MAKALAH Takdir [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KONSEP TAKDIR DALAM AL-QURAN



DISUSUN OLEH ANNISA NUR AZIZAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MANAJEMEN 2020



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan dampak dari perkembangan teknologi sekarang ini, telah sedikit demi sedikit mengubah gaya hidup serta pola pikir masyarakat. Tak dapat dipungkiri hal tersebut ikut mempengruhi pola pikir spiritual masyarakat.Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya kepercayaan terhadap ramalan sebagai contoh; ramalan bintang. Ramalan bintang sekarang ini seringkali dijadikan patokan atau sumber refrensi seseorang terhadap suatu hal, seperti jodoh, kesukaan, peruntungan atau kebaikan yang harus dilakukan. Hal tersebut tidak disadari oleh masyarakat bahwa ramalan adalah suatu perkiraan pada sesuatu yang tidak pasti (belum terjadi) dan yang paling terpenting hal ini menyalahi hukum syariat islam ً‫صالَةٌ أَرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬ َ ُ‫َم ْن أَتَى َعرَّافًا فَ َسأَلَهُ ع َْن َش ْى ٍء لَ ْم تُ ْقبَلْ لَه‬ “Barangsiapa yang mendatangi al ‘arraf (tukang ramal), maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima” (HR. Muslim) Peneguran terhadap hal tersebut seringkali mengantarkan pendapatmasyarakat bahwa pembacaan ramalan seperti zodiak hanya ternasuk pada kategori keisengan belaka, akan tetapi hal tersebut tidak bisa dibenarkan. Dalam bidang psikologi kata-kata yang dilihat atau ditujukan kepada seseorang akan menjadi sugesti dalam diri seseorang tersebut. Itulah mengapa islam melarang seseorang untuk medatangi seorang peramal, sekalipun hanya untuk sebuah keisengan belaka. Karena selayaknya seorang muslim kita harus berpegang serta yakin hanya kepada ketentuan Allah Swt dan menjadikan alquran dan sunah sebagai bahan referensi utama. Pemahaman yang benar terhadap taqdir akan menjadikan kita mampu menjalani kehidupan ini sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan mengulas bagaimana konsep takdir yang digambarkan oleh al-quran. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep takdir dalam Al-Quran?



C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui bagaimana konsep takdir menurut Al-Quran D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis Penulis mengetahui konsep taqdir menurut Al Quran dan meyakini bahwa semua yang terjadi di kehidupan ini merupakan ketentuan Allah Swt. b. Bagi Santri Hasil dari penulisan ini dapat menjadi tambahan wawasan pengetahuan dan menambah khasanah keilmuan santri Pondok Pesantren Al-Multazam. c. Bagi Guru Makalah sederhana ini diharapkan menjadi landasan dalam pengembangan dan pembangunan aqidah serta sebagai penerapan media pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan aqidah di Indonesia. d. Bagi Masyarakat Makalah ini menjadi penambah khasanah pengetahuan di masyarakat dan menjadi salah satu sumber yang menguatkan pemahaman dan keyakinan masyarakat terhadap konsep taqdir.



BAB II PEMBAHASAN Pengertian takdir 1. Secara Bahasa dan Istilah Kata takdir berasal dari bahsa arab yakni ‫ تقدير‬yang berakar kata dari kata Qaddara ‫تقديرا‬،‫يقدر‬،‫ قدر‬yang berarti ukuran terhadap sesuatu atau memberi kadar. Secara istilah takdir adalah ketetapan Allah akan garis kehidupan seseorang.Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia. Kata takdir juga mempunyai makna menyerahkan segala sesuatu yang akan terjadi maupun yang telah terjadi kepada Allah Swt. Maksudnya, segala sesuatu yang akan terjadi maupun yang sudah terjadi, seluruhnya dikembalikan kepada kehendak dan ketetapan Allah Swt. yang telah dicatat dalam kitab Lauh al-Mahfuzh. Di dalam kitab tersebut telah dicatat segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt., baik yang telah terjadi, sedang maupun yang akan terjadi.



Adakalanya makna kata takdir merupakan ketetapan Allah Swt. yang berhubungan erat dengan kehendak manusia.Maksudnya, manusia diberi kewenangan untuk berbuat sesuatu, dan perbuatan yang merupakan hasil dari pilihan manusia itu sesuai dengan kehendak Allah Swt1. Adakalanya pula makna kata takdir merupakan ketetapan akhir dari segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt. dalam ilmu-Nya yang bersifat azali dan abadi, baik sebelum ia terwujud maupun setelah ia terwujud 2. Pengertian Qada dan Qadar Dalam pengertian takdir ada 2 kata yang selalu berkaitan dan harus dibicarakan yaitu qadha dan qadar. ·               Qadha’ adalah bentuk masdar dari qadha yang berarti kehendak atau ketetapan hukum, dalam arti: kehendak atau ketetapan Allah terhadap segala sesuatu (sebagai program besar; belum direalisasikan dalam kenyataan).Sedangkan pengertian Al-Qadha’ 1



surah Al-Balad (90): 10.



secara bahasa adalah hukum. Adapun dalam syariat, pengertiannya kurang lebih sama dengan Al-Qadar, kecuali jika keduanya disebutkan dalam satu kalimat secara bersamaan maka masing-masing mempunyai arti tersendiri2 . Penyebutan kata Qadha’ adakalanya disejajarkan dengan kata qadar (takdir). Sebab, kedua kata tersebut mempunyai arti yang sama, meskipun kata takdir mempunyai arti segala sesuatu yang ditetapkan oleh Allah Swt. menurut kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Adapun kata qadha’ lebih merupakan pelaksanaan atas segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. menurut atau sesuai dengan takdir-Nya. Qadar adalah bentuk masdar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan, dalam arti: ukuran atau ketentuan Allah terhadap segala sesuatu (program yang sudah terperinci).Secara bahasa, al-qadar berarti akhir dan batas dari sesuatu3, maka pengertian “menakdirkan sesuatu” adalah mengetahui kadar dan batasannya4. Adapun pengertian Al-Qadar dalam syariat adalah keterkaitan ilmu dan kehendak Allâh Azza wa Jalla yang terdahulu terhadap semua makhluk (di alam semesta) sebelum Dia Azza wa Jalla menciptakannya. Maka, tidak ada sesuatu pun yang terjadi (di alam ini) melainkan Allâh Azza wa Jalla telah mengetahui, menghendaki dan menetapkannya5, sesuai dengan kandungan hikmah-Nya yang maha sempurna6 . Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah bahwa keyakinan para pengikut kebenaran adalah menetapkan (mengimani) takdir Allâh, yang berarti bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan takdir segala sesuatu secara azali (terdahulu), dan Dia Subhanahu wa Ta’ala Maha mengetahui bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu (tertentu), dan di tempat-tempat (tertentu) yang diketahui-Nya, yang semua itu terjadi sesuai dengan ketetapan takdir-Nya.”



2 3



Lihat keterangan Syaikh al-‘Utsaimîn dalam Syarhul ‘Aqîdatul Wâsithiyyah (2/187-188) Mu’jamu Maqâyîsil Lughah 5/51



al-Irsyâd ilâ Shahîhil I’tiqâd hlm. 226 al-Irsyâd ilâ Shahîhil I’tiqâd hlm. 226 6 Syarhu Ushûlil Imân hlm. 50 4 5



Adakalanya makna kata takdir merupakan ketetapan Allah Swt. yang berhubungan erat dengan kehendak manusia.Maksudnya, manusia diberi kewenangan untuk berbuat sesuatu, dan perbuatan yang merupakan hasil dari pilihan manusia itu sesuai dengan kehendak Allah Swt7. Adakalanya pula makna kata takdir merupakan ketetapan akhir dari segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt. dalam ilmu-Nya yang bersifat azali dan abadi, baik sebelum ia terwujud maupun setelah ia terwujud 3. Perbedaan Qada dan Qadar Ketika menjelaskan perbedaan antara keduanya, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn rahimahullah berkata, “Al-Qadar adalah apa yang Allâh Azza wa Jalla takdirkan secara azali (terdahulu) yang berkaitan dengan apa yang akan terjadi pada (semua) makhlukNya. Sedangkan Al-Qadhâ’ adalah ketetapan Allâh Azza wa Jalla pada (semua) makhlukNya, dengan menciptakan, meniadakan (mematikan) dan merubah (keadaan mereka). Ini berarti takdir Allâh Azza wa Jalla mendahului (Al-Qadhâ).”8 Hubungan Qada dan Qadar, keduanya ini memiliki hubungan yang saling terikat dan tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan. Hal ini disebabkan karena qada diibaratkan rencana, sedangkan qadar sebagai perwujudan atau kenyataannya yang terjadi. Dalam Surat Al- Hijr, ayat 21. Yang berisi, bahwa Allah Swt sesuai dengan kehendak-Nya dalam melakukan qadar-Nya. Qada ialah kehendak Allah Swt dalam memenuhi suatu takdir yang ketika di tengah jalan masih dapat diubah. Sedangkan, qadar ialah takdir yang sudah dipastikan ketentuannya atau tidak dapat berubah lagi. Jadi, secara singkat inti dari perbedaan Qada dan Qadar yaitu, Qada takdir yang masih bisa diubah, sedangkan Qadar tidak.



A. Macam-macam Takdir 1. Berdasarkan sifatnya



7 8



surah Al-Balad (90): 10. Syarhul ‘Aqîdatul Wâsithiyyah 2/188



1. Takdir (yang bersifat) umum dan meliputi semua makhluk yang tertulis dalam Lauhul Mahfûzh. Karena Allâh Azza wa Jalla telah menuliskan di dalamnya ketetapan takdir segala sesuatu sampai hari Kiamat tiba. Dasarnya riwayat dalam Sunan Abu Dawud rahimahullah dari ‘Ubâdah bin Shâmit Radhiyallahu anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘(Makhluk) yang Allâh ciptakan pertama kali adalah al-qalam (pena). Kemudian Allâh berfirman kepadanya, “Tulislah!” . Maka dia bertanya, “Wahai Rabb-ku, apa yang akan aku tulis?” Allâh berfirman, “Tulislah ketetapan takdir segala sesuatu sampai terjadinya hari Kiamat.”9 2. Takdir (khusus) yang memerinci takdir umum. Ini terbagi menjadi 3 macam takdir : 1)



Takdir (sepanjang) umur (ketetapan takdir sepanjang hidup setiap makhluk),



sebagaimana yang disebutkan dalam hadits (riwayat) Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu 10



tentang ketentuan takdir yang dituliskan bagi janin ketika dalam kandungan ibunya, berupa



ketetapan ajal, rezki, amal perbuatan, celaka atau bahagia. 2)



Takdir tahunan, yaitu takdir yang di tetapkan (oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala)



pada saat lailatul qadr tentang kejadian-kejadian sepanjang tahun. Allâh Azza wa Jalla berfirman ٤﴿ ‫ِيم‬ ٍ ‫ٍر َحك‬



: ‫ُّل أَ ْم‬



‫َر ُق ُك‬



‫ا ُي ْف‬



‫﴾ فِي َه‬٣﴿ ‫ين‬ َ ‫ذ ِِر‬



‫ٍة ۚ إِ َّنا ُك َّنا ُم ْن‬



‫ار َك‬ َ ‫ٍة ُم َب‬



َ‫اهُ فِي لَ ْيل‬



‫إِ َّنا أَ ْن َز ْل َن‬



Sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur’an pada suatu malam yang diberkahi (lailatul qadr) dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu ditetapkan dengan terperinci segala urusan (ketetapan takdir sepanjang 11) yang muhkam (tidak bisa berubah) [ad-Dukhân/44:3-4].



3)



Takdir harian, yaitu takdir yang di tetapkan (oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala )



tentang kejadian-kejadian dalam sehari, berupa kematian, kehidupan (kelahiran), kemuliaan, kehinaan, dan lain sebagainya12 . Allâh Azza wa Jalla berfirman : ۚ ‫ُك َّل يَوْ ٍم ه َُو فِي َشأْن‬ Setiap hari Dia (mengatur) urusan (semua makhluk-Nya) [ar-Rahmaan/55:29]13 HR Abu Dâwud no. 4700, at-Tirmidzi no. 3319. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni HR. al-Bukhâri no. 1226 dan Muslim no. 2643 11 Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4/175 12 Lihat Taisîrul Karîmir Rahmân hlm. 830 13 al-Irsyâd ilâ Shahîhil I’tiqâd hlm. 227 9



10



2. Berdasarkan para ulama 1. Takdir Mua’llaq Yaitu takdir Allah yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia, Allah tidak akanmerubah nasib seseorang jika kita tidak mau merubahnya sendiri. 2. Takdir Mubram Yaitu takdir Allah yang terjadi pada diri manusia, tidak dapat diusahakan atau tidakdapat di tawar-tawar lagi oleh manusia14



B. Al-Quran 1. Pengertian Al-Quran Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Alquran adalah kitab Allah Swt yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para rasul. Allah Swt menurunkan Al-Qur'an dengan perantaraan malaikat jibril sebagai pengentar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia / berumur 41 tahun yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir alqu'an turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3. Alquran turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad Saw akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan hati orang yang menerimanya. Lama al-quran diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. 2. Isi Al-Quran



14



1.



Tauhid - Keimanan terhadap Allah Swt.



2.



Ibadah - Pengabdian terhadap Allah Swt



3.



Akhlak - Sikap & perilaku terhadap Allah Swt, sesama manusia dan makhluk lain



4.



Hukum - Mengatur manusia



5.



Hubungan Masyarakat - Mengatur tata cara kehidupan manusia



QS Ar-Ra'd :30



6.



Janji Dan Ancaman - Reward dan punishment bagi manusia



7.



Sejarah - Teledan dari kejadian di masa lampau



3. Fungsi Al-Quran



Sebagai pedoman hidup yang benar, Al-Qur’an niscaya harus memberikan suatu petunjuk hidup yang benar, mendasar dan pasti. Sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan yang kokoh dalam menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an tidak lain kecuali untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat15. Adapun petunjuk yang diberikan oleh AlQur’an pada pokoknya ada tiga: 1.      Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan. 2.      Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan kolektif. 3.      Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.



Konsep takdir dalam al-quran



1. Dimensi Pemahaman Takdir



Untuk memahami konsep takdir, umat Islam tidak dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi yang dimaksud ialah dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. a. Dimensi ketuhanan Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al-Quran yang menginformasikan bahwa Allah Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan takdir.



15



Makalah “Al-Qur’an; Pengertian, kedudukan dan Fungsi serta Sejarah Kodifikasi”, Jakarta; 2001.



 “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin.” (Al Hadid / QS. 57:3). (Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang “Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya).” (Al-Furqaan / QS. 25:2) “Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah.” (Al-Hajj / QS. 22:70) “Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.” (Al Maa'idah / QS. 5:17)  “Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya.” (AlAn'am / QS 6:149) “Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” (As-Safat / 37:96) “Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan” (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat. b. Dimensi kemanusiaan Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya. “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar Ra'd / QS. 13:11)   “(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al Mulk / QS. 67:2)  “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga mereka akan bersedih” (Al-



Baqarah / QS. 2:62). Iman kepada Allah dan hari kemudian dalam arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir. ·         “...barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir...” (Al Kahfi / QS. 18:29) 2. Tingkatan dalam Memahami Konsep Takdir Takdir merupakan suatu hal yang sangat ghaib sehingga kita tidak dapat mengetahui takdir kita sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanyalah berusaha karena berusaha telah Allah tentukan sebagai suatu kewajiban. Sangat penting bagi manusia untuk mengusahakan qadha yang selanjutnya menerima qadarnya. Dalam takdir ada empat tingkatan yang wajib diimani, yaitu  aqdir itu memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani, yaitu : a. Al-`Ilmu, bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik yang detail maupun jelas atas setiap gerak-gerik makhluknya. Sebagaimana firman Allah : ُ ‫ط مِن َو َر َق ٍة إِالَّ َيعْ لَ ُم َها َوالَ َح َّب ٍة فِي‬ ُ ُ‫ب الَ َيعْ لَ ُم َها إِالَّ ه َُو َو َيعْ لَ ُم َما فِي ْال َبرِّ َو ْال َبحْ ر َو َما َتسْ ق‬ ‫ت‬ ِ ‫ظلُ َما‬ ِ ‫َوعِ ندَ هُ َم َفا ِت ُح ْال َغ ْي‬ ِ ٍ ‫س إِالَّ فِي ِك َتا‬ ٍ ‫ض َوالَ َر ْط‬ ‫ين‬ ِ ْ‫األَر‬ ٍ ‫ب م ُِّب‬ ٍ ‫ب َوالَ َي ِاب‬ “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya , dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata "(QS. Al-an`am 59) b. Al-Kitabah, Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz, sebagaimana firman-Nya : ٍ ‫ك فِي ِك َتا‬ ‫ك َعلَى هَّللا ِ يَسِ ي ٌر‬ َ ِ‫ب إِنَّ َذل‬ َ ِ‫ض إِنَّ َذل‬ ِ ْ‫أَلَ ْم َتعْ لَ ْم أَنَّ هَّللا َ َيعْ لَ ُم َما فِي ال َّس َماء َواأْل َر‬ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab . Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.(QS. Al-Hajj : 70)



c. Al-Masyiah (kehendak), Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak ada sesuatu pun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan iradat / masyiah (kehendak /keinginan) Allah SWT.Maka tidak ada dalam kekuasaannya yang tidak diinginkannya selamanya. Baik yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Zat Allah atau yang dilakukan oleh makhluq-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya : ُ‫إِ َّن َما أَ ْم ُرهُ إِ َذا أَ َرا َد َشيْئا ً أَنْ َيقُو َل لَ ُه ُكنْ َف َي ُكون‬ “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS. Yasin: 82) d. Al-Khalqu, Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya, dalam firman-Nya dijelaskan : َ َ‫إِ َّنا أ‬ ‫ين‬ َ ‫اب ِب ْال َح ِّق َفاعْ ُب ِد هَّللا َ م ُْخلِصا ً لَّ ُه ال ِّد‬ َ ‫ك ْال ِك َت‬ َ ‫نز ْل َنا إِلَ ْي‬ “Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan kebenaran.Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya”. (QS. Az-Zumar : 2)



BAB III PENUTUP Kesimpulan Takdir adalah pengetahuan abadi kepunyaan Allah, Dia yang memahami waktu sebagai kejadian tunggal dan Dia yang meliputi keseluruhan ruang dan waktu. Bagi Allah, segalanya telah ditentukan dan sudah selesai dalam sebuah takdir. Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan dalam Al Quran, kita juga dapat memahami bahwa waktu bersifat tunggal bagi Allah.Kejadian yang bagi kita terjadi di masa mendatang, digambarkan dalam Al Quran sebagai kejadian yang telah lama berlalu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam raya ini, dan sisi kejadiannya, dalam kadar atau ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, dan itulah yang disebut takdir. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa takdir, termasuk manusia. Peristiwa-peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Tuhan, yang keduanya menurut sementara ulama dapat disimpulkan dalam istilah sunnatullah, atau yang sering secara salah kaprah disebut "hukumhukum alam." Saran Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan oleh Allah kepadanya. Makhluk ini, misalnya, tidak dapat terbang. Inimerupakan salah satu ukuran atau batas kemampuan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya.



Daftar Pusaka Syaltut, Mahmud. 1986. al-Islam Aqidah wa Syari'ah . Jakarta : Pustaka Amani Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Indonesia Arab. Jakarta: Hidakarya Agung Fethullah Gulen Hojaefendi.2015.Makna Takdir Menurut Bahasa dan Istilah di https://fgulen.com/id/karya-karya/qadar/49460-makna-takdir-menurut-bahasa-dan-istilah (diakses pada 10 Februari) Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A. 2013. Memahami Takdir Allah Subhana wa taala Menurut Perspektif Ahlus Sunnah wal Jamaahdihttps://almanhaj.or.id/3551memahami-takdir-allah-subhanahu-wa-taala-menurut-perspektif-ahlus-sunnah-waljamaah.html (diakses pada 10 Februari) Arik Asyhari. 2013. Konsep Takdir dalam Hidup Manusia dihttp://karyarik.blogspot.com/2013/06/takdir1.html( diakses pada 10 Februari) HR Abu Dâwud no. 4700, at-Tirmidzi no. 3319. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni HR. al-Bukhâri no. 1226 dan Muslim no. 2643 al-Irsyâd ilâ Shahîhil I’tiqâd hlm. 226 Syarhu Ushûlil Imân hlm. 50 Lihat keterangan Syaikh al-‘Utsaimîn dalam Syarhul ‘Aqîdatul Wâsithiyyah (2/187-188) Syarhul ‘Aqîdatul Wâsithiyyah 2/188 Muthahhari, Murtadha.2003. Pengantar Ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Pustaka Zahra. Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan. Madjid, Nurholish. 1994. Pintu-pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina.



Mu’jamu Maqâyîsil Lughah 5/51 Goda94 (Situs Web Belajar Online). 2008. Pengertian Sejarah dan Pokok Isi Kandungan AlQuran/ Al-Quran-Pengetahuan Islam dihttp://www.organisasi.org/1970/01/pengertiansejarah-dan-pokok-isi-kandungan-al-quran-alquran-pengetahuan-agama-islam.html( diakses pada 17 Februari) al-Irsyâd ilâ Shahîhil I’tiqâd hlm. 226 http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/10/04/hikmah-dari-beriman-kepada-takdir/ Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4/175 Lihat Taisîrul Karîmir Rahmân hlm. 830 al-Irsyâd ilâ Shahîhil I’tiqâd hlm. 227 Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas Celya Candra Dewi. 2015. Makalah tauhid konsep takdir dalam peningkatan mutu sumber daya manusia. Makalah. Dalam: Program studi perbankan syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Konsultasi Syariah. 2014. Takdir dalam Islam di https://www.alkhoirot.net/2014/08/takdirislam.html( diakses pada 10 Februari) Irzan Fachrozi. 2012. Pengertian Fungsi dan Tujuan Al-Quran di http://bentukdanisi.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-xnone_4343.html( diakses pada