Makalah Strategic Family Therapy - 13F1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STRATEGIC FAMILY THERAPY



Dosen Pengampu: Malida Fatimah S. Psi., M. Cons Kelas: 13F1 Disusun Oleh:



1. Arbiansyah P (17081493)



12. Putri Nilamasari (18081244)



2. Rizqi Munandhar (17081596)



13. Hanif Rizky Pradana (18081264)



3. Kurniati Carry (17081769)



14. Muhammad Yusuf Fajriansyah



4. R. Bahraini Budi Prasetyo (17081776)



(18081351)



5. Aurora Louisa (18081026)



15. Risma Octaviani (18081487)



6. Tantum Maudi Ardiyanti (18081062)



16. Jovanca Christy Amara Wibowo



7. Kania Darmayati (18081069)



(18081866)



8. Atikah Fahira (18081082)



17. Dwi Cahya Rahmadani (18081869)



9. Arum Puspadita Nugraheni (18081115)



18. Haselia Victoria Erika Alfons (18081872)



10. Salvatrik Yuldi H (18081165)



19. Erwin Ningsih (18081894)



11. Anggita Selvi N.Y (18081184)



20. Muhammad Nasih Ulwan (18081908)



Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta April, 2021



2



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI............................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4 A. Latar Belakang Permasalahan.........................................................................4 B. Rumusan Masalah...........................................................................................5 C. Tujuan..............................................................................................................6 D. Manfaat...........................................................................................................6 BAB II



PEMBAHASAN.....................................................................................7



A. Konsep Inti......................................................................................................7 B. Tujuan Terapis.................................................................................................8 C. Fokus Terapis..................................................................................................9 D. Fungsi dan Peran Terapis................................................................................9 E. Tahapan Terapis............................................................................................10 BAB III..................................................................................................................16 PENUTUPAN........................................................................................................16 A. Kesimpulan...................................................................................................16 B. Saran..............................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18



3



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan ke mudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategic Family Therapy”. Terima kasih penulis ucapkan pada Ibu Malida Fatimah S. Psi., M. Cons s elaku dosen mata kuliah Konseling keluarga dan Perkawinan kelas 13F1 yang tela h membantu dan memotivasi penulis dalam memahami materi-materi terkait Strategic Family Therapy. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik da ri segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis berhar ap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar penulis dap at menyusun makalah dengan lebih baik pada waktu yang akan datang. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan bantuan berupa wawasan y ang bermanfaat bagi para pembaca demi perkembangan ilmu pengetahuan.



Yogyakarta, 9 Juni 2021



Penulis



4



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Permasalahan Sebuah keluarga adalah sistem sosial yang alami, dimana seseorang meny usun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan p emecahan masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih e fektif. Fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling bertukar antara anggota kelua rga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Menyelesaika n konflik keluarga perlu menggunakan metode khusus, sering disebut dengan strat egy family therapy. Strategis terapi dilakukan untuk adanya suatu perubahan dan memiliki das ar dalam teori komunikasi. Strategic family therapy berdasarkan konsep Cybernati cs yaitu, studi yang mempelari bagaimana sistem pemrosesan informasi dikarenak annya ada umpan balik (feedback). Intervensi tersebut sering digunakan dalam me nyelesaikan konflik keluarga karena dengan adanya strategi terapi sebuah keluarg a dapat mengetahui cara mengurangi factor risiko individu dan keluarga melalui in tervensi terfokus yang meningkatkan hubungan keluarga bermasalah dan strategi keterampilan untuk membangun dan memperkuat hubungan keluarga. Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap individu tentunya memiliki kebutuhan dan tujuan yang b erbeda dalam hidupnya. Sebab, wajar apabila terjadi konflik serta perbedaan pend apat pada kebutuhan dan kepentingan antara individu yang satu dengan yang lain. Demikian, perbedaan perspektif dalam menganalisa suatu permasalahan tidak dap at dihindari. Kehidupan keluarga tidak dapat terlepas dari konflik atau permasalah an yang salah satu penyebabnya dikarenakan oleh kurangnya komunikasi diantara anggota keluarga. Dalam keluarga tentunya kedekatan antara anggota keluarga sa ngatlah dibutuhkan, selain itu adanya komunikasi merupakan hal yang dibutuhkan dan penting dilakukan dalam keluarga. Dengan demikian, perubahan yang dibawa



