Makalah Organisasi Kurikulum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ORGANISASI KURIKULUM Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Zaini, MA.



Disusun Oleh : Widia Apriliani (12201193014)



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 3A FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG OKTOBER 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “Organisasi Kurikulum”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas individu mata kuliah “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”. Penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam pembuatan makalh ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih khusunya kepada Bapak Muhammad Zaini, MA. Selaku dosen pengampu mata kulaih Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, serta pihak-pihak lain yang turut membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.



Tulungagung, 01 Oktober 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1 C. Tujuan ............................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2 A. Pengertian Organisasi Kurikulum ................................................. 2 B. Prosedur Pengorganisasian Kurikulum ......................................... 4 C. Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum ................................................. 7 D. Hubungan Antar Bentuk Kurikulum ............................................. 17 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 19 A.. Kesimpulan .................................................................................... 19 B. Saran ............................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Karena, tanpa adanya kurikulum dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan pada akhirnya tidak tercapai tujuan yang diharapkan. Kurikulum lebih luas daripada sekedar rencana pelajaran akan tetapi meliputi segala proses belajar siswa yang telah direncakan. Hal ini sepadan dengan pengertian kurikulum itu sendiri yaitu suatu rencana pendidikan yang menjadi pedoman dan pegangan dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. Salah satu aspek yang harus dipahami dalam suatu pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, menetukan cara penyampaian pelajaran, dan menentukan bentuk pengalaman yang akan disajikan kepada siswa. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang makna organisasi kurikulum, prosedur pengorganisasian kurikulum, bentukbentuknya, serta hubungan antar bentuk kurikulum.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian organisasi kurikulum? 2. Bagaimana prosedur pengorganisasian kurikulum? 3. Apa saja jenis-jenis organisasi kurikulum? 4. Bagaimana hubungan antar bentuk kurikulum?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang pengertian organisasi kurikulum. 2. Untuk mengetahui prosedur pengorganisasian kurikulum. 3. Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi kurikulum. 4. Untuk mengetahui hubungan antar bentuk kurikulum.



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Organisasi Kurikulum Kurikulum merupakan sesuatu yang penting dalam dunia pendidikan, karena tanpa adanya kurikulum dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah atau tidak akan tercapai tujuan yang diinginkan. Salah satu aspek yang harus dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Pengertian dari kata organisasi itu sendiri adalah suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka dari/terhadap pihak luar, yang diatur berdasarkan aturan tertentu, yang dipimpin oleh seseorang pimpinan, yang dapat melaksanakan bimbingan secara teratur dan bertujuan. Sedangkan Organisasi kurikulum adalah struktur program yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau pembelajaran yang ditetapkan.1 Didalam organisasi kurikulum terdapat pengaturan bahan pelajaran,



yang



selanjutnya



memiliki



dampak



terhadap



masalah



administratif, pelaksanaan proses pembelajaran, team teaching misalnya.2 Menurut Zainal Arifin Organisasi kurikulum sebagai susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus disampaikan kepada peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.3 Sedangkan Nasution mengartikan organisasi kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada siswa, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk



1



Lismina, Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), hal. 91. 2 Sarkadi, Tahapan Penilaian Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013, (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2020), hal.33. 3 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum: Konsep, Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model Evaluasi dan Inovasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 94.



2



kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajian kepada siswa-siswa.4 Organisasi kurikulum juga merupakan dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak tercapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada peserta didik. Pada prinsipnya organisasi kurikulum disusun untuk mempermudah proses pembelajaran kepada peserta didik agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan optimal.5 Dari pengertian organisasi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa organisasi kurikulum adalah struktur kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang disusun dalam suatu pola tertentu dengan tujuan untuk mempermudah peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar yang diselenggarakan oleh sekolah, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan bisa tercapai secara efektif dan optimal. Organisasi kurikulum di buat dengan tujuan agar program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dapat diterima dengan baik. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran yang baik adalah pendidikan yang mampu mengintegrasikan anatara kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran tidak hanya untuk mengisi pemahaman peserta didik akan tetapi sikap ketrampilan. Dalam proses pengembangan kurikulum, organisasi berperan sebagai suatu metode untuk menentukan seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar yang diselenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peran guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum.6



4



Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 176. Trianto Ibnu Badar at-Taubany Hadi Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 Di Madrasah, (Depok: KENCANA, 2017), hal. 53-54. 6 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 62. 5



3



Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dikatan bahwa organisasi kurikulum penting adanya untuk membentuk materi-materi pelajaran apa saja yang nantinya dapat diajarkan serta diberikan kepada peserta didik di sekolah. Organisasi kurikulum dapat dikatakan sebagai konnsep dasar awal untuk mengembangkan materi-materi pelajaran sebagai isi kurikulum.



B. Prosedur Pengorganisasian Kurikulum Dalam organisasi kurikulum ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,



yakni



kesinambungan



ruang



(continuity),



lingkup Terpadu



(scope),



urutan



(integrated),



(sequence), keseimbangan



(balance), waktu (times). 1. Ruang lingkup bahan, adalah keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang akan diberikan dari suatu bidang studi mata pelajaran atau dari suatu pokok bahan tertentu. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai. 2. Urutan bahan, berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang disajikan, dengan maksud agar proses belajar berjalan dengan baik dan lancar. Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu. Faktor-faktor yang turut menentukan urutan bahan pelajaran antara lain: kematangan anak, latar belakang pengalaman, tingkat inteligensi, minat, kegunaan bahan serta kesulitan bahan pelajaran. 3. Kesinambungan



kurikulum



dalam



organisasi



kurikulum



perlu



diperhatikan, terutama berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari peserta didik, pada setiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Jangan sampai terjadi pengulangan



ataupun



loncat-loncat



yang



tidak



jelas



tingkat



kesukarannya. 4. Terpadu, faktor ini berangkat dari asusmsi bahwa bidang-bidang kehidupan memerlukan pemecahan secara multidisiplin. Artinya, jika menggunakan subject centered curriculum, maka besar kemungkinan



4



pengetahuan yang diperoleh peserta didik menjadi terlepas-lepas dan tidak fungsional. Maka dari itu harus adanya fokus pada permasalahan yang perlu dipecahkan berdasarkan bidang-bidang kehidupan. Untuk mencapai pemahaman yang utuh dan menyeluruh, maka keterpaduan ini bukan hanya dilakukan oleh guru dalam berbagai mata pelajaran, tetapi juga oleh peserta didik melalui pengetahuan dari berbagai sumber. 5. Keseimbangan, adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat perhatian yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan di programkan pada peserta didik. Keseimbangan kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar. 6. Waktu, maksudnya disini alokasi waktu harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum, dalam artian apakah suatu mata pelajran, misalnya akan diberikan selama 2 jam perhari, satu minggu, satu bulan, satu semester, satu tahun atau tiap tahun.7 Pengorganisasian kurikulum dapat dilakukan secara vertical maupun horizontal. Secara vertical memperhatiakan pengorganisasian bahan secara hirearkis antara bahan dari kelas bawah sampai kelas atas agar dapat



seimbang



secara



harmonis.



Sedangkan



secara



horizontal



memperhatikan keterpaduan seluruh materi dalam keterkaitannya antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran sejarah dikaitkan dengan geografi, sosiologi, antropologi, dsb. Bentuk pengorganisasian tersebut dapat dilaksanakan secara correlated atau integrated yang akan dibahas pada kegiatan berikutnya. 8



7



Aset Sugiana, Proses Pengembangan Organisani Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia, Jurnal Pedagogik, Vol. 05 No. 02, Juli-Desember 2018 ISSN : 2354-7960, E-ISSN : 2528-5793, hal. 261-262. 8 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 36.



5



Di dalam pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur atau cara yang meliputi: 1. Prosedur pembelajaran (buku pelajaran) Di dalam penyusunan (reorganisasi) isi kurikulum adalah didasarkan atas materi yang tercamtum di dalam buku pelajaran yang telah di pilih oleh lembaga tertentu. Dimana pihak tertentu akan memilih sumber belajar yang diyakini sangat penting bagi peserta didik untuk dijadikan acuan pengetahuan. Meskipun, dalam hal ini terdapat beberapa kekeliruan, yakni buku pelajaran yang tidak sesuai dengan individu peserta didik, dan materi yang sudah tidak sesuai dengan zaman lagi. 2. Prosedur survey pendapat Pengorganisasian isi kurikulum dilakukan dengan jalan mengadakan survey terhadap pendapat dari berbagai kalangan di masyarakat tertentu. Dimana hasil dari survey tersebut nantinya bisa dibentuk dalam organisasi kurikulum. Adapun cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan wawancara atau penyebaran angket terhadap berbagai kalangan. 3. Prosedur studi kesalahan Prosedur ini dilakukan dengan cara mengadakan analisis terhadap kebaikan, kesalahan, kelemahan, kekeliruan atas pengalaman kurikuler (yang bersangkutan dengan kurikulum). Biasanya dengan melakukan studi kekeliruan, kelemahan, atau bahkan kesalahan dari proses belajar mengajar. Maka setelah kelemahan dan kesalahan yang terjadi diketahui, maka dilakukanlah perbaikan dengan materi kurikulum yang baru. Dimana perbaikan kurikulum tidak dilakukan secara menyeluruh, melainkan hanya sebagiannya saja. 4. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya (tambal sulam) Prosedur ini bisa disebut juga dengan metode tambal sulam, yaitu dengan mempelajari metode dari sekolah lain, sehingga guru atau pihak sekolah bisa menetapkan atau menetukan isi kurikulum untuk sekolahnya sendiri agar sesuai dengan tujuan. Atau dengan menetapkan komponen dari



6



kurikulum yang dirasa masih layak dan mengganti komponen yang sudah tidak layak dengan komponen yang lebih bagus. 5. Analisis kegiatan orang dewasa Melalui prosedur ini langkah pertama yang harus dilakukan yakni dengan di adakan studi terhadap aktivitas-aktivitas dalam kehidupan untuk memperoleh kegiatan yang di perkirakan bermanfaat untuk dipelajari oleh peserta didik di sekolah agar mencapai kehidupan yang lebih baik. Kegiatan yang dianalisis adalah yang berkenaan dengan pekerjaan dimana hasilnya akan dijadikan bahan pelajaran.9 6. Prosedur fungsi sosial Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan masyarakat. Masyarakat melakukan banyak fungsi sosial dalam kehidupannya yang bermacam ragam dan bentuknya, dan berada dalam daerah kehidupan tertentu, fungsi yang telah ditentukan, diklasifikasikan menjadi sejumlah area of living. 7. Prosedur minat kebutuhan Menurut prosedur ini, minat dan kebutuhan juga melibatkan persistent problem, tetapi scope dan sequence-nya didasarkan atas siswa dan berkenaan dengan fungsi-fungsi personal dan sosial.10



C. Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum Dalam studi tentang kurikulum terdapat bermacam-macam bentuk dan jenis organisasinya. Dari masing-masing bentuk organisasi kurikulum tersebut memiliki ciri tersendiri, kekurangan serta kelebihan, dan mengalami proses pengembangan secara berurutan, sejalan dengan berbagai macam penemuan baru dalam ilmu kurikulum. Ada berbagai jenis pengorganisasian kurikulum, yang isinya mengupas bagaimana bentuk bidang studi yang harus disajikan di depan kelas serta diikuti oleh tindakan bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan, mengevaluasi. Secara garis besar, ada empat organisasi 9



Rofatayun dan Afifurrahman, Organisasi dan Struktur Kurikulum Pendidikan Islam, TA’LIMUNA, Vol. 9, No. 03, September 2019, ISSN 2085-2975, hal. 27-28. 10 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 64-65.



7



kurikulum, yaitu Separated-Subject Curriculum (mata pelajaran terpisah), Correlated Curriculum (mata pelajaran gabungan), dan Integrated Curriculum (kurikulum terpadu), dan Broad Field Curriculum (Cakupan Luas). 1. Separated-Subject Curriculum (Mata Pelajaran Terpisah) Separated-Subject Curriculum yaitu kurikulum yang menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisahpisah satu lain, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Di perguruan Tinggi Agama Islam misalnya pada fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Bahasa Arab ada mata kuliah Nahwu, Sharaf, Insya’, Khithabah, Balaghah, Muhadatsah, dan Muthala’ah. Di madrasahmadrasah ada mata pelajaran Al-Qur’an al-Hadits, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Fiqih. Mata kuliah atau mata pelajaran tersebut disajikan secara terpisah-pisah dan berdiri sendiri, seakan-akan tidak ada kaitannya. 11 Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat berpusat pada bahan pelajaran (subject centered) daripada yang berfpusat pada minat dan kebutuhan anak (child centered). Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan. Ciri-ciri Sparated-Subject Curriculum (Mata pelajaran Terpisah): a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri. b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kontak tersendiri dan diberikan dalam waktu tertentu. c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya. d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi para siswa.



11



Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 66.



8



e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tuntutan dalam masyarakat yang senantiasa berulah dan berkembang. f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individu di kalangan para siswa. g. Guru berperan aktif, dengan pelaksanaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa. h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara koperatif. i. Teknik penilaian lebih banyak menggunakan tes dengan fokus domain kognitif.12 Kelebihan-Kelebihan Separated-Subject Curriculum: a. Pengetahuan yang telah dimiliki itu, disusun secara logis dan sistematis dalam bentuk disiplin ilmu oleh para ahli dan ilmuan.13 b. Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan. c. Mudah dievaluasi dan dites. d. Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. e. Kurikulum ini dipakai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi tradisi. f. Pendidik sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah. g. Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan. h. Lebih tersusun secara sistematis.14 Kelemahan-kelemahan Separated-Subject Curriculum: a. Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain, hal ini tidak sesuai dengan kehidupan yang sebenarnya.



12



. Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum: Konsep, Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model Evaluasi dan Inovasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 98. 13 Aset Sugiana, Proses Pengembangan Organisani Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia, Jurnal Pedagogik, Vol. 05 No. 02, Juli-Desember 2018 ISSN : 2354-7960, E-ISSN : 2528-5793, hal. 265. 14 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 181-184.



9



b. Kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan seharihari c. Banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh peserta didik. d. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan zaman. e. Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir.15 Meskipun kurikulum ini masih sangat umum dipakai dimana-mana karena banyak mengandung kebaikan, namun banyak pula ditemukan kelemahan-kelemahan jika dari sudut pendidikan modern. Salah satu kelemahan kurikulum ini yang sangat menonjol adalah penyajian mata pelajaran yang terpisah. Karena model kurikulum seperti ini dianggap tidak bisa mendidik anak untuk siap menghadapi masa depannya. 2. Correlated Curriculum (Mata pelajaran Gabungan) Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated) walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep-konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya. Tipe hubungan (korelasi), antar mata pelajaran tersebut antara lain: a. Korelasi Insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainya. b. Korelasi Sistematis artinya korelasi atau yang telah direncanakan oleh guru secara sistematis, dengan mengambil suatu pokok permasalahan yang diperbincangkan dalam beberapa bidang studi. 16 Ciri-ciri Correlated Curriculum (Mata Pelajaran Gabungan): a. Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya. b. Sudah mulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalahan kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan. 15



Sulaiman, Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. XIV No. 1, 60-73, Agustus 2003, hal. 65. 16 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 69



10



c. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan para peserta didik. d. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak menghadapi kesulitan. e. Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai berkembang.17 Kelebihan-kelebihan Correlated Curriculum: a. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mama di dalam mata pelajaran terdapat berbagai bidang dan disiplin ilmu. b. Dapat menambahkan minat peserta didik terhadap berbagai mata pelajaran. c. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran. d. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang lebih fungsional. e. Lebih mengutamakan pada pemahaman pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta. Kelemahan-kelemahan Correlated Curriculum: a. Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik. b. Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran. c. Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis. d. Kebanyakan di antara pendidik atau gurukurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.18



17



Trianto Ibnu Badar at-Taubany Hadi Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 Di Madrasah, (Depok: KENCANA, 2017), hal. 61. 18 Lismina, Perkembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), hal. 101.



11



Model kurikulum ini mengintegrasikan semua bidang ilmu, jadi antara satu bidang ilmu dengan ilmu yang lain saling berhubungan atau mata pelajaran disajikan saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga pada model kurikulum ini bisa dilihat keterpaduan antara semua mata pelajaran. 3. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu) Yaitu kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran dengan lainnya. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk murid yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah.19 Kurikulum ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar secara kelompok maupun individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar, memungkin pembelajaran brsifat individu terpenuhi, serta dapat melibatkan peserta didik dalam mengembangkan program pembelajaran.20 Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna untuk pemecahan masalah. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman atau pengajaran. Peran pendidik sama aktifnya dengan peran peserta didik , dan guru selaku pembimbing. Ciri-ciri Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu): a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama. b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan.



19



Sulaiman, Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. XIV No. 1, 60-73, Agustus 2003, hal.70. 20 Aset Sugiana, Proses Pengembangan Organisani Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia, Jurnal Pedagogik, Vol. 05 No. 02, Juli-Desember 2018 ISSN : 2354-7960, E-ISSN : 2528-5793, hal. 268.



12



c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan. d. Sistem penyampaiannya bersifat terpadu. e. Guru berperan selaku guru bidang studi. f. Minat, masalah, serta kebutuhan siswa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batasanbatasan tertentu. Kelebihan-kelebihan Integrated Curriculum: a. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat bukan fakta yang terlepas satu sama lain. b. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka. c. Kurikulum ini memungkinkan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat. d. Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berfikir sendiri dan bekerja sendiri atau bekerjasama dengan kelompok. e. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid. Kelemahan-kelemahan Integrated Curriculum: a. Guru-guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini. b. Organisasinya kurang sitematis. c. Tugas-tugasnya memberatkan guru. d. Tidak memungkin untuk ujian umum sebab tidak ada uniformitas di sekolah-sekolah satu sama lain. e. Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menetukan kurikulum. f. Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan kurikulum ini. 21



21



Sulaiman, Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. XIV No. 1, 60-73, Agustus 2003, hal.70-71.



13



Integrated Curriculum dapat dibedakan dalam beberapa bentuk antara lain: a. The Child Centered Curriculum Dalam perencanaan kurikulum ini, faktor kebutuhan anak menjadi perhatian utama, sehingga pembelajaran yang dilakukan mempunyai arti penting dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi anak didik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut misalnya kebutuhan dengan pribadi, kebutuhan hubungan sosial dan kebutuhan ekonomi. b. The Social Function Curriculum Dalam pengembangan kurikulum ini didasarkan pada lingkungan sosial anak didik, sehingga pelajaran yang diperoleh memiliki fungsi dan makna bagi kehidupan sehari-hari dan tidak terpisah dengan kondisi masyarakat. 22 c. Activity/Experience Curriculum Kurikulum ini mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalamanpengalaman anak didik dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi anak didik. Kurikulum ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak menerima (passive). Penggunaan bentuk kurikulum ini ialah dengan belajar dapat terjadi proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah actual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel atau minatnya. d. Core Curriculum Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan peserta didik dan meningkatkan keaktifan belajar serta hubungan kehidupan dan belajar. Kurikulum ini menekankan kepada nilai-nilai



sosial,



unsur



universilitas



dalam



suatu



kebudayaan



memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat. Struktur kurikulum ini ditentukan oleh problem sosial. 23



22



Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 73. Lismina, Perkembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), hal. 104-105. 23



14



Melalui Integrated Curriculum penyajian mata pelajaran disajikan dengan menyeluruh dalam bentuk unit atau keseluruhan. Model kurikulum ini menghilangkan batas-batas antara mata pelajaran sehingga tidak dibenarkan mata pelajaran berdiri sendiri. Dengan menyeluruh dan kebulatan diharapkan bisa membentuk peserta didik yang “integrated” yaitu siswa-siswa yang selaras kehidupan dengan ilmu pelajaran yang dipelajari. 4. Broad Field Curriculum (Cakupan Luas). Broad



field



curriculum



adalah



bentuk



kurikulum



yang



menghilangkan atau menghapus batas masing-masing mata pelajaran, kemudian menyatukan atau menggabungkan mata pelajaran yang berhubungan erat itu. Didalam kurikulum sekolah sekarang dikenal ada enam broad field curriculum, yaitu: a. Pendidikan Agama Islam (Al-Qur’an dan al-Hadits, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqih). b. Ilmu Pengetahuan Sosial (Sejarah, Geografi, Ekonomi). c. Bahasa (Tata Bahasa, Mengarang, Menyimak, Kesusasteraan, dan Pengetahuan Bahasa). d. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Biologi, Kimia). e. Matematika (Berhitung, Aljabar, Geometri, Aritmatika). f. Kesenian (Seni Tari, Seni Lukis, Seni Suara, Seni Pahat, dan Seni Drama).24 Di Perguruan Tinggi Agama Islam misalnya pada semua fakultas ada mata kuliah Bahasa Arab yang sebenarnya adalah fusi dari Nahwu, Sharaf, Insya’, Khithabah, Balaghah, Muhadatsah, dan Muthalangah. Ciri-ciri Broad Field Curriculum (Cakupan Luas): a. Kurikulum terdiri atas bidang studi yang merupakan perpaduan beberapa mata pelajaran yang serumpun dan memilki ciri-ciri yang sama. b. Bahan pelajarannya bertitik tolak pada suatu masalah tertentu, kemudian dijabarkan menjadi pokok bahasan.



24



Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 69-70



15



c. Bahan pelajaran disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. d. Strategi pembelajaran bersifat terpadu. e. Guru berperan sebagai bidang studi. f. Penyusun kurikulum mempertimbangkan minat, masalah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat. 25 Kelebihan-kelebihan Broad Field Curriculum: a. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa. b. Dapat menambah interest dan minat siswa terhapat adanya hubungan antara berbagai bidang studi. c. Pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih luas, karena mendapatkan penjelasan dari berbagai keilmuan. d. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional dalam memecahkan suatu masalah kehidupan. e. Lebih mengutamakan pola pemahaman atau pengertian dan prinsipprinsip dari pada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta. Kelemahan-kelemahan Broad Field Curriculum: a. Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan, minat dan masalah aktual yang dihadapi oleh siswa. b. Pengetahuan yang diberikan dangkal dan tidak mendalam serta kurang sitematis pada berbagai mata pelajaran. Pengetahuan yang diperoleh hanya sebatas pengantar dalam berbagai keilmuan, tetapi tentunya tidak mencukupi untuk measuki perguruan tinggi. c. Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis. d. Kebanyakan diantara guru kurang menguasai berbagai disiplin ilmu (interdisipliner), sehingga dapat mengaburkan pemahaman siswa. e. Apabila seorang guru itu keahliannya pada Ilmu Nahwu maka segi lain seperti Muhadatsah dan Khithabah akan dikesampingkan, dan dipandang sebagai pelajaran tambahan. Demikian pula pada mata pelajaran yang 25



Aset Sugiana, Proses Pengembangan Organisani Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia, Jurnal Pedagogik, Vol. 05 No. 02, Juli-Desember 2018 ISSN : 2354-7960, E-ISSN : 2528-5793, hal. 267.



16



lainnya, sehingga dapat menimbulkan kekaburan pemahaman pada siswa.26



D. Hubungan Antar Bentuk Kurikulum Menurut Nasution bahwa macam-macam bentuk kurikulum tidak perlu dipandang bertentangan antara satu sama lain. Justru diantara bentukbentuk itu dapat saling membantu dan melengkapi tidak ada bentuk yang paling mutlak benar atau yang paling baik, karena semua bentuk kurikulum itu memilki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menurutnya untuk tingkat dasar tidak perlu seluruh kurikulum diberikan dalam bentuk integrated. Sebaiknya masih diberikan betuk mata pelajaran yang terpisah-pisah (sparated subjects), dan diselingi dengan memberikan dua atau tiga kali seminggu pelajaran dalam bentuk unit. Pembelajaran dalam bentuk unit perlu pula dibantu dengan sparated subjects. Demikian pula pembelajaran dalam bentuk sparated subjects akan memperolah manfaat dari bentuk unit. Karena dalam pembelajaran bentuk unit, para siswa akan mendapat banyak hal yang berkaitan dengan berbagai mata pelajaran dalam situasi yang bernmakna dan fungsional. Mereka lebih terlatih untuk menyampaikan pendapat, fasih berbicara, lebih mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuannya secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari. 27 Hal ini juga berlaku bagi broad field, yakni apa yang dikatakan mengenai sparated subjects juga terjadi pada broad field, yaitu panduan antar beberapa mata pelajaran seperti IPS, IPA, Bahasa, Matematika, dan Kesenian. 28 Sedangkan correlated curriculum merupakan model kurikulum yang dimana mata pelajaran dalam kurikulum tersebut disajikan secara



26



Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 71-73. Ibid, hal. 74-75. 28 Lismina, Perkembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), hal. 106. 27



17



terpisah-pisah, tetapi mata pelajaran yang sejenis atau memiliki kedekatan dikelompokkan menjadi satu bidang studi (broad field). Jadi dapat disimpulkan bahwa macam-macam bentuk kurikulum itu saling berhubungan dan saling menguntungkan satu sama lain. Apabila kita hanya memilih salah satu dari macam-macam bentuk kurikulum tersebut tentu akan menimbulkan masalah, karena kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik paling tidak harus ada tiga aspek yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Misalnya, kebanyakan dari sekolahan mengikuti bentuk sparated subjects curriculum. Namun, ketika semua sekolahan harus menggunakan bentuk integrated curriculum dalam waktu yang singkat, belum tentu akan mendapatkan suatu hasil yang memuaskan. Karena implementasi bentuk sparated subjects curriculum yang sudah berjalan puluhan tahun saja, dianggap belum berhasil. 29



29



Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 77.



18



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Organisasi kurikulum adalah struktur kurikulum yang berupak kerangka umum program-program pengajaran yang disusun dalam suatu pola tertentu dengan tujuan untuk mempermudah peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar yang diselenggarakan oleh sekolah, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan bisa tercapai secara efektif dan optimal. Dalam organisasi kurikulum ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yakni ruang lingkup (scope), urutan (sequence), kesinambungan (continuity), terpadu (integrated), keseimbangan (balance), waktu (times). Sedangkan di dalam pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur atau cara yang meliputi: prosedur pembelajaran, prosedur survey pendapat, prosedur studi kesalahan, prosedur mempelajari kurikulum lainnya, analisis kegiatan orang dewasa, prosedur fungsi sosial, prosedur minat kebutuhan. Jenis-jenis organisasi kurikulum ada 4 yaitu: separated-subject curriculum, correlated curriculum, integrated curriculum, dan broad field curriculum. Semua jenis-jenis organisasi kurikulum tidak perlu dipandang bertentangan satu sama lain akan tetapi, dari jenis-jenis tersebut dapat saling membantu dan melengkapi satu sama lain.



B. Saran Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini maka dari itu penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca. Dan penulis juga berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca untuk mengetahui masalah tentang “Organisasi Kurikulum”.



19



DAFTAR PUSTAKA



Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum: Konsep, Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi dan Inovasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Lismina. 2018. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. Nasution. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Rofayatun dan Afifurrahman. 2019. Organisasi dan Kurikulum Pendidikan Islam. TA’LIMUNA. Vol. 09 No. 03. Sarkadi. 2020. Tahapan Penilaian Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013. Surabaya: CV. Jakad Media Publishing. Sugiana, Aset. 2018. Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pedagogik. Vol. 05 No. 02. ISSN: 2354-7960. E-ISSN: 2528-5793. Sulaiman. 2003. Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum. Jurnal Ilmiah DIDAKTIA. Vol. XIV No. 01. Suseno, Trianto Ibnu Badar at-Taubany Hadi. 2017. Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah. Depok: KENCANA. Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Teras.



20