Makalah Kelompok 9 Sipa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEJARAH INDONESIA PRAAKSARA “KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASA PERUNDAGIAN”



DOSEN PENGAMPU: Dr.Erniwati,SS,M,Hum Firza,M.Pd.



DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 : MYA SAFITRI (21046074) RAHMA DINDA UTAMI DS (21046077) SARIPA AINI (21046084)



FAKULTAS ILMU SOSIAL PRODI PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS NEGERI PADANG TP 2021/2022



1



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kehidupan Sosial Ekonomi Masa Bercocok Tanam” ini tepat pada waktunya. Sholawat beserta salam tak lupa kita panjatkan ke pada nabi kita yakninya Muhammad SAW,yang telat meninggalkan dua pusaka penting bagi kita yaitu alquran dan hadis yang menajdi pedoman bagi manusia didunia dan di akhirat nanti. Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah pendidikan kewaranegaraan.selain itu penulisan makalah ini bertujuan untuk menmbah wawasan kita dalam pengetahuan tentang kehidupam manusia prasejarah pada masa lampau . Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas. Penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.



2



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................. .......1 KATA PENGANTAR ........................................................................................... .......2 DAFTAR ISI ....................................................................................................... .......3 BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... .......4 LATAR BELAKANG ............................................................................................ .......4 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... .......4 TUJUAN MASALAH .......................................................................................... .......5 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... .......6 1.MANUSIA PENDUKUNG....................................................................................... 6 2.SISTEM TEKNOLOGI DAN PERALATAN SERTA PENYEBARANNYA…….6 BAB III PENUTUP ............................................................................................. .....8 KESIMPULAN ....................................................................................................... .....8 SARAN ............................................................................................................. ......8 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ .....8



3



BAB I PENDAHULUAN



Latar Belakang Masalah Periode perundagian dimulai pada zaman logam, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada masa perundingan (undagi = tukang) atau yang lebih dikenal dengan masa mengolah logam ini, manusia purba sudah mengenal bijih logam. Mereka sudah lebih berpengalaman sehingga dapat mengenali bijih-bijih logam yang dijumpai meleleh di permukaan tanah. Bijih logam yang ditemukan terutama berasal dari tembaga. Kemudian mereka membuat alat-alat yang diperlukan dari bahan bijih logam yang ditemukan. Pada masa ini juga telah terjadi pembauran antara manusia purba, ras mongoloid, dan ras austromelanesia. Kemampuan mengolah logam muncul setelah alat-alat dari batu tidak dapat diandalkan dan cepat mengalami kerusakan. Teknologi logam kuno yang berada di Indonesia juga dipengaruhi oleh Vietnam. Hasil teknologi ini dikenal dengan budaya Dong Son. Selain itu, Thailand juga merupaka negara asal teknologi logam kuno. Pengertian lain dari masa perundingan adalah tempat di mana orang-orang yang ahli dalam membuat barang-barang atau alat-alat dari logam. Masa perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasilhasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia juga masih menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu. Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki barang-barang dari logam. Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah mengadakan hubungan dengan luar.



Rumusan Masalah 1.Apa saja Manusia Pendukung Pada Masa Perundagian? 2.Bagaimana Sistem Teknologi dan Peralatan Serta Penyebarannya Pada Masa Perundagian?



4



Tujuan Masalah 1.Untuk Mengatahui Manusia Pendukung Pada Masa Perundagian 2.Untuk Mengetahui Sistem Teknologi dan Peralatan Serta Penyebarannya Pada Masa Perundagian



