Mengukir Kisah Di Leuwiliang - KKN 058 Integritas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Dosen Pembimbing : Elsy Rahajeng, M.TI. Tim Penulis : Helen Sagita, dkk.



TIM PENYUSUN Mengukir Kenangan di Leuwiliang Buku ini adalah laporan hasil kegiatan kelompok KKN-PpMM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019 di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. ©INTEGRITAS _Kelompok KKN 058 Tim Penyusun Dosen Pembimbing Penyunting Penulis Utama



Penata Letak Desain Cover Pemeriksa Teknis Penulisan Pemeriksa Kesesuaian Isi Penyedia Bahan Pustaka dan Gambar Kontributor



Elsy Rahajeng, M.Ti. Dr. Eva Nugraha, M. Ag. Helen Sagita, Sarah Anggita, Rosyid Abdul Madjid, Rio Prabowo Surya Putro, Yoga Dwi Septian, Nurhilaliyah, Sahara Adjie Samudera, Abdullah Kafabihi, Vika Audina, Dian Febriani, Novi Laili Athiya, Rizkiyana Syabania, Syaiful Archam, Saidah , Laili Azzumar, Sidqi Akram Hauzan, Luthfiatus Saadah, Aulia Eka Yunita, Alifah Sarah Widad Rahmani. Helen Sagita, Sarah Anggita. Sahara Adjie Samudera. Helen Sagita, Sarah Anggita, Yoga Dwi Septian, Aulia Eka Yunita. Helen Sagita, Sarah Anggita, Rizkiyana Syabania, Vika Audina. Helen Sagita, Sarah Anggita, Sahara Adjie Samudera. Helen Sagita, Sarah Anggita, Rosyid Abdul Madjid, Rio Prabowo Surya Putro, Yoga Dwi Septian, Nurhilaliyah, Sahara Adjie Samudera, Abdullah Kafabihi, Vika Audina, Dian Febriani, Novi Laili Athiya, Rizkiyana Syabania, Syaiful Archam, Saidah , Laili Azzumar, Sidqi Akram Hauzan, Luthfiatus Saadah, Aulia Eka Yunita, Alifah Sarah Widad Rahmani. Diterbitkan atas kerjasama Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM)-LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Kelompok KKN 058 INTEGRITAS .



ii



LEMBAR PENGESAHAN



Buku Laporan Hasil Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian pada Masyarakat oleh Mahasiswa Kelompok KKN Nomor: 058 di Desa Leuwiliang yang berjudul: Mengukir Kenangan di Leuwiliang telah diperiksa sesuai dengan panduan yang berlaku pada tanggal, 17 November 2019. Dosen Pembimbing



Elsy Rahajeng, M.Ti



Menyetujui, Koord. Program KKN-PpMM



Eva Nugraha, M.Ag NIP. 197102171998031002



Mengetahui, Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) UIN Syarif Hidayatulah Jakarta



Dr. Kamarusdiana, M.H. NIP.197202241998031003



iii



Beautiful things, don't ask for attention. (Syaiful Archam)



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | iv



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu waTa’ala, karena rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan rangkaian program dan kegiatan KKN-PpMM di Desa Leuwiliang sesuai dengan rencana. Laporan ini disusun untuk mendeskripsikan gambaran dan karakteristik umum dari Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Selain itu, laporan ini juga memaparkan berbagai program dan kegiatan KKN yang telah dilaksanakan dalam beberapa bidang di Desa Leuwiliang. Kami menyadari bahwa keberhasilan yang kami capai dalam pelaksanaan serangkaian kegiatan KKN bukan semata-mata karena kemampuan kami sendiri, melainkan karena tuntunan Tuhan dan bantuan dari berbagai pihak, terutama dari masyarakat Desa Leuwiliang. Oleh karena itu, melalui laporan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kami kepada: 1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena telah merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata. 2. BapakDr. Kamarusdiana, S.A., M.H., selaku Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menyelenggarakan program Kuliah Kerja Nyata yang sangat bermanfaat bagi para mahasiswa. 3. Bapak Muhammad Syarif, S.H., selaku Koordinator KKN-PpMM yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata sejak tahap pembekalan hingga penyusunan laporan ini. 4. Bapak Eva Nugraha, M.Ag., selaku Penyunting Buku laporan kegiatan KKN INTEGRITAS yang telah memberikan arahan agar penyusunan buku ini terstruktur dengan baik. 5. Ibu Elsy Rahajeng, M.TI. selaku Dosen Pembimbing KKN INTEGRITAS yang telah mendukung kami selama kegiatan KKN dan membantu kami dalam penyusunan buku ini. 6. Bapak Andi Lala selaku Sekretaris Desa Leuwiliang beserta staf lainnya yang telah mengizinkan kami untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Desa Leuwiliang, dan telah mendukung setiap kegiatan yang kami selenggarakan. 7. Bapak Ustadz Syamsudin selaku Tokoh Agama di Desa Leuwiliang, yang selalu mendukung setiap kegiatan yang kami selenggarakan.



