Makalah Covid-19 Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Keperawatan Anak “Covid-19” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Dosen Pengampu : Ns. Kurniawati, S. Kep, M. Kep



Disusun Oleh : Nadia Ramadhani



(P032014401025)



Navisya Putri



(P032014401026)



Novia Yulita Windri



(P032014401027)



Nur Alfarida



(P032014401028)



Pilla Aryanti



(P032014401029)



Putri Azkia



(P032014401030)



Raisya Alina



(P032014401031)



Rhaisya Metha Yona



(P032014401032)



Rian Hamdani



(P032014401033)



Rima Mauliddiana



(P032014401034)



Septiani Musdalifah



(P032014401035)



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU PRODI DIII KEPERAWATAN 2021/2022



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti menyampaikan informasi yang menurut ibuk masih ada kekurangan bahkan kesalahan. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan. Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Pekanbaru, 15 September 2021



Pemakalah



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................... i DAFTAR ISI.......................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1 1.1 Latar Belakang............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2 1.3 Tujuan.......................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 4 2.1 Defenisi Covid-19....................................................................... 4 2.2 Etiologi Covid-19........................................................................ 5 2.3 Tanda dan Gejala Covid-19......................................................... 6 2.4 Patofisiologi dan Pemeriksanaan Penunjang Covid-19............... 6 2.5 Penatalaksanaan Medis Covic-19................................................ 9 2.6 Asuhan Keperawatan Covid-19................................................... 17 2.7 Pengkajian Khusus Pada Pasien Covid-19.................................. 19 BAB III PENUTUP............................................................................... 30 3.1 Kesimpulan.................................................................................. 30 3.2 Saran............................................................................................ 31 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Covid-19 merupakan jenis baru dari virus corona yang hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk penyembuhan Covid-19 (Caroline, Januari 2020, www.who.int). Menurut World Healt Organization Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis corona virus, corona virus adalah suatu kelompok yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis corona virus diketahui menyebabkan infeksi salurannafas pada manusia mulai batuk, pilek hingga yang lebih serius adalah Midle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Covid-19 baru ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada bulan Desember tahun 2019. Pada tanggal 11 Maret 2020 World Healt Organization (WHO) menetapkan wabah Covid-19 yang sebelumnya hanyaterjadi di Wuhan dan Tiongkok ditingkatkan menjadi status pandemi karena penyebaran virus tersebut sudah sampai ke negara-negara lain serta menjangkit banyak orang. Jumlah negara yang menginformasi kasus positif saat status pandemi ditetapkan berjumlah 114 negara dan jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat. Indonesia merupakan salah satu negara yang terjangkit Covid-19 dengan kasus pertama terjadi pada tanggal 2 Maret 2020 hingga data terakhir 22 April 2020 sebanyak 7.418 terkonfirmasi positif Covid-19 (Gloria, 22 April 2020,). Peningkatan jumlah kasus yang cepat perharinya di Indonesia mengharuskan pemerintah mengambil langkah untuk pencegahan penyebaran virus dengan social distancing atau jaga jarak sosial dimana pemerintah menetapkan kebijakan meliburkan proses pembelajaran di sekolah ataupun perkuliahan dengan mengganti pembelajaran berbasis daring, tempat hiburan yang dibatasi serta beberapa perkantoran yang menerapkan Work From Home (WFH) di awal kasus Covid-19 terjadi sebagai langkah pencegahan penularan (Callistasia, 7 April 2020). Pada tanggal 10 April 2020 pemerintah kembali menetapkan kebijakan yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah yang memiliki kasus



1



Covid-19 terbanyak atau berada pada wilayah zona merah serperi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan wilayah lainya untuk menekan jumlah persebaran Covid-19 (Wijaya, 7 April 2020). Dalam pentapan pembatasan sosial berskala besar ada enam kegiatan inti dalam aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yaitu peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat umum atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan (hukor.kemkes.go.id). Penetapan pembatasan sosial berskala besar otomatis mengakibatkan banyak sektor terganggu seperti sektor transportasi, pariwisata, pendidikan, hiburan, otomotif, kecantikan, ritel, jasa hingga properti. Pertumbuhan perekonomian mengalami penurunan akibat adanya pandemi Covid-19. Menteri keuangan Sri Mulyani memperkirakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 2,3% karena virus corona, namun kondisi terburuk yang terjadi ekonomi Indonesia akan minus hingga 0,4% (Makki, 1 April 2020). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi Covid-19 ? 2. Apa etiologi Covid-19 ? 3. Apa saja tanda dan gejala Covid-19 ? 4. Apa patofisiologi dan pemeriksaan penunjang Covid-19 ? 5. Bagaimana penatalaksanaan medis Covid-19 ? 6. Bagaimana asuhan keperawatan Covid-19 ? 7. Bagaimana pengkajian khusus pada pasien Covid-19 ? 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi Covid-19 2. Untuk mengetahui etiologi Covid-19 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Covid-19 4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pemeriksaan penunjang Covid-19 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Covid-19



2



6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Covid-19 7. Untuk mengetahui pengkajian khusus pada pasien Covid-19



3



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Covid-19 Menurut Kemenkes RI (2020), Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan, sedang sampai berat. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civetcats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Di akhir tahun 2019 telah muncul jenis virus corona baru yakni coronavirus disease 2019 (COVID19). Menurut WHO (2020a), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan orang-orang yang memiliki komorbit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker memungkin tertular COVID-19. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan coronavirus baru. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease (penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel coronavirus’ atau ‘2019- nCoV. Virus COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (UNICEF, 2020). Menurut Sun et al., 2020, COVID-19 adalah penyakit coronavirus zoonosis ketiga yang diketahui setelah SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Menurut Gennaro et al., 2020, penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19) adalah virus RNA, dengan penampakan seperti mahkota di bawah mikroskop elektron karena adanya paku glikoprotein pada amplopnya.



4



2.2 Etiologi Covid-19 Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.



Terdapat



4



genus



yaitu



alphacoronavirus,



betacoronavirus,



gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus),



HCoV-OC43



(betacoronavirus),



HCoVNL63



(alphacoronavirus)



HCoV-HKU1



(betacoronavirus),



SARS-CoV



(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus). Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2. Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARSCOV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin).



5



2.3 Gejala Dan Tanda Covid-19 Infeksi COVID-19 cukup bervariasi dalam



menimbulkan gejala pada



pasien yang terinfeksi. Rerata gejala dari infeksi COVID-19 muncul setelah periode inkubasi yang berlangsung selama kurang lebih 5,2 hari. Periode sejak awal muncul gejala sampai pada kematian memiliki rentang waktu dari 6-41 hari dengan median sekitar 14 hari. Rentang waktu tersebut tergantung dengan sistem imun pasien dan umur pasien. Waktu tersebut lebih pendek pada pasien diatas umur 70 tahun dibandingkan dengan dibawah umur 70 tahun. Gejala paling umum adalah demam, batuk, dan merasa cepat lelah. Gejala lain seperti peningkatan jumlah sputum, sakit kepala, hemoptysis, diare, dyspnea tidak selalu termanifestasi pada semua pasien. Gambaran klinis pada computed tomography scan (CT Scan) toraks tampak seperti pneumonia, tetapi terdapat gambaran abnormal seperti cedera jantung akut, ARDS, dan insiden terlihatnya ground-glass opacities pada regio subpleural pada kedua lapang paru yang menyebabkan meningkatnya respons imun lokal dan sistemik yang akan meningkatkan proses inflamasi. Beberapa



gejala



COVID-19



memiliki



kesamaan



dengan



gejala



bethacorona virus terdahulu seperti demam, batuk kering, dyspnea, dan groundglass opacities bilateral. Gejala klinis khas COVID-19 mencakup penargetan sistem pernapasan bawah dan juga pernapasan atas yang dapat dibuktikan dari gejala pernapasan atas seperti rhinorrhoea, bersin, dan nyeri tenggorokan. Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan terdapat infiltrat pada lobus atas paru yang berasosiasi dengan meningkatnya keparahan dyspnea yang diikuti dengan hipoksemia pada beberapa kasus. 2.4 Patofisiologi Dan Pemeriksaan Penunjang Covid-19 1. Patogenesis Dan Patofisiologi Mekanisme masuknya virus corona bergantung dari protease sel yang termasuk



human



airway



trypsin-like



protease



(HAT),



cathepsins



dan



transmembrane protease serine 2 (TMPRSS2) yang memisahkan spike protein dan



6



menetapkan



penetrasi



berikutnya



yang



berubah.



MERS-



coronavirus



mengaplikasikan dipeptidyl peptidase 4 (DPP4), sementara HCoV-NL63 dan SARScoronavirus membutuhkan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) sebagai kunci reseptor. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015). Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020). Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus



menyebabkan



sejumlah



besar



penyakit



pada



hewan



dan



kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk



7



kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020). Awalnya, virus ini menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan dan menyebabkan sejumlah penyakit besar pada hewan dan kemampuannya bisa menyebabkan penyakit berat pada hewan. Karena itu, virus corona ini disebut sebagai virus zoonotik karena bisa ditransmisikan dari hewan ke manusia. Ada tujuh tipe virus corona yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1 diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut laringotrakeitis (croup). Ada 3 tahap virus corona ini bisa menginfeksi manusia. 1. Keadaan asimptomatik (1-2 hari) Virus SARS-CoV-2 yang menempel dengan sel epitel di cavum nasal dan mulai bereplikasi. ACE2 adalah reseptor utamanya untuk SARS-CoV-2 dan SARS-CoV. 2. Saluran napas atas dan konduksi respon saluran pernapasan (beberapa hari berikutnya) Virus tersebut kemudian berpropagasi, dan bermigrasi menelusuri saluran pernapasan bawah di sepanjang konduksi jalur pernapasan, dan muncul respon imun innate. 80% pasien akan dipantau di rumah masing-masing dan penyakit ini ringan sedang dan biasanya terbatas ke jalur pernapasan. 3. Hipoksia, munculnya ground glass, dan meningkat sampai ARDS Sekitar 20% pasien yang tidak ditangani/pasien terinfeksi bisa berlanjut ke ARDS tingkat 3 dan bisa memunculkan infiltrat pada paru-paru dan sebagian lagi bisa memunculkan penyakit yang sangat parah.



8



2. Pemeriksaan Penunjang (Pdpi, 2020) a) Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan



dapat



menunjukkan:



opasitas



bilateral,



konsolidasi



subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. b) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah 



Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)







Saluran



napas



bawah



(sputum,



bilasan



bronkus,



BAL,



bila



menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal c) Bronkoskopi d) Pungsi pleura sesuai kondisi e) Pemeriksaan kimia darah f) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah, Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah) g) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan). 2.5 Penatalaksanaan medis Covid-19 1. Pemeriksaan RT-PCR swab dan Virus Pemeriksaan swab mengikuti panduan pemeriksaan yang sudah dijelaskan diatas.



Pada



kasus



suspek



dan



probable



COVID-19



dengan



hasil



swabnasoorofaring negatif, maka pemeriksaan swab dapat dilakukan dari rektal atauspesimen saluran napas bawah (mis. sputum).Pemeriksaan virus SARS-CoV2 dapat diambil dari saluran napas,feses, maupun spesimen lain seperti plasenta.Pemeriksaan



rapid



2Pemeriksaan



antibodi



yangmembantu



surveilans



antibodi digunakan



dan



antigen



untuk



epidemiologi



terhadap



mengetahui



COVID-19.



SARS-COVseroprevalensi



Pemeriksaan



rapid



9



antibodipositif pada anak dengan kecurigaan MIS-C, walaupun hasil PCR SARSCoV2 negatif, diagnosis MIS-C tetap dapat ditegakkan. Hal ini didasarkan atasmanifestasi klinis MIS-C dapat timbul setelah 2-4 minggu pasca awitan.Pada saat ini WHO (16 Desember 2020) memasukkan rapid antigensebagai tes diagnostik dalam penegakkan kasus COVID-19. Penggunaan tes inidapat membantu apabila sarana pemeriksaan RT-PCR terbatas, harganya lebihmurah dan hasil lebih cepat. Namun, perlu ketepatan dalam waktu dan cara pengambilan sampel.Tata laksana kasus suspek/probable/konfirmasi suspek COVID-19. Tata laksana kasus COVID-19 meliputi tata laksana standar yang terdiriatas tata laksana suportif meliputi farmakologis dan non farmakologisserta tata laksana pemberian antivirus. A. Kontak Erat Tanpa gejala a. Karantina dan Pemantauan 



Karantina di rumah selama 14 hari







Pasien melakukan pemantauan mandiri di rumah dan dipantaumelalui telepon/telekonsultasi oleh petugas FKTP atau tenaga kesehatan lainnya







Kontrol di FKTP setelah 14 hari karantina untuk pemantauan klinis.



b. Pemeriksaan Penunjang 



Pemeriksaan PCR mengikuti panduan di atas



c. Non-farmakologis 



Nutrisi adekuat







Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa ke rumah) Pasien: -



Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari



-



Selalu



menggunakan



masker



jika



ke



luar



kamar



dan



saatberinteraksi dengan anggota keluarga -



Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin



10



-



Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)



-



Upayakan kamar tidur sendiri/terpisah



-



Upayakan WC/toilet terpisah, apabila tidak memungkinkan menggunakan WC/toilet paling akhir (setelah anggota keluarga lainnya)



-



Menerapkan etiket batuk (diajarkan oleh tenaga medis)



-



Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun



-



Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya



-



Pakaian yang telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalamkantong plastik /wadah tertutup yang terpisah dengan pakaiankotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci (siapa tau gakpunya mesin cuci)



-



Membersihkan lingkungan kamar dan WC/toilet yang digunakan



-



Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi, jam 12 siang dan jam 19 malam



-



Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh >38°C, sesak napas, atau munculnya keluhan kesehatan lainnya



Lingkungan/kamar: -



Perhatikan ventilasi, cahaya, dan udara



-



Membuka jendela kamar secara berkala



-



Menggunakan APD saat membersihkan kamar(setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarungtangan dan goggle)



-



Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau handsanitizer sesering mungkin



-



Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun ataubahan desinfektan lainnya.



Keluarga: -



Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien



11



-



sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit



-



Anggota keluarga senantiasa pakai masker



-



Jaga jarak minimal 1-meter dari pasien



-



Senantiasa mencuci tangan



-



Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan



-



bersih



-



Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi



-



udara tertukar



-



Bersihkan sesering mungkin daerah yang mungkin



-



tersentuh pasien misalnya gagang pintu dll.



B. Tanpa gejala terkonfirmasi, suspek/probable/terkonfirmasi ringan a. Isolasi dan Pemantauan 



Rawat jalan, isolasi mandiri



b. Pemeriksaan Penunjang 



Pemeriksaan PCR ulang mengikuti panduan di atas.



c. Non-farmakologis 



Nutrisi adekuat







Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi kontak erat tanpa gejala).



d. Farmakologis 



Perawatan suportif







Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari;12-18 tahun maksimal 1,8gram/hari) dan Zink 20mg/hariatau obat suplemen lain dapat dipertimbangkan untukdiberikan meskipun evidence belum menunjukkan hasil yangmeyakinkan.







Pada pasien dengan gejala ringan namun memiliki komorbid, perludipertimbangkan tata laksana sebagaimana pasien dengan gejala



12



sedang C. Suspek/Probable/ Terkonfirmasi Sedang a. Isolasi dan Pemantauan 



Rawat inap isolasi



b. Pemeriksaan Penunjang 



Pemeriksaan swab PCR mengikuti ulang mengikuti panduandi atas Pemeriksaan laboratorium darah rutin dengan hitung jenis dan foto toraks, jika memungkinkan diperiksa pula CRP.Pemeriksaan lain seperti fungsi hati, fungsi ginjal, danpemeriksaan lainnya sesuai indikasi/sesuai komorbid.







Orangtua penunggu pasien diperiksakan swab naso-orofaring



c. Non-farmakologis 



Oksigenasi. Pada keadaan ini terdapat takipnu yang secara cepat menjadi hipoksia, maka perlu disiapkan oksigen







Infus cairan maintenance







Nutrisi adekuat.



d. Farmakologis 



Perawatan suportif







Pemberian antivirus untuk SARS-CoV-2







Antibiotik empirik lebih disukai dosis tunggal atau sekalisehari karena alasan infection control, yaitu ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus pneumonia komunitas atauterduga ko-infeksi dengan bakteri dan/atau Azitromisin 10mg/kg jika dicurigai disertai dengan pneumonia atipika(DPJP dapat memberikan jenis antibiotik lain sesuai dengankeputusan



klinis,



dengan



menyesuaikan



dengan



pola



kumanrumah sakit) 



Jika dicurigai ko-infeksi dengan influenza diberikanOseltamivir







< 1 tahun: 3 mg/kg/dosis setiap 12 jam







> 1 tahun:



13







 BB < 15 kg: 30 mg setiap 12 jam







 BB 15-23 kg: 45 mg setiap 12 jam







 BB 23-40 kg: 60 mg setiap 12 jam







 >40 kg: 75 mg setiap 12 jam







Kortikosteroid







Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahunmaksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari;12-18 tahun maksimal 1,8gram/hari) dan Zink 20mg/hariatau obat suplemen lain dapat dipertimbangkan



untukdiberikan



meskipun



evidence



belum



menunjukkan hasil yangmeyakinkan. D. Kasus suspek berat dan kritis a. Isolasi dan Pemantauan 



Rawat inap – isolasi tekanan negatif.



b. Pemeriksaan Penunjang 



Pemeriksaan swab PCR mengikuti panduan di atas







Orangtua penunggu pasien diperiksakan swab naso-orofaring







Pemantauan laboratorium darah rutin berikut dengan hitungjenis dan foto toraks, ditambahkan dengan analisis gas darahuntuk menilai kondisi hipoksia yang akurat dan CRP.Pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, elektrolit, factor koagulasi seperti d-dimer, fibrinogen, PT/APTT, penandainflamasi seperti ferritin, LDH, dan marker jantung sepertitroponin/NT-pro BNP dan EKG sesuai indikasi.



c. Non-farmakologis 



Terapi Oksigen







Infus cairan







Nutrisi adekuat, jika diputuskan menggunakan OGT/NGTmaka harus dilakukan di ruangan isolasi tunggal ataubertekanan negatif dengan menerapkan standard PPI denganAPD level 3.



