Makalah Rotan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 LATARBELAKANG Indonesia adalah Negara penghasil rotan terbesar di dunia. Luas hutan rotan di Indonesia sebesar 13,20 juta hektar tergolong kedalam 8 marga dan 306 jenis daripadanya 51 jenis yang sudah dimanfaatkan. Jenis yang memiliki harga yang tinggi adalah Calamus dan Daemonorops, yang terdapat juga di Maluku. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhtumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan tersebut memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu jenis tumbuhan tersebut adalah rotan. Menurut G. Margono (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya sampai 100 metar, batang yang beruas panjang, kulit licin, mengkilap, dan bersifat elastis kuat dan kokoh. Adapun menurut Januminro (2000: 37) bahwa tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang elastis dan kenyal, memiliki keunikan dan ciri khas yang berfungsi sebagai tali pengikat yang ulet dan kuat yang ternyata tidak dimiliki oleh jenis tumbuhan lainnya. Dengan adanya sifat rotan tersebut sehingga rotan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut penulis akan menjelaskan lebih lanjut mengenai salah satu tumbuhan hutan ini yaitu tumbuhan rotan.



1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditemukan suatu rumusan masalah yaitu: 1. Apa taksonomi dari tumbuhan rotan? 2. Bagaimana morfologi tumbuhan rotan? 3. Bagaimana persebaran dunia tumbuhan rotan? 4. Apa manfaat dari tumbuhan rotan? 5. Apa saja syarat tempat tumbuh dari tumbuhan rotan?



1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui tentang taksonomi, morfolog, persebaran dunia, manfaat, serta syarat tumbuh dari tumbuhan rotan.



1



1.4 MANFAAT PENULISAN MAKALAH Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat memberikan informasi dan wawasan bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan mengenai tumbuhan hutan khususnya rotan.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 TUMBUHAN HUTAN Rotan merupakan salah satu tumbuhan khas di daerah tropis yang secara alami tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder.



Gambar. Tanaman rotan 2.2 TAKSONOMI Kingdom



Plantae



Subkingdom



Viridiplantae



Divisi



Spermatophyta



Sub Divisi



Angiospermae



Kelas



Magnoliopsida



Ordo



Palmales



Famili



Palmae



Genus



Calamus



3



Species



Calamus sp.



2.3 MORFOLOGI Rotan sebagian besar merupakan tumbuhan merambat yang merumpun meskipun memang ada juga jenis-jenis yang batangnya pendek saja, atau yang batangnya menyusuri tanah, sehingga tidak merambat pada pohon lain. Dari kejauhan, rotan dapat dikenal dari bentuk dan susunan daunnya. Daun-daun tersebut menyerupai daun palem pada umumnya, tersusun majemuk dengan anak-anak daun yang menyerupai daun pohon kelapa (Sastrapradja, 2000). A. Batang Batang rotan merupakan bagian yang terpenting karena nilai ekonomi rotan terletak pada batangnya, dimana batang rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder atau segitiga, batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun rotan melekat pada bukubuku tersebut, batang rotan selalu tumbuh ke atas menuju sinar matahari, ujung batang rotan akan selalu bertambah panjang (Januminro, 2000). Menurut Dransfield (1984) dalam Kalima (1999), batang rotan di tutupi oleh pelepah, kebanyakan sering digunakan untuk identifikasi. Morfologi pelepah merupakan ciri taksonomi yang penting untuk membedakan jenis-jenis rotan. Salah satu ciri morfologi pelepah adalah ada atau tidak duri, bentuk, ukuran, dan susunan duri. Pelepah dari jenis-jenis rotan umumnya mempunyai lutut, yaitu tonjolan di bawah tangkai.



Gambar. Batang rotan 4



B. Daun Tanaman rotan berdaun majemuk dan mempunyai pelepah daun yang duduk pada buku dan menutupi permukaan ruas batang. Anak daun tumbuh di atas pelepah. Letak daun sejajar atau menyirip genap atau menyirip ganjil atau berseling di sepanjang pelepah daun. Daun rotan ditumbuhi duri dengan berbagai bentuk dan warna (Januminro, 2000). Menurut Dransfield (1984) dalam Kalima (1999), anak daun tersusun dalam berbagai pola, biasanya tiap jenis mempunyai pola yang tetap. Pola yang umum adalah pola menyirip teratur. Bentuk anak daun umumnya pita atau lanset, dan belah ketupat.



Gambar. Daun rotan



C. Bunga Rotan termasuk tumbuhan berbunga majemuk yang dibedakan dalam dua kelompok yaitu jenis rotan yang berbunga pada tepi batang yang keluarnya bunga lebih dari satu kali, dan jenis rotan yang berbunga pada ujung (terminal) yang hanya muncul satu kali selama hidupnya dan setelah proses generatif terakhir tanaman mati. Bunga rotan terbungkus oleh seludang (spatha), biasanya bunga jantan dan bunga betina berumah satu (monoceous), tetapi ada pula yang berumah dua (diaceous). Ukuran bunga relatif kecil, warna bunga rotan bervariasi, misalnya berwarna kecoklat-coklatan, kehijauhijauan, atau krem (Januminro, 2000). Menurut Dransfield (1984) dalam Kalima (1999), pada rotan ada dua macam pertumbuhan perbungaan, yaitu hapasantik dan pleonantik. Pada pertumbuhan hapasantik, perbungaan merupakan pembatas pertumbuhan batang. Perbungaan tumbuh di ujung batang, sedangkan perbungaan pleonantik, batang yang telah



5



dewasa akan menghasilkan satu atau beberapa perbungaan pada saat-saat tertentu dan batang tersebut mempunyai kemampuan tumbuh memanjang dengan tidak terbatas.



D. Buah Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik yang berbentuk trapesium dan tersusun secara vertikal dari toksis buah. Ukuran sisik bervariasi, tergantung pada ukuran buah, makin besar ukuran buah, makin besar pula ukuran sisiknya. Bentuk permukaan buah rotan halus atau kasar berbulu. Bentuk buah rotan pada umumnya bulat, lonjong, bulat telur. Kulit buah rotan yang sudah matang berwarna coklat, coklat kemerah-merahan, hijau berlapis lilin krem, dan kuning emas. Biji buah rotan memiliki permukaan rata dan halus atau kasar berlekuk dangkal (Januminro, 2000).



Gambar. Buah rotan



E. Akar Tanaman rotan memiliki sistem perakaran serabut. Akar berwarna putih atau kekuningan.



F. Alat pemanjat Alat pemanjat pada rotan ada dua macam, yaitu sirus dan flagela. Sirus merupakan perpanjangan ujung daun yang dilengkapi dengan duri sedangkan, flagela sering di anggap sebagai perbungaan yang steril. Umumnya setiap jenis rotan memanjat hanya memiliki satu macam alat pemanjat (Dransfield 1984 dalam Kalima 1999).



6



2.4 PERSEBARAN DUNIA Di dunia, Rotan tersebar dari Afrika, India, Sri Lanka, lereng Himalaya, Cina Selatan lewat kepulauan Indonesia ke Australia dan Pasifik Barat hingga Fiji. Keanekaragaman terbesar marga dan spesies berada di bagian Barat Malesia. Di Malaysia, budidaya Rotan dilakukan di sepanjang Sungai Pahang di Semenanjung Malaya, Sabah, di dataran rendah Sungai Labuk, Serawak, dan Selangor (Dransfield & Manokaran, 1996). Di Indonesia, rotan tumbuh secara alami dan tersebar luas di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Rotan merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang memiliki jumlah spesies yang cukup besar dengan tingkat variasi yang tinggi. Dransfield (1974) dan Menon (1979) menyatakan bahwa di Asia Tenggara diperkirakan terdapat lebih dari 516 jenis rotan yang berasal dari sembilan marga, yaitu: Bejaudia, Calamus, Calosphata, Ceratolobus, Daemonorops, Korthalsia, Myrialepis,Plectocomia, dan Plectocomiopsis. Krisdianto & Jasni (2005) menambahkan di Indonesia tumbuh kurang lebih 300-350 jenis rotan dan baru sekitar 53 jenis diantaranya yang sudah dikenal dan dimanfaatkan.



