Makalah MMPI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MMPI (MINNESOTA MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikodiagnotik Non-Proyektif



Dosen: Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi.



Disusun oleh:



Disusun oleh : M Yoga Adi Putra (11160700000041) Jamitri Umar (11160700000062) M Raihan Khairi (11160700000124)



Kelas 6A / Tahun Angkatan 2016 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020



A. Sejarah dan Perkembangan Perkembangan awal MMPI (Mnnesota Multiphasic Personality Inventory) oleh McKinley pada 1940, tes ini menjadi inventori kepribadian klinis yang paling luas digunakan dengan lebih dari 10.000 referensi pelitian. Format tes MMPI pada tahun 1943 terdiri atas pernyataan alternatif yang dapat dijawab dengan “Benar” “Salah”. Jumlah itemnya kemudian ditambah menjadi 566 item. Kemudian standarisasi yang dilakukan pada tahun 1989 mempertahankan format dasar yang sama, tetapi mengubah dan menambahkan sejumlah item sehingga menjadikannya sebanyak 567 item. MMPI yang asli mempunyai 13 skala standar, tiga di antaranya berhubungan engan validitas dan 10 lainnya berhubungan dengan indeks-indeks klinis atau kepribadian. Isi untuk sebagian besar pertanyaan MMPi relatif jelasn dan kebanyakan menyangkut gejalarologis, gejala psikitris, psikologis, neurologis, atau fisik. Akan tetapi beberapa pertnyaannya secara psikologis kabur karena proses psikologis yang mendasari, secara simulatif tidak jelas. Pengembangan awal MMPI dimuali pada 1939 di University of Minnesota oleh Starke R. Hathaway dan J. Charnley McKinley. Mereka menginginkan sebuah instrumen yang dapat berfungsi sebagai alat bantu dalam mengases pasien-pasien dewasa selama pekerjaan osikiatri rutin dan yang dapat menentukan dengan kuat tingkat keparahan gangguan yang dialami. Selain itu, mereka juga tertarik untuk mengembangkan sebuah estimasi objektif tentang perubahan yang dihasilkan oleh psikoterapi atau variabelvariabel lain dalam kehidupan pasien. Pendekatan yang digunakan selama pengkonstruksian MMPI adalah empirical criterion keying. Mengacu pada pengembangan, pemilihan, dan penskoran beberapa item dalam skala berdasarkan kriteria acuan eksternal tertentu. Dengan menggunakan metode semacam ini, Hathaway dan McKinley memulai dengan pool item asli yang terdiri dari 1.000 pernyataan yang didapatkan dari berbagai macam sumber, termasuk skala-skala yang sebelumnya dikembangkan untuk sikap pribadi dan sosial, laporan klinis, riwayat kasus, manual wawancara psikiatrik, dan pengalaman klinis pribadi. Dari 1.000 pernyataan awal itu, banyak yang akhirnya dibuang atau dimodifikasi. Hasilnya adalah 504 pernyataan yang dianggap jelas, mudah dipahami, tidak ada duplikasi, dan pernyataan positif dan negatifnya seimbang. Langkah slanjutnya adalah menyeleksi kelompok pasian normal dan prikiatik kepada siapa ke-504 pernyataan itu adan diadministrasikan. Maka dihimpun sebanyak 724 subjek



penelitian yang terdiri dari pasian rumah sakit dan subjek-subjek normal. Mereka dibagi menjadi sub-kelompok yang tuap ketegori diagnosisi. Jika diagnosis diragukan atau memiliki gangguna ganda, maka subjek tersebut dikeluarkan dari studi. Sub-kelompok yang dihasilkan terdiri dari hipokondriasis, depresi, histeria, penyimpanan psikopatik, paranoia, psikastenia, skizofrenia, dan hipomania. Kemudian ke-504 item itu diberikan kepada para pasian normal maupun psikiatrik. Hathaway dan McCKinley dapat membandingkan respon repson mereka. Setiap item uang bdengan tepat membedakan kedua kelompok ini dimasukkan ke dalam skala klinis. Misalnya, item “Saya merasakan rasa sakit dan nyeri yang tidak jelas di perut saya” mungkin dijawab “Benar” oleh 20% hipokondriasis dan 2% orang normal. Dengan demikian, item itu dapat dimasukkan ke dalam skala klinis untuk hipokondriasis. Langsung selanjutnya adalah mengupayakan untuk melakukan validasi-silang terhdap skala skala dengan menyeleksi sebuah kelompok normal baru dan membandingkan respon-respon mereka dengan berbagai kelompok pasien klinis yang bebeda. Jadi, item dapat dikatakan akan valid untuk diagnosis di berbagai setting klinis yang aktual. Kemudian Hathaway dan McKinley mulai mengembangkan beberapa skala yang dapat mendeteksi tipe dari besaran test-taking attitude yang berbeda yang paling mungkin untuk memvalidasi skala-skala klinis lainnya. Empat skala itu adalah: Cannot Say (?), Lie (L), Infrequency (F), dan Correction (K). setelah dilakukan pengkoreksian dan penyeleksian, maka didapat bahwa jumlah relatif iem yang diberikan pada skala K digunakan sebagai faktor korelasi. Alasannya adalh jika sebagian skala rendah akibat sikap test-taking yang defensif, maka ukuran derajat kecendrungan defensif dapat ditambahkan ke dalam skala untuk mengompensasinya. Hasilnya adalah ukuran yang secara teoritis lebih akurat tentang perilaku klinis orang itu. Oleh sebab itu, klinisi mempunyai pilihan apakah mereka akan menggunakan kembar profil MMPI-2 dengan atau korelasi K, atau menggunakan MMPI-A yang sama sekali sudah menginggalkan korelasi K. Sejak MMPI yang orisinil dipublikasikan, banyak skala-skala khusus dan pendekatan yang dikembangkan. Salah satunya adalah subskala oleh Harris dan Longoes, Wiggins Content Scale. Di samping itu, banyak juga skala suplemeter yang dikembangkan, seperti Anxiety Scale, MacAndrew Scale untuk mengases potensi penyalhagunaan subtansi, dan Ego Strength Scale. Di samping itu, MMPi telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan di banyak konteks yang berbeda.



Banyak kritik yang ditujukan kepada MMPI ini. Kritik-kritik tersebut menghasilkan standarisasi ekstensif MMPI, yang dimulai pada 1982. Hasilnya dengan menetapkan enam tujuan di bawah ini: 1. membuang beberapa item yang sudah usang atau dapat disangkal. 2. Meneruskan skala-skala validitas dan klinis aslinya. 3. Mengembangkan sampel normatif yang luas dan represenatif. 4. Norma-norma yang merefleksikan masalah-masalah klinis dengan beanr-benar akurat dan menghasilkan klasifikasi persentil yang seragam. 5. Pengumpulan data klinis baru yang dapat digunakan dalam emngevaluasi beberapa item dan skala-skala. 6. Pengembangan skala-skala baru. Terlepas dari kesamaan antara MMPI dan MMPI-2, lima puluh delapan item dibuang dan dari skala-skala standar asliny, sebagian susunan kata itemya diubah, dan beberapa item baru yang relevan dengan objek remaja pun dimasukkan. Untuk menangkal pernyataan bahwa MMPI terlalu panjang, khsususnya bagi remaja, MMPI-A berisi 478 item, sehingga memperpendek awaktu administrasinya. MMPI-A juga dapat diperpendek lebih jauh lagi dengan hanya memberikan 350 item pertama, yang masih cukup untuk mendapatkan skala-skala validitas dan klinis standar. Jadi MMPI-A berhubungan erat dengan MMPI dan MMPI-2, tetapi juga mampunyai sejumlah fitur khas yang penting dari dirinya. B. Kelebihan dan Kekurangan Beberap isu ditujukan pada MMPI. Isu ini termasuk tingkat relabilitasnya yang sedang-sedang saja, panjang tes yang ekstensif, dan masalah-masalah yang terkait dengan pengonstruksian skala, seperti item yang tumpah tindih, interkorelasi yang tinggi di antara skala-skalanya, dan variabel-variabel multidimensional yang poorly defined. Beberapa kelebihan MMPI antara lain: 1. Studi-studi tipe kodenya yang ekstentif dan terus menerus. 2. Popularitas dan familiaritas MMPI di dibidangnya. Telah dilakukan berbagai penelitian dan pengembangan terbaru termasuk bentuk-bentuk singkat, skala-skala baru, dan penggunaan beberapa item kritis, versi remaja, dan sistem intepretasi terkomputerisasi. 3. Sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 50 bahasa dan tersedia di banyak negara.



Beberapa kekurangan MMPI antara lain: 1. Tidak memberikan banyak informasi yang terkait dengan poulasi normal. 2. Dalam interpretasinya, MMPI banyak mempertmbangkan variabel demografis seperti, umur, jenis kelamin, ras, tempat tnggal, intelgensi, pendidikan, dan status sosial ekonomi. 3. Dibutuhkan sofistikasi psikologis yang cukup tinggi di pihak klinis. C. Administrasi MMPI-2 dapat diadministrasikan pada orang yang berumur 16 tahun ke atas dengan tingkat kemampuan membaca kelas delapan (2 SMP). Seperti dikemukakan sebelumnya, dimungkinkan untuk mengadministrasikan MMPI-2 pada yang berumur antara 16 dan 18 tahun, tetapi norma0norma remaja perlu digunakan. Akan tetapi, opsi yang lebih baik untuk inidvidu yang berumur antara 14 dan 18 tahun adalah dengan meminta mereka mengerjakan MMPI-A. sering kali membantu untuk menambah instruksi-instruksi standar pada buklet MMPI-2 dan MMPI-A. secara khusus, examiner seharusnya menjelaskan kepada klien alasan pengetesan dan bagaimana hasilnya digunakan. Mungkin juga perlu dikemukakan bahwa tes itu dirancang untuk menentukan apakah seseorang menmpilkan dirinya sendiri dengancara yang positif, tetapi tidak realistis atau menunjukkan gangguannya secara berlebih-lebihan. Jadi, strategi yang terbaik adalah meminta examinee untuk sejujur dan sejelas mungkin. Terakhir, mungkin perlu diklarifikasi bahwa sebagian, atau bahkan banyak pertanyaan yang tampak agak tidak biasa. Mereka dikembangkan untuk mengases individu-individu dengan rentang gaya kepribadian dan presentasi permasalahan yang luas. Jika mereka tidak dapat diterapkan pada orang yang mengerjakan tes itu, hal ini mestinya ditunjukkan dengan menjawab benar atau salah. Waktu penyelesaian untuk semua orang yang mengerjakan tes seharusnya dicatat. MMPI-2 dan MMPI-A hanya mempunyai datu booklet form, meskipun tersedia dengan softcover atau hardcover , penyelesaian 370 item yang pertama pada MMPI-2 dan 350 item pertama pada MMPI-A memungkinkan untuk penskoran beberapa skala validitas dasar dan skala klinis standar; 197 item terakhir MMPI-2 dan 128 item terakhir MMPI-A digunakan untuk menskor skala-skala suplementer dan skala isi yang berbeda. Panjanganya MMPI yang kadang-kadang menjadi penghalang itu telah mendorong perkembangan banyak bentuk pendek. Akana tetapi, kebanyakan belum ditemukan cukup



reliable atau valid (Butcher& Hostetler, 1990; Butcher 7 Williams, 2000; J. Graham, 2000). Salah satu bentuk singkat yang dapat diterima adalam mengadministrasikan semua item yang diperlukan untuk menskor skala-skala validitas dasar dan skala-skala klinis standar saja (misalnya 370 item pertama MMPI-2 atau 350 item pertama MMPI-A). dua opsi lainnya adalah menggunakan ke-388 item MMPI-2 Restructured Form atau administrasi yang diadaptasi untuk computer (Forber & Ben- Porath, 2007). Setiap klinis memberikan kesempatan klien untuk mengerjakan MMPI dibawah pengawasan ( misalnya dirumah). Butcher dan Pope (1989) menekankan bahwal hal ini tidak direkomendasikan karena alasan-alasan dibawah ini : 



Kondisinya terlalu berbeda dengan yang digunakan untuk sampel-sampel normative dan semua perubahan signifikan dalam prosesnya bisa menubah hasilnya.







Klien bisa saja berkonsultasi dengan orang lain yang menetapkan jawabannya.







Klinis tidak bisa mengetahui kondisi apa saja yang mungkin mempengaruhi reliabilitas dan validitas.







Tidak ada jaminan bahwa klien akan benar-benar menyelesaikan protokolnya.



Jadi, administrasi apapun seharusnya mengikuti prosedur normative. Hal ini berarti memberikan intsruksi yang jelas dan konsiste, memastikan bahwa pengarahannya dipahami, memberikan pengawasan yang adekuat, dan memastikan bahwa setting-nya akan menibgkatkan konsentrasi dengan membatasi suara yang mengganggu dan kemudin intrupsi. Prosedur Interpretasi MMPI Terdapat delapan langkah yang direkomendasikan untuk menginterpretasikan profi-profil



MMPI-2/MMPI-A.



langkah-langkah



ini



seharusnya



diikuti



dengan



pengetahuan dan kesadaran yang tinggi tentang implikasi umur, budaya tingkat intelektual, pendidikan, tingkat fungsi maupun alasan, motivasi, dan konteks asesmen. Secara khusus, subbagian tentang implikasi penanganan didasarkan pada hasil kerja Butcher (1990), Friedman et al. (2000), dan Greene dan Clopton (1994). Kadang-kadang materi yang cukup mutakhir / meta-analisis yang relevan dikutip untuk memutakhirkan materi yang terkait dengan deskripsi skala atau untuk menyoroti bidang-bidang penelitian yang penting. Langkah 1. Waktu Penyelesaian



Examiner seharusnya mencatat lamanya aktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tes. Untuk orang yang sedikit terganggu, yang berumur 16 tahun atau lebih, dengan IQ rata-rata, dan pendidikan kelas delapan, waktu penyelesaian total untuk MMPI-2 seharusnya kira-kira 90 menit. Administrasi computer biasanya 15-30 menit lebih singkat (60-75 menit secara total). MMPI-A biasanya membutuhkan waktu 60 menit dan dengan computer biasanya 15 menit lebih singkat (45 menit secara total). Jika dibutuhkan waktu 2 jam atau lebih untuk MMPI-2 atau 1,5 jam untuk MMPI-A, kemungkinan dibawah ini harus dipertimbangkan : 



Gangguan psikologis berat, khususnya depresi atau psikosis fungsional berat.