14



d. Farmakologis 



Perawatan suportif







Pemberian antivirus untuk SARS-CoV-2 (Tabel 2)







Antibiotik empirik lebih disukai dosis tunggal atau sekali sehari karena alasan infection control, yaitu ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus pneumonia komunitas atauterduga ko-infeksi dengan bakteri dan/atau Azitromisin 10mg/kg jika dicurigai disertai dengan pneumonia atipikal(DPJP dapat memberikan jenis antibiotik lain sesuai dengankeputusan klinis, dengan menyesuaikan dengan pola kumanrumah sakit)







Jika dicurigai ko-infeksi dengan influenza diberikanOseltamivir (dosis seperti di penanganan kasus sedang)







Kortikosteroid







Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari; 12-18 tahun maksimal 1,8gram/hari) dan Zink 20mg/hari



E. Kasus probable/konfirmasi berat dan kritis, MIS-C a. Isolasi dan Pemantauan 



Ruangan intensif tekanan negatif (sesuai kondisi setempat).



b. Pemeriksaan Penunjang 



Pemeriksaan swab PCR mengikuti panduan di atas







Pemantauan laboratorium darah rutin berikut dengan hitung jenis dan foto toraks, ditambahkan dengan analisis gas darahuntuk menilai kondisi hipoksia yang akurat dan CRP.Pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, elektrolit, faktorkoagulasi seperti d-dimer, fibrinogen, PT/APTT, penandainflamasi seperti ferritin, LDH, IL-6 dan marker jantungseperti troponin/NT-pro BNP, ekokardiografi dan EKG sesuai indikasi.



15



c. Non-farmakologis 



Terapi oksigen







Infus cairan







Nutrisi adekuat, jika diputuskan menggunakan OGT/NGT maka harus dilakukan di ruangan tekanan negatif dengan menerapkan standard PPI dengan APD level 3.



d. Farmakologis 



Perawatan suportif







Pemberian antivirus untuk SARS-CoV-2







Antibiotik empirik lebih disukai dosis tunggal atau sekalisehari karena alasan infection control, yaitu ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus pneumonia komunitas atauterduga koinfeksi dengan bakteri dan/atau Azitromisin 10mg/kg jika dicurigai disertai dengan pneumonia atipikal(DPJP dapat memberikan jenis antibiotik



lain



sesuai



dengankeputusan



klinis,



dengan



menyesuaikan dengan pola kumanrumah sakit) 



Jika dicurigai ko-infeksi dengan influenza boleh diberikan Oseltamivir Kortikosteroid







Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari;12-18 tahun maksimal 1,8gram/hari) dan Zink 20mg/hariatau obat suplemen lain dapat dipertimbangkan untukdiberikan meskipun evidence belum menunjukkan hasil yangmeyakinkan.







Pemberian IVIG, kortikosteroid, antikoagulan, antiinflamasilain seperti anti IL-6 diberikan dengan pertimbangan hati-hatimelalui diskusi dengan tim COVID-19 rumah sakit.



16



2.6 Asuhan Keperawatan Covid-19 1.



Pengkajian Pada klien dicurigi Covid-19 memiliki 3 gejala utama demam, batuk, dan sesak perlu dilakukan pengkajian : 



Riwayat perjalanan: Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci perjalanan klien saat ditemukan klien demam dan penyakit pernafasan akut







Pemeriksaan fisik : klien yang mengalami demam, batuk, dan sesak nafas dan telak melakukan perjaanan ke Negara atau Daerah yang telah ditemukan COVID-19 perlu dilakukan isolasi kurang lebih 14 hari



2.



