Menentukan Kadar Asam Minyak Kelapa Sawit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK “MENENTUKAN KADAR ASAM MINYAK KELAPA/SAWIT” Diajukan untuk memenuhi tugas laboratorium praktikum kimia organik



Disusun oleh: Kelompok 1 (A3)



Prista Adrin



(170140061)



Yanzed Imam Sultoni Siregar



(170140063)



Cut Rika Saffira



(170140065)



Chairina



(170140073)



JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH BUKIT INDAH 2018



ABSTRAK Telah dilakukan percobaan membedakan kadar asam dari minyak kelapa/kelapa sawit dengan tujuan untuk menentukan kadar asam lemak bebas/FFA (Free Acid Fatty Acid). Percobaan ini di lakukan dengan metologi titrasi dan pemanasan. Pemanaan dilakukan pada minyak kelapa sawit/minyak jelanta dengan metanol, titrasi dilakukan pada indicator pp (phenolphthalein) dan NaOH. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa minyak dan metanol terpisah membentuk dua lapisan. lapisan atas metanol dan lapisan bawah minyak. Sedangkan titrasi antara indicator fenolphtalein dan dan NaOH adalah.kandungan yang di peroleh FFA asam palmitat 0,3%, asam lauric 0,25% dan asam oleic 0,325% berdasarkan data yang di peroleh sampel minyak di katakana baik untuk di konsumsi manusia karena ketentuan kadar asam dalam minyakyang layak untuk di konsumsi adalah di bawah 5%. Kata Kunci: polar, non polar dan titran



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul praktikum : Menentukan kadar asam dari minyak kelapa/kelapa sawit 1.2 tanggal praktikum : 15 Mei 2018 1.3 tujuan praktikum : untuk menentukan kadar asam lemak bebas (FFA)



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lemak dan miyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak merupakan sumber energy yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Lemak dan minyak terdapat dalam bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tapi lemak dan minyak sering sengaja di tambahkan dalam bahan makanan dengan berbagai tujuan. 2.1



Minyak Curah Minyak goreng sawit yang di kenal dengan istilah minyak goreng curah



umumnya hanya menggunakan satu kali proses fraksinasi (pemisahan), sehingga masih mengandung fraksi padat stearin yang relatif lebih banyak dari minyak goreng bermerek yang mengandung dua kali proses fraksinasi atau pemisahan (Anonim, 2012 C) Minyak goreng cura biasanya mengandung warna yang lebih keruh. Minyak goreng curah ini tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai warna coklat pekat hingga kehitam-hitaman. Karena pemakaian berulang ulang pada minyak makan sangat tidak baik bagi kesehatan. Selain itu minyak goreng yang digunakan secara berkali-kali sampai minyaknya berubah warna menjadi hitam, kondisi ini tidak membahayakan kesehatan hanya membuat nilai gizi makanan yang di goreng menjadi turun dan mempengaruhi rasa. Vitamin A dan D dalam makanan itu sudah hancur (Bunda kata, 2007) 2.2



Minyak Kelapa Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku



kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia. Penyulingan minyak kelapa dapat berakibat kandungan senyawa-senyawa esensial yang di butuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan utama asam. Larutan ini bersifat anti biotik dan jamur. Minyak kelapa murni, atau lebih di kenal dengan virgin koconut oil (VCO) adalah moddifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan asak lemak yang rendah, bewarna bening dan beraroma harum. Dalam



industri minyak goreng, minyak kelapa in anggap paling sehat dibandingkan dengan dengan minyak nabatin lain seperti minyak jagung, minyak keledai canola serta minyak dari bunga matahari. (Anonim, 2012) Mutu minyak goreng sangat dipengaruhi oleh komponen asam lemaknya tersebut akan mempengaruhi sifat fisik, kimia dan stabilitas minyak selama proses penggorengan trigeliserida dari suatu minyak atau lemak mengandung sekitar 9496% asam lemak. Selain komponen asam lemaknya, stabilitas minyak goreng dapat di pengaruhi pula derajat ketidak jenuhan asam kemaknya, penyebaran ikatan rangkap dari asam lemaknya, serta bahan-bahan yang dapat mempercepat atau memperlambat terjainya proses kerusakan minyak goreng yang terdapat secara alami atau yang secara sengaja ditambahkan (Stier, 2003) Standar mutu minyak goreng telah di rumuskan dan ditetapkan oleh Badan Standart Nasional (BSN) yaitu: SNI 01-3741-2002, SNI ini merupaka revisi dari SNI 01-3741-1995, menetapkan bahwa standar mutu minyak goreng sepertipada tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1: SNI 01-3741-2002 Tentang Mutu Standar Minyak Goreng KRITERIA UJIAN keadaan bau,warna dan rasa Air Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat) Bahan makanan tambahan Cemaran logam - Besi(Fe) - Tembaga(CU) - Raksa(Hg) - Timbal(pb) - Seng(Zn) Arsen (As) Angka peroksida



SATUAN -



SYARAT Normal



% b/b % b/b



Maks 0,30 Maks 0,30



Sesuai SNI-022-M dan permenkes No. 722/menkes/per/1x/88 Mg/kg Maks 1,5 Mg/kg Maks 0,1 Mg/kg Maks 0,1 Mg/kg Maks 40,0 Mg/kg Maks 0,005 Mg/kg Maks 40/250,0)*



% b/b Maks 0,1 % mg 02/gr Maks 0,1 Catatan * dalam kesamaan Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI)



2.3



Asam Lemak Bebas Asam lemak bebas diperoleh dari analisa, yaitu penguraian lemak atau



trigiliserida oleh molekel air oleh molekul air yang menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas (anonim, 2014) Asam lemak bebas yaitu nilai yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terdapat di dalam lemak setelah lemak tersebut di hidrolisa. Tujuan analisa atau asam atau bilangan safonifikasi adalah sebagai induksi untuk mengetahui seberapa besar lemak yang dianalisa. Sedangkan tujuan total FFA (untuk bidang industri atau sabun) adalah mengukur seberapa besar yang di analisa. sedangkan tujuan total FFA berhubungan dengan banyaknya asam lemak yang terdapat dalam Fat/setelah dihidrolisa sehingga bisa dikorelasikan dengan banyaknya sabun yang terbentuk. Asam lemak bebas merupakan hasil degradasi dari trigliserida sebagai akibat dari kerusakan minyak. Asam lemak bebas ini biasanya ditemukan dalam sel dalam jumlah besar (Faujiah, 2011) Untuk mengukur dan mengetahi jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sampel. Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebes dalam sampel semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat diaktifkan dalam proses hidrolisis ataupun karena proses kurang baik. Ampel yang dipergunakan pada saat praktikum di timbang dalam keadaan cair. Sehingga sampel terlebih dahulu dicairkan, prosess pencairan dilakukan untuk mempermudah proses titrasi selanjutnya, karena apabila sampel dalam keadaan padat akan menyusutkan proses titrasi selanjutnya karena apabila sampel dalam keadaan padat akan menyulitkan proses titrasi selanjutnya (Faujiah, 2011) 2.4



Indikator Phenolphthalein (pp) Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer atau titrant.



Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampau menjadi keadaan aquivalen. Keadaan ini disebut sebagai “titik equivalen” pada saat titik equivalen ini maka



terjadi proses titrasi dihentikan untuk mengetahui titik equivalen. Dapat digunakan untuk mengetahui titik equivalen. Dapat digunakan dalam asam basa. Indicator ini akan berubah warna ketika titik equivalen terjadi pada saat inilah terjadi titrasi asam basa adalah indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2010).



BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1



Alat Dan Bahan



3.1.1



Alat-alat Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:



1. 2. 3. 4.



Erlemmeyer 250 ml Hot plate Buret Pipet tetes



1 buah 1 buah 1 buah 1 buah



5.



Pipet volume 10 ml



1 buah



3.1.2



Bahan-bahan



1. 2.



Adapun bahan-bahan yang di gunakan sebagai berikut: Alkohol (metanol) Minyak jelanta



3.



Indikator pp 1%



4.



Larutan NaOH 0,1 N



3.2



Prosedur kerja Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini sebagai



berikut: 1



Minyak dimasukkan ke dalam Erlenmeyer sebbanyak 20 gr



2



Ditambah alkohol sebanyak 30 ml



3



Dipanaskan sampai mendidih



4



ditambahkan 3 tetes larutan pp, lalu di titrasi dengan NaOH 0,02 N sampai berubah menjadi merah, diatat standart yang di pakai.



BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN 5.1



Hasil



Tabel 5.1 Hasil percobaan menentukan kadar asam dari minyak kelapa sawit No



Cara kerja



1.



Erlnmeyer di isi minyak cpo



2.



Erlenmeyer di idi minyak + etanol 30 ml



3.



Panaskan hingga suhu hot plate 500 C, lalau dinginkan



4.



Tambahkan 3 tetes indikator pp 1% dan kemudian dikocok



5.



Campuran dititrasi dengan NaOH 0,1 N sambil terus dikocok pada setiap tetes



Hasil pengamatan - Warna minyak orange kemerahan - Terbentuk dua lapisan, lapisan atas cpo dan lapisan bawah metanol - Warna lapisan atas orange dan bening - Larutan menjadi homogen, warna menjadi orange pekat - Larutan menjadi orange pekat kemerahan - Volume awal 1 ml - Warna orange - Setelah 25 detik larutan berubah menjadi warna kuning - Volume akhir 9 ml



1.2



Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, Erlenmeyer kosong



ditambahkan dan dimasukkan sampai sampel minyak sebanyak 20 gr, kemudian dilanjutkan dengan penambahan methanol sebanyak 30 ml ketika sampelminyak ditambahkan dengan methanol, minyak akan terpisah dan membentuk dua lapisan. Lapisan atas metanol sedangkan lapisan atas minyak. Terbentuknya dua lapisan tersebut karena adanya perbedaan massa jenis, dimana massa jenis minyak jelanta 885 kg/m3. Sedangkan massa jenis metanol 0,7918 gr/cm3, disampingan itu pula alkohol dan minyak memiliki sifat polar dan nonpolar. Dimana minyak bersifat nonpolar dan alkohol bersifat polar. Campuran minyak dan metanol tersebut dipanaskan dengan hot plate hingga suhu 500C. pemanasan ini bertujuan untuk agar minyak dan metenol dapat bereaksi setelah dilakukan pemanasan campuran tersebut dinginkan untuk dilakukan titrasi. Titrasi asam basa ini menggunakan larutan stadart NaOH 0,1 N dan indicator fonolphtalein. Titrasi ini dihentikan ketika telah mencapai titik equivalen ditandai dengan adanya warna pada campuran senyawa yang di titrasi. Tirasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar asam yang terkandung didalam minyak jelanta. Kita dapat mengetahui kadar asam yang terkandung dalam didalam minyak setelah memperoleh volume titran, lalu dimasukkan kedalam rumus perhitungan rumus yang telah di tetapkan. Titrasi adalah suatu metode kimia untuk menentukan konsentrasi dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan dengan larutan lain yang konsentrasinya telah di ketahui. Pada proses terjadinya warna merah (pink) pada titrasi larutan baku atau titran yang digunakan adalah basa karena pada proses yang menjadi sebagai titer (larutan dititrasi yang dititrasi larutan yang bersifat asam yang di titran adalah larutan yang bersifat basa. Setelah penambahan indikator pp pada larutan asam maka akan dititran dengan titran yang memiliki sifat basa, yaitu NaOH. Ketika mol asam sudah habis karena diginakan untuk bereaksi dengan mol basa (titik equivalen) maka larutan basa akan berkaitan dengan inidikator pp sehingga terjadi perubahan waarna atau disebut titik akhir titrasi.



Setelah dilakukan perhitungan mencari kadar asam yang terkandung dalam minyak jelanta sampel. Diperoleh FFA asam palmitate 0,3% asam lauric 0,25% dan asam oleic 0,3525%. Berdasarkan hasil kadar asam yang diperoleh, sampel minyak dikatakan baik dan layak untuk dikonsumsi dan digunakan oleh manusia karena ketentuan kadar asam alam minyak yang layak dan aman untuk dikonsumsi adalah di bawah 5% (Anonim, 2001)



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1



Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:



1.



Pengujian asam lemak bebas pada suatu bahan pangan dapat dilakukan



2.



dengan metode titrasi lalu menghitung jumlah kandungan asam lemak bebas bahan pangan tersebut



3.



Kandungan atau kadar asam lemak bebas pada suatu bahan pangan



4.



dapat diketahui dengan mengunakan rumus asam lemak.



5.



Rata-rata kadar asam lemak bebas pada sampel minyak jelanta adalah



6.



terkandung dalam minyak tersebut diketahui FFA % asam palmitic 0,3%



6.2



Saran



1.



perhatikan alat-alat dan bahan yang akan digunakan



2



perhatikan proses-proses yang terjadi dalam percobaan ini



3.



praktikan yang teliti dalam mentitrasi nkarena sangat mempengaruhi hasil yang didapat



DAFTAR PUSTAKA



Anonim.2014.Kimia Organik, Jakarta: Erlangga Heryadi,2014.Komposisi Minyak Kelapa Sawit. Jakarta: Erlangga Anonim,2012.Buku Minyak Kelapa Sawit,Jakarta: EGC Fauziah,2011 Asam Lemak Bebas dari Buah Kelapa Sawit. Makassar Anonim,2010. Asam lemak bebas. Makassar.



LAMPIRAN B PERHITUNGAN



Diketahui: Normalitas (N)



= 0,1 N



Volume NaOH (V)



= 2,5 ml



Berat Sampel (W)



= 20 gram



Ditanya



= FFA% =…..?



Perhitungan: FFA % Sebagai asam palmitic



= = =



25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉 𝑊 25,6 𝑥 0,1 𝑥 2,5 20 6,4 20



= 0,3



LAMPIRAN D GAMBAR ALAT NO 1



Gambar alat



Fungsi alat Tempat membuat larutan



Erlenmeyer 2



Untuk memanaskan larutan biasanya untuk larutan yang mudah terbakar



Hot plate 3



Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil



Pipet tetes 4



Untuk mengukur larutan



Pipet volume 10 ml 5



Untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu juga mengukur volume suatu larutan



Buret