Makalah Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PROSEDUR PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR&MENYUSUN KISI-KISI DAN KAIDAH PENULISAN BUTIR SOAL



Penulis: Kelompok 4 B



: Rima Mei Yanti



(1963024008)



Ajeng Ambar Kusuma



(1913024056)



P. S.



: Pendidikan Biologi (B)



Mata Kuliah



: Evaluasi Pembelajaran Biologi



Dosen



: Rini Rita Marpaung S. Pd., M. Pd. Berti Yolida S. Pd., M. Pd. Dewi Lengkana S. Pd., M. Pd.



Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung 2020/2021



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi yang berjudul prosedur pengembangan tes hasil belajar& menyusun kisi-kisi dan kaidah penulisan hasil tes belajar Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Bandar Lampung, 03 September 2021



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Hasil belajar siswa bukan hanya sekedar angka yang dihadiahkan oleh guru untuk siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa.nuntuk itu tes hasil belajar (TES HASIL BELAJAR) sebagai dasar untuk memberikan penilaian hasil belajar seharusnya memiliki kemampuan secara nyata menimbang secara adil “bobot” kemampuan siswa. Siswa sering mengeluhkan ketidakpuasan terhadap perolehan hasil belajar. Beberapa merasa mampu, siap dalam ujian dan belajar bersungguh sungguh namun hasil belajarnya rendah. Beberapa yang lain menyadari tidak begitu menguasai, tidak siap dalam ujian dan tidak terlalu bersungguh-sungguh dalam usahanya namun memperoleh hasil belajar yang tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak dapat menemukan hubungan antara kemampuan akademis (ability) dan usaha (effort) dengan hasil belajar (achievement) yang akan menimbulkan sikap apatisme siswa terhadap proses dan hasil belajar. Akibatnya siswa memilih menyerahkan takdir, nasib dan keberuntungannya pada hal-hal yang tidak stabil, eksternal, dan tidak terkontrol. Siswa tidak mempunyai kemampuan yang kuat untuk belajar karena hasil belajar telah kehilangan daya tariknya sebagai sumber harga diri, ketika hasil belajar tidak lagi sesuai dengan ekspektasi siswa maka kesuksesan menjadi tidak bernilai. Keberhasilan tidak menimbulkan kebanggan dan kegagalan tidak menjadi hal yang memalukan. Sebagian disebabkan oleh keraguan bahwa TES HASIL BELAJAR yang di gunakan untuk mengukur dan menjadi dasar untuk menilai hasil belajar tidak menimbang secara adil siswa dalam kemampuannya. Berdasarkan kenyataan yang terjadi pada sebagian besar siswa, maka penulis membahas tentang pentingnya pengembangan tes hasil belajar serta langkah-langkah dalam mengembangkan tes hasil belajar



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah pengertian prosedur pengembangan hasil belajar? 1.2.2 Bagaimana kaidah penyusunan kisi-kisi dan butir soal tes hasil belajar? 1.3 Tujuan



1.3.1 Mengetahui prosedur pengembangn hasil belajar. 1.3.2 Mengetahui kaidah penyusunan kisi-kisi dan butir soal tes hasil belajar.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar Pengumpulan data hasil belajar adalah model pengumpulan data yang dipengaruhi oleh cara bekerja pengumpulan data dalam ilmu alam yang dilakukan dengan mengukur. Hal yang sama mempengaruhi proses pengumpulan data hasil belajar dalam pendidikan, dimana data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran untuk amenghindarkan prasangka subjektivitas dalam pengumpulan data. Data kuantitatif diperoleh melalui proses kuantifikasi. Kuantifikasi dilakukan dengan cara mengukur. Mengukur adalah kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukur. Pengukuran manusia memungkinkan usaha memahami manusia dapat dilakukan secara objektif. Menurut Comte, ilmu haruslah positif, memusatkan perhatian pada gejala yang nyata dan konkret tanpa halangan dan pertimbangan lainnya ( Soekarno, 1997: 444). Alat indera manusia mempunyai kemampuan yang terbatas dalam memahami fenomena, sehingga memerlukan alat bantu agar pemahaman terhadap fenomena tidak dilandaskan atas subjektivitas. Pengumpulan data menggunakan alat ukur dimaksudkan agar data dapat diperoleh secara objektif karena penyerahan wewewnang pengukuran kepada alat umur menutup kesempatan pengumpulan data memasukkan subjektivitas. Alat ukur atau instrument tes hasil belajar dapat dipilih bila alat itu ada dan memenuhi kebutuhan pengukuran yang disebut instrument baku karena telah melalui proses pembakuan. Apabila alat tidak tersedia untuk keperluan pengukuran pengukuran maka guru pengumpul data yang akan mengumpulkan data harus mengembangkan sendiri alat ukur tes hasil belajar dan membakukannya. Adapun prosedur pengembangan tes hasil belajar melibatkan kegiatan identifikasi hasil belajar, deskripsi materi, pengembangan spesifikasi, penulisan butir dan kunci jawaban, pengumpulan data uji coba, pengujian kualiatas butir dan perangkat, serta komplikasin. Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan dalam prosedur pengembangan belajar sebagai berikut.



1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik. 2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar. 3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya. 4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal. 2.2 Kaidah Penyusunan Kisi-Kisi dan Butir Soal Tes Hasil Belajar A. Kisi-kisi Kisi-kisi artinya jaring-jaring. Kisi-kisi dibuat untuk menjaring data. Jaring ikan dibuat sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Begitu pula kisi-kisi instrument harus dibuat sesuai dengan jenis data yang akan diajarinya. Kisi-kisi merupakan sebuah perencanaan sebelum menuliskan butir butir tes hasil belajar. Kisi-kisi yang dirancang harus mampu meliput perilaku dalam hasil belajar yang tampak, sehingga darinya dapat dituliskan butirbutir yang mengukur perilaku tersebut. Sesuatu yang menandai dilakukannya perilaku dalam hasil belajar dikenal sebagai TIK.



Dalam pengembangan tes hasil belajar, kisi-kisi harus membuat materi (TIK) yang akan diukur dan konstruksi hasil belajarnya. TIK dikembangkan berdasakan kurikulum. Konstruksi hasil belajar sangat tergantung domainnya dan jenjangnya. Domain hasil belajar dapat meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jenjang ranah kognitif mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks meliputi kemampuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisi, sintesis dan evaluasi. Kisi-kisi harus merencanakan butir tes hasil belajar dalam jumlah yang banyak. Hal itu perlu dilakuan karna butir yang ditulsi akan menganalisis masing masing butir untuk melihat apakah butir-butir mempunyai karakteristik butir yang baik dan layak diguakan untuk mengukur hasil belajar. Bila butir yang dikembangkan tidak banyak maka pada suatu pokok bahasan mungkin tidak diukur TIKnya karena seluruh butir gugur dalam analisis butir. Apabila satu atau lebih pokok bahasan tidak diukur tujuan instruksional khususnya maka tes hasil belajar itu tidak lagi mengukur hasil belajar bidang studi yang diinginkan. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini. 1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional. 2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami. 3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya. B. Penulisan Butir Soal 1. Penentuan dan Penyebaran Soal Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini. Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil No



Kompetensi Dasar



Materi



Jumlah soal tes tulis PG Uraian 6 --



Jumlah soal Praktik --



1



1.1 ............



...........



2



1.2 ............



...........



3



1



--



3



1.3 ............



...........



4



--



1



4



2.1 ............



...........



5



1



--



5



2.2 ............



...........



8



1



--



6



3.1 ............



...........



6



--



1



7



3.2 ...........



...........



--



2



--



8



3.3 ..........



...........



8



--



--



40



5



2



Jumlah soal



2. Penyusunan Kisi-kisi Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.



FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis sekolah : ………………………



Jumlah soal



: ……………… ……… Bentuk soal/tes : .................. Penyusun : 1. ……………… … 2. ……………… …



Mata pelajaran : ……………………… Kurikulum : ……………………… Alokasi waktu : ………………………



No.



Standar Kompetens i



Kompetens i Dasar



Kls/ smt



Materi pokok



Indikato r soal



Nomo r soal



Keterangan: Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini. 1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional. 2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami. 3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya. 3. Perumusan Indikator Soal Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik: 4. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat, 5. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan, 6. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).



Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus). 4. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis 5. Perakitan Butir Soal Merakit soal adalah menyusun soal yang siap pakai menjadi satu perangkat/paket tes atau beberapa paket tes paralel. Dasar acuan dalam merakit soal adalah tujuan tes dan kisi-kisinya. Untuk memudahkan pelaksanaannya, guru harus memperhatikan langkah-langkah perakitan soal. A. Langkah-langkah Perakitan Soal Para pendidik dapat merakit soal menjadi suatu paket tes yang tepat, apabila



para pendidik memperhatikan langkah-langkah perakitan soal. Berikut langkah-langkah perakitan soal. 1. Mengelompokkan soal-soal yang mengukur kompetensi dan materi yang sama, kemudian soal-soal itu ditempatkan dalam urutan yang sama. 2. Memberi nomor urut soal didasarkan nomor urut soal dalam kisi-kisi. 3. Mengecek setiap soal dalam satu paket tes apakah soal-soalnya sudah bebas dari kaidah “Setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang lain”. 4. Membuat petunjuk umum dan khusus untuk mengerjakan soal. 5. Membuat format lembar jawaban. 6. Membuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiannya. 7. 7. Menentukan/menghitung penyebaran kunci jawaban (untuk bentuk pilihan ganda), dengan menggunakan rumus berikut



Penyebaran kunci jawaban



Jumlah soal =  Jumlah pilihan jawaban



+ 3



8. Menentukan soal inti (anchor items) sebanyak 10 % dari jumlah soal dalam satu paket. Soal inti ini diperlukan apabila soal yang dirakit terdiri dari beberapa tes paralel. Tujuannya adalah agar antar tes memiliki keterkaitan yang sama. Penempatan soal inti dalam paket tes diletakkan secara acak. 9. Menentukan besarnya bobot setiap soal (untuk soal bentuk uraian) Bobot soal adalah besarnya angka yang ditetapkan untuk suatu butir soal dalam perbandingan (ratio) dengan butir soal lainnya dalam satu perangkat tes. Penentuan besar kecilnya bobot soal didasarkan atas tingkat kedalaman dan keluasan materi yang ditanyakan atau kompleksitas jawaban yang dituntut oleh suatu soal. Untuk mempermudah perhitungan/penentuan nilai akhir, jumlah bobot keseluruhan pada satu perangkat tes uraian ditetapkan 100. Perakit soal harus dapat mengalokasikan besarnya bobot untuk setiap soal dari bobot yang telah ditetapkan. Bobot suatu soal yang sudah ditetapkan pada satu perangkat tes dapat berubah bila soal tersebut dirakit ke dalam perangkat tes yang lain. 10. Menyusun tabel konversi skor Tabel konversi sangat membantu para pendidik pada saat menilai lembar jawaban peserta didik. Terutama bila dalam satu tes terdiri dari dua bentuk soal, misal bentuk pilihan ganda dan uraian atau tes tertulis dan tes praktik.



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Menilai hasil belajar siswa adalah pengambilan keputusan penting yang menentukan nasib akademik siswa, sehingga harus didasarkan pada data yang tepat dan akurat. Data hasil belajar yang menjadi dasar penilaian haruslah objektif, bebas dari pertimbangan subjektif dan dapat diuji kembali. Data demikian diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan tes hasil belajar. Data hasil belajar yang baik diperoleh dari pengukuran menggunakan tes hasil belajar yang baik. Tes hasil belajar yang baik digunakan setelah melalui proses pengembangan. Pengembangan Tes hasil belajar dilakukan melalui beberapa kegiatan: identifikasi hasil belajar, deskripsi materi, pengembangan spesifikasi, penulisan butir dan kunci jawaban, pengumpulan data uji coba, uji kualitas dan komplikasi butir Tes hasil belajar 3.2 Saran 3.2.1 Dengan makalah ini pembaca diharapkan dapat menambah wawasan mengenai prosedur pengembangan tes hasil belajar 3.2.1 Semoga dengan makalah ini pembaca diharapkan mengetahui tujuan dari prosedur pengembangan tes hasil belajar



DAFTAR PUSTAKA



Aikaen, Lewis R. (1996) Rating scale and checklist. New York: John Wiley and Sons, Inc. Arikunto, Suharsimi (1995) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Kattsoff, Louis O (1997). Pengantar filsafat. Terjemahan oleh Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana Kerlinger, Fred N (1996) Asas-asas penelitian behavioral. Terjemahan Landung R Simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Naga, Dali S. (1992). Pengantar teori skor pada pengukuran Pendidikan. Jakarta: Penerbit Gunadarma Soekarno, Soejono (1997). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suryabrata, Sumadi (1987). Pengembangan tes hasil belajar. Jakarta: Rajawali Press