Makalah Ppok Lengkap [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Dora
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUGAS AKHIR PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR PROFESI



Dosen Pembimbing : Yellyanda, Ners, M.Kep



DI SUSUN OLEH :



Meidyta Dwiputri Melani Shaputri Rofiah Yesica Indriani Novika Ana L.H Neneng S. Rahayu Salina Dessy Susanti Raffy Edward Riapuni Suyanti



PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI TAHUN AJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada kelompok untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul kasus praktik klinik dengan kasus PPOK keperawatan dasar profesi tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas keperawatan dasar Selain itu, kelompok juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang asuhan keperawatan PPOK Kelompok mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan. kelompok juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kelompok terima demi kesempurnaan makalah ini. Penulis Kelompok jambi 2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... A. Latar Belakang.................................................................................... B. Rumusan Masalah............................................................................... C.Tujuan Penelitian................................................................................. BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................... A. Pengertian PPOK .............................................................................. B. Klasifikasi PPOK .............................................................................. C. Etiologi PPOK................................................................................... D. Manifestasi PPOK ............................................................................ E. Patofisiologi PPOK ........................................................................... F. Pemeriksaan penunjang .................................................................... G. Komplikasi......................................................................................... H. Penatalaksanaan................................................................................. BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................. A. Asuhan keperawatan PPOK................................................................ 1.Pengkajian....................................................................................... 2.Diagnosa keperawatan..................................................................... 3. Intervensi ....................................................................................... 4. Implementasi ................................................................................. 5. Evaluasi ........................................................................................ BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ..................................... 1.Pengkajian....................................................................................... 2.Diagnosa keperawatan..................................................................... 3. Intervensi ....................................................................................... 4. Implementasi ................................................................................. 5. Evaluasi ........................................................................................ BAB V PENUTUP ............................................................................................. 1. Kesimpulan .................................................................................... 2. Saran .............................................................................................. Daftar pustaka



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif Kronis (PPOK) merupakan istilah lain dari beberapa jenis penyakit paru-paru yang berlangsung lama atau menahun, ditandai dengan meningkatnya resistensi terhadap aliran udara (Maisaroh, 2018). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu kelompok penyakit tidak menular yang menjadi masalah di bidang kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia. PPOK adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran napas dan paru yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara yang bersifat persisten dan progresif sebagai respon terhadap partikel atau gas berbahaya. Karakteristik hambatan aliran udara PPOK biasanya disebabkan oleh obstruksi saluran nafas kecil (bronkiolitis) dan kerusakan saluran parenkim (emfisema) yang bervariasi antara setiap individu (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam Agustin, 2017). Pada umumnya penyakit ini dapat dicegah dan diobati (Suyanto dalam Agustin, 2017). PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan. Adapun faktor penyebabnya adalah: merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20 tahunan. (Smeltzer dan Bare dalam Rahmadi, 2015. Penyakit ini juga mengancam jiwa seseorang jika tidak segera ditangani (Smeltzer dan Bare dalam Rajmadi, 2015). Angka kejadian PPOK di Indonesia cukup tinggi dengan menggambil beberapa sempel di daerah DKI Jakarta 2,7%, Jawa Barat 4,0%, Jawa Tengah 3,4%, DI Yogyakarta 3,1%, Jawa Timur 3,6% dan Bali 3,6%. Hasil wawancara pada peserta umur kurang lebih 30 tahun berdasarkan gejala. Dalam kasus PPOK laki-laki cenderung lebih tinggi di banding perempuan dan lebih tinggi pedesaan di banding perkotaan (Kemenkes dalam Agustin, 2017). World Health Organizatiton (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 yang akan datang angka kejadian PPOK akan mengalami peningkatan dan menduduki dari peringkat 6 menjadi peringkat 3 sebagai penyebab kematian tersering (Ikawati dalam Agustin, 2017). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)? 2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)?



C. Tujuan 1.



Memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnosa dan penatalaksanaan pada pasien PPOK.



2.



Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan PPOK.



BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmunary Disease (COPD) adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat progresif dan dikaitkan dengan respons inflamasi paru yang abnormal terhadap partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan napas, hipersekresi mukus, dan perubahan pada sistem pembuluh darah paru (Brunner & Suddarth, 2013) Penyakit Paru Obstuktif Kronis (Chronic obstructive pulmonary disease – COPD) merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit paru-paru yang ditandai dengan penyumbatan pada aliran udara dari paru-paru. Penyakit ini merupakan penyakit yang mengancam kehidupan dan mengganggu pernafasan normal (WHO dalam Maisaroh, 2018). B. Klasifikasi PPOK PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat, menurut Global Initiative for Chronic Obstructuve Lung Disease (GOLD) dalam Rahmadi tahun 2015, yaitu: 1. Derajat 0 (beresiko) Gejala klinis : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan dispnea, terdapat paparan faktor resiko, sprirometri : normal. 2. Derajat I (PPOK ringan) Gejala Klinis : batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK. 3. Derajat II (PPOK sedang) Gejala Klinis : sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya. 4. Derajat III (PPOK Berat) Gejala Klinis : sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien 5. Derajat IV (PPOK sangat berat)



Gejala Klinis : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal napas kronik. C. Etiologi Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) dalam Rahmadi (2015) adalah : 1. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi. 2. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan. 3. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma orang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK. 4. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif muda, walau pun tidak merokok. D. Manisfestasi Klinis Manifestasi klinis pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut Reeves (2001) dalam Rahmadi (2015) adalah : Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang makin menjadi di saat pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut. Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak. Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu pada pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis, sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera makan (isolasi sosial) penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukupnya oksigenasi sel dalam sistem (GI)



gastrointestinal. Pasien dengan PPOK lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan. E. Patofisiologi Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. (Jackson dalam Rahmadi, 2015). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak strukturstruktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. (Grece & Borley dalam Rahmadi, 2015). F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Somantri (2009) antara lain : a. Chest X-Ray : dapat menunjukan hiperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan ruang udara restrotenal, penurunan tanda vaskuler/bullae (emfisema), peningkatan suara bronkovaskular (bronkitis), normal ditemukan saat periode remisi (asma). b. Pemeriksaan Fungsi Paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi, dan mengevaluasi efek dari terapi, misalnya bronkodilator. c. Total Lung Capacity (TLC) : meningkat pada bronkitis berat dan biasanya pada asma, namun menurun pada emfisema. d. Kapasitas Inspirasi : menurun pada emfisema.



e. FEV1/FVC : rasio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital (FVC) menurun pada bronkitis dan asma. f. Arterial Blood Gasses (ABGs) : menunjukan proses penyakit kronis, sering kali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronkitis kronis dan emfisema), tetapi sering kali menurun pada asma, pH normal atau asidosis, alkalosis repiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma). g. Bronkogram : dapat menunjukan dilatasi dari bronki saat inspirasi, kolaps bronkial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus (bronkitis). h. Darah Lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin (emfisema berat) dan eosinofil (asma). i. Kimia Darah : alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema primer. j. Sputum Kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi patogen, sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menentukan penyakit keganasan atau alergi. k. Elektrokardiogram (EKG) : deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asma berat), atrial distritmia (bronkitis), gelombang P pada leads II, III, dan AVF panjang, tinggi (pada bronkitis dan emfisema), dan aksis QRS vertikal (emfisema). l. Exercise EKG, Stress test : membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi pernapasan, mengevaluasi keefektifan obat bronkodilator, dan merencanakan/evaluasi program. G. Komplikasi PPOK Menurut Irman Sumantri (2009), Komplikasi PPOK yaitu : a. Hipoksemia Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg, dengan nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis. b. Asidosis Respiratori Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizzines, dan takipnea. c. Infeksi Respiratori Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edem mukus. Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea. d. Gagal Jantung



Terutama kor pulmonl (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini. e. Kardiak Disritma Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratori. f. Status Asmatikus Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma brokial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma. H. Pentalaksanaan Penatalaksanaan pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut Mansjoer dalam Rahmadi (2015) adalah : 1. Pencegahan yaitu mencegah kebiasaan merokok, infeksi, polusi udara. 2. Terapi eksasebrasi akut dilakukan dengan : a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenzae dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisillin 4 x 0,250,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari. b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenzae dan B. Catarhalis yang memproduksi beta laktamase. c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada pasien yang mengalami eksasebrasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dam membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotic yang lebih kuat. d. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2. e. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik. f. Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250 mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan. 3. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :



a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisillin 4 x 0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksasebrasi akut. b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru. c. Fisioterapi. d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik. e. Mukolitik dan ekspektoran. f. Terapi jangka penjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas tipe II dengan PaO2 4 detik, warna kulit pucat



7. PERSONAL HYGIENE  Kulit kepala dan rambut Ketombe (+), rambut bau  Mata Tidak ada masalah  Hidung Tidak ada masalah  Telinga Serumen (+)  Kuku kaki dan tangan Kotor(+)  Genetalia Tidak ada masalah  Kulit seluruh badan Kulit tampak kusam  Tubuh secara keseluruhan Kebersihan buruk dan bau badan  Masalah keperawatan yang muncul: Defisit perawatan diri 8. KENYAMANAN : NYERI  Karakteristik nyeri a. Lokasi nyeri : tidak ada Superfisial Distal b. Skala nyeri : tidak ada c. Intensitas nyeri : Tidak nyeri Nyeri hebat d. Kualitas nyeri : Terbakar



 



Viseral Medial



 



Proximal Lateral



 



Nyeri ringan Nyeri tidak terkontrol







Nyeri sedang







Tertusuk







Tersayat











Tercekik  Berdenyut-denyut Lain-lain ...................... e. Kapan pertama kali nyeri dirasakan tidak ada f. Kapan terakhir kali nyeri dirasakan tidak ada g. Waktu timbulnya nyeri Mendadak  Bertahap h. Interval nyeri (jarak antara tiap nyeri) i. Durasi nyeri (lamanya nyeri dirasakan) Perilaku Non Verbal a. Ekspresi wajah Meringis  Menggigit bibir Mengatupkan mulut  Mata melotot b. Gerakan tubuh Gelisah  Otot tegang Immobilisasi  Mengusap-usap







Menyebar







Hilang timbul



 



Gemeletuk gigi Lain-lain ...................



 



Membungkuk Bergerak melindungi bagian tubuh yg sakit



c. Interaksi sosial  Menghindar untuk bicara  Terpusat pada aktifitas untuk mengurangi nyeri  Menghindar untuk kontak sosial  Perhatian terhadap lingkungan sekitar berkurang  Lainnya, sebutkan .............................................................................................................. Riwayat nyeri a. Apakah pernah menderita nyeri ini sebelumnya : tidak ada b. Sudah berapa lama menderita nyeri ini c. Apakah nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas d. Kondisi yang memperberat nyeri



9. KENYAMANAN : PERUBAHAN SUHU TUBUH  Peningkatan suhu tubuh a. Faktor penyebab peningkatan suhu tubuh b. Hal-hal yang memperberat keadaan c. Hal-hal yang meringankan keadaan d. Tanda-tanda klinis :  Penurunan suhu tubuh a. Faktor penyebab penurunan suhu tubuh b. Hal-hal yang memperberat keadaan c. Hal-hal yang meringankan keadaan d. Tanda-tanda klinis :  Lain-lain (penjelasan) tidak ada  Masalah keperawatan yang muncul: tidak ada



: tidak ada : tidak ada : tidak ada tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada tidak ada



10. KEBIASAAN SEKSUAL  Apakah anda selalu melakukan hubungan seksual dengan pasangan?  Ya  Tidak √  Frekuensi hubungan seksual: tdk teratur  Apakah ada gangguan dalam melakukan hubungan seksual?







  



 



Ya √ Tidak Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut:  Fertilitas  Libido √  Ereksi√  Menstruasi  Kehamilan  Alat kontrasepsi  Lainnya, Pemahaman terhadap fungsi seksual: Lain-lain (penjelasan) Tidak ada Masalah keperawatan yang muncul:



11. KEAMANAN DAN KESELAMATAN  Suasana hati : cemas  Faktor resiko cedera berkaitan dengan :  Gangguan penglihatan  Gangguan pendengaran  Berkurangnya perhatian  Adanya kelemahan fisik  Kegelisahan  Lainnya, sebutkan ..............................................................................................................  Penjelasan dari faktor resiko cedera Tidak ada  Lain-lain (penjelasan) Tidak ada  Masalah keperawatan yang muncul: 12. KONSEP DIRI  Gambaran diri a. Persepsi terhadap bentuk tubuh : perubahan pada fungsi dan struktur tubuh b. Persepsi terhadap fungsi tubuh : ..................................................................... c. Potensi tubuh pada masa lalu : ..................................................................... d. Potensi tubuh pada saat ini : ..................................................................... e. Perubahan bentuk tubuh yang dialami : .....................................................................  Ideal diri a. Apakah perilaku sesuai dengan standar pribadi ........................................................................ b. Harapan pribadi berdasarkan normal sosial dari :  Keluarga  Budaya  Agama  Lain-lain, sebutkan ........................................................................................................... c. Pada masa kanak-kanak, yang berperan dalam memberikan tuntutan/ harapan  Orangtua  Saudara



 



Teman sebaya Lain-lain, sebutkan ........................................................................................................... d. Hal yang amat dipikirkan saat ini Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan



e. Harapan setelah menjalani perawatan Sembuh



f. Perubahan yang dirasakan setelah sakit 















Perubahan fisik dan aktivitas Harga diri a. Stressor yang menyebabkan harga diri rendah  Ada, sebutkan ....................................................................................................................  Tidak ada b. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah  Membenci diri sendiri  Menolak diri sendiri  Mengejek dan mengkritik diri  Merendahkan dan mengurangi martabat  Rasa bersalah dan khawatir yang berlebihan  Menarik diri dari realitas Identitas diri a. Dapat mengenal diri sendiri Tidak ada masalah b. Dapat menyebutkan kelebihan yang dimiliki diri Tidak ada masalah c. Dapat menyebutkan kekurangan yang dimiliki diri Tidak ada masalah Penampilan peran a. Peran di dalam keluarga : kepala keluarga b. Peran di lingkungan sekitar rumah : warga c. Peran di lingkungan pekerjaan : pegawai / staf d. Hambatan dlm menjalankan peran : kondisi sakit Lain-lain (penjelasan) Tidak ada Masalah keperawatan yang muncul:



13. SPIRITUAL  Nilai dan keyakinan a. Siapa atau apa sumber kekuatan b. Keyakinan terhadap Tuhan dan agama pasien memiliki keyakinan  Kegiatan ibadah a. Kegiatan ibadah yang biasa dilakukan sendiri di rumah (sebutkan) ......................................... Sholat b. Kegiatan ibadah berkelompok di masyarakat (sebutkan) Tidak ada c. Hambatan ibadah yang dirasakan saat ini



 



Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOM tidak menghambat klien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah klien Lain-lain (penjelasan) Tidak ada Masalah keperawatan yang muncul:



14. MEKANISME KOPING  Pengambilan keputusan  Sendiri  Dibantu oleh orang lain, sebutkan .....................................................................................  Yang dilakukan jika mempunyai masalah  Diselesaikan sendiri, sebutkan ...........................................................................................  Meminta bantuan orang lain, sebutkan ..............................................................................  Menghindari masalah  Melakukan olahraga  Meminum alkohol  Banyak merokok  Bekerja berlebihan  Lain-lain, sebutkan ............................................................................................................  Lain-lain (penjelasan) Pasien mengatakan cemas dan takut terhadap perawatan dan penyakitnya  Masalah keperawatan yang muncul: Pasien mengatakan merasa terasingkan karena bergantung pada keluarga, pasien mudah tersingung dan marah  Masalah keperawatan Koping tidak efektif 15. KEHILANGAN DAN BERDUKA  Persepsi terhadap kehilangan  Jenis kehilangan yang dialami  Efek kehilangan  Tanda-tanda klinis kehilangan



  



Koping yang dimiliki untuk mengatasi : kehilangan Apakah klien dalam kondisi terminal Tanda-tanda klinis







Kondisi psikologis



: : : :



tidak ada .................................................................. tidak ada .................................................................. tidak ada................................................................... tidak ada................................................................... tidak ada...................................................................



tidak ada....................................................................... .................................................................................. : .................................................................................. : tidak ada  Rasa sesak  Napas pendek  Sering mengeluh  Merasa lemah  Lain-lain ............................................................ :  Tidak mengetahui dan memahami kondisi yang terjadi (terminal)  Menghindari pembicaraan tentang prognosis dan kondisi penyakit]  Memahami sepenuhnya prognosis penyakit dan berusaha menghadapinya



  



16. LUKA  Penyebab luka  Penampilan luka  Drainage :  Pembengkakan  Bau :  Nyeri :  Teraba hangat  Tindakan perawatan luka  Tanda-tanda komplikasi







Lain-lain ............................................................



Lain-lain (penjelasan) tidak ada Masalah keperawatan yang muncul: tidak ada



: tidak ada : tidak ada tidak ada : tidak ada tidak ada tidak ada : tidak ada : tidak ada :  Infeksi  Perdarahan  Dehiscene  Lain-lain ............................................................



Lain-lain (penjelasan) tidak ada Masalah keperawatan yang muncul:



C. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Radiologi Hasil foto Thorax PA tanggal 15 Mei 2002: Cor : bentuk Tear Drops Pulmo : Tampak bronchopulmonary Pattern sedikit meningkat hiperacrated kedua paru. Kedua sinus Phrenicocostalis tumpul (tampak tenting pada kedua hemidiafragma). Tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan bawah lateral. Tampak callus formation pada costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang. Kesimpulan : Emphysematous Lung, Efusi Pleura bilateral yang telah mengalami organisasi bekas fraktur Costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang. 2. EKG Hasil EKG tanggal 17 Mei 2002: Sinus takikardi disertai PAC dan PVC oleh karena pemberian Aminophyllin (Efek Aritmogenik) 3. USG Tidak ada 4. Laboratorium  Darah Darah lengkap tanggal : 4 sept 2021. - Hb : 10,7 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl) - Leukosit 11.000). - Trombosit : 381 (150 – 350). - PCV : 0,33 Faal Hati tanggal :. - SGOT



: 18.600 (4000 –



: 20 (L < 37 P < 31) U/L



Faal Ginjal tanggal : - Ureum/BUN : 12 mg/dl (10 – 45) - Serum Creatinin : 0,93 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3) Darah lengkap tanggal : 9 sept 2021



- Hb : 10,6 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl) - LED : 100 (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam - Leukosit : 17.600 (4000 – 11.000). - Hematokrit : 31,1 (L 0,40 – 0,47 P 0,38 – 0,42) - Trombosit : 421 (150 – 350) - PCV : 0,33 Gula darah tanggal . - Glukosa Puasa : 50 mg/dl



( 126 mg/dl)



Lemak tanggal : - Cholesterol Total : 217 (100 - 240) Faal Hati tanggal : - Alkali Phospatase : 261 - SGOT : 29,2 (L < 37 P < 31) U/L SGPT : 16,11 (L < 40 P < 31) U/L - Albumin : 3,81 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl) Faal Ginjal tanggal : - Uric Acid : 4,13 mg/dl (L : 3,4 – 7,0 P 2,4 – 5,7) Elektrolit tanggal :. - Natrium (3,5 – 5,5 mmol/l)



: 136 mmol/l (135 – 145 mmol/l) - Kalium



: 2,2 mmol/l



Gas Darah Analisa : - PH : (7,35 – 7,45) - PO2 : (80 – 100) mmHg - PCO2 : (35 – 45) mmHg - HCO3 : (22 – 26) mmol/L - BE : (- 2,5 - + 2,5) mmol/L







Urine Tidak ada







Feses Tidak ada



5. Lain-lain, sebutkan. Tidak ada D. PROGRAM PENGOBATAN  Oksigen 2 Lt/mt  Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.  Tab Cefrofloxacin 2 X 500 mg  Atroven Nebulizer 4 x / hr.  Bricasma Nebulizer 4 x / hr.  Syr Antacid 3 X 1 C1  Tab Ranitidin 2 X 1  Tab Codein 3 X 10 mg  Infus RL drip KCl 25 mg/24 jam Yang melakukan pengkajian



Neneng Sri Rahayu NIM PO71202210076



No



Analisa data



1



DS : -



-



ANALISA DATA Etiologi



Hipersekresi Pasien mengatakan sesak napas jalan napas disertai batuk, sesak ketika melakukan aktivitas ataupun berbaring Sesak napas memberat 5 hari SMRS



Masalah Paraf keperawatan Waktu Bersihan jalan napas tidak efektif



/



Melani /09 September 2021



DO : - Pengkajian bunyi napas ronkhi, wheezing dan redup - Terdapat sputum putih kekuningan - Frekuensi napas : 32 x/menit 2



3



DS : -



Pasien mengatakan bengkak



penurunan kakinya konsentrasi hemoglobin



DO : - Hasil pengkajian Warna kulit pucat Turgor kulit jelek CRT > 4 detik - Terdapat edema pada ekstremintas bawah - Tanda tanda vital Tekanan darah : 100/ 60 MmHg Nadi : 100 x /menit DS : - Pasien mengatakan tidak nafsu makan disertai mual dan mentah DO: - Pasien muntah - Penurunan berat badan BB sekarang : 33 kg Imt : 12.6 (kurus)



Perfusi perifer tidak efektif Melani/09 September 2021



faktor psikologis (keengganan untuk makan)



Deficit nutrisi



Melani/09 September 2021



4



DS: DO: -



5



DS : -



DO : -



6



DS: DO: -



7



DS : DO: -



8



DS : -



DO :



Hasil laboratorium Hb : 10.6 gr % Kurang Pasien mengeluh susah tidur, control tidur sesak saat berbaring, Keluarga pasien mengatakan pasien sering terbangun saat tidur



Gangguan pola tidur 09 September 2021



Pasien tampak gelisah saat tidur dimalam hari Ketidakseimb Intoleransi Pasien mengeluh cepat lelah angan suplai aktivitas sehingga tidak mampu melakukan dan aktivitas sehari- hari secara kebutuhan oksigen mandiri Tampak aktivitas sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga dan perawat Pasien hanya dapat berbaring dibed Kelemahan Keluarga mengatakan perawatan diri seperti dibantu oleh keluarga



untuk mandi



Defisit Perawatan diri 09 September 2021



Tampak pemenuhan kebutuhan dibantu keluarga Kebersihan buruk terdapat bau badan Kurang Pasien dan keluarga mengatakan terpapar tidak mengetahui dampak informasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik Pasien dan keluarga tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama karena kurang informasi



09 September 2021



Defisit pengetahuan 09 September 2021



Ketidakadeku Koping tidak Pasien mengatakan cemas dan atan strategi efektif takut terhadap perawatan dan koping penyakitnya 09 Pasien mengatakan merasa September terasingkan karena bergantung 2021 pada keluarga



-



Pasien mudah tersinggung dan mudah marah



DIAGNOSA KEPERAWATAN NO 1



TGL/JAM September,2021



DIAGNOSA KEPERAWATAN Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan napas di tandai dengan DS : - Pasien mengatakan sesak napas disertai batuk, sesak ketika melakukan aktivitas ataupun berbaring - Sesak napas memberat 5 hari SMRS DO : - Pengkajian bunyi napas ronkhi, wheezing dan redup - Terdapat sputum putih kekuningan - Frekuensi napas : 32 x/menit



2



September,2021



Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin di tandai dengan DS : - Pasien mengatakan kakinya bengkak DO : - Hasil pengkajian Warna kulit pucat Turgor kulit jelek CRT > 4 detik - Terdapat edema pada ekstremintas bawah - Tanda tanda vital Tekanan darah : 100/ 60 MmHg Nadi : 100 x /menit



3



September,2021



Deficit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) di tandai dengan DS : - Pasien mengatakan tidak nafsu makan disertai mual dan mentah DO: - Pasien muntah - Penurunan berat badan BB sekarang : 33 kg Imt : 12.6 (kurus) - Hasil laboratorium



PARAF



Hb : 10.6 gr % 4



September,2021



Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen di tandai dengan DS : - Pasien mengeluh cepat lelah sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari secara mandiri. DO : - Tampak aktivitas sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. - Pasien hanya dapat berbaring dibed



INTERVENSI Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia Indonesia (SLKI) (SIKI) (SDKI) Bersihan jalan SLKI SIKI Label napas tidak efektif Status pernapasan: Manajemen Jalan Napas Definisi:Ketidakma kepatenan jalan napas. a. Monitor pola napas (frekuensi, mpuan a. Frekuensi pernafasan kedalaman, usaha napas) membersihkan (5) tidak ada deviasi b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. sekresi atau dari kisaran normal. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi obstruksi dari b. Irama pernafasan (5) kering) saluran napas untuk tidak ada deviasi dari c. Monitor sputum (jumlah, warna, mempertahankan kisaran normal. aroma) bersihan jalan c. Kedalaman d. Pertahankan kepatenan jalan napas nafas. inspirasi(5) tidak ada dengan head tilt dan chin lift (jaw Batasan deviasi dari kisaran thrust) jika curiga trauma servikal Karakteristik: normal. e. Posisikan semi fowler atau fowler 1. Batuk yang d. Kemampuan untuk f. Berikan minum hangat tidak efektif mengeluarkan secret g. Lakukan fisioterapi dada 2. Dispnea (5) tidak ada deviasi h. Lakukan penghisapan lender kurang 3. Gelisah dari kisaran normal. dari 15 detik 4. Kesulitan e. Suara nafas tambahan i. Lakukan hiperoksigenasi sebelum verbalisasi (5) tidak ada. penghisapan endotrakeal 5. Mata terbuka f. Pernafasan cuping j. Keluarkan sumbatan benda padat lebar hidung (5) tidak ada. dengan forsep Mcgill 6. Ortopnea g. Penggunaan otot k. Berikan oksigen 7. Penurunan bantu nafas (5) tidak l. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari bunyi nafas ada. jika tidak kontraindikasi 8. Perubahan h. Batuk (5) tidak ada. m. Ajarkan teknik batuk efektif frekuensi nafas n. Kolaborasi pemberian bronkodilator, 9. Perubahan pola ekspektoran, mukolitik nafas 1. Latihan Batuk Efektif 10. Sianosis a. Identifikasi kemampuan batuk 11. Sputum dalam b. Monitor adanya retensi sputum jumlah yang c. Monitor tanda dan gejala infeksi berlebih saluran napas 12. Suara napas d. Monitor input dan output cairan (mis. tambahan jumlah dan karakteristik) 13. Tidak ada e. Atur posisi semi fowler atau fowler batuk f. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien g. Buang secret pada tempat sputum h. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif i. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)



selama 8 detik j. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali k. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3 l. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu Terapi Oksigen a. Monitor kecepatan aliran oksigen b. Monitor posisi alat terapi oksigen c. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup d. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis oksimetri, analisa gas darah) e. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi g. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis h. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen i. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen j. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu k. Pertahankan kepatenan jalan napas l. Siapkan danatur peralatan pemberian oksigen m. Berikan oksigen tambahan, jika perlu n. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi o. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien p. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah q. Kolaborasi penentuan dosis oksigen Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur Perfusi Perifer Tujuan: Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi Tidak Efektif tindakan keperawatan 3x24 Observasi: jam diharapkan perfusi perifer  Periksa sirkulasi perifer meningkat  Identifikasi faktor risiko gangguan Kriteria Hasil: sirkulasi Warna kulit pucat berkurang  Monitor panas, kemerahan, nyeri, Edema perifer berkurangg atau bengkak pada ekstremitas Kelemahan otot berkurang Terapeutik Akral teraba hangat  Hindari pemasangan infus atau Turgor kulit membaik pengambilan darah di area keterbatasan perfusi







Defisit Nutrisi



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status nutrisi terpenuhi. Kriteria Hasil: 1. Kekuatan otot pengunyah meningkat 2. Kekuatan otot menelan meningkat 3. Serum albumin meningkat 4. Ungkapan keinginan untuk meningkat nutrisi meningkat 5. Pengetahuan tentang pilihan makanan/minuman yang sehat meningkat 6. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat 7. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan meningkat 8. Perasaan cepat kenyang menurun 9. Sariawan menurun 10. Rambut rontok menurun 11. Diare menurun 12. Berat badan membaik 13. Nafsu makan membaik 14. Bising usus membaik 15. Index massa tubuh



Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi  Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cedera  Lakukan pencegahan infeksi  Lakukan hidrasi Edukasi  Anjurkan berhenti merokok  Anjurkan berolahraga rutin  Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolestrol, jika perlu  Anjurkan untuk melakukan perawatan kulit yang tepat  Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan Manajemen Nutrisi Observasi:  Identifikasi status nutrisi  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric  Monitor asupan makanan  Monitor berat badan Terapeutik:  Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai  Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi  Anjurkan posisi duduk, jika mampu  Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan Promosi Berat Badan Observasi  Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang  Monitor adanya mual dan muntah Terapeutik  Sediakan makanan yang tepat sesuai



membaik



Intoleransi aktivitas



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan toleransi aktivitas meningkat. Kriteria Hasil: Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah Keluhan lelah berkurang Dispnea saat aktivitas berkurang



kondisi pasien  Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang dicapai Edukasi Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjangkau Manajemen Energi Observasi:  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan  Monitor pola dan jam tidur  Monitor kelelahan fisik dan emosional Edukasi  Anjurkan tirah baring  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Terapeutik:  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



IMPLEMENTASI NO. DK 1



TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN September Manajemen Jalan Napas 2021 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) 2. Memonitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering) 3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma) 4. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan chin lift (jaw thrust) jika curiga trauma servikal 5. Memposisikan semi fowler atau fowler 6. Memberikan minum hangat 7. Melakukan fisioterapi dada 8. Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik 9. Melakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal 10. Mengeluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgill 11. Mmberikan oksigen 12. Mengannjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi 13. Mengajarkan teknik batuk efektif 14. Mengkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik Latihan Batuk Efektif 1. Meidentifikasi kemampuan batuk 2. Memonitor adanya retensi sputum 3. Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas 4. Memonitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik) 5. Mengatur posisi semi fowler atau fowler 6. Memaasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien 7. Membuang secret pada tempat sputum 8. Melaskan tujuan dan prosedur batuk efektif 9. Menganjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik 10. Menganjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali 11. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3 12. Mengkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu Terapi Oksigen



PARAF



2



September 2021



1. Memonitor kecepatan aliran oksigen 2. Memonitor posisi alat terapi oksigen 3. Memonitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup 4. Memonitor efektifitas terapi oksigen (mis oksimetri, analisa gas darah) 5. Memonitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan 6. Memonitor tanda-tanda hipoventilasi 7. Memonitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis 8. Memonitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen 9. Memonitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen 10. Membersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu 11. Mempertahankan kepatenan jalan napas 12. Mmberikan oksigen tambahan, jika perlu 13. Mengajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah 14. Mengkolaborasi penentuan dosis oksigen 15. Mengkolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur Perawatan Sirkulasi Observasi: 1. Memeriksa sirkulasi perifer 2. Mengidentifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi 3. Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas Terapeutik 1. Menghindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi 2. Menghindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi 3. Menghindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cedera 4. Melakukan pencegahan infeksi 5. Melakukan hidrasi Edukasi 1. Menganjurkan berhenti merokok 2. Menganjurkan berolahraga rutin 3. Menganjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolestrol, jika perlu 4. Mengannjurkan untuk melakukan perawatan kulit yang tepat 5. Menganjurkan program diet untuk



3



September 2021



4



september 2021



memperbaiki sirkulasi 6. Menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan Observasi: 1. Mengidentifikasi status nutrisi 2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan 3. Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric 4. Memoonitor asupan makanan 5. Memonitor berat badan Terapeutik: 1. Melakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu 2. Mensajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 3. Menghentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi 1. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu 2. Mengajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi 1. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan Promosi Berat Badan Observasi 1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab BB kurang 2. Memonitor adanya mual dan muntah Terapeutik 1. Menyediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien 2. Memberikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang dicapai Edukasi 1. Menjelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjangkau Manajemen Energi Observasi: 3. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 4. Memonitor pola dan jam tidur 5. Monitor kelelahan fisik dan emosional Edukasi 1. Menganjurkan tirah baring 2. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Terapeutik:



1. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus 2. Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif 3. Memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan 4. Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Kolaborasi 1. Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



BAB V



PENUTUP A. Kesimpulan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan kumpulan penyakit paru yang sudah lama dan bertahun tahun, ditandai dengan adanya penyumbatan pada aliran udara dari paruparu. Dengan penyebab utama dari lingkungan polusi udara, merokok, paparan debu, dan gasgas kimiawi. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paruparu bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma orang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK. Jika individu berhenti merokok, progresif penyakit dapat ditahan. Jika merokok dihentikan sebelum terjadi gejala, resiko bronkhitis kronis dapat menurun dan pada akhirnya mencapai tingkat seperti bukan perokok. B. Saran Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.



DAFTAR PUSTAKA



Smeltzer, Susan C. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika. Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan . Vol:2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika. http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/910/13/151210013_Iis%20Maisaroh_KTI%20benarkunci.pdf http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/539/1/NISA%20AGUSTIN%20NIM.%20A01401932.pdf http://eprints.ums.ac.id/25892/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf https://www.google.com/url? q=https://www.academia.edu/37689132/asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_PPOK&s a=U&ved=2ahUKEwjf0_7S2ZvlAhWFdn0KHYzXA3MQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw3 TTVNbVYVQVmbPnhQAJqM7