5



BAB II PEMBAHASAN



1.Manusia Pendukung Pada Masa Perundagian Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) merupakan rumpun Austronesia yang datang dan tinggaldi kepulauan Nusantara pada masa perpindahan yang kedua. Melayu Deutero atau Melayu Muda adalah istilah yang pernah digunakan untuk populasi yang diperkirakan datang pada "gelombang kedua" setelah "gelombang pertama" dari Melayu Proto. Populasi ini dikatakan datang pada Zaman Logam (kurang lebih 1500 SM). Suku bangsa di Indonesia yang termasuk dalam Melayu Muda adalah Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado, dll.Teori ini tidak lagi diakui penggunaannya, karena para arkeolog menyimpulkan bahwa tidak ada dasar arkeologis yang berarti yang menunjukkan adanya perbedaan antara Melayu Proto dan Melayu Deutero. Bangsa Deutro Melayu yang datang pada gelombang kedua akhirnya berbaur (berasimilasi) dengan bangsa Proto Melayu yang telah lebih dahulu datang dan mendiami wilayah kepulauan Nusantara. Bangsa Deutro Melayu masuk Indonesia diduga menempuh rute dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietanam, Semenanjung Malaysia, dan sampailah di Indonesia. Suku bangsa di Indonesia yang sampai saat ini masih keturunan bangsa Deutro Melayu adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis. Bangsa Melayu memiliki ciri-ciri Mongoloid lebih dominan, selain juga terdapat ciri Austromelanesoid. Bangsa Melayu sebagian besar mendiami wilayah Indonesia bagian barat dan bagian tengah. Sebaliknya, wilayah Indonesia bagian timur banyak didiami oleh manusia dengan ciri Austromelanesoid lebih dominan. Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan dengan Proto Melayu. Mereka sudah dapat membuat barang-barang dari perunggudan besi. Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalitikum, yaitu kebudayaan yang menghasilkan bangunan yang terbuat dari batu besar. Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum, misalnya, menhir (tugu batu), dolmen (meja batu), sarkofagus (keranda mayat), kubur batu, dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan Melayu Muda (Deutero Melayu) adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis. Sebelum kelompok bangsa Melayu memasuki Nusantara, sebenarnya telah ada kelompok-kelompok manusia yang lebih dahulu tinggal di wilayah tersebut. Mereka termasuk bangsa primitif dengan budayanya yang masih sangat sederhana. 2. Sistem Teknologi dan Peralatan Serta Penyebarannya Pada Masa Perundagian



6



Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, mendorong manusia untuk melakukan hal yang terbaik pada dirinya, diantaranya pengaturan tata air (irigasi). Perdagangan pun diperluas hingga antarpualu yang sebelumnya hanya antardaerah domestik. Dengan demikian, terjadilah sosialisasi antara manusia Indonesia dengan suku dan bangsabangsa lain yang perkembangan budayanya telah lebih maju, seperti kebudayaan India dan Cina. Melalui interaksi dengan orang India, masyarakat Indonesia mulai mengenal sistem kerajaan, yang kemudian melahirkan kerajaan Hindu-Buddha seperti kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram dan lain-lain. Kehidupan seperti ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang memerlukan alatalat pertanian dan perdagangan yang lebih baik dengan bahan-bahan dari logam. Hasil-hasil peninggalan kebudayaannya antara lain neraka perunggu, moko, kapak perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, dan perhiasan. 1. Neraka perunggu: berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turun hujan dan sebagai genderan perang; memiliki pola hias yang beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuhtumbuhan, ada pula yang tak bermotif; banyak ditemukan di Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Selayan, Papua. 2. Kapak perunggu: bentuknya beraneka ragam. Ada yang berbentuk pahat, jantung, atau tembilang; motifnya berpola topang mata atau geometris. 3. Bejana perunggu: bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai; ditemukan di Madura dan Sulawesi. 4. Arca perunggu: berbentuk orang sedang menari, menaiki kuda, atau memegang busur panah; ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, Palembang 5. Perhiasan dan manik-manik: ada yang terbuat dari perunggu, emas, dan besi; berbentuk gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul; banyak ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang; sedangkan manik-manik banyak ditemukan di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone; berfungsi sebagai bekal kubur; bentuknya ada yang silinder, bulat, segi enam, atau oval.



7



BAB III PENUTUP



Kesimpulan Kata perundagian diambil dari kata dasar undagi dari bahasa Bali. Undagi sendiri memiliki arti yaitu seseorang atau sekelompok atau golongan masyarakat yang memiliki kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu. Masa perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Masa perundagian identik dengan masa megalitik, yaitu tradisi kebudayaan “batu besar” yang muncul setelah tradisi bercocok tanam mulai meluas. Hasil kebudayaan megalitik adalah menhir, sarkofagus, dolmen dan punden berundak. Pengolahan batu besar ini disebabkan oleh semakin majunya teknologi masyarakat masa perundagian. Mereka sudah mengenal berbagai macam alat yang terbuat dari logam sehingga memudahkan mereka dalam beraktivitas dan kreasi seni mereka ekspresikan ke dalam bentuk-bentuk batu besar. SARAN Pembuatan makalah ini tak luput dari kesalahan maka dari itu diharapkan kepada pembaca jika menemukan kesalahan kata dalam pembuatan makalah, diharapkan memberikan saran yang membangun, agar kedepannya lebih baik



8



DAFTAR PUSTAKA



Lilis Nadrotul Uyyun. “Pemukiman Masa Perundagian di Situs Lebak Cibedug”. https://www.academia.edu/resource/work/24514681 Nurul Alimah. “Pengertian Masa Perundagian”. https://www.academia.edu/resource/work/40087338 Ginanjar Wibowo. “Kedatangan Proto Melayu dan Deutro Melayu di Indonesia”. https://www.academia.edu/resource/work/16107221 Vanya Angellista. “Migrasi Ras Proto Melayu dan Deutro Melayu”.Makalah



9