Mastosit - Agustin Dian Kartikasari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Agustin Dian Kartikasari 4411413022 Rombel 1 Biologi 2013



SEL MAST (MASTOSIT) Mastosit, sel biang, sel mast (bahasa Inggris : mast cell, mastocyte) adalah sel yang mengandung granula yang kaya akan histamin dan heparin. Mastosit sering berdiam di antara jaringan dan membran mukosa, tempat sel ini berperan dalam sistem kekebalan turunan dengan bertahan melawan patogen, menyembuhkan luka, dan juga berkaitan dengan alergi dan anafilaksis. Mastosit terdapat pada hampir seluruh jaringan yang menyelimuti pembuluh darah, syaraf, kulit, mukosa dari paru dan saluran pencernaan, juga pada mulut, conjunctiva dan hidung. Ketika teraktivasi, mastosit secara cepat melepaskan granula terkarakterisasi, kaya histamin dan heparin, bersama dengan berbagai mediator hormonal, dan kemokina, atau kemotaktik sitokina ke lingkungan. Histamin memperbesar pembuluh darah, menyebabkan munculnya gejala peradangan, dan mengambil neutrofil dan makrofag. Mastosit pertama kali ditemukan dan dijabarkan oleh Paul Ehrlich dalam tesis doktoral pada tahun 1878 dengan sudut pemikiran dari bentuk yang berupa granula dan sifat noda yang dapat ditimbulkan sel ini. Pemikiran ini yang menyebabkan Paul Ehrlich dengan keliru mempercayai bahwa mastosit berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada jaringan yang ada di sekitarnya, sehingga mastosit diberikan nama Mastzelle dalam bahasa Jerman yang diambil dari bahasa Yunani masto yang berarti, aku memberi makan. Saat ini mastosit dianggap sebagai bagian dari sistem kekebalan. Mastosit sangat mirip dengan granulosit basofil, salah satu golongan sel darah putih dan membuat banyak spekulasi bahwa mastosit dan basofil berasal dari jaringan yang sama, hingga bukti terkini menunjukkan bahwa kedua sel ini berasal dari sel prekursor yang berbeda di dalam sumsum tulang, tetapi masih mengandung molekul CD34 yang sama. Basofil meninggalkan sumsum tulang setelah dewasa sedangkan mastosit teredar dalam bentuk yang belum matang. Jaringan tempat mastosit menetap dan menjadi dewasa mungkin sekali akan menentukan perilaku sel tersebut. Hingga saat ini hanya dikenali dua jenis mastosit, yang berada pada jaringan penghantar, dan mastosit mukosa yang bereaksi terhadap sel T. Sel mast adalah sel jaringan ikat bulat sampai lonjong, bergaris tengah 20-30 μm, yang sitoplasmanya terisi dengan granula basofilik. Intinya agak kecil, bulat, letaknya di pusat, seringkali tertutup oleh granula sitoplasma. Granula sekresi bergaris tengah 0,3-2,0 μm dan dibungkus oleh membran. Bagian dalamnya tampak heterogen, dengan struktur mirip gulungan jelas. Fungsi utama sel mast ialah penampung mediator kimiawi dari respon inflamasi.



Granula sel mast bersifat metakromatik karena mengandung glikosaminoglikan. Metakromasia adalah sifat pewarna anilin basa tertentu (misalnya biru toluidin), yang mewarnai materi dengan warna berbeda dari warna yang diberinya (biru). Unsur lain dari granula sel mast ialah histamin, protease netral, dan faktor anafilaksis kemotaktik eosinofil (ECF-A). Sel mast juga membebaskan leukotrien, namun substansi ini tidak ditimbun di dalam sel. Sebaliknya mereka dibuat dari membran fosfolipid dan segera dibebaskan jika ada rangsangan yang sesuai. Sekurang-kurangnya terdapat 2 populasi sel mast dalam jaringan ikat. Satu jenis adalah sel mast jaringan ikat, dengan unsur proteoglikan dalam granulanya ialah heparin. Pada jenis kedua, disebut sel mast mukosa, yang granulanya mengandung kondroitin sulfat sebagai gantinya heparin.Kedua unsur proteoglikan itu bereaksi berbeda terhadap agen farmakologik. Permukaan sel mast mengandung reseptor spesifik untuk IgE, sejenis imunoglobulin yang dihasilkan oleh sel plasma. Hampir seluruh molekul IgE terikat pada permukaan sel mast dan sel basofil darah sementara hanya sedikit yang menetap pada plasma. Sel mast tersebar luas dalam tubuh manusia, namun terutama banyak sekali dalam dermis dan saluran cerna serta saluran napas. Sel mast adalah sel khas yang selalu aktif melepaskan substansi farmakologik setempat sehingga tergolong sel parakrin (mensekresi pesan yang berdifusi ke dalam cairan ekstrasel sekitarnya dan mempengaruhi sel sasaran yang bersebelahan). MASTOSITOSIS Mastositosis (Penyakit Sel Mast) adalah suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel mast di dalam tubuh. Sel mast adalah sejenis sel darah yang dibuat oleh sumsum tulang dan merupakan sel jaringan yang ditemukan hampir di semua organ tubuh. Sel mast merupakan bagian dari sistem kekebalan yang membantu tubuh dalam melawan infeksi. Sel mast menghasilkan dan melepaskan beberapa jenis zat, diantaranya heparin, serotonin dan histamin. Dalam keadaan normal, histamin berfungsi sebagai alarm yang memberitahu sistem kekebalan bahwa suatu infeksi tengah menyerang bagian tubuh tertentu. Jika tubuh memberikan reaksi terhadap gigitan serangga atau sengatan lebah, maka histamin bisa menyebakan pembengkakan, gatal-gatal dan kemerahan. Sel mast juga merupakan bagian dari proses penyembuhan luka karena banyak ditemukan di sekeliling luka. Gatal-gatal yang dirasakan di sekeliling luka yang tengah menyembuh bisa disebabkan oleh adanya histamin yang dilepaskan oleh sel mast. Para peneliti menduga bahwa sel mast juga berperan dalam pertumbuhan pembuluh darah. Penyebab : Penyebabnya tidak diketahui. Tetapi kita mengetahui bahwa ada beberapa hal yang bisa memicu pelepasan histamin oleh sel mast dan menyebabkan timbulnya gejala-gejala dari



mastositosis. Faktor pemicu tersebut bisa berupa dingin atau panas, obat-obatan tertentu, stres emosional dan gigitan serangga. Gejala : Mastositosis bisa menyerang usia berapa saja; pada dewasa biasanya lebih berat sedangkan pada anak-anak biasanya ringan. 2 jenis mastositosis yang utama adalah kutaneus dan sistemik. Jenis kutaneus yang paling sering ditemukan adalah Urtikaria Pigmentosa (UP), yang terjadi jika sel mast tertimbun di dalam kulit. Mastositosis sistemik terjadi jika sel mast tertimbun di dalam jaringan, misalnya pada organ lambung, hati, limpa, sumsum tulang dan usus halus. Gejalanya bervariasi, tergantung kepada lokasi penimbunan sel mast. Jika sel mast banyak ditimbun di kulit maka bisa timbul ruam kemerahan yang terasa gatal. Bisa timbul kaligata atau ruam yang berbentuk bintikbintik kecil berwarna kecoklatan, yang jika digaruk, warnanya berubah menjadi merah dan membengkak. Terkadang sel mast tertimbun pada satu titik di kulit dan menyebabkan terbentuknya suatu benjolan besar. Jika sel mast tertimbun di dalam lambung atau usus, maka biasanya akan timbul diare dan nyeri lambung. Pada beberapa penderita, kelebihan sel mast menyebabkan suatu reaksi yang serius. Tekanan darahnya secara tiba-tiba turun dan menyebabkan pingsan; bisa disertai gangguan pernafasan. Gejala lainnya yang mungkin timbul : - flushing (kemerahan pada seluruh atau sebagian tubuh disertai peningkatan suhu tubuh) - gatal-gatal - mual - muntah - kram perut - nyeri dada - hipotensi (tekanan darah rendah) - hipertensi (tekanan darah tinggi) - pingsan



- takikardia - palpitasi - pusing - parestesi (kesemutan) - sesak nafas - merasa sangat kepanasan - lelah - sakit kepala - depresi - gangguan memori.



Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan : Biopsi kulit, biopsi sumsum tulang (untuk mengetahui adanya kelainan darah lain yang mungkin menyertai mastositosis), dan pemeriksaan darah atau air kemih (dilakukan jika penderita tidak memiliki ruam tetapi mengalami gejala lainnya, seperti diare).



Pengobatannya berupa zat antihistamin untuk melawan zat kimia yang dilepaskan oleh sel mast, yang terdiri dari : - Antihistamin (H1 bloker) - H2 bloker (misalnya simetidin dan ranitidin) Gastroktrom atau ketotifen (stabilisator sel mast) Untuk mengatasi diare bisa diberikan kromolin per-oral Aspirin atau obat anti peradangan Prednison (untuk malabsorbsi) Epinefrin (untuk serangan hebat) Sinar ultraviolet (PUVA) untuk luka kulit Steroid atau kemoterapi diberikan jika mastositosis bersifat ganas atau berhubungan dengan kelainan darah.



KETERKAITAN ANTARA SEL MAST DAN SEL BASOFIL LATAR BELAKANG Dalam tubuh tersusun atas berbagai macam sel imunokompeten. Sel-sel tersebut memegang peranan masing-masing yang akan menyusun suatu sistem kekebalan tubuh terhadap suatu antigen. Beberapa diantaranya adalah mast cell dan sel basofil. Sel mast dan sel basofil sebenarnya memiliki persamaan dalam hal fungsi yakni berperan dalam inflamasi, alergi dan hipersensitifitas. PERMASALAHAN Sel mast dan sel basofil memang memiliki persaman dalam hal fungsi, namun demikian dapatkah dikatakan bahwa sel basofil merupakan derivat dari mast cell? PEMBAHASAN Untuk mengetahui lebih jelas harus diketahui karakter masing-masing sel tersebut dari berbagai hal, yakni diantaranya : Asal-usul Tabel di bawah ini menunjukkan perbedaan antara sel mast dan basofil. Karakteristik



Sel mast



Basofil



Prekursor pembentuk



Sel hematopoietik progenitor CD34+



Sel hematopoietik progenitor CD34+



Tempat pematangan



Karingan konektif



Sumsum tulang



Sel dalam sirkulasi



Tidak



Ya (0,5% dari leukosit darah)



Sel yang matang keluar dari sirkulasi dan mendiami suatu jaringan



Tidak



Ya



Sel yang matang terdapat pada jaringan konektif



Ya



Tidak



Kemampuan proliferasi pada sel yang matang



Ya



Tidak



Kemampuan hidup



Minggu hingga bulan



Hari



Faktor terbesar dalam perkembangan (sitokin)



Stem cell factor



IL-3



Ekspresi FcεRI



Dalam level tinggi



Dalam level tinggi



Sel mast dan basofil berasal dari sel prekursor yang berbeda namun sama-sama merupakan sel hematopoietik progenitor CD34+. Basofil mengalami pematangan terlebih dahulu pada sumsum tulang baru akan masuk dalam peredaran darah setelah matang. Berbeda dengan basophil, sel mast yang belum matang beredar dalam sirkulasi darah, kemudian akan mendiami jaringan konektif dan mengalami pematangan. Basofil baru akan mendiami suatu jaringan ketika dibutuhkan, yaitu ketika suatu jaringan mengalami infeksi maupun reaksi imun yang lain (Abbas & Lichtman, 2005). Struktur



Gambar 1. Sel Basofil cell



Gambar 2. Struktur Mast



Sel basofil biasanya sukar ditemukan pada pulasan darah normal yakni presentase kurang dari 1 %. Berdiameter 12 – 15 μm. Berinti satu besar dan berbentuk irreguler, umumny berbentuk huruf S. Sitoplasma basofil terisi granula berbentuk ireguler yang lebih besar, dan seringkali granula menutupi inti. Granula spesifiknya berdiameter 0,5 µm terpulas secara metakromatik (mengubah warna pulasan yang dipakai), metakromasi ini akibat adanya heparin. Granula spesifik basofil mengandung heparin dan histamin, mirip dengan sel mast. Sel mast terletak di bawah kulit dan di jaringan ikat bebas di seluruh tubuh dan mengandung mediator inflamasi seperti histamin. Degradasi sel mast dapat menyebabkan reaksi alergi dan pada kasus yang ekstrim, anafilaksis yang mengancam jiwa. Sel mast juga mempengaruhi beratnya eksim dan asma, sehingga menyebabkan peningkatan terapi yang memfokuskan pada penghambatan aktivitasnya. Fungsi



Basofil sangat berperan dalam berbagai macam reaksi inflamasi khususnya yang diakibatkan oleh adanya alergi. Sel basofil akan ditemukan lebih banyak dalam jaringan yang teinfeksi oleh eksoparasit. Pada permukaan selnya terdapat satu protein reseptor yang mampu berikatan dengan antibodi IgE Demikian juga pada sel mast yang berperan dalam reaksi alergi. Banyak alergi mukosal yang diperantarai oleh sel mast. Umumnya sel basofil dan sel mast bekerjasama secara sinergi dalam reaksi elergi. Mekanisme Sel B yang teraktivasi akan menghasilkan antibodi. Sel B yang berproliferasi dan memproduksi antibodi tersebut dinamakan sel plasma. IgE yang dihasilkan oleh sel B akan nerkatan dengan reseptor (FcεRI) pada permukaan sel mast. Reseptor (FcεRI) memiliki afinitas reseptor yang tinggi terhadap sisi Fc pada IgE. Hasilnya mast cell akan berikatan dengan IgE dan teraktivasi. Selanjutnya sel mast akan mengalami degranulasi yakni mengeluarkan granula dan berbagai mediator kimia. Beberapa molekul yang dikeluarkan kedalam lingkungan ekstraselular antara lain : 1. Preformed mediator (dari granula) - histamin (2-5pg/cell) - proteoglycans, khususnya heparin (aktif sebagai antikoagulan - Serine protease 2. Lipid Mediator (eicosanoid) - Prostaglandin D2 - Leukotriene C4 3. Cytokines



Struktur kimia Histamin



Sel mast dapat distimulasi oleh beberapa molekul agar dapat melakukan degranulsi yakni oleh adanya cross-linking reseptor Imunoglobulin E (IgE) atau oleh protein komplement.



KESIMPULAN Dalam berbagai segi antara sel mast dan sel basofil memiliki kesamaan. Namun jika dilihat dari karakter masing-masing dan asal keberadaannya maka dapat disimpulkan bahwa sel basofil bukan merupakan derivat dari sel mast. Sel mast dan sel basofil merupakan dua macam sel yang berbeda dimana masing-masing sel tersebut diturunkan oleh dua prekursor yang berbeda meskipun secara fungsional sama.