v



8. Bapak Maman selaku Ketua Pemuda Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang, yang selalu siap dalam membimbing, mendukung, dan membantu setiap kegiatan yang kami selenggarakan di Kampung Parung Panjang Lebak. 9. Seluruh pimpinan, guru-guru, kyai, ustadz, dan ustazah serta seluruh pesantren dan majelis taklim di Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang yang telah mengizinkan kami untuk turut berpartisipasi dan terlibat dalam setiap kegiatan mereka. 10. Ketua RT 02 dan 03 Kampung Parung Panjang Lebak yang telah membantu dan mendukung setiap kegiatan yang kami selenggarakan. 11. Seluruh pemuda Parung Panjang Lebak, yang selalu bersedia membantu dan membimbing kami dalam setiap kegiatan yang kami selenggarakan. 12. Ibu Lilis selaku Ibu RT dan juga Orang tua angkat kami beserta keluarganya yang selalu bersedia kami repotkan dengan kehadiran kami di rumah mereka, serta selalu bersedia membantu setiap kegiatan yang kami selenggarakan. 13. Seluruh anak-anak Kampung Parung Panjang Lebak yang dengan tawa mereka selalu berhasil menghibur dan menghilangkan penat yang kami rasakan selama penyelenggaraan kegiatan KKN di kampung mereka. 14. Serta seluruh masyarakat Desa Leuwiliang dan berbagai pihak yang telah terlibat, membantu, dan mendukung seluruh kegiatan yang kami selenggarakan, tanpa mengurangi rasa terima kasih dan hormat kami, tidak disebutkan nama atau instansinya satu per satu. Semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan kepada kami, dibalas oleh Tuhan dengan pahala yang berlipat ganda. Selain itu kami juga mengucapkan rasa terimakasih yang amat mendalam kepada orang tua seluruh anggota KKN 058 INTEGRITAS , yang telah memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang, dan juga segala cara sehingga kami telah sampai dititik ini.



vi



Tersadar bahwa di dalam penyusunan buku ini masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sehingga besar harapan kami agar para pembaca senantiasa memberikan kami dukungan dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar buku ini dapat bermanfaat bagi seluruh orang, baik sebagai bahan bacaan pihak akademisi maupun sebagai tuntunan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat.



Ciputat, 15 September 2019



KKN 058 INTEGRITAS



vii



Hidup bukan hanya tentang mencari uang lalu mati, Ada banyak hak-hak Tuhan yang wajib kita penuhi. (Novi Laila Athiya)



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | viii



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ..........................................................................................v DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv TABEL IDENTITAS KELOMPOK ..............................................................xvii RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................xix CATATAN EDITOR...................................................................................... xxii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3 A. Dasar Pemikiran ........................................................................................... 3 B.



Kondisi Umum Desa Leuwiliang ............................................................4



C. Permasalahan Utama Desa ........................................................................4 D. Profil Kelompok KKN-PpMM 058 INTEGRITAS ............................ 5 E. Fokus dan Prioritas Program ................................................................... 8 F.



Sasaran dan Target Program.....................................................................9



G. Jadwal Pelaksanaan Program ................................................................. 12 H.Pendekatan ...................................................................................................... 14 I.



Pendanaan dan Sumbangan .................................................................... 17



J.



Sistematika Penyusunan.......................................................................... 18



BAB IIMETODE PENGABDIAN ................................................................... 20 A. Pemetaan Wilayah dan Masyarakat ................................................... 20 B.



