Materi Proposal English Club [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 4 menyatakan “Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia . sehat, berilmu, kreatif, mandiri, estetis dan demokratis serta memiliki rasa kemasyarakatan dan kebangsaan“. Untuk mewujudkan semua itu saat era globalisasi sekarang ini, perkembangan potensi dan daya kompetitif siswa secara maksimal menjadi dambaan segenap warga. Melalui pembinaan potensi siswa diharapkan dapat mewujudkan siswa menjadi generasi yang cerdas, kreatif dan kompetitif. Berdasarkan kepercayaan pemerintah dan dinas ke pendidikan Tanah datar bahwa sekolah SMP N 5 Batusangkar layanan ke unggulan yang mempunyai visi dan misi mengembangkan generasi cemerlang berdasarkan iptek dan imtaq yang juga untuk menyingkapi masa globalisasi maka kami merasa peerlu untuk menngadakan ex school English Club B. Tujuan Kegiatan Dengan adanya English Club di SMP N 5 Batusangkar bertujuan sebagai berikut: 1. Menyediakan sebuah wadah pembelajaran Bahasa Inggris yang lebih menyenangkan bagi siwa dalam menggunakan dan memprakterkan Bahasa Inggris. 2. Membangun semangat siswa untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan komunikasi siswa dalam Bahasa Inggris. 3. Untuk memperbayak / menambah vocabulary siswa-siswi SMP N 5 Batusangkar dengan layanan keunggulan. 4. Siswa–siswi SMP N 5 Batusangkar dengan layanan keunggulan mampu berkomunikasi Bahasa Inggris secara aktif . 5. Siswa-siwi SMP N 5 Batusangkar dengan layanan keunggulan mampu mengekspresikan cerita dalam berbahasa inggris. 6. Siswa-siswi SMP N 5 Batusangkar dengan layanan keunggulan mampu untuk berkopetensi dalam story telling dan speechn contest 7. Siswa-siswi SMP N 5 Batusangkar mampu untuk bermain peran/ berlakon dalam membawakan cerita berbahasa inggris dan mengetahui culture dari bahasa inggris tersebut. C. Bentuk Kegiatan 1. Game acak kata. Menulis dalam bahasa inggris, game paramida,Mengarang dalam bahasa inggris, Tebak kata dengan bahasa inggris. 2. Menggunakan Bahasa Inggris ke tempat bersejarah seperti: musium Buya Hamka,Bung Hatta dan tempat-tempat wisata. D. Sasaran Kegiatan Siswa-siswi SMP N 5 Batusangkar dengan layanan ke unggulan yang memilih exschool English Club agar mampu sebagai sekolah yang pembelajarannya bisa di laksanakan diluar kelas dan sebut Juga Out Door Activities,agar siswa dapat mengembangkan speaking dan writing mereka (berbicara, meulis dalam Bahasa inggris) secara aktif dan mampu berkopetensi dalam story telling dan speech contest baik dikabupaten maupun propinsi



E. Hasil yang diharapkan 1. Hasil yang di harapkan yaitu dengan di adakan English Out door activity Siswa dapat menyenangi pelajaran bahasa Inggris dan mereka mampu untuk berbicara, menulis dengan bahasa Inggris.dan mereka belajar sanbil berkarywisata ke tempat – tempat bersejarah. 2. Membuktikan pada siswa bahwa belajar bahasa inggris adalah sangat menyenangkan dan tidak sulit seperti yang mereka bayangkan. F. Strategi Kegiatan 1. Kegiatan pertama dari sekolah menuju Puncak Lawang kegiatan terlampir di bawah. 2. Kemudian menuju ke Meseum Buya Hamka juga terlapir di bawah bersama jadwalnya.



G. Waktu Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan pada:



A.



Hari



: Jum’at dan Sabtu



Tanggal



: 13 s.d 14 May 2011



BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sekarang ini, kemampuan berbahasa Inggris menjadi sangat penting dan merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk bisa mendapatkan posisi penting dalam masyarakat terutama dalam memperoleh pekerjaan. Tak heran lembagalembaga dan institusi pendidikan memasukkan komponen kemampuan berbahasa Inggris sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap lulusannya.Namun demikian, Bahasa Inggris tidak hanya bergelut dibidang pendidikan, perdagangan maupun dunia kerja tetapi juga dapat dikembangkan melalui seni dan olahraga. Karena Bahasa Inggris adalah bahasa universal. Manusia dilahirkan dengan dibekali kemampuan yang berbeda dalam segala hal. Khususnya, dalam pembelajaran dan pengajaran Bahasa Inggris. Kita sebagai pembelajar memiliki kemampuan yang berbeda dalan menangkap, mengerti, dan mengolah materi yang diajarkan dan kadang kala menemui titik kejenuhan dalam belajar. Maka dari itu, perlu adanya penyegaran secara fisik maupun psikis yang dapat dilakukan melalui pengembangan kreatifitas dalam bidang seni dan olah raga.



