Makalah Colitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I '' Mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien dengan Kolitis '' Dosen Pengampu : Rahmawati Shoufiah , S.ST , M.Pd



Disusun oleh : Devita Riska Hidayah



P07220118075



Dhevi Kharisma



P07220118077



PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS C POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2019



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Melalui makalah ini,kita dapat mengetahui tentang " Asuhan Keperawatan pada Penyakit Kolitis.” Pembuatan makalah ini menggunakan metode data-data kami peroleh dari beberapa sumber dan pemikiran



yang kami gabungkan menjadi sebuah



makalah yang semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah ini. Oleh



sebab



itu,saya



membutuhkan



kritik



dan



saran



yang



sifatnya



membangun,agar makalah ini akan semakin baik sajiannya.



Penyusun



i



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................... KATA PENGANTAR..................................................................................................i DAFTAR ISI...............................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................................1 B. Tujuan...............................................................................................................1 C. Sistematika penulisan........................................................................................1 BAB II : TINJAUAN TEORI A. Pengertian.........................................................................................................2 B. Anatomi dan Fisiologi......................................................................................3 C. Etiologi.............................................................................................................5 D. Patofisiologi.....................................................................................................6 E. Patoflowdiagram..............................................................................................8 F. Tanda dan Gejala.............................................................................................9 G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................10 H. Penatalaksanaan Medis..................................................................................10 I. Komplikasi.....................................................................................................11 J. Konsep Dasar Keperawatan..........................................................................12 1. Pengkajian...............................................................................................12 2. Diagnosa..................................................................................................14 3. Intervensi.................................................................................................14 BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................................18 B. Saran..............................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolitis berasal dari kata kolon ( usus besar ) dan itis ( peradangan ). Kolitis ulserativa adalah peradangan akut atau kronik pada kolon ( usus besar). Tugas utama kolon ialah untuk menyimpan sisa makanan yang nantinya harus dikeluarkan, absorpsi air, elektrolit dan asam empedu. Absorpsi terhadap air dan elektrolit terutama dilakukan di kolon sebelah kanan, yaitu cecum dan kolon ascenden dan sebagian kecil di bagian kolon lain. Peradangan kolon akut dapat disebebkan oleh sejumlah agen infeksi yaitu virus, bakteri atau parasit. Manifestasi klinik infeksi ini adalah demam, sakit kejang abdomen bagian bawah, dan diare yang dapat berdarah.



B. Tujuan Penulisan 1. Memperoleh gambaran mengenai penyakit Kolitis. 2. Mampu



mengidentifikasi



khususnya Penyakit



Kolitis



kasus sehingga



gangguan dapat



sistem pencernaan mengatasi



masalah



keperawatan yang terjadi. 3. Mampu mengenali pengkajian sampai evaluasi yang sering terjadi pada klien dengan Penyakit Colitis.



C. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penyelesaian dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan : 1. BAB I Pendahuluan berisis tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. 2. BAB II Tinjauan Teori berisi tentang pengertian dari Kolitis, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflowdiagram, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi, konsep dasar keperawatan yang terdiri ; pengkajian, diagnosa dan intervensi. 3. BAB III Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran. 4. DAFTAR PUSTAKA 1



BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan feses. Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan barium enema yang merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal. Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor prilaku. 1. Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia: 15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan kolitis 2. Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang kurang baik. Nutrisi yang buruk 3. Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif yang berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang, popcorn, makanan pedas.



2



Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam mencari pengobatan. Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan. 4. Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi.



Tidak



adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit.



B. Anatomi fisiologi Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang membentang dari secum hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens, transversum, desendens, dan sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kurang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m. Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit. Ciri khas dari gerakan usus besar adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi. Peristaltik mendorong feses ke rectum dan menyebabkan peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam kolon juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air sehingga terjadilah diare. Gerak dan sekresi Kolon Pergerakan kolon terdiri dari kontraksi segmentasi dan gelombang peristaltik seperti yang terdapat pada usus halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan dengan lebih banyak menyentuhkan isi ke mukosa, mempermudah absorbsi. Gelombang peristaltik 3



mendorong isi ke rektum, walaupun kadang-kadang terlihat antiperistaltik yang lemah. Kontraksi tipe ke tiga yang terdapat hanya pada kolon adalah mass action contraction, di mana terdpat kontraksi otot polos yang serentak meliputi daerah yang luas.. Kontraksi ini terjadi pada pars desenden dan sigmoid dan berperan untuk mengosongkan kolon dengan cepat. Kontraksi ini merupakan kekuatan kontraksi yang jelas waktu defekasi. Pergerakan kolon dikoordinasi oleh gelombang lambat kolon. Frekuensi gelombang ini, tidak seperti gelombang pada usus halus, meningkat sepanjang kolon, dari kira-kira 2 x / menit pada katup ileocaecal sampai 6 x / menit pada signoid. Sekresi kukus oleh kelenjar kolon dirangsang oleh kontak antara sel-sel kelenjar dan isi kolon. Tidak ada hubungan hormonal atau saraf berperan dalam respon dasar sekresi, walaupun beberapa sekresi tambahan dapat dihasilkan oleh respon reflek lokal melalui nervus pelvicuc dan splanknikus. Tidak ada enzim pencernaan disekresi dalam kolon. Absorpsi dalam kolon Kemampuan absorpsi mukos usus besar sangat besar. Na secara aktif ditransport keluar kolon, dan air mengikuti osmotik gradier yang ditimbulkan. Terdapat sekresi K , dan HCO kedalam kolon. Kapasitas absorpsi kolon membuat instalasi rektum merupakan suatu jalan yang praktis untuk pemberian obat, khususnya anak-anak. Banyak senyawaan, termasuk obat anestesi, sedatif, transquilizer, dan steroid, diabsorpsi dengan cepat oleh tempat ini. Sebagian air dalam enema diabsorpsi, dan bila volime enema besar, absorpsi dapat cukup cepat menyebabkan intoksikasi air. Koma dan kematian yang disebabkan karena intoksikasi air telah dilaporkan setelah enema dengan air kran pada anak-anak dengan megakolon.



4



C. Etiologi Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis. Penyebab dari kolitis ada beberapa macam antara lain : 1. Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium Escherichia



spp,



Campylobacter



coli,



Prototheca,



spp,



Yersinia



Histoplasma



enterolitica, capsulatum,



dan Phycomycosis. 2. Faktor familial/genetik Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam dan orang China, dan insidensi nya meningkat 3 - 6 kali lipat pada orang Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini. 3. Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif. 4. Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri. 5. Polyps rektokolon 5



6. Intususepsi ileokolon 7. Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic 8. Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma 9. Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome) Berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Kolitis



infeksi,



kolitisamebik,



misalnya



: shigelosis,



kolitis pseudomembran,



kolitis tuberkulosa, kolitis



karena



virus/bakteri/parasit. b. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohn’s kolitis radiasi, kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis nonspesifik (simple colitis). D. Patofisiologi Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10 - 20 kali/hari. Penderita sering mengalami kram perut yang hebat, kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam hari pun gejala ini berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang seluruhnya berisi darah dan nanah. 6



Penderita bisa demam, nafsu makan nya menurun dan berat badan nya berkurang. Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Kolitis Ulseratif mempengaruhi mukosa superfisial kolon dan di karakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Pendarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.



Gambar Penyakit Kolitis



7



E. Patoflowdiagram



8



F. Tanda dan Gejala 1. Diare yang disertai darah, lendir, atau nanah. 2. Nyeri atau kram perut. 3. Sering ingin buang air besar, tapi tinja cenderung tidak bisa keluar. 4. Kelelahan. 5. Nyeri pada rektum. 6. Penurunan berat badan. 7. Demam 9



G. Pemeriksaan Penunjang Untuk menegakkan diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih mendetail, meliputi: 1.



Pemeriksaan darah. Langkah ini dilakukan untuk memeriksa apakah pasien menderita anemia atau infeksi.



2.



Pemeriksaan sampel tinja. Keberadaan sel-sel darah putih pada tinja akan mengindikasikan pasien menderita kolitis ulseratif.



3.



Rontgen atau CT scan. Proses ini dilakukan apabila dokter menduga adanya kemungkinan komplikasi.



4.



Kolonoskopi. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat rongga usus besar dan dinding bagian dalam usus.



5.



Sigmoidoskopi atau pemeriksaan sigmoid. Pemeriksaan ini dianjurkan jika usus besar pasien mengalami peradangan yang parah. Selain untuk pemeriksaan, pada waktu tindakan kolonoskopi dan



sigmoidoskopi, dapat juga dilakukan pengambilan sampel jaringan atau prosedur biopsi.



