Makalah Pak Kel. 2 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN



ALLAH TRITUNGGAL: BAPA SANG PENCIPTA, ANAK SANG PENYELAMAT, DAN ROH KUDUS SANG PEMBAHARU



Disusun Oleh : Kelompok 2 Anggota: Marini Lely Tupu



(2210020026)



Ayu M.N. Anastasya Tallo



(2210020056)



Genaro Z’Rizard Laa Ull



(2210020040)



Melani S.M.Th Toy



(2210020138)



Marni Anita Metkono



(2210020085)



PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2023



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan karena dengan pertolongan – Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Allah Tritunggal: Bapa Sang Pencipta, Anak Sang Penyelamat, dan Roh Kudus Sang Pembaharu” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Penulis sangat berharap berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang menjadi lebih baik tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.



Penulis



2



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4 1.3 Tujuan ............................................................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5 2.1 Latar Belakang Munculnya Istilah dan Doktrin Tritunggal ............................................................. 5 2.1.1 Latar Belakang Munculnya Istilah Tritunggal ..................................................................... 5 2.1.2 Doktrin Tritunggal ............................................................................................................... 5 2.1.2.1 Ketiga Oknum dalam Doktrin Tritunggal ................................................................ 5 2.1.2.2 Keesaan dalam Doktrin Tritunggal .......................................................................... 6 2.1.2.3 Bapa: Pencipta dan Pemelihara................................................................................ 7 2.1.2.4 Anak: Penyelamat .................................................................................................... 7 2.1.2.5 Roh Kudus: Pembaharu ......................................................................................... 10 BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 12 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13



3



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Allah yang menyatakan Diri kepada manusia adalah Allah Tritunggal. Allah Tritunggal ini yang disaksikan Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Lebih jelas dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru menyaksikan bahwa Allah Tritunggal itu adalah Bapa Sang Pencipta, Anak Sang Penyelamat, dan Roh Kudus Sang Pembaharu. Doktrin tentang Allah Tritunggal ini adalah salah satu pengajaran yang amat sulit tentang hakekat Allah. Sulitnya memahami pengajaran ini seharusnya membuat kita lebih menyadari keterbatasan kita yang berhadapan dengan ketidakterbatasan Allah dan kesulitan ini seharusnya tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak belajar memahaminya. Banyak kesalahpahaman tentang mengenai pengajaran ini yang berakibat negatif terhadap kepercayaan dan perilaku orang Kristen. Hanya dengan memiliki pemahaman tentang-Nya kita menyadari keterbatasan kita, mampu mengantisipasi pemahaman yang salah, dan memiliki sikap dan perilaku benar sebagai implikasi dari pengajaran Allah Tritunggal.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu Allah Tritunggal? 2. Apa saja ketiga oknum dalam doktrin Tritunggal? 3. Bagaimana Keesaan dalam doktrin Tritunggal? 1.3 Tujuan 3. Untuk mengetahui Allah Tritunggal 3. Untuk mengetahui ketiga oknum dalam doktrin Allah Tritunggal 3. Untuk mengetahui Keesaan dalam doktrin Tritunggal



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Latar Belakang Munculnya Istilah dan Doktrin Tritunggal 2.1. 1 Latar Belakang Munculnya Istilah Tritunggal Gereja mula-mula lahir dengan konteks agama Yahudi di mana mereka tidak memiliki rumah ibadah sendiri, karena itu mereka beribadah bersama-sama di dalam bait Allah di Yerusalem. Pada masa Yesus maupun sebelumnya Penganut Agama Yahudi sangat mengutamakan pengajaran monotheisme. Sangat ditegaskan bahwa Allah yang dipercaya dan disembah merupakan Pencipta langit dan bumi yang terus aktif sepanjang masa. penekanan ini sangat berpengaruh pada Penganut Agama Yahudi dan gereja mula-mula sehingga orang Kristen mulai menunjukkan doktrin monoteisme. Pendapat yang beraneka ragam dan saling bertentangan ini dianggap mengganggu keberadaan dan pertumbuhan gereja sehingga di abad ke-4 gereja mengadakan sidang dengan tujuan rumusan yang benar bagi tritunggal. dalam sidang itu disimpulkan bahwa hanya ada satu bukan tiga Allah, dan anak dilahirkan secara kekal dari substansi bapa itu karena itu anak sederajat dengan bapa. akan tetapi dalam rapat itu tidak menjelaskan tentang kesatuan dan perbedaan dari ketiga oknum. yang di sidang berikutnya ditetapkan bahwa Roh Kudus juga sederajat dengan bapa dan anak. Tapi pada masa reformasi muncul lagi kesalahpahaman di golongan armenias Istilah Tritunggal tidak pernah digunakan dalam Alkitab. orang yang pertama-tama menggunakan istilah itu adalah tertulianus. istilah ini digunakan berdasarkan yang dikemukakan dalam 1 Yohanes 5:7. Dalam ayat ini ada kata-kata yang berbunyi “ ketiganya adalah satu” yang menjadi indikasi dari istilah Tritunggal. Istilah Tritunggal digunakan tertulis dengan pengertian bahwa substansi Allah hanya satu dan dalam substansi Allah ada tiga oknum yaitu bapak, Anak, dan Roh Kudus. penjelasan yaitu ia membedakan ketiga oknum tersebut. ia membedakan di mana oknum anak lebih rendah derajatnya dari oknum sebagai bapa, dan menurut Origins oknum 3 yaitu Roh Kudus lebih rendah dari anak dan bapa. di mana Mereka cenderung merendahkan oknum dua dan tiga dan menganggap oknum 1 memiliki derajat paling tinggi. Menurut Karl Barth Dia tidak menyetujui oknum yang satu lebih rendah atau lebih tinggi dari yang lain, tapi penjelasan darinya belum berisi mengenai keesaan dari Allah tritunggal. 2.1.2 Doktrin Tritunggal 2.1.2.1 Ketiga Oknum dalam Doktrin Tritunggal Dalam Perjanjian Lama tidak ada penjelasan lengkap tentang doktrin Tritunggal, karena sepertinya Perjanjian Lama lebih menekankan pengajaran tentang keesaan Allah. Hal ini yang melatarbelakangi diutamakannya doktrin keesaan Allah di kalangan Penganut Agama Yahudi. dalam Perjanjian Lama dikemukakan keberadaan malaikat Tuhan yang bukan malaikat biasa Karena malaikat Tuhan ini berfirman atas namaNya-sendiri dan mau disembah. dalam 5



Perjanjian Lama juga ditemukan pernyataan tentang roh Allah yang memberi Ilham kepada manusia bahkan kadang-kadang diperlihatkan oknum yang lebih dari satu, Ketiga oknum ini disebutkan dalam Yesaya 63:8-10 Perjanjian Baru memberi pernyataan yang lebih jelas mengenai doktrin tritunggal. dalam perjanjian baru peran setiap oknum lebih dipertegas seperti nama “Bapa” dalam Perjanjian Lama digunakan untuk Yahweh, sedangkan di Perjanjian Baru selain bermakna Allah Tritunggal secara khusus nama ini lebih mengunjuk kepada oknum satu. apabila dalam Perjanjian Lama yahwe diperlihatkan sebagai penebus dan penyelamat umatnya, dalam perjanjian baru anaklah yang berfungsi sebagai penebus lewat kayu salib yang bermakna penebusan bagi manusia. Dalam Perjanjian Lama dikemukakan bahwa Yahweh diam di antara umatnya sedangkan di Perjanjian Baru roh kuduslah yang tinggal di dalam hati orang Kristen atau gereja. dengan jelas dalam perjanjian baru dinyatakan bahwa Allah memberikan anaknya ke dunia untuk menyelamatkan orang percaya. bapak dan anak mengirim Roh Kudus untuk memperbarui dan mendiami orang percaya itu. Perjanjian Baru dalam kitab Matius memperlihatkan dengan tegas ketiga oknum alat Tritunggal itu secara sendiri-sendiri. yaitu anak diperlihatkan dalam diri Yesus ketika dibaptis. oknum satu yaitu bapak diperlihatkan melalui yang berbicara, dan oknum 3 atau Roh Kudus terlihat dalam wujud burung merpati. ketiga oknum ini disebutkan sejajar dalam amanat Agung. dalam kitab 1 Petrus, ketiga oknum ini bukan hanya sekedar 3 model atau pribadi yang berbeda tetapi tidak pernah terpisah satu dengan yang lain. Jadi bisa dikatakan bahwa keberadaan Allah secara kekal terdiri dari tiga oknum. 2.1.2.2 Keesaan dalam Doktrin Tritunggal Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga mengajarkan bahwa Allah itu tunggal atau esa. a. Dia disebut esa karena ketiga Oknum itu tak pernah terpisah satu sama lain. Yang berinkamasi menjadi manusia dan mati disalibkan adalah Anak. Tetapi tidak berarti Bapa yang mengutus Anak ke dalam dunia dan Roh Kudus yang membaharui orang yang percaya kepada Anak itu, tidak bersama-sama Dia. b. Allah itu esa karena ketiga Oknum tersebut memiliki satu hakekat/essens/substansi yang tidak saja sama tetapi satu. Hakekat yang satu ini adalah hidup, terang, kasih, kebenaran, kemuliaaan, kekuasaan, kekekalan, dll. Pemahaman tentang hakekat Allah ini merupakan pemikiran Origenes tentang keesaan Tritunggal, pemahaman ini menerima status dogmatis dalam Konsili Nicea (th. 325 ses M). Istilah yang dipergunakan dalam konsili Nicea bagi eksistensi keesaan ini adalah homo-usios. Homo artinya satu sedangkan usios artinya hakekat, sehingga keduanya bermakna "satu hakekat, keberadaan dasar, essens atau substansi, bukan homoi-usios. Sedangkan homoi artinya 6



"menyerupai sehingga bermakna "hakekat yang meyerupai". Maka dalam keberadaan Allah ada satu hakekat, essens atau substansi yang satu dan tak dapat dipisahkan atau dibagi. Kuasa, kasih, kebenaran itu tak dapat dibagi 3 tetapi secara sempurna berada pada ketiga Oknum tersebut. 2.1.2.3 Bapa: Pencipta dan Pemelihara Dalam Perjanjian Lama nama "Bapa" dipakai untuk pemerintahan Allah Tritunggal yang theokratis atas bangsa Israel sebagai umatNya. Sementara itu dalam Perjanjian Baru nama ini tidak selalu dipergunakan dalam pengertian yang sama. Kadangkala dipergunakan untuk mengungkapkan relasi antara Allah dan manusia dalam hal mana Allah Tritunggal adalah Bapa bagi anakanakNya. Tetapi walaupun Nama ini menghunjuk ketiga Oknum tersebut, yang lebih ditonjolkan dalam fungsi yang disebutkan di atas adalah Oknum I. Dalam Perjanjian Baru nama ini juga berlaku dalam hubungan antara Oknum I dan Oknum II. Dalam 1 Yohanes 5:7 "Bapa" sebagai asal Firman (Logos). Firman adalah Anak bukan hasil suatu perkawinan, tetapi karena la berasal secara kekal dari Bapa. Yesus Kristus memanggil Nya Bapa. Allah Tritunggal itu ditandai dengan urutan yang pasti. Bapa (Oknum I), Anak (Oknum II), dan Roh Kudus (Oknum lll). Urutan ini bukan tingkatan waktu, kuasa dan kemuliaan karena essens ketiganya satu.Pembedaan bagi Bapa sebagai Oknum l dari Anak dan Roh Kudus adalah dalam keberadaanNya sebagai asal dari Oknum II & III dan dalam fungsi utamaNya sebagai Pencipta dan Pemelihara segala makhluk. Dia telah mengutus Anak untuk keselamatan manusia, Bapa yang mengadili, membalas kebaikan dengan berkat atau kejahatan dengan hukuman. Bapa adalah Dia yang dalam dan melalui Yesus Kristus menjalin hubungan dengan manusia yang percaya dan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhannya. 2.1.2.4 Anak: Penyelamat Pemakaian istilah Firman atau Logos untuk Anak sebagai Oknum II Allah Tritunggal berasal dari dunia Hellenistik kuno. Pemakaian istilah ini untuk memperlihatkan bahwa seperti logos (firman) dalam konsep Hellenisme berasal dari Yang Maha Mutlak demikian Anak itu berasal dari Bapa Karena itu essensi atau substansiNya (antara lain dalam kekekalan) sama dengan Bapa. Karena itu, statusNya sebagai Anak adalah kekal. Firman atau Anak itu secara kekal bersama-sama Allah, setara dengan Allah, Dia adalah Allah sendiri. Dia juga disebut Anak (Firman) karena KeilahianNya yang melampaui manusia dan segala mahluk. Pembedaan bagi Anak sebagai Oknum II dan Bapa sebagai Oknum I dan Roh Kudus sebagai Oknum III, adalah dalam "kelahiranNya" (asalNya) secara kekal dari Bapa, dan Anak adalah asal yang kekal dari Roh Kudus. Pembedaan itu juga berlaku dalam fungsinya sebagai penyelamat dan Perantara manusia. Segala sesuatu secara mutlak berasal dari Bapa tetapi melalui Anak yang berfungsi sebagai Perantara, Sang Anak mengerjakan apa yang diperintahkan Bapa, Dia berbicara seperti yang diajarkan Sang Bapa kepadaNya, Dia adalah 7



satu- satunya jalan kepada Sang Bapa, dan khususnya Dia adalah Sang Penyelamat yang diutus Bapa bagi manusia. Ajaran tentang keselamatan Allah bagi manusia lewat Yesus Kristus sangatlah penting dalam agama Kristen Agama Kristen lahir karena kepercayaan terhadap keselamatan yang diberikan melalui Yesus Kristus. Hal ini merupakan bagian yang utama dari Pengakuan Iman Rasuli. Kekhasan Agama Kristen terletak pada pengajarannya tentang keselamatan. Pengajaran tentang Sola fide sola gratia yang dirumuskan Martin Luther membuatnya sangat khas. Konsep keselamatan ini sudah disebutkan dalam Perjanjian lama dan ditegaskan serta dikemukakan dengan lengkap dalam Perjanjian Baru. 2.1.2.4.1 Konsep Keselamatan dalam Alkitab A. Konsep Keselamatan dalam Perjanjian Lama Sejak dalam zaman Perjanjian Lama Allah dikenal sebagai Penyelamat. Hanya saja penekanan konsep konsep keselamatan memilki sedikit perbedaan dengan konsep yang sama dalam Perjanjian Baru. Keselamatan yang Allah berikan dalam bentuk material sepert! kelepasan dari penyakit, malapetaka fisk, aniaya musuh, maut. Allah memberikan keselamatan secara langsung atau tidak langsung lewat bapa leluhur, para hakim, imam dan nabi-nabi. Istilah syalom yang sering dipergunakan orang Kristen dewasa Ini. Lebih berfokus kepada makna keselamatan material, seperti yang disebutkan di atas daripada keselamatan moral dan spiritual. Dan tindakan penyelamatan inilah dilakukan bukan semata terhadap seseorang secara pribadi . tetapi juga bagi persekutuan masyarakat umat pilihan Allah.Tetapi dalam Perjanjian Lama juga ditemukan pengajaran tentang keselamatan yang Allah berikan dalam bentuk kasih karunia. Kasih karunia Allahlah yang membuat mereka dibebaskan dan perbudakan Mesir.Bangsa Israel dibebaskan lalu diangkat menjadi umat Allah bukan karena keistimewaan umat ini. Seharusnya kasih karunia ini menjadi dasar bagi umat Allah untuk memperlihatkan tanggapan moral lewat ketaatan terhadap undang undangNya misalnya Decalog atau hukum-hukum perjanjian lainnya. Karena mereka telah menerima kasih karunia Allah dalam bentuk kelepasan dari perbudakan Mesir maka seharusnya mereka menaati undang-undangNya. Undang-undang moral dan ritual dalam Perjanjial Lama seharusnya berfungsi sebagai penuntun dan penerang moral bagi umat Israel. Tetapi karena dosa manusia, undang-undang moral tidak memberi keselamatan moral atau spiritual secara penuh.



B. Konsep Keselamatan dalam Perjanjian Baru 8



Dalam Pernjanjan Baru, dengan jelas, Allah sebagai Panyelamat diperlihatkan lewat Tuhan Yesus Kristus. Dalam Pengakuan Iman Rasul dirumuskan bahwa Dia adalah Anak Tunggal Allah dan Tuhan (sebelum inkarnasi), Dia lahir (berinkamasi menjadi manusia) Dia menderita, disalibkan. mati. bangkit dan naik ke Surga. dan akan datang kembali sebagai Hakim. Ini adalah rumusan tentang seluruh karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus bagi manusia yang teiah jatuh ke dalam dosa. Untuk menyelamatkan manusia Dia haruslah menjadi manusia karena Dia harus mewakili manusia untuk mengalami hukuman Allah bagi manusa yatu mati. Dia juga Tuhan karena itu maut tidak dapat menahanNyya sehingga Dia bangkit dariantara orang mati. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, Konsili Nicea telah merumuskan bahwa Anak itu homouios (sezat, sehakekat) dengan Bapa. 2.1.2.4.2



Keilahian dan Kemanusiaan Yesus Kristus



Bahasan tentang Keilahian dan Kemanusiaan Yesus Kristus dalam dunia teologi disebut Kristologi. Telah terjadi perdebatan panjang tentang tabiat Kelahian dan Kemanusiaan ini dalam sejarah gereja. Sampai berapa jauhkah Dia memiliki tabiat Manusia. Dan bagaimanakah hubungan antara tabiat Kemanusiaan dan Keilahian-Nya. Ada yang menyatakan bahwa KemanusiaanNya tidaklah sempuma. Dengan demikian Yesus Kristus tdak sama benar dengan manusia Sementara itu yang lain mengakui bahwa Yesus bukan saja benar-benar Allah tetapi juga benar-benar manusia. Dia mengemukakan bahwa Yesus Kristus mempunyai dua tabiat. Bapa memiliki dua pribadi. Kedua pribadi ini dipersekutukan Pandangan ini apa gereja lain yang menegaskan bahwa pribadi Yesus kristus bukanlah dua tetapi satu. Dalam pribadi yang satu Ini kedua tabiat itu tercampur. Dan dalam campuran ini tak lagi dapat dibedakan tabiat kemanusiaan dan keilahian. Perbantahan ini diselesaikan oleh Konsili Kalsedon (th 451 ses M) dengan keputusan sebagai berikut: 



 



Yesus Kristus benar-benar Alah dan benar-benar manusia; berdasarkan KeilahianNya Dia sehakekat dengan Bapa dan berdasarkan KemanusiaanNya Dia sehakekat dengan manusia biasa Yesus Kristus memiliki dua tabiat yakni tabiat Keilahian dan tabiat Kemanusiaan dalam 1 oknum atau 1 pribadi. Kedua tabiat Yesus Kristus ini tidak bercampur tetapi juga tidak terpisah.



Banyak bagian Perjanjian Baru yang mengungkapkan tabiat Kemanusian Yesus Kristus bahkan menyatakan bahwa Dia benar-benar manusia Dia dilahirkan perempuan biasa sehingga benar-benar menerima 9



daging dan darah manusia. Dia mengalami proses pertumbuhan seperti halnya manusia biasa, Dia adalah manusia lengkap, yang bukan saja terdiri dari tubuh jasmani tetapi juga bagian yang rohani. Susunan tubuhnya seperti susunan tubuh kita sebab Ia dapat lapar, dahaga, tertidur, berdarah. Perjanjian Baru juga memperihalkan keilahan Yesus Krslus bahkan menyatakan bahwa Dia adalah Anak Allah. Dia diperihatkan bersama dengan Allah sejak kekal dan Dia sendiri adalah Allah yang turut serta melakukan penciptaan. 2.1.2.4.3 Keselamatan dalam Yesus Kristus Bersifat Holistik Dalam injil Matius, dikemukakan bahwa Anak Manusia menyelamatkan orang berdosa dengan mengorbankan nyawa-Nya sebagai tebusan. Baik injil Matius maupun Lukas menegaskan bahwa keselamatan yang diberikan bukan hanya keselamatan batiniah tetapi juga menyangkut hal-hal jasmaniah seperti kelepasan dari penyakit dan ketertawanan atau keselamatan dari permasalahan hidup dan kehidupan sehari-hari. Kalau dalam perjanjian lama penekanan keselamatan diberikan kepada aspek jasmaniah, maka pada perjanjian baru dengan jelas bahwa keselamatan itu bersifat holistik, maksudnya mencakup aspek bataniah dan jasmaniah. Dalam injil Yohanes, dikemukakan bahwa hidup kekal diterima bukan hanya kelak tetapi kini yaitu dalam bentuk kualitas hidup baru. Seharusnya dengan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri orang yang telah menerima keselamatan akan terlihat sikap dan perilaku baru sebagai anak-anak Allah. Dalam diri Yesus Kristus dinyatakan keindahan Allah yang tiada bandingnya dan kehendak-Nya bagi manusia. Dia adalah puncak penyataan Allah, karena Dia menjadi guru dan teladan paling sempurna yang menandai hidup orang percaya seperti yang dikehendaki Allah. 2.1.2.5 Roh Kudus: Pembaharu Roh Kudus disebut oknum III karena hubunganNya yang khusus dengan Oknum I dan Oknum II, yaitu bahwa Dia “dilahirkan” atau berasal secara kekal dari Bapa dan Anak. Alkitab, khususnya perjanjian lama tidak menyatakan keoknuman dan keilahian Roh Kudus sejelas Bapa, karena keilahian dan keoknuman Roh Allah sering dipermasalahkan. Origenes dan golongan arminians, mengatakan bahwa Roh Allah lebih rendah dari Anak dan Bapa. Arians menyebutkan bahwa Roh Kudus adalah ciptaan Anak sebagaimana Anak adalah ciptaan Bapa. Sementara itu, golongan Monarchianisme yang dinamis menegaskan bahwa Roh Kudus bukanlah oknum tetapi pengaruh atau kuasa ilahi semata. Aneka ragam pandangan ini disangkali dalam konsili Konstantinopel yang menegaskan keilahian Roh Kudus. Dia sederajat dengan Anak dan Bapa.



10



2.1.2.5.1 Roh Kudus dalam Perjanjian Lama Roh Kudus atau Roh Allah tidak hanya ada setelah Gereja Kristen berdiri dan bertumbuh. Banyak orang menduga bahwa Roh Kudus ada dan hadir dalam perjanjian baru khususnya pada hari Pentakosta ketika Roh Kudus dicurahkan di Yerusalem. Roh Kudus ada sebelum dunia diciptakan, karena pada hakikatnya Allah adalah Roh. Sebagaimana Bapa dan Anak demikian Roh Kudus kekal adanya. Pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, adalah Allah dalam Roh yang berkarya. Umumnya dalam perjanjian lama Dia disebut Roh Allah, sering sebagai “Yang Suci dari Israel”, tetapi dalam beberapa kasus Dia juga dipanggil Roh Kudus. Istilah Ibrani dan Yunani yang dipergunakan untuk Roh adalah ruakh dan pneuma. Kadang kala kedua istilah ini dipergunakan sematamata dengan makna “nafas” atau “angin” bukan “oknum” atau “pribadi”. Terutama dalam perjanjian lama istilah ini sering menghunjuk kepada “angin Allah” atau “kuasa kehidupan” yang berfungsi sebagai prinsip khusus yang membuat makhluk ciptaan Allah dalam penciptaan alam semesta termasuk manusia menjadi hidup. Dalam perjanjian lama, Roh Allah juga diperlihatkan berperan dalam nubuatan. Dialah yang mengilhami para nabi yang bernubuat. Roh Allah juga memberikan kekuatan agar umatNya hidup melakukan kehendak Allah. Bila Roh Allah datang kepada seseorang maka Roh itu akan memakainya untuk mengkomunikasikan berita dari Allah. Berita itu bisa berbentuk penglihatan, mimpi, atau langsung firman Allah. Roh Allah juga mmeberi inspirasi dan kemampuan kepada seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan yang Allah kehendaki. 2.1.2.5.2 Roh Kudus dalam Perjanjian Baru Dalam perjanjian baru Roh Kudus tidak hanya mendiami orang tertentu. Diperlihatkan dengan jelas bahwa setelah peristiwa pentakosta Roh Kudus dicurahkan kepada setiap orang percaya. Pencurahan Roh Kudus terjadi setelah kenaikan Tuhan Yesus dan sesuai dengan yang dijanjikanNya. Itulah sebabnya Dia berkata kepada para murid: “Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi” (Yoh. 16:7). Kata-kata ini dikemukakan dalam konteks janji pemberian Roh Kudus sebagai pembaharu, Penolong, atau Penghibur bagi para murid dan juga bagi semua orang percaya. Penjelasan yang tentang Roh Kudus sebagai oknum bahkan Allahh sendiri dapat ditemukan dalam perjanjian baru. Panggilan yang selayaknya dimiliki oknum diberikan kepadaNya. Yesus Kristus memanggilnya “Dia” dan dalam perjanjian baru nama khusus yang dipergunakan untuk Roh Allah, yang memperlihatkan eksistensinya sebagai oknum adalah parakletos yang artinya ”penolong”, “penghibur”, dan “pengacara” (Yoh 14:26; 15:26; 16:7). 11



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan dan Implikasi Allah Bapa sebagai oknum 1 adalah pencipta dan Pemelihara. Implikasi pertama dari ajaran ini adalah bahwa keberadaan Allah yang agung dan tak terbatas itu jauh di luar jangkauan kemampuan manusia untuk memahaminya. Keberadaan Allah harus dipahami dan diterima dengan mata iman. Implikasi kedua dari keberadaan Allah Bapa sebagai Pencipta dan Pemelihara adalah bahwa Dialah sumber kehidupan dan keberadaan kita. Implikasi ketiga dari pengenalan yang benar akan Oknum Bapa adalah memanggil, memohon, dan berharap kepadaNya sesuai dengan pengenalan yang benar tersebut. Walau Bapa sebagai oknum 1 tidak pernah berpisah dari kedua oknum lainnya, kita memanggilNya Allah Bapa bukan Anak Allah atau Roh Kudus. Dia adalah pencipta dan pemelihara kita. Kita berdoa agar Dia memelihara kita dan kita menyeru oknum 1 itu sebagai yang mengutus Anak dan Roh Kudus untuk menyelamatkan dan membaharui kita. Kita percaya kepada Allah Bapa bukan saja sebagai pencipta dan pemelihara tetapi juga kepada Anak Allah sebagai penyelamat lewat Yesus Kristus. Implikasi pertama bagi kepercayaan ini adalah bahwa kepercayaan dan penyembahan kita kepada Allah Bapa Sang Pencipta dan Pemelihara bukanlah terpisah dengan kepercayaan dan penyembahan kita kepada Allah Anak Sang Penyelamat. Implikasi kedua, kepercayaan kepoada Allah yang kasih dalam sang Anak penyelamat, haruslah diikuti dengan kasih kepada Allah lewat kasih terhadap sesama dan alam ciptaan-Nya. Implikasi ketiga, kepercayaan kepada Allah sebagai Sang Penyelamat dalam Yesus Kristus haruslah diikuti dengan pemahaman bahwa keselamatan itu adalah anugrah Allah bukanlah karya manusia. Wujud nyata dari keselamatan yang merupakan aspek lain dari iman adalah hidup dan kehidupan yang baru sebagai anak-anak Allah. Kita percaya kepada Allah bukan saja sebagai pencipta, pemelihara, penyelamat tetapi juga pembaharu lewat Roh Kudus oknum 3 Allah Tritunggal. Implikasi pertama, kepercayaan dan penyembahan kita kepada Allah sang Bapa Pencipta dan Pemelihara serta kepada sang Anak penyelamat bukanlah terpisah dengan kepercayaan dan penyembahan kita kepada Allah Roh Kudus sang Pembaharu. Implikasi kedua, kepercayaan kepada Allah Roh Kudus sang Pembaharu adalah kepercayaan kepada kuasa Allah atas manusia yang tak dapat dibatasi oleh apapun. Implikasi ketiga, kepercayaan kepada Allah Roh Kudus sang Pembaharu juga menjadi dasar pengharapan bagi orang percaya bahwa Dia akan membaharui segala sesuatu sehingga terbentuk langit dan bumi baru. Dengan demikian ada pengharapan bagi penyempurnaan pemerintahan Allah sebagai raja.



12



DAFTAR PUSTAKA



Sinulingga, Risnawaty. Ancen Marintan Damayanti Sitohang. Maurits Junard Pollatu. 2018. Agama Kristen Protestan Edisi 2. Medan: USU Press.



13