Diagnosa Keperawatan a) Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d klien mengeluh demam tinggi, sehingga tekanan nadi memburuk, bibir kering dan suhu mencapai 39-400C b) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi d.d klien mengeluh sakit di tenggorokan, sehingga batuk tidak efektif, spuntum berlebih, dan mengi c) Ansietas b.d ancaman kematian d.d klien merasa khawatir, sehingga tampak gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur d) Gangguan pola tidur b.d tidak familiar dengan peralatan tidur d.d klien mengeluh sulit tidur, sehingga tampak lingkaran hitam dibawah mata, tampak tidak tenang, dan menangis



3. Rencana Keperawatan TUJUAN Setelah dilakukan



-



intervensi selama 2×24 jam demam menurun, dengan kriteria hasil :



RENCANA Observasi suhu



-



tubuh klien -



Anjurkan air



putih



RASIONAL Mengetahui suhu tubuh klien



minum



-



Agar



bibir



klien



yang 17



-



Tekanan nadi membaik



cukup -



-



Bibir lembab



-



Suhu 35-360C



lebih lembab



Observasi



tekana



-



nadi klien



-



nadi



klien



Kolaborasi dengan dokter



Mengetahui



-



untuk



memberikan



Membantu mnurunkan demam



obat



penurun demam Setelah



dilakukan



-



Jelaskan



tujuan



-



Agar klien mampu



intervensi selama 2×24



dan prosedur batuk



batuk



jam sakit ditenggorokan



efektif



efektif



hilang, dengan kriteria



-



hasil : -



Monitor



adaya



-



retensi spuntum



Batuk



efektif



-



Anjurkan



tarik



meningkat



nafas



Produksi spuntum



melalui



menurun



selama



Mengi menurun



ditahan selama 2 detik,



Mengetahui retensi spuntum



-



dalam



Agar



pola



bisa



hidung 4



dengan



nafas lebih



terkontrol



detik,



kemudian



keluarkan



dari



mulut Setelah



dilakukan



-



intervensi selama 1×24 jam klien tidak lagi khawatir, -



Perilaku



-



Monitor



tanda-



Latih relaksasi



teknik



Agar klien optimis dan tidak menyerah



-



tanda ansietas -



gelisah



-



untuk sembuh



dengan



kriteria hasil :



Berikan dukungan



Mengetahui apakah ansietas masih ada



-



Agar



klien



lebih



tenang



menurun -



Perilaku



tegang



18



menurun -



Tidur teratur



Setelah



dilakukan



intervensi klien



1×24



mulai



-



Berikan minuman



jam dapat



-



tertidur, dengan kriteria



-



Untuk



hangat



meningkatkan



Lakukan persiapan



kualitas tidur



untuk tidur malam



-



Agar



hasil :



-



tidur



lebih



pulas



Lingkaran dibawah



-



Anjurkan



-



Agar anak rileks



mata menghilang



membaca dongeng



-



Agar anak tidak



-



Klien mulai tenang



sebelum tidur



merasa bosan dan



-



Klien sudah tidak



Berikan



sendiri



-



menangis



mainan



untuk menenangkan



2.7 Pengkajian Khusus Pada Pasien Covid-19 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan,



merupakan



untuk



itu



tahap



diperlukan



awal



dan



kecermatan



landasan dan



dalam



ketelitian



proses tentang



masalahmasalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas: (Arif Muttaqin, 2008) a. Pengumpulan Data 1) Anamnesa 1. Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis. 2. Keluhan Utama



19



Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh atau demam. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila klien mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama, dan lama keluhan batuk muncul. Keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat. Pada awalnya keluhan batuk nonproduktif, lama kelamaan menjadi batuk produktif dengan mukus purulent kekuningan, kehijauan, kecoklatan, atau kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigl serta sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan lemas. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit diarahkn pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan. 5. Riwayat keperwatan berdasarkan pola kesehatan fungsional a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan menganggap benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak napas. b) Pola metabolik nutrisi Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui control saraf pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan gaster dari dampak peningkatan toksik mikroorganisme. c) Pola eliminasi Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan karena demam. d) Pola tidur-istirahat



20



Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak napas. Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari karena tidak kenyamanan tersebut. e) Pola aktivitas-latihan Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik. f) Pola kognitif-persepsi Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada otak. g) Pola persepsi diri-konsep diri Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien diam. h) Pola peran hubungan Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien lebih banyak diam. i) Pola toleransi stress-koping Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien selalu diam dan mudah marah. j) Pola nilai-kepercayaan Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT. 2) Pemeriksaan Fisik a) Inspeksi Wajah terlihat pucat, meringis, lemas, banyak keringat, sesak, adanya PCH, Adanya takipnea sangat jelas (25-45 kali/menit), pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot aksesori pernafasan, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi abdomen, sputum purulen, berbusa, bersemu darah, batuk : Non produktif – produktif, demam menggigil, faringitis.