Dari berbagai pertimbangan di atas maka dalam rangka mengembangkan metode pengajaran bahasa Inggris dan mengembangkan berbagai skill dalam berbahasa Inggris, maka dibentuklah ekstrakurikuler atau pengembangan diri English Club (E-Club). Melalui kegiatan yang ada di dalam ektrakurikuler atau pengembangan diri English Club (E-Club) ini, diharapkan siswa/ siswi SMAN 2 Sumedang mampu mengembangkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan bahasa inggris mereka. 1. 2. 3. 4.



B. Maksud dan Tujuan Melaksanakan kegiatan Latihan Berbahasa yang bermutu dan tepat sesuai dengan yang diajarkan pembina. Melaksanakan pembinaan dan peningkatan potensi Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efisien dan efektif sehingga siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki. Menumbuhkan rasa percaya diri, semangat kekeluargaaan dan memiliki rasa kesetiakawanan social yang tinggi secara intensif kepada seluruh warga sekolah khususnya dan masyarakat pada umumnya.



Agenda/Jadwal Kegiatan Jadwal Kegiatan dilaksanakan Setiap hari Rabu. Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu.



E.



Rencana Kegiatan



1. English zone at lab/class English zone diadakan pada saat pengembangan diri Engish Club berlangsung. Hal ini dilaksanakan agar siswa/ siswi anggota EC terbiasa berbahasa Inggris walaupun hanya mengucapkan ungkapan-ungkapan sederhana dan berbincangbincang dengan teman mereka. Englih zone dibataskan hanya pada lingkungan lab bahasa, karena siswa/siswi belum sepenuhnya terbiasa menggunakan bahasa Inggris dikehidupannya sehari-hari. 2. Wall magazine on Saturday Wall magazine diadakan setiap dua minggu sekali pada saat pengembangan diri berlangsung. Isi dari materi wall magazine adalah informasi-informasi, puisi, cerita-ceita lucu dan hal-hal yang berbau bahasa Inggris. 3. English Club Activities Kegiatan mingguan English Club pada saat pengembangan diri yaitu speech, debate, news anchor, scrabble,speaking,writing dan sebagainya. Setiap kegiatan diharapkan siswa/siswi anggota English Club dapat berlatih bahasa Inggris dengan mudah dan menganggap belajar bahasa Inggris itu menyenangkan. Selain itu, anak-anak English Club disiapkan untuk bisa bersaing pada perlombaan-perlombaan bahasa Inggris di sekolah ataupun universitas dan lembaga lainnya.



4.Out Door Kegiatan ini di lakukan di luar ruangan yang bertujuan agar peserta didik tidak bosan saat mengikuti kegiatan .



5



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan



Kami menyadari bahwa ekstrakurikuler atau pengembangan diri English Club (EC) ini sangat bermakna dan kami masih dalam titik awal. Oleh karena itu, besar harapan kami kepada seluruh pihak untuk dapat memberikan dukungannya dan partisipasi agar program kerja yang kami rencanakan dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam ekstrakurikuler atau pengembangan diri ini baik berupa material maupun spiritual. Semoga program kerja yang kami programkan dapat berjalan dengan baik, lancar dan mendapat Ridho Allah SWT. Amin.



B. Saran Kegiatan English Club SMA Negeri 2 Sumedang ini hanya akan terwujud apabila didukung partisipasi aktif dari semua pihak sekolah. Kami harap , pihak sekolah juga dapat menyediakan fasilitas/laboratorium bahasa untuk melangsungkan kegiatan tersebut agar lebih nyaman dan efektif. Untuk itu diharapkan semua pihak dapat bekerja sama dengan baik demi terciptanya suasana kondusif untuk belajar,serta demi kemajuan sekolah dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. 1. Diskusi Setelah pelajaran berbasis dengan content, diskusi dapat di terapkan untuk berbagai macam alasan. Para siswa dapat berdiskusi sampai pada sebuah kesimpulan, berbagi ide tentang suatu peristiwa, atau mencari solusi dalam kelompok diskusi mereka. Sebelum diskusi, sangat penting bahwa tujuan dari kegiatan diskusi diatur oleh guru. Dengan cara ini, titik diskusi yang relevan dengan tujuan ini, sehingga siswa tidak menghabiskan waktu mereka mengobrol satu sama lain tentang hal-hal yang tidak relevan. Sebagai contoh, siswa dapat terlibat dalam setuju / tidak setuju diskusi. Dalam jenis diskusi, guru dapat membentuk kelompok siswa, sebaiknya 4 atau 5 di masingmasing kelompok. Kemudian masing-masing kelompok bekerja pada topik masingmasing sesuai kelompok untuk jangka waktu tertentu, dan menyajikan hasil diskusi mereka di depan kelas 2. “Role Play” (Bermain Peran) Salah satu cara lain untuk meningkatkan skill berbicara siswa adalah dengan bermain role-playing. Siswa berpura-pura bahwa mereka berada dalam berbagai konteks sosial dan memiliki berbagai peran sosial. Dalam kegiatan “Role-Play ( bermain peran ), Guru memberikan informasi kepada siswa atau peserta didik seperti siapa mereka dan apa



