Makalah Diabetes Mellitus Pada Anjing Dan Kucing [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Yadi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ILMU PENYAKIT DALAM II “Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing”



Dosen Pembimbing: drh. Wa Ode Santa Monica, M.Si Disusun Oleh: Septiadi Yusuf Sulaiman (C031181324)



PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Penyakit Dalam II tepat pada waktunya dan tersusun hingga selesai. Makalah ini membahas mengenai "Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing”. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan utamanya kepada saya sendiri. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini, baik dari segi susunan kalimat maupun tatanan bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.



Makassar, 25 Oktober 2021



Penulis,



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................. 2 DAFTAR ISI................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................5 1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi.......................................................................................... 6 2.2 Etiologi.......................................................................................... 7 2.3 Patogenesa..................................................................................... 8 A. Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah............................. 8 B. Abnormalitas Kadar Glukosa Darah........................................11 2.4 Tanda Klinis.................................................................................. 14 2.5 Diagnosa........................................................................................ 15 2.6 Diagnosa Banding......................................................................... 16 2.7 Pengobatan.................................................................................... 16 A. Insulin...................................................................................... 17 B. Obat Hipoglikemik Oral.......................................................... 19 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan....................................................................................22 3.2 Saran.............................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 23



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hewan merupakan makhluk hidup yang mutlak membutuhkan asupan energi untuk kelangsungan hidup. Sumber energi utama pada hewan berasal dari karbohidrat. Karbohidrat akan dimetabolisme dari bentuk kompleks (polisakarida) menjadi komponen sederhana (monosakarida) seperti glukosa. Glukosa akan masuk ke dalam darah sehingga disebut dengan glukosa darah (gula darah). Kadar glukosa darah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Salah satu abnormalitas kadar glukosa darah yakni keadaan dimana kadar glukosa darah melebihi nilai normal yang disebut hiperglikemia. Salah satu faktor penyebab terjadinya hiperglikemia yakni disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ataupun keduanya. Keadaan ini jika berlanjut dapat melemahkan kapasitas sekresi insulin dan menambah berat resistensi insulin sehingga produksi insulin akan semakin berkurang. Hiperglikemia yang terjadi terus-menerus mengindikasikan terjadinya diabetes mellitus (DM). Selain itu, hiperglikemia mengakibatkan peningkatan radikal bebas dalam sel dan dalam jumlah yang berlebihan dapat berakibat toksik dan mendorong terjadinya stress oksidatif. Keadaan ini terjadi akibat ketidakseimbangan antioksidan dalam tubuh sedangkan tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan sehingga membutuhkan antioksidan eksogen sebagai penghambat kerusakan oksidatif dalam tubuh (Dewi, 2017). Prevalensi kasus diabetes mellitus di Amerika Serikat dan beberapa Negara bagian dari tahun 2006-2015 pada hewan kesayangan yang dilaporkan oleh Banfield Pet Hospital menunjukkan kasus diabetes mellitus pada anjing pada tahun 2006 sebanyak 13,1 kasus per 10.000 ekor meningkat sebesar 79,7% menjadi 23,6 kasus per 10.00 ekor anjing pada tahun 2015. Sedangkan pada kucing meningkat dari 57,2 kasus per 10.000 ekor kucing pada tahun 2006 menjadi 67,6 kasus per 10.000 ekor kucing pada tahun 2015. Di Indonesia, kasus diabetes mellitus pada hewan belum banyak mendapat perhatian. Hal ini



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



4



dibuktikan dengan minimnya sumber data mengenai penyakit ini dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan hewan (Dewi, 2017). Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyerang hewan kesayangan seperti anjing dan kucing akibat kelainan regulasi hormon dan menyebabkan jumlah gula darah meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, penulisan makalah ini dilakukan untuk membahas lebih dalam mengenai penyakit diabetes mellitus. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini, yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing? 2. Bagaimana etiologi penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing? 3. Bagaimana patogenesa penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing? 4. Apa saja tanda klinis penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing? 5. Bagaimana diagnosa penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing? 6. Apa saja diagnosa banding penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing? 7. Bagaimana pengobatan penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui pengertian penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing; 2. Untuk mengetahui etiologi penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing; 3. Untuk mengetahui patogenesa penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing; 4. Untuk mengetahui tanda klinis penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing; 5. Untuk mengetahui diagnosa penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing; 6. Untuk mengetahui diagnosa banding penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing; 7. Untuk mengetahui pengobatan penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing. 1.4 Manfaat Penulisan



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



5



Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah informasi mengenai penyakit diabetes mellitus pada anjing dan kucing.