2.5 MANFAAT Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mebel, kerajinan, peralatan rumah tangga dan lain-lain. Kekuatan dan kelenturan dan keseragaman rotan serta kemudahan dalam pengolahannya menjadikan rotan sebagai salah satu bahan nonkayu yang sangat penting dalam industri mebel. Indonesia merupakan salah satu penghasil rotan terbesar di dunia (BPS 2002). Selama ini Indonesia telah memasok kurang lebih 80% kebutuhan rotan dunia baik dalam bentuk produk jadi misalnya mebel rotan maupun setengah jadi (Krisdianto & Jasni, 2005). Rotan merupakan hasil hutan terpenting setelah kayu pada sebagian besar kawasan di Asia Tenggara. Tumbuhan rotan mempunyai nilai sosial yang besar sebagai sumber penghasilan bagi beberapa komunitas termiskin dalam kawasan tertentu, namun secara tradisional diabaikan dalam program-program kehutanan yang disibukkan oleh niaga kayu. Dewasa ini sumberdaya itu terancam serius karena hilangnya habitat hutan yang diubah menjadi lahan pertanian atau penggunaan tanah lainnya, dan oleh ekspoitasi berlebihan. Pola niaga Internasional juga telah diubah dengan drastis oleh dikenakannya pengawasan ekspor yang menambahkan penekanan pada persediaan di hutan dalam daerah-daerah yang tidak dikenai pengamanan dan dengan serius mempengaruhi mata pencaharian pangumpul rotan (Dransfield & Manokaran, 1993). 7



Menurut Silitonga (1985) dalam Kalima (1996), jenis-jenis utama rotan yang banyak di ekspor saat ini yaitu manau (Calamus manan), Irit (Calamus trachycoleus), sega (Calamus caesius), tohiti (Calamus irops), dan semambu (Calamus scipionum). Adapun jenis-jenis potensial lainnya diperdagangkan di dalam negeri dan tidak tertutup kemungkinan jenis-jenis ini mempunyai masa depan cerah untuk diekspor mengingat banyaknya permintaan sedangkan jenis-jenis utama mulai terbatas di hutan alam. Menurut Hermansyah (1982) dalam Lekitoo (2005), pada umumnya pemanfaatan jenis rotan yaitu dalam keadaan rotan yang utuh, kulit rotan, dan hati rotan. Ketiga macam bahan ini digunakan untuk pembuatan barang-barang kerajinan, alat-alat rumah tangga, mebel, alatalat olahraga dan lain-lain.



Gambar. Hasil kerajinan rotan



2.6 SYARAT TEMPAT TUMBUH Secara umum rotan dapat tumbuh pada berbagai keadaan seperti di rawa, tanah kering dataran rendah dan pegunungan, tanah kering berpasir, tanah liat berpasir yang secara periodik digenangi air atau sama sekali bebas dari genangan air. Adapun jenis tanah yang dapat ditumbuhi rotan adalah alluvial (biasanya sepanjang tepi sungai), latosol dan regosol tetapi pertumbuhan terbaik pada daerah-daerah lereng bukit yang cukup lembab daengan ketinggian antara 0-2900 meter dengan iklim basah (tipe A dan B) atau basah sampai kering (tipe A, B, C dan D). Rotan termasuk jenis tanaman penyusun tumbuhan hutan tropika sehingga tidak memiliki persyaratan tempat tumbuh yang khusus. Penyebaran tanaman rotan di Indonesia hampir meliputi semua pulau, terutama pulau-pulau yang memiliki hutan alam primer ataupun sekunder. Karena rotan merupakan salah satu penyusun formasi hutan tropika, maka pembudidayaannya dianjurkan untuk dilakukan di dalam area hutan (Januminro, 2000).



8



BAB III PENUTUP



3.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat dapat disimpulkan : 1. Rotan dengan nama latin Calamus sp. merupakan salah satu tumbuhan khas di daerah tropis yang secara alami tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder. 2. Di dunia, Rotan tersebar dari Afrika, India, Sri Lanka, lereng Himalaya, Cina Selatan lewat kepulauan Indonesia ke Australia dan Pasifik Barat hingga Fiji. 3. Rotan telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mebel, kerajinan, peralatan rumah tangga dan lain-lain. 4. Rotan termasuk jenis tanaman penyusun tumbuhan hutan tropika sehingga tidak memiliki persyaratan tempat tumbuh yang khusus.



3.2 SARAN Saran yang bisa penulis berikan yaitu mengingat akan pentingnya tumbuhan yang ada di hutan salah satunya rotan yang memiliki nilai ekonomis tinggi maka berkaitan dengan kasus pembakaran hutan secara besar-besaran untuk dijadikan sebagai area pemukiman dan lain sebagainya untuk dapat dihindari. Dengan memelihara hutan maka kita akan mendapatkan banyak sekali manfaat yang diberikan oleh hutan salah satunya adalah aspek ekonomis yang diberikan oleh tumbuhan hutan yaitu rotan. Diharapkan adanya kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang melimpah agar tidak hanya terfokus terhadap bahan yang tidak renewable saja melainkan bahan yang melimpah yang bersifat renewable