5



dalam pola interaksi keluarga, perubahan-perubahan dalam fungsi keluarga lebih mungkin untuk bertahan setelah pengobatan berakhir, karena beberapa anggota ke luarga telah mengubah cara mereka berperilaku satu sama lain (Szapocznik et al.,2 012). Menurut Goldenberg, 2008 (dalam Mentari Marwa, 2019) terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada salah satu anggota keluarga yang mempunyai m asalah. Dengan segera, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah kelu arga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota kelua rga mengintropeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Salah satu upaya men gatasi persoalan masalah antar anggota keluarga adalah dengan menggunakan stra tegic family therapy. Berdasarkan teori Winek, 2012 (dalam Mentari Marwa, 201 9), intervensi ini langsung menangani masalah-masalah yang ada di dalam keluarg a, yaitu fokus pada pola komunikasi keluarga yang digunakan saat ini dan treatme nt goals berasal dari masalah atau gejala yang ditampakkan. Lebih lanjut, tujuan d ari strategic family therapy menurut Santisteban, et.al., 2003 (dalam Mentari Mar wa, 2019) adalah meningkatkan dan menciptakan pola komunikasi yang baik dala m keluarga sehingga keluarga dapat bekerja sama mendorong untuk menciptakan keluarga agar berfungsi lebih baik.



B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka dengan itu dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut : 1.



Bagaimana konsep inti Stategic Model?



2.



Apa Tujuan Terapi strategic model?



3.



Bagaimana fokus terapi dalam strategic model?



4.



Bagaimana fungsi dan peran terapus dalam strategic model?



5.



Apa saja teknik terapi yang ada dalam strategic model?



6



C. Tujuan Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut : 1.



Mengetahui definisi terapi strategic model.



2.



Mengetahui konsep dari terapi strategic model.



3.



Mengetahui tujuan dari terapi strategic model



4.



Mengetahui fungsi dan peran terapi strategic model.



5.



Mengetahui teknik-teknik yang ada dalam terapi strategic model dalam konseling.



D. Manfaat 1.



Secara Teoritis Makalah ini dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan pemikiran



dalam ranah psikologi khususnya dalam ranah strategic model pada jurusan psikologi. 2.



Secara Empiris Manfaat dari makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi



masyarakat supaya lebih memperhatikan dan mengetahui terkait konseling terutama pada terapi strategic model.



7



BAB II PEMBAHASAN



A. Konsep Inti Strategic family therapy berdasarkan konsep Cybernatics yaitu studi yang  mempelajari bagaimana sistem pemrosesan informasi dikarenakan ada umpan bali k (feedback). Studi ini berasumsi bahwa jika terjadi perilaku psikotik pada salah s atu anggota keluarga disebabkan ketika keluarga memiliki komunikasi yang patol ogis pula. Menurut Haley & Madanes, keluarga bermasalah akibat dinamika dan s truktur keluarga yang disfungsional, perilaku yang bermasalah merupakan usaha i ndividu untuk mencapai kekuasaaan dan rasa aman (Olson, 2007).  Dalam terapi keluarga strategis masalah tidak ditangani sebagai symtom be berapa disfungsi sistemik lainnya (seperti dalam terapi keluarga Bowenian atau str uktural). Masalah yang dibawa oleh keluarga diperlakukan sebagai "nyata " dan di pecahkan. Hal ini dimengerti bahwa perilaku klien telah diidentifikasi sebagai ma salah mewakili mencoba solusi klien. Terapi keluarga strategis merupakan teknik untuk melakukan intervensi dengan melibatkan anggota keluarga untuk memperba iki komunikasi dan pola-pola komunikasi yang khusus untuk mengatasi masalah (Michael P. Nichols dan Richard C). Pemahaman dan wawasan yang tidak diperlu kan atau dicari. Tidak ada nilai ditempatkan pada interpretasi terapis. Fokus terapi adalah bukan pada pertumbuhan atau penyelesaian masalah dari masa lalu, melain kan adalah pada pemecahan masalah di masa sekarang. Terapi cenderung singkat, terfokus pada proses daripada isi, dan berorientasi pada solusi. Proses orientasi be rkaitan dengan siapa yang melakukan apa kepada siapa dalam kondisi apa. Peneka



8



nan diberikan kepada kekuasaan, kontrol , dan hierarki dalam keluarga dan dalam sesi terapi .  Dalam sebuah rujukan pengadilan memerintahkan seorang remaja yang m encoba bunuh diri, misalnya, terapis keluarga strategis mengasumsikan bahwa pen gadilan sekarang beroperasi dalam kontrol eksekutif dari keluarga, karena potensi bunuh diri menunjukkan bahwa keluarga tidak menangani masalah dengan baik atau memadai. Berdasarkan pemahaman tentang persyaratan struktural dalam kelu arga fungsional, terapis bekerja langsung untuk bergabung dengan keluarga dan m embantu dalam menempatkan orang tua kembali bertugas, membangun kembali hi rarki yang sesuai. Terapis berusaha untuk melibatkan orang tua dalam diskusi tent ang keprihatinan mereka terhadap situasi ini bunuh diri daripada mencoba untuk menetapkan aturan atau konsekuensi perilaku. Haley dan Madanes jauh lebih tertarik pada aplikasi praktis dari intervensi strategis untuk memperbaiki masalah keluarga daripada mereka berada di formula tting teori terapi. Terapi keluarga strategis memberikan keluarga dengan cara men gurangi faktor risiko individu dan keluarga melalui intervensi terfokus yang meni ngkatkan hubungan keluarga bermasalah dan strategi keterampilan untuk memban gun dan memperkuat hubungan keluarga. Salah satu target intervensi adalah hubu ngan keluarga yang bermasalah. Selain itu, Haley dan Madanes mempertahankan perhatian utama dengan bagaimana kekuasaan terdistribusi dalam keluarga, bagai mana anggota berkomunikasi dengan satu sama lain, dan bagaimana keluarga diat ur.



B. Tujuan Terapis Tujuan utama dari terapi adalah mengganggu urutan patologis, yang merupakan perubahan interaksi antar anggota keluarga. Perubahan dalam sistem menyebabkan perubahan dalam diri individu, penarikan gejala atau pemecahan masalah. Terapis strategis fokus pada penciptaan masa depan dimana keluarga, dalam sumber daya dan struktur internalnya, akan mampu menyelesaikan



9



masalahanya sendiri. Diasumsikan bahwa masalah yang dikondisikan secara psikologis tidak terjadi secara acak, tetapi tergantung pada siklkus perkembangan keluarga. Gejala perubahan meningkatkan fungsi keluarga dan memungkinkan keluarga pindah ketahap perkembangan yang sesuai dengan siklus hidup keluarga saat ini. Tugas terapis adalah untuk membantu keluarga dalam melangkah hierarki dan menentukan batasan sehingga lebih fungsional untuk sistem. Tujuannya adalah untuk menghilangkan atau mengurangi ketidakonsistenan orang tua dalam mengambil dan bertanggungjawab terhadap keluarga. Terapis memberdayakan posisi orang tua untuk memulihkan kompetensi dan kekuatan mereka dalam sistem. Koreksi hierarki dalam keluarga mengurangi risiko kekambuhan dan kembali ke terapi dan itu membuatnya lebih mungkin untuk mengetahui di masa depan keluarga nantinya apakah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, tanpa keharusan untuk mencari bantuan di luar.