H. Penatalaksanaan Medis Tindakan medis untuk coitis ditujukan untuk mengurangi inflamasi, menekan respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga penyembuhan dapat terjadi. 1. Penatalaksanaan secara umum a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita b. Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare c. Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat meningkatkan motilitas usus. d. Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi lactose.



10



2. Terapi obat Obat - obatan sedatife dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk



mengurangi



peristaltik



samapai



minimum



untuk



mengistirahatkan usus yang terinflamasi. a. Menangani inflamasi : sulfsa (Azulfidine) atau sulfisoxazal b. Untuk infeksi : Antibiotik c. Membantu mencegah kekambuhan



: Azulfidine



d. Mengurangi peradangan : Kortikosteroid 3. Psikoterapi Ditujukan untuk menentukan factor yang menyebabkan stress pada pasien, kemamouan menghadapi faktor - faktor, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi mereka. I. Komplikasi Jika tidak ditangani secepatnya, kolitis ulseratif dapat berkembang dan memicu berbagai penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi: 1.



Terbentuknya lubang pada usus besar.



2.



Perdarahan hebat.



3.



Osteoporosis. Selain akibat kolitis ulseratif, komplikasi ini juga termasuk dalam efek samping kortikosteroid.



4.



Pertumbuhan yang terhambat atau terganggu. Penderita kolitis ulseratif anak-anak serta remaja sebaiknya menjalani pemeriksaan berkala untuk memantau pertumbuhan mereka.



5.



Kolangitis



sklerosis



primer,



yaitu



terjadinya



peradangan



dan



pembentukan jaringan parut (fibrosis) di saluran empedu. 6.



Megakolon toksik, yaitu membesarnya usus besar karena penumpukan gas dari proses peradangan. Komplikasi ini bisa menyebabkan pecahnya usus besar dan masuknya bakteri ke dalam darah (septikemia).



11



7.



Kanker kolorektal. Setelah menjalani proses pengobatan, penderita kolitis ulseratif dianjurkan untuk lebih sering menjalani pemeriksaan untuk mendeteksi kanker kolon karena risiko mereka lebih tinggi.



J. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian a. Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan b. Data Dasar Pengkajian Klien 1) Aktivitas / istirahat Gejala : a) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah b) Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare c) Merasa gelisah dan ansietas d) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.



2) Sirkulasi Tanda - tanda : a) Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri. b) Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K) c) TD: hipotensi, termasuk postural d) Kulit/membran mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/malnutrisi)



3) Integritas ego Gejala : a) Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan b) Faktor



stress



akut/kronis,



misalnya



hubungan



dengan



keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal c) Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi Yahudi 12



Tanda - tanda : a) Menolak, perhatian menyempit, depresi.



4) Eliminasi Gejala : a) Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair b) Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari) c) Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar feses. d) Perdarahan per rectal e) Riwayat batu ginjal (dehidrasi) Tanda - tanda : a) Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat. b) Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal c) Oliguria



5) Makanan / cairan Gejala : a) Anoreksia, mual/muntah b) Penurunan berat badan c) Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur d) Produk susu makanan berlemak. Tanda - tanda : a) Penurunan lemak subkutan/massa otot b) Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk c) Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut



13



2. Diagnosa a. Ansietas (gangguan kecemasan) b. Nyeri akut c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan d. Kurangnya pengetahuan e. Gangguan pola tidur f. Kerusakan integritas kulit g. Kekurangan voume cairan h. Intoleransi aktivitas 3. Intervensi a. Ansietas (gangguan kecemasan) 1) Pantau perubahan tanda - tanda vital dan kondisi yang menunjukkan peningkatan kecemasan klien. Rasional : perubahan tanda - tanda vital digunakan sebagai indikator terjadinya ansietas pasien. 2) Berikan informasi serta bimbingan antisipasi tentang segala bentuk kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Rasional : mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan, krisis perkembangan dan situasional. 3) Ajarkan teknik menenangkan diri dan pengendalian perasaan negarif atau segala hal yang dirasakan pasien. Rasional : teknik menenangkan diri digunakan untuk meredakan kecemasan pasien yang mengalami distress akut. 4) Instruksikan untuk melaporkan timbulnya gejala kecemasan yang muncul dan tidak dapat lagi dikontrol. Rasional : membantu memudahkan penyediaan layanan kesehatan untuk menganalisis kondisi pasien. 5) Meningkatkan koping individu Rasional : membantu pasien beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup. 6) Memberikan dukungan emosi selama masa stress 14