Yidak mampu memutuskan







IQ dibawah rata-rata atau kemampuan membaca buruk akibat latar belakang pendidikan yang tidak adekuat.







Hendaya serebral.



Akan tetapi , jika examinee menyelesaikan dalam waktu kurang dari 60 menit, examiner seharusnya curiga bahwa profil itu tidak valid., ada kepribadian impulsive, atau keduanya. Catat semua penghapusan jawaban atau titik-titik yang dibuat dengan pensil diatas lembar jawaban. Hal ini mungkin mengindikasikan bahwa orang itu mengerjakan tesnya dengan serius dan mengurangi kemungkinan jawaban secara acak; penghapusan dalam jumlah banyak mungkin merefleksikan kecenderungan obsesif-kompulsif. Langkah 2. Menskor Jawaban Tesnya dan Membuat Plot Profilnya Selesaikan penskorannya dan buat plot profilnya. Petunjuk khusus untuk menabulasikan skor-skor kasar MMPI-2 dan mengonversikannya menjadi profil tersedia dalam lampiran D. kalau examiner ingin menskor dan membuat profil dar skala-skala isi, subskala Harris-Lingoes dan subskala Si, skala-skala suplementer yang paling sering digunakan, skala-skala klinis yang direstrukturisasi, atau lima skala psikopatologi kepribadian. Catat skor item-item kritisnya dan catat item-item mana yang menunjukkan trentren penting. Sering kali membantu jika sampai titik tertentu klinisi itu mereviem beberapa item tersebut bersama klien dan mendapatkan berbagai elaborasi. Secara khusus, sangat esensial untuk menentukan apakah orang itu memahami apa yang ditanyakan oleh item-nya. Selain itu kadang-kadang membantu jika kita memeriks lembar jawabannya dan mencatat pertanyaan-pertanyaanmana yang dilewati, kalau ada. Diskusi



dengan klien tentang menambah informasi tentang bagaimana ia berfungsi secara psikologis dan bidang-bidang apa yang menimbulkan konflik bagi dirinya. Langkah 3. Mengorganisasikan Skala-Skala dan Mengidentidikasi Tipe Kode Skor-skor dapat dirangkum dengan sekedar memperinci skor-skornya sesuai urutan kemunculannya di lembaran profil (VRIN, TRIN, L, Fb, Fp, L, K, S, 1, 2, 3, dan sebagainya)



dengan



skor-skor



T



dikana



skala-skala



ini.



Untuk



maksud



mengkomunikasikan skor-skor skala, skor T adalah yang seharusnya digunakan bukan skor kasar. Mengembangkan kode-kode rangkuman “code types” [tipe kode] memberikan motode cepat untuk mencatat hasil MMPI-2 / MMPI-A. tipe kode dapat ditentukan dengan sekedar melihat dua elevasi skala tertinggi. Sebagai contoh, dua skor tertinggi di dalam sebuah profil mungkin adalah 8 dan 7 yang menghasilkan tipe kode 87/78. Tipe kode 87/78 dapat dilihat di baia Two-Point Codes untuk mendapatkan berbagai deskripsi yang berhubungan dengan tipe kode tersebut. perlu dicatat bahwa Scale 5 (MasculinityFemininity) dan 0 (Social Introversion) bkan skala –skala strict klinis, jadi mereka d=tidak digunakan dalam menentukan tipe kode. Examiners perlu ingat bahwa hanya tipe-tipe kode yang didefinisikan dengan jelas yang dapat diinterpretasikan dengan aman. Sebuah tipe kode yang terdefinisi dengan baik adalah jika skala-skala didalamnya terelevasi diatas 65 dan skala-skala yang digunakan untuk menentukan tipe kodenya 5 pon skor T atau lebih diatas skala-skala tertinggi berikutnya. Profil-profil yang kurang teridefinisi dengan jelas seharusnya diinterpretasi dengan mencatat setia skala yang terelevasi dan setelah itu diintegrasikan makna-makna yang didapatkan dari descriptordeskriptor yang berbeda. Langkah 4. Menentukan Validitas Profil Ases validitas profil dengan mencatat pola skala-skala validitasnya. Ada sejumlah indicator yang menunjukkan profil-profil yang tidak valid, yang dideskripsikan di bagian berikutnya. Pola-pola dasarnya itu, yakni gaya defensive yang meminimalkan patologi (elevasi L, K, dan S pada MMPI-2 dan L pada MMPI-A), melebih-lebihkan patologi (elevasi F, Fb, Fp, FBS, pada MMPI-2 atau F, F1, atau F2 pada MMPI-1), atau pola respons yang tidak konsisten (elevasi VRIN atau TRIN). Disamping itu, klinisis seharusnya mempertimbangkan konteks asesmen untuk menentukan apakah gaya respons yang defensive, fake bad, atau tidak konsisten mendukung apa yang diketahui tentang



klien. Secara khusus, examiner seharusnya menentukan kemungkinan bahwa examinee secara potensial mendapatkan hasil tes dengan overrepoting atau underreporting psikopatologi. Langkah 5. Menentukan Tingkat Penyesuaian Secara Umum Catat jumlah skala di atas 65 dan elevasi relatif skala-skala tersebut. sejauh mana F terelevasi juga dapat menjadi indicator yang sempurna untuk tingkat patologi (dengan asumsi bahwa skala tidak terlalu tingi yang mengindikasikan profil yang tidak valid). Semakin banyak dan elevasi relative skala-skala ini, semakin besar kemungkinan individu untuk mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab dasarnya dan mengalami ketidaknyamanan sosial maupun pribadi. Langkah 6. Mendeskripsikan Gejala, Perilaku, dan Ciri-Ciri Kepribadian Langkah ini mempresentasikan proses inti dalam interpretasi. Meskipun skorskor T tidak diberikan untuk kebanyakan skala, mereka dimasukkan dalam subbagian tentang skala-skala validitas. T validitas dan kadang-kadang skor kasar dimasukkan karena ada penelitian ekstensif tentang skor cutoff yang optimal. Selama proses interpretasi, jangan sekedar mencatat makna masing-masing skala, tetapi juga memeriksa pola atau konfigurasu tes secara keseluruhan dan mencatat “puncak-puncak” dan “lembah-lembah” relatifnya. Perlu dicatat bahwa semua skala yang lebih dari 65 atau kurang dari 40 sangat penting bagi interpretasi secara keseluruhan. Profil – profil yang Clearly-Defined Tipe kode yang clearly defined ditunjukkan oleh elevasi yang tinggi dan skalaskala yang tunggal, yang terelevasi tanpa elevasi-elevasi skala “pesaing” (yang disebut spike profiles), atau kejelasan tipe-tipe kode yang skala-skalanya terelevasi dalam tipe kode tersebut yang tidak mempunyai skala-skala penting yang mendekati derajat elevasi skala-skala dalam kode tersebut. elevasi-elevasi yang well-defined menunjukkan validitas dekriptor relevan yang besar (McNully et al. 1998). Selain itu, mereka cenderung stabil dari waktu ke waktu (reliabilitas tesretes yang tinggi). Profil-profil yang Poorly-Defined Serring kali skala Harris-Lingoes, skala klinis yang direstruktur, dan skala suplementer dapat berguna dalam memahami makna elevasi dalan rentang T= 60-64. Jika profilnya poorly defined karena ada skala-skala lain yang “bersaing” dengan skala-skala dalam tipe kode itu, maka beberapa strategi perlu digunakan. Strategi yang paling aman



dan konservatif adalah menganggap sama terhadap deskriptor yang terjadi di semua skala terelevasi yang berbeda sebagai deskriptor yang paling valid (misalnya, kecemasan merupakan deskriptor yang sama dengan elevasi pada skala 1, 2, 7, dan 8, ini diperkuat jika 7 adalah skala yang terelevasi paling tinggi). Dengan elevasi-elevasi yang poorly defined , menjadi semakin penting untuk menggunakan skala isi, Harris-Lingoes, suplementer, dan klinis yang direstrukturisasi untuk lebih memahami sepenuhnya dan memperluas makna-makna elevasi skala klinis. Penggunan Skala-skala Isi Content scales (skala-skala isi) dapat digunakan untuk melengkapi, memperluas, menginformasi, dan memperhalus interpretasi yang dperoleh dari skala-skala validitas dasar dan klinis standar. Skala-skala isis untuk dewasa dibagi menjadi beberapa klaster gejala internal, kecenderungan agresif eksternal, pandangan terhadap diri negatif, dan bidang-bidang masalah secara umum. Serupa dengan itu, skala-skala remaja dibagi menjadi sekala yang memrefleksikan fungsi interpersonal, rekomendasi penanganan, dan kesulitan akademis. Subskala Harris-Lingoes dan Si Untuk memahami variable kepribadian dan klinis mana dari seseorang yang mungkin telah bertanggung jawab atas elavasi skala-skala klinis, klinis mungkin ingin menggunakan secara selektif subskala Harris Lingoes dan Social Introversion yang dirancang secara rasional. Skala-skala ini mengorganisasikan klaster-kalster item terkait isi



sedemikian



rupa



sehingga



dimensi-dimensi



skala



yang



berbeda



dapat



dideferensiasikan denga lebih jelas. Item-item Kritis Klinisi mungkin juga ingin mengevaluasi makna isis yang terkait dengan itemitem tertentu yang telah endorsed (didukung) klien dengan menginvestigasi item-item kritis. Skala-skala Suplementer (Termasuk Psychopathology Personality Five) Skala-skala suplementer yang didaptkan secara empiris juga digunakan untuk memperhalus makna skala-skala klinis maupun menambah informasi yang tidak termasuk dalam skala-skala klinis. Pedoman Interpretasi Spesifik yang Diorganisasikan Seputar Ranah-Ranah Suppression. Skala 5 (MF) dan 0(Si) kadang-kadang disebut sebagai skala-skala suppressor (penekan) karena, jika salah satu atau kedua-duanya terelevasi, mereka akan cenderung menekan , atau memperlunak.



Acting Out (impulsivity). Skala 4 (Pd) dan 9 (Ma) kadang-kadang disebut sebagai releaser (pelepas). Jika salah satu atau keduanya terelevasi, orang itu venerung menunjukkan berbagai kesulitan. Hipotesis ini semakin diperkuat jika 0 (Si) juga rendah. Internalizing Copy Style. Pada skala 4 (Pd), 6 (Pa), dan 9 (Ma) lebih rendah disbanding kombinasi skor 2 (D), 7 (Pt), dan 0(Si), inidvidu yang bersangkutan dapat dianggap mempunyai Internalizing Copy Style. Externalizing Copy Style. Berlawanan dengan sebelumnya, seseorang yang dikatakan memiliki Externalizing Copy Style jika skala 4 (Pd), 6 (Pa), dan 9 (Ma) lebih besar disbanding kombinasi skor 2 (D), 7 (Pt), dan 0(Si). Overcontrol (Repression). Kontrol yang berlebihan yang kaku terhadap impulsimpuls, khususnya permusushan yang ditunjukkan oleh elevasi pada 3 (Hy) dan skala suplementer O-H (Overcontroled Hostility) Anger (los of Control). Hilangnya kontrol kemarahan yang ditunjukkan oleh elevasi pada skala isi ANG (anger). Subjective Distress, pengecekkan umum pada derajat strees subjektif yang sedang dihadapi seseorang dapat ditentukan dengan mencatat sejauh mana skala 2 (D)dan 7 (Pt) terelevasi. Axienty. Elevasi pada skala 7 (Pt), khususnya jika 7 (Pt) yang lebih besar daripada 8 (Sc), menunjukkan kecemasan. Depression . skor tinggi pada 2 (D) yang berkombinasi dengan skor rendaah pada 9 (ma) sangat mengindikasi depresi. Mania. Skor tinggi pada 9 (Ma) yang berkombinasi dengan skor rendah pada 2(D) menunjukkan mania. Psychosis. Skor tinggi pada 8 (Sc) dan BIZ (Bizare Mentation), khususnya jika 8 (Sc), 10 poin lebih tinggi atau lebih disbanding 7 (Pt), menunjukkan psikosis. Confussion Disorientation. Elevasi diatas T=80 pada F, 8 (Sc) dan 7 (Pt) menunjukkan keadaan bingung dan disorientasi. Kebingungan juga dapat dilihat jika mean untuk kedelapan skala klinis (bukan skala 5 dan 0 dan bukan skala mutlak ) lebih besar dari T=70. Suspicion and Mstrust, jika 6 (Pa) terelevasi dengan tingka sedang sampai tinggi, dan terutama jika 6 adalah skala yang tertinggi, kecurigaan dan ketidakpercayaan diindikasi dengan kuat. Introversion. Introversi diindikasi oleh elevasi pada skala 0 (Si).



