MAKALAH KDM Perawatan Infus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KDM “PERAWATAN INFUS”



DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



DEA ANGGRAINI ANISA TIARA PUTRI FEBRIAN ADHA HIDAYAT IMAM DWIYATNO LILIYANA AMALIA CARDOVA NI WAYAN ERVIANI RIFKI ILHAM MAULANA



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM JURUSAN D3 KEPERAWATAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi Tugas Keperawatan Dasar ajaran tahun 2020. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kategori sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk makalah ini agar menjadi makalah yang lebih baik lagi. Selanjutnya dalam kesempatan ini kami tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Mataram, 4 Maret 2020 Penulis



Kelompok 3



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….



i



KATA PENGANTAR ………………………………………………………...



ii



DAFTAR ISI …………………………………………………………………..



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.........................................................................



1



B. Rumusan Masalah.....................................................................



1



C. Tujuan Masalah........................................................................



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian perawatan infus dan mengganti balutan infus ..............



2



B. Tujuan mengganti balutan infus .....................................................



2



C. Indikasi dan kontraindikasi mengganti balutan infus .....................



2



D. Macam - macam cairan infus ..........................................................



3



E. Komplikasi yang terjadi pada pemasangan infus ............................ 5 F. Pengertian monitoring cairan infus .................................................



7



G. Cara mengatasi mancet pada infus .................................................. 8 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



10



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan infus merupakan proedur invasif atau merupakan tindakan yang sering dilakukan dirumah sakit. Pemberian cairan parentral merupakan tindakan memasukan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kenutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan. Infus merupakan tindakan yang dilakukan perawat kepada pasien dengan cara memasukan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set. Sebagai tindakan pengobatan dan pemberin nutrisi parentral. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksaannya selalu mengacu pada standar yang telah di tetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008). Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penderita disemua lingkungan perawatan dirumah sakit dan merupakan salah satu terapi utama. Sebanyak 60% pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan infus. Sistem terapi ini memungkinkan terapi berefek langsung, lebih cepat, lebih efektif, dapat dilakukan secara kontinuedan penderita merasa lebih nyaman jika dibandingkan dengan cara lainnya. Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus - menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus, salah satunya adalah flebittis (Hinlay, 2006). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian perawatan infus dan mengganti balutan infus ? 2. Apa tujuan mengganti balutan infus ? 3. Apa indikasi dan kontraindikasi mengganti balutan infus ? 4. Apa saja macam-macam cairan infus ? 5. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan infus ? 6. Apa pengertian monitoring infus intravena? 7. Bagaimana cara mengatasi mancet pada infus ? C. Tujuan Masalah 1. Mengetahui pengertian perawatan infus dan mengganti balutan infus 2. Mengetahui tujuan mengganti balutan infus 3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi mengganti balutan infus 4. Mengetahui macam-macam cairan infus 5. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan infus 6. Mengetahui pengertian monitoring infus intravena 7. Mengetahui cara mengatasi mancet pada infus



BAB II PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN PERAWATAN INFUS DAN MENGGANTI BALUTAN INFUS Perawatan infus merupakan tindakan yang dilakukan dengan mengganti balutan/plester pada area insersi infus. Frekuensi penggantian balutan ditentukan oleh kebijakan institusi. Dulu penggantian balutan dilakukan setiap hari, tapi saat ini telah dikurangi menjadi setiap 48 sampai 72 jam sekali, yakni bersamaan dengan penggantian daerah pemasangan IV (Gardner, 1996) Mengganti balutan atau verban adalah suatu tindakan keperawatan untuk mengganti perban perawatan luka untuk mencegah infeksi dengan cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih. Pada prinsipnya dalam merawat luka atau menganti verban dibutuhkan sterilitas mengingat luka sangat rentan terhadap masuknya mikroorganisme dan adanya disintegritas jaringan. Dalam melakukan perawatan luka, dan yang digunakan bervariasi. Bahan ini disesuaikan dengan kondisi luka kotor, bersih, steril atau terinfeksi.



B. TUJUAN MENGGANTI BALUTAN INFUS 1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersihan luka  2. Melindungi luka dari kontaminasi 3. Mempertahankan tehnik steril 4. Mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah 5. Pencegahan atau meminimalkan timbulnya infeksi 6. Dapat menolong hemostasis (bila menggunakan elastis verban) 7. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna 8. Menurunkan pergerakan dan trauma 9. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan C. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI  Indikasi 1. Pasien yang sedang rawat inap 2. Balutan infus yang basah dan kotor  Kontraindikasi 1. Pada pasien yang tidak mau balutan infus diganti



D. MACAM – MACAM CAIRAN INFUS Macam macam cairan infus memiliki khasiat berbeda-beda dan ditujukan untuk kondisi pasien yang berbeda juga. Oleh sebab itu, pemberian cairan infus harus disesuaikan dengan diagnosa penyakit.  Macam macam cairan infus yang sering digunakan antara lain adalah: 1. Cairan hipotonik Cairan ini memiliki dosis lebih rendah dibandingkan dengan serum. Cairan infus hipotonik diberikan kepada pasien yang mengalami dehidrasi pada bagian sel seperti pasien cuci darah dan pasien hiperglikemia. 2. Cairan isotonik Cairan ini memiliki kepekatan mendekati serum. Pemberian cairan infus isotonik diperuntukkan bagi  penderita hipovolemia (kondisi penurunan tekanan darah terus menerus yang mengakibatkan penurunan cairan tubuh). 3. Cairan hipertonik Cairan hipertonik memiliki kepekatan yang lebih tinggi dibanding serum. Cairan ini digunakan untuk menstabilkan tekanan darah serta mengurangi bengkak.  Selain itu, jenis cairan infus juga dapat dikategorikan berdasarkan jenis cairannya, yaitu: a. Cairan kristaloid Cairan kristaloid merupakan cairan infus yang memiliki kandungan natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat, kalium klorida, magnesium klorida, dan glukosa. Cairan ini digunakan pada pasien dengan tujuan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit, mengembalikan pH tubuh, menghindari dehidrasi dan dijadikan sebagai cairan resusitasi. Ada beberapa jenis dalam cairan kristaloid, yakni cairan Saline, Ringer Laktat dan Dextrose. Semua cairan tersebut tentunya memiliki kandungan yang berbeda-beda tergantung pada kondisi pasien.   Beberapa cairan infus yang masuk ke dalam jenis cairan kristaloid antara lain: 



Cairan saline Cairan saline NaCL 0.9 % merupakan cairan kristaloid yang sering ditemui. Cairan ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.







Ringer laktat Ringer laktat merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung kalsium, kalium, laktat, natrium, klorida, dan air. Cairan ringer laktat umumnya diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat mengalami luka, cedera, atau menjalani operasi yang menyebabkan kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah yang banyak. Selain itu, cairan ini juga sering digunakan sebagai cairan pemeliharan ketika sedang menjalani perawatan di rumah sakit.







Dextrose Dextrose merupakan cairan infus yang mengandung gula sederhana. Cairan ini sering digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, pada seseorang yang mengalami hipoglikemia (gula darah rendah). Selain itu, cairan infus dextrose juga dapat digunakan untuk kondisi hyperkalemia (kadar kalium yang tinggi). b. Cairan koloid Cairan koloid merupakan cairan yang memiliki kandungan molekul lebih banyak dibanding dengan cairan infus lainya. Umumnya cairan ini diberikan pada pasien yang menderita sakit krisis dan pasien yang telah melakukan operasi bedah. Cairan koloid juga memiliki berbagai jenis, termasuk cairan Gelatin, Albumin dan Dextra 



 Cairan infus yang termasuk ke dalam jenis cairan koloid adalah: 



Gelatin Gelatin merupakan salah satu cairan koloid yang mengandung protein hewani. Salah satu kegunaan cairan ini adalah untuk mengatasi keadaan kurangnya volume darah yang disebabkan oleh kehilangan darah.







Albumin Pemberian cairan infus albumin biasanya dilakukan saat pasien memiliki kadar albumin yang rendah, misalnya pasien yang menjalani operasi transplantasi hati, menderita luka bakar akut, dan pasien sepsis.







Dekstran Dekstran merupakan jenis cairan koloid yang mengandung polimer glukosa. Dekstran dapat digunakan untuk memulihkan kondisi kehilangan darah. Selain itu, dekstran juga digunakan untuk mencegah terjadinya tromboemboli setelah operasi. c. Cairan asering Cairan asering merupakan cairan yang diberikan pada pasien yang mengalami dehidrasi akibat shockhipovolemik dan asidosis, demam berdarah, trauma, luka bakar dan shockhemarogik serta dehidrasi berat. Kandungan dalam cairan asering ini adalah Na 130 mEq, Cl 109 mEq, Ca 3 mEq, K 4 mEq dan Asetat/garam 28 mEq. Manfaat pemberian cairan asering pada pasien ini agar dapat menjaga suhu badan sentral pada



anestesi dan insoflural terutama kandungan asetatnya yang sangat berguna bagi pasien yang telah melakukan operasi bedah. Selain itu cairan asering dapat meningkatkan tonisitas dan mengurangi risiko edema serebral.  d. Cairan manitol nostalgiamed.comCairan manitol merupakan cairan infus yang memiliki kandungan karbo, hidrogen dan oksigen (C6H14O6). Cairan ini memiliki banyak manfaat, yakni membantu menjaga tekanan intrakranial pada kondisi normal, memberikan peningkatan diuresis  pada pasien yang mengalami gagal ginjal dan membuat eksresi senyawa toksis menjadi meningkat. Selain itu pemberian cairan ini sangat dianjurkan pada pasien yang sedang menjalani proses operasi prostat karena dapat melarutkan irigasi genitouriner sebelum operasi dilakukan.  e. Cairan tutofusinopsplash.com/Marcelo Leal Cairan tutofusinops merupakan cairan yang memiliki kandungan Natrium 100 mEq, Kalium 18 mEq, Kalsium 4 mEq, Sorbitol 50 gram, Klorida 90 mEq dan Magnesium 6 mEq. Kandungan tersebut memiliki manfaat yang sangat banyak bagi tubuh pasien, diantaranya memenuhi kebutuhan pasien akan air dan cairan elektrolit sebelum, sedang dan setelah operasi bedah dilakukan. E. KOMPLIKASI PADA PEMASANGAN INFUS Berikut resiko pada pemasangan infus antara lain : 1. Emboli udara esmy.com Emboli udara merupakan kondisi masuknya gelembung udara ke dalam pembuluh darah yang diakibatkan oleh suntikan infus kosong. Saat infus sudah kosong, maka cairan yang ditransfusi akan digantikan dengan gelembung-gelembung udara. Parahnya, hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti stroke. 2. Penggumpalan darah ustl.ed Penggunaan infus juga memiliki efek samping berupa terjadinya penggumpalan darah. Hal ini disebabkan oleh melambatnya aliran darah, sehingga mengakibatkan tersumbatnya aliran darah dan menimbulkan bengkak, merah, serta nyeri yang menyakitkan. 3. Gagal jantung mSaat cairan yang disuntikkan pada selang infus sudah kosong, maka hal yang akan masuk ke dalam tubuh adalah gelembung udara. Sayangnya, jika ada lebih dari 5ml/kg udara yang masuk ke dalam pembuluh darah vena dapat menyebabkan cedera signifikan seperti shock dan gagal jantung.



4. Kerusakan pembuluh darah Selain cairan yang kosong, ternyata penggunaan jarum dan selang infus juga bisa berbahaya bagi tubuh. Pasalnya, penggunaan kedua benda tersebut dapat merusak pembuluh darah dan memicu kebocoran obat yang disalurkan melalui infus ke dalam jaringan di sekitarnya. Akibatnya, jaringan di dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang fatal. 5. Infeksith.o R gPemberian infus yang sembarangan dapat mengakibatkan terjadinya infeksi hebat di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan karena proses penyuntikan infus dilakukan secara sembarang dan tidak memperhatikan kebersihan peralatan yang digunakan. 6. Edema onary.or Edema merupakan keadaan di mana timbulnya pembengkakan di daerah wajah, kaki, pergelangan tangan, dan juga jari-jari tangan yang terjadi akibat kelebihan cairan infus. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan sakit kepala yang hebat, pembengkakan otak, hingga kematian. 7. Kematian mendadakcom Kandungan natrium dalam darah berlebih maka akan muncul kondisi hipernatremia yang berisiko mengalami kelemahan dan mudah sekali tersinggung. Selain itu, kandungan natrium yang berlebih juga dapat mengakibatkan pasien mengalami kematian mendadak.



F. PENGERTIAN MONITORING INFUS INTRAVENA Monitoring infus intravena adalah pemantauan perawat untuk mencatat hasil dari data pasien sebelumnya maupun setelah melakukan tindakan perawatan infus. Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk mengevaluasi kondisi atau kemajuan menuju tujuan atas tindakan dari beberapa jenis antara lain tindakan untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan.  Pengaturan tetesan infus Monitoring merupakan tanggung jawab perawat dan meliputi laju arus infus sambil memastikan keselamatan pasien. Laju arus infus ditetapkan menurut perintah dokter, laju infus dihitung berdasarkan jumlah tetes larutan per menit. Dibawah ini disertakan rumus yang dapat digunakan untuk menentukan laju arus infus. Tetesan infus diatur sesuai program pengobatan, tidak boleh terlalu cepat atau lambat. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tetesan, yakni : 1. Jumlah mililiter/jam. Jumlah tetesan dihitung dengan membandingkan volume cairan yang harus diberikan (ml) dengan lamanya pemberian (jam).



Contoh : 3000 ml cairan RL harus diberikan dalam 24 jam. Dengan demikian jumlah tetesan 125 ml/jam. 2. Jumlah tetesan dihitung dengan mengalikan jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan lama pemberian (menit). Faktor tetes ditentukan berdasarkan alat yang digunakan. Contoh : seorang klien datang dengan keluhan mual dan muntah yang terus menerus, dari pengkajian itu ditemukan tanda-tanda dehidrasi sedang. Berdasarkan pemeriksaan, klien harus mendapatkan terapi cairan intravena. Dokter menginstruksikan pemberian 3 kolf RL dalam 24 jma. Dengan demikian jumlah tetesan infus permenit untuk klien tersebut adalah =20,8 tetes/menit = 21 tetes/menit Faktor tetes atau jumlah tetes per milimeter, ditentukan oleh ukuran bukan pada peralatan infus. Faktor tetes yang lebih banyak dipergunakan adalah 15 tetes/ml, 20 tetes/ml, 60 tetes/ml. 



Pemeliharaan laju infus Banyak faktor yang mengubah laju arus infus intravena : 1. Ketinggian letak botol larutan infus dibanding posisi pasien 2. Tekanan darah pasien atau klien 3. Posisi pasien sendiri dapat mempengaruhi Pemeliharaan laju infus penting karena implikasinya yang berkaitan dengan keseimbangan cairan tubuh pasien. Arus infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan terjadinya deficit (kekurangan) karena masukkan tidak dapat mengimbangi pengeluaran, atau memperlambat pemulihan keseimbangan.







Perawatan selama pemasangan infus intravena 1. Perhatikan pasien selama prosedur dijalankan 2. Kecepatan tetesan harus diobsevasi dengan ketat untuk memastikan kecepatn jumlah cairan yang di infuskan. Tinggi kantong infus juga akan mempengaruhi tetesan karena gravitasi meningkatkan kecepatan aliran. 3. Daerah tusukan infus harus dipantau untuk memastikan tidak ada adanya tanda-tanda infeksi dan kanula harus tetap berada pada tempatnya dan tidak tersumbat 4. Kanula harus dibilas secara teratur, setiap selesai pemberian obat IV 5. Bagi pasien yang masih kekurangan cairan maka diharuskan untuk menggantikan cairan infus yang sudah kosong dengan cairan yang baru 6. Jika selang infus terjadi penyumbatan atau kerusakan maka harus segera diganti 7. Perhatikan keadaan penderita selama di pasang infus bila terjadi reaksi tersebut infus di hentikan dahulu dan laporkan pada dokter 8. Jangan sampai ada udara masuk ke dalam pembuluh darah 9. Bekerja selalu dan ingat dasr-dasar aseptik dan aterilitet 10. Catatlah macam cairan dan banyaknya tetesan per menit



11. Denyut nadi dan tensi darah harus dikontrol selama prosedur dijalankan.  



G. CARA MENGATASI MACET PADA INFUS Banyak faktor yang menyebabkan kemacetan pada infus : 



Dibutuhkan perbedaan tekanan untuk membuat infus tetap mengalir Jika ada masalah yang muncul karena sebab ini yang harus kita observasi adalah : 3. Posisi tangan atau aliran terbawah memang harus jauh lebih rendah dari tempat flabot infus yang digantung 4. Obsevasi standar infus 5. Jika darah ikut mengalir itu akan terjadi apabila ada perbedaan tekanan yang sudah tidak stabil. Atur posisi tangan pasien agar lebih rendah lagi. 6. Jika darah tidak ikut naik tetapi infus macet, observasi apakah pasien ada oedim (bengkak) atau tidak. 7. Semakinpekat cairan akan lebih sulit untuk turun misalnya, pemasangan transfusi darah atau albumin. Sehingga, tetesan lebih cepat sedikit daripada cairan biasanya (seperti RL atau NaCl).







Aliran terjadi bila tidak ada sumbatan, perhatikan hal berikut : 1. Perhatikan dari ujung flabot sampai lengan tertancapnya infus, pastikan tidak ada sumbatan 2. Sebelum infus set tertancap pada flabot, perhatikan dua lubang di infus set apakah sudah lancar atau tersumbat 3. jika selang tidak terjadi sumbatan tetapi masih macet, lihat aboketnya mungkin sumbatannya ada dalam aboket. Dengan cara injeksikan cairan (misalnya menggunakan aqua steril) bila aliran mengalir ke atas. 4. Lihat lengan pasien ada bengkak atau tidak, jika ada bengkak segera hentikan cairan infus agar tidak mempengaruhi keadaan pasien. 5. Evaluasi fiksasi atau penguncian infus, mungkin, plester atau fiksasi lainnya terlalu kuat sehingga menekan aliran infus, longgarkan fiksasinya agar tidak ada sumbatan.







Mensiasati infus macet yang lainnya adalah : 1. Segera ganti dengan cairan normal seperti NaCl sebelum dan setelah transfusi darah atau komponen darah lainnya. 2. Oplos obat-obatan injeksi tingkat kepekatan tinggi dengan cairan normal atau aquasterill. 3. Percepatlah aliran infus sesat setelah melakukan injeksi intravena untuk mengurai endapan-endapan obat-obatan tersebut. Setelah itu atur kembali kestabilan tekanan infus. 4. Jika infus macet, klem/atau kunci aliran infus, putar-putar atau pilin-pilin selang infus, pencet karetan penyambung infus, setelah itu buka kunci infus



lakukan los klem. Tujuannya agar tekanan aliran yang dihasilkan lebih tinggi. Dengan harapan bila ada sumbatan atau lekukan dapat teratasi dengan aliran tinggi tersebut.



BAB III



PENUTUP A. KESIMPULAN Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penderita disemua lingkungan perawatan dirumah sakit dan merupakan salah satu terapi utama. Sebanyak 60% pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan infus. Sistem terapi ini memungkinkan terapi berefek langsung, lebih cepat, lebih efektif. Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus - menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus, salah satunya adalah flebittis Mengganti balutan atau verban adalah suatu tindakan keperawatan untuk mengganti perban perawatan luka untuk mencegah infeksi dengan cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih. Pada prinsipnya dalam merawat luka atau menganti verban dibutuhkan sterilitas mengingat luka sangat rentan terhadap masuknya mikroorganisme dan adanya disintegritas jaringan. Dalam melakukan perawatan luka, dan yang digunakan bervariasi. Bahan ini disesuaikan dengan kondisi luka kotor, bersih, steril atau terinfeksi.



DAFTAR PUSTAKA Arifianti.2006.Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids) Kusyati, Eni. Dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur laboratorium. Jakarta. EGC. http://www.sehatgroup.webid/?p=20.admin.. Potter, Patricia A. Buku ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktik/praticia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahasa, Renata komalasari. Penerbit Jakarta : EGC, 2005 Wahit Iqbal Mubarak. Buku ajar Kebutuhan Dasar Manusia : teori & aplikasi dalam praktik. Penerbit, Jakarta : EGC Smith-Temple,jean, dkk.(2010). Buku saku prosedur klinis keperawatan edisi 5. Jakarta: EGC.



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN



CHECKLIST PERAWATAN INFUS Nama :........................................



No.Mhs :...........................................



Aspek yang dinilai Pengertian Perawatan infus merupakan tindakan yang dilakukan dengan mengganti balutan/plester pada area insersi infus. Frekuensi penggantian balutan ditentukan oleh kebijakan institusi. Dulu penggantian balutan dilakukan setiap hari, tapi saat ini telah dikurangi menjadi setiap 48 sampai 72 jam sekali, yakni bersamaan dengan penggantian daerah pemasangan IV (Gardner, 1996) Tujuan 



Mempertahankan tehnik steril







Mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah



 Pencegahan/meminimalkan timbulnya infeksi Persiapan Alat : 1. Kasa steril 2. Larutan atau salep yodium—povidin 3. Pinset 4. Kapas alkohol 5. Plester 6. Sarung tangan sekali pakai 7. Bengkok 8. Perlak kecil atau pengalas 9. Gunting Tahap Pre interaksi 1. Cuci tangan



Nilai 0



1



ket 2



2. Siapkan alat-alat Tahap orientasi 1. Memberi salam, panggil klien dengan panggillan yang disenangi 2. Memperkenalkan nama perawat 3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga 4. Kontrak waktu untuk melakukan tindakan Tahap kerja 1. Dekatkan alat-alat ke samping klien 2. Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman 3. Posisikan klien senyaman mungkin 4. Letakkan pengalas/perlak kecil di bawah tangan 5. Pakai sarung tangan sekali pakai 6. Lepaskan balutan trasparan searah dengan arah pertumbuhan rambut klien atau lepaskan plester dan kasa balutan yang lama selapis demi selapis. Untuk kedua balutan trasparan dan balutan kasa, biarkan plester memfiksasi jarum IV atau kateter tetap di tempat. 7. Hentikan infus jika terjadi flebitis, infiltrasi, bekuan, atau ada instruksi dokter untuk melepas 8. Apabila infus mengalir dengan baik, lepaskan plester yang memfiksasi jarum dan kateter. Stabilkan jarum dengan satu tangan 9. Gunakan pinset dan kasa untuk membersihkan dan mengangkat sisa plester 10. Bersihkan tempat insersi dengan gerakan memutar dari dalam kearah luar dengan menggunakan yodium—povidon. 11. Pasang plester untuk fiksasi 12. Oleskan salep atau yodium—povidon.di tempat insersi infus 13. Letakkan kasa kecil diatas salep/ yodium—povidon. 14. Tutup kasa dengan plester Tahap terminasi



1. Bereskan alat-alat yang telah digunakan 2. Lepas sarung tangan dan cuci tangan 3. Kaji kembali fungsi dan kepatenan infus 4. Kaji respon klien 5. Buat kontrak pertemuan selanjutnya



Tahap dokumentasi 1. Tulis tanggal dan waktu penggantian balutan 2. Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan



Keterangan : 0 : tidak dikerjakan 1: dikerjakan tapi tidak sempurna 2: dikerjakan dengan sempurna Penguji (.......................................)