Makalah Geologi Papua - KEL. 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH GEOLOGI INDONESIA/MINERALOGI “KAJIAN KONDISI GEOLOGI PULAU PAPUA” Dosen Pengampu : Agung Adiputra, M.Si



Disusun oleh : 1. Muhammad Arif Alfian 2. Innaka Suci Tiara Illahi 3. Zihny Muthi’ah



(2001095042) (2001095038) (2001095040)



PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR HAMKA 2021



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah. Puji serta syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunianya berupa nikmat iman, islam dan kesehatan ini sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul Peta Geologi Pulau Papua. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi baginda Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak di hari akhir. Adapun kami menulis makalah berjudul Peta Geologi Papua ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Indonesia/Mineralogi. Kami berterimakasih kepada Kelompok 6 atas kerjasamanya untuk penyelesaian makalah ini. Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, kami terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah. Wassalamualaikum Wr. Wb



Jakarta, 12 April 2021



Penyusun



II



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii BAB I (PENDAHULUAN) ...................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 2 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 2 1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 2 BAB II (PEMBAHASAN) ....................................................................................................... 2 2.1 Keadaan Umum Pulau Papua .............................................................................................. 2 2.2 Kondisi Geografis ................................................................................................................ 3 2.3 Sejarah Perkembangan Tentonik Di Pulau ........................................................................... 4 2.4 Tata Letak Geologi Pulau Papua ......................................................................................... 6 2.5 Struktur Daerah Irian Jaya .................................................................................................... 7 2.6 Fisiologi Pulau Pulau ........................................................................................................... 9 BAB III (PENUTUP) .............................................................................................................. 10 3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 10 3.2 Saran .................................................................................................................................. 11 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12



III



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irian Jaya merupakan provinsi yang berada paling timur di Indonesia dan terletak bagian barat pulau New Guinea. Secara umum Fisiografi Pulau Papua dibagi menjadi 3 bagian yaitu Peninsula Barat (kepala burung) yang terhubung dengan bagian badan utama dari pulau tersebut oleh bentuk leher yang menyempit, terletak pada 1300 – 1350 BT, Daratan Utama (badan) yang terletak pada 1350 – 143,50 BT, Timur (ekor burung) yang terletak pada 143,50– 1510. Pulau Papua merupakan salah satu pulau yang terletak di wilayah paling timur Negara Kesaatuan Republik Indonesia, dibagi menjadi 2 Propinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Sebagai pulau terluar Indonesia, Papua memiliki luas daratan 21.9% dari total tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 km2 , membujur dari Barat ke Timur (SorongJayapura) sepanjang 1.200 km dan dari Utara ke Selatan (Jayapura-Merauke) sepanjang 736 km. Papua memiliki topografi yang sangat bervariasi dan juga memiliki banyak pulau yang berjejer di sepanjang pesisirnya. Papua merupakan daerah dengan kondisi geologi yang rumit. Kerumitan tersebut diakibatkan oleh interaksi beberapa lempeng, yaitu Lempeng Pasifik, Eurasia, Filipina, dan Australia. 1.2 Rumusan Maasalah 1. Bagaimana keadaan umum Papua ? 2. Bagaimana perkembangan tektonik di Papua?



1



3. Bagaimana tata letak geologi Papua ? 4. Bagaimana jalur dan lipatan di Papua?



1.3 Tujuan 1. Dapat mengetahui bagaimana letak geologis pulau Papua. 2. Dapat mengetahui keadaan umum pulau Papua. 3. Dapat mengetahui Karakteristik dan Gambaran pulau Papua



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Latar Belakang Pulau Papua Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Papua merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat, West Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya dari wilayah pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu bekas koloni Inggris. Populasi penduduk di antara kedua negara sebetulnya memiliki kekerabatan etnis, tetapi kemudian dipisahkan oleh sebuah garis perbatasan. Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk hanya sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis yang sulit ditembus karena terdiri atas lembah-lembah yang curam dan pegunungan tinggi, dan sebagian dari pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini ditandai dengan 141 garis Bujur Timur yang memotong pulau Papua dari utara ke selatan.



2



Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, karena tercatat bahwa selama abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya mengirimkan persembahan kepada kerajaan Tiongkok. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cenderawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal sebagai ‘Janggi’. Masuknya Papua kedalam wilayah kekuasaan Majapahit juga tercantum di dalam kitab Prapanca yang disusun pada tahun 1365.



2.2 Kondisi Geografis Pulau Papua Berdasarkan Peta



Walau



letaknya



berada di ujung Timur Indonesia, Pulau Papua memiliki kekayaan alam yang dari



melimpah pariwisata



mulai hingga



satwa langka. Di antaranya ada Kepulauan Raja Ampat, Taman Nasional Lorenz, Teluk Triton, dan Burung Cendrawasih. Dari lima pulau besar di Indonesia, Pulau Papu terbilang paling unik. Bagaimana tidak, pulau dengan luas 768.000 kilometer persegi ini terbagi ke dalam dua wilayah. Di mana satu wilayah masuk Indonesia dan wilayah lainnya masuk Papua Nugini. Sebagian besar wilayah Pulau Papua merupakan hutan hujan tropis yang disebabkan oleh banyaknya lembah serta pegunungan tinggi. Karena kondisi wilayah yang berbeda-beda, persebaran penduduk di Pulau Papua akhirnya menjadi tidak merata. Selain wilayah, kondisi iklim juga ikut mempengaruhi persebaran penduduk di sana. Kondisi iklim di Papua terbilang



3



cukup ekstrem dengan curah hujan berkisar 1800 mm sampai 3000 mm dengan kelembapan antara 80%-89%. Luas Pulau Papua adalah 786.000 km persegi. Secara astronomis, Pulau Papua berada pada koordinat 5°20′S 141°36′E. Batas laut : Utara: Laut Filipina, Barat: Laut Arafuru dan Laut Banda, Timur: Samudra Pasifik, Selatan: Laut Arafuru.



2.3 Sejarah Perkembangan Tektonik di Papua Tektonik Papua saat ini dipengaruhi oleh pergerakan 2 lempeng besar, yaitu lempeng Pasifik kearah barat dan lempeng Indo-Australia yang ke arah utara dengan jalur subduksi terdapat di perairan utara Papua sampai perairan utara Biak dan perairan barat Fakfak sampai perairan selatan Kaimana. Dari peta tektonik Papua, terlihat bahwa konvergensi busur Melanesia dan lempeng IndoAustralia menghasilkan banyak sesar lokal, jalur sesar pegunungan tengah yang memanjang dari barat ke timur di bagian tengah pulau Papua, cekungan utara Papua dan pengangkatan di pesisir utara Papua dan di pegunungan Jayawijaya (2mm/tahun). Sedangkan batas lempeng tektonik di utara Papua membentuk sesar geser yang terjadi di bagian utara yaitu Sesar Sorong-Yapen. Sesar ini merupakan sesar geser mengiri, sebelah utara relatif bergeser ke barat dan bagian selatan relatif bergerak ke timur. Sudut lereng di sebelah utara lebih curam dibandingkan sebelah selatan. Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng Indo-Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Menurut Smith (1990), perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut :



1. Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35– 5 juta tahun yang lalu)



4



Pada bagian belakang busur Lempeng Indo-Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi dari kelompok Batugamping Papua Nugini selama Oligosen – Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus. Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44 – 24 Juta Tahun yang lalu (JTL).



Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada Oligosen – Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West Delta – Kali Sute di Kepala Burung Papua. Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng Indo-Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papua diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau. 2. Periode Miosen Akhir – Plistosen (15 – 2 juta tahun yang lalu) Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Indo-Australia di Papua Nugini sangat dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18 – 7 Juta Tahun yang lalu. Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas sulfida ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya penciutan ukuran selama Miosen Akhir.



5



Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Indo-Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian “Landasan Sayap Miosen” seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.



Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman dan perkembangan dari busur Moon – Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu – Zona Patahan Markam. Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng Australia.



2.4 Geologi Pulau Papua Secara umum, dari utara sampai selatan, maka geologi Papua dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Continental, Oceanic dan Transitional. Setiap wilayah geologi memiliki karakteristik masing- masing seperti stratigrafi, magmatik, dan sejarah tektonik. 1. Continental Terdiri dari sedimen yang merupakan bagian dari kraton Australia.