C. Fokus Terapis Strategic family therapy memberikan terapi keluarga dengan cara mengurangi faktor risiko individu dan keluarga melalui intervensi yang berfokus untuk meningkatkan hubungan keluarga bermasalah dengan strategi keterampilan dalam membangun dan memperkuat hubungan di dalam keluarga. Salah satu target intervensinya adalah hubungan keluarga yang bermasalah. Fokus terapi ini bukan hanya untuk individual saja melainkan untuk satu keluarga. Pada terapi ini pertumbuhan dan penyelesaian masalah dari masa lalu sangat dibutuhkan hingga pemecahan masalah di masa sekarang atau masa yang akan datang. Terapi yang dilakukan cenderung singkat berfokus pada proses dari pada isi dari terapi dan berorientasi pada solusi dan masalah yang sedang terjadi atau dialami oleh keluarga.Pada proses orientasi ini berkaitan dengan siapa yang melakukan terapi, kepada siapa yang menerima terapi dan dalam kondisi seperti apa.



10



D. Fungsi dan Peran Terapis Fungsi dan peran terapis adalah untuk dapat membimbing anggota keluarga melakukan sebuah proses perubahan ke arah yang lebih baik, dan menyiapkan masing-masing individu keluarga menjadi pribasi yang lebih baik. Konselor disini bertugas besar dalam melakukan terapi keluarga. Adapun fungsinya untuk mengubah sistem interaksi dalam keluarga, sebab kebanyakan yang menjadi masalah dalam suatu keluarga dalah interaksi antar anggota keluarga itu sendiri. Ketika sistem interaksi yang sudah ada dalam keluarga berubah, maka posisi atau kedudukan anggota keluarga akan ikut menyesuaikan diri dan mengalami perubahan juga. Perubahan ini dialami oleh setiap individu dalam keluarga dan akan memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku dan proses dinamika antar pribadi setiap anggota keluarga sehingga pada gilirannya akan mengubah pola sistem interaksi antar anggota keluarga menjadi lebih aktif. Pada Strategic family therapy, tanggungjawab memulai perubahan ada pada terapis dan bukan pada klien. Terapis memiliki tugas untuk merencanakan strategi pemecahan masalah dan mengubah organisasi dalam keluarga secara directive. Tahap awal, terapis akan menetapkan suatu tujuan, mengembangkan rencana, serta menentukan rancangan strategi terapi untuk mengatasi masalah. Selanjutnya, terapis akan memberikan instruksi khusus mengenai apa yang harus dilakukan oleh klien baik didalam maupun diluar sesi terapi. Instruki tersebut diberikan untuk mengubah cara klien berperilaku terhadap anggota keluarganya yang lain.



E. Tahapan Terapis Menurut Jay Halley (1974) tahapan terapis dibagi menjadi 5 hal, yaitu : 1. Membangun kontak Terapis keluarga strategis dimulai ketika kontak dengan keluarga terjalin dengan baik. Terapis berfokus pada setiap orang yang hadir dalam sesi terapis, satu per satu. Terapis akan bertanya tujuan datang ke terapis, belajar bagaimana



11



anggota keluarga individu mendefinisikan kesulitan mereka dan bagaimana mereka membayangkan caranya mengatasi kesulitan. Terapis membangun suasana kerjasama dengan klien. Satu orang klien, terkadang dua orang dapat melakukan terapis, selain itu seorang terapis yang profesional lainnya duduk di ruangan lain dan mengamati pekerjaan melalui cermin dua arah. 2. Diagnosa Diagnosa mengacu pada sebuah sistem dan bukan pada individu. Hal ini melibatkan penggambaran urutan iinteraksi disfungsional dalam sebuah keluarga dan akan menentukan aturan yang bertanggungjawab untuk urutan tersebut. Sebuah hipotesis sedang dibentuk, mendefinisikan fungsi sistem dari sebuah gejala. Hierarki dalam sistem juga sedang didiagnosis. Keduanya, masalah dan tujuan terapi, didefinisikan secara rinci. Disarankan untuk membuat diagnosis dengan cepat, sebagian sudah dilakukan selama pertemuan pertama. Profesional psikologi klinis atau psikiatri dihindari. Spesialis tidak menafsirkan atau mendidik orang tua tentang bagaiamana mereka harus berperilaku dalam peran mereka di suatu keluarga. Terapis merumuskan diagnosis sendiri atau bekerja sama dengan tim terapi. Pengawasan adalah elemen kunci ditahap diagnosa sendiri atau bekerja sama dengan tim terapi. Pengawasan adalah elemen kunci di sini, khususnya jika terapis bekerja dengan keluarga secara individu. Dalam tim yang lebih besar, dimungkinkan untuk bekerja dengan mempertimbangkan komentar rekan kerja yang mengamati terapi di balik cermin dua arah. 3. Menyajikan rencana terapi dan arahan terapi Arahan mengacu pada perilaku baru. Spesialis harus membenarkan sarannya sehingga keluarga dapat menerimanya dan bekerja sama saat memenuhinya. Diyakini bahwa mereka harus mendukung hierarki dalam keluarga yang dianggap fungsional, tidak melemahkan otoritas orang tua terhadap anak, khususnya tidak memperkenalkan terapis sebagai figur orang tua pengganti ke dalam sistem.



12



4. Menciptakan dan mempraktekkan strategi perubahan perilaku dalam keluarga Terapis mendorong melakukan aktivitas baru selama sesi terapi dan, khususnya, mempraktikkan tugas yang direkomendasikan di antara sesi berturutturut. Rapat sebagian besar berlangsung sebulan sekali, sehingga keluarga memiliki cukup waktu untuk memperkenalkan secara bertahap perubahan aktivitas sehari-hari. 5. Mengamati perubahan (atau tidak adanya perubahan) dan modifikasi arahan yang memadai atau modifikasi dasar arahan untuk Terapis membangun kerjasama yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kurangnya perubahan dianggap tidak begitu banyak sebagai perlawanan, melainkan sebagai umpan balik bagi terapis untuk memodifikasi strategi atau bekerja dengan motivasi keluarga. Adapun pendapat lain menurut Devi (2016) dimana menurutnya prosedur Strategic family therapy ada beberapa tahap. Pertama, Social stage yaitu menghad irkan seluruh anggota keluarga dimana setiap keluarga diminta untuk memberikan pendapat yang dihadapi. Terapis menciptakan suasana yang nyaman dimana tidak ada aksi balas dendam dan mengintimidasi. Kedua, the problem stage yaitu menje lasakan kepada keluarga alasan kenapa mereka harus hadir, memberikan kesempat an kepada masing-masing keluarga untuk berbicara dimulai pada anggota keluarg a yang netral yaitu suami. Ketiga, the interaction stage yaitu meminta komentar d ari setiap anggota keluarga yang hadir kemudian meminta keluarga untuk membic arakan masalah bersama-sama. Keempat, defining desired changes yaitu terapis m enyampaikan permasalahannya apa, setelah semua anggota keluarga mengetahui p ermasalahan yang terjadi. Kemudian terapis menanyakan perubahan seperti apa ya ng diharapkan. Kelima, ending the interview yaitu pengambilan langkah setelah di capai kesepakatan bersama mengenai definisi masalah kemudian melanjutkan pad a sesi selanjutnya yakni pemberian tugas. Keenam, directive yaitu menciptakan pe rilaku berbeda yang selama ini tidak pernah dilakukan sehingga memperoleh peng



13



alaman subjektif yang berbeda, dilanjutkan reframing yaitu bahwa apa yang dilak ukan anggota keluarga dengan interpretasi negatif dan di reform dengan interpreta si positif.