yang mereka pikirkan atau rasakan. Dengan demikian, guru dapat memberitahu siswa bahwa “Anda adalah Ariel, Anda pergi ke dokter dan menceritakan apa yang terjadi semalam, dan …” (Harmer, 1984) 3. Simulasi Simulasi yang sangat mirip dengan permainan peran, tapi apa yang membuat simulasi berbeda dari peran memainkan adalah bahwa mereka lebih rumit. Dalam simulasi, siswa dapat membawa barang-barang ke kelas untuk menciptakan lingkungan yang realistis. Misalnya, jika seorang siswa bertindak sebagai penyanyi, dia membawa mikrofon untuk bernyanyi dan sebagainya. Memainkan peran dan simulasi memiliki banyak keuntungan. Pertama, karena simulasi menghibur dan memotivasi siswa. Kedua, menurut Harmer (1984) menunjukkan, Simulasi meningkatkan kepercayaan diri siswa, karena dalam bermain peran dan simulasi kegiatan, mereka akan memiliki peran yang berbeda dan tidak perlu berbicara sendiri, yang berarti mereka tidak harus mengambil tanggung jawab yang sama.



4. Informasi Gap Dalam kegiatan ini, siswa harus berpasangan. Seorang siswa akan memiliki informasi bahwa pasangan lain tidak memiliki dan mitra akan berbagi informasi mereka. Kegiatan kesenjangan informasi melayani berbagai tujuan seperti pemecahan masalah atau mengumpulkan informasi. Juga, masing-masing pasangan memainkan peran penting karena tugas tidak dapat diselesaikan jika mitra tidak memberikan informasi yang lain butuhkan. Kegiatan ini efektif karena setiap orang memiliki kesempatan untuk berbicara secara luas dalam Bahasa inggris. 5. Brainstorming Pada suatu topik tertentu, siswa dapat menghasilkan ide-ide dalam waktu yang terbatas. Tergantung pada konteks, baik setiap pendapat individu atau kelompok “brainstorming” yang efektif dan peserta didik menghasilkan ide-ide dengan cepat dan bebas. Karakteristik yang baik dari brainstorming adalah bahwa siswa tidak dikritik karena ideide mereka sehingga siswa akan terbuka untuk berbagi ide-ide baru. 6. Story Telling (Mendongeng) Siswa dapat secara singkat meringkas kisah atau cerita yang mereka dengar dari orang sebelumnya, atau mereka mungkin membuat cerita mereka sendiri untuk memberitahu teman-teman sekelas mereka. Story telling menumbuhkan pemikiran kreatif. Hal ini juga membantu siswa mengekspresikan ide-ide dalam bentuk awal, pengembangan, dan hasil akhir, termasuk karakter dan setting sebuah cerita harus dimiliki. Siswa juga dapat memberitahu teka-teki atau lelucon. Misalnya, pada awal setiap sesi kelas, guru dapat memanggil beberapa siswa untuk menceritakan teka-teki pendek atau lelucon sebagai



pembuka. Dengan cara ini, guru tidak hanya akan meningkatkan kemampuan berbahasa siswa, tetapi juga mendapatkan perhatian dari kelas. 7. Interview (Wawancara) Siswa dapat melakukan wawancara pada topik yang dipilih dengan berbagai orang. Ini adalah ide yang baik bahwa guru memberikan rubrik kepada siswa sehingga mereka tahu apa jenis pertanyaan mereka dapat meminta atau apa jalan untuk mengikuti, tetapi siswa harus mempersiapkan pertanyaan wawancara mereka sendiri. Melakukan wawancara dengan orang-orang memberi siswa kesempatan untuk berlatih kemampuan berbicara mereka tidak hanya di kelas tetapi juga di luar dan membantu mereka menjadi lebih bersosialisasi. 8. Story Completion Teknik ini sangat menyenangkan, seluruh kelas, bebas berbicara kegiatan yang mana siswa duduk membentuk lingkaran. Untuk kegiatan ini, guru mulai bercerita, tapi setelah beberapa kalimat dia berhenti bercerita. Kemudian, setiap siswa mulai melanjutkan dari titik di mana sebelumnya berhenti. Setiap siswa harus untuk menambah 4-10 kalimat. Siswa dapat menambahkan karakter baru, peristiwa, deskripsi dan sebagainya. 9. Reporting Sebelum datang ke kelas, siswa diminta untuk membaca koran atau majalah dan di kelas, mereka melaporkan kepada teman-teman mereka apa yang mereka temukan sebagai berita yang paling menarik. Siswa juga dapat berbicara tentang apakah mereka telah mengalami apa pun yang layak untuk diberitahu teman-teman dalam kehidupan sehari-hari mereka di depan kelas.(ASR)



Facebook Commen



Jenis-Jenis Metode Mutakhir Pembelajaran Bahasa Inggris Maskatno Giri mau berbagi, karena dia berusaha baik hati dan tidak sombong. Tulisan ini diposting karena dia sadar bahwa ini penting untuk para guru. "Yen ora bolo ora tak kandani" , materi ini diperoleh dari para seniornya yang baik hati pula. Mau berbagi itulah motto hidup Maskatno Giri dan para seniornya. Selamat membaca atau mengkopi tulisan ini, "Jenis-Jenis Metode Mutakhir Pembelajaran Bahasa Inggris" monggo: 1. Role Play a. Pengertian Role play (bermain peran) adalah teknik pembelajaran bahasa yang meminta siswa memainkan peran tertentu dalam situasi yang ditentukan, dengan menggunakan bahasa target, yaitu bahasa yang sedang dipelajari (seperti bahasa Inggris, misalnya). Untuk berlatih mengekspresikan complaints and apologies dalam bahasa Inggris, misalnya,



siswa bermain peran sebagai pembeli dan penjual di suatu toko. Pembeli mengembalikan barang yang telah dibelinya dari toko tersebut karena barang itu rusak. b. Kompetensi yang dikembangkan Keterampilan berbahasa yang dapat dikembangkan dengan role play adalah speaking, terutama interpersonal dan transactional dialogues. c. Prosedur 1) Mengajak siswa mengidentifikasi situasi untuk role play, seperti apakah role play akan dilaksanakan antara guru dengan siswa, dokter dengan pasien, atau tamu hotel dengan resepsionais; 2) Mengajak siswa merancang role play, seperti apakah role play bersifat terstruktur, semi terstruktur, atau bebas. Juga, apakah role play akan dilaksanakan oleh dua orang, tiga orang, atau lebih; 3) Memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi language function yang diperkirakan muncul dalam percakapan/role play; 4) Mengajak siswa mengidentifikasi pilihan-pilihan bentuk bahasa (language forms) untuk masing-masing language function; 5) Mengarahkan siswa untuk melakukan drilling terhadap beberapa language forms yang telah teridentifikasi; 6) Memfasilitasi siswa melakukan latihan role play dalam kelompok kecil; 7) Memfasilitasi siswa melakukan performance role play di depan kelas; 8) Mengajak para siswa melakukan evaluasi terhadap hasil performance siswa.



2. Process Approach a. Pengertian Process approach adalah metode pembelajaran bahasa, khusunya writing, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami, menghayati, menilai, dan merefleksi sendiri langkah-langkah penulisan suatu teks, mulai dari perencanaan hingga penulisan akhir teks tersebut. Di sini yang menjadi fokus adalah proses penulisan, bukan hasil tulisan. b. Kompetensi yang dikembangkan Keterampilan bahasa yang dikembangkan dengan process approach ini adalah writing, khususnya free writing.



c. Prosedur 1) Planning. Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memilih dan menentukan topik, membatasi topik, dan menuliskan topic sentence atau thesis. 2) Outlining. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menuliskan pointer-pointer isi informasi yang dapat mengembangkan topik. 3) Drafting. Pada tahap ini guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan sertiap pointer informasi menjadi kalimat atau paragraf. 4) Revising/Editing. Pada tahap ini guru meminta siswa menilai draf yang telah dibuatnya, kemudian melakukan revisi atau editing agar draf tersebut menjadi lebih baik. Revisi meliputi isi, organisasi, grammar, vocabulary, spelling, dan lain sebagainya. 5) Rewriting. Pada tahap ini guru meminta siswa menuliskan kembali draf yang telah direvisi. Ini menjadi produk atau tulisan akhir siswa.



3. Inquiry-based Teaching a. Pengertian Inquiry-based Teaching (IBT) adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara intensif untuk untuk mengajukan pertanyaan atau permasalahan, mengajukan hipotesis, melakukan observasi atau investigasi, menganalisis data, dan menarik simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain. Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal tetapi jamak. Yang penting adalah bahwa dalam mencari jawaban, siswa bekerja dengan menggunakan prosedur dan standar tertentu yang jelas sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan mereka mengintegrasikan dan mensinergikan berbagai metode dan disiplin ilmu yang berbeda. b. Kompetensi yang dikembangkan Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh IBT adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa. c. Prosedur 1) Asking. Siswa mengajukan pertanyaan atau pemasalahan yang terkait dengan topik yang sedang dikaji;



2) Investigating. Siswa melakukan investigasi dengan berbagai teknik seperti pengamatan, wawancara, atau analisis dokumen untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan pertanyaan yang telah diajukan; 3) Creating. Berdasarkan hasil investigasi siswa mengkonstruksi pengetahuan baru yang berbeda dari pengetahuan sebelumnya; 4) Discussing. Siswa menyampaikan temuannya (new knowledge) kepada teman sekelasnya, dan membandingkannya apakah pengetahuan yang ia konstruksi sama atau berbeda dari teman-teman lainnya; 5) Reflecting. Setelah diskusi selesai, siswa memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan dan ditemukan.



4. Diskusi a. Pengertian Metode diskusi adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa atau kelompok siswa secara intensif untuk melakukan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat atas suatu persoalan, kemudian membuat simpulan atau menyusun alternatif pemecahan masalah tersebut. b. Kompetensi yang dikembangkan Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh metode diskusi adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa. c. Prosedur 1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara pemecahannya; 2) Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris, dan bila perlu juga juru bicara kelompok; 3) Para siswa melakukan diskusi di kelompoknya masing-masing secara aktif, demokratis, dan saling menghargai; sementara itu, guru berkeliling di antara kelompok-kelompok diskusi untuk meyakinkan bahwa semua kelompok bekerja dengan baik; 4) Masing-masing kelompok (melalui juru bicaranya) melaporkan hasil diskusinya, yang kemudian ditanggapi oleh kelompok-kelompok lainnya; 5) Guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi atas proses dan hasil diskusi untuk memperoleh hasil terbaik;



6) Masing-masing kelompok mengumpulkan laporan hasil diskusinya (hasil diskusi kelompok yang telah diberi masukan oleh kelompok lain dan guru), untuk dinilai atau dijadikan arsip kegiatan kelas.



5. Problem-based Learning a. Pengertian Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata. Siswa diminta dan dibimbing untuk mempelajari masalah itu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan baru. b. Kompetensi yang dikembangkan Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui PBL ini adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa. c. Prosedur 1) Guru mengenalkan siswa pada masalah, atau masalah tersebut diidentifikasi dan ditentukan secara bersama-sama antara guru dan siswa; 2) Guru mengorganisasikan pelaksanaan pembelajaran, misalnya apakah siswa bekerja secara perorangan, berpasangan, atau kelompok kecil; 3) Guru membimbing siswa untuk melakukan investigasi dengan cara-cara yang relevan, seperti apakah bisa hanya melalui library research, uji coba, atau sampai pada eksperimen; 4) Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil investigasinya di depan teman-teman sekelas untuk kemudian ditannggapi; 5) Dengan bimbingan guru siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan hasil investigasi yang dicapainya; 6) Siswa membuat laporan tertulis dengan format yang telah disepakati, untuk dinilai oleh guru atau untuk arsip kegiatan kelas.



6. Games. a. Pengertian: Permainan adalah kegiatan yang mempunyai peraturan, tujuan dan unsur kesenangan. Dalam lingkup pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, terdapat dua jenis permainan, yaitu permainan komunikatif yang dibedakan dengan permainan jenis kebahasaan (lingusitic). Permainan



juga dapat juga dibagi menjadi permainan yang bersifat kompetitif dan permainan yang bersifat kooperatif. Selain sifatnya yang menyenangkan, permainan yang bersifat komunikatif mempunyai potensi untuk menciptakan kegiatan komunikasi. b. Kompetensi yang dikembangkan: Biasanya permainan yang bersifat komunikatif digunakan untuk mengembangkan keterampilan berbicara, sedangkan permainan yang bersifat kebahasaan dapat digunakan untuk mengembangkan penguasaan aspek bahasa seperti kosakata dan gramatika. Yang diterangkan di bawah ini hanya jenis permaianan komunikatif. c. Prosedur: Pre. Games: 1) Menjelaskan keterampilan dan kompetensi yang akan dikembangkan. 2) Melakukan pembahasan dan drilling tentang kosakata dan ungkapanungkapan yang akan digunakan dalam permainan. (jika diperlukan) 3) Menjelaskan prosedur permainan. 4) Memberikan contoh pelaksanaan permainan Games: Tahap ini digunakan untuk melaksanakan permainan Post-Games: Tahap ini digunakan untuk memberikan masukan terkait kesalahan siswa yang dicatat oleh guru. 7. Jigsaw. a. Pengertian. Jigsaw adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif, yang dimaknai sebagai pembelajaran yang menciptakan interaksi kelas yang bermakna dalam lingkungan yang mendukung sehingga mengarah pada pencapaian belajar yang lebih baik, peningkatan motivasi belajar siswa, dan secara keseluruhan pada perubahan kondisi psikologis siswa. b. Kompetensi yang dikembangkan. Jigsaw dapat digunakan untuk pengembangan keterampilan listening atau reading dan listening secara bersama-sama . c. Prosedur



Berikut



langkah-langkah



pembelajaran



untuk



pembelajaran listening dan reading: Listening: 1) Guru memperdengarkan rekaman di mana tiga orang dengan pendapat yang berbeda mendiskusikan pendapat mereka tentang suatu topik. 2) Guru menyiapkan tiga tugas, setiap tugas memfokuskan satu dari ketiga pendapat yang berbeda tadi 3) Siswa kemudian dibagi menjadi tiga kelompok A, B, dan C dan setiap kelompok mendengarkan rekaman sambil mengerjakan tugas yang sudah disiapkan tersebut dan yang terfokus pada satu pendapat yang berbeda tersebut. 4) Kelompok siswa kemudian disusun kembali menjadi kelompok yang terdiri satu siswa berbeda dari kelompok A, B, dan C. 5) Kelompok baru ini kemudian bermain peran mendiskusikan topik yang sama menggunkan informasi yang sudah mereka dapatkan dari kegiatan mendengarkan tadi. 6) Guru memberikan masukan atas kinerja siswa. Reading dan listening: 1) Guru mengambi teks tulis narrative dan memotongnya menjadi beberapa bagian sesuai jumlah siswa. 2) Setiap siswa mendapatkan satu bagian dari cerita tersebut. 3) Setelah membaca bagian tersebut, siswa kemudian berkeliling ruang kelas dan sambil mendengarkan setiap bagian bagian teks yang dibaca keras oleh teman lainnya. 4) Sambil mendengarkan bagian teks yang dibaca teman lainnya, siswa menentukan posisi bagiannya dalam cerita tersebut. 5) Akhirnya siswa harus menyusun secara urut bagian-bagian tadi menjadi teks yang utuh. 8. Split Information a. Pengertian. Kegiatan ini adalah salah satu bentuk dari banyak kegiatan komunikatif. Nation (1988) menyebutnya sebagai information gap activities . Kegiatan pembelajaran ini melibatkan minimal satu siswa yang mempunyai



informasi dan



yang



siswa lainnya



tidak



mempunyainya



tetapi



memerlukannya. Untuk mendapatkan informasi tersebut siswa yang tidak mempunyainya harus melakukan komunikasi dalam bentuk tertentu. b. Kompetensi yang dikembangkan. Keterampilan yang dapat dikembangkan dengan kegiatan ini adalah keterampilan berbicara. c. Prosedur 1) Guru menentukan kompetensi dan topik yang akan dikembangkan, contohnya mendiskripsikan bentuk seperti bulatan, segitiga, garis, empat persegi panjang dan posisi benda. 2) Guru menyiapkan dua lembar kertas dengan gambar yang mirip, umpamanya satu berisi sejumlah gambar bentuk dua dimensi dengan posisi tertentu, dan kertas yang lain berisi gambar bentuk dimensi yang sama tetapi mempunyai posisi yang berbeda. 3) Guru membagi siswa menjadi berpasangan, tiap siswa mendapat gambar yang berbeda dari gambar pasangannya. 4) Guru menjelaskan posedur kegiatan dimana tiap pasangan harus saling tanya jawab untuk mencari perbedaan dan persamaan. 5) Guru memberikan contoh 6) Setelah selesai salah satu anggota pasangan diminta untuk melaporkan hasil tanya jawabnya. 7) Guru mendiskusikan dan memberikan masukan terkait kesalahan siswa. Catatan: apabila diperlukan (tergantung tingkat kompetensi siswa dan kesiapannya), guru dapat melakukan pengenalan kosakata terkait beserta makna dan pelafalannya. 9. Problem Solving a. Pengertian Kegaiatan pembelajaran ini juga salah satu bentuk kegiatan pembelajaran komunikatif dimana siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah secara berkelompok Untuk memecahkan masalah tersebut siswa harus menggunakan sumber daya bahasanya (languge resource) untuk saling melakukan komunikasi. b. Kompetensi yang dikembangkan.



Problem solving biasanya digunakan untuk mengembangkan kegiatan berbicara dan sangat memungkinkan menggabungkannya dengan kegiatan komunikasi lainnya seperti menulis, mendengar dan membaca (terpadu). c. Prosedur Berikut adalah langkah pembelajaran metode problem solving 1) Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan. 2) Guru menentukan persoalan yang akan dipecahkan oleh siswa. Umpamanya bagaimana memilih sejumlah barang yang tersedia berdasarkan urutan keguanaannya yang akan digunakan untuk menyelamatkan diri dari kondisi darurat. Situasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan mengutarakan dan menaggapi pendapat, persetujuan dan ketidaksetujuan. 3) Guru menerangkan pada siswa tujuan dan prosedur kegiatan . 4) Apabila dianggap perlu guru menerangkan kosa-kata dan ungkapanungkapan yang diperlukan dan melakukan drilling. 5) Guru membagi siswa menjadi bebarapa kelompok dan tiap kelompok diminta untuk mendiskusikan masalah tersebut dan menentukan pilihan kelompok. 6) Setelah selesai guru meminta setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas. 7) Guru memberikan komentar dan masukan terhadap hasil diskusi. 10. Number Heads Together a. Pengertian Kegiatan pembelajaran ini adalah salah satu bentuk kegiatan pembelajaran kooperatif. Tehnik yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) ini bersifat komunikatif karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. b. Kompetensi yang dikembangkan. Keterampilan yang dapat dikembangakan heads together adalah reading dan listening . d. Prosedur.



dengan number



Berikut



adalah



contoh



langkah-langkah



pembelajaran



untuk



pengembanagan keterampilan reading. 1) Guru menetapkan kompetensi yang akan dikembangkan dan bahan bacaan yang sesuai. 2) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut. 3) Guru membagikan teks beserta tugas yang terkait dengan kompetensi dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 4) Kelompok memutuskan jawaban yang



dianggap



paling



benar



dan



memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. 5) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. 6) Tanggapan dari kelompok yang lain 7) Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain. 11. Project-based Learning a. Pengertian Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan proyek perseorangan atau grup yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Hasil proyek ini kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran berbasis proyek ini berpusat pada siswa dan komunikatif karena siswa harus berkomunikasi sebagai bagian dari penyelesaian proyek ini. Disamping itu, pembelajaran semacam ini sangat kontekstual dan mengembangkan juga softskillssiswa. b. Kompetensi yang dikembangkan. Pada dasarnya pembelajaran berbasis proyek ini dapat digunakan untuk mengembangkan satu keterampilan berbahasa atau lebih dari satu secara terpadu. Bahkan metode ini dapat dignakan untuk mengajar kosa kata. c. Prosedur. Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang terpadu dengan fokus pada pengembangan kosakata yang dikembangkan dengan keterampilan berbicara.



1) Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan. 2) Guru menerangkan pada siswa jenis kosa kata yang akan dikembangkan, sebagai contohnya, prepositional phrasal verbs seperti go up, look for, dan take away 3) Guru menerangkan pola prepotional phrasal verbs, makna dan contoh penggunaannya dalam kalimat. 4) Guru menerangkan proyek yang harus dikerjakan siswa secara individu, yaitu umpamanya, sebagai pekerjaan rumah mencari dua prepositional phrasal verbsdengan contoh penggunaannya dalam kalimat yang hasilnya nanti dipresentasikan di muka kelas. 5) Siswa mempresentasikan hasil proyeknya di muka kelas. 6) Guru membagi siswa menjadi pasangan dan setiap pasang harus menyusun bersama secara tertulis percakapan yang menggunakan prepositional phrasal verbs yang sudah dipresentasikan. 7) Setiap pasang memperagakan percakapan yang sudah disusun di muka kelas. 8) Secara klasikal guru memberi masukan atas presentasi dan peragaan percakapan siswa. 13. Task-based Learning a. Pengertian Task-based Learning adalah pembelajaran berbasis tugas. Tugas disini diartikan sebagai pekerjaan yang dibuat sedemikian rupa oleh guru untuk dikerjakan oleh siswa, dan dalam menyelesaikan tugas tersebut siswa harus menggunakan sumber daya bahasanya (language resources) untuk berkomunikasi. Task-based learning mempunyai beberapa keuntungan utama: 1. mampu menciptakan kesempatan pada siswa untuk melakukan komunikasi yang alamiah di dalam kelas. 2. lebih menekankan pada makna daripada bentuk kebahasaan, dan oleh karenanya 3. lebih mampu menumbuhkan motivasi belajar karena terpusat pada siswa. Richards (2002) menyebutkan bahwa Task-based learning dapat dipakai sebagai satu-satunya kerangka kerja, atau hanya sebagai salah satu komponen dalam pengajaran bahasa Inggris, dan disamping itu, task dapat dipakai sebagai tehnik atau metode mengajar. Dalam kurikulum sekolah dasar dan



menengah di Indonesia pembelajaran berbasis tugas ini lebih mengacu pada tehnik atau metode. b. Kompetensi yang dikembangkan Pada dasarnya semua keterampilan berbahasa dapat dikembangkan dengan pembelajaran berbasis tugas. Kita dapat mengembangkannya semua keterampilan secara terpadu dengan fokus pada salah satu keterampilan. Dalam konteks Pendekatan Komunikatif pengembangan keterampilan berbahasa dengan pembelajran berbasis tugas lebih tepat dilakukan secara terpadu. c. Prosedur Langkah pembelajaran dalam pembelajaran berbasis tugas dibagi menjadi tahap sebelum tugas, tahap tugas, dan tahap setelah tugas. Tahap sebelum tugas: 1) Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan dan memilih jenis tugas yang sesuai. Sebagai contoh, kompetensi yang akan dikembangkan adalah mendiskripsikan tempat (keterampilan berbicara) dan tugasnya adalah mendesain dua dimensi tata letak rumah idaman. 2) Guru menerangkan pada siswa kompetensi dan tugas yang akan mereka kerjakan. 3) Jika diperlukan, guru menerangkan dan melakukan drilling komponen bahasa tugas seperti kosa-kata, ungkapan dan struktur kalimat. 4) Guru memberi model bagaimana tugas tersebut dilaksanakan. 5) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok sesuai kebutuhan Tahap tugas: 1) Siswa secara berkelompok melaksanakan tugas dan guru memonitor proses pelaksanaan tugas di tiap kelompok. 2) Setiap kelompok melaporkan hasil tugas. Ketika kelompok menyajikan hasil tugas guru disarankan membimbing komunikasi kelas, antara siswa dengan siswa dan antara guru dan siswa untuk tujuan klarifikasi atas informasi yang diberikan oleh penyaji. 3) Kalau diperlukan sebagai pekerjaan rumah , siswa menulis hasil tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.



Tahap setelah tugas: 1) Guru memberi masukan atas sajian siswa. 2) Guru melaksanakan refleksi H. Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 1. Apa yang Anda pahami tentang makna belajar bahasa menurut pendekatan komunikatif? 2. Apa implikasi pemahaman Anda tentang makna belajar bahasa tersebut bagi kegiatan guru di dalam kelas? 3. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa sebagai sebuah sistem dan apa implikasinya bagi peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia? 4. Tidak seperti pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, kurikulum 2004/2006 tidak merekomendasikan penggunaan satu pendekatan pembelajaraan tertentu (seperti pendekatan komunikatif, misalnya). Mengapa demikian? 5. Sebut dan jelaskan karakteristik pembelajaran bahasa yang efektif. 6. Apa yang dimaksud dengan syllabus design dalam pembelajaran bahasa Inggris? 7. Mengapa penyususn silabi harus memahami teori-teori pembelajaran bahasa yang mutakhir? 8. Jelaskan hubungan antara standar isi, silabus, dan RPP. 9. Rumuskan 4 butir indikator dari pernyataan kompetensi dasar ini, “Siswa mampu menggunakan ungkapan ‘memberi dan menerima undangan’ dalam konteks kehidupan sehari-hari secara tepat”. 10. Apa yang dimaksud dengan accuracy dan fluency? 11. Apa perbedaan antara kegiatan dengan penekanan pada accuracy dan kegaiatan pembelajaran dengan penekanan pada fluency? 12. Apa yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran yang non-komunikatif dan kegiatan pembelajaran yang non-komunikatif? 13. Bagaimana membuat kegiatan pembelajaran mekanistis menjadi lebih realistis? 14. Bagaimana mengembangkan kegiatan pembelajaran yang komunikatif? I. Evaluasi 1. Seorang guru merumuskan indikator untuk Kompetensi Dasar (KD) membaca pemahaman sebagai berikut: “Siswa mampu memahami isi bacaan dalam teks eksposisi”. Menurut pendapat Anda, apakan rumusan indikator tersebut tepat? Apabila tidak tepat, di mana letak ketidaktepatannya? Jelaskan argumen Anda. 2. Seorang guru mengajar mata pelajaran bahasa Inggris jam pertama dan kedua (07.00 – 08.20). Tepat pada pukul 08.20 WIB bel berbunyi dan guru tersebut berkata sebagai berikut: “Anak-anak waktunya sudah habis, kita akan mengakhiri pelajaran. Good bye and thanks”. Dari perspektif pelaksanaan pengajaran (khususnya langkah-langkah pengajaran), bagaimana pendapat



Anda tentang apa yang telah dilakukan guru tersebut? Apakah tindakan guru tersebut sudah tepat? Bila tidak tepat, di mana letak ketidaktepatannya? Jelaskan argumen Anda. 3. Seorang guru mengajar mata pelajaran bahasa Inggris untuk keterampilan berbicara (speaking). Pada saat ulangan, dia memberi soal yang berbentuk tes rumpang (clozed test) dialog tertulis. Guru minta para siswa melengkapi dialog tersebut dengan ungkapan yang tepat. Bagaimana pendapat Anda tentang bentuk tes tersebut? Apakah tes tersebut tepat? Bila tidak tepat di mana letak ketidaktepatannya? Jelaskan argumen Anda. 4. Pahamilah sebuah kegiatan yang dipaparkan dalam petikan berikut dan setelah itu jawablah pertanyaan-pertanyaan terkait dengan petikan tersebut: “Students in groups of three or four complete an exercise on a grammatical item, such as choosing between the past tense and the present perfect, an item which the teacher has previously presented and practiced as a whole class activity. Together students decide which grammatical form is correct and they complete the exercise. Groups take turns reading out their answers”. a. Jenis kegiatan apakah kegiatan pembelajaran tersebut ? Jelaskan alasanmu, b. Bagaimanakah kamu merubah kegiatan tersebut menjadi lebh realistis atau bermakna? 5. Kembangkan satu kegiatan dengan penekanan pada accuracy dan satu kegiatan komunikatif yang menekankan pada fluency berdasarkan Kompetensi Dasar berikut: “ mengungkapkan makna dalam dialog interaksional dan interpersonal yang mencakup tindak tutur meminta tolong seseorang melakukan sesuatu (request)”



di Selasa, Juli 03, 2012 Reaksi:



Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Dalam bahasa inggris ada 4 kemampuan dalam berbahasa inggris 1.



Speaking Skill Dalam Speaking skill teknik berbicara yang dipelajari berupa pengucapan kata-kata yang berbahasa inggris, selain itu dengan Speaking Skill merupakan English aktif artinya kita bisa berbicara bahasa inggris. 2. Reading Skill



Dalam reading skill kita juga mempelajari bagaimana membaca kata-kata dalam bahasa inggris serta memperbanyaki kosa kata bahasa inggris (Vocabulary). dalam reading skill ada tekniknya yaitu membaca cepat atau scaning, artinya kita membaca bahasa inggris secara menyeluruh dalam waktu yang singkat dan membaca point dari setiap bacaan tersebut. Reading skill kita bisa mengetahui tentang Main idea, topic dari sebuah bacaan berbahasa inggris dan juga kalimat pendukung tulisan tersebut. 3. Listening Skill Listening Skill merupakan kemampuan bahasa inggris dalam mendengar seseorang yang berbicara lalu menjadikan kita akan pengucapan kata tersebut, pada umumnya jika kita berasal dari negara asia tenggara bahasa inggrisnya lebih mudah untuk di dengarkan karena logat atau cara berbicaranya sama seperti bahasa kita dalam pengucapannya. untuk belajar bahasa inggris dalam bidang listening skill perbanyaklah mendengarkan lagu atau film yang berbahasa inggris lalu simaklah kata demi kata sehingga kita bisa mengetahui bagaimana mengucapkan yang benar. 4. Writing Skill Dalam writing skill merupakan kemampuan yang lumayan rumit karena dalam menulis bahasa inggris kita harus tahu grammar dan susunan kata tersebut juka salah menuliskan grammar atau lain sebagainya maka makna yang terkandung akan beda nantinya, dalam writing skill ada yang namanya tenses yaitu susunan kata yang sesuai dengan waktu kejadiannya seperti (Present tense, present continuous tense, past tense, past continuous tense, present past tense dan juga modal dan lain sebagainya) untuk bisa menulis bahasa inggris kita harus menguasai semua tenses tersebut sehingga untuk kedepannya kita menjadi lebih baik lagi.