21



b) Palpasi Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat celcius, turgor kulit menurun, peningkatan taktil fremitus di sisi yang sakit, hati mungkin membesar. c) Perkusi Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit. d) Auslkutasi Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini terjadi karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) daripada melalui jaringan normal. 3) Pemeriksaan Diagnostik a) Sinar X Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih. b) GDA (Gas Darah Arteri) Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada c) Pemeriksaan darah.



22



Pada



kasus



pneumonia



oleh



bakteri



akan



terjadi



leukositosis



(meningkatnya jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000- 40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.



d) LED meningkat. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsi jaringan paru e) Rontegen dada Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. f) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit. g) Tes fungsi paru Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia). h) Elektrolit Natrium dan klorida mungkin rendah. 23



i) Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV), karakteristik sel raksasa (rubella). 2. Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien pneumonia adalah sebagai berikut: a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001) b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) c. Intoleransi aktivitas (D.0056) 3. Intervensi Keperawatan Rencana Keperawatan No



Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



24



1.



Bersihan Jalan Nafas (D.0001)



Tujuan:



Manajemen Jalan Nafas (I.01011)



Di buktikan dengan :



Setelah dilakukan intervensi



Gejala dan Tanda



keperawatan



Mayor Subjektif:



.......................bersihan



Mengeluh sesak nafas



jalan nafas meningkat dengan



selama



kriteria hasil : Objektif:



1. Produksi



Batuk tidak efektifatau mampu batuk



-



-



Sputum berlebih/obstruksi



Monitor pola nafas







Monitor bunyi nafas







Monitor sputum



Terapeutik



2. Mengi menurun







3. Whezing menurun  4. Dipsnea menurun



Mengi, Wheezing, atau



5. Saturasi



Oksigen



Posisikan semifowler atau fowler







Berikan minum hangat







Lakukan fisioterapi dada







Lakukan penghisapan lendir



membaik 6. Pola nafas membaik



kurang dari 15 detik



Gejala dan Tanda Minor Subjektif:



Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan headtill chin lift



jalan nafas



ronchi kering







sputum



menurun -



Observasi







Berikan oksigen, jika perlu



Tidak tersedia Objektif: -



Gelisah



-



Sianosis



-



Bunyi nafas menurun



Edukasi 



Anjurkan asupan 2000 ml/hari







Ajarkan batuk efektif



Kolaborasi Kolaborasi pemberian bronkodilator



-



Saturasi Oksigen berubah



25



2.



Pola nafas berubah



Gangguan pertukaran gas



Tujuan:



Pemantauan respirasi



(D.0003)



(I.1014) Observasi: Setelah



dilakukan



intervensi



Dibuktikan dengan :



keperawatan selama maka



Gejala dan Tanda



gangguan



pertukaran



Mayor Subjektif:



meningkat



dengan



Dipsnea



hasil :



Objektif : -



Pco2 meningkat/menurun Po2 menurun



-



Takikardi



-



bunyi



nafas



gas kriteria







Monitor frekuensi, irama,







kedalamam, dan upaya nafas







Monitor kemampuan baruk







Efektif



1.



Dipsnea menurun



2.



Bunyi nafas







Monitor pola nafas



tambahan menurun







Monitor adanya sputum







Monitor adanya sumbatan



3.



Pusing menurun



4.



Pengelihatan menurun



jalan nafas



kabur 



Auskultasi suara nafas







Monitor saturasi oksigen







Monitor AGD



tambahan Gejala dan Tanda



Minor



Subjektif: -



Pusing



-



Pengelihatan kabur



Objektif : -



sianosis



-



gelisah



-



nafas cuping hidung



-



pola nafas abnormal



Terapeutik: 



Atur interval pemantauan dan prosedur pemantauan







Dokumentasi hasil pemantauan



Edukasi 



Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan



26



-







kesadaran menurun



Informasikan hasil pemantauan



Rencana Keperawatan No



Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervens i



3



Intoleransi aktivitas (D.0056)



Tujuan:



Manajemen Energi



Dibuktikan dengan :



Setelah



dilakukan



intervensi Observasi: 



keperawatan selama maka Gejala dan Tanda



gangguan



pertukaran



Mayor Subjektif:



meningkat



dengan



Mengeluh lelah



hasil :



gas



Objektif : Frekunsi jantung meningkat Gejala dan Tanda Minor Subjektif: -



Dipsnea saat aktivitas



-



Merasa lemas



tubuh yang mengakibatkan



kriteria



1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-



kelelahan 



Monitor pola dan jam tidur







Monitor kelelahan fisik



hari Meningkat



dan emosional



2. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawahMeningka 3. Keluhan lelah menurun



Edukasi 



Anjurkan tirah baring







Anjurkan melakukan



4. Dispnea saat aktivitas menurun



aktivitas secara bertahap



Objektif : -



Identifikasi gangguan fungsi



Tekanan darah berubah (>20%) darikondisi



Terapeutik:



istirahat -



Gambaran EKG



-



Sianosis



-



Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus



-



Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif



-



Berikan aktivitas distraksi



27



yang menenangkan -



Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan



Kolaborasi 



Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



Terapi Relaksasi (I.09326) Observasi 



Identifikasi perubahan tingkat energi







Pwerksa nadi, TD, dan Suhu sebelum dan sesudah latihan



4. Evaluasi Dokumentasi evaluasi adalah merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan parawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan (Hidayat, 2012). Terdapat dua tipe evaluasi keperawatan menurut yaitu; evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan, sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti diakhir penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau diakhir kerangka waktu tertentu, seperti diakhir sesi penyuluhan (Setiadi, 2012).



28



Tujuan keperawatan dapat dipenuhi jika dibuktikan dengan:  Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi  Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan penatalaksanaanya  Suhu tubuh pasien kembali normal  Pernapasan pasien normal  Kecemasan pasien berkurang



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan



29



Virus COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (UNICEF, 2020). Menurut Sun et al., 2020, COVID-19 adalah penyakit coronavirus zoonosis ketiga yang diketahui setelah SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Menurut Gennaro et al., 2020, penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19) adalah virus RNA, dengan penampakan seperti mahkota di bawah mikroskop elektron karena adanya paku glikoprotein pada amplopnya. Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.



Terdapat



4



genus



yaitu



alphacoronavirus,



betacoronavirus,



gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus),



HCoV-OC43



(betacoronavirus),



HCoVNL63



(alphacoronavirus)



HCoV-HKU1



(betacoronavirus),



SARS-CoV



(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus). Infeksi COVID-19 cukup bervariasi dalam



menimbulkan gejala pada



pasien yang terinfeksi. Rerata gejala dari infeksi COVID-19 muncul setelah periode inkubasi yang berlangsung selama kurang lebih 5,2 hari. Periode sejak awal muncul gejala sampai pada kematian memiliki rentang waktu dari 6-41 hari dengan median sekitar 14 hari. Rentang waktu tersebut tergantung dengan sistem imun pasien dan umur pasien. Waktu tersebut lebih pendek pada pasien diatas umur 70 tahun dibandingkan dengan dibawah umur 70 tahun. Gejala paling umum adalah demam, batuk, dan merasa cepat lelah. Gejala lain seperti peningkatan jumlah sputum, sakit kepala, hemoptysis, diare, dyspnea tidak selalu termanifestasi pada semua pasien. Gambaran klinis pada computed



30



tomography scan (CT Scan) toraks tampak seperti pneumonia, tetapi terdapat gambaran abnormal seperti cedera jantung akut, ARDS, dan insiden terlihatnya ground-glass opacities pada regio subpleural pada kedua lapang paru yang menyebabkan meningkatnya respons imun lokal dan sistemik yang akan meningkatkan proses inflamasi. Mekanisme masuknya virus corona bergantung dari protease sel yang termasuk



human



airway



trypsin-like



protease



(HAT),



cathepsins



dan



transmembrane protease serine 2 (TMPRSS2) yang memisahkan spike protein dan menetapkan



penetrasi



berikutnya



yang



berubah.



MERS-



coronavirus



mengaplikasikan dipeptidyl peptidase 4 (DPP4), sementara HCoV-NL63 dan SARScoronavirus membutuhkan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) sebagai kunci reseptor. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015). 3.2 Saran Dengan adanya makalah ini saya berharap dapat membantu pembaca untuk memperoleh informasi mengenai Pasar Modal. Namun saya sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan memberikan saran.



31



32



DAFTAR PUSTAKA Moira, C. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Netrofil Limfosit Rasio Pada Pasien Terkonfirmasi Covid-19 Bergejala Ringan Sedang Di Rumah Sakit Siloam Kelapa Dua.  Yuliana, Y. (2020). Corona virus diseases (Covid-19): Sebuah tinjauan literatur. Wellness And Healthy Magazine, 2(1), 187-192. https://www.papdi.or.id/pdfs/938/Pedoman%20Tatalaksana%20COVID19%20edisi%202.pdf



Laili, S. I. (2020, September 16). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus Covid 19. Retrieved from Scribd: https://id.scribd.com http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1210/1/KIAN%20KELOMPOK%208.pdf



33