Makalah Struktur Kayu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Struktur Kayu PENGGUNAAN KAYU SEBAGAI BEKISTING



3 MRK 2 Kelompok 3, oleh :



Dwinanda Reza Savero (1641320011) Elsa Amalia Maghfiroh (1641320033) Fadilla Muchlis Jodiansyah (1641320151) Gisela Nadia Ramadhanty (1641320133) Hardianto Dwi Prayitno (1641320088)



JURUSAN TEKNIK SIPIL MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Struktur Kayu mengenai Penggunaan Kayu Sebagai Bekisting. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga Makalah Struktur Kayu tentang Penggunaan Kayu Sebagai Bekisting ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Malang, 10 Oktober 2018



Tim Penyusun



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan konstruksi adalah kegiatan membangun. Banyak bentuk bangunan dalam bidang konstruksi yang menggunakan material beton. Dalam pelaksanaan bangunan terutama sejak 10-20 tahun terakhi ini, beton semakin banyak dipakai sebagai bahan bangunan. Berbeda dengan struktur kayu dan baja, beton memiliki keunggukan tersendiri yaitu mudah untuk di bentuk. Kemudahan untuk dibentuk tersebut karena keplastisan beton segar yang dapat di cetak sesuai bentuk yang direncanakan. Cetakan beton tersebut lebih di kenal dengan nama bekisting baik untuk mendapatkan bentuk yang di rencanakan dan pengerasan beton itu sendiri. Acuan dan perancah (bekisting) merupakan suatu konstruksi sementara, dikatakan smentara dikarenakan konstruksi acuan dan perancah akan dibongkar kembali apabila beton sudah cukup umur. Walaupun bekisting hanya merupakan alat pembantu sementara, tetapi bekisting memegang suatu peranan penting juga. Selain pembiayaan (yaitu biaya kerja dan biaya bahan), ternyata kualitas bekisting juga ikut menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan atau lenturan yang timbul akibat pengecoran. Dengan demikian, dalam perencanaannya harus memenuhi persyaratan seperti, biaya, kekuatan, kemudahan dalam pemasangan dan pembongkaran dll. Pada pekerjaan bekisting untuk konstruksi atau proyek yang besar, biasanya penggunaan material dan alat bekisting lebih efisien, karena bekisting dapat dipindah dan dipakai lagi setelah pekerjaan pengecoran dan pembongkaran. Kwalitas bekisting dapat menentukan bentuk dan rupa bekisting. Oleh karena itu, bekisting harus di buat dari bahan yang bermutu dan perencanaa pembuatannya pun harus diperhatikan dengan baik, agar beton tidak



mengalami lendutan dan lentur saat proser pengecoran. Perkembangan tuntutan akan pekerjaan bekisting untuk pekerjaan struktur beton, telah memicu berkembangnya berbagai sistem dan metode bekisting dengan penggunaan berbagai jenis material dan alat. Material yang paling dominan dipakai untuk pekerjaan bekisting adalah kayu. Pengerjaan yang lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah menjadi pertimbangan akan penggunaan kayu sebagai bahan bekisting. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba melakukan evaluasi terhadap suatu metode perencanaan pekerjaan bekisting dengan memfokuskan tinjauan terhadap : 1. Bagaimana kriteria kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bekisting ? 2. Bagaimana prosedur pemasangan bekisting kayu ? 3. Apakah yang perlu dijadikan tujuan pertimbangan utama pada penggunaan bekisting kayu ini ? 1.3. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan penulisan ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana kriteria kayu yang menjadi perhitungan untuk dijadikan bekisting. Juga ditujukan agar dapat mengetahui prosedur/tahapan pada pemasangan bekisting kayu. Dan diketahui pula apa yang akan jadi tujuan yang telah dipertimbangkan dari penggunaan bekisting kayu ini di lapangan. 1.4. Batasan Masalah



BAB II LANDASAN TEORI



2.1. Bekisting 2.1.1. Pengertian Acuan cetakan beton atau bekisting (perancah) ialah suatu konstruksi sementara yang di dalamnya atau di atasnya dapat di stel baja tulangan dan sebagai wadah dari adukan beton yang dicorkan sesuai dengan bentuk yang kita dikehendaki. Jadi acuan dan cetakan beton harus dapat menahan berat baja tulangan, adukan beton yang dicorkan, pekerja-pekerja pengecor beton dan lain sebagainya, sampai beton mengeras, sehingga dapat menahan berat sendiri dan sebagian dari beban kerja. Pada cetakan biasanya terdiri dari bidang-bidang bagian bawah dan samping. Alas-alas bagian bawah dari cetakan yang tidak terletak langsung di atas tanah harus dipikul oleh gelagar-gelagar acuan,sedangkan gelagar acuan itu harus di dukung oleh tiang-tiang acuan. Gelagar acuan dan tiang acuan adalah suatu konstruksi sementara, yang gunanya untuk mendukung cetakan beton. Pada konstruksi beton yang langsung terletak di atas tanah, bagian bawah tidak perlu di beri cetakan, tetapi cukup dipasang lantai kerja dari beton dengan campuran 1sp : 3ps : 5kr yang tebalnya 5 cm. Jadi yang perlu di beri papan cetakan cukup bagian samping saja. Persyaratan umum dalam



mendesain suatu struktur, baik struktur



permanen maupun sementara seperti bekisting setidaknya ada 3 persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: 1.



Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.



2.



Syarat Kekakuan, yaitu



bagaimana meterial bekisting tidak mengalami



perubahan bentuk / deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat struktur sia-sia.



3.



Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang/perancah tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja. 2.1.2. Tipe Bekisting Menurut Wigbout (1997), secara garis besar tipe dari bekisting dibedakan menjadi 3, yaitu : 1. Bekisting Konvensional Material utama bekisting konvensional adalah kayu. Kelebihan dari sistem konvensional ini adalah fleksibilitas yang tinggi. Sedangkan kekurangan dari bekisting konvensional adalah dalam pengerjaannya membutuhkan waktu yang relatif lama dan material bekisting yang harus dibeli ulang. 2. Bekisting Semi Modern Tipe bekisitng semi modern merupakan bekisting yang peralatan dan perlengkapannya menggunakan gabungan antara kayu dan bahan fabrikasi. Kelebihan dari bekisting ini adalah adanya penghematan biaya karena kayu bukan material utama pada bekisting jenis ini. Kayu hanya digunakan pada bagian tertentu menggunakan bahan plywood. 3. Bekisting Modern Keseluruhan material yang digunakan pada sistem ini adalah material-material fabrikasi. Karena pemasangannya sudah sangat disederhanakan, segi kerja teknisnya pun sangat ringan. Akan tetapi, pembelian bekisting ini sangat mahal.



2.2. Kayu 2.2.1. Pengertian Kayu adalah material alam dari pohon yang sering dimanfaatkan untuk kontruksi bangunan. Alasan mengapa kayu digunakan untuk kontruksi bangunan adalah mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan kuat. Selain itu untuk jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan masih mudah didapatkan. Bahan bangunan tersebut sering digunakan untuk elemen-elemen struktur dan arsitektur pada rumah tinggal seperti kuda-kuda, usuk, reng, pintu kayu, jendela kayu dan sebagainya. Artikel dengan judul jenis-jenis kayu ini akan menyajikan berbagai kayu yang sering dan umum digunakan pada bangunan. Beberapa orang lebih menyukai rumah atau hunian dengan tema kayu sehingga permintaan pasar mengenai jenis-jenis kayu masih tinggi. Selain sebagai material terpasang, kayu juga digunakan untuk material pendukung pekerjaan struktur pada bangunan gedung seperti pembuatan bekisting balok, kolom, dan pelat. Beberapa material yang digunakan sebagai pendukung pekerjaan struktur adalah kayu glugu, kruing, dan kayu jawa. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan. 2.2.2. Jenis Kayu 2.2.2.1. Kayu Jati Jenis kayu jati ini sering terkenal karena kekuatannya yang tinggi dibanding dengan kayu lain pada ummnya. Selain itu, kayu ini mempunyai serat dan tekstur yang indah, tahan terhadap rayap, jamur, dan serangga. Tipe kayu ini lebih sering digunakan untuk pekerjaan furniture seperti pintu, jendela, dan meja kursi. Kini masyarakat sudah yang banyak mengetahui dan menggunakan untuk keperluan interior mebel. Adapun ciri-ciri kayu jati adalah sebagai berikut.



1. Memiliki kekuatan dan keawetan yang sangat baik 2. Berwarna coklat muda hingga coklat tua 3. Mudah dipotong – potong dan mudah diolah menjadi banyak produk 4. tidak mudah berubah bentuk akibat perubahan cuaca. 5. Memiliki bobot yang berat dan kokoh Jenis-jenis kayu untuk konstruksi biasanya mempunyai harga yang dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas jenis kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut. Jenis Kayu jati berasal dari pohon jati yang memiliki ukuran yang besar, yang bisa tumbuh hingga ketinggian 30-40 meter. Jati merupakan jenis pohon yang memiliki daun yang lebar-lebar dan memiliki ciri khas, dengan daunnya yang gugur ketika mengering. Pohon jati sendiri merupakan jenis pohon yang tumbuh pada daerah hutan hujan tropis yang bersuhu antara 27-37 derajat. Penggunaan untuk konstruksi bangunan diantaranya untuk bantalan kereta api dan kontruksi kuda-kuda atap serta struktur jembatan pada jaman dahulu.



2.2.2.2. Kayu Kelapa atau Glugu Jenis-jenis kayu untuk konstruksi memang banyak sekali karena Indonesia sendiri kaya akan hutan tropis yang terdapat berbagai macam variasi. Di jawa sendiri terdapat kayu glugu atau kelapa yang sudah biasa digunakan untuk kontruksi bangunan seperti membat kanopi teras, bahkan untuk rangka atap. Jenis kayu glugu ini sering digunakan pada proyek gedung untuk membuat bekisting balok (gelagar, sekor, suri-suri). Glugu memiliki serat dan tekstur yang berbeda dengan jenis-jenis kayu lainnya karena memiliki serat yang jelas dan lurus. Jika anda berniat untuk



menggunakan kayu glugu sebagai rangka kanopi ekspos sebaiknya dilapisi dengan cat akrilik agar seratnya tetap terlihat. Pilihlah kayu glugu dengan kelas no.1 sehingga lebih awet. 2.2.2.3. Kayu Kamper Jenis-jenis kayu yang lain untuk konstruksi bangunan adalah kayu kamper. kayu kamper sering disebut dengan kayu borneo. jenis material alam ini mempunyai serat dan tekstur yang indah. Biasa digunakan untuk pembuatan kusen pintu maupun jendela walaupun kekuatannya tidak sebaik dengan kayu jati. Alasan sering digunakan untuk kusen adalah jenis kayu ini tidak disukai rayap dan serangga lainnya sehingga sangat cocok digunakan sebagai material furniture. Secara umum kayu kamper dibagi dalam 3 kategori yang dijual dipasaran. Pertama kayu kamper samarinda kedua kayu kamper surabaya dan ketiga kayu kamper kruing dari sumatera. Hal ini disebabkan karena kayu kamper menjadi komoditas penting penyangga perekonomian masyarakat di Indonesia. Sehingga saat ini perkebunan Tanaman kamper hampir merata di seluruh Indonesia. Mengingat manfaat perekonomian yang dihasilkan dari kayu kamper ini. 2.2.2.4. Kayu Bengkirai Jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan memiliki harga yang berbedabeda tergantung dari tingkat kelas kayu. Salah satu jenis kayu yang lumayan kuat, awet, dan tahan cuaca adalah bengkirai. Kayu bengkirai sering digunakan untuk material konstruksi bangunan seperti atap kayu. karena kelebihannya yang kuat dan tahan lama sering dijadikan material eksterior seperti listplank, decking dan sebagainya. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Jenis kayu ini berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.



2.2.2.5. Kayu Merbau Jenis-jenis kayu untuk konstruksi yang kuat dan tahan terhadap serangga adalah kayu merbau. Kayu merbau berwarna coklat kemerahan yang terkadang disertai dengan highlit kuning dan tekstur serat garisnya terputus-putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Jenis kayu ini termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Jenis kayu ini tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. 2.2.2.6. Kayu Ulin Kayu Ulin merupakan jenis kayu untuk konstruksi bangunan yang terkenal sangat kuat. Pohon ulin ini tumbuh subur di kalimantan. material alam ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lain. Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut. Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang pancang, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I. 2.2.2.7. Kayu Gelam Jenis-jenis kayu untuk konstruksi bangunan lainnya adalah kayu gelam. Material alam ini sering digunakan pada proyek-proyek rumah, kayu bakar, pagar, dan tiang-tiang sementara. Selain itu juga sering digunakan sebagai stager atau perancah saat pelaksanaan proyek. Pada beberapa daerah jenis kayu ini digunakan untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembaran.



2.2.2.8. Kayu Meranti Kayu meranti merah merupakan jenis kayu keras yang mempunyai warna merah muda tua hingga merah muda pucat. Jenis kayu ini bertektur tidak terlalu halus. bahan alam ini sering digunakan untuk membuat multiplek yang sering digunakan untuk bekisting. Pohon meranti sangat mudah ditemui di hutan di pulau Kalimantan. 2.2.2.9. Kayu Akasia Kayu akasia adalah jenis kayu untuk konstruksi bangunan yang mempunyai nama lain acacia mangium dengan berat jenis 0,75 sehingga poripori dan seratnya cukup rapat. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka jenis kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur. 2.3. Bekisting Kayu 2.3.1. Macam Bekisting Kayu Bekisting kolom Pada pemakaian papan cetakan dari kayu biasanya dipakai ukuran tebal 2-3 cm, sedangkan lebarnya 15-20 cm, itu digunakan pada pekerjaan yang sifatnya un expose dan bervolume kecil, contoh : sloof, kolom praktis, ringbalk dll. Sedangkan untuk pekerjaan yg sifatnya expose dan bervolume besar bekisting menggunakan multipleks yang memiliki ketebalan 3-9mm. untuk gelagar acuan biasanya ukuran kayuialah 3-7 cm.



Bekisting balok Tiang-tiang acuan dari kayu, dulu banyak dipakai bentuk penampang balok persegi empat atau bujur sangkar, tetapi sekarang banyak di pakai kayu yang berpenampang bulat ( dolk ) dengan garis tengah 7 sampai 13 cm, juga bisa menggunakan scalfolding yang terbuat dari besi. Meskipun cetakan dan acuan di buat dari kayu yang murah, tetapi kayu harus cukup baik dan tidak boleh terlalu basah, sebab kayu yang terlalu basah akan mudah melengkung dan pecah. Kayu-kayu untuk cetakan dan acuan dapat dipakai beberapa kali, tergantung dari mutu kayunya, mungkin juga hanya dapat dipakai satu kali, bila mutu kayunya jelek. Pembuatan suatu cetakan dan acuan, meskipun kelihatannya pekerjaan kasar, tetapi harus dipenuhi persyaratan ketepatan ukuran dan keteguhan, sebab cetakan dan acuan harus kuat, tidak berubah bentuk waktu dicor beton, mudah dibongkar dan murah. 2.3.2. Bagian Bekisting Kayu a)



Cetakan



b)



Gelagar balok



c)



Gelagar untuk cetakan lantai / cetakan balok



d)



Papan penjepit cetakan



Bagian perancah : e) f) g)



Tiang perancah Baji Landasan Papan Cetakan



o Cetakan balok bisa terbuat dari papan maupun multipleks. Apabila acuannya menggunakan papan maka perlu menyambung papan cetakan tersebut dengan beberapa klem perangkai. Yang perlu diperhatikan adalah kerapatan dari sambungan – sambungan yang dibuat, sehingga air semen tidak keluar melalui celah – celah sambungan.



o



Untuk mencegah bagian bawah bekisting terbuka saat beton dicor, harus dibuatkan klem penjepit, dapat berupa papan ataupun balok kayu ukuran 5/7.



o



Sedangkan untuk balok yang tingginya lebih dari 55 cm, pada cetakan samping perlu ditahan untuk menahan lentur dan dibuatkan skor. Tiang Perancah



o



Acuan dapat menumpu pada satu tiang ataupun dua tiang, sesuai keperluannya. Apabila menggunakan satu tiang maka perletakan tiang dipasang di tengah, dan bila menggunakan dua tiang maka perletakannya pada bagian tepi.



o



Jarak antar tiang arah memanjang dibuat sama dengan jarak klam perangkai, sedang jarak antar tiang arah lebarnya tergantung dari lebar balok.



o



Untuk perancah dari kayu untuk menyetel ketinggian, di bagian bawah tiang perancah diberi baji, sehingga akan memudahkan menaik-turunkan ketinggian yang ditentukan. Sedangkan bila perancah dari baja untuk menyetel ketinggian sudah terdapat ulir yang berfungsi untuk menaik - turunkan ketinggian tiang perancah. Agar tiang perancah tidak amblas ke dalam tanah dipakai papan alas.



BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Kayu Untuk Bekisting



Gambar: memasang rehel bekisting konvensional



Gambar: memasang rehel untuk bekisting konvensional Bekisting beton konvensional adalah bekisting yang biasa digunakan untuk proyek rumah tinggal dan ruko atau bangunan tipe menengah dengan menggunakan bahan dari kayu, papan dan tripek atau multiplek. Penggunaan kayu ini biasanya terbagi dalam sistem peyangga/perancah (biasanya menggunakan kayu gelam, bambu, atau sejenis kayu bulat dan persegi), rehel, penyangga volume balok, klem. Bisa jadi bekisting ini adalah jenis bekisting yang pertama kali dikenal. Bekisting konvensional atau bekisting tradisional hanya mengandalkan triplek dan kayu atau papan. Jenis papan yang dipakai biasanya adalah papan yang tahan kelembaban. Papan bekisting dari kayu yang umum digunakan memiliki ketebalan 2 cm sampai 3 cm dengan lebar 15 cm sampai 20 cm. Sementara itu untuk ketebalan triplek bekisting sekitar 3 mm sampai 9 mm.



Kayu untuk bekisting hendaknya dipilih yang tidak terlalu basah dan cukup baik supaya tidak mudah melengkung dan pecah. Dalam proses pengerjaan, triplek dan papan dipasang di bagian struktur bangunan. Jika beton sudah mencapai kekuatan yang cukup, triplek dan papan yang dipakai dalam proses bekisting dilepas dan dibongkar satu per satu. Terkadang, material triplek atau papan yang dipakai untuk bekisting masih bisa digunakan pada pekerjaan berikutnya. Tentunya jika kualitas triplek dan papan masih bagus. Namun seringkali karena kualitas yang kurang bagus, triplek dan papan tersebut hanya bisa dipakai untuk satu kali pekerjaan bekisting saja. Pada proyek pembangunan gedung, jenis kayu kelapa atau glugu sering dipilih untuk membuat bekisting balok. Sedangkan jenis kayu meranti umumnya dipakai sebagai bahan pembuatan triplek yang dipakai pada bekisting konvensional. Bekisting konvensional ini terbilang murah bila dibandingkan dengan pengadaan atau penyewaan bekisting moderen. Tetapi bekisting konvensional ini tidak disarankan untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang membutuhkan banyak tahapan bekisting. Sebab proses pembongkaran triplek dan papan membutuhkan waktu yang terbilang lama, menyisakan limbah triplek dan kayu, serta menghasilkan bentuk yang tidak presisi. Agar diperoleh hasil pengecoran beton bertulang yang baik, maka diperlukan beberapa persyaratan bekisting dari sisi bahan dan cara pengerjaannya. 1. Bahan yang digunakan harus keras dan kuat menahan beban kesamping dan beban dari atas. 2. Bahan yang digunakan harus seefisien mungkin sesuai dengan anggaran yang tersedia. 3. Bahan yang digunakan aman bagi pekerja (tukang) dan mudah dalam pengerjaannya.



4. Bahan yang digunakan diperlukan waktu yang tidak terlalu lama sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja. 5. Khusus bekisting konvensional, gunakan bahan yang baru akan lebih baik hasilnya. 6. Sistem pengerjaannya harus menggunakan tenaga ahli profesional agar menghasilkan jenis pekerjaan yang berkualitas baik. 7. Mudah dibuka dan tidak lengket 8. Kedap air dan tidak mudah bocor 9. Bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisiting harus presisi 3.2. Prosedur/Tahapan Pemasangan Bekisting Kayu 1. Bekisting kolomBahan-bahan untuk pembuatan bekisting kolom 



Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm







Kasau 5/7cm







Paku reng







Paku usuk



Memasang bagian-bagian bekisting kolom 



Pasang beton tahu pada begel kolom







Dirikan cetakan kolom sesuai dengan gambar kerja







Periksa tegak lurusnya acuan dengan unting-unting







Perkuat cetakan kolom menggunakan skur pada tiang cetakan hingga keadaannya tidak bergerak







Bersihkan kotoran di dalam begesting lewat lobang yang telah disiapkan



2. Bekisting balok Bahan-bahan untuk pembuatan bekisting balok 



Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm







Kasau 5/7 cm







Paku reng







Paku usuk







Bambu / kayu sebagai tiang penyangga . Memasang bagian-bagian bekisting balok







Pasang landasan tiang







Dirikan tiang-tiang dengan jarak 50-70 cm







Hubungkan tiap tiang dengan batang melintang dan membujur sehingga tidak goyah







Pasang balok gelagar diatas tiang







Kontrol kedataran gelagar dengan waterpas/selang plastik







Pasang papan cetakan diatas gelagar dan kontrol kedatarannya sepanjang balok







Perkuat papan samping dengan skur



3. Bekisting Plat Lantai Bahan-bahan untuk pembuatan bekisting plat lantai 



Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm







Multiplek tebal 12-18 mm







Kasau5/7cm







Paku reng







Paku usuk







Bambu / kayu sebagai tiang penyangga



Memasang bagian-bagian bekisting plat lantai 



Pemasangan bekisting plat lantai pada prinsipnya sama dengan pemasangan bekisting balok, yang membedakan hanyalah lebar bagian bawah antara balok dan lantai



3.3. Tujuan Penggunaan Bekisting Kayu Berdasarkan Pertimbangan



Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas dan dipindahkan. Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari pada masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan, faktor pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini tergantung juga dari pengalaman dan jam terbang dari si pemborong kerja tersebut. Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting (Dr. Edward G Nawy, P. E, C. Eng. ,1997), yaitu : 1. Kualitas : Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan ( stiffness ) dan keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan. 2. Keselamatan :



Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup



danfaktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton. 3. Ekonomis :



Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi



waktudan biaya dalam proses pelaksanaan demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).



BAB IV PENUTUP



4.1. Kesimpulan Dari tinjauan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa bekisting dengan kayu memiliki banyak keuntungan, namun juga memiliki kekurangan. Sehingga bisa dikatakan penggunaan kayu sebagai bekisting ini penting. Bukan berarti dari kata "penting" disini memiliki makna harus selalu menggunakan kayu sebagai bekisting. Melainkan, bisa dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengerjaan bekisting. Selain itu juga masih ada beberapa alternatif bahan lain yang bisa dijadikan bekisting. 4.2. Saran Pemasangan bekisting sebaiknya tidak melulu menggunakan kayu. Disamping karena adanya alternatif bahan lain, hal ini ditujukan agar tetap adanya prinsip ramah lingkungan dengan tidak banyak banyak menebang pohon untuk dijadikan bekisting.