Rasional : memberikan dukungan emosi untuk menenangkan pasien dan menciptakan penerimaan serta bantuan dukungan selama masa stress.



b. Nyeri akut 1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 -5), frekuensi, dan waktu. Menandai gejala nonverbal (gelisah, takikardia, dan meringis) Rasional : mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda - tanda perkembangan/resolusi komplikasi. 2) Dorong pengungkapan perasaan Rasional : dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit. 3) Berikan aktivitas hiburan Rasional : memfokuskan kembali perhatian, mungkin dapat meningatkan kemampuan untuk menanggulangi. 4) Lakukan tindakan paliatif (mobilisasi,massase) Rasional : meningkatkan relaksasi/menurunkan ketegangan otot. 5) Instruksikan pasien untuk bimbingan imajinasi, reaksasi progresif, teknik nafas dalam. Rasional : meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. 6) Kolaborasi dengan pemberian analgesik/antipiretik, analgesik narkotik. Rasional



:



memberikan



penurunan



nyeri/tidak



nyaman,



mengurangi demam.



c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 1) Konsul dengan dokter ahli gizi untuk menentukan dietnya 2) Rasional : Membantu menentukan jenis diet yang sesuai untuk mempercepat kesembuhan



15



d. Kurangnya pengetahuan 1) Berikan informasi kepada klien mengenai penyakitnya. Rasional : Meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya. 2) Ajarkan cara pencegahan dan alternatif pengobatannya. Rasional



:



Mengurangi



terjadinya



penyakit



serupa



pada



keluarganya.



e. Gangguan pola tidur 1) Anjurkan klien untuk tirah baring Rasional : Menurunkan peristaltik usus



f. Kerusakan integritas kulit 1) Kaji atau catat ukuran, warna, keadaan luka / kondisi sekitar luka. Rasional : Memberikan informasi dasar tentang penanganan kulit 2) Lakukan kompres basah dan sejuk atau terapi rendaman. Rasional : Merupakan tindakan protektif yang dapat mengurangi nyeri. 3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan. Rasional : Untuk mempercepat penyembuhan.



g.



Kekurangan volume cairan 1) Kaji keadaan umum kliendan tanda - tanda vital. Rasional : mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya. 2) Kaji input dan output cairan Rasional : mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam tubuh (homeostatis) 3) Observasi adanya tanda - tanda syok Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan jika terjadi syok. 4) Anjurkan klien untuk banyak minum Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh. 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan I.V



16



6) Rasional : Pemberian cairan I.V sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.



h. Intoleransi aktivitas 1) Tentukan penyebab



keletihan



(misalnya, perawatan,



nyeri



dan pengobatan). Rasional : untuk menghindari terjadinya letih 2) Pantau respon oksigen pasien misalnya,denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi pernapasan terhadap aktifitas perawatan diri atau aktifitas keperawatan. Rasional



:



Membantu



derajat



dekompensasi



jantung



dan



pulmonal penurunan TD,takikardia, disritmia,takipnea adalah indikasi intoleransi jantung terhadap aktivitas.



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang membentang dari secum hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens, transversum, desendens, dan sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kurang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m. Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan feses.. Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir. B. Saran Puji



syukur



kami



ucapkan



kepada



Allah



SWT, kami dapat



menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan tentunya masih jauh harapan. Oleh karena itu, masih perlu kritik dan saran membangun serta bimbingan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



18



DAFTAR PUSTAKA Affannurrochman. 2010. Kolitis di https://www.scribd.com/doc/40473357/Kolitis (di akses 12 Juli 2019) Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC. dr.Marianti 2017. Kolitis Ulseratif di https://www.alodokter.com/kolitis-ulseratif (di akses 12 Juli 2019). Eka Narolita. 2012. Kolitis di https://www.scribd.com/doc/83328351/kolitis (di akses 12 Juli 2019). Neny Rochmayati. 2019. Asuhan Keperawatan Kolitis di https://www.slideshare.net/1096540038/askep-kolitis-130918941 (di akses 12 Juli 2019).



19