Makalah Pemberian Obat Pada Ibu Hamil [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan



syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak



memberikan beribu- ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. “Makalah tentang konsep pemberian obat pada ibu hamil” ini sengaja kita bahas karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus yang ingin lebih mengenal mengenai pemberian obat pada ibu hamil yang disarankan dan yang tidak diperbolehkan. Selanjutnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberiakan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelasaikan paper ini dengan tepat waktu.t idak lupa juga kepada bapak/ ibu dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang membaca makalah ini. Wassalamualaikum Wr.Wb



Penulis Kelompok 6



II



DAFTAR ISI



Halaman judul…………………………………………………………………………..



.i



Kata pengantar……………………………………………………………………….….



ii



Daftar isi…………………………………………………………………………………



iii



BAB 1 PENDAHAULUAN A. Latar belakang……………………………………………………..……………….



1



B. Permasalahan………………………………………………………………………



2



C. Tujuan makalah…………………………………………………………..2



BAB 11 PEMBAHASAN A. Obat yang disarankan bagi ibu hamil………………………………….3 B. golongan obat yang tidak boleh dikonsumsi…………………………...3 C. golongan obat yang hanya boleh diberikan pada ibu hamil secara terbatas dan dengan pengawasan…………………………………………………………4 D. konsumsi jamu pada ibu hamil dan nifas……………………………….6



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan B. Saran



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ibu hamil adalah suatu anugrah yang sangat luar biasa bahkan tidak bisa dinilai dengan harta ataupun uang kita. Allah mempercayai kita dengan memberikan hadiah yang tak ternilai harganya. Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut. Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan Selama kehamilan dan menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada periode organogenesis sedang berlangsung sehingga risiko terjadi cacat janin lebih besar. Di sisi lain, banyak ibu yang sedang menyusui menggunakan obat-obatan yang dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Karena banyak obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi, mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa antara yang reaktif, yang bersifat teratogenik/dismorfogenik. Obatobat teratogenik atau obat-obat yang dapat menyebabkan terbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak janin dalam pertumbuhan. Beberapa obat dapat memberi risiko bagi kesehatan ibu, dan dapat member efek pada janin juga. Selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan risiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta. Penulisan resep untuk masa kehamilan Jika memungkinkan konseling seharusnya dilakukan untuk seseorang waktu sebelum merencanakan kehamilan termasuk diskusi tentang risiko-risiko yang berhubungan dengan obat-obat spesifik, obat tradisional, dan pengaruh buruk bahan kimia seperti rokok dan alkohol. Suplemen seperti asam folat sebaiknya diberikan selama penatalaksanaan kehamilan karena penggunaan asam folat mengurangi cacat selubung saraf. Obat sebaiknya diresepkan pada kehamilan hanya jika keuntungan yang diharapkan bagi ibu hamil /dipikirkan lebih besarndaripada risiko bagi janin. Semua obat jika mungkin sebaiknya dihindari selama trimester pertama. Pada proses menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan si ibu dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat menghalangi proses pengeluaran ASI antara lain misalnya estrogen. Keracunan pada bayi yang baru lahir



dapat terjadi jika obat bercampur dengan ASI secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat pada ASI (misalnya iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis obat menghambat proses menyusui bayi (misalnya phenobarbital). Obat pada ASI secara teoritis dapat menyebabkan hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam konsentrasi yang sangat kecil pada efek farmakologi. Perubahan fisiologi selama kehamilan dan menyusui dapat berpengaruh terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan menyusui yang kemungkinan berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat yang diminum. Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung ataupun bayinya.Untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui, maka apoteker perlu dibekali pedoman dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian bagi ibu hamil dan menyusui.



1.2 Tujuan Memandu apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian dalam penanganan ibu hamil dan menyusui.



1.3 Permasalahan



A. Obat yang disarankan bagi ibu hamil B. Golongan obat yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil C. Golongan obat yang boleh diberikan pada ibu hamilsecara terbatas dan dengan pengawasan D. Konsumsi jamu pada ibu hamil dan nifas



BAB 11 PEMBERIAN OBAT PADA IBU HAMIL Ayu Apriliana Sari., S.Farm,Apt20.30



Penggunaan obat selama kehamilan merupakan fenomena yang umum.Banyak wanita belum mengetahui efek obat yang dapat berpengaruh pada fetus.Beberapa wanita hamil belum memperhatikan kondisi mereka dan melanjutkan penggunaan obat selama kondisi akut dan kronis. Secara umum, hingga 86% wanita dilaporkan menggunakan beberapa jenis obat kehamilan dengan



rata- rat 2,9 obat tiap pasienya. Berdasarkan pola penggunaan, besar kemungkinannya ada obat yang bersifat teratogen.Akan tetapi, resiko utama pada kelahiran tidak normal dari beberapa obat adalah kecil. Sistem pelabelan kehamilan oleh FDA (Food and Drug Administration) merupakan sumber yang umum untuk informasi dalam memperhatikan keamanan penggunaan obat selama kehamilan.



Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang pemberian obat selama kehamilan antara lain (MIMS, 1998): 1. Tidak ada obat yang dianggap 100% aman bagi perkembangan janin. 2. Obat diberikan jika manfaatnya lebih besar daripada resikonya baik bagi ibu maupun janin. Jika mungkin, semua obat dihindari pada tiga bulan pertama kehamilan (trimester I), karena saat ini organ tubuh janin dalam masa pembentukan. 3. Metabolisme obat pada saat hamil lebih lambat daripada saat tidak hamil, sehingga obat lebih lama berada dalam tubuh. 4.



Pengalaman penggunaan obat terhadap wanita hamil sangat terbatas, karena uji klinis obat saat hendak dipasarkan tidak boleh dilakukan pada wanita hamil. A.obat yang disarankan pada ibu hamil menurut FDA ada beberapa kategori diantaranya, sebagi berikut :



A. Kategori A B. Kategori B C. Kategori C



Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin pada kehamilan trimester pertama (dan tidak ada bukti mengenai resiko terhadap trimester berikutnya), dan sangat kecil kemungkinan obat ini untuk membahayakan janin bKategoriB Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol yang diperoleh pada ibu hamil.Studi terhadap reproduksi binatang



percobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan ditemukan bukti adanya pada kehamilan trimester berikutmya). c.KategoriC Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin (teratogenik), dan studi terkontrol pada wanita dan binatang percobaan tidak tersedia atau tidak dilakukan.Obat yang masuk kategori ini hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya resiko yang terjadi pada janin. d.KategoriD Terdapat bukti adanya resiko pada janin, tetapi manfaat terapeutik yang diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko (misalnya jika obat perlu digunakan untuk mengatasi kondisi yang mengancam j/iwa atau penyakit serius bilamana obat yang lebih aman tidak digunakan atau tidak efektif. e.KategoriX Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan adanya abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko pada janin. Besarnya resiko jika obat ini digunakan pada ibu hamil jelas-jelas



melebihi



manfaat



terapeutiknya.



Obat



yang



masuk



dalam



kategori



ini



dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan hamil. Obat dikategorikan sebagai teratogenik jika obat melewati plasenta dan menyebabkan malfomasi longenital.Efek teratogenik biasanya hanya muncul saat fetus terpapar pada saat masa kritis perkembangan. Walaupun begitu, tidak semua fetus yang terpapar akan terkena efek. Resiko teratogenik juga ditentukan dari seringnyapenggunaan obat.Perkembangan inplantasi dari telur yang telah dibuahi membutuhkan waktu 1-2 minggu.Oleh karena itu, efek negative penggunaan obat pada waktu ini sering kali menghasilkan aborsi spontan.Waktu kritis untuk organogenesis adalah selama 8 minggu pertama kehamilan.Oleh karena itu resiko ketidaknnormalan kelahiran lebih tinggi selama trimester pertama.Setelah minggu pertama, kebanyakan efek teratogenik berhubungan dengan retriksi pertumbuhan fetal atau kemunduran secara fungsional, seperti keterbelakangan mental. Obat yang disarankan untuk ibu hamil diantaranya : 1. Multivitamin 2. Imunisasi 3. Asam folat 4. Makanan yang mengandung protein tinggi



B.OBAT YANG TIDAK BOLEH DIBERIKAN PADA IBU HAMIL DAFTAR ANTIBIOTIK UNTUK WANITA HAMIL & MENYUSUI : Minum Antibiotik yang aman untuk kehamilan , janin & menyusui | Antibiotik yang berbahaya dan harus dihindari saat Ibu



Hamil & Ibu Menyusui : Amoxicillin, Cefadroxil, Cefazolin, Cefotaxime, Ceftazidime, Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Clindamycin, Erythromycin, Gentamicin, Kanamycin, Ofloxacin, Penicillin,



Streptomycin,



Tetracycline,



cotri,



Trimethoprim/sulfamethoxazole,dll



Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas.Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan hamil.Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alas an inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan j aninnya. Bila tidak diperlukan benar, sebaiknya ibu hamil membatasi konsumsi obat-obatan, terutama antibiotic yang bias membahayakan tumbuh kembang janin. Masa paling krusial yang perlu diwaspadai adalah pada trisemester pertama kehamilan. Obat antibiotic golongan kuinolon harus dihindari



ibu



hamil



karena



berpotensi



menyebabkan



kecacatan..



Gangguan tulang yang sering dialami bayi akibat antibiotic ini adalah terganggunya pertumbuhan tulang sehingga anak beresiko pendek. YANG PERLU PERHATIAN KHUSUS atau TIDAK BOLEH DIMINUM UNTUK IBU HAMIL dan MENYUSUI :



1.) Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan netilmicin sulfate.



2.) Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na, cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya, c ephadrine, dan ceftizoxime Na.



3.) Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol.



4.) Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin, spiramycin, dan azithromycin.



5.) Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya.



6.) Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin, sparfloxacin dan



norfloxacin.



7.) Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline , tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).ko pendek. Risiko lainnya adalah tidak menutupny tulah belakang (spina bifida).



B. Obat apa yang aman dikonsumsi ibu hamil? Untuk mengetahui obat-obatan yang aman untuk janin, para tenaga kesehatan di Indonesia berpedoman pada kategori dari Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.



FDA membuat kategori obat-obatan untuk ibu hamil berdasarkan tingkat keamanannya terhadap janin:2 



Kategori A: penelitian pada manusia di trimester 1 tidak menunjukan kelainan terhadap janin (belum ada bukti pada trimester 2 dan 3)







Kategori B: penelitian pada hewan percobaan tidak menunjukan efek terhadap janin dan penelitian pada manusia masih belum menunjukan bukti yang jelas. Atau, pada hewan percobaan menunjukan kelainan janin, sedangkan pada manusia tidak menunjukan kelainan janin sama sekali di semua trimester.







Kategori C: penelitian pada hewan percobaan menunjukan kelainan janin, tetapi pada manusia belum menunjukan bukti yang jelas. Tetapi manfaat obat lebih tinggi dibandingkan potensial resiko yang terjadi.







Kategori D: penelitian pada manusia menunjukan bukti kelainan yang jelas pada janin. Tetapi manfaat obat lebih tinggi dibandingkan potensi resiko yang terjadi.







Kategori X: penelitian pada manusia menunjukan kelainan pada janin. Dan tingkat bahayanya lebih besar daripada manfaatnya.



Secara singkatnya adalah: 



Kategori A = Aman untuk janin







Kategori B = Cukup aman untuk janin







Kategori C = Digunakan jika perlu, kemungkinan bisa ada efek samping pada janin







Kategori D = Digunakan jika darurat, bisa terjadi efek samping pada janin







Kategori X = Tidak pernah digunakan dan sangat berbahaya bagi janin



Obat apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil? 



Boleh1,2 Obat-obatan yang termasuk dalam kategori A dan B aman untuk dikonsumsi ibu hamil.







Boleh dalam kondisi tertentu1,2 Obat-obatan yang termasuk dalam kategori C dan D bisa berbahaya bagi janin dan hanya digunakan dalam kondisi darurat atau pada kondisi yang bisa mengancam nyawa ibu.







Tidak Boleh1,2 Obat-obatan yang termasuk dalam kategori X sangat berbahaya bagi janin dan tidak pernah digunakan pada ibu hamil.



D. KONSUMSI JAMU BAGI IBU HAMIL DAN IBU NIFAS Kebiasaan, Jamu, Hamil, Melahirkan dan Menyusui. Jamu merupakan ramuan tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan yang telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan tujuan: mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan dan kesehatan tubuh. Kebiasaan minum jamu banyak ditemukan pada masyarakat jawa baik pada ibu



hamil, melahirkan maupun pasca melahirkan (nifas). Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional, teknik pengambilan sampel dengan cara aksidental. Analisis data dilakukan dengan univariat untuk melihat didtribusi frekuensi dan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kebiasaan konsumsi jamu dalam menjaga kesehatan tubuh saat hamil, setelah melahirkan dan saat menyusui pada ibu-ibu di desa Kajoran Klaten Selatan dengan cara mengkonsumsi jamu setiap hari ada 33 orang (82,5%), dua hari sekali ada 6 orang (15%) dan seminggu dua kali ada 1 orang (2,5%). Gangguan yang pernah dialami saat hamil berupa mual, muntah, pegal pinggang, keju-kemeng, varices dan wasir. Gangguan yang pernah dialami setelah melahirkan berupa mules-mules, nyeri perut, nyeri jalan lahir, takut, cemas dan perut berkerut dan gangguan pada saat menyusui berupa produksi asi berkurang, Paryono, Ari Kurniarum, Kebiasaan Konsumsi Jamu Untuk Menjaga



65



nyeri payudara, asi keluar tidak lancar dan payudara bengkak. Cara penggunaan paling sering dilakukan dengan cara diminum terdapat pada 35 dari 40 orang pada saat menyusui dan 21 dari 40 orang pada saat hamil. Bahaya dari Konsumsi Jamu Untuk Ibu Hamil Mengkonsumsi jamu secara sembarangan akan dapat memicu timbulnya beberapa gangguan kesehatan dan masalah kehamilan pada wanita yang sedang mengandung. Adapun beberapa resiko yang mungkin dialami pada anda yang tetap memaksa mengkonsumsi minuman tradisional ini diantaranya bisa disimak dibawah ini. 1. Ketuban keruh: konsumsi jamu yang dilakukan secara terus menerus akan dapat menimbulkan masalah pada air ketuban yang berubah menjadi keruh. Hal ini adalah hal umum yang akan dihadapi oleh ibu yang senang mengkonsumsi jamu selama kehamilan. Air ketuban yang seharusnya bening dapat berubah menjadi kental dan berwarna hijau keruh akibatnya hal ini akan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap pada air ketuban anda. Kondisi ini tentu akan membahayakan kesehatan janin sebab pada saat itu janin mungkin akan mnegalami kesulitan bernapas sewaktu dilahirkan. Bukan hanya masalah tersebut, masalah lain yang mungkin dihadapi adalah air tersebut akan beresiko membahayakan apabila terminum oleh bayi. 2. Timbulnya masalah teratogenik: Masalah ini merupakan sebuah kelainan yang dapat menyebabkan timbulnya kecacatan pada bayi sebagai akibat dari mengkonsumsi konsentrat yang tidak direkomendasikan. Zat yang mungkin ada dalam jamu tersebut pun bukan tidak mungkin dapat menyebabkan kecacatan dan bahkan membahayakan nyawa si bayi dalam kandungan ibu. 3. Timbulnya Kelainan Jantung: Konsumsi jamu yang dilakukan dengan sembarang dan sering akan dapat menimbulkan kelainan jantung pada janin yang mana hal ini akan sangat beresiko terhadap keselamatan jiwanya. Pada kondisi terburuk kehilangan janin atau keguguran bisa menjadi hal yang sangat menakutkan. 4. Timbulnya Hyperthrohic Pyloric Stenosis: Kondisi ini adalah sebuah kelainan yang mana bagian otot penghubung lambung dengan bagian usus berubah menjadi menebal sehingga menimbulkan kondisi kebuntuhan.



Dengan demikian pada kesimpulannya ibu hamil tidak diperkenankan mengkonsumsi jamu selama masa kehamilan sebab hal ini akan dapat berbahaya untuk kesehatan janin yang ada dalam kandungannya.



BAB III PENUTUP



A.KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulansebagai berikut: 1.tidak ada obat yang dianggap 100% aman bagiperkembangan janin 2.pengalaman penggunaan obat terhadap ibu hamil sangat terbatas 3. metabolism obat pada saat hamil lebih daripadasaat tidak hamil, sehinggaobat lebih lamaberada dalam tubuh



B.saran Penulis kelompok 6 menyarankan kepada civitas akademika yang menaruh konsentrasi serius terhadap konsep pemberian obat pada ibu hamil, agar bisa melakukan penelitian yang lebih mendalam.karena dalam makalah ini penulis hanya membatasi kajian pada beberapa hal pokok yang mendasar.



DAFTAR PUSTAKA



Riordan, Jan, EdD, RN, IBCLC, FAAN, 1996, Buku Saku Menyusui & Laktasi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Ayu Apriliana Sari,S.Farm,Apt 20.30