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA .1



Definisi Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Glukosa adalah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa bertindak sebagai bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi sebagai prekursor untuk sintesis karbohidrat lain, misalnya glikogen, galaktosa, ribosa, dan deoksiribosa. Glukosa merupakan produk akhir terbanyak dari metabolisme karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat diabsorpsi ke dalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan monosakarida lain seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa di dalam hati. Karena itu, glukosa merupakan monosakarida terbanyak di dalam darah (Dewi, 2017). Glukosa darah merupakan komponen yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Secara teratur glukosa dikirim ke setiap sel sebagai sumber energi utama. Hati merupakan organ yang penting dalam mempertahankan konsentrasi glukosa darah tetap normal. Fungsi hati adalah untuk menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa dalam proses glukoneogenesis. Pada penderita penyakit hati yang parah, hampir tidak mungkin mempertahankan glukosa darah. Hiperglikemia adalah kadar glukosa dalam darah melebihi dari nilai normal dan hipoglikemia adalah kadar glukosa darah dibawah normal. Kelebihan dan kekurangan kadar glukosa dalam darah, sebagai pertanda terjadinya kelainan metabolik (diabetes) yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor dan simtoma penyakit seperti hipotiroidism, hipertiroidism, sindrom wolfram, dimensia, Cusing, alzaimer, parkinson (Kendran et al., 2013). Glukosa dalam darah diatur oleh hormon insulin dan glukagon. Insulin sangat berpengaruh dalam mempertahankan kadar glukosa darah. Salah satu efek penting insulin adalah menyebabkan sebagian besar glukosa yang diabsorpsi sesudah makan digunakan oleh sel-sel sebagai sumber energi dan sisa glukosa yang berlebihan segera disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen. Bila konsentrasi glukosa dalam darah mulai berkurang dan tidak tersedia makanan Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



7



maka sekresi insulin akan menurun dengan cepat dan glikogen dalam hati dipecah kembali menjadi glukosa, yang kemudian akan dilepas kembali ke dalam darah untuk menjaga konsentrasi glukosa darah menjadi normal. Penurunan toleransi akibat berkurangnya sekresi insulin menyebabkan terjadinya penyakit diabetes melitus (diabetes melitus tipe I atau diabetes melitus bergantung insulin, InsulinDependent Diabetes Mellitus (IDDM) (Kendran et al., 2013). Diabetes mellitus (DM), atau yang disebut dengan sebutan kencing manis, adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat menyerang anjing dan kucing kesayangan kita. Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan karena kelainan regulasi hormon dan akan menyebabkan jumlah gula darah meningkat secara signifikan. Organ yang bertanggung jawab atas regulasi gula dalam tubuh adalah organ pankreas. Pankreas menghasilkan dua hormon yakni glukagon dan insulin, dengan fungsi yang berlawanan. Insulin berfungsi untuk meningkatkan mobilisasi dan penyimpanan gula darah ke jaringan. Glukagon bekerja sebaliknya, yakni dengan meningkatkan mobilisasi gula ke dalam sirkulasi darah. Pada kasus diabetes mellitus, hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas berkurang, sehingga gula dalam darah tertumpuk dan tidak termobilisasi dengan baik ke seluruh jaringan tubuh (Putra, 2015). Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang melibatkan pankreas, yang menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat yang ditandai dengan hiperglikemia, dan intoleransi glukosa (Fitriani et al., 2016). .2



Etiologi Beberapa ras anjing rawan terjangkit oleh penyakit ini, beberapa diantaranya adalah Beagle, Poodle, Pinscher, Tekel, dan Schnauzer, Australian Terrier, Spitz, Bichon Frise, Samoyed, Maltese, dan Pug. Umumnya, anjing didiagnosa diabetes mellitus pada umur antara 4-14 tahun. Anjing betina berisiko terkena penyakit ini 2x daripada anjing jantan. Penyakit ini juga akan terbawa oleh genetik, yang berarti keturunan dari anjing diabetes mellitus akan memiliki peluang besar terkena diabetes mellitus (Putra, 2015). Sejalan dengan perkembangan zaman, pemberian pakan dan pola pemeliharaan juga berubah. Kucing diberi pakan siap saji, camilan dari pemilik



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



8



seperti coklat, sehingga berpengaruh sebagai pemicu diabetes mellitus. Kejadian diabetes mellitus pada kucing di Inggris dilaporkan sangat tinggi yaitu 1 ekor dari 200 ekor populasi kucing. Faktor pemicu diabetes mellitus pada kucing di Inggris dilaporkan karena terjadinya obesitas, kurangnya latihan (terutama pada kucing rumah), dan umur terutama pada kucing yang lebih tua. Walaupun diabetes mellitus dapat terjadi pada semua usia, jenis kelamin, maupun jenis kucing, namun kejadiannya lebih sering terjadi pada kucing yang lebih tua dengan umur 10-13 tahun, kucing jantan yang dikastrasi, obesitas dan kurang latihan, serta faktor genetik kucing jenis burma lima kali lebih beresiko apabila dibandingkan dengan kucing jenis yang lain. Pengetahuan kebutuhan nurtisi hewan dan cara pemeliharaannya masih kurang, sehingga berpeluang terjadinya peningkatan kasus diabetes mellitus pada kucing (Fitriani et al., 2016). .3