Obsessiveness. Obsesivitas diindikasi oleh elevasi pada 7 (Pt; khususnya jika ini poin yang tertinggi) dan elevasi pada skala isis OBS (Obsessivess). Cyinicism. Sinisme ditunjukkan oleh elevasi pada skala isis CYN (Cynisicm). Drug or Alcohol Problems. Elevasi pada skala 4 (Pd), 2 (D), dan 7 (Pt) konsisten dengan meskipun buka diagnostic untuk masalah-masalah terkait obat dan alkohol. Gaya hidup dan pola kepribadian yang konsisten. Kesadaranyang jelas dan diskusi terbuka tentang masalah-masalah obat dan alcohol di indikasikan oleh elevsi pada Alcohol Acknowledgement Scala (AAS). Quality and Style of Interpersonal Relations. Skala-skala yang paling berguna untu memahami pola-pola hubungan interpersonal termasuk : 



0 (Si, tingkat sosiabilitas, sikap malu-malu, penghindaran sosial, mengasingkan diri).







Social Discomfort Scale (SOD, ketidaknyamanan sosial)







1 (Hs, mengeluh, suka mengkritik, banyak menuntut, ekspresi permusushan secara tak langsung, pasif, sibuk dengan diri sendiri)







4 (Pd, menunjukkan kesan pertama yang baik, tetapi memanfaatkan orang lain demi kebutuhannya sendir, outgoing [bersifat sosial], banyak omong, energenik tetapi juga dangkal, dan superfisial, dan impulsive)







6 (Pa, moralistic, curiga, hipersensistif, penuh kebencian, sangat berhati-hat)







8 (Sc, terasing dari lingkungan soosial, siklusif, menarik diri, tidak dapat diakses, merasa keliru dipahami)







Marital Distress Scale (MDS, adanya konflik perkawinan)







Dominance (Do, asertif, dominan, mengambil inisiatif, percaya diri)



Langkah 7. Memberikan Impresi Diagnostik Meskipun MMPI orisinal dan MMPI-2/MMPI-A belum berhasil ntuk langsung menghasilkan diagnosis, mereka sering menyumbangkan informasi yang cukup banyak, yang relevan untuk formulasi diagnosis. Dibagian tipe-tipe kode, berbagai kemungkinan diagnosis DSM-IV-TR yang konsisten dengan masing-masing tipe kode yang telah dimasukkan. Langkah 8. Mengelaborasikan Implikasi dan Rekomendasi Penanganan Sering kali, salah satu pelayanan yang paling berharga yang dapat diberikan seorang praktisi adalah memprediksi kemungkinan klien untuk mendapatkan manfaat dari



intervensi. Hal ini biasanya berarti mengelaborasi kekuatan dan kelemahan seseorang, tingkat defensifnya, kemampuannya untuk membentuk hubungan penanganan, prediksi respons terhadap psikoterapi (catat terutama skala Es [ego streght] dan TRT), tendensi antisosial dan tingkat Insight. Hal ini mengharuskan klinisi memiliki pengethauan cukup luas mengenai hal ini, adapula Psychology Assessment in Treatment Planning Use of the MMPI-2 and BTPI dari Butcher dan Perry (2008), dan Use of Psychology Testing for Treatment Planning and Outcome Assessment dari Maruish (1999). D. Aspek Psikologis yang Diukur MMPI Adalah kependekan dari Minnesota Multiphasic Persinality Inventory suatu tes psikologi yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi psikopatologi pada seorang subyek. Tes ini terdiri dari 566 pernyataan yang perlu dijawab oleh subyek. Dari sini terlihat apakah pada subyek tersebut terdapat gangguan jiwa, psikopatologi ataukah dia termasuk orang normal yang tidak menderita gangguan jiwa. Popularitas MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya, terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh psikiater dan di bidang psikologi tidak kalah populer alat inventori ini dengan alat-alat tes lain. Jadi alat ini tidak selamanya digunakan untuk mendiagnosa gangguan klinis saja namun dapat melihat gambaran untuk kepribadian terutama dinamika psikologis yang terkait dengan aspek kesehatan jiwa secara umum. Yang diukur dalam tes ini adalah ciri-ciri kepribadian yang bersifat relatif menetap (personality Traits). Dengan demikian nilai prediktif dari tes ini cukup tinggi, karena fokusnya adalah ciri-ciri kepribadian, yang dalam jangka waktu yang lama tidak akan berubah banyak. Tes MMPI juga mengukur banyak bidang, seperti kesehatan umum, symptom-symptom afektif, neorologist dan motorik, sikap seksual, politis dan sosial, pendidikan, pekerjaan, keluarga, pernikahan, serta banyak perilaku neurotis atau psikotis yang dikenal. Dari serangkaian tes ini akan muncul kesimpulan tentang sepuluh kondisi jiwa si calon: hypochondriasis (keluhan fisik), depression, schizophrenic (mengalami halusinasi dan kekacauan proses pikir), paranoia (kecurigaan berlebihan), conversion hysteria (sakit jasmani karena pengaruh psikologis), psychopathic deviate (antisosial), masculinityfemininity (mengukur seberapa maskulin dan femininnya seseorang lewat kegiatan yang dilakukan), social introvert (kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain), psychasthenia (ketelitian), dan hypomania (reaksi ketika berhadapan dengan orang



banyak). Untuk menggambarkan aspek-aspek psikologis atau kepribadian, terdapat 10 skala klinis dengan daftar sebagai berikut : 1. Hs : Hipokondriasis ; menekankan pada keuletan fisik Adalah gangguan dimana seseorang disibukkan dengan rasa takut mengalami penyakit serius. Hypochondriasis terjadi paling sering diantara usia 20 dan 30 tahun dan tampak mempengaruhi kedua jenis kelamin secara seimbang. Beberapa orang dengan hypochondriasis juga mengalami depresi atau kegelisahan. Pada Hypochondriasis, perhatian orang tersebut mengenai penyakit serius seringkali didasarkan pada salah tafsir pada fungsi normal tubuh. Pemeriksaan dan penentraman hati kembali oleh dokter untuk menghilangkan perhatian mereka; orang dengan hypochondriasis cenderung untuk percaya bahwa dokter bagaimanapun juga telah gagal untuk menemukan penyakit yang mendasari. Gejala dan diagnosa Hypochondriasis diduga ketika orang yang sehat dengan gejala ringan diasyikkan dengan gejala-gejala yang spesifik dan tidak bereaksi untuk ditentramkan kembali hatinya setelah evaluasi seksama. Hubungan pribadi dan performa kerja seringkali menderita sebagaimana orang tersebut menjadi semakin terarah dengan isu kesehatan. Diagnosa pada Hypochondriasis dipastikan ketika keadaan berlangsung lama setidaknya 6 bulan dan gejala-gejala orang tersebut tidak dapat dihubungkan dengan depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya. 2.    D : Depresi ; tidak bahagia, tertekan Beck (1985) menyatakan bahwa individu yang mengalami depresi karena pada awal perkembangannya ia memperoleh skema kognitif dengan karakteristik berupa rendahnya penilaian terhadap diri sendiri dan tidak adanya keyakinan mengenai masa depannya. Depresi adalah suatu kelompok gangguan klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subyektif adanya penderitaan berat, simtom-simtom yang muncul seperti kesedihan, keputusasaan, perasaan tidak berharga dan perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain, gangguan makan, gangguan tidur, menarik diri, kehilangan konsentrasi, ide yang meloncat-loncat, tegang, kehilangan energi dan munculnya pikiran atau ide bunuh diri. Penelitian ini mengacu pada definisi dari teori Beck yang menyatakan



bahwa depresi menunjuk pada suasana mood yang depresif, konsep diri negatif, keinginan-keinginan regresif serta adanya perubahan-perubahan vegetatif dan perubahan pada tingkat aktivitas. Dalam depresi muncul dalam gejala-gejala seperti rasa sedih, tidak berdaya, murung, munculnya perasaan bersalah dan berdosa. Jika depresinya semakin berat maka akan timbul perasaan putus asa diikuti munculnya keinginan mati dan ide bunuh diri. 3.    Hy : Histeria ; menekankan pada keluahan fisik Awalnya dirancang untuk mengidentifikasikan pasien-pasien yang telah mengembangkan gangguan sensorik atau motortik berbasis psikogenik. Penanganan Mencari solusi yang sederhana, Antusiasme pada respon awal yang optimistis terhadap terapis, yang sebagian berdasarkan kebutuhan kuat untuk disukai, memberikan saran langsung yang difokuskan pada tujuan jangka pendek dimana seringkali efektif dalam menciptakan perubahan. 4.    Pd : Psikopatic Device ; kurang patuh pada sosial Mengakses tingkat ppenyesuaian seseorang secara umum. Pertanyaanpertanyaannya berhubungan dengan bidang-bidang seperti derajat pengasingan diri dari keluarga, kedap sosial, masalah dengan sekolah dan figur otoritas, dan pengasingan diri terhadap masyarakat. Salah satu dasar pemikiran untuk mengembangkan skala ini adalah mereka yang mendapat skor tinggi mungkin tidak terlibat dalam perbuatan yang bermasalah pada saat tes. Penanganan Tujuan jangka pendek yang difokuskan pada mendokumentasi perubahan perilaku yang jelas akan disebutkan, serta motivasi eksternal untuk terapi mungkin akan meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan menjalani penanganan sampai selesai. 5.    Mf : Masculinity Feminity ; orientasi feminitas dan maskulinitas Dimensi ini terkait dengan pembagian peran antar gender dalam masyarakat. Maskulinitas mengindikasikan kecenderungan suatu masyarakat untuk menunjukkan kebanggaan personal melalui prestasi, ketegasan, heroisme, kesuksesan finansial dan material. Di sisi lain, femininitas mengindikasikan kecenderungan



suatu



masyarakat



terhadap



hubungan



kekeluargaan,



kesederhanaan, kepedulian terhadap yang lemah, dan kesetaraan hidup serta pelestarian lingkungan. 6.    Pa : Paranoia ; curiga Istilah paranoia berasal dari dua kata Yunani yang terpisah, para yang berarti di luar, dan nous yang bermakna pikiran. Gabungan kedua kata ini pada awalnya berarti, gila-di luar pemikiran yang wajar dan rasional. Sekarang istilah paranoia merujuk kepada ketakutan tak berdasar dan tak rasional. Dalam kadar yang rendah, gangguan paranoia biasanya berwujud kecurigaan yang berlebihan. Penderita paranoia yang ringan masih bisa bekerja dan berkeluarga namun pada umumnya lingkup kehidupannya terbatas. Ia sukar mempercayai orang yang berada di luar lingkar kepercayaannya. Ia senantiasa bertanya-tanya apakah yang sesungguhnya terkandung di balik perkataan atau perbuatan orang. Di dalam kadar yang tinggi, penderita paranoia mengembangkan dan hidup dalam delusi-pemikiran tidak rasional dan jauh dari realitas-yang berisikan ketakutan. Pada umumnya ketakutan penderita paranoia bertema ancamanseseorang



atau



sekelompok



orang



tengah



merancang



rencana



untuk



mencelakakannya. Biasanya penderita paranoia dapat membingkai cerita yang mendetail tentang bagaimanakah caranya orang atau kelompok ini berusaha mencelakakannya. Agar ia terselamatkan dari rancangan "jahat" itu, maka ia pun menciptakan sebuah rencana balasan untuk menyingkapkan rancangan jahat itu dan menyelamatkan dirinya dari kejaran "orang jahat" itu. Penanganan Gangguan ini dapat diobati namun sukar disembuhkan. Dengan bantuan obat maka delusi ketakutannya dapat ditekan namun ketakutan dan kecurigaan bisa muncul kembali sewaktu-waktu. 7.    Pt : Psychesthenia ; khawatir, cemas Psychasthenia adalah gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal. Gejala penyakit ini terdiri dari : a. Phobia, phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan ketakutan, penderita tidak tahu mengapa takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang, sehingga



ia semakin merasa cemas. Diantara phobia yang terkenal ialah takut berada di tempat yang tertutup, tinggi, luas, ditengah orang ramai, melihat darah, binatang kecil, kotoran dan sebagainya. b. Obsesi, yaitu gejala gangguan jiwa, dimana penderita dikuasai oleh suatu pikiran yang tidak bisa dihindarinya. Misalnya seorang gadis yang merasa bahwa ia akan sengsara saja. Apabila ia sedang menimba air maka ia merasa akan jatuh ke dalam sumur. Ia merasa pula bahwa hidupnya selalu diliputi kesusahan. Dalam penelitian terbukti bahwa si gadis tersebut adalah anak yang sangat dimanja, akan tetapi terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya. Kegagalan dalam penyesuaian diri akibat perpisahan itu, menyebabkan ia merasa sangat kecewa dan selalu menyalahkan nasibnya. c. Kompulsif, kompulsif adalah gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan sesuatu, baik masuk akal ataupun tindakan itu tidak dilakukannya, maka penderita akan merasa gelisah dan cemas, kegelisahan atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu dilakukan, gejalanya banyak seper 8.    Sc : Schyzophrenia ; menarik diri, penilaian aneh Schizoprenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial. Schizophrenia lebih sering terjadi daripada penyakit Alzheimer, penyakit gula, atau multiple sklerosis. Beberapa ciri-ciri kekacauan merupakan bagian dari gejala Schizophrenia. Kekacauan yang menyerupai Schizophrenia, tetapi dengan gejala yang ada kurang dari 6 bulan, hal ini disebut Schizophreniform. Secara umum, gejala terbagi dalam tiga kelompok utama; khayalan dan halusinasi; pikiran yang kacau dan tabiat yang aneh; dan dengan gejala yang minim dan negatif. Khayalan adalah kepercayaan palsu yang biasanya meliputi salah tafsir persepsi atau pengalaman. Misalnya, penderita Schizophrenia mungkin mengalami khayalan, percaya bahwa mereka sedang disiksa, diikuti, diperdayakan,



atau



dimata-matai.Mereka



mungkin



mempunyai



referensi



khayalan, percaya bahwa bagian dari buku, koran, atau syair lagu ditujukan secara khusus untuk mereka. 9.    Ma : Hipomania ; impulsive, cepat terangsang



