Makalah Sejarah Kebidanan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Assalammualaikum Wr,wb. Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang sejarah kebidanan. Dalam penyusunan makalah ini, sayamengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.



Matarm, September 2015



Elisa Agustina



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................1 DAFTAR ISI..................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................3 1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................3 1.2 TUJUAN .................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................6 2.1 PENGERTIAN BIDAN..........................................................................................6 2.2 ARTI KEBIDANAN...............................................................................................7 2.3 SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN PENDIDIKAN BIDAN DI INDONESIA...........................................................................................................8 2.4 PERKEMBANGAN



PELAYANAN



DAN



PENDIDIKAN



KEBIDANAN



INTERNASIONAL.....................................................................................................14 2.5



PELOPOR-PELOPOR



YANG



BERJASA



DALAM



PERKEMBANGAN



KEBIDANAN.............................................................................................................21



BAB III PENUTUP....................................................................................................24 1.



KESIMPULAN...................................................................................................24



2.



SARAN...............................................................................................................24



DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................25



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak



adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Ketika seorang ibu melahirkan, ia akan mencari dan mendapatkan bantuan atau pertolongan dari orang lain, untuk melahirkan bayinya. Pada suatu waktu yang entah kapan pada evolusi budaya atau adat, beberapa wanita terpanggil menjadi wanita yang luhur bijaksana menjadi dukun bayi. Sepanjang catatan para ahli sejarah, kebidanan yang dahulu dulakukan oleh para dukun bayi, sungguh merupakan suatu peran sosial. Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan, termasuk sejarah perkembangan kesehatan dan kedokteran tua. Yakni sejak adanya wanita itu melahirkan. Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. Dan kemudian secara adaptasi dan naluri budaya, ada wanita lain yang berhati luhur untuk menolong persalinan dengan kecakapan dan pengetahuan yang dipunyainya.



Itulah sebabnya maka istilah “bidan”, yang dalam bahasa Inggris disebut Midwife yang diartikan “with women”, termasuk perannya membantu kelahiran, dalam arti kelahiran normal, dan bukan suatu tindakan intervensi seperti halnya dokter ahli kebidanan yang praktek (Obtetrician and Ginecolog). Pekerjaaan Kebidanan berlanjut tanpa banyak perubahan sepanjang Abad, bahkan demikian juga pada Zaman abad kegelapan (Jahiliah) dan Abad pertengahan. Dalam prakteknya para bidan menggunakan obat-obat alamiah dari herbal dan sejak berabad-abad, umumnya belajar menggunakan model magang artinya belajar sambil bekerja. Sebagai orang magang, yang didapat adalah keterampilan dan pengetahuan terbagi dan terkumpul dalam dirinya, dan ini berlangsung dari generasi ke generasi tanpa ada perkembangan pendidikan yang terformat atau tersusun, seperti sistem pendidikan



pada



universitas.



Akhirnya



kemudian



di



negara-negara



kaya



mengembangkan Program-Program terformat atau tersusun sebagai seperti pada sistem pendidikan di Perguruan Tinggi, meskipun sebagian model magang juga masih digunakan sebagian. Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan. Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk



meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai. 1.2



Tujuan



Mempelajari dan memahami sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan yang terjadi dalam lingkup nasional dan internasional.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 1.



Pengertian Bidan Menurut WHO Bidan adalah seorang yang mengikuti program pendidikan bidan yang berlaku di



negaranya dan telah menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan telah memperoleh atas pengakuan atas kualifikasinya dan terdaftar, disahkan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan. 2.



Menurut ICM Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang



diakui dinegaranya, telah lulus dengan baik dari pendidikan tersebut serta memenuhi persyaratan untuk didaftar (register) dan/atau memiliki izin sah (lesensi) untuk melakukan praktik bidan. Bidan dikenal sebagai tenaga professional dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat, yang diperlukan selama masa hamil, masa persalinan dan nifas, membantu dalam persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, peningkatan pada persalinan normal, pengenalan dari komplikasi pada ibu anak, pengkajian perlunya tindakan medis atau bantuan lain serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan.



Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan penyuluhan kesehatan, tidak saja kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup penyuluhan pada anternatal, persiapan untuk menjadi orang tua dan dapat diperluas kepada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau reproduksi dan anak. Bidan dapat praktik diberbagai setting pelayanan kesehatan termasuk di rumah, komunitas, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan. 3.



Menurut IBI Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan



bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dicatat (register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek. 2.2



Arti Kebidanan



Ilmu yang mempelajari kelahiran manusia, mulai dari kandungan sampai melahirkan. 1.



Asal Kata Kebidanan 1)



Dalam bahasa latin “ Obsto” (obstetric artinya mendampingi)



2) Dalam bahasa Prancis (obstetricus) 3) Dalam bahasa Belanda (obstetrie) 4) Dalam bahasa Inggris (obstetric) 2.



Cara – cara Persalinan lama 1) Wanita yang akan bersalin disuruh berjongkok seperti hendak buang air besar (BAB) 2)



Wanita yang bersalin duduk ditengah lapangan kemudian ditakut-takuti (terkejut kemudian melahirkan)



3) Wanita yang bersalin disuruh berdiri (dengan dukun memegang dan memeras pinggang wanita kemudian anak lahir) 4) Wanita yang akan bersalin diasingkan dari masyarakat bersama dengan dukun.



5)



Wanita yang akan bersalin ditarik, dengan tali ke atas pohon kemudian ditarik oleh beberapa penolong.



6)



Persalinan dianggap aktivitas dari bayi (dinyanyikan lagu agar anak keluar untuk menyaksikannya )



2.3



Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Bidan Di Indonesia Perkembangan pendidikan dan pelayanan Kebidanan di Indonesia tidak terlepas



dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyrakat serta kemajuan ilmu teknologi. 1.



Perkembangan Pelayanan Kebidanan Pada zaman pmerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat



tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (Zaman Gubernur Jendral Hendrik William Deandels ) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatihan kebidanan. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Belanda Sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka Pendidikan bidan bagi wnita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch) lulusan ini kemudian bekerja di Rumah sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara pormal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Khususnya untuk dukun masih berlangsung sampai dengan sekarang yang memberi kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dimasyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut



didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, post natal dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan diluar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan. Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang di namakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. puskesmas memberikan pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar gedung maupun di dalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan di posyandu mencakup empat kegiatan yaitu : pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya medidikan bidan untuk penempatan didesa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksanaan kesehatan KIA. Khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada posyandu di wilayah kerjanya serta mengemgangkan pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut diatas adalah yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat beda halnya dengan bidan yang bekerja dirumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi dengan individu.



Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal. Titik tolak dari Konferensi Kepandudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproductive (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi : 1.



Safe Motherhood. Termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.



2.



Family Planning



3.



Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi.



4.



Kesehatan reproduksi remaja.



5.



Kesehatan reproduksi orang tua. Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada



kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari : 1.



Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi petugas lain.



2.



Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu Permenkes khusus. Dalam wewenag khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter. Hal ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak tanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakan yang dilakukannya. Pelaksanaan dari Pemenkes ini, bidan dalam melaksanakan prakteknya perorangan dibawah pengawasan dokter.



3.



Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang



mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenagn tersebut mancakup : 1)



pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.



2)



Pelayanan keluarga berencana.



3)



Pelayanan kesehatan masyarakat.



Dalam melaksanakan tugasnya , bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Selanjutnya diuraikan kewenangan bidan yang terkait denganibu dan anak, lebih terinci misalnya : kuretasi digital untuk sisa jaringan konsepsi, vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul, resusitasi pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia dan hipotermi dan sebagainya. Pelayanan kebidanan dalam bidang keluarga berencana, bidan diberikan wewenang antara lain : memberiakan alat kontrasepsi melalui oral, suntikan, AKDR, AKDK (memasang maupun mencabut) kondom dan tablet serta tissue vagina. Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditunjukkan untuk menyelamatkan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Di samping itu bidan diwajibkan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, memberikan informasi serta melakukan rekam medis dengan baik. Untuk memberikan pertunjukan pelaksanaan yang lebih rinci mengenai kewenangan bidan yang dituangkan dalam Lampiran Keputusan Dirjend Binkesmas No. 1506/Tahun 1997. Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Permenkes 527/1996 tidaklah mudah, karena wewenang yang diberikan oleh Depertemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga professional dan mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut dapat diawali dari institusi pendidikan yang berpedoman pada kompetensi inti bidan dan melalui institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan bidan sesuai denga kebutuhan.



Perkembangan pelayanan kebidanan memerlukan kualitas bidan yang memadai atau handal dan diperlukan monitoring / pemantauan pelayanan oleh karena itu adanya konsil kebidanan sangat diperlukan serta adanya pendidikan bidan yang berorientasi dan akademik serta memiliki kemampuan melakuakan penelitian adalah suatu trobosan dan syarat utama untuk percepatan peningkatan kualitas pelayanan kebidanan. 2.



Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Indonesia Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia Belanda. Yang dimaksud



dalam pendidikan ini adalah pendidikan formal dan non formal. 



Pendidikan bidan pertama kali dibuka pada tahun 1851 oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch). pendidikan bidan ini hanya untuk wanita pribumi dan Batavia. Tapi tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta pendidik







dan batasan bagi wanita untuk keluar rumah. Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit Batavia dan oada tahun 1904 dibuka pendidikan bidan bagi wanita







Indonesia di Makasar. Pada tahun 1911 – 1912 di mulai pendidikan tenaga keperawatan secara terancana di Semarang dan Batavia. Calon peserta didik yang diterima SD 7 tahun ditambah pendidikan keperawatan 4 tahun (peserta didik pria) dan pada







tahun 1914 khusus bagi peserta didik wanita. Pada tahun 1935 – 1938 Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar. Jakarta di RSB Budi Kemulyaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. Adapun lulusan didasarkan atas latar belakang. Bidan dengan pendidikan dasar Mulyo ditambah pendidikan bidan selama 3 tahun disebut bidan kelas satu (vroedvrouw eerste klas) dan bidan lilisan dari perawat disebut







bidan kelas dua (vroedvrouw tweede) mantri. Pada tahun 1950-1953 di buka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta lamanya kursus antara 7 sampai 12 minggu dengan tujuan memperkenalkan pengembangan program KIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup.







Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan, guru perawat, perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun 1972 pendidikan ini dilebur menjadi







Sekolah Guru Perawat (SPG). Tahun 1970 di buka program pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan. Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak maka pada tahun 1974 sekolah bidan tutup dan dibuka SPK dengan tujuan ada tenaga multi purpose dilapangan



 



yang dapat menolong persalinan. Tetapi hal ini tidak berhasil. Pada tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup selama 10 tahun. Pada tahun 1981 dibuka pendidikan diploma 1 kesehatan ibu dan anak, latar







belakang pendidikan SPK. Tetapi hanya berlangsung 1 tahun. Pada tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan A (PPB-A) yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan ini dimana lama pendidikan 1 tahun. Para lulusan ini ditempatkan di desa-desa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan







kesehatan ibu dan anak. Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan B yang pesertanya lulusan dari AKPER, lama pendidikan 1 tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Ternyata berdasarkan penelitian dari lulusan ini tidak menunjukan kompetensi dan







berlangsung selama 2 angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup. Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan C (PPB-C) yang menerima lulusan dari SMP yang dilaksanakan di 11 propinsi : Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi







Selatan, Nusatenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya. Pada tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan jarak jauh (distance leaming) di 3 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan SK Menkes No. 1247/Menkes/ SK/XII/1994 dengan tujuan







untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan. Pada tahun 1995 diadakan Diklat Jarak Jauh (DJJ). DJJ tahap 1 (1995-1996), DJJ tahap 2 (1996-1997) dan DJJ 3 (1997-1998) dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu



melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan 



AKB. Pada tahun 1994 dilaksanakan penelitian pelaksanan kegawat daruratan maternal







dan neonatal, dan pelaksanaannya adalah rumah sakit propinsi /kabupaten. Pada tahun 1996 IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College of Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta mengadakan Training of Training kepada anggota IBI dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta







secara swadaya, juga guru/ dosen dari D3 kebidanan. Pada tahun 1995-1998 diadakan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit, bidan puskesmas dan bidan di desa di propinsi Kalimantan Selatan dimana







IBI berkerja sama langsung dengan Mother Care. Tahun 1996 dibuka pendidikan D3 kebidanan di 6 propinsi yang menerima calon







peserta didik dari SMA Tahun 2000 dibuka DIV bidan pendidik di UGM kemudian bulan Febuari UNPAD,USU Medan, STIKES Ngudi Waluyo Semarang, STIKIM Jakarta dan tahun 2005 Poltekes Bandung. Pendidikan ini berlangsung lamanya 2 semester







( 1tahun) Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Hearth (MNH) yang sampai saat ini







telah melatih APN dibeberapa propinsi/kabupaten. Bulan September 2005 dibuka DIV kebidanan Reguler di UNPAD Bandung,







menerima dari SMU dg lama pendidikan 8 semester. Selain itu bulan April 2006 dibuka S2 kebidanan di UNPAD, menerima dari DIV kebidanan dgn lama pendidikan min 4- 10 semester.



2.4 1.



Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan Internasional. Zaman Kuno ( Sebelum Masehi) Catatan paling awal keberadaan manusia berisi tentang fakta adanya pembantu



kelahiran. Pembantunya berasal dari keluarga atau di luar keluarga yang mempunyai pengalaman dalam kelahiran. Hal ini lah yang memungkinkan pertama kalinya mempelopori adanya bidan. Mereka tidak menetapkan bayaran tetapi mendapatkan hadiah. Menurut adat istiadatnya atau kebudayaan wanita yang boleh menolong persalinan adalah wanita yang sudah melahirkan, tidak boleh laki-laki hadir adanya acara ritual tertentu sebelum, selama, sesudah persalinan.



`



Pada zaman ini praktek-praktek kebidanan yang tradisional mungkin bisa



menolong meskipun tidak sesuai dengan dasar-dasar ilmiasi. 1)



Bangsa Mesir Setelah kebidanan pertama kali dikenal didirikan di Mesir dimana kebidanan itu



adalah suatu hal yang paling mulia, dan diberikan oleh dewa. Bidan- bidannya terlatih dengan baik dan memiliki pengetahuan anatomi fisiologi, memiliki aturan-aturan dalam memimpin persalinan dan merawat bayi lahir. Mereka mempunyai undang-undang dalam mengontrol praktek mereka dan harus memanggil asisten dari tabib konsultan bila ada masalah selama persalinan. Biadan juga telah melakian sirkumsisi pada bayi. 2)



Bangsa Yahudi Pertolongan persalinan pada bangsa Yahudi banyak mencontoh pada bangsa



Mesir, hal ini dibuktikan pada pengobatan dan pendidikan kebidanan yang didapatkan dari bangsa Mesir. Hygiene merupakan hal yang paling utama dalam menolong persalinan, termasuk di dalamnya merangsang persalinan dengan bantuan mantramantra. Perawatan neonatus bangsa Yahudi meliputi memotong tali pusat, memandikan bayi, menggosok badan bayi dengan garam dam membungkusnya dengan bedongan. Bidan – bidan di Yahudi telah mendapatkan bayaran atas jasanya. 3)



Bangsa Yunani Bangsa Yunani telah ada bidan yang dapat menolong persalinan, mereka harus



telah mempunyai anak sendiri mereka diasanya dibayar atas pelayanan yang telah diberikan dan undang-undang yang keras mengontrol praktek mereka. Hipocrates sebagai bapak pengobatan pada zaman telah merubah pandangan-pandangan selama dalam kebidanan, kasus pertama yang ditemukan olehnya adalah kematian akibat demam purperalis. Aristoteles mengajarkan pengeruh-pengaruh praktek kebidanan selama hampir 2000 tahun. 4)



Bangsa Roma



Ilmu kebidanan pada bangsa Roma berasal dari negeri Yunani melalui Mesir, ada 2 jenis bidan di Roma yaitu : 



Bidan yang ahli dibidangnya : mereka dihargai sebagai pemimpin tim dari ahli







obstetric, yang biasanya mereka melakukan praktek sendiri. Bidan yang bersetatus rendah : bidan ini sederajat dengan pembantu persalinan tradisional.



2.



Zaman Pertengahan ( 1 – 1500 Masehi ) Pada zaman ini kemajuan perkembangan kebidanan seiring dengan penyebaran



agama Kristen, pengetahuan obstentrik membuat beberapa penemuan 2 kebutuhan akan bidan untuk dididik telah diakui. Kebidanan masih dipraktekkan secara utuh oleh wanita biasa. 1)



Roma Pada masa ini ada 2 orang bangsa Roma dalam kebidanan yaitu : 



Soranus Ia merupakan spesialis obgyin pertama kali dia menulis buku kebidanan untuk



pertama kalinya dan dia juga yang menggambarkan kualitas atau syarat seorang bidan yang professional. Beliau yang pertama kali yang menguraikan tentang Versi Podalic. 



Galen Beliau juga menulis tentang beberapa obstetric Gynekologi. Galen menguraikan



bagaimana bidan mengukur pembukaan servik dengan menggunakan jari mereka dan penggunaan kunci untuk melahirkan selama zaman ini seorang bidan bernama Cleopatra menulis karangan tentang kebidanan. Bidan lainya seperti Aspasia dikenal baik oleh karena dia memiliki banyak keterampilan dalam kelahiran bayi diantaranya adalah Versi Podalic, manageman distocia, dan kontrasepsi. 2)



Salerno Seorang dokter perempuan bernama Trotula yang berasal dari Sekolah



Kedokteran terkenal di negeri ini, menulis sebuah karangan Gynekologi dan Kebidanan



dimana ia menjelaskan penanganan emergensi bagi bidan dalam penatalaksanaan Retensio Plasenta, Perawatan Nifas, Pemeriksaan Bayi Baru Lahir. Ia juga menjelaskan pentingnya seorang bidan memiliki kepercayaan dan pendekatan etis dalam pekerjaannya. Trotula juga orang yang pertama kali berusaha memperbaiki Laserasi Perineum derajat tiga. 3)



Kerajaan Byzantine Ini meliputi sebagian besar Negara-negara di Eropa Timur dengan ibu



kotanya konstantinopel selama abad 12 rumah sakit kebidanan pertama kali ditemukan di sini Paulus of Aegina merupakan bidan yang pertama kali di zaman ini. 4)



Arabia Kedua dokter Arab, Rhazes dan Avicenna menjelaskan procedur kebidanan



tentang penggunaan instrument untuk persalinan, nampaknya disinilah pertama kalinya digunakan instrument obstetric. Karena kepercayaan agama menyatakan kebidanan sebagian besar secara keseluruhan berada ditangan wanita. 3.



Zaman Kebangkitan (1500-1700 Masehi) Pada abad ke 12 sedikit kemajuan telah dibuat dalam hal kebidanan sampai abad



ke 16. pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi telah maju dengan pesat melalui jasa beberapa orang seperti Leonarl de Vinci, Gabriello Fallopio of Italy dan Andreas Vesallius of Belgium. 1)



Prancis Ambroise Pare adalah seorang ahli bedah yang memeberikan konstribusi dalam



bidang kebidanan dan Gynekologi, dia yang memperkenalkan kembali tentang Versi Podalic dan juga Perintis Sekolah Kebidanan pertama di Prancis. Francois Mauriceau, dialah orang yang pertama kali menguraikan kehamilan tuba, presentasi muka dan menjelaskan tentang induksi pembedahan. Beliau memberikan deskripsi yang jelas tentang mekanisme persalinan dan beliau pun terkenal oleh karena persalinan wanita di temapat tidur sementara dengan berupa bangku yang tidak bersandar untuk melahirkan. Louyse Bourgeois, beliau yang pertama laki mempublikkasikan buku obstetric. Marie Louise Duge, beliau bidan yang



pertama kali meneliti tentang kelahiran bayi melalui penyimpangan catatan dan data statistic dari 40.000 wanita yang dia hadiri kelahirannya. 2)



Inggris 



William Harvey : Yang menguraikan sirkulasi darah pada tahun



1616, dikenal



sebagai bapak kebidanan di Inggris beliau mencatat perkembangan embrio dan  



fetus dari seluruh tahap William Chamberlen : Penemu forceps obstetric. William Smellie : Beliau seorang dokter yang memperdalami ilmu pemasangan cunam dengan keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran pinggul, perbedaan







pinggul sempit dan pinggul biasa. William Hunter, murid William smellie yang melanjutkan usaha William Smellie. Tahun 1864 sekolah wanita kebidanan dibuka di London, Florance Nightisale sebagai pelopor pelatih bidan. Tahun 1862 ia membentuk pelatihan kebidanan bekerja sama dengan king,s collage hospital. Tahun 1869 para ahli kebidanan di London menemukan laporan yang



menyebabkan kematian bayi, salah satu pemecahannya adalah dengan mengadakan panitia ujian, jadi para bidan di test dan digelari diploma. Panitia ujian bidan telah dibentuk dan pertama kali diadakan tahun 1872 dengan 6 calon pendaftaran ujian dan pelatihan ini secara sukarela dan diploma tidak diakui pemerintah. 3)



Jerman Justine Slegemudin (1645) adalah bidan pertama di jerman. Dia adalah bidan di



kota Ligenit 2 kemudian bekerja sebagai bidan di kerajaan Prussia, dia bekerja sebagai ilmuan dan mempunyai dokumen lengkap. Tahun 1690 menerbitkan buku pegangan. Kemandirian bidan masih rendah, persalinan banyak ditolong dan dilakukan di RS. Bidan bekerja sebagai perawat obstetric, ahli obstetry melakukan segalanya. Setelah melihat Negara Eropa pendidikan bidan direct entry mulai berkembang. 4)



Swiss



Operasi SC pertama kali berhasil pada wanita hidup pada tahun 1500, ketika dokter hewan Swiss Jacob Nuter melakukan operasi untuk melahirkan anak mereka istrinya dapat bertahan hidup sampai usia 77 tahun. 5)



Belanda Hendrick Van Roonhuyze (1622) yang mempremosikan secsio secarea dan



Hendrick Van Deventer (1651-1724) yang menggambarkan banyak kelainan panggul keduanya memberikan kontribusi yang sangat penting pada pelayanan kebidanan dan telah mempublikasikannya di Belanda. Mereka juga mendirikan organisasi profesi. Persalianan di Netherland tahun 1988, 80 % ditolong bidan di rumah dan 20 % di RS. Di Netherland bidan praktek mandiri melakukan pelayanan kebidanan di komunitas sehingga kondisi kesehatan ibu baik. Dengan pendidikan bidan selama 3 tahun (direct Entry) dan 4 tahun. 6)



Amerika Serikat Dulu di AS persalinan ditolong oleh dukun, setelah mendengar perkembangan di



Inggris serta mendengar pekerjaan William Smellie dan William Hunter beberapa orang di AS terpengaruh untuk memperdalami kebidanan. 4.



Sebelum Abad ke 20 (1700-1900) Dua abad sebelum abad ke 20 telah menghasilkan banyak penemuan besar yang



sangat berpengaruh terhadap praktek kebidanan yang membawa banyak orang-orang kedokteran ke dalam kebidanan. 1. William Smelle of Scotland (1697 – 1763) adalah salah satu ahli obstetric yang berpengaruh pada abad 18 ditemukan forseps sesui dengan 2. 3. 4. 5. 6.



ukuran panggul. Ignaz Philip S, dari Hugaria menemukan penyebab sepsis puerperalis. Josep Lister dari Inggris 1827 – 1912, dia disebut bapak anti sepsis Louis Pastur 1822 – 1895, pelopor mikrobiologi pelopor William James Morton dari Amerika 1846 – 1920 anestesi James Young Simpson dari Seotlandia 1811 – 1870, mengenalkan



anestesi umum dalam kebidanan. 7. Dr. James Lioyld (1728 – 1810)



8. Dr. William Shippen (1736 – 1808), beliau seorang tokoh di AS yang mengembangkan kebidanan, beliau mendirikan kursus kebidanan di Philadelphia gazette, sehingga masih banyak menaruh minat pria maupun wanita. 9. Dr. Samuel Bard (1742-1821), beliau menulis buku kebidanan yang isinya moderen, yaitu ; cara mengukur congurata diagonalis, kelainankelainan panggul, dan melarang pemeriksaan dalam apabila tidak ada indikasi, menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya Invertio Uteri, mengajarkan letak muka dapat lahir spontan. Melarang pemakaian cunam yang berulang-ulang karena akan banyak menimbulkan kerugian. 10. Dr. Walter Channing (1786-1876), beliau diangkat sebagai professor kebidanan di sekolah kedokteran Harvard. 2.5 Pelopor-pelopor yang Berjasa dalam Perkembangan Kebidanan Sejarah menunjukan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradapan umat manusia, ini terlihat banyaknya pelopor-pelopor yang berjasa dalam perkembangan kebidanan, antara lain : 1.



Hipocrates (460-370 Sebelum Masehi) Beliau dijuluki sebagai bapak pengonatan.



2.



Soreanus (98-138 Sesudah Masehi) Beliau dijuluki sebagai bapak kebidanan, ia juga menulis buku yang berjudul



Katekimus bagi bidan-bidan Roma. 3.



Guru-guru besar dari Italia Adalah Vesalius dan Febricus, Eustachius yang menemukan tuba Eustachius,



Fallopius yang menemukan tuba fallopius, Arantius yang menemukan ductus Arentil, William Harvey (1578-1657) ia menyelidiki tentang fisiologi plasenta serta selaputnya. 4.



Perkembangan Di Prancis Ambroise Pare (1510-1590) beliau telah membawa kemajuan kebidanan di Prancis



ini terbukti dengan penemuannya tentang Versi Podali.



5.



Australia Flocence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang mulai



dengan tradisi dan latihan-latiahan pada abad 19 pendidikan bidan pertama kali. 6.



Moscow (Rusia) Di Moscow sangat sulit dibedakan antara obstetric dengan bidan/midwife. Ini



terlihat dari konsep bidan yang sangat independent yaitu tidak tergantung pada asuhan prenatal, internatal dan post natal. Sehingga pelayanan kebidanan dinegara ini tidak memuaskan. 7.



Bangladesh Di India bidan dikategorikan dari pengalamanya ;  



Penolong persalinan kelas atas (5-10 persalinan/tahun) Penolong persalinan pendidikannya tidak tinggi tetapi banyak pengalamannya







10-20 persalinan/ bulan. Penolang persalian professional Pendidikan di Bangladesh dimulai 3 tahun perawat + 1 tahun bidan, dan 4 tahun



bidan dari SMP. Adapun tahap pendidikan orientasi belajar mandiri yang dianut di Bangladesh : Tahap 1



: Fungsi manusia sehat dan social budaya.



Tahap 2



: Pencegahan penyakit dan kesehatan keluarga



Tahap 3



: Rehabilitasi



Tahap 4



: Ilmu Kebidanan



8.



Jordania Pada tahun 1950 berdasarkan prinsip medical persalinan ditolong oleh dokter, 78



% persalinan MOH center, dan 50 % private Gp (jarang didampingi bidan ) Bidan Jordania sebanyak 460 bidan ;



  



183 kerja di MOH sebagai asisten dokter 109 private sector tidak menolong persalinan 166 Medical Institute Hospital Pendidikan biadan Jordania selama 27 bulan dasarnya diploma yaitu 1 keperawatan



dan tahun II kebidanan, kondisi masyarakat IGNORE terhadap kemampuan seluruhnya. 9. Malaysia Pendidikan bidan di Malaysia SMP + Juru rawat (1 tahun bidan). Program kebidanan di desa di Malaysia berorientasi pada skill dan mutu pelayanan, seningga dengan adanya bidan di Malaysia dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. 10. Jepang Pendidikan bidan 3 tahun perawat usia saat masuk minimal 20 tahun + minimal 6 bulan – 1 tahun di Universitas 8 – 12 SKS: 15 jam teori, 30 jam lab dan 45 jam praktek bertujuan untuk perawatan ibu dan anak. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kebidanan, sehubungan dengan peningkatan aborsi di remaja tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorentasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimakterium serta kembali ke persalinan normal. Pada tahun 1987 pendidikan bidan dibawah pengawas observasi kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu biologi dan ilmu social. Akhirnya bidan diluluskan tidak ramah dan tidak menolonh persalinan . setelah melihat kondisi di Negara Inggris, Di Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai menambah dan merubah situasi BAB III PENUTUP 3.1 1.



Simpulan Perkembangan kebidanan telah mengalami kemajuan dan mendapatkan pengakuan di setiap negara serta mendapat dukungan dari masyarakat. Dilihat dari berubahnya tuntutan masyarakat sehingga profesi kebidanan di tuntut untuk



memperbaiki kualitas pelayanan, yang ditindak lanjuti dengan didirikannya jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumya. 2.



Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda, masa kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu teknologi.



3.2



Saran Dalam mempelajari tentang sejarah kebidanan ini harus dipelajari dari berbagai



sumber, agar kita dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang perkembangan kebidanan dari zaman dahulu hingga sekarang. Sehingga sejarah dari kebidanan itu sendiri dapat di jadikan pedoman untuk kita semua.



DAFTAR PUSTAKA



Cristine Handerson, Kathleen Jones, Buku Ajar Konsep Kebidanan, Mosby-EGC, 2006 Dwana Estiwidani, SST, Niken Meilani, S.SiT, Hesty Widyasih, SST, Yani Widyastuti, S.SiT, Konsep Kebidanan cet. 2, Fitramaya, 2008



Helen Varney,Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4 jilid 1, EGC, 2007 http://www.midwiferytoday.com/international/usa.asp http://www.mamahalvito.blogspot.com/donwload/MAMAHALVITO-SEJARAHKEBIDANAN.html http://www.highman-purwanto.weblog.com/download/sejarah-perkembanganpelayanan-pendidikan-kebidanan http://askep-net.blogspot.com/2013/07/sejarah-kebidanan.html http://wikakarunialestari.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html http://blog-bidanrika.blogspot.com/2012/03/sejarah-kebidanan.html http://mamah-alvito.blogspot.com/2009/01/sejarah-kebidanan.html