazoline



25



Tn. D



Malignant neoplarm of rectum



Ceftriaxone inj IGD-kenanga Ketorolac Tramadol Ketorolac inj



26



Ny. H



Masuk : Calculus of kidney, Keluar : calculus of kidney



Umum- IGD,



Cefazolin inj Paracetamol inj



27



28



Nn. R



Tn. S



Struma Goitre Unspecified



D. U. > Pleural Effusion, D. S > Fracture Of lower and of both Uina and radius



BedahKenanga



Ceftriaxon inj Ketorolac inj Ceftriaxon inj



IGDKENANGA,



Tramadol inj Ketorolac inj Cefadroxil



29



30



31



32 33



Ny U



CKD



Bedah Kenanga



Ketorolac



Unilateral or unspecified Inguinal hernia With Obstruction Without Gangrene



IGD - Kenanga



Ny W



Generalize enlarged Lymph nodes



Poli THT kenanga



Tn S



Gangren Pedis sinistra



Poli Bedah kenanga



Ny K



Tn R



Asam Mefenamat



Ceftriaxone inj



IGD - kenanga



Cefixime 100mg



Ketorolac Ketorolac Ketorolac amp



2x3 mg 2x1 gram 2 x 30 gram 1x1 gram 2x1 gram 3 x 30 mg 3x1 gram 2x1 gram 2x1 gram 2 x 500 gram 3x1 gram 3 x 30 mg inj 2x1 gram 1 ampul iv 3 x 30 mg inj 3x1 tablet 3x1 tablet 3 x 30 mg 2x1 gram, 3 x1 gram IV 2x1 tab 3 x 30 mg 3 x 30 mg 1 x 30 mg



3 hari 1 hari 1 hari 2 hari 9 hari 6 hari 9 hari 5 hari 2 hari 4 hari 2 hari 2 hari 5 hari 4 hari 7 hari 1 hari 1 hari 4 hari



1 hari, 3 hari



2 hari



2 hari 1 hari 1 hari



injury of intra abdominal, lower back and pelvis



34



Ny E



Tumor Mamae sinistra



Ketorolac



Poli umum kenanga



Ceftriaxone inj Ketorolac



3 x 30 mg 2x1 gram 3 x 30 mg



7 hari 1 hari 1 hari



Lampiran data lama penggunaan obat yang tergolong Automatic Stop Order (ASO) di bangsal Mawar



NO



Nama Pasien



Diagnosa



Poli/bangsal



Resep



aturan pakai



lama



1.



Ny. V



GERD



Poli PD, kenanga



Ceftriaxone inj



2 x 1 gram



5 hari



Ny. K



CKD, HT, SNH



Poli penyakit dalam, kenanga



Ceftriaxone inj



2 x 1 gram



9 hari



Tn. A



Edema paru, heap B, CKD.



Poli penyakit dalam, IGD, kenanga



Ceftriaxone inj



2 x 1 gram



3 hari



Ceftriaxone inj



2 x 1 gram



2 hari



IHD/HHD



Poli penyakit dalam, IGD, kenanga



Paracetamol



3 x 500 gram



2 hari



Poli penyakit dalam, kenanga



Ceftriaxone inj



2 x 1 gram



3 hari



Ketorolac



2 x 30 mg



3 hari



Ceftriaxone inj



2 x 1 gram



2 hari



2.



3.



4.



5.



Ny. K



Ny. K



GEA dehidrasi ringan



Ny. S



Anemia dan Ca seviks



Poli umum, kenanga



7.



Ny. S



Obs. Osites e.c CH, hipotensi el syok hipovolemia.



Poli penyakit dalam, IGD, kenanga



8.



Ny. D



-



Poli umum, kenanga Poli Penyakit dalam – Mawar,



6.



9. Ny. F



10.



Ny. S



Nyeri akut kronis



CKD on HD



Poli dalammawar



Paracetamol



3x1



2 hari



2 x 1 gram



1 hari



2 x 1 gram



8 hari



Ketorolac



2 x 30 mg



4 hari



Tramadol



2 x 50 mg



4 hari



Ketorolac inj



2 x 30mg



1 hari



Cefixime tablet



2 x 100mg



3 hari



Ceftriaxon inj



2 x 1 gram



9 hari



Ceftriaxone inj



11.



Tn W



hernia Nucleus Pulposus



IGD - Mawar



Ketorolac inj



3 x 1 amp



6 hari



Tn. R.



CHF IHD



IGD - Mawar



Ceftriaxon inj



2 x 1 gram



8 hari



Ceftriaxon inj



2 x 1 gram



10 hari



Paracetamol tablet



3 x 500 mg



8 hari



Ketorolac inj



2 x 1 amp



3 hari



Ceftriaxon inj



2 x 1 gram



3 hari



Cefotaxim inj



1 x 1 gram



4 hari



Ceftriaxon inj



2 x 1 gram



6 hari



Paracetamol



3 x 500 mg



3 hari



Paracetamol tablet



3 x 1 tablet



5 hari



Cefixime



2 x 1 mg iv



3 hari



12.



13.



14.



15.



16.



17.



Ny. S



GEA, Febris, DM



IGD - Mawar



Ny M



Awal : bronchopneumonia Unspecified, Akhir : bronchopneumonia Unspecified, GERD, dyspepsia



Poli penyakit dalam - mawar



Awal : Dyspepsia, Akhir : ISK, Dyspepsia



IGD - mawar,



Ny W



Tn. S



Tn. M



Awal : CHF, AF, Akhir : CHF, Pneumonia unspecified, Non rheumatic nitral (valve) Stenosis Bronchitis, keluar : Urinary tract infection, Vertigo.



Poli jantung dan paru mawar



IGD - mawar,



18.



Tn. F



Hipoglikemi



IGD - mawar,



Ceftriaxone inj



2 x 1 gram



1 hari



Poli Penyakit dalam mawar,



2 x 1 gram



6 hari



Ny S



Other spesified Diseases of stomach and duodenum



Ceftriaxone inj



19.



Cefadroxil



2 x 1 tab



1 hari