6



2. Samudera Terdiri dari batuan ofiolit dan kompleks volkanik busur kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik. 3. Transit Daerah yang mengandung batuan metamorf regional dan terdeformasi kuat sebagai produk interaksi antara dua lempeng. Geologi Irian Jaya sangatlah kompleks merupakan hasil dari pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Australia dan Pasifik. Kebanyakan evolusi tektonik pada masa cenozoic berasal dari pertemuan dua lempeng ini. 2.5 Jalur Sesar dan Lipatan Papua A. Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG) (JSNNG) merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh sesar naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen melanesia. B. Zona sesar sorong Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen. Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran diperkirakan mencapai 500 km. Zone



7



sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. C. Alur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt) Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative rendah jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung. D. Zona Sesar Wandamen Sesar Wandamen (Dow, 1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke utara dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke barat daya Pantai Sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah zona sesar Wandamen terdiri dari batuan alas berumur paleozoikum awal, batuan penutup paparan dan batuan sedimen yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesarsesar sangat curam dan zona perlipatan isoklinal. Perubahan zona arah sesar Wandamen dari tenggara ke timur di tandai bergabungnya sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang tidak luas tersusun oleh batuan sedimen Mezozoic. Di atas satuan ini diendapkan kelompok batugamping New Guenia. Jalur Sesar Wandamen dan sesar sungkup lainnya di zona ini merupakan bagian dari barat laut JSNPT.



8



2.6 Fisiografi Pulau Papua



Fisiografi Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian Kepala Burung, Leher dan Badan. Bagian utara Kepala Burung merupakan pegunungan dengan relief kasar, terjal, sampai sangat terjal. Secara fisiografi, van Bemmelen (1949) telah membagi Papua menjadi 3 bagian utama yaitu :  Bagian Kepala Burung, yaitu bagian semenanjung di sebelah utara yang terhubung dengan bagian badan utama oleh bagian leher yang menyempit. Bagian ini terletak pada koordinat 130° BT - 135° BT.  Bagian Tubuh Burung, merupakan bagian daratan utama Pulau Papua yang didominasi oleh struktur berarah barat – baratlaut pada daerah Central Range. Bagian ini terletak pada koordinat 135° BT – 143,5° BT.  Bagian Ekor Burung, terletak pada bagian timur New Guinea Island. Bagian ini terletak pada koordinat 143,5° BT - 151° BT.



9



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Berdasarkan Diskusi dan Uraian dari Kelompok 5(Papua) yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Hasil Diskusi kelompok kami yang berjudul “Kajian Kondisi Geologi Pulau Papua” adalah sebagai berikut :



1. Wilayah Papua berada paling timur di Indonesia dan terletak bagian barat pulau New Guinea. Secara umum Fisiografi Pulau Papua dibagi menjadi 3, yakni Bagian Peninsula Barat (kepala burung), Bagian Daratan Utama (badan), Bagian Timur (ekor burung), 2. Secara litoteknik, Irian Jaya dapat dibagi menjadi 4 mandala New Guinea foreland, Jalur metamorfik Ruffaer dan jalur ofiolit, Jalur perlipatan dan sesar naik Central Range 3. Papua memiliki wilayah Lipatan, Lipatan pegunungan setinggi 900 sampai 1.500 meter terbentuk pada akhir periode Miosen atau masa geologi keempat. 4. NeoTekotonik di Papua Saat ini telah diketahui beberapa sesar utama.



10



3.2 Saran Pada Materi ini saya Sarankan pada Tim Peneliti dan Pengkaji wilayah pelosok untuk memberi data lebih untuk mengetahui seberapa banyak jenis batuan atau Mineralogi yang ada saat ini. Keterbatasan ilmu pengetahuan yang dapat diambil dari Wilayah ini disebabkan oleh beberapa factor: 1. Pulau Papua merupakan daerah yang sangat luas 2. Fasilitas dan Alat yang dibutuhkan belum memadai untuk mengkaji wilayah yang luas ini Untuk itu kami memohon kepada Pemerintah dan Relawan untuk memedulikan Wilayah yang strategis ini untuk mengkaji lebih dalam tentang Data yang lebih relevan dan menyeluruh agar dapat mengetahui serba serbi di wilayah Papua.



11



DAFTAR PUSTAKA



Kartikasari, S. N., Marshall, A. J., & Beehler, B. (2012). Ekologi Papua (No. 6). Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Lamba, A. (2011). Kondisi Sektor Informal Perkotaan dalam Perekonomian Jayapura-Papua. Jurnal Ekonomi Bisnis, 16(2), 155-161. Panuju et., al.,2012, Zonasi Biostratigrafi Nanoplankton Berumur Coniacian Maastrichtian (Kapur Akhir) Cekungan Bintuni, Kepala Burung, Papua, 1Exploration Division, PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta Sekretariat Badan Litbang ESDM. Darman, Herman dan F.Hasan Sidi. An Outline of Geology of Indonesia. IAGI. 2000. Nawipa,



Demianus. Tektonik



12



Geologi



Papua.