Penyusunan Program ............................................................................... 22



BAB III KONDISI DESA LEUWILIANG KECAMATAN LEUWILIANG ................................................................................................... 24 A. Sejarah Singkat Desa Leuwiliang ......................................................... 24 ix



B.



Letak Geografis ......................................................................................... 25



C. Struktur Penduduk .................................................................................. 28 D. Sarana dan Prasarana ................................................................................ 31 BAB IV DESKRIPSI HASIL KEGIATAN DAN PEMBERDAYAAN DESA LEUWILIANG ....................................................................................... 36 A. Basis Pelaksanaan Program.....................................................................36 B.



Bentuk dan Hasil Kegiatan Pelayanan ................................................ 44



BAB V PENUTUP .............................................................................................. 78 A. Kesimpulan ..................................................................................................78 B.



Rekomendasi...............................................................................................79



BAB VI KISAH INSPIRATIF ANGGOTA SELAMA KKN-PpMM 2019 ............................................................................................. 82 A. Abdullah Kafabihi: Semangat Religi Serta Menjunjung Nilai Adat Tradisi di Era Modernisasi ................................................ 82 B.



Aulia Eka Yunita: Taman Repal(Remaja Parung Panjang Lebak) .......................................................................................... 90



C. Alifah Sarah Widad Rahmani: Leuwiliang Penuh Suka Cita ...... 98 D. Dian Febriani: Integritas dan Repal Menjadi Satu ........................108 E. Helen Sagita: Kebahagiaan Kecilku Bernama Leuwiliang ............118 F.



Laili Azzuamr: KKN,Ujian untuk Bertahan Hidup ....................... 127



G. Lutfiatus Sa’adah: Ruang Rindu Repal (R3) ................................... 127 H. Novi Laila Athiyah: Secarik Kertas untuk Leuwiliang ................ 144 I.



Nurhilalliyah: Dari Integritas untuk Leuwiliang ........................... 153



J.



Rio Prabowo Suryadi Putro: Patut Dikenang, Tidak Untuk Diulang........................................................................................................ 161



K. Rizkiyana Syabania: Parung Panjang Lebak Punya Kisahnya Sendiri ......................................................................... 169 L.



Rosyid Abdul Majid: Senyum KKN ................................................... 178



M. Sahara Adjie Samudera: Rantai Kisah yang Berbilang .................. 187 N. Saidah: Kenangan di Desa Leuwiliang ...............................................201 x



O. Sarah Anggita: Bulan yang Penuh Makna........................................ 209 P.



Shidqi Akram Hauzan: Secuil Kenangan .......................................... 218



Q. Syaiful Archam: Tamu untuk Sebulan .............................................. 226 R. Vika Audina: Maha Karya Tuhan Desa Leuwiliang ...................... 235 S.



Yoga Dwi Septian: 1001 Kisah di Langit Leuwiliang .................... 243



BAB VII KESAN DAN PESAN WARGA ATAS PELAKSANAAN KKN-PpMM2019 ............................................................................................ 252 A. Kesan Tokoh Masyarakat..................................................................... 252 B.



Kesan ParaIbu .......................................................................................... 252



C. KesanAnak-anak ..................................................................................... 252 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 253 BIOGRAFI SINGKAT .................................................................................... 256 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 269



xi



DAFTAR TABEL Tabel 1.1: Fokus dan Prioritas Program KKN 058 INTEGRITAS .................9 Tabel 1.2: Sasaran dan Target Program KKN 058 INTEGRITAS ................ 9 Tabel 1.3: Jadwal Kegiatan Pra KKN-PpMM 2019 ............................................ 12 Tabel 1.4: Jadwal Pelaksanaan Program di Lokasi KKN 058 INTEGRITAS ........................................................................................ 12 Tabel 1.5: Jadwal Laporan dan Evaluasi Program KKN 058 INTEGRITAS ........................................................................................ 14 Tabel 1.6: Rincian Pendanaan KKN 058 INTEGRITAS ................................. 17 Tabel 1.7: Rincian Sumbangan KKN 058 INTEGRITAS ................................18 Tabel 3.1: Letak Geografis Desa Leuwiliang ........................................................ 25 Tabel 3.2: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ................................. 28 Tabel 3.3: Jumlah penduduk berdasarkan usia ...................................................28 Tabel 3.4: Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian ........................ 29 Tabel 3.5: Jumlah penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan ......................30 Tabel 3.6: Sarana pendidikan Desa Leuwiliang .................................................. 31 Tabel 3.7: Sarana kesehatan Desa Leuwiliang .....................................................32 Tabel 3.8: Sarana ibadah dan keagamaan Desa Leuwiliang ............................ 33 Tabel 3.9: Sarana umum dan usaha Desa Leuwiliang ....................................... 34 Tabel 4.1: Matriks SWOT Bidang Pendidikan ................................................... 36 Tabel 4.2: Matriks SWOT Bidang Keagamaan .................................................. 39 Tabel 4.3: Matriks SWOT Bidang Sosial dan Lingkungan ............................. 41 Tabel 4.4: Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Mengajar di Sekolah ......... 44 Tabel 4.5: Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Bimbingan Belajar .............. 46 Tabel 4.6: Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Taman Baca ......................... 47 Tabel 4.7: Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Seminar Keindonesiaan ......................................................................................... 49 Tabel 4.8: Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Seminar Cuci Tangan Bersih ......................................................................................................... 51 Tabel 4.9: Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Seminar Anti Narkoba ......52 Tabel 4.10: Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Senam Pagi ......................... 54 Tabel 4.11: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Revitalisasi Masjid ....................................................................................................... 56 Tabel 4.12: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan LombaKeagamaan ........................................................................................ ........ 57 xii



Tabel 4.13: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Pengajian Rutin ........ 59 Tabel 4.14: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Santunan Anak Yatim .......................................................................................................... 61 Tabel 4.15: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Pembuatan Gapura ....................................................................................................... 63 Tabel 4.16: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Perbaikan Plang TPU ............................................................................................................ 64 Tabel 4.17: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Posyandu .................... 66 Tabel 4.18: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Jum’at Bersih &Kerja Bakti .......................................................................................... 68 Tabel 4.19: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Perayaan 17 Agustus ................................................................................................. 69 Tabel 4.20: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Bank Sampah ........... 71 Tabel 4.21: Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Penanaman Bibit ...... 74



xiii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1.1: Logo KKN 058 INTEGRITAS .......................................................... 5 Gambar 3.1: Peta Kecamatan Leuwiliang ............................................................. 26 Gambar 3.2: Peta Desa Leuwiliang ........................................................................ 26 Gambar 3.3: Lokasi Pengabdian KKN 058 INTEGRITAS ............................. 27 Gambar 3.4: SD Negeri Leuwiliang 05 ..................................................................32 Gambar 3.5: Majelis Ta’lim. Parung Panjang Lebak........................................... 33 Gambar 3.6: Masjid Jami Fatimah Az-Zahro ...................................................... 34 Gambar 3.7: Lapangan Olahraga Desa Leuwiliang ............................................ 35 Gambar 4.1: Kegiatan Mengajar di Sekolah .........................................................46 Gambar 4.2: Kegiatan Bimbingan Belajar ............................................................ 47 Gambar 4.3: Kegiatan Taman Baca .......................................................................49 Gambar 4.4: Kegiatan Seminar Keindonesiaan ................................................. 50 Gambar 4.5: Kegiatan Seminar Cuci Tangan Bersih ......................................... 52 Gambar 4.6: Kegiatan Seminar Anti Narkoba .................................................... 54 Gambar 4.7: Kegiatan Senam Pagi ........................................................................ 56 Gambar 4.8: Kegiatan Revitalisasi Masjid ..........................................................57 Gambar 4.9: Kegiatan Lomba Keagamaan .......................................................... 59 Gambar 4.10: Kegiatan Pengajian Rutin ............................................................. 61 Gambar 4.11: Kegiatan Santunan Anak Yatim ................................................... 63 Gambar 4.12: Kegiatan Pembuatan Gapura ....................................................... 64 Gambar 4.13: Kegiatan Perbaikan Plang TPU ................................................... 66 Gambar 4.14: Kegiatan Posyandu ......................................................................... 68 Gambar 4.15: Kegiatan Jum’at Bersih & Kerja Bakti ....................................... 69 Gambar 4.16: Kegiatan Perayaan 17 Agustus ......................................................71 Gambar 4.17: Kegiatan Bank Sampah .................................................................. 73 Gambar 4.18: Kegiatan Penanaman Bibit ........................................................... 75



xiv



“Sometimes things aren’t clear right away. That’s where you need to be patient and persevere and see where things lead.” (Sahara Adjie Samudera)



xv



Jalani KKN seperti ibadah, ikhlas dan sepenuh hati (Vika Audina)