Penderita kelainan bipolar yang mengalami perpindahan suasana di antara depresi berat dan “tinggi” dikenal sebagai mania atau lebih rendah yang dikenal sebagai hypomania. Gejala-gejala yang tinggi termasuk merasa terganggu, suasana hati yang meningkat disertai dengan turunnya kebutuhan untuk tidur, menyerocos dan tingkah laku kasar yang dipicu oleh pertimbangan yang buruk sehingga mengakibatkan konsekuensi yang menyakitkan bagi mereka sendiri atau orang-orang yang dikasihinya. 10. Si : Social Intervension ; introvert, pemalu Skala ini dikembangkan dari respon pada pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kontinum introversi-ektroversi. Skala ini divalidasi berdasarkan sejauh mana partisipasi seseorang dalam kegiatan sosial. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa responden pemalu, mempunyai ketrampilan sosial yang terbatas, merasa tidak nyaman dalam interaksi sosial, dan menarik diri dari banyak situasi interpersonal. E. Skala-skala Validitas MMPI adalah salah satu tes pertama yang mengembangkan skala-skala untuk mendeteki apakah responden menjawab dengan cara yang akan membuat hasil-hasilnya secara keseluruhan tidak valid. Tradisi ini dilanjutkan dan diperluas dalam MMPI-2 dan MMPI-A. Meta-analisis terhadap studi-studi tentang skala-skala validitas secara umum menunjukan bahwa mereka mampu mendeteksi kepura-puraan secara efektif. Strategi yang paling efektif barangkali adalah kemampuan skala F untuk mendeteksi overreporting patologi (R. Baer,Kroll, Rinaldo, &Ballenger,1999; Bagby, Buis, & Nicholson,1995; Iverson, Franzen & Hammond,1995; G. Meyer & G.Meyer & Archer,2001). Skala K, meskipun masih berguna, sedikit kurang efektif dalam mendeteksi underreporting (R.Baer, Wetter, &Berry 1992; Putzke, Williams, Daniel,& Boll,1999). Akan tetapi, menambah skala-skala validitas suplementer (skala Social Desirability, skala Superlative) pada skala L dan K dapat berfungsi untuk meningkatkan deteksi underreproting (Bagby, Rogers, Nicholson, et al., 1997). 1. “Skala”? (Cannot Say; Cs) Skala? (disingkat? Atau Cs) bukan benar-benar sebuah skala formal tetapi sekedar mempresentasikan jumlah item yang dibiarkan tak terjawab pada lembar



profil. MMPI-2 bukan tidak memasukan kolom untuk memprofilkan skala? (Cs) tetapi sekedar menyediakan sebuah bagian untuk memasukan jumlah total pertanyaan yang tak dijawab. Jika 30 item atau lebih dibiarkan tak terjawab, protokol itu kemungkinana besar tidak valid dan tidak ada interpretasi lebih jauh yang perlu diupayakan. Hal ini semata-mata karena jumlah item yang telah direspons tidak cukup, yang berarti informasi yang tersedia untuk menskor skala kurang. Jadi hasilnya kurang dpat dipercaya. Jumlah? Yang Tinggi (30 atau lebih) 



Kesulitan dalam membaca, retradasi mental, tidak mampu memutuskan, kebingungan, atau defensif ekstrem







Sikap hati-hati yang berlebihan







Persepsi bahwa beberapa item yang tidak dijawab itu adalah beberapa item yang tidak relevan



VRIN (Variable Response Inconsistency Scale) VRIN terdiri atas pasangan-pasangan pertanyaan terpilih yang diharapkan untuk dijawab secara konsisten. Jika orang itu mendektai tes dengan cara yang valid. Setiap pasangan item memiliki isi yang mirip atau berlawanan. Diharapkan bahwa beberapa item yang mirip akan dijawab dengan arah yang sama.jika seseorang menjawab ke arah yang berlawanan, maka hal itu menunjukkan respon yang tidak konsisten, dan oleh karenanya diberi skor kasar 1 pada skala VRIN Pasangan-pasangan item dengan isis-isi yang berlawanan diharapkan untuk dijawab



dengan



arah



yang



berlawanan.



Jika



sebaliknya,maka



ini



merepresentasikan cara merespons yang tidak konsisten, kemudian akan diberikan skor 1 pada skala VRIN VRIN yang tinggi (MMPI-2 T = 80; MMPI-A T = 80) atau sedang (MMPI-2 T = 70-79 MMPI-A T=70-74) TRIN Sebuah jawaban benar pada kedua item yang dipasangkan menunjukkan inkonsistensi dan oleh sebab itu akan diskor sebagai 2 poin skor kasar. Jawaban salah juga menunjukkan inkonsistensi, tetapi akan diskor sebagai minus 1 poin. Sangat Tinggi (MMPI-2 T=80; MMPI-A T=80) atau sedang (MMPI-2 T=7079; MMPI-A T=70-74) 2. Skala F (Infrequency)



Skala F mengukur sejauh mana seseorang menjawab dengan cara yang atipikal dan menyimpang. Item-item skala F MMPI dan MPPI-2 diseleksi berdasarkan dukungan oleh kurang dari 10% populasi. Jadi, dari segi definisi statistik, mereka merefleksikan cara berpikir yang non-konvensional. Skor yang tinggi pada F (mendektai T=100; fake bad cutoff untuk pasien rawatinap T=100, cutoff untuk pasien rawat jalan T=90, cutoff untuk setting nonklinis T=80 cutoff untuk MMPIA = 79) 



Profil yang tidak valid







F yang ekstrim tinggi (lebih dari 100) mungkin merefleksikan psikopatologi, kemungkinan halusinasi, delusi referensi, judgement yang buruk, disorientasi,kegelisahan,ketidakpuasan dan atau penarikan diri ekstrem



Skor Sedang (Mendekati T=70-90) 



Sedang membutuhkan bantuan







Pikiran yang tidak konvensional dan tidak biasa







Sedikit relevasi (T=65 smapi 75) dan orang tidak tampak patologis, ia mungkin punya keingintahuan yang tinggi, kompleks, sophisticated, oposisi, moody.



Skor yang Rendah pada F 



Klien mempersepsi dunia seperti kebanyakan orang







Kemungkinan



peningkatan



atas



gangguan



jika



riwayat



klien



mengindikasikan adanya psikopatologi (“Faking good”) 3. Skala Fb (Fback) (MMPI-2); F1 dan F2 (MMPI-A) Keempat puluh item Fb MMPI-2 dirancang untuk mengidentifikasi cara merespons “fake-bad” (pura-pura sakit) untuk 197 item terakhirnya. Hal ini mungkin penting karena skala F tradisional didapatkan dari beberapa item yang diperoleh dari apa yang sekarang merupakan 370 pertanyaan pertama pada MMPI-2. Tanpa skala Fb, tidak akan ada pengecekan pada validitas beberapa item selanjutnya.



Fb yang tinggi (dan F1 dan F2; T = 90 untuk setting nonklinis dan 110 untuk setting klinis) 



Kemungkinan membesar-besarkan psikopatologi (lihat pertimbanganpertimbangan dibawah “skala-skala F”)



4. Skala Fp ( Infrequency- Psychopathology) Oleh karena skala F biasanya terelevasi pada pasien-pasien psikiatrik, seringkali sulit untuk membedakan antara para penyandang psikopatologi sejati dengan mereka yang memiliki sedikit patologi, tetapi berpura-pura sakit. Hal ini terutama terjadi jika psikopatologinya cukup berat. Fp Tinggi (T=94 untuk laki-laki dan T=97 untuk perempuan) 



Pura-pura mempunyai psikopatologi di kalangan pasien-pasien psikiatrik.



5. Fake Bad Scale (FBS) Fake Bad Scale (FBS) dikembangkan dengan harapan bahwa skala ini akan dapat mendeteksi pihak yang mengajukan tuntutan cedera pribadi yang membesar-besarkan masalahnya (Less-Haley, English & Glenn,1991). FBS tinggi (indikatif secara moderat jika skor kasarnya = 22, mengindikasikan dengan lebih kuat jika skor kasarnya = 28) 



Pura-pura sakit/malingering. Skor kasar sebesar 28 atau lebih mengurangi kemungkinan false positive



6. Skala L (Lie) Skala Lie (kebohongan) terdiri atas 15 item yang mengindikasikan sejauh mana seorang klien berusaha mendeskripsikan dirinya dengan cara positif yang tidak realistis. Jadi, mereka yang mendapat skor tinggi mendeskripsikan dirinya secara terlalu besar perfeksionistik dan idealis. Skor tinggi pada skala L (T = 65) sedangkan skor rendah pada skala L (T = 35-45). Skor tinggi pada L (T=65) 



Orang itu mendeskripsikan dirinya dengan cara yang terlalu positif dengan sengaja berbohong untuk itu







Orang itu mendeskripsikan dirinya dengan cara yang terlalu positif akibat pandangan yang tidak realistis terhadap dirinya







Insight yang buruk akibat pengingkaran atas kekurangannya







Toleransi yang rendah terhadap stress







Calon yang buruk untuk psikoterapi







Skor yang ekstrem tinggi menunjukkan bahwa orang itu ruminatif 9suka merenung), ekstrem rigid (kaku), dan akan mengalami kesulitan dalam hubungan.







Skor ekstrem yang tinggi mungkin akibat kebohongan yang didasari oleh kepribadian antisosial



Skor yang rendah pada L (T = 35-45) 



Terus terang dan terbuka tentang respons-respons terhadap berbagai item







Mampu mengakui kekurangan kecil di dalam dirinya, mungkin juga pandai berbicara, santai, dominan secara sosial, dan mandiri







Mungkin sedikit sarkastik dan sinis



7. Skala K (Correction) Skala K dirancang untuk mendeteksi klien-klien yang terlalu positif dalam mendeskripsikan dirinya. Jadi, skala ini mempunyai kesamaan dengan skala L. Akan tetapi, skala K lebih subtil dan efektif. Individu dengan skor sedang sering kali mempunyai kekuatan ego yang baik, pertahanan emosional yang efektif, kontak yang baik dengan realitas, dan keterampilan coping yang sangat baik. Skor tinggi pada K ( T = 65 atau 70) 



Orang itu berusaha mendeskripsikan dirinya dengan terlalu positif, mengingkari kesulitan yang dihadapi







Mungkin menjawab salah satu semua item







Jika profil dianggap valid, orang menampilkan citra terkontrol dan berfungsi efektif, tetapi mereka akan mengambaikan kelemahan yang mungkin mereka miliki







Cenderung mempunyai insight yang buruk dan menolak evaluasi psikologis, mendapatkan manfaat yang terbatas dari psikoterapi







Tidak toleran terhadap nonkonfromitas orang lain, mungkin mempersepsi nonkonformis sebagai orang yang lemah







Menggunakan pengingkaran, insight yang buruk, tidak menyadari kesan yang diciptakannya di mata orang lain







Pemalu, mengekang diri, tingkat interaksi sosial rendah



Skor sedang pada K (T= 56-64) 



Tingkat defensif sedang







Kualitas-kualitas



positif



potensial;



independen,



mandiri,



mengekspresikan diri dengan pas, mempunyai kekuatan ego yang baik, kemampuan verbal dan keterampilan sosial yang baik 



Mungkin mengakui beberapa kesulitan yang ‘secara sosial bisa diterima” kecuali meminimalkan konflik-konflik penting lainnya.







Tidak cenderung minta bantuan







Skor sedang pada remaja merupakan kontra-indikasi acting out (memainkan peran)



Skor rendah pada skala K 



Profil fake bad, melebih-lebihkan patologi







Pada profil yang valid, klien mungkin mengalami disorientasi dan kebingungan, sangat kritis terhadap diri, sinis, skeptis, tidak puas dan mempunyai pertahanan yang tidak adekuat







Konsep diri yang buruk, tingkat insight rendah







Skor rendah pada remaja bukan tidak lazim dan mungkin merefleksikan tingkat keterbukaan yang lebih besar dan sensitivitas terhadap permasalahannya, konsisten dengan asesmen diri kritis yang terus menerus terkait pementukan perasaan identitas diri yang jelas.



8. Skala S (Superlative) Oleh karena efektivitas skala K dan L ditemukan hanya sedang-sedang saja dalam membedakan orang yang pura-pura baik-baik, skala S dikembangkan dengan harapan bahwa skala bisa mengidentifikasi dengan lebih akurat orang yang berusaha tampak selalu baik (Butcher & Han, 1995).  Kelima puluh item skala S dikembangkan dengan mencatat perbedaanperbedaan dalam endorsment (dukungan) terhadpa item antara orang dalam situasi pekeraan yang cenderung menampilkan dirinya secara ekstrem positif. skala ini tampaknya tidak efektif dalam mendiskriminasikan antara nonpasien yang diminta menampilkan dirinya secara ekstrem positif dan orang yang diminta untuk merespon secara jujur. (R. Baer,Wetter,Nichols,et al.,1995).



DAFTAR PUSTAKA Groth, Gary & Marnat. 2009. Handbook of Psychology Assesment. Yogyakarta: Pustaka Pelaajar.