Makalah Pancasila Bullying [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas “Bullying di Kalangan Remaja”



Dosen Pengampu : Yudi Setiaji, S.H.,M.M.



Di susun oleh : 1. MAHESA AKBAR WICAKSONO (319101470) 2. MAULIDA SALMA FEBRIANA (319101472) 3. MIRACLES CARRISSA PUTRI (319101472)



PRODI D-IV PENGELOLAAN PERHOTELAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMPTA YOGYAKARTA 2019



BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Bullying sering dikenal dengan istilah pemalakan, pengucilan, serta intimidasi. Bullying merupakanperilaku dengan karakteristikmelakukan tindakan yang merugikan orang lain secara sadar dan dilakukan secara berulangulang denganpenyalahgunaan kekuasaansecarasistematis. Perilaku ini meliputi tindakan secara fisik seperti menendang dan menggigit, secara verbal seperti menyebarkan isu dan melalui perangkat elektronik ataucyberbullying. Semua tindakan bullying, baik fisik maupun verbal, akan me-nimbulkan dampak fisik maupun psikologis bagi korbannya. Dampak bullyingpada korban diantaranya kesehatan fisiknyamenurun, dan sulit tidur (Rigby danThomasdalam Sudibyo, 2012). Seorang korban juga cenderung memiliki psychological well-being yang rendah (Rigbydalam Sudibyo, 2012), seperti perasaan tidak bahagia secara umum, self-esteem rendah (Rigby dan Thomasdalam Sudibyo, 2013), perasaan marah, sedih, tertekan dan terancam ketika berada pada situasi tertentu (Rigby danThomasdalam Sudibyo, 2012). Secara psikologis, seseorang korban akan mengalami psychological distress; misalnya adalah tingkat kecemasan yang tinggi, depresi dan pikiran-pikiran untuk bunuh diri (Rigbydalam Sudibyo, 2012). Secara akademis seorang korban akan mengalami poor results; prestasi akademis menurun, kurangnya konsentrasi korban (Sullivan, Cleary danSullivandalam Sudibyo, 2012). Oleh karena dampak bullying yang banyak dan



2sangat merugikan korban, fenomena ini harus bisa ditangani. Salah satu cara dengan tindakan preventif yaitu intervensi terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam situasi bullying



B. Rumusan Masalah



1. Apa yang dimaksud dengan Bullying? 2. Mengapa terjadi tindakan Bullying? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi Bullying?



C. LANDASAN TEORI Pengertian Bullying ada banyak definisi bullying dan beragam cara untuk memahaminya (Smithet al.,2002). Dalam bahasa Indonesia, bullyingdisebut "perisakan", yang berasal dari kata risak. Risak sendiri berarti mengusik, mengganggu



secara



terus



menerus



dengan



berbagai



olok-olokan



(Depdiknas,2008:1213).Namun, istilah tersebut masih belum familiar dan jarang digunakan masyarakat. Heinemannadalah orang yang pertama kali menulis tentang fenomena bullying(Smithet al.,2002). Heinemann menggunakan istilah “mobbning”yang mengacu pada kekerasan kelompok terhadap individu yang menyimpang yang terjadi secara tiba-tibadan mereda tiba-tiba. Sama halnya dengan istilah “mobbing”di Inggris dan Jerman, istilah ini sebatas untuk tindakan yang dilakukan oleh kelompok terhadap seseorang. Olweus (dalam Smithet al., 2002)pada awalnya juga menggunakan istilah tersebut, namun kemudian definisinya diperluas meliputi serangan antara satu orang terhadap orang lain secara sistematis dari anak yang lebih kuat terhadap yang lemah.Masalah bullying telah dikenal sejak lama, namun baru dijadikan sebagai objek penelitian yang sistematis oleh Dan Olweus pada awal tahun 1970an (Olweus, 1994). Olweus kemudian diakui sebagai pelopor dari penelitian tentang bullying yang terkemuka di dunia.Selama kurang lebih 40 tahun Dan Olweus telah terlibat dalam penelitian dan intervensi dalam persoalan bullyingdi kalangan anak-anak sekolah dan remaja (Flattau et.al.,2011).Olweus (1993) menyatakan bahwa bullying merupakan tindakan agresif yang disengaja, dilakukan berulang-ulang dan dari waktu ke waktu, dan terdapat ketidakseimbangan kekuasaan atau kekuatan. Bullying



merupakan tindakan negatif ketika seseorang dengan sengaja menimbulkan atau mencoba untuk melukai atau membuat pada pihak lainmerasakan ketidak nyamanan. Tindakan negatif dapat dilakukan melalui kontak fisik, dengan katakata, atau dengan cara lain, seperti menunjukkan wajah meremehkan atau gerakan tidak senonoh, dan pengucilan disengaja dari kelompok (Olweus 1993). Dari definisi Olweus tersebut setidaknya bullying mencakup tiga kriteria sebagai berikut: (1) bullying adalah perilaku agresi yang disengaja untuk melukai korban; (2) bullying terjadi secara berulang-ulang; (3) terdapat ketidak seimbangan kekuatanantara korban dan pelaku bullying, siswa yang menjadi korban mengalami kesulitan dalam membela drinya dan tidak berdaya melawan siswa yang melecehkan (dalam Harris & Petrie, 2003).Menurut Sullivan (2011) bullying adalah tindakan agresi atau manipulasi atau pengucilan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lain. Selanjutnya,menurut Coloroso (2007) bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah. Tindakan penindasan ini dapat diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya.Adanya unsur ketidakseimbangan kekuatan merupakan pembeda antara bullying dengan konflik lainnya (Wiyani, 2012). Pada konflik antara dua orang yang memiliki kekuatan sama, masing-masing memiliki kemampuan untuk menawarkan solusi dan berkompromi



untuk



menyelesaikan



masalah.



Pada



kasus



bullying,



ketidakseimbangan kekuatan menhalangi pelaku dan korban untuk menyelesaikan



konflik mereka sendiri sehingga diperlukan kehadiran pihak ketiga.Dari berbagai definisi yang telah disampaikan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa bullyingadalah perilaku yang ditujukan untuk menyakiti individu atau sekelompok individu dengan berbagai bentuk baik fisik, verbal ataupun psikologis yang dilakukan secara sengaja dan berulang kali oleh individu atau sekelompok individu yang lebih kuat. 2.Aspek-aspek bullying. Coloroso (2007) membagi bullying menjadi tiga aspek, yaitu bullying verbal, fisik, dan sosial. Aspek-aspek perilaku bullying tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut:a.Bullying Verbal Kata-kata adalah alat yang kuat dan dapat mematahkan semangat seorang yang menerimanya. Bullyingverbal merupakan bentuk yang paling umum digunakan baik oleh anak perempuan maupun laki-laki. Dengan presentase mencapai 70 persen dari seluruh kasus bullying. A.Bullying verbal mudah dilakukan dihadapan teman sebaya tanpa terdeteksi. Dapat terjadi saat situasi keramaian dikelas sehingga dianggap hanya dialog yang biasa dan tidak ada teman sebaya yang simpatik. Terjadi secara cepat dan tidak menyakitkan pelaku, namun dapat sangat melukai target. Bullying verbal bisa berupa pemberian julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan berupa ajakan atau pelecehan seksual, perampasan uang saku atau barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang berisi intimidasi, surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, desas-desuskeji yang tidak benar, serta gossip.



Dari ketiga bentuk bullyinglainnya, bullying verbal adalah satu jenis penindasan yang paling mudah untuk dilakukan, merupakan awal menuju dua bentuk bullyingfisik dan sosial, serta merupakan langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih kejam dan merendahkan martabat. B.Bullying Fisik Bullying fisik merupakan bentuk bullying yang paling tampak dan dapat diidentifikasi dibandingkan kedua jenis bullying lain.Namun, meskipun mudah terdeteksi, kurang dari sepertiga kejadian bullying fisik yang dilaporkan oleh siswa. Bullyingfisik meliputi memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, mencakar, serta meludahi korban, menekuk anggota tubuh korban hingga kesakitan, dan merusak serta menghancurkan pakaian maupun barang-barang milik korban. Semakin kuat dan semakin dewasa pelaku akan semakin berbahaya jenis bullyingini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk menciderai secara serius. Anakyang seringmelakukan bullyingfisik merupakan penindas yang paling bermasalah diantara penindas lainnya, dan cenderung terlibat dalam tindakan kriminal yang lebih serius. c.BullyingPsikologis/RelasionalBullyingpsikologismerupakan bullyingyang paling sulit untuk di deteksi dari luar. Merupakan pelemahan harga diri korban yang dilakukan secarasistematis melalui tindakan pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Penghindaran merupakan tindakan bullyingrelasional yang paling kuat. Dapat dilakukan dengan cara menyebarkan gossip agar tidak ada yang mau berteman dengan korban. Bullyingrelasional dapat digunakan untuk mengasingkan, menolak seseorang, atau sengaja merusak persahabatan. Dapat



dilakukan melalui sikap yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tertawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.Sedangkan menurut Sullivan (2011), bentuk-bentuk bullyingadalah sebagai berikut: a.Bullyingfisik (direct bullying)Termasuk didalamnya tindakan menggigit, menarik rambut, memukul, menendang, mengunci seseorang di ruangan, mencubit, meninju, 18mendorong, mencakar, meludahi, merusak barang korban atau bentuk lain dari penyerangan fisik. b.Bullyingpsikologis (indirect bullying) Merupakan serangan “dalam”yang ditujuka pada orang yang ditargetkan. Tujuannya adalah untuk merugikan individu yang diserang, akan tetapi karena tidak ada tanda fisik sering diasumsikan kurang berbahaya. Menurut Goldstein et al.,(dalam Sullivan, 2011) bullyingpsikologis bisa merusak sama seperti bullyingfisik.Bullyingpsikologis bisaberupa verbal dan non-verbal. 1)Bullyingverbal : termasuk perilaku kasar melalui telepon, memeras uang, menggunakan bahasa berbau seksual atau kasar, komentar yang kejam, namecalling, mengirim pesan desas-desus yang jahat (seringkali anonim), ejekan, menyebarkan rumor palsu yang berbahaya. 2)Bullyingnon-verbal bisa bersifat directmaupun indirect. a)Bullyingnon-verbal yang directadalah menunjukkan gesturyang kasar dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan. b)Bullyingnon-verbal yang indirectadalah manipulasi hubungan seseorang dan merusak persahabatan dengan sengaja tidakmengajak berteman, mengabaikan dan



mengisolasi seseorang, danmengirim pesan jahal. Bisa disebut juga sebagai relational bullying. Penelitian ini menggunakan aspek-aspek bullyingdari Coloroso (2007), yaitu



bullyingverbal,



bullyingfisik,danbullyingpsikologis.Hal



tersebut



dikarenakan ketiga aspek menurut Coloroso (2007) lebih sesuai untuk mengukur variabel bullyingdalam penelitian ini. 3.Faktor-Faktor Penyebab BullyingBeane (2008), dalam bukunya menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan bullying, diantaranya yaitu:1. Faktor Individua.BiologisBeberapa ahli percaya bahwa agresi adalah dasar karakteristik manusia yang melekat, tetapi faktor biologis tertentu dapat meningkatkan tingkat agresi diluar norma yang dapat diterima. Misalnya, tingginya tingkat testosteron endogenmendorong perilaku agresif pada pria yang dirancang untuk membahayakan orang lain, tetapi juga dapat membentukperilaku antisosial. Misalnya, kadar testosteron telah ditemukan pada beberapa anak prasekolah pelaku bullying.Selain itu, dari studi di University of Michigan diperoleh hasil bahwa otak manusia dapat mendeteksi dan merespon emosi yang dirasakan di wajah orang lain. Misalnya peserta dengan tingkat tstosteron yang tinggi akan merasa menikmati atau dihargai oleh wajah kesal yang disebabkan oleh perlakuan buruk. b.Tempramen Temperamen



anak



adalah



faktor



yang



signifikan



terhadap



bullying.



Tempramendapat didefinisikan sebagai campuran unsur-unsur atau kualitas yang membentuk kepribadian seorang individu. Watak secara permanen mempengaruhi cara seseorang bertindak, merasa, dan berpikir. Misalnya, seorang anak dengan



temperamen "pemarah", yang aktif dan impulsive lebih cenderung menjadi agresif dibandingkan anak yang memiliki temperamen tenang. 2. FaktorsosialManusia adalah makhluk sosial yang menjalin relasi dengan orang lain, maka dari itu kita dapat mempengaruhi orang lain dan dipengaruhi oleh orang lain. Seseorang dapat memperoleh dampak positifmaupun negatif mulai dari orang tua, teman-teman, media, maupun dari guru dan pihak lain tempat mereka berinteraksi. a. MediaMedia memiliki dampak yang luar biasa pada anak-anak saat ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang melihat banyak kekerasandi televisi, video,video game, dan filmmenjadi lebih agresif dan kurang empati terhadap orang lain. Dalam penelitian tentang kekerasan di televisi, diperoleh hasil peningkatan dalam perilaku agresif individusetelah menonton televisi kekerasan sebesar 3 -15% televisi populer dan bahkan talk show berita telahmenyajikan konflik. Banyak acara-acara yang secara terus menerus mnunjukkan ejekan, komentar kejam, dan penolakan. Jumlah kekerasan di televisi semakin meningkat, bahkan dalam film kartun. Anak-anak pada usia yang sangat muda melihat agresi dan kekerasan terhadap orang lain sebagai perilaku yang dapat diterima. Efek lainnya dari kekerasan di televisi adalah anak menjadi takut, khawatir, curiga, dan agresif.Selain itu, video game dansiaran olahraga yang sering di tayangkan oleh media juga menjadi contoh yang mengajarkan kekerasan pada anak. Beberapa bentuk kekerasan oleh raga tim diantaranya seperti ice hockey, sepak bola, dan rugby. Seringkalimedia memperlihatkan pemain yang melakukan kekerasan, kontroversial dan agresif. b. PrasangkaSalah satu penyebab yang paling nyata bullyingadalah prasangka. Prasangka adalah sikap kita kepada



situasi tertentu atau ke arah sekelompok orang, sikap yang kita adopsi tanpa pertimbanganyang cukup fakta tentang situasi ataukelompok. Orang yang berprasangka membuat penilaian tentang orang lain pada keyakinan tidak berdasa. Perbedaan individu dalam penampilan, perilaku, atau bahasa dapat memicu terjadinya prasangkadan dapat menyebabkan bullying. Anak-anakberprasangka dapat memutuskan mereka tidak menyukaisiswa kulit hitam, siswa yang kelebihan berat badan, siswa penyandang cacat, siswa yang kesulitan dalam berbahasa, kemudianakan menggoda, melecehkan, dan menolak mereka. Mereka telah membentuk sikap tanpa mengetahui fakta-fakta. Menurut Sanford (dalam Beane, 2008), anak-anak kulit hitam lebih cenderung disalahkan oleh rekan-rekan dan orang dewasa untuk kesalahan daripada anakanak kulit putih di kelas yang sama.c.KecemburuanKecemburuan merupakan pendorong yang kuat untuk bullying, terutama di kalangan anak-anak perempuan. Teman perempuan lainnya bisa menjadi sangat cemburu dan mencoba untuk menyakiti anak perempuan yang populer. Anak-anak sering menyerang orangorang yang dianggap lebih baik daripada rata-rata: terlalu menarik, terlalu kaya, terlalu populer, dan sebagainya. Terkadangguru tidak sengaja mendatangkan kecemburuan dengan memuji beberapa anak lebih dari yang lain. Anak-anak sangat sensitif terhadap tindakan pilih kasih ini akan menjadi cemburu.d.Lingkungan KeluargaUnsur-unsur dari lingkungan rumah dapat meningkatkan kemungkinan seorang anak menjadi korban bullyingjuga membully orang lain. Menurut Olweus, lingkungan rumah seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:



1)Kurangnya kehangatan dan keterlibatan. 2)Kegagalan untuk menetapkan batas yang jelas untuk perilaku. 3)Aresif terhadap teman sebaya, saudara, dan orang dewasa. 4)Terlalu sedikit cinta dan perhatian, serta terlalu banyak kebebasan. 5)Penggunaan



tenaga,terlalu



tegaspadaanak,



metode



membesarkandengan



hukuman fisik dan luapan emosi kekerasan. Apakahnantinyamereka ingin menjadiseperti orangtuanyaatau tidak,orang tua



berperan



sebagaimodelpertamaanak-anak



mereka.



Orang



tua



yang



mengekspresikan kemarahan secara fisikmungkin akan menghasilkan anak-anak yang



cenderung



mengekspresikan



kemarahan



secara



fisik.e.KelompokPertemananAnak-anak mungkin ditolak bukan karena perilaku atau karakteristik yang mereka miliki, namun karena peergroup membutuhkan target untuk ditolak. Penolakan tersebut membantu kelompok menentukan batasbatas penerimaan mereka dengan membawa kesatuan dalam kelompok. Dengan kata lain, individu-individu yang ditargetkan menjadi kambing hitamberfungsi untuk kepentingan kepaduan kelompok. Ini adalah salah satu alasan siswa begitu bersemangat untukbergabung di dalam kelompok bahkan ketika mereka tidak sama seperti orang yang ada di dalam.Kebutuhan mereka untuk merasa bersatu dengan rekan-rekan adalah motif yang kuat. Meskipun anggota sebagai individu mungkin tidak ingin menyakiti orang lain, mereka merasa bahwa mereka harus agar tetap dalam kelompok. Imbalan yang mereka dapatkan adalah keamanan, kekuasaan, dan penghargaan telah menjadi bagian kelompok.f.Lingkungan



MasyarakatLingkungan



masyarakat



tempattinggal



seseorang



juga



sangat



mempengaruhi. Anak-anak yang dikelilingi oleh orang-orang dengan moral yang baik akan kecil kemungkinannya untuk menjadi pelaku bullying.g.Lingkungan SekolahStephenson, Smith, dan Elliot (dalam Beane, 2008) menytakan beberapafaktor dari lingkungn sekolah antara lain: 1)Moral staf sekolah yang rendah. 2)Standar perilaku yang tidak jelas. 3)Metode disiplin yang tidak konsisten. 4)Pengawasan yang lemah (baik di taman bermain, ruang, toilet, kafetaria) .5)Anak-anak tidak diperlakukan sebagai individu yang dihargai .6)Kurangnya dukungan untuk terhadap siswa baru. 7)Tidak bertoleransi terhadap perbedaan. 8)Guru menunjuk dan berteriak kepada siswanya. 9)Tidak ada prosedur yang jelas untuk pelaporan yangberhubungan dengan tindakan bullying. 10)Bullying diabaikan oleh pihaks ekolah. 11)Pihaksekolah yang mempermalukan siswa di depan teman-teman.



D.Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dan kutipan wawancara yang telah dijabarkan mengenai bentuk-bentukbullyingyang ada dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani akan dibahas lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk perilaku bullyingyang terjadi pada siswa. Bentuk-bentuk perilaku bullyingyang sering dilakukan siswa yaitu memukul, mendorong, mencubit, menjegal, menjambak atau menarik jilbab dan tanpa disadari bullyingyang dilakukan siswa telah mengarah padapelecehan seksualyang berbentuk menggodayaitu berupa sering disentuhnya alat kelamin korban. Menurut Collier (1992) dalam (http://dokumen.tips/documents/landasanteori-pelecehan-seksual.html) mengungkapkan bahwa pelecehan seksual secara Etiologi dapat diartikan sebagai segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran.Seorang Psikologparenting, Elly Risman mengatakanbahwa korban kekerasan seksual berpotensi menjadi pelaku bila tak ditangani dengan baik. Riauskina dkk (Novan Ardy W, 2012: 2627) mengelompokan bentuk bullying menjadi lima, dalam pengelompokan tersebut terdapat bullying kontak fisik langsung dan pelecehan seksual. Bullying kontak fisik secara langsung yaitu bullying yang dilakukan pelaku secara langsung kepada korbanya seperti memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, meremas dan merusak barang-barangmilik oranglain. Sedangkan pelecehan seksual yaitu dikategorikan perilaku agresif fisik



atau verbal. Menurut hasil observasi dan wawancara kepada para korban bullying, kebanyakan dari mereka mengaku bahwa bullyingfisik sering dilakukan oleh siswa laki-laki. Hal yang demikian juga dijelaskan menurut Owens (dalam Levianti, 2008) bahwa pelaku bullyingyang bersifat langsung dan merupakan bullyingsecara fisik biasa digunakan oleh lakilaki,



tetapi



tidak



menutup



kemungkian



anak-laki-laki



melakukanbullyingyang bersifat psikologi dan yang menjadi korban biasanya anak perempuan. Focus on bullying (dalam penelitian monicka,2014) menyebutkan bentuk agresi atau bullyingyang seperti, mendorong, mendesak, meludah, menendang, dan memukul masuk dalam agresi secara fisik yang tidak memerlukan perhatian serius. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku bullyingdiatas termasuk dalam golongan perilaku bullyingfisik langsung yang didalamnya terdapat pelecehan seksual yang sering bahkan umum terjadi dikalangan siswa Sekolah Dasaryang



tidak



memelurlukan



perhatian



serius.Bentuk



perilaku



bullyingyang dilakukan siswa selanjutnya yaitu memberikan nama panggilan yang tidak menyenangkan atau julukan, memelesetkan nama, memanggil dengan nama orangtuanya, menghina, dan memaki. Sejiwa (2008: 4) mengungkapkan bahwa bullyingverbal yaitubentuk perilaku bullying



yang



dapat



ditangkap



melaluipendengaran.Bentukbullyingverbalantara



lain:



menjuluki,meneriaki,memaki,menghina, mempermalukandi depan umum, menuduh,menyoraki,menebargosip,



memfitnah.



Selain



itu



bentuk



bullyingdalamFocusonbullying(dalam



penelitian



Monicka,



2014)



mengatakan bahwa Agresi secaralisan dibagi menjadi duayaitu, bentuk perilaku bullying yangtidak membutuhkanperhatian serius, seperti menghina, mengejek oranglain, suka mengatai dan memberi julukan padaorang,



mandangandengan



menunjukkanrasatidaksenangkebencian



ataupun kemarahan serta menyindir oranglain. Sedangkan bentuk perilaku bullyingyangmembutuhkanperhatian serius yaitu mengintimidasi melalui panggilan telepon,mengejek yangberkaitandengan ras atau jenis kelamin, ancaman



yang



dapat



melukai



perasaan



oranglain,



tindakkekerasanyangberupakata-katayang



bersifat



mengancamataumenimbulkanluka-lukapada tubuhorang lain, melakukan pemaksaan, melakukan pemerasan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilakubullyingyang ditunjukan oleh siswa dalam Pembelajaran Penjas termasuk dalam bullyingverbal atau agresi lisan yang masih bisa dikatakan wajar sehingga tidak memerlukan perhatian serius dan kerap terjadi dikalangan anak Sekolah Dasar.Bentuk bullyingyang terakhir yang ditemukan peneliti pada siswa dalam pembelajaran penjas yaitu memelototi, mendiamkan mengancam dan pengucilan. Perilaku pengucilan terjadi terhadap dua korban yaitu “P” dan “K” perilaku pengucilan



terhadap



siswa



tidakmengajakkorbanbermain,(b)



tersebut



ditunjukan



dengan



tidakmenghiraukanperkataan



(a) atau



tingkah lakukorban,(d) tidakmengajak korban berbicara meskipun berada dalam satu teamyang sama (e) tidak 69memperbolehkan korbanmasuk



dalamkelompok permainan (f) tidakmengajakkorbanberdiskusi (g) suka memarahi korban. Perilaku tersebut membuat korban merasa tertekan, dan hanya memilih diam. Barbara Coloroso menggolongkanperbuatanperbuatantersebutke Coloroso(dalam



dalampenindasan



penelitian



relasionaladalah



Bibit



pelemahanharga



sistematismelaluipengabaian,



relasional.MenurutBarbara



Darmalina,



2014),penindasan



dirisikorbanpenindasansecara pengucilan,pengecualianatau



penghindaran.Crick&Grotpeter(dalam HertinjungW.S),mengemukakan



penelitian bahwaanak-anakyangterlibatdalam



bullyingrelasional kurang disukaioleh anak-anak lain,dan terdapatbukti bahwaagresi



relasional



berhubungandengan



maladjustmentberupa



depresi,kesepian,cemas,dan mengalami isolasi sosial (Bjorkqvist, 1994; Crick, Casas,&yon-Chin,1999; dalam penelitian HertinjungW.S). Dalam penjabaran di Focus on bullying(dalam penelitian Monicka,2014), hal tersebut sama halnya dengan mengeluarkan seseorang dari kelompok pergaulan sedangkan perilaku ini dalam focus on bullying masih dikategorikan dalam agresi atau bullyingyang tidak membutuhkan perhatian serius dalam proses pembelajaran, sedangkan menurut Sejiwa (2008: 4) menjelaskan bahwa memandang sinis, memandang penuh ancaman, mendiamkan, mengucilkan, memelototi, dan mencibir yaitu termasuk dalam bullyingpsikologis. Sedangkan bullying psikologis adalah bullyingyang susah sekali di amati karena tidak terlihatnya tanda-tanda kekerasan dalam tubuh korbannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa



tidak hanya melakukan tidakan bullyingfisik yang hingga mengarah pada pelecehan seksual, bullyingperilaku verbal, namun pada kenyataanya dalam pembelajaran penjas terutama dalam pembelajaran penjas bullyingpsikologis juga ikut hadir dengan dibuktikan adanya ancaman serta adanya perilaku pengucilan terhadap dua siswa yaitu P dan K. Dari bentuk-bentuk yang sudah dijelaskan di atas membuktikan bahwa dalam pembelajaran bullying,namun



Penjas



di



semuanya



Sekolah masih



Dasar dalam



terbukti



ada



lingkupyangtidak



perilaku sampai



mengakibatkan dampak yang parah atau dengan kata lain masih dalam kategori ringan, hal ini dibuktikan dalam pembelajaran penjas tidak adanya dari tindakan-tindakan itu yang mengakibatkan anak atau korban bullyingmerasa depresi yang akut, seperti tidak mau berangkat sekolah atau takut saat pembelajaran olahraga, mereka masih mau melakukan pembelajaran Penjas walaupun dalam keadaan apapun.Dari hasil penelitian, ternyata peneliti menemukan beberapa faktor yang bisa dikatakan mempengaruhi bentuk-bentuk bullying dapat terjadi di kalangan siswa-siswi dalam pembelajaran Penjas yaitu (a) kurangnya pengawasan guru dalam proses pembelajaran Penjas, sehingga memberikan ruang bagi pelaku bullying melakukan aksinya terhadap korban, hal ini ditunjukan ketika guru penjas sedang melakukan tugas lain di luar jam mengajar, misalnya rapat, pembelajaran dibiarkan tetap berlangsung tanpa adanya pengawasan guru yang lain (guru piket) (b) adanya iklim negatif dalam proses pembelajaran Penjas yaitu dengan memberikanmasukannegatif



berupapemberian hukumanyangdilakukan kepada siswayang sebenarnya mempunyai tujuan yang baik yaitu untuk mendisiplinkan siswa-siswinya, namun hal itu mengakibatkan siswa meniru berbagai hal yang ia lihat sehari-hari, sehingga menjadi panutan dalam berperilaku kepada siswa yang



lain.



Papila,dkk.(2007)mengatakanbahwaanakakancenderung



melakukan kekerasan apabila merekam memiliki model panutan untuk melakukan kekerasan, hal ini disebabkan karena anak masih dalam tahapan membentuk jati diri yang dimana perkembangan emosinya masih labill, sehinga seharusnya tidak boleh melihat atau merasakan secara terus menerus hal-hal yang berdampak negatif untuk masa perkembanganya. (c) dilihat dari sisi korbanya termasuk korban pengucilan, perilaku bullyingini terjadi karena saat korban merasa di-bully, korban hanya memilih untuk diam dan menuruti segala kemauan sipelaku tanpa adanya perlawanan. HasilpenelitianCostrie Ganes W(2009),adanya learned help lessness dalam diri korban, korban merasa bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menghentikan bullying sehingga cenderung menjadi seorang yang penurut. Hal tersebut justru mengakibatkan bullying menjadi sebuah siklus yang tak terputuskan.



E. KESIMPULAN DAN SARANA.



Kesimpulan Berdasarkan hasil yang sudah dipaparkan dalam bab sebelumnya mengenai bentuk-bentuk bullyingyang terjadi dalam Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar dapat disimpulkan bahwa menurut korban perilaku bullying, bullyingyang sering terjadi yaitu ada tiga yaitu bullyingfisik, bullyingverbal, dan bullyingpsikologis. bullyingfisik ini sering dilakukan oleh siswa laki-laki kepada laki-laki maupun kepada perempuan bentuk perilakunya yaitu (memukul kepala, lengan dan punggung, mendorong, meyubit,menjambak atau menarik jilbab, menginjak kaki saat sepatu temannya baru, dan menjegal kaki),bullyingverbal (menjuluki, mengolok-olok, memaki, dan menghina) dan bullyingpsikologi (mendiamkan, memelototi, mengancam dan adanya pengucilan yang dilakukan terhadap dua orang yaitu K dan P). Bentuk-bentuk bullyingtersebut dikategorikan masih dalam perilaku bullyingyang ringan karena dampak yang ditimbulkan tidak mengarah pada perilaku yang membahayakan seperti tidak mau mengikuti pembelajaran Penjas atau bahkan membolos Sekolah. Namun jika hal tersebut terus saja diabaikan maka akan memberikan efek yang tidak begitu baik bagi perkembangan kepribadian para korbannya.B.Keterbatasan PenelitiDalam penelitian yang berjudul “Identifikasi Perilaku Bullyingpada Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar” ini terdapat keterbatasan dalam penelitian, yaitu: 1.Peneliti melakukan pengamatan saat proses pembelajaran dibantu dengan dua teman yang dilakukan di tempat yang terlihat serta membawa kamera sehingga saat ke sekolah menjadiperhatian para siswa, dan membuat siswa seperti mencari



perhatian pada peneliti dan tidak menunjukkan perilaku yang sebenarnya dan seperti ada yang disembunyikan .2.Terdapat beberapa siswa dan guru yang sedikit tertutup sehingga informasi yang diberikan tidaklah mendalam. 3.Kurangnya media pendukung seperti kamera untuk mengamati berbagai sisi dalam proses pembelajaran. 4.Peneliti belum dapat menanyakan secara mendalam dan terperinci, sehingga kurang dapat memperoleh informasi secara lengkap dan menyeluruh.



F. SARAN 1. Menyusulkan supaya pemerintah memberi perhatian memberi perhatian lebih terhadap kasus bullying, karena sekarang ini sebagian besar remaja melakukan bllying. 2. Mengusulkan supaya sekolah dapat memilih guru dengan benar, supaya dapat membimbing siswa dan memperhatikan siswa. Tidak hanya memarahi siswa yang malah akan menyebabkan aksi bullying.



DAFTAR PUSTAKA Abdirahman, H.et all. (2013). Parental Involvement And Bullying Among MiddleschoolStudents In North Africa. Hal : 1-8 Adams, Conner. (2008). School Violence: Bullying Behaviors And The Psychosocial School Environment In Middle Schools. Children and School Alawiyah, A. (2016). Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Bullying dengan Teman Di SMP Negeri 2 Blangpidie Tahun 2015. Ali, M. (2014). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Almighwar, M. (2011). Psikologi Remaja: Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Bandung: Pustaka Setia Anderson, C.A., & Carnagey, N.L. (2004). Violent Evil and The General Aggression Model. Chapter in A. Miller (Ed). The Social Psychology of Good and Evil (pp. 168-192).New York: Guilford Publications