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | xvi



TABEL IDENTITAS KELOMPOK



Kode Desa Kelompok Dana J. Mhswa J. Keg. J. Pembangunan Fisik



01.05. 058



: 1/Bogor/Leuwiliang/058 : Leuwiliang : INTEGRITAS : Rp 28.454.000,: 19 Orang : 18 Kegiatan : 3 Pembangunan Pembuatan Gapura Desa Pembuatan Plang TPU Taman Baca “Ruang Literasi Repal”



xvii



Without realizing, thirty days that we’ve been through together past by just like that. And the only thing remind is our memories. (Dian Febriani)



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | xviii



RINGKASAN EKSEKUTIF



Buku ini disusun berdasarkan hasil kegiatan KKN-PpMM di Desa Leuwiliang selama 30 hari. Ada 19 orang mahasiswa yang terlibat di kelompok ini, yang berasal dari 8 Fakultas yang berbeda. Kelompok ini kami namakan INTEGRITAS dengan nomor kelompok 058. Kami dibimbing oleh Ibu Elsy Rahajeng M.TI., beliau adalah dosen Sistem Informatika di Fakultas Sains dan Teknologi. Tidak kurang dari 18 kegiatan yang kami lakukan di Desa Leuwiliang, yang sebagian besar merupakan pelayanan kepada masyarakat dan sebagian kecilmya adalah pemberdayaan. Dengan fokus pada 1 kampung yaitu Kampung Parung Panjang Lebak, kegiatan-kegiatan yang kami lakukan menghabiskan dana sekitar Rp 28.454.000,Dana tersebut kami dapatkan dari iuran anggota kelompok KKN sebesar Rp 1.000.000,- per orang, dana penyertaan Program Pengabdian pada Masyarakat oleh Dosen (PpMD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rp 5.000.000,- dan dari hasil pengumpulan dana maupun donator sebesar Rp 4.454.000,Dari hasil kegiatan yang kami lakukan, terdapat sejumlah keberhasilan yang telah kami raih yaitu: 1. Meningkatnya minat belajar anak-anak usia sekolah di Desa Leuwiliang. 2. Meningkatnya minat membaca anak-anak di Desa Leuwiliang yang difasilitasi dengan Taman Baca. 3. Memberikan Kenyamanan beribadah dengan revitalisasi masjid Desa Leuwiliang. 4. Memperbaharui Desa dengan Gapura desa dan Pembuatan Plang TPU. 5. Para orang tua murid merasa terbantu dengan adanya bimbingan belajar yang kami adakan di posko KKN. 6. Meningkatnya minat warga untuk melestarikan ligkungan dan bertanam. 7. Anak yatim atau piatu di Desa merasa terbantu dengan adanya program santunan anak yatim piatu. 8. Meningkatnya pengetahuan warga mengenai cara mengolah sampah dan cara menjaga kebersihan di dalam keluarga dan masyarakat. 9. Meningkatnya pengetahuan dan kreatifitas anak-anak Desa xix



Leuwiliang. Saat merencanakan dan implementasi kegiatan, terdapat sejumlah kendala yang kami hadapi, antara lain: 1. Kurangnya perhatian atau koordinasi dengan pihak desa, khususnya pejabat tinggi desa 2. Kesulitan dalam mencari dana tambahan untuk kegiatan dan program kerja yang hendakdilaksanakan 3. Partisipasi warga dalam kegiatan yang bersifatseminar Namun, sekalipun demikian, kami pada akhirnya bisa merampungkan sebagian besar rencana kegiatan kami. Adapun kekurangan-kekurangannya adalah: 1. Minimnya penerangan jalan di Desa Leuwiliang 2. Permasalahan sampah yang belum dapat terkelola dengan baik 3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan



xx



Bermimpilah setinggi bintang di langit, setidaknya jika kau terjatuh, maka kau akan jatuh diantara bintang-bintang. (Aulia Eka Yunita)



xxi



CATATAN EDITOR Oleh: Elsy Rahajeng Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmatNya sehingga kita masih menjalankan hidup dengan terus menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan shahabatnya dan umat Islam secara keseluruhan. Semoga kita termasuk golongan umat Islam yang meneladani pribadi beliau yang demikian mulia dan menjadi tokoh panutan bagi kita semua. Kuliah Kerja Nyata Pengabdian pada Masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa kelompok 058 Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah telah dilaksanakan dengan baik. Dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata mahasiswa kelompok 058 di Desa Leuwiliang Kabupaten Bogor diharapkan dapat membawa keuntungan positif terhadap kegiatan pengabdian masyarakat untuk mahasiswa, dosen maupun warga Desa Leuwiliang itu sendiri. Keuntungan itu mungkin bukan materi tetapi secara immateri keuntungan yang didapat mahasiswa adalah mendapatkan kesempatan terjun secara langsung ke masyarakat sebelum mereka terjun secara nyata pada saatnya nanti untuk bekerja dan mengabdikan diri kepada masyarakat di kehidupan mahasiswa di daerahnya masing – masing,. Kegiatan yang telah dilaksanakan memang jauh dari sempurna dan melaksanakan banyak sekali kegiatan dalam 1 bulan tetapi paling tidak mahasiswa mendapatkan pengalaman yang mungkin tidak didapatkan selain di kegiatan Kuliah Kerja Nyata. Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pengabdian pada Masyarakat yang dilaksanakan di Desa Leuwiliang dilaksanakan selama 1 bulan di tahun 2019 dan mahasiswa banyak berintekasi dengan masyarakat, melakukan kegiatan sesuai dengan proposal yang diajukan dan dilaksanakan dengan dana yang minim, tetapi walaupun dana yang ada jumlahnya minim tetapi hal ini tidak menjadi kendala bagi mahasiswa untuk semangat melaksanakan kegiatan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pengabdian pada Masyarakat. Kegiatan KKN kelompok 058INTEGRITAS di Desa Leuwiliang yang luasnya 297 H, yang penduduknya terpadat di antara desa – desa di Kecamatan Leuwiliang yang penduduknya rata – rata berpendidikan Sekolah Menengah dan sebagian kecil mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, desa ini juga memiliki beberapa permasalahan. Permasalahan di Desa Leuwiliang adalah xxii



kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dan menjaga kebersihan desa dan minimnya sarana pendukung pelaksanaan ibadah seperti mushaf Al-Qur’an, mukena, sarung, serta alat-alat kebersihan. Selain mencari sumber permasalahan di Desa Leuwiliang, mahasiswa juga melakukan pemetaan wilayah dan masyarakat. Di mulai dari survei Desa yang didampingi oleh dosen pembimbing, melakukan wawancara dan membuat analisis SWOT sehingga mendapatkan masukan untuk dikelompokkan menurut kontribusinya masing – masing. Setelah melakukan kegiatan dan analisis tersebut maka dibuatlah program kerja yang dilaksanakan selama mahasiswa KKN di Desa Leuwiliang. Kegiatan yang telah dilaksanakan mahasiswa di bidang pendidikan adalah kegiatan mengajar di SD dan TPQ, membangun taman baca, mengadakan seminar penyuluhan narkotika dan zat aditif dan seminar ke-Indonesiaan. Untuk bidang sosial, mahasiswa turut mengadakan acara peringatan HUT RI 17 Agustus, membangun plang desa dan TPU, mengadakan santunan anak yatim dan revitalisasi masjid. Kegiatan lain di bidang lingkungan adalah mengadakan kerja bakti, menegadakan bank sampah, mengelola limbah sampah plastik dan pembuatan biopori. Dan di bidang kesehatan mengadakan posyandu remaja. Pada pendanaan kegiatan KKN ini selain mendapatkan dana dari PPM, bantuan dana juga didapat dari donator dan mendapat sumbagan berupa mushaf Alquran sebanyak 38 buah. Dalam kegiatan mengabdikan diri kepada masyarakat metode pengabdian yang digunakan yaitu dua jenis pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pedekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah.AssetBasedCommunity Development (pendekatan berbasis asset) adalah suatu konsep pengembangan yang didasarkan pada aset lokal yang terdapat di suatu wilayah. Metode lