MAKALAH TEKNIK KONSELING Kelompok 1-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEKNIK KONSELING KONSEP TEORI PSIKOANALISIS DAN BEHAVIORISTIK Dosen Pengampu : MISWANTO S.PD.,M.PD



DISUSUN OLEH : SITI NURKHALISHAH NST



(1193351060)



RONA NURDILLAH TASLIMA HARAHAP



(1193351063)



CANDRA VERONIKA TOGATOROP



(1193351068)



BK REGULER E 2019 PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021



1



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah BK Karier yang berjudulkonsep teori psikoanalitik dan behavioristik ini meskipun banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan didalamnya.Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang-orang terdekat, sehingga kami mampu menyelesaikannya. Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Konseling. Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi Teknik Konseling, semoga kita dapat memahami arti yang tersaji di dalam makalah ini. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan maka saya juga berharap adanya kritik dan saran demi penyempurnaan makalah kami ini. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat berguna juga bermanfaat untuk kita. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Medan, 18 Februari 2021



( penulis )



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………….………………... DAFTAR ISI………………………….………………………….……………………. BAB I PENDAHULUAN………………………….……………………………….…. A. LATAR BELAKANG………………………….……………………………... B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN PENULISAN………………………….……………………………. BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….……………... A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O.



Sejarah psikoanalisis ....................…………………………………………..... Pengertian psikoanalisis …………………………………….……………….. Landasan historis atau konsep dasar .............................................................. Teknik-teknik konseling psikoanalisis …………………………………….... Proses psikoanalisis .......................…………………………..…………......... Kelebihan dan kekurang ………………………….…………….……………. contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan behavioristik ………………………….…………….… ……………………… landasan historis konsep pendekatan behavioristik ?……..…………………. pandangan tentang manusia menurut pendekatan behavioristik?................ tujuan konseling dalam pendekatan behavioristik?………………………… peran dan fungsi konselor ? ………………………….……………………….. tahap-tahap konseling behavioristik ? ………………………….…………… teknik-teknik dalam pendekatan behavioristik ? …………………………. kelebihan dan keterbatasan pendekatan behavioristik?…………………… contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan behavioristik ………………………….…………….… ……………………….



BAB III PENUTUP….………………………………….……………………………..... KESIMPULAN……………………………………………….……………......... DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….……………….......



3



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya.salah satu hal yang penting dalam memberikan bimbingan adalah memahami siswa secara keseluruhan.Dengan demikian siswa akan mendapatkan bantuan yang tepat dan terarah.Untuk dapat memahami siswa dengan sebaik-baiknya,maka pembimbing perlu sekalimengumpulkan berbagai keteranganatau data tentang masing- masing siswa.jenis data ynag dikumpulkan hendaknya meliputi beberapa aspekyang berhubungan dengan diri siswa.Salah  satu teknik pengumpulan data utuk memahami siswa adalah: Tes Psikologis.Tes psikologis digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat potensi seperti: intelegensi bakat minat,kepribadian,sikap dan sebagainya.Program khusus dari seluruh program bimbingan pada umumnya juga meliputi program testing. Setiap siswa sebagai indivividu mempunyai perbedaan-perbedaan, mempunyai ciri khas tersendiri,serta mempunyai selera dan minat tersendiri.Mereka perlu dipahami secara tepat.Ketepatan dalam memahami individu merupakan suatu modal yang sangat berharga.  B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana sejarah psikoanalisis? 2. Apa pengertian psikoanalisis? 3. Bagaimana landasan historis atau konsep dasar? 4. Apa saja teknik-teknik konseling psikoanalisis? 5. Bagaimana proses psikoanalisis? 6. Apa saja kelebihan dan keterbatasan pendekatan Behavioristik? 7. Contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan Behavioristik ? 8. Apa landasan historis konsep Pendekatan Behavioristik ? 9. Bagaimana pandangan tentang manusia menurut Pendekatan Behavioristik? 10. Apa tujuan Konseling dalam pendekatan Behavioristik? 11. Apa saja peran dan fungsi konselor ? 12. Apa saja tahap-tahap konseling Behavioristik ? 13. Apa saja teknik-teknik dalam pendekatan Behavioristik ? 14. Apa saja kelebihan dan keterbatasan pendekatan Behavioristik?



4



15. Contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan Behavioristik ?



C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui sejarah teori psikoanalisis 2. Untuk mengetahui teknik dari psikoanalisis 3. Untuk mengetahui bagaimana proses psikoanlisis 4. Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan pendekatan Behavioristik. 5.



Untuk mengetahui Contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan Behavioristik 6. Untuk mengetahui landasan historis konsep Pendekatan Behavioristik. 7. Untuk memahami pandangan tentang manusia menurut Pendekatan Behavioristik. 8. Untuk mengetahui tujuan Konseling dalam pendekatan Behavioristik. 9. Untuk mengetahui peran dan fungsi konselor. 10. Untuk mengetahui tahap-tahap konseling Behavioristik. 11. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam pendekatan Behavioristik. 12. Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan pendekatan Behavioristik. 13. Untuk mengetahui Contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan Behavioristik.



5



BAB II PEMBAHASAN A.    Sejarah Psikoanalisis Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifatsifat karakter. Psikoanalisis dahulu lahir bukan dari pengakuan psikologi melainkan dari kancah kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Hall dan Lindaay mengatakan, bahwa dalam psikologi dan psikoanalisis bersikap bermusuhan. Para psikologi bermusuhan terhadap ide-ide Freud sebelum perang dunia II (1938-1945). Namun sesudah perang dunia II, sikap permusuhan tersebut hilang, dan interpenetrasi keduanya berkembang semakin pesat. Psikoanalisis menjadi salah satu segi pandangan yang dominan dalam psikologi akademik. Hal ini dikemukakan oleh Show, Rapport, Hall, dan Lndzey. Psikoanalisis mulai memperhatikan masalah-masalah tingkah laku normal dan mencapai puncaknya pada psikologi ego. Dan psikologi juga memperhatikan pada psikoanalisis dan psikologi kepribadian. Misalnya Lewwin dan Murray mengadakan penelitian empiris yang berhubungan dengan psikoanalisis. Tokoh-tokoh eksperimentalis seperti Hall, Miller, Mowrer, Sears, lama kelamaan juga berkenaan dengan konsep kepribadian Freud. Bahkan karya peaget dianggap jembatan psikologi ke psikoanalisis (Walff 1996; cobliner, 1967). David rapport menyusun modal psikoanalisis yang mendekati psikologi tradisional, dan ia dianggap yang paling banyak membawa prestasi psikoanalisis dalam psikologi. Klien dan Errikson mengakui pengaruh tersebut. Adanya pelatihan-pelatihan psikologi dalam bidang psikoanalisis makin mendekatkan hubungan kedua ilmu tersebut. Diantaranya adalah psikologi George Klein, yang dipandang telah mengawinkan antara psikologi tradisional dan psikoanalisis. Nilai-nilai percobaan laboratorium mulai dikenal oleh psikoanalisis termasuk metode kuantitatif. Penghargaan terhadap penemuan-penemuan proses-proses kognitif dan pengembangan teori psikoanalisis memberikan suatu orientasi dan wawasan tentang sang pribadi yang telah terdapat dalam latar belakang pendidikan psikologi umum. Selanjutnya, psikoanalisis tidak dianggap asing oleh psikologi akademik.



6



B.     Pengertian Psikoanalisis Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memiliki beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.   Psikoanalisis menurut definisi modern yaitu: 1.      Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa. 2.      Psikoanalisis adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar). 3.      Psikoanalisis adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.   Psikoanalisis dalam pengertian lain (Hjelle & Ziegler, 1992) yaitu: 1.      Teori mengenai kepribadian & psikopatologi. 2.      Metode terapi untuk gangguan kepribadian teknik untuk menyelidiki pikiran & perasaan individu yang tidak disadari.   Psikoanalisis memiliki sebutan-sebutan lain yaitu: 1.      Psikologi dalam, karena menurut Freud penyebab neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak dapat disadari, pengaruhnya lebih besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran dan untuk menyelidikinya, diperlukan upaya lebih dalam. 2.      Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang individu sebagai sistem dinamik yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat berubah dan dapat saling bertukar energi. Adapun contoh dari Psikoanalisis adalah Hipnotis, analisis mimpi, mekanisme pertahanan diri.



C.    Landasan Historis / Konsep Dasar Psikoanalisa merupakan suatu sistem psikologi Sebagai suatu sistem psikologi, psikoanalisa merupakan sistem yang paling lengkap yang tersedia. Psikoanalisa mengandaikan pengalaman individu baik dimasa kini maupun dimasa lampau, baik



7



situasi individunya maupun situasi sosialnya. Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan sebuah teori kepribadian. Teori kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal: 1.      Struktur kepribadian          Id Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis , amoral, dan disorong oleh suatu kepentingan: memuaskan kebutuhankebutuhan naluriah. Id adalah sumber segala dorongan; reservasi naluri-naluri. Dengan kata lain id adalah aspek biologis yang merupakan system kepribadian yang asli.           Ego Merupakan Bagian rasional dan dasar dari pikiran, yang membuat keputusan dan berhadapan dengan realitas dunia luar.Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan. Secara teoretis, ego lebih mudah menghadapi bahaya-bahaya eksternal daripada bahayabahaya internal. Bahaya eksternal dihadapi dengan cara menghindar, sementara bahaya internal tidaklah mungkin ditangani dengan cara demikian. Guna melindungi organisme yang mudah menjadi rusak sebagai akibat pemenuhan atau bahkan kesadaran terhadap dorongan-dorongan internal ini, suatu ego dikembangkan dengan beragam pertahanan.          Super ego Merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat yang ada di dalam kepribadian individu.Super ego juga merupakan “moral” (conscience), gudang peraturan dan larangan berkenaan dengan yang harus anda lakukan dan tidak anda lakukan. Sikap yang dimiliki seseorang dalam super ego sebagian besar merupakan internalisasi dari sikap orang tuanya 2.      Dinamika kepribadian Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energy psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena itulah energy terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam menggunakan energy tersebut. 3.      Perkembangan kepribadian



8



Kepribadian berkembang sehubungan dengan empat macam pokok sebagai sumber ketegangan, yaitu: proses pertumbuhan fisiologis (kedewasaan), Fermustasi, Konflik, dan Ancaman. Perkembangan kepribadian anak mempunyai tingkatan yang berbeda-beda dari sejak lahir sampai berumur 5 tahun, adalah merupakan periode dasar yang masih belum stabil, maju meningkat pada masa pemuda dan menuju ketenangan pada masa dewasa. Fase-fase perkembangan tersebut adalah :          Fase oral (0-1 tahun)  pada fase ini mulut merupakan daerah pokok dari pada aktivitas dinamis.          Fase anal (1-3 tahun) pada fase ini kateksis dan anti kateksis berpusat pada anal (pembuangan kotoran).          Fase Phallis (3-5 tahun) pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.          Fase latent (5-13 tahun) pada fase ini implus-implus cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan.          Fase pubertas (12-20 tahun) Pada fase ini menonjol dan membawa aktivitas dinamis kembali.          Fase geital (20-keatas) Pada fase ini individu telah berubah dari mengejar kenikmatan, menjadi orang dewasa yang telah disosialisasikan dengan realitas. D.     Teknik-Teknik Konseling Psikoanalisa Psikoanalisa disamping sebagai teori kepribadian, dapat pula berfungsi sebagai teknik analisa kepribadian. Untuk dapat menerangkan suatu gejala psikoneurose misalnya, agar dapat diusahakan penyembuhan terhadap penderita yang bersangkutan maka perlu di analisa terlebih dahulu kepribadian penderita yang bersangkutan. Dalam analisa ini umumnya dipergunakan cara pendekatan, yaitu melihat dinamika dari dorongan-dorongan primitif (khususnya libido). Teknik-teknik yang dipergunakan dalam menganalisa kepribadian selanjutnya dipergunakan juga sekaligus sebagai teknik psikoterapi karena pada prinsipnya psikoanalisa mengakui bahwa kalau faktor penyebab yang tersembunyi didalam ketidaksadaran sudah bisa diketahui dan dibawah ke kesadaran maka penderita dengan



9



sendirinya akan sembuh. Sebagai seorang murid Charcot, Freud masih berpendirian sama dengan Charcot, yaitu bahwa penyakit biasanya (psikoneurose) umumnya dapat disembuhkan setelah faktor penyebab dalam faktor ketidaksadaran dapat diketahui. Adapun teknik-teknik dasar konseling psikoanalisa adalah sebagai berikut: 1.      Asosiasi Bebas Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah metode pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu, klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri. 2.      Interpretasi Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Rambu-rambu Interpretasi :          Interpretasi disajikan pada saat gejala yg diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yg disadari klien.          Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yg dalam (dialami oleh situasi emosional klien).          Menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik. 3.      Analisis mimpi Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh titik terang kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan, aspek yang membuat klien bermimpi itu dikarnakan adanya system



10



imunitas pencernaan otak yang membuat orang itu bermimpi dan bisa saja orang itu berimajinasi tinggi sehingga terkontaminasi oleh masalah-masalah pribadinya sehingga terbawa mimpi”. 4.      Analisis dan interpretasi transferensi Transferensi (pemindahan).Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun. Tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut :          Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang.          Memungkinkan klien menembus konflik lampau yang dipertahankan hingga sekarang dan menghambat perkembangan emosinya. 5.      Analisis dan interpretasi resistensi Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi. E.     Proses Konseling Psikoanalisa Proses dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksikan kepribadian. Satu karakteristik konseling ini adalah bahwa terapi atau analisa bersikap anonim(tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Konselor terutama berkenaan dengan membantu klien mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan berhubungan pribadi yang lebih efektif, dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara realistis. Pertama-tama konselor harus membuat suatu hubungan kerjasama dengan klien dan kemudian melakukan



11



serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi atau penolakan klien. Sementara klien berbicara, konselor mendengarkan dan memberikan penafsiran yang memadai fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Adapun proses konseling psikoanalisa adalah sebagai berikut : 1.      Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian. 2.      Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran. 3. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri. 4. Satu karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis bersikap anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisia. 5. Konselor harus membangun hubungan kerja sama dengan klien kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. 6. Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman struktur kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah klien secara sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai proses ini sehingga klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya. 7. Klien harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam jangka panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam. 8. Setelah beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi bebas. Yaitu klien mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. 9. “dan klien memberikan hasil lintasan imajinasi yang terungkap, sehingga dapat di asosiasikan dalam pisikoanalitik ini. F. Kelebihan dan Kekurangan Konseling Psikoanalisa



12



1.



Kelebihan konseling psikoanalisa antara lain :



·



Adanya motivasi yang tidak selamanya di sadari.



·



Teori kepribadian dan teknik psikoanalisa yang saling berhubungan.



·



Pentingnya masa lalu pada masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian.



·



Model wawancara sebagai alat terapi.



·



Teori dan teknik saling berhubungan satu sama lain.



2. ·



Kekurangan konseling psikoanalisa antara lain : Terlalu meminimalkan rasionalitas.



· Data penelitian yang bersifat empiris kurang banyak mendukung sistem psikoanalisa. ·



Bahwa perilaku ditentukan oleh energi psikis ( sesuatu yang meragukan ).



·



Penyembuhan dalam psikoanalisa terlalu bersifat rasional dalam pendekatan.



· Pandangan yang terlalu deterministik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan. ·



Terlalu memnekankan pengalaman pada masa kanak-kanak.



G. Contoh kasus : Contoh kasus 1 klien pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan membuat klien mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka klien diberikan katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau meninju boneka.Ini merupakan contoh kasus dari asosiasi bebas dimana klien dibiarkan untuk memunculkan ketidaksadarannya. Hal ini juga berkaitan dengan proses katarsis. Contoh kasus 2 Kasus yang kedua adalah tentang fobia. Semua penanganan psikoanalisis terhadap fobia berupaya mengungkap konflik-konflik yang ditekan yang diasumsikan mendasari ketakutan ekstrem dan karakteristik penghindaran dalam gangguan ini. Karena fobia



13



dianggap sebagai simtom dari konflik-konflik yang ada di baliknya, fobia biasanya tidak secara langsung ditangani. Memang, upaya langsung untuk mengurangi penghindaran fobik dikontraindikasikan karena fobia diasumsikan melindungi orang yang bersangkutan dari berbagai konflik yang ditekan yang terlalu menyakitkan untuk dihadapi. Dalam berbagai kombinasi analis menggunakan berbagai teknik yang dikembangkan dalam tradisi psikoanalisis untuk membantu mengangkat represi. Dalam asosiasi bebas analis mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang disebutkan pasien terkait dengan setiap rujukan mengenai fobia. Analis juga berupaya menemukan berbagai petunjuk terhadap penyebab fobia yang ditekan dalam isi mimpi yang tampak jelas. Apa yang diyakini analis mengenai penyebab yang ditekan tersebut tergantung pada teori psikoanalisis tertentu yang dianutnya. Seorang analis ortodoks akan mencari konflikkonflik yang berkaitan dengan seks arau agresi, sedangkan analis yang menganut teori interpersonal dari Arieti akan mendorong pasien untuk mempelajari generalisasi ketakutannya terhadap orang lain. Contoh kasus 3 Klien seorang perempuan, 26 tahun dengan gangguan skizofrenia paranoid dan diterapi menggunakan pendekatan psikoanalisis dan teknik yang digunakan adalah teknik asosiasi bebas.Pada sesi ini terapis dan klien membangun komunikasi yang nyaman dan membangun kepercayaan. Setelah terbentuknya rasa kepercayaan dan dukungan yang lebih besar, terapis mulai mendorong klien untuk mengkaji berbagai hubungan Interpersonalnya. Kemudian klien diminta untuk mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang terlintas dalam pikirannyasaat itu tanpa ada hal-hal yang disensor (moment catarsis). Dan terapis membantu klien untuk menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan. Setelah itu terapis membantu dan membimbing klien untuk bisa insigth. Setelah itu terus menerus menginterpretasikan dan mengidentifikasikan masalah klien. Kemudian berusaha mengajak klien merealisasikan hal-hal yang didapat dari insigth.Pada sesi II yaitu teknik asosiasi bebas. Pada sesi ini Klien diminta untuk mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang terlintas dalam pikirannya saat ini tanpa ada hal yang disensor (katarsis). Terapi membantu klien menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan, kemudian terapis membimbing klien untuk insight, dengan terus-menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien dan mkemudian mengajak klien merealisasikan hal yang didapatkan dari insight.



14



BEHAVIORISTIK A. Pengertian Teori Behavioristik Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusiadanterjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan.Menurut teori ini, seseorang terlibatdalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalamanpengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.1Dalam belajar siswa seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak, mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang dewasa lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar dengan pendekatan inkuiri terbimbing B. Landasan Historis konsep Behavioristik Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.Konseling behavioristik membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan.Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari para konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Menurut pandangan ini manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh freud. Sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Karakteristik konseling behavioral adalah : a. Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik. Pendekatan ini tidak didasari oleh teori tertentu yang khusus, hal utama yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam konseling ini adalah menyaring dan memisahkan tingkah laku yang bermasalah itu dan membatasi secara khusus perubahan apa yang dikehendaki. b.Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling.



15



Dalam hal ini, tugas konselor adalah membantu merinci dan memilih tujuan umum menjadi tujuan khusus, konkrit, dan dapat diukur. c. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien. Teknik-teknik tingkah laku berorientasi pada tindakan, oleh karena itu klien diharapkan melakukan sesuatu bukan hanya memperhatikan secara pasif dan terlena dalam instropeksi saja. Klien harus diajar untuk melakukan tindakan khusus apabila perubahan tingkah laku klien diharapkan. d.



Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.



Sasaran tingkah laku yang akan diubah sudah diidentifikasi secara jelas, tujuan perlakuan telah dirumuskan secara khusus, dan prosedur terapeutikpun telah dirinci secara sistematik. Keputusan untuk menggunakan suatu teknik didasarkan atas keberhasilan teknik itu dalam mendatangkan hasil, yaitu tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. C.



Hakekat Manusia Menurut Pendekatan Behavioristik



Pendekatan behavioral tidak mengesampingkan pentingnya hubungan klien/terapis atau potensi klien untuk membuat pilihan-pilihan. Dari dasar pendekatan tersebut, dapat dikemukakan beberapa konsep kunci tentang hakikat manusia sebagai berikut : a. Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar, dan proses terbentuknya kepribadian adalah melalui proses kematangan dan belajar. Terbentuknya tingkah laku, baik positif maupun negatif diperoleh dari belajar. b. Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungannya. Interaksi yang dapat diamati antara individu dengan lingkungan, interaksi ini ditentukan bentuknya oleh tujuan, baik yang berasal dari diri pribadi maupun yang dipaksakan oleh lingkungan. c. Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan lingkungan. Mula-mula individu banyak tergantung pada sumber kepuasan eksternal, namun semakin matang kekuatan penguat internal semakin penting. d. Manusia bukanlah hasil dari conditioning sosial/kultural mereka, namun sebaliknya manusia adalah produser (penghasil) dan hasil dari lingkungannya. Kecenderungan saat ini adalah mengarah pada prosedur perkembangan yang nyata memberikan pengontrolan pada diri para klien.



16



e. Manusia tidak lahir baik atau jahat tetapi netral, bagaimana kepribadian seseorang dikembangkan tergantung pada interaksinya dengan lingkungan. Dengan kata lain, dapat saja manusia menjadi baik atau sebaliknya tergantung dari bagaimana ia belajar dalam interaksi dengan lingkungan. f. Manusia mempunyai tugas untuk berkembang, dan semua tugas perkembang yang harus diselesaikan dengan belajar. Hidup adalah serangkaian tugas yang dipelajari. Keberhasilan belajar akan menimbulkan suatu kepuasan, sedangkan kegagalan berakibat ketidakpuasan dan penolakan sosial. D.



Tujuan Konseling Behavioristik



Tujuan konseling behaviour adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan dalam jangka waktu lama. Adapun tujuan umumnya yaitu menciptakan kondisi baru untuk belajar. Dengan asumsi bahwa pembelajaran dapat memperbaiki masalah perilaku. Tujuan umum dari suatu terapi perilaku ialah membentuk kondisi baru untuk belajar, karena melalui proses belajar dapat mengatasi masalah yang ada. Mengenai tujuan terapi perilaku, Corey (1991) mengingatkan ada 2 konsepsi yang salah: a) Bahwa tujuan tarapi adalah memindahkan gejala yang menjadi masalah dan karena itu akan muncul gejala yang baru,karena akar dari persoalannya tidak hilang.Hal ini dinilai tidak benar,karena terapi memusatkan perhatian pada usaha menghilangkan perilaku yang tidak sesuai denag perilaku yang sesuai.perhatian tertuju pada perilaku yang terjadi pada saat sekarang dan apa yang bisa untuk mengubahnya. b) Konsepsi lain yang salah ialah bahwa tujuan pasien atau klien ditentukan atau dipaksakan oleh terapisnya. Padahal tujuan atau konsepsi yang baru melibatkan pasien atau klien (aspek kognitifnya) untuk ikut menentukan pilihan apa sasaran atau tujuan yang diinginkan. E.



Peran dan Fungsi Konselor Behavioristik



Hakikatnya fungsi dan peranan konselor terhadap konseli dalam teori behavioral ini adalah : 1) Mengaplikasikan prinsip dari mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada penggantian perilaku maladaptif dengan perilaku yang lebih adaptif. 2) Menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan seseorang dari perilaku yang mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan nilai



17



demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara umum. F.



Tahap Konseling Behavioristik



Berbicara tentang langkah-langkah dasar/tahap-tahap dalam proses konseling ditemukan sejumlah bagian yang berbeda-beda. Mengapa identifikasi ini dilakukan adalah untuk mengajarkan ketrampilan-ketrampilan konseling. Walaupun pembagiannya berbedabeda dapat ditemukan lima tahap pokok yakni : a) Assesment Langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya). Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah. b) Goal setting Yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. c)



Technique implementation



yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling. d)



Evaluation termination



yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling. e)



Feedback



yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling. G.



Teknik-teknik Konseling Behavioristik



Seorang konselor harus memberikan rambu-rambu terhadap nilai atau keyakinan yang konseli anut, membangkitkannya, mengingatkannya, kemudian bersama-sama menemukan penjelasan dan bukti, resiko, data dan informasi kehidupan yang ia hadapi.



18



Barulah konseli diajarkan membuat keputusan, pilihan dan ketegasan sikap terhadap masalah yang ia hadapi. Dengan kata lain konseli memahami dengan sendirinya perbedaan-perbedaan dan keputusan yang ia ambil dengan sendirinya. Dan diharapkan konseli mempunyai keterampilan ketegasan diri dalam menghadapi sebuah pilihan atau masalah hidup. Teknik yang digunakan : 1. Desensitisasi Sistematis Mc. Kay (1981) menjelaskan bahwa desensitisasi merupakan alat yang dikembangkan untuk menurunkan kecemasan dengan menggantikan kecemasan tersebut melalui respon alternative yang berlawanan seperti relaksasi. Teknik ini bekerja atas dasar prinsip reciprocal inhabitation (hambatan hubungan timbal balik) yaitu proses dimana suatu tingkat kecemasan yang berlebihan dihambat dengan kecemasan. Menurut Corsini dan Wedding (1989). Desensitisasi merupakan teknik relaksasi yang berdasarkan pada imagery atau yang sering disebut dengan imagery Based Techniques. Desensitisasi merupakan perlakuan yang tepat bagi reaksi cemas yang tidak realistis serta reaksi cemas yang tidak terjadi karena seseorang tidak mengetahui bagaimana berperilaku dalam situasi yang menimbulkan indikator dari aktivitas para simpatis. 2. Terapi Impulsif. Dalam kamus Psikologi (J.P. Chaplin) terapi implusif adalah salah satu terapi tingkah laku dimana disajikan perangsang-perangsang yang dapat menimbulkan kecemasan dalam imajinasi, sedang pasien didorong dan diberanikan untuk mengalami kecemasan itu sehebat-hebatnya atau sedalam mungkin. Karena situasinya tidak mengandung bahaya yang objektif, maka reaksi kecemasannya tidak diperkuat, dan secara berangsurangsur dapat dimusnahkan atau dipadamkan. Terapi ini dikembangkan berdasarkan atas asumsi bahwa seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada suatu situasi pemicu kecemasan dan hal-hal yang menakutkan ternyata konsekuensi yang diharapkan tidak muncul, akhirnya stimulus yang mengancam tidak memiliki kekuatan dan neurotiknya menjadi hilang. 3. Latihan Perilaku Asertif Latihan asertif dalam terapi tingkah laku merupakan teknik yang dipakai terapis dengan menggunakan model-model pola tingkah laku yang tegas bagi kliennya. Latihan ini berguna untuk membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan “tidak”, atau mengungkapkan afeksi dan respon positif lainnya.



19



Cara yang digunakan adalah permainan peran dengan bimbingan konselor dan diskusi kelompok. 4. Pengkondisian Aversi Teknik pengkondisian aversi digunakan untuk meredakan perilaku yang tidak diinginkan dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan sehingga perilaku yang tidak diinginkan tidak muncul. Stimulus yang tidak menyenangkan diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak diinginkan. Stimulus-stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan sengatan listrik atau pemberian ramuan yang membuat mual.Perilaku yang dapat dimodifikasi dengan teknik pengkondisian aversi adalah perilaku maladaptif, seperti merokok, obsesi kompulsi, penggunaan zat adiktif, penyimpangan seksual. 5.



Pembentukan Perilaku Model.



Modeling dapat digunakan sebagai pembentukan perilaku baru dan mempertahankan atau memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam teknik ini peran konselor difungsikan sebagai penunjuk perilaku model yang harus ditiru. Sarana yang bisa dipakai sebagai model dapat dilakukan dengan model audio, model fisik, model hidup atau model lainnya yang dapat dicontoh. Setelah itu klien diberi reinforcement jika dia dapat meniru perilaku model tersebut. 6.



Kontrak Perilaku.



Kontrak Perilaku didasarkan pandangan bahwa membantu klien untuk membentuk perilaku tertentu yang diinginkan dan memperoleh ganjaran tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati. Dalam hal ini individu mengantisipasi perubahan perilaku mereka atas dasar persetujuan bahwa beberapa konsekuensi akan muncul. Kontrak Perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.



H. Kelebihan dan Keterbatasan Konseling Behavioristik Setiap teori yang ada pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan dan kekurangan teori behavioristik dintaranya :



20



Kelebihan : -Telah mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan IPTEK kepada proses konseling -Pengembangan prilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur - Memberikan ilustrasi bagaimana keterbatasan lingkungan -Henekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan prilaku yang ada dimasa lalu. Kelemahan : -Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi sifat manipulatif dan mengabaikan hubungan pribadi - Lebih konsentrasi pada teknik - Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor - Meskipun konselor behaviour menegaskan klien unik dan menuntut perlakuan yang spesifik tapi masalah klien sering sama dengan klien yang lain dan karena itu tidak menuntut strategi konseling. - Konstruk belajar dikembangkan dan digunakan konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai hipotesis harus dites. I.



Contoh Kasus dan Penanganannya



STUDI KASUS Aprilia Dwi Lestari merupakan salah satu siswa yang baru saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk ke sekolah ternama di Tuban, yaitu SMA N 1 TUBAN. Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah ke bawah. Awalnya orang tua April tidak memperbolehkannya masuk ke sekolah tersebut karena takut tidak mampu untuk membayar hingga lulus nanti. Namun, April terus memaksa sehingga orang tuanya mengizinkan. Setelah beberapa lama berada disekolah itu, ia merasa mendapat deskriminasi dari teman-temannya. Ia diejek karena berasal dari keluarga yang tidak mampu. Bahkan, teman-temannya senang sekali menjahili April. Sedikit demi sedikit, April mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh dan tetap berprilaku biasa. Namun, lamakelamaan ia mulai merasa muak dengan keadaan yang ada. Perilaku teman-temannya



21



mulai membuat April tidak fokus, dan prestasi belajarnya mulai menurun. Ini membuat April selalu stress dan merubah dirinya menjadi siswa yang amat nakal. Di kelas April selalu duduk paling belakang, suka membuat gaduh, tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru, bermain-main HP, dan terkadang sampai tertidur. Di rumah pun ia berperilaku yang sama. Dia tidak menghiraukan nasehat orang tuannya yang menyuruhnya belajar. Dia suka keluyuran tidak jelas. April menjadi malas belajar, tidak pernah mengerjakan tugas. Suatu saat guru memberikan ulangan mendadak, ia mengerjakan sebisanya dan akhirnya mendapat nilai yang paling bawah. Saat guru tersebut bertanya mengenai materi minggu lalu, ia tidak pernah bisa menjawab. Mengetahui hal itu, April tetap tenang dan sama sekali tidak merubah kebiasaannya. Kurangnya ketegasan, bimbingan, motivasi, dan perhatian seorang guru dan orang tua dalam menyikapi anak didiknya yang bermasalah bisa menjadikan siswa menjadi nakal dan kurang bisa menghargai guru saat KBM berlangsung. PEMECAHAN STUDI KASUS Menurut kami pemecahan studi kasus yang dialami siswa yang bernama Aprilia Dwi Lestari ini cocok menggunakan Teori Behavioristik, yaitu sebuah teori yang segala sesuatunya dibiasakan sehingga menjadi suatu kebiasaan. Jika kami menjadi guru April, maka kami akan mendekati dia (memberikan perhatian khusus), tetapi hal itu tidak diperlihatkan kepada siswa yang lain. Menegur siswa-siswa yang suka mengejek, dan suka mengucilkan. Memberikan bimbingan melalui diskusi-diskusi kecil di dalam kelas (diskusi siswa), mencoba untuk mengungkapkan pendapat satu sama lain, menukar informasi dengan anggota kelompoknya. Selain itu, diawal dan akhir pertemuan selalu diadakan pengulangan materi yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau kuis kepada masing-masing siswa, sehingga materi yang disampaikan pada saat itu maupun minggu lalu benar-benar bisa diterima dan tidak hanya pada shot term memory, tetapi juga sampai pada long term memory. Jika siswa tidak bisa menjawab, maka akan ada hukuman berupa berdiri di depan kelas, menyanyi, bahkan diberikan tugas khusus. Bersedia atau tidak, peserta didik akan belajar agar tidak mendapat hukuman. Tanpa disuruh belajarpun, mereka akan tetap belajar karena takut dihukum. Inilah teori behavioristik bahwa segala sesuatu harus dipaksakan. Pihak keluarga khususnya orang tua lebih memperhatikan anaknya, seorang anak dipaksakan untuk belajar. Jika tidak bersedia, maka uang jajan akan dikurangi. Dengan demikian, adanya paksaan-paksaan akan menjadikan suatu kebiasaan pada diri siswa.



22



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Psikoanalisis berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya dipakai tdak hanya dalam bidang psikologi tetapi juga bidang lain diluar psikologi. Teori psikoanalisa dari Freud dapat berfungsi sebagaia tiga macam teori, yaitu sebagai teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi (penyembuhan). Teori behavioristik adalah teori yang menekankan pada tingkahlaku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Teori Kognitif adalah teori yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan.Dari kedua teori tersebut aspek dan karakteristik yang berbeda-beda pula, sehingga kadang-kadang ditemui pertentangan antara teori yang satu dengan teori yang lainnya.Jadi dalam hal menilai benar tidaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh berbagai teoriitu, kita harus memandangnya dari segi-segi karakteristik tertentu yang sesuai dengan jenis yang diselidikinya. Yang penting bagi pendidik adalah mengambil manfaat dari masingmasing teori itu dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi yang dipelajari dan yang diajarkan,



23



DAFTAR PUSTAKA Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Rosdakarya. Fahyuni, Eni Fariyatul. Developing og Learning Tool at IPA Subyek by Guided Inquiry Model to Improve Skills Science Process an Understanding Concepts SMPN 2 Porong. Proceedings of International Research Clinic & Scientific Publications of Educational Technology. 2016 Fahyuni, Eni Fariyatul. Efektifitas Media Cerita Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa. Skripsi: Publikasikan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2011Fahyuni,Eni Fariyatul& Istikomah. 2016. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo:Nizamia Learning Center. Haryanto,Budi. 2004. Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, Sidoarjo:Universitas Muhammadiyah Sidoarjo http://modelkonseling.blogspot.co.id/2013/09/konseling-behavioral.html Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling- behavioral /



24