9



DAFTAR PUSTAKA Alrasyid, H. & J. Dali. 1986. Prospek Budi Daya Rotan Potensial. In.: Proc. Lokakarya Nasional Rotan. Jakarta. Anonimous. 2003. Studi jenis dan Penyebaran Rotan yang Dimanfaatkan Masyarakat Sumatera Utara. Dinas kehutanan Propinsi Sumatera Utara-Lembaga Pengabdian Pada masyarakat USU. Medan. Batara, E. 2005. Inventarisasi jenis Palem ( Arecaceae ) Pada Kawasan hutan Dataran Rendah Di Stasiun Penelitian Dataran Sikundur ( Kawasan Ekosistem Leuser) Kab. Langkat. Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan. Medan.Universitas Sumatera Utara. Dransfield, J. 1974. A short guide to Rattans. Bogor. BIOTROP. . 1984. The Rattans of Sabah. Sabah Forest Record no. 13. Forest Departement Sabah. . 1986. A Guide to Collecting Palms. Vol. 73. No. 1. Missouri. Botanical Garden Press. . 1993. Sumberdaya Nabati Asia tenggara 6. Gadjah Mada University Press bekerjasama dengan Prosea indonesia. Bogor. Dransfield, J. & Manokaran. 1996. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. No.6. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. hlm. 18-23. Hermansyah, A. 1982. Mengenal Rotan sebagai Hasil Hutan Non Kayu. Duta Rimba. 8 (55): 29-32 Januminro, CFM. 2000. Rotan Indonesia. Yogyakarta. Kanisius. Jokosisworo, S. 2009. Pengaruh Penggunaan Serat Kulit Rotan Sebagai Penguat Pada Komposit Polimer Dengan Matriks Polyester Yukalac 157 terhadap Kekuatan Takik dan Tekuk. 30 (3): 192 Kalima, T. 1996. Studi Potensi Rotan di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Bul. Pen. Hutan. (For. Res. Bull). 602: 9-16 . 1999. Kunci Identifikasi 17 jenis Rotan untuk Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat. Bul. Pen. Hutan (For. Res. Bull). 618: 31-64. Kramadibrata, P. 1992. A Revision of the Genus Calamus (Palmae) section Macropodus sensu Furtado. Thesis for the degree of Doctor of Phylosophy. Departement of Botany University of Reading. 10



Krisdianto & Jasni. 2005. Struktur Anatomi tiga Jenis Batang Rotan. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. 3 (2): 1-8 Lekitoo, K., Rusdy. 2005. Deskripsi Jenis-jenis Bambu dan Rotan Pada Kawasan Hutan kali Waramui Distrik Masni Kabupaten Manokwari. Info Hutan. II (2): 81-91 Menon, K. K. 1979. Rattan. A state of the art review. The Workshop on the Cultivation and Processing of Rattan in Asia. Singapore. Mogea, J. P. 1990. Survey Botani Rotan di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Bogor. Herbarium Bogoriense Balitbang Botani, Puslitbang Biologi LIPI. Natalie, W., J. Dransfield., H. E. Moore. 1987. Lawrence. Kansas. Allen press.



Genera



Palmarum.



Sartina, E. 2007. Jenis-jenis Palmae Di Hutan Gunung Sinabung Sumatera Utara. Medan. Sumatera Utara. 2 (2): 42-44 Sastrapradja, S. D., E. A. Widjaja., J. P. Mogea., & E. Sudarmonowati. 2000. diantara Alunan Bambu dan Bisikan Rotan. Bogor. Naturae Indonesiana (Naturindo). Sinaga, M. 1997. Teknik Budidaya Rotan. Aisuli. Bogor. 1 (2): 1-8 Tellu, A, T. 2002. Potensi dan Pola Penyebaran Jenis-jenis Rotan Di Hutan Cagar Alam Morowali. Sci & Tech. 3 (2): 34-36 . 2004. Kunci Identifikasi Rotan (Calamus spp.) Asal Sulawesi Tengah Berdasarkan Struktur Anatomi Batang.Biodiversitas. 6 (2): 113-117 . 2006. Kladistik Beberapa Jenis Rotan Calamus spp. Asal Sulawesi Tengah berdasarkan Karakter Fisik dan Mekanik Batang. Biodiversitas. 7 (3): 225-229 Yuwono, S. M., D. S. Widyartini., H. Sutarno. 1993. Rotan: Pendayagunaan Lahan Marginal dan Pelestarian Jenisnya. Bogor. Prosea Indonesia – Yayasan Prosea.



11