F. Teknik Terapis Teknik Terapi dalam Strategic Model (Strategic Family Therapy) 1. Teknik Directive Teknik directive merupakan teknik yang bertujuan untuk menciptakan peri laku berbeda yang selama ini tidak pernah dilakukan sehingga memperoleh pengal aman subjektif yang berbeda, dilanjutkan reframing yaitu bahwa apa yang dilakuk an anggota keluarga dengan interpretasi negatif dan direform dengan interpretasi p ositif (Devi, 2016). Tugas yang dirancang untuk anggota keluarga menggunakan t eknik directive oleh Haley yang berupa daftar checklist yang bertujuan untuk me mbuat anggota keluarga melakukan sesuatu yang berbeda dan merasakan pengala man yang berbeda, melibatkan terapis dengan proses treatment “meningkatkan hu bungan dengan terapis”, mengumpulkan beberapa informasi mengenai bagaimana respon setiap anggota keluarga pada tugas yang diberikan dan anggota keluarga da pat diarahkan pada suatu hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya (Kerr & C ristine, 2008). Teknik directive dilakukan dengan cara memberikan tugas-tugas ru mah yang harus dilaksanakan di luar sesi terapi yang melibatkan seluruh anggota keluarga dengan tujuan untuk mengubah pola perilaku anggota keluarga. 2. Teknik Paradoxical Paradoxical berkaitan dengan instruksi yang tidak terlihat logis, yang digu nakan untuk mengubah hubungan keluarga. Intervensi disebut tidak logis karena b ertentangan dengan tujuan pengobatan. Terapis perlu upaya memperluas kekuatan argumen untuk meyakinkan anggota keluarga. Terapis strategis mengandalkan int ervensi paradoks untuk menghilangkan penolakan klien dan membawa perubahan. Paradoxical merupakan terapi untuk mendorong seseorang berkonsenterasi terhad



14



ap sesuatu yang membuatnya cemas atau merasa khawatir dan tidak menghindari perasaan cemas atau khawatir tersebut. Mereka berusaha keras dalam merancang t ugas paradoks yang cocok dengan situasi masalah atau gejala individu. Hayley (1 976) dengan asumsinya mengatakan bahwa keluarga yang mencari bantuan biasan ya akan menolak bantuan terapis dan akan menimbulkan drama kekuatan antara a nggota keluarga dan terapis. Dengan menggunakan paradoks dan prosedur tidak la ngsung lainnya, konselor mungkin menghadapi resistensi pribadi terhadap peruba han kreatif dan terapeutik. Hayley percaya strategi paradoks akan memaksa keluar ga untuk berubah. Terapis akan memecah keseimbangan kekuatan dalam keluarga melalui kontrol. 3. Teknik Reframing Menurut Brander & Grinder (dalam Ratna, 2013:73) reframing adalah upa ya untuk membingkai ulang kejadian, dengan mengubah sudut pandang tanpa me ngubah kejadian/peristiwa yang dialami. Teknik ini digunakan dalam rangka men gubah bingkai (frame) seseorang dalam menanggapi suatu peristiwa untuk mengu bah makna. Tujuan Reframing adalah untuk membantu klien melihat situasinya da ri sudut pandang lain, yang membuatnya tampak tidak terlalu problematik dan lebi h normal, dan dengan demikian lebih terbuka terhadap solusi. Tujuan reframing m enurut Corey (dalam Erford, 2016:233) adalah untuk membantu klien melihat situ asinya dari sudut pandang lain, yang membuatnya tampak tidak terlalu problemati k yang lebih normal, dan dengan demikian lebih terbuka terhadap solusi. Teknik reframing merupakan salah satu cara dalam memberikan bantuan p ada keluarga dalam membangun pola pikir yang baru, demi terciptanya kehidupan keluarga yang tentram. Strategi konseling Reframing ini sangat dibutuhkan oleh p ara keluarga di karenakan banyak keluarga yang belum memahami hakikat dari m embina biduk rumah tangga, etika yang seharusnya dipelihara, ditinggalkan sepert i tidak adanya rasa saling pengertian dalam keluarga, lingkungan hidup yang buru k dan pola kehidupan yang tidak terkontrol sehinga terjadi perselisihan dalam kelu arga. Itu semua tentunya tidak terlepas dari peran konselor dalam membatu memb erikan pemahaman atau membingkai pemikiran konseli kearah yang positif.



15



Menurut Ekstein (dalam Erford, 2016:235). Ada beberapa variasi dari tekn ik reframing yaitu: a. Relabelling, adalah suatu tipe reframing spesifik yang terdiri atas mengganti suatu kata sifat negatif dengan kata sifat yang konotasinya lebih positif. Contohnya jika seorang perempuan mendeskripsikan suaminya cemburu, label ini dapat diganti dengan deskripsi penuh perhatian. b. Denominalizing, adalah proses membuang label diagnostik dan menggantinya dengan perilaku spesifik yang dapat dikontrol. Contohnya, seorang gadis penderita anorexia dapat dilihat sebagai orang yang tidak mau makan. c.  Positive Connotation, sekadar mendeskripsikan bahwa perilaku simptomatis itu dimotivasi secara positif. Contohnya pernyataan ibuku tidak pernah membiarkan aku melakukan apapun, dapat di- reframed sebagai “Ibuku cukup mencitaiku sehingga menetapkan batas- batas.” ( Vermon & Clemente dalam Erford, 2016:235).  



Kemudian, ada beberapa tahap dalam reframing menurut Blander dan Joh



n Grinder dalam Lilis Ratna (2013: 77), yaitu: (1) Identifikasi masalah, perilaku, r espon yang akan diubah; (2) Membangun komunikasi pada bagian yang bertanggu ng jawab untuk perilaku, masalah atau respon; (3) Menanyakan pada diri, apakah bisa diterima atau tidak jika jika dilakukan pengubahan perspektif terhadap suatu hal yang menyebabkan masalah, perilaku, respon tersebut; (4) Meminta orang lain untuk memberikan berbagai macam alternatif perspektif; (5) Menanyakan pada dir i sendiri apakah diri setuju atau sepakat jika menerapkan alternatif perspektif lain t erhadap suatu hal; (6) Memeriksa kembali apakah ada bagian dari dalam diri yang keberatan dengan menerapkan alternatif perspektif lain.



16



BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan Prosedur Strategic family therapy ada beberapa tahap yaitu, Pertama Social stage. Kedua, the problem stage. Ketiga, the interaction stage. Keempat, defining desired changes. Kelima, ending the interview. Keenam, directive. Terapi keluarga strategis merupakan teknik untuk melakukan intervensi dengan melibatkan anggota keluarga untuk memperbaiki komunikasi dan pola-pola komunikasi yang khusus untuk mengatasi masalah. Fokus terapi adalah pada pemecahan masalah dimasa sekarang. Haley dan Madanes jauh lebih tertarik pada aplikasi praktis dari intervensi strategis untuk memperbaiki masalah keluarga daripada mereka berada di formulatting teori terapi. Terapi keluarga strategis memberikan keluarga dengan cara mengurangi factor risiko individu dan keluarga melalui intervensi terfokus yang meningkatkan hubungan keluarga bermasalah dan strategi keterampilan untuk membangun dan memperkuat hubungan keluarga.



17



Salah satu target intervensi adalah hubungan keluarga yang bermasalah. Haley dan Madanes juga mempertahankan perhatian utama dengan bagaimana kekuasaan terdistribusi dalam keluarga, bagaimana anggota berkomunikasi dengan satu sama lain, dan bagaimana keluarga diatur. Tujuan utama dari terapi adalah mengganggu urutan patologis, yang merupakan perubahan interaksi antar anggota keluarga. Terapis strategis fokus pada penciptaan masa depan dimana keluarga, dalam sumber daya dan struktur internalnya, akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Tujuan kedua adalah mengubah hierarki dan menentukan batasan sehingga lebih fungsional untuk sistem. Tujuannya adalah untuk menghilangkan atau mengurangi ketidak konsistenan orang tua dalam mengambil dan bertanggung jawab terhadap keluarga. Strategic family therapy memberikan terapi keluarga dengan cara mengurangi faktor risiko individu dan keluarga melalui intervensi yang terfokus untuk meningkatkan hubungan keluarga bermasalah dengan strategi keterampilan untuk membangun dan memperkuat hubungan keluarga. Pada terapi ini pertumbuhan dan penyelesaian masalah dari masa lalu sangat dibutuhkan hingga pemecahan masalah di masa sekarang. Terapi yang dilakukan cenderung singkat yang terfokus pada proses daripada isi dari terapi dan berorientasi pada solusi dari masalah yang sedang dialami keluarga. Fungsi dan peran terapis adalah untuk dapat membimbing anggota keluarga melakukan sebuah proses perubahan ke arah yang lebih baik, dan menyiapakan masing masing indivodu dikeluarga menjadi pribadi yang lebih baik. Strategic Model (Strategic Family Therapy) ada beberapa tekhnik terapi yaitu, Teknik Directive,Teknik Paradoxical,Teknik Reframing.



B. Saran Terapi keluarga stratgis adalah teknik intervensi yang melibatkan anggota keluarga harus mau memperbaiki komunikasi dan pola-pola komunikasi yang



18



khusus dalam mengatasi masalah di keluarga. Individu yang memiliki masalah dalam keluarga kurang dan mungkin tidak ada, maka dari itu dalam prosesnya peran seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan agar keluarga mengarah kepada hal-hal yang lebih baik. Selain itu setiap peran yang dimiliki individu dalam sebuah keluarga akan berfungsi dengan baik menciptakan sebuah keluarga yang baik pula



DAFTAR PUSTAKA



Agustin,



I. (2016). Strategic



Family



Therapy



untuk menangani masalah



komunikasi ayah dan anak. Studi Kasus dan Intervensi Psikologi, 4(2), 6367. Retrieved from https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s& source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjBrr21_o_xAhUZ8X MBHZaYBg4QFjAAegQIAxAD&url=https%3A%2F%2Fejournal.umm.a c.id%2Findex.php%2Fprocedia%2Farticle%2Fdownload%2F16238%2F9 135&usg=AOvVaw3K7MCBAaF4RHxWY0-V1kQn Amelia, M. (2018). Strategic konseling reframing pada kasus disharmoni keluarga dilembaga konsultasi kesejahteraan keluarga Yogyakarta. Tesis Program



19



Studi Interdisclipnary Islamic Studies Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, 1-125. Retrieved



from



http://digilib.uin-



suka.ac.id/id/eprint/33930/1/1620310136_BAB-I_V_DAFTARPUSTAKA.pdf Bimbingan, J., Santoso, A. (2014). Konseling spiritual: buku perkuliahan Program S-1 Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Santoso, A., Ag, S., Pd, M., Goi, I., Development, I., & Idb, B. (n.d.). Buku Perkuliahan Program S-1 Supported by : PENGERTIAN PERSPEKTIF FAMILY THERAPY. Habibah, U. (2019). Konseling kelompok dengan teknik reframing untuk menurunkan perilaku agresif siswa di SMP Negri 7 Sukoharjo tahun ajaran 2018/2019. Skripsi Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negri



Semarang,



1-86.



Retrived



from



https://lib.unnes.ac.id/33375/1/1301414073_Optimized.pdf. Klajs, K. (2016). Jay Haley-Pioneer in strategic family therapy. Journal Psikologi, Psychoterapi



2



(177)



2016,



pages:



17-28.



Retrived



from



http://www.psychoterapiaptp.pl/uploads/PT_2_2016/ENGver17Klajs_Psy choterapia_2_2016.pdf Marwa, M. (2019). Strategic family therapy untuk mengubah pola komunikasi pada keluarga. Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan, 3(1), 25-37. Retrieved from https://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt/article/view/893 Pujoswarno, S. (1994). Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta: Menara Mas Offset. Santoro, Agus. (2017). Strategic Family Therapy. Paper presented at lecture for Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah Sunan Ampek Surabaya.



20



Utami, W. (2017). Strategic Family Therapy untuk memperbaiki komunikasi dalam keluarga di Nganjuk. Jurnal Psikologi. Vol. 2 No. 2. DOI: https://doi.org/10.33367/psi.v2i2.426