Makalah MTBS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)



Dosen Pengampu: Ns. Sri Wahyuni Adriani, M.Kep., Sp.Kep.Kom. Disusun Oleh: Ayu Arum Sari H



(1511011054)



Derma Yahya W



(1511011055)



Faizal Habib



(1511011057)



Yoga Madani



(1511011058)



M Shulhan Azzuhri



(1511011064)



Dina Auliyana



(15110110 67)



Argo One P



(1511011069)



Enggar Ayu P



(1511011073)



M Mahirul Fikri



(1511011074)



Safira Bibi



(1511011077)



Nada Azhar P



(1511011083)



Darmila



(1511011087)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2018



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah yang berjudul "Manajemen Terpadu Balita Sakit". Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusuan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.



Ns. Sri Wahyuni Andriani., S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. Kom. selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Komunitas I yang memberikan tugas makalah ini.



2.



Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas kuliah ini.



Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.



Jember, April 2018



Penulis



1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3 A. Latar Belakang ................................................................................. 3 B. Tujuan............................................................................................... 4 BAB II TINJUAN TUTORIAL ....................................................................... 5 A. Definisi MTBS ........................ ........................................................ 5 B. Sejarah MTBS .................................................................................. 5 C. Tujuan MTBS .................................................................................. 6 D. Sasaran MTBS .......... ...................................................................... 7 E. Pelaksanaan MTBS di Puskesmas .................................................. 8 F. Penilaian Tanda dan Gejala ............................................................. 9 G. Penentuan Tindakan dan Pengobatan ............................................ 13 H. Tenaga Kesehatan Yang melaksanakan MTBS ............................. 16 I.



Cakupan Pelayanan Kesehatan MTBS ........................................... 16



J.



Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan MTBS ......................... 17



K. Cara Penatalaksanaan Balita Sakit Dengan ................................... 22 BAB III PENUTUP ......................................................................................... 49 A. Kesimpulan..................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 51



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahunnya lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan oleh lima kondisi yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Sering kali dikombinasi dari beberapa penyakit lain. (Soenarto, 2009). Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam ketrampilan petugas kesehatan, sistim kesehatan, dan praktek di keluarga dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari faktor –faktor tersebut untuk memperbaiki kesehatan anak sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan. Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi, memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain, dan memperbaiki dukungan psikososial. Berdasarkan alasan tersebut, munculah program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) (Soenarto, 2009). Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti puskesmas (Prasetyawati, 2012). WHO tahun 2005 telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan Negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita bila dilaksanakan dengan lengkap dan baik. Karena pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian pada balita di dunia, termasuk diare. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan). (Mu’is, dkk, 2015).



3



B. Tujuan 1. Mengidentifikasi definisi dari MTBS. 2. Mengidentifikasi sejarah dari MTBS. 3. Mengidentifikasi tujuan dari MTBS. 4. Mengidentifikasi sasaran MTBS. 5. Mengidentifikasi pelaksanaan MTBS di Puskesmas. 6. Mengidentifikasi penilaian dan tanda gejala penyakit berdasarkan MTBS. 7. Mengidentifikasi penentuan tindakan dan pengobatan berdasarkan MTBS. 8. Mengidentifikasi tenaga kesehatan yang melaksanakan MTBS. 9. Mengidentifikasi cakupan pelayanan kesehatan MTBS. 10. Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi pelaksanaan MTBS. 11. Mengidentifikasi cara penatalaksanaan balita sakit dengan pendekatan MTBS.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi MTBS merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi dan pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan. Tujuan utama tatalaksana ini untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Kemenkes RI, 2014). Dalam menangani balita sakit, tenaga kesehatan (perawat,bidan/desa) yang berada di pelayanan dasar dilatih untuk menerapkan pendekatan MTBS secara aktif dan terstruktur, meliputi : 1. Melakukan penilaian adanya tanda-tanda atau gejala penyakit dengan cara tanya, lihat,dengar,raba, 2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan serta pengobatan anak, 3. Memberikan konseling dan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang.



B. Sejarah MTBS Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996.Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS WHO.Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada bulan November 1997 dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI. Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap, belum



5



adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut. MTBS bukan program kesehatan, tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang. Ada 3 komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu: 1. Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan) 2. Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif 3. Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat”). Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen harus sama besar.



C. Tujuan MTBS 1. Menurunkan angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita. 2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak. Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4



6



%), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %). Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut



D.



Sasaran Manajemen Tepadu Balita Sakit (MTBS) Adapun sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua



kelompok sasaran, yaitu yaitu kelompok usia 1 hari- 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan- 5 tahun (Vera, 2015 ; Depkes RI, 2008) . Pada dasarnya MTBS juga dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) digunakan pada bayi umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi dini. Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu untuk melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda. Berikut adalah urutan penilaian tata laksana bayi muda: a. Memeriksa kemungkinan kejang b. Memeriksa gangguan napas c. Memeriksa hipotermi d. Memeriksa kemungkinan infeksi bakteri



7



e. Memeriksa ikterus f. Memeriksa gangguan saluran cerna g. Apakah bayi diare h. Memeriksa kemungkinan BB rendah dan masalah pemberian ASI 2. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) MTBS digunakan pada anak dengan usia 2 bulan- 5 tahun.



E. Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Hal-hal yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam menangani balita sakit sesuai dengan Protap MTBS, meliputi : 1.



Melakukan Anamnesa Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.



2.



Pemeriksaan a. Untuk bayi umur 1 hari- 2 bulan Mengajari Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : Pemeriksaan kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus, gangguan pencernaan, BB dan status imunisasi b. Untuk bayi 2 bulan- 5 tahun Pemeriksaan yang dilakukan adalah : keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, pemeriksaan telinga, diare, status gizi, anemia, imunisasi dan vitamin A, dan keluhan lain. c. Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan/ konseling pada ibu dan konsultasi dokter. ( Depkes RI, 2008).



3.



Pengobatan untuk balita sakit yang mendapatkan terapi rawat jalan, maka petugas kesehatan dapat mengajari ibu cara pememberian obat oral dirumah, obat-obat yang diberikan sesuai dengan diagnosa pasien seperti (antibiotik oral, antimalaria oral, parasetamol, vitamin A, zat besi, dan



8



obat cacingan). Sedangkan anak dengan tanda bahaya umum mempunyai masalah serius perlu dirujuk segera. (Yulia Astuti, 2014) Bagan Tatalaksana Kasus dengan MTBS



1 Menentukan perlunya rujukan segera Balita sakit dg Tanda



Ya, Dirujuk



2 Menentukan tindakan dan pengobatan pra rujukan



bahaya umum



Balita sakit tanpa tanda bahaya umum



TIDAK DIRUJUK 44 Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak memerlukan rujukan segera



F. Penilaian Tanda Dan Gejala Pada penilaian tanda dan gejala, yang dinilai adalah ada atau tidaknya tanda bahaya umum. 1. Penilaian pertama, Keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam, stridor, nafas cepat. 2. Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum, adanya darah dalam tinja.



9



3 Merujuk



3. Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku kuduk, dan adanya infeksi local seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada mulut, mata bernanah, adanya tanda pre syock seperti nadi lemah ekstremitas dingin muntah darah, berak hitam, perdarahan hidung, nyeri ulu hati, dan lain-lain. 4. Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya pembengkakan, dan lain-lain. 5. Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi dibawah garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur. Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan : 1. Klasifikasi Pneumonia a. Pneumonia berat, apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam, adanya stridor. b. Pneumonia, apabila ditemukan tanda frekuensi nafasyang sangat cepat. c. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan batuk. 2. Klasifikasi Dehidrasi a. Dehidrasi berat, apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, turgor jelek sekali. b. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, turgor jelek. c. Diare tampa dehidrasi, apabila tidak cukup adanya tanda dehidrasi. 3. Klasifikasi Diare Persisten a. Diare persisiten berat, diare lebih dari 14 hari dan adanya tanda dehidrasi. 10



b. Diare persisten, tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi. 4. Klasifikasi Disentri Apabila diarenya disertai dengan darah dalam tinja. 5. Klasifikasi Risiko Malaria a. Klasifikasi dengan resiko tinggi : Klasifikasi penyakit berat dengan demam(suhu 37,5 derajat celcius atau lebih) apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk. b. Klasifikasi resiko rendah : 1) Klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, 2) Klasifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak. 3) Klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan pilek atau adanya campak. c. Klasifikasi tampa resiko : 1) Klasifikasi Penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk. 2) Klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk. 6. Klasifikasi Campak a.



Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tandabahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya tandaumum campak, adanya batuk, pilek atau mata merah.



11



b.



Campak dengan komplikasi apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut.



c.



Campak, apabila hanya tanda khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi di atas.



7. Klasifikasi DBD (demam kurang dari 7 hari) a.



DBD apabila ditemukan tanda seperti petekie, tanda syock.



b.



Mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit,dan uji torniqet negatif.



c.



Mungkin bukan DBD apabila hanya ada demam.



8. Klasifikasi masalah telinga a.



Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga.



b.



Infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14hari serta adanya nyeri telinga.



c.



Infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih.



d.



Tidak ada infeksi telinga apabila tidak ada ditemukan gejala seperti di atas.



9. Klasifikasi status gizi a.



Klasifikasi gizi buruk (anemia berat), apabila BB sangat kurus, adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan, ditemukan adanya kepucatan.



b.



Klasifikasi bawah garis merah (anemia), apabila ditemukan tanda telapak tangan agak pucat, BB menurut umur dibawah garis merah.



12



c.



Tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti diatas.



G. Penentuan tindakan dan pengobatan 1. Pneumonia Pengobatan pneumonia berat : a.



Berikan dosis pertama antibiotika : Kotrimoksazol dan amoksilin.



b.



Lakukan rujukan segera 1) Apabila pneumonia saja berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari, berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu ibu atau keluarga, lakukan kunjungan ulang setelah 2 hari. 2) Apabila batuk bukan pneumonia berikan pelega tenggorokan, beri tahu ibu dan keluarga, dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.



2. Dehidrasi a.



Pengobatan dehidrasi berat : 1) Berikan cairan intravena secepatnya, berikan oralit, berikan 100 ml/kg RL atau NACL 2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik berikan tetesan intravena cepat. 3) Berikan oralit (kurang lebih 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum. 4) Lakukan monitoring kembali setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak. 5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI



b.



Pengobatan dehidrasi ringan atau sedang : 1) Lakukan pemberian oralit 3 jam pertama. 2) Lakukan monitoring setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi.



c.



Pengobatan tanpa dehidrasi : 1) Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau, dan lakukan pemberian oralit apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif. 2) Lanjutkan pemberian makan. 13



3. Diare Persisten Tindakan ditentukan oleh dehidrasi, kemudian jika ditemukan adanya kolera, maka pengobatan yang dapat dianurkan adalah pilihan pertama antibiotik kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin. 4. Disentri Tindakan pada disentri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sesuai, misalnya pilihan pertamanya adalah kotrimoksazol dan pilihan keduanya adalah asam nalidiksat. 5. Risiko Malaria Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko malaria adalah sebagai berikut. a.



Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intramuskukar. Selanjutnya anjurkan anak tetap berbaring dalam 1 jam dan ulangi suntikan kina pada 4 dan 8 jam kemudian. Selanjutnya 12 jam sampai anak mampu meminum obat malaria secara oral dan jangan memberikan suntikan kina sampai dengan lebih dari 1 minggu dan pada risiko rendah jangan berikan pada anak usia kurang dari 4 bulan.



b.



Pemberian obat antimalaria oral ( untuk malaria saja) dengan ketentuan dosis sebagai berikut untuk pilihan antimalaria pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak