MAKALAH TASAWUF Tarekat Di Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TASAWUF



“TAREKAT DI INDONESIA” Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tasawuf



Dosen Pembimbing :



Hawari Batubara, MA Disusun oleh kelompok 6 :



Desi Safitri



(0204202058)



M. Zamhuri Alfirli



(0204202015)



Nurhayati Daulay



(0204202013)



PRODI HUKUM EKONOMI SYA’RIAH (MUAMALAH) FAKULTAS SYA’RIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2020



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kehadiran Allah Swt. Yang telah memberikan kepada saya kesempatan yang luar biasa sehingga saya dapat menyusun makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke ruh dan junjungan alam yakni Nabi besar Muhammad Saw. Kemudian rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada sebagai Hawari Batubara, MA Dosen mata kuliahTasawuf, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul: “Tarekat Di Indonesia”. Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan kita.



Medan,



November 2020



Penulis



ii



Daftar Isi



KATA PENGANTAR .......................................................................................



ii



Daftar Isi...........................................................................................................



iii



BAB I Pendahuluan .........................................................................................



1



A. Latar Belakang...........................................................................................



1



B. Rumusan Masalah .....................................................................................



1



BAB II Pembahasan.........................................................................................



2



A. Sejarah Perkembangan Tarekat Di Indonesia ............................................



2



B. Pembagian Tarekat dan Tokoh-Tokohnya ................................................



5



BAB III Penutup ..............................................................................................



14



A. Kesimpulan ................................................................................................



14



Daftar Isi...........................................................................................................



16



iii



BAB I Pendahuluan A.



Latar Belakang Tarekat berasal dari bahasa Arab. Secara etimologi berarti : (1) jalan, cara (al-kaifiyyah); (2) metode, sistem (al-uslub); (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab). Menurut istilah tarekat berarti perjalanan seorang (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Dengan pengertian ini bisa digambarkan, adanya kemungkinan banyak jalan, sehingga sebagian sufi menyatakan, ―At thuruk bi adadi anfasil makhluk”, yang artinya ―Jalan menuju Allah itu sebanyak nafasnya makhluk‖, beranekaragam dan banyak macamnya. Orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati, karena : Ada yang sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima. (Mu‘tabarah. Wa ghairu Mu‘tabarah). Dari sinilah kita di tuntut untuk mengetahui latar belakang dari tarekat itu sendiri agar nantinya tidak terjadi kesalah dalam memilih tarekat tersebut, lebih-lebih mengetahui tarekat yang sudah berkembang di Indoneisa.



B.



Rumusan Masalah 1.



Bagaimana Sejarah Perkembangan Tarekat di Indonesia?



2. Bagaimana Pembagian Tarekat Beserta Tokoh-Tokohnya?



1



BAB II Pembahasan A.



Sejarah Perkembangan Tarekat Di Indonesia Islam di Indonesia tidak sepenuhnya seperti yang digariskan AlQur‘an dan Sunnah saja, pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa kitab-kitab Fiqih itu dijadikan referensi dalam memahami ajaran Islam di perbagai pesantren, bahkan dijadikan rujukan oleh para hakim dalam memutuskan perkara di pengadilan-pengadilan agama. Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap : Pertama, Islam disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia disekitar pelabuhan (Terbatas). Kedua : datang dan berkuasanya Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Fhilipina, sampai abad XIX M; Ketiga : Tahap liberalisasi kebijakan pemerintah Kolonial, terutama Belanda di Indonesia.



Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan terjadinya perubahan sejarah



yang sangat



cepat.



Keterbukaan menjadikan pengaruh luar yang tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian disesuaikan dengan budaya yang dimilikinyam, maka lahirlah dalam bentuk baru yang khas Indonesia. Misalnya : Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan. Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para



2



sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya. Di wilayah Aceh, pada sekitar permulaan abad sebelas hijriah datang salah seorang keturunan Rasulullah, yang sekarang nama beliau diabadikan dengan sebuah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Syaikh Nuruddin ar-Raniri. Sebelum ke nusantara beliau pernah belajar di Tarim Hadramaut Yaman kepada para ulama terkemuka di sana. Salah satunya kepada al-Imam Abu Hafsh ‗Umar ibn ‗Abdullah Ba Syaiban al-Hadlrami. Ditangan ulama besar ini, al-Raniri masuk ke wilayah tasawuf melalui tarekat al-Rifa‘iyyah, hingga menjadi khalifah dalam tarekat ini. Terhadap akidah hulûl dan wahdah al-wujûd tarekat ini sama sekali tidak memberi ruang sedikitpun. Hampir seluruh orang yang berada dalam tarekat al-Rifa‘iyyah memerangi dua akidah ini. Ketika kesultanan Aceh dipegang oleh Iskandar Tsani, al-Raniri diangkat menjadi ―Syaikh al-Islâm‖ bagi kesultanan tersebut. Ajaran Ahlussunnah yang sebelumnya sudah memiliki tempat di hati orang-orang Aceh menjadi bertambah kuat dan sangat dominan dalam perkembangan Islam di wilayah tersebut, juga wilayah Sumatera pada umumnya. Fahamfaham akidah Syi‘ah, terutama akidah hulûl dan ittihâd, yang sebelumnya sempat menyebar di wilayah tersebut menjadi semakin diasingkan. Beberapa karya yang mengandung faham dua akidah tersebut, juga para pemeluknya saat itu sudah tidak memiliki tempat. Bahkan beberapa kitab aliran hulûl dan ittihâd sempat dibakar di depan Majid Baiturrahman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa di bagian ujung sebelah barat Indonesia faham akidah Ahlussunnah dengan salah satu tarekat mu‘tabarah sudah memiliki dominasi yang cukup besar dalam kaitannya dengan penyebaran Islam di wilayah Nusantara. Di Palembang, Sumatera juga pernah muncul seorang tokoh besar. Dari tangannya lahir sebuah karya besar dalam bidang tasawuf berjudul Siyar al-Sâlikîn Ilâ ‗Ibâdah Rabb al-‗Âlamîn. Kitab dalam bahasa Melayu ini memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan tasawuf



3



di wilayah Nusantara. Dalam pembukaan kitab yang tersusun dari empat jilid tersebut penulisnya mengatakan bahwa tujuan ditulisnya kitab dengan bahasa Melayu ini agar orang-orang yang tidak dapat memahami bahasa Arab di wilayah Nusantara dan sekitarnya dapat mengerti tasawuf, serta dapat mempraktekan ajaran-ajarannya secara keseluruhan. Tokoh kita ini adalah Syaikh ‗Abd ash-Shamad al-Jawi al-Palimbani yang hidup di sekitar akhir abad dua belas hijriah. Beliau adalah murid dari Syaikh Muhammad Samman al-Madani; yang dikenal sebagai penjaga pintu makam Rasulullah. Kitab Siyar al-Sâlikin sebenarnya merupakan ―terjemahan‖ dari kitab Ihyâ‘ ‗Ulûm al-Dîn, dengan beberapa penyesuaian penjelasan. Hal ini menunjukan bahwa tasawuf yang diemban oleh Syaikh ‗Abd ash-Shamad adalah tasawuf yang telah dirumuskan oleh Imam al-Ghazali. Dan ini berarti bahwa orientasi tasawuf Syaikh ‗Abd al-Shamad yang diajarkannya tersebut benar-benar berlandaskan akidah Ahlussunnah. Karena, seperti yang sudah kita kenal, Imam al-Ghazali adalah sosok yang sangat erat memegang teguh ajaran Asy‘ariyyah Syafi‘iyyah. Pada periode setelah wali songo ini, ajaran Ahlussunnah; Asy‘ariyyah Syafi‘iyyah di Indonesia menjadi sangat kuat. Demikian pula dengan penyebaran tasawuf yang secara praktis berafiliasi kepada Imam alGhazali dan Imam al-Junaid al-Baghdadi, saat itu sangat populer dan mengakar di masyarakat Indonesia. Penyebaran tasawuf pada periode ini diwarnai dengan banyaknya tarekat-tarekat yang ―diburu‖ oleh berbagai lapisan masyarakat. Dominasi murid-murid Syaikh Nawawi yang tersebar dari sebelah barat hingga sebelah timur pulau Jawa memberikan pengaruh besar dalam penyebaran ajaran Ahlussunnah Wal Jama‘ah. Ajaran-ajaran di luar Ahlussunnah, seperti faham ―non madzhab‖ (al-Lâ Madzhabiyyah) dan akidah hulûl atau ittihâd serta keyakinan sekte-sekte sempalan Islam lainnya, memiliki ruang gerak yang sangat sempit sekali. Di kemudian hari kelahiran Syaikh Yusuf menambah semarak keilmuan, terutama ajaran tasawuf praktis yang cukup menjadi primadona



4



masyarakat Sulawesi saat itu. Syaikh Yusuf sendiri di samping seorang sufi terkemuka, juga seorang alim besar multi disipliner yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu agama. Latar belakang pendidikan Syaikh Yusuf menjadikannya sebagai sosok yang sangat kompeten dalam berbagai bidang. Tercatat bahwa beliau tidak hanya belajar di daerahnya sendiri, tapi juga banyak melakukan perjalanan (rihlah ‗ilmiyyah) ke berbagai kepulauan Nusantara, dan bahkan sempat beberapa tahun tinggal di negara timur tengah hanya untuk memperdalam ilmu agama. Latar belakang keilmuan Syaikh Yusuf ini menjadikan penyebaran tasawuf di di wilayah Sulawesi benar-benar dilandaskan kepada akidah Ahlussunnah. Ini dikuatkan pula dengan karya-karya yang ditulis Syaikh Yusuf sendiri, bahwa orientasi karya-karya tersebut tidak lain adalah Syafi‘iyyah Asy‘ariyyah. Kondisi ini sama sekali tidak memberikan ruang kepada akidah hulûl atau ittihâd untuk masuk ke wilayah ―kekuasaan‖ Syaikh Yusuf al-Makasari.



B.



Pembagian Tarekat dan Tokoh-Tokohnya Jumlah Tarekat sebenarnya sangatlah banyak, akan tetapi yang memiliki anggota yang cukup banyak tersebar di Indonesia sampai saat ini adalah: 1. Tarekat Naqsabandiyah Pendiri Tarekat Naqsabandiyah ialah Muhammad bin Baha‘uddin Al-Huwaisi Al Bukhari (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di desa Hinduwan – kemudian terkenal dengan Arifan. Pendiri Tarekat Naqsabandiyah ini juga dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata ‗Uwais‘ ada pada namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga



5



murid Uwais dan menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba Al-Sammasi. Tarekat Naqsabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang sangat sederhana, namun lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir dengan lisan. Pokok-pokok ajaran Tarekat Naqsabandiyah: 



Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah.







Meninggalkan Rukhshah.







Memilih hukum yang azimah.







Senantiasa dalam muraqabah.







Tetap berhadapan dengan Tuhan.







Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia.







Menghasilkan makalah hudur (kemampuan menghadirkan Tuhan dalam hati).







Menyendiri di tengah-tengah ramai serta menghiasi diri dengan hal-hal yang memberi faedah.







Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa.







Zikir tanpa suara.







Mengatur nafas tanpa lali dari Allah.







Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW.



Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam Tarekat ini, yaitu: 1. Tobat. 2. Uzla (Mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya) 3. Zuhud (Memanfaatkan dunia untuk keperluan hidup seperlunya saja). 4. Taqwa.



6



5. Qanaah (Menerima dengan senang hati segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT). 6. Taslim (Kepatuhan batiniah akan keyakinan qalbu hanya pada Allah). Hukum yang dijadikan pegangan dalam Tarekat Naqsabandiyah ini juga ada enam, yaitu: 1. Zikir. 2. Meninggalkan hawa nafsu. 3. Meninggalkan kesenangan duniawi. 4. Melaksanakan segenap ajaran agama dengan sungguh-sungguh. 5. Senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada makhluk Allah SWT. 6. Mengerjakan amal kebaikan.



Syarat-syarat untuk menjadi pengikutnya : 1. I‘tiqad yang benar. 2. Menjalankan sunnah Rasulullah. 3. Menjauhkan diri dari nafsu dan sifat-sifat yang tercela. 4. Taubat yang benar. 5. Menolak kezaliman. 6. Menunaikan segala hak orang. 7. Mengerjakan amal dengan syariat yang benar.



2. Tarekat Qadariyah Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir Jailani, seorang ulama yang zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah sekolah untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad. Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini didukung oleh anak-anaknya antara lain Ibrahim dan Abdul Salam. Tarekat Qodariyah berpengaruh luas di dunia timur. Pengaruh pendirinya ini sangat banyak meresap di hati masyarakat yang dituturkan lewat 7



bacaan manaqib. Tujuan dari bacaan manaqib adalah untuk mendapatkan barkah, karena abdul Qadir jailani terkenal dengan keramatnya. Dasar pokok ajaran Tarekat Qadariyah yaitu: 



Tinggi cita-cita







Menjaga kehormatan







Baik pelayanan







Kuat pendirian







Membesarkan nikmat Tuhan



3. Tarekat Sadziliyah Pendiri Tarekat Sadziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Ali Syazili terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak sejak ia masih kecil. Pokok ajaran Tarekat Sadziliyah yaitu: 



Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai







Mengikutu sunnah dalam segala perbuatan dan perkataan







Berpaling



hati



dari



makhluk



waktu



berhadapan



membelakang 



Ridho dengan pemberian Allah sedikit atau banyak







Kembali kepada Allah baik senang maupun sedih.



8



dan



Tarekat Syaziliyah merupakan Tarekat yang paling mudah pengamalannya. Dengan kata lain tidak membebani syarat-syarat yang berat kepada Syeikh Tarekat. Kepada mereka diharuskan: 1. Meninggalkan segala perbuatan maksiat. 2. Memelihara segala ibadah wajib, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan dan lain-lain. 3. Menunaikan ibadah-ibadah sunnah semampunya. 4. Zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin atau minimal seribu kali dalam sehari semalam dan beristighfar sebanyak seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain. 5. Membaca shalawat minimal seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain.



4. Tarekat Rifaiyah Pendirinya Tarekat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifai. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M), sedangkan sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M). Sewaktu Ahmad berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya, Mansur Al-Batha‘ihi, seorang syeikh Trarekat. Selain menuntut ilmu pada pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafi‘i. Dalam usia 21 tahun, ia telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah 9 sebagai pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar. Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata tajam.



9



5. Tarekat Khalawatiyah Tarekat



Khalawatiyah



ialah



suatu



cabang



dari



tarekat



Suhrawadiyah yang didirikan di Bagdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi, yang tiap kali menamakan dirinya golongan Siddiqiyah, karena mereka menganggap dirinya berasal dari keturunan Khalifah Abu Bakar. Bidang usahanya yang terbesar terdapat di Afghanistan dan India. Memang keluarga Suhrawardi ini termasuk keluarga Sufi yang ternama. Abdul Futuh Suhrawardi terkenal dengan nama Syeikh Maqtul atau seorang tokoh sufi yang oelh kawankawannya diberi gelar ulama, dilahirkan di Zinjan, dekat Irak pada tahun 549 H. Suhrawardi yang lain bernama Abu Hafas Umar Suhrawardi, juga seorang tokoh sufi terbesar di Bagdad, pengarang kitab ―Awariful Ma‘arif‖, sebuah karangan yang sangat mengagumkan dan sangat menarik perhatian Imam Ghazali, sehingga seluruh kitab itu di muat pada akhir karya ―Ihya Ulumuddin‖ yang oleh tarikat Suhrawardiyah serta cabang-cabangnya dijadikan pokok pegangan dalam suluknya, dan Suhrawardani ini meninggal pada tahun 638 H.



6. Tarekat Khalidiyah Cabang Naqsabandiyah di Turkestan mengaku berasal dari tarekat Thaifuriyah dan cabang-cabang yang lain terdapat di Cina, Kazan, Turki, India, dan Jawa. Disebutkan dalam sejarah, bahwa tarekat itu didirikan oleh Bahauddin 1334 M. Dalam pada itu ada suatu cabang Naqsabandiyah di Turki, yang berdiri dalam abad ke XIX, bernama Khalidiyah. Menurut sebuah kitab dari Baharmawi Umar, dikatakan, bahwa pokok-pokok tarekat Khalidiyah Dhiya‘iyah Majjiyah, diletakkan oleh Syeikh Sulaiman Zuhdi Al-Khalidi, yang lama bertempat tinggal di Mekkah. Kitab ini berisi silsilah dan beberapa pengertian yang



10



digunakan dalam tarekat ini, setengahnya tertulis dalam bentuk sajak dan setengahnya tertulis dalam bentuk biasa. Dalam silsilah dapat dibaca, bahwa tawassul tarekat inidimulai dengan Dhiyauddin Khalid.



7. Tarekat Sammaniyah Nama tarikat ini diambil daripada nama seorang guru tasawuf yang masyhur, disebut Muhammad Samman, seorang guru tarekat yang ternama di Madinah, pengajarannya banyak dikunjungi orang-orang Indonesia di antaranya berasal dari Aceh, dan oleh karena itu terikatnya itu banyak tersiar di Aceh, bisa disebut terekat sammaniyah. Ia meninggal di Madinah pada tahun 1720 M. Sejarah hidupnya dibukukan orang dengan nama Manaqib Tuan Syeikh Muhammad Samman, ditulis bersama kisah Mi‘raj Nabi Muhammad, dalam huruf arab, disiarkan dan dibaca dalam kalangan yang sangat luas di Indonesia sebagai bacaan amalan dalam kalangan rakyat.



8. Tarekat ‗Aidrusiyah Salah satu daripada tarekat yang masyhur dalam kalangan Ba‘alawi ialah Al‘aidurusiyah, terutama dalam tasawuf aqidah. Hampir tiap-tiap buku tasawuf menyebut nama Al- aidrus sebagai salah seorang sufi yang ternama. Keluarga Al‘Ahidus banyak sekali melahirkan tokohtokoh Sufi yang terkemuka, diantaranya, di antaranya S. Abdur Rahman Bin Mustafa Al‘Aidus, yang pernah menjadi pembicaraan AlJabarti dalam sejarahnya. Al-Jabarti menerangkan, bahwa S.Abdur Rahman berlimpah-limpah ilmunya, ahli yang mempertemukan hakekat dan syariat sejak kecil ia telah menghafal Al‘Quran 30 jus.



11



9. Tarekat Al-Haddad Sayyid Abdullah bin Alwi Muhammad Al-Haddad dianggap salah seorang qutub dan arifin dalam ilmu Tasawuf. Banyak ia mengarang kitab-kitab mengenai ilmu tasawuf dalam segala bidang, dalam aqidah, tarekat, dsb. Bukan saja dalam ilmu tasawuf, tetapi juga dalam ilmuilmu yang lain banyak ia mengarang kitab. Kitabnya yang bernama : ―Nasa‘ihud Diniyah‖, sampai sekarang merupakan kitab-kitab yang dianggap penting. Muraqabah termasuk wasiat Al-Haddad yang penting. Muraqabah artinya selalu diawasi Tuhan, dan orang yang sedang melakukan suluk hendaknya selalu Muraqabah dalam gerak dan diamnya, dalam segala masa dan zaman, dalam segala perbuatan dan kehendak, dalam keadaan aman dan bahaya, di kala lahir dan di kala tersembunyi, selalu menganggap dirinya berdampingan dengan Tuhan dan diawasi oleh Tuhan. Jika beribadah itu seakan-akan dilihat Tuhan, jika ia tidak melihat Tuhan pun, niscaya Tuhan dapat melihat dia dan memperhatikan segala amal ibadahnya. Ak-Hadad mengatakan bahwa Muraqabah itu termasuk maqam dan manzal, ia termasuk maqam ihsan yang selalu dipuji-puji oleh nabi Muhammad.



10. Tarekat Tijaniyah Salah satu terekat yang terdapat di Indonesia di samping tarekattarekat yang lain ialah tarekat Tijaniyah. Dalam tahun beberapa rekat ini masuk ke Indonesia tidak diketahui orang-orang secara pasti, tetapi sejak tahun 1928 mulai terdengar adanya gerakan ini di Cirebon. Seorang Arab yang tinggal di Tasikmalaya, bernama Ali bin Abdullah At-Tayib Al-Azhari, berasal dari Madinah, menulis sebuah kitab yang berjudul ―Kitab Munayatul Murid‖ (Tasikmalaya, 1928 M), berisi beberapa petunujk mengenai hakikat ini, dan kitab itu terdapat tersebar luas di Cirebon khususnya, dan di Jawa barat umumnya. Pendirinya



12



seorang ulama dari Algeria, bernama Abdul Abbas bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani, lahir di ‗Ain Mahdi pada tahun 1150 H, (17371738 M). Diceritakan bahwa dari bapaknya ia keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib, sedang nama Tijani adalah dari Tijanah dari keluarga ibunya. Terekat ini mempunyai wirid yang sangat sederhana, dan wazifah yang sangat mudah. Wiridnya terdiri dari istighfar seratus kali, shalawat seratus kali, dan tahlil seratus kali. Boleh dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Di Cirebon tarekat Tijani ini pernah tersiar dengan suburnya di bawah pimpinan Kiyai Buntet dan saudaranya Kiyai Anas di desa Martapada, dekat kota Cirebon.



13



BAB III Penutup A.



Kesimpulan Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan terjadinya perubahan sejarah



yang sangat



cepat.



Keterbukaan menjadikan pengaruh luar yang tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian disesuaikan dengan budaya yang dimilikinyam, maka lahirlah dalam bentuk baru yang khas Indonesia. Misalnya : Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan. Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya. Di wilayah Aceh, pada sekitar permulaan abad sebelas hijriah datang salah seorang keturunan Rasulullah, yang sekarang nama beliau diabadikan dengan sebuah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Syaikh Nuruddin ar-Raniri. Sebelum ke nusantara beliau pernah belajar di Tarim Hadramaut Yaman kepada para ulama terkemuka di sana. Salah satunya kepada al-Imam Abu Hafsh ‗Umar ibn ‗Abdullah Ba Syaiban al-Hadlrami. Ditangan ulama besar ini, al-Raniri masuk ke wilayah tasawuf melalui tarekat al-Rifa‘iyyah, hingga menjadi khalifah dalam tarekat ini. Terhadap akidah hulûl dan wahdah al-wujûd tarekat ini sama sekali tidak memberi ruang sedikitpun. Hampir seluruh orang yang berada dalam tarekat al-Rifa‘iyyah memerangi dua akidah ini.



14



Ketika kesultanan Aceh dipegang oleh Iskandar Tsani, al-Raniri diangkat menjadi ―Syaikh al-Islâm‖ bagi kesultanan tersebut. Ajaran Ahlussunnah yang sebelumnya sudah memiliki tempat di hati orang-orang Aceh menjadi bertambah kuat dan sangat dominan dalam perkembangan Islam di wilayah tersebut, juga wilayah Sumatera pada umumnya. Faham-faham akidah Syi‘ah, terutama akidah hulûl dan ittihâd, yang sebelumnya sempat menyebar di wilayah tersebut menjadi semakin diasingkan. Beberapa karya yang mengandung faham dua akidah tersebut, juga para pemeluknya saat itu sudah tidak memiliki tempat. Bahkan beberapa kitab aliran hulûl dan ittihâd sempat dibakar di depan Majid Baiturrahman. Tarikat yang berkembang di Indonesia adalah: 1. Thoriqoh Naqsabandiyah 2. Thoriqoh Qadariyah 3. Thoriqoh Sadziliyah 4. Tarikat Rifaiyah 5. Tarikat Khalawatiyah 6. Tarikat Khalidiyah 7. Tarikat Sammaniyah 8. Tarikat ‗Aidrusiyah 9. Tarikat Al-Haddad 10. Tarikat Tijaniyah



15



Daftar Isi Abu Hamid, Syeikh Yusuf Tajul Khalwat; Suatu Kajian Antropologi Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Madhal Ila al-Tasawuf al-Islamy Ali, Daud M, Hukum Islam Pengantar: Hukum dan tata Hukum Islam di Indonesia Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995 Azra Azyumardi, Islam di Asia Tenggara: Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi Azra(Peny), Perpektif Islam diAsia Tenggara, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1989 ————- Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,jilid 5,Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, Cet IV, 1997 Afron, Bangkalan. http://www.Sufiesnews.com-Tarekat Laili Mansur, H.M, Ajaran dan Teladan para sufi, Jakarta: Srigunting, 1996 Mubarok Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung:Pustaka Bani Quraisy, Cet II, 1995 Mansur Ahmad Suryanegara, Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam di Indonesia,Mizan Cet IV, 1998 Pijper, GF, Fragmenta Islamica: Beberapa tentang Studi tentang Islam di Indonesia abad 20, terjemahan oleh Tudjiman,Jakarata: UI Press, 1987 Snouck Hurgronje,C, Aceh: Rakyat dan Adat Istiadatnya (1), Jakarta INIS, 1997 Sri Mulyati (et.al), Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,Jakarta: Kencana,Cet II, 2005 Thohir Ajid, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa,Bandung, Pustaka Hidayah, Cet I, 2002 Sholihin, Rosihon anwar. Ilmu Tasawuf. 2008. Bandung : CV Pustaka Setia. Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. 2006. Jakarta : Kencana. Mahfud. Akhlak Tasawuf. 2012. Cirebon : Al-Tarbiyah Press.



16



Anwar Rosihon. Akhlak Tasawuf. 2010. Bandung : Pustaka Setia.



17