Patogenesa



A. Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah Setelah makanan dikonsumsi, komponen makanan akan dicerna oleh serangkaian enzim dalam tubuh. Karbohidrat dicerna oleh a-amilase di dalam air liur dan a-amilase yang dihasilkan oleh pankreas yang bekerja di usus halus. Disakarida diuraikan menjadi monosakarida. Sukrase mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, laktase mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Sel epitel usus akan menyerap monosakarida. Monosakarida diserap ke dalam aliran darah. Kadar glukosa darah diatur oleh mekanisme hormonal oleh hormonhormon yang diproduksi oleh pankreas yaitu hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta dan hormon glukagon yang dihasilkan oleh sel alfa. Glukosa darah akan di sintesis menjadi glikogen melalui proses glikogenesis. Glikogen disimpan di hati dan otot dan akan dirombak kembali menjadi glukosa jika terjadi penurunan glukosa di dalam darah melalui proses glikogenolisis Glukosa dihasilkan akan masuk dalam tingkat sel akan mengalami proses fosforilasi membentuk glukosa6-fosfat, yang dibantu oleh enzim heksokinase sebagai katalisator. Glukosa-6fosfat akan mengalami metabolisme glikolisis membentuk produk akhir berupa asam piruvat dan ATP untuk digunakan sebagai sumber energi (Dewi, 2017). Selain berasal dari makanan, glukosa dalam darah juga berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Glikogenolisis merupakan proses pemecahan



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



9



glikogen di dalam hepar. Sedangkan, glukoneogenesis merupakan proses pengubahan molekul-molekul kecil mejadi glukosa. Molekul yang diubah menjadi glukosa ialah asam laktat dan piruvat yang berasal dari otot, gliserol yang disuplai oleh jaringan adiposum ketika trigliserida dipecah, dan asam amino yang diubah menjadi glukosa (Dewi, 2017).



Gambar 1. Diagram Biokimia Metabolisme Glukosa (Dewi, 2017). Glukosa harus di transpor ke dalam sel melalui mekanisme difusi terfasilitasi sehingga sel dapat memakai glukosa sebagai sumber energi. Agar glukosa dapat menembus membran plasma yang impermeabel terhadap molekul besar, glukosa membutuhkan protein pembawa. Selain di saluran cerna dan tubulus ginjal, glukosa diangkut dari konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah mengikuti gradien konsentrasi oleh protein glukosa transporter (GLUT) yang terbagi sesuai lokasi (Dewi, 2017). Tabel 1. Jenis Pengangkut Glukosa yang Utama (Dewi, 2017). Glukosa Transporter GLUT 1



GLUT 2 GLUT 3 GLUT 4



Lokasi Jaringan Otak, ginjal, kolon, plasenta, eritrosit Hati, sel beta pankreas, usus halus, ginjal Otak, ginjal, plasenta Otot jantung dan rangka,



Fungsi Penyerapan glukosa Penyerapan atau pembebasan glukosa secara cepat Penyerapan glukosa Penyepan glukosa yang



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



10



GLUT 5



jaringan adipose Usus halus



dirangsang oleh insulin Penyerapan glukosa Penyerapan aktif glukosa



SGLT 1



Usus halus dan ginjal



dengan melawan gradien konsentrasi



Kadar glukosa darah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Kecepatan pengangkutan glukosa ke dalam sel otot dan lemak sangat dipengaruhi oleh insulin. Dengan adanya insulin, kecepatan pengangkutan glukosa dapat meningkat sekitar sepuluh kali lipat. Glukosa yang berhasil diserap dari pencernaan akan dilepaskan ke dalam aliran darah, sehingga kadar gula darah meningkat. Apabila kadar gula darah meningkat, maka hormon insulin dilepaskan dari sel beta pankreas. Insulin akan merangsang sel otot dan lemak untuk lebih permeabel terhadap glukosa. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam proses glikogenesis di otot dan hati sehingga menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Sedangkan, bila kadar glukosa darah rendah, hormon glukagon akan bekerja merangsang sel hati untuk memecah glikogen kembali menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah akan kembali normal (Dewi, 2017).



Gambar 2. Mekanisme Homeostasis Kadar Glukosa Darah (Dewi, 2017). Sekresi hormon insulin dirangsang oleh keadaan hiperglikemia atau kadar glukosa



darah



di



ambang



batas



dan



hormon



insulin



akan



bekerja



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



11



untukmenseimbangkan kadar glukosa darah. Bila produksi insulin tidak mencapai batas tubuh maka glukosa akan tetap berada di dalam darah tidak dapat ditransfer ke dalam organ-organ. Hal ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat sehingga terjadi pradiabetes atau diabetes (Dewi, 2017). B. Abnormalitas Kadar Glukosa Darah Kadar glukosa dalam darah memiliki mekanisme homeostatis agar tetap berada dalam kadar normal. Namun, ketika terjadi suatu ketidakseimbangan maka dapat menimbulkan kadar glukosa dalam darah mengalami abnormalitas. Salah satu abnormalitas kadar glukosa darah yakni keadaan dimana kadar glukosa darah meningkat tajam yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan salah satu penanda terjadinya kelainan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein. Hiperglikemia mengakibatkan peningkatan radikal bebas di dalam sel dan dalam jumlah berlebihan dapat bersifat toksik yang mendorong terjadinya stress oksidatif. Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik berupa hiperglikemia yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Dewi, 2017). Kejadian hiperglikemia pada hewan kesayangan banyak terjadi pada anjing dan kucing apabila kadar glukosa darahnya melebihi kadar normal. Kadar glukosa darah normal pada kucing berkisar 55-160 mg/dl, sedangkan pada anjing berkisar 80-120 mg/dl. Diabetes mellitus pada anjing dan kucing bisa terjadi pada usia berapapun. Namun, pada anjing predisposisi diabetes terjadi pada 4-14 tahun dan sebagian besar didiagnosis pada usia 7-10 tahun. Sedangkan, pada kucing, berusia lebih dari 6 tahun. Faktor resiko kejadian diabetes pada anjing betina dua kali lebih besar dibandingkan anjing jantan. Pada kucing, diabetes mellitus lebih sering terjadi pada kucing jantan yang telah dikastrasi dibandingkan kucing betina. Selain itu, beberapa faktor resiko diabetes mellitus disebabkan oleh obesitas,



penyakit



lain



misalnya



akromegali



pada



kucing



dan



hiperadrenokortoisme pada anjing, kelenjar tiroid yang terlalu aktif pada kucing (hipertiroidisme), pankreatitis, penyakit jantung, penyakit ginjal, infeksi saluran kencing dan infeksi kulit. Penggunaan obat yang mengandung kortikosteroid jangka panjang juga merupakan faktor risiko diabetes (Dewi, 2017).



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



12



Diabetes mellitus berdasarkan etiologinya diklasifikasikan menjadi berbagai jenis, diantaranya adalah diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1) dan diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2). Klasifikasi diabetes mellitus yang terjadi pada hewan juga diklasifikasikan menjadi tipe 1 dan tipe 2. Kucing dapat menderita kedua tipe diabetes ini namun pada kucing lebih sering terjadi diabetes tipe 2 sedangkan pada anjing terjadi diabetes tipe 1 (Dewi, 2017). DM tipe 1 adalah diabetes mellitus yang terjadi akibat kerusakaan sel-sel beta pankreas oleh suatu proses autoimun. Kerusakaan sel-sel beta pankreas ini akan



berakibat



pada



defisiensi



insulin



yang



menimbulkan



terjadinya



hiperglikemia. DM tipe 2 adalah diabetes mellitus yang terjadi akibat resistensi hormon insulin. DM tipe 2 ini ditandai dengan kelainan sekresi dan kerja insulin. Sel tidak lagi responsif terhadap insulin sehingga terjadi pengikatan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa. Hal ini akan mengganggu kerja insulin hingga akhirnya sel beta pankreas gagal untuk mensekresikan insulin. Defisiensi atau kurangnya hormon insulin akan menyebabkan keadaan hiperglikemia (Dewi, 2017). Tabel 2. Perbedaan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Tipe 2 pada Hewan Kesayangan (Dewi, 2017). Diabetes Mellitus Tipe 1 Tubuh tidak bisa memproduksi insulin



Diabetes Mellitus Tipe 2 Insulin dalam jumlah yang cukup,



dalam jumlah yang cukup (insulin



namun jaringan mengalami resistensi



dependen diabetes mellitus) Terjadi kerusakan pada sel beta



terhadap insulin Sel beta pankreas tidak mengalami



pankreas Lebih sering terjadi pada anjing Lebih sering terjadi pada anjing



kerusakan Lebih sering terjadi pada kucing Resiko terjadi pada usia tua (>6 tahun) Resiko kejadian 70% pada jantan yang



Resiko kejadian 53% pada betina



telah dikastrasi, dan 60% pada kucing obesitas



Breed predisposisi : Schnauzer, Bichon, Froze, Spitz, Samoyed,



Breed predisposisi : Kucing Burmese



Labrador



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



13



Pada penderita DM mengalami resistensi insulin atau defisiensi insulin yang diakibatkan oleh kerusakan sel ß pankreas. Kekurangan insulin dapat menyebabkan terjadinya sedikit atau tidak ada ikatan dengan reseptor sehingga proses translokasi transporter glukosa (GLUT-4) ke membran sel menjadi terhambat. GLUT-4 memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel. Bila proses translokasi GLUT-4 terganggu akan menyebabkan ambilan glukosa dalam darah menjadi terganggu, sehingga terjadi penumpukan glukosa di ekstrasel yang akan mengakibatkan glukosa darah meningkat atau disebut juga hiperglikemia (Dewi, 2017). Hiperglikemia pada diabetes mellitus menyebabkan autooksidasi glukosa, glikasi protein dan aktivasi jalur metabolisme poliol yang selanjutnya mempercepat pembentukan senyawa oksigen reaktif. Pembentukan senyawa oksigen reaktif tersebut dapat meningkatkan modifikasi lipid, DNA, dan protein pada berbagai jaringan. Modifikasi molekuler pada berbagai jaringan tersebut mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara antioksidan protektif (pertahanan antioksidan) dan peningkatan produksi radikal bebas. Hal ini merupakan awal kerusakan oksidatif yang dikenal dengan stress oksidatif. Untuk meredam kerusakan oksidatif tersebut diperlukan antioksidan eksogen (Dewi, 2017). Kondisi hiperglikemia pada anjing dan kucing yang terus berkembang sampai melewati ambang batas tubulus ginjal menyebabkan terjadinya tumpahan glukosa yang dibuang ke dalam urin (glikosuria). Kondisi hiperglikemia pada anjing dan kucing yang terus berkembang sampai melewati ambang batas tubulus ginjal menyebabkan terjadinya tumpahan glukosa yang dibuang ke dalam urin (glikosuria). Pada anjing glukosuria berkembang saat konsentrasi glukosa darah melebihi ambang batas 200 mg/dl dan 250 mg/dl pada kucing. Hal ini menyebabkan hewan mengalami lebih banyak minum (polydipsia), lebih sering urinasi (polyuria), lebih banyak makan (polyphagia) karena haus serta lapar karena tubuhnya tidak dapat menggunakan glukosa dalam darah. Penyakit sistemik lain yang muncul seperti ketoasidosis diabetik (DKA) disebabkan akumulasi keton yang dapat menyebabkan muntah sehingga akan terjadi dehidrasi (Dewi, 2017).



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



14



Konsentrasi glukosa darah di dalam tubuh perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi karena glukosa berpengaruh terhadap tekanan osmotik cairan ekstraseluler dan peningkatan glukosa di atas kadar normal akan menyebabkan dehidrasi perifer. Kadar konsentrasi glukosa dalam darah yang terlalu tinggi dapat merusak membran glomerulus ginjal menyebabkan terdapatnya glukosa di urin. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan diuresis osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi cairan tubuh dan elektrolit (Dewi, 2017). .4



Tanda Klinis Tanda klinis awal dari diabetes mellitus biasanya adalah banyak minum dan jumlah volume urin yang banyak pula. Biasanya hewan akan banyak makan namun berat badan terus menurun. Pada stadium yang lebih lanjut, biasanya hewan sudah kehilangan nafsu makan dan akan menjadi lemas. Pada beberapa kasus, diabetes mellitus akan memberikan banyak komplikasi lain, seperti katarak dan infeksi bakteri pada kulit atau yang disebut dengan pyoderma. Pada kasus yang berat, diabetes mellitus akan disertai dengan ketoasidosis, yaitu suatu kondisi tubuh yang terlalu asam yang disebabkan oleh badan keton yang terbentuk karena tingginya jumlah gula darah (Putra, 2015). Empat tanda klinis utama diabetes mellitus adalah poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan. Poliuria terjadi ketika konsentrasi glukosa darah naik di atas sekitar 10 sampai 12 mmol/liter. Ambang ginjal untuk penyerapan akan terlampaui dan glukosa akan terdapat di dalam urin (glikosuria). Hal ini akan merangsang diuresis osmotik, menyebabkan buang air kecil yang berlebihan. Polidipsia kemudian terjadi untuk mengkompensasi kehilangan air karena poliuria. Penurunan berat badan pada diabetes mellitus dikaitkan dengan kehilangan kalori yang disebabkan oleh glikosuria, ditambah berkurangnya penggunaan glukosa oleh jaringan perifer. Ketidakmampuan untuk memanfaatkan glukosa merangsang pusat rasa lapar di hipotalamus di otak, mengakibatkan polifagia (Saunders, 2014). Jika tanda-tanda diabetes mellitus tidak diperhatikan atau dianggap tidak penting oleh pemiliknya, komplikasi lebih lanjut mungkin timbul. Pembentukan katarak adalah komplikasi yang paling umum pada anjing diabetes mellitus dan dapat berkembang dalam beberapa hari atau minggu, menyebabkan kebutaan



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



15



mendadak. Keadaan ini tidak biasa pada kucing untuk mengembangkan katarak pada kasus diabetes mellitus, tetapi dapat berkembang postur plantigrade (kaki menyentuh tanah ketika binatang berdiri atau berjalan) mungkin karena lesi diabetik pada saraf perifer. Gangguan neurologis tersebut dapat diatasi setelah terapi insulin dimulai, tidak seperti katarak akibat diabetes mellitus pada anjing di mana kerusakan pada lensa tidak dapat diobati (Saunders, 2014). Pada diabetes mellitus stadium lanjut gejala klinisnya berbeda. Inisial tandatanda polifagia, polidipsia, dan poliuria akan digantikan dan hewan menjadi depresi, anoreksia, dehidrasi dan mengembangkan napas ketotik. Muntah dan diare sering muncul dalam kasus ini. Tanda-tanda klinis terkait dengan perkembangan ketoasidosis dan dapat menyebabkan koma diabetes dan kematian jika tidak diobati (Saunders, 2014). .5



Diagnosa Hewan di diagnosa diabetes mellitus dari gejala klinis yang muncul, tes darah dan tes urin. Tes darah akan menunjukkan jumlah gula darah puasa akan meningkat. Tes urin akan menunjukkan adanya glukosa pada urin atau yang disebut dengan glikosuria. Secara normal, glukosa tidak dibuang melalui urin, namun dalam kasus diabetes mellitus, jumlah gula darah terlalu tinggi sehingga menyebabkan glukosa bocor ke urin (Putra, 2015). Pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan dengan menggunakan Scill Vet ABC. Jumlah darah yang dibutuhkan untuk mengukur kadar glukosa darah adalah 2,5-4 µL. Darah diletakan pada sisi kanan test strip, darah akan terserap secara otomatis dan hasil pengukuran akan terbaca setelah 11 detik pada Gluko-Dr® test meter. Pemeriksaan ALT dan AST dapat dilakukan dengan Reflovet plus machine menggunakan Reflotron KIT. Pemeriksaan urin dilakukan dengan menggunakan Dypstick. Perubahan warna yang terjadi pada stick diinterpretasikan dengan membandingkan dengan skala warna rujukan yang terdapat pada botol dypstick (Fitriani et al., 2016).



.6



Diagnosa Banding



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



16



Pada kucing, diagnosa banding dari diabetes mellitus adalah glukosuria ginjal, biasanya tidak menyebabkan poliuria/polidipsia, penurunan berat badan, atau hiperglikemia. Diagnosa banding lainnya yaitu hiperglikemia akibat stres pada kucing, biasanya tidak ada poliuria/polidipsia atau penurunan berat badan, konsentrasi glukosa darah normal jika sampel diambil saat kucing tidak stres dan fruktosamin normal. Pada anjing, diagnosa banding dari diabetes mellitus adalah glukosuria ginjal, dimana tidak menyebabkan hiperglikemia dan biasanya tidak ada tanda-tanda kehilangan berat badan dengan polifagia (Tilley dan Smith, 2016). Tanda-tanda klinis diabetes mellitus seperti poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan dan napas ketotik dapat terkait dengan kondisi lain. Kondisi yang mungkin mengakibatkan kebingungan saat diagnosa diabetes mellitus termasuk sindrom Cushing, gagal ginjal kronis, penyakit hati dan pyometra. Untuk menegakkan diagnosa diabetes mellitus, bukti puasa persisten hiperglikemia dan glikosuria diperlukan. Dilema diagnostik dapat terjadi pada kucing, dimana kadar glukosa darah pada kucing stres seringkali tidak berbeda dari kucing yang menderita diabetes mellitus. Pengambilan darah pada kucing menyebabkan stres (Saunders, 2014). .7



Pengobatan Terapi untuk hewan yang mengalami diabetes mellitus akan sangat sulit, bahkan pada beberapa kasus terapi harus dijalankan seumur hidup. Terapi ditujukan pada pemberian injeksi insulin untuk membantu mobilisasi gula darah ke jaringan tubuh. Karena kasus diabetes mellitus berjalan sangat lama, biasanya pemilik akan diajari oleh dokter bagaimana cara menyuntik obat di bawah kulit atau yang disebut subkutan. Namun tindakan ini biasanya akan menyebabkan efek samping kegemukan. Namun, pada kasus dengan komplikasi, membutuhkan observasi lebih lanjut dan rawat inap. Hewan diabetes mellitus dengan komplikasi akan ditangani lebih intensif dengan cairan infus dan pemberian pakan khusus untuk hewan diabetes. Diet yang benar adalah sangat penting untuk menangani diabetes mellitus. Pakan komersil khusus untuk diabetes mellitus sudah banyak beredar di Klinik Hewan, sehingga mempermudah pemilik hewan dalam menjaga diet hewan kesayangan. Pakan ini sudah dirancang khusus untuk pasien diabetes



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



17



mellitus, dengan mengatur jumlah gula dalam darah. Salah satu terapi yang tidak kalah penting untuk hewan kesayangan adalah exercise atau latihan fisik untuk menurunkan berat badan pada pasien diabetes mellitus yang menderita obesitas (Putra, 2015). Kesuksesan terapi terhadap kasus diabetes mellitus pada hewan kesayangan bergantung dari pengobatan dan kerja sama dengan pemilik. Pengobatan melibatkan kombinasi antara pengurangan berat badan, diet terapi, penggunaan injeksi insulin dan obat hipoglikemik oral. Pada kucing, penggunaan diet terapi dengan makanan yang tinggi protein dan rendah karbohidrat. Sedangkan pada anjing, dibutuhkan makanan yang kaya serat dan karbohidrat kompleks. Hal yang penting untuk terapi diabetes mellitus pada hewan kesayangan adalah menjaga agar kadar glukosa darah hewan peliharaan mendekati kadar normal, perlu dihindari keadaan diamana kadar glukosa darah terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Setiap hewan membutuhkan evaluasi kadar glukosa darah rutin dan pengobatan sesuai respon dari hewan tersebut (Dewi, 2017). A. Insulin Insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik. Sediaan insulin diperoleh dari bovine (sapi), porcine (babi), atau melalui rekomendasi DNA (human insulin). Pada hewan kesayangan, sediaan insulin yang berasal dari bovine dan porcine yang paling sering digunakan sebagai terapi terhadap diabetes mellitus. Pada hewan kesayangan hanya dua produk insulin yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk di gunakan pada anjing dan kucing yaitu porcine insulin dan bovine insulin. Hormon lain yang disetujui FDA adalah produk yang bekerja lebih lama yaitu human recombinant protamine zinc insulin (PZI) yang disetujui untuk digunakan pada kucing (Dewi, 2017). Insulin mutlak diberikan kepada



pasien DM tipe 1 atau yang dikenal



sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Pada DM tipe 1, sel-sel ß Langerhans pasien mengalami kerusakan sehingga tidak dapat lagi memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, penderita DM tipe 1 membutuhkan insulin eksogen agar metabolisme karbohidrat dalam tubuhnya berlangsung normal. Selain itu, insulin juga diberikan kepada pasien DM tipe 2 yang kadar glukosa



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



18



darahnya tidak dapat dikendalikan dengan diet dan antidiabetik oral, diabetes mellitus dengan berat badan menurun cepat, diabetes mellitus dengan komplikasi akut, diabetes mellitus setelah operasi pankreas (pankreatomi), diabetes mellitus dengan ketoasidosis atau komplikasi lain. Kebanyakan anjing membutuhkan NPH atau lente digunakan sebagai terapi awal dengan dosis 0,5 U/kg, dengan suntikan dua kali sehari. Pada kucing, glargine adalah pilihan insulin yang dapat digunakan sebagai insulin basal. Insulin glargine dapat bekerja sebagai insulin basal lebih lama dan digunakan bersamaan dengan diet tinggi protein dan rendah karbohidrat. Penghentian penggunaan insulin pada 80-90% kasus dalam 3-4 bulan pertama. NPH, Lente dan PZI insulin juga dapat digunakan pada kucing dengan dosis mulai dari 1 sampai 3 unit (Dewi, 2017). Dalam kondisi fisiologis, kebutuhan insulin pasien diabetes mellitus terbagi menjadi insulin basal dan insulin prandial. Insulin basal terdiri dari insulin intermediate, dan insulin long acting. Insulin prandial terdiri dari short acting dan rapid acting. Insulin merupakan terapi penting dalam pengobatan diabetes mellitus pada anjing dan kucing. Hampir semua kasus diabetes mellitus pada anjing merupakan insuline-dependent atau tipe 1, sedangkan pada kucing 60% kasus tidak bergantung pada insulin. Pemberian insulin eksogen secara dini merupakan komponen penting untuk memperbaiki dan mendukung fungsi sel beta yang



memproduksi



insulin.



Pada



hewan



kesayangan



pemilihan



terapi



menggunakan insulin dilakukan karena butuh penanganan yang cepat pada saat kadar glukosa darah melonjak tinggi. Bila terapi insulin telah dilakukan, perlu dilakukan monitoring kadar glukosa (Dewi, 2017). Insulin mempunyai empat pengaruh yang dapat menurunkan glukosa darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat, yaitu (Dewi, 2017): a. Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel (mempermudah transpor glukosa melewati membran sel). b. Insulin merangsang glikogenesis di otot dan hati serta penyimpanan trigliserid dalam jaringan lemak. c. Insulin menghambat glikogenolisis sehingga meningkatkan penyimpanan karbohidrat dan menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati.



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



19



d. Insulin menghambat glukoneogenesis dengan jalan menurunkan jumlah asam amino darah bagi hati untuk glukoneogenesis dan menghambat enzim-enzim hati yang diperlukan dalam proses tersebut. B. Obat Hipoglikemik Oral Penggunaan obat hipoglikemik oral (antidiabetik oral) pada hewan kesayangan biasanya diberikan pada beberapa keadaan tertentu salah satunya dimana pemilik enggan untuk melakukan suntikan insulin secara teratur dan dari segi finansial pemilik. Obat hipoglikemik oral terhadap kasus diabetes mellitus terdapat lima golongan obat hipoglikemik oral dan dua trace mineral yang digunakan pada manusia dan digunakan pada hewan kesayangan sebagai berikut (Dewi, 2017): 1. Sulfonilurea Golongan sulfonilurea merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Golongan ini sering disebut sebagai insulin secretagogues karena mekanisme kerjanya merasang sekresi insulin di pankreas. Penggunaan obat-obatan golongan sulfonilurea dalam jangka panjang atau dosis besar dapat menyebabkan hipoglikemik. Gologan sulfonilurea dibagi menjadi dua golongan yaitu generasi I terdiri dari tolbutamid, tolazamid, asetoheksamid dan klorpropamid. Generasi II dengan potensi hipoglikemik lebih besar, antara lain gliburid, glibenklamid, glipizid, gliklazid, dan glimepirid. Umumnya potensi hipoglikemik sulfonylurea generasi II hampir 100 kali lebih besar dibanding generasi I. Oleh karena itu dibutuhkan pertimbangan matang dalam memilih jenis obat yang digunakan terkait kondisi pasien. Efek samping yang ditimbulkan berupa gangguan salura cerna dan sakit kepala. Hipoglikemia banyak terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan hepar atau ginjal terutama dengan masa kerja yang panjang dan dosis yang tidak tepat. Efek samping lain adalah mual, muntah, diare, gejala hematologik seperti trombositopenia, agranulositosis, dan anemia aplastik serta gejala susunan saraf pusat, mata dan sebagainya. Obat sulfonilurea oral merangsang sekresi insulin dan telah berhasil digunakan untuk mengobati diabetes pada kucing tetapi tidak pada anjing.



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



20



2. Meglitinid Mekanisme kerja obat golongan meglitinid mirip dengan golongan sulfonilurea, yakni meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Masa paruhnya relatif cepat sehingga perlu diberikan beberapa kali sehari. Umumnya obat golongan ini dikombinasikan dengan obat antidiabetik oral lainnya. Efek samping utama ialah hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Contoh obat golongan ini adalah repaglinid dan nateglinid. 3. Biguanid Satu-satunya senyawa glongan biguanid yang hingga saat ini masih digunakan yakni metformin. Mekanime kerja obat ini ialah menurunkan produksi glukosa di hepar dan mengurangi terjadinya glukoneogenesis. Selain itu, metformin juga meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel. Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh, dan memiliki masa paruh sekitar 2 jam. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal dapat terjadi akumulasi obat dan menyebabkan terjadinya asidosis laktat. Dosis metformin pada tikus adalah 100 mg/kg BB dan diberikan satu kali sehari. 4. Tiazolidindion (TZD) Senyawa golongan tiazolidindion bekerja dengan meningkatkan kepekaan sel tubuh terhadap insulin dengan cara berikatan dengan PPARγ (Peroxisome Proliferator Activated Receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati. Selain itu juga menurunkan kecepatan glukoneogenesis, menurunkan jumlah asam lemak bebas di plasma, dan remodeling jaringan adipose. Contoh golongan ini adalah rosiglutazon dan pioglitazone. 5. Penghambat a-Glukosidase Obat golongan a-Glukosidase berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida pada dinding usus halus. Penghambatan terhadap kerja enzim tersebut secara efektif dapat memperkecil peningkaan kadar glukosa darah post prandial melalui pengurangan



absorbsi



karbohidrat



kompleks



sehingga



dapat



mencegah



peningkatan glukosa plasma pada orag normal maupun pada pasien diabetes mellitus. Karena tidak mempengaruhi insulin maka tidak menimbulkan



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



21



hipoglikemi. Biasanya digunakan untuk penderita diabetes mellitus usia lanjut dengan monoterapi atau pasien dengan kadar glukosa darah post pandrialnya tinggi. Penggunaan acarbose telah mampu mengkontrol glikemia pada anjing diabetes Pengobatan



diabetes



mellitus



pada



kucing,



beberapa



penggunaan



antidiabetik oral telah sukses digunakan namun di sisi lain telah dilaporkan dimana sekitar 80% tidak bekerja sesuai fungsinya sehingga hal ini memperburuk keadaan diabetes mellitus. Penggunaan 6 sampai 8 minggu obat antidiabetik oral harus diperhatikan sebelum keadaan pasien semakin buruk. Sebenarnya, obat ini tidak terserap secara sistemik. Dari obat antidiabetes oral yang tersedia untuk kucing, obat glipizide dan acarbose yang memiliki khasiat paling banyak dan memiliki toksisitas yang lebih rendah (Dewi, 2017). Pada anjing, pengggunaan obat antibetik oral tidak digunakan untuk mengatur kadar glukosa darah pasien. Penggunaan obat-obatan oral hanya sebagai tambahan terapi insulin. Jenis obat yag digunakan pada anjing yaitu Acarbose (Glucobay) yang memiliki mekanisme kerja memperlambat metabolisme pati sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa post prandial. Namun, terdapat beberapa efek samping sehingga obat-obatan ini hanya digunakan pada beberapa kasus tertentu. Alasan lain obat diabetes oral tidak berhasil digunakan pada anjing karena mekanisme kerja obat dengan merangsang sel beta pankreas memproduksi lebih banyak insulin. Sedangkan kebanyakan kasus yang terjadi pada anjing terjadi insulin-dependent diabetes, yang berarti sel beta tidak mampu memproduksi insulin (Dewi, 2017).



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



22



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang melibatkan pankreas, yang menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat yang ditandai dengan hiperglikemia, dan intoleransi glukosa. Penyakit ini akan menyebabkan jumlah gula darah meningkat secara signifikan. 3.2 Saran Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan, maka dari itu penulis menerima kritik yang dapat membangun sehingga makalah yang saya buat dapat bermanfaat.



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



23



DAFTAR PUSTAKA Dewi KEDP. 2017. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Pisang Mas (Musa acuminata (AA group)) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Aloksan. [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.



Tersedia



pada



http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/OGEw Y2JjZWMxZmFlMWI5YTcyZTg2YjZiNjdiZjZlZTNiMGYyZGZhYQ==.p df. [Diakses 25 Oktober 2021]. Fitriani A, Suartha IN dan Widyastuti SK. 2016. Kasus Diabetes Mellitus pada Kucing Lokal. Indonesia Medicus Veterinus. 5(5) : 407-414. Tersedia pada https://ojs.unud.ac.id/index.php/imv/article/view/26973.



[Diakses



25



Oktober 2021]. Kendran AAS, Sudisma IGN, Sulabda IN, Gorda IW, Anggreni LD dan Loekali BM. 2013. Kadar Glukosa Darah Anjing Kintamani. Buletin Veteriner Udayana.



5(2):



79-86.



Tersedia



pada



http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/1778/1/617c7e237bb3a229611e12c047b64 27d.pdf. [Diakses 25 Oktober 2021]. Putra AH. 2015. Diabetes Mellitus pada Anjing. Artikel 007-Vitapet Animal Clinic.



Jakarta



Utara:



Vitapet



Animal



Clinic.



Tersedia



pada



https://vitapetclinic.com/wp-content/uploads/2019/01/Diabetes-Melituspada-anjing-drh.-Andhika-hardani-putra.pdf. [Diakses 25 Oktober 2021]. Saunders J. 2014. Diabetes Mellitus: In Dogs and Cats. Veterinary Nursing Journal.



14(6):



227-230.



Tersedia



pada



https://www.researchgate.net/publication/273102061_Diabetes_Mellitus_In _Dogs_and_Cats. [Diakses 25 Oktober 2021]. Tilley LP dan Smith FWK. 2016. Blackwell’s five-minute veterinary consult: Canine and feline Sixth Edition. USA: Wiley Blackwell. Tersedia pada https://id1lib.org/book/2628873/a16ccc. [Diakses 25 Oktober 2021].



Diabetes Mellitus pada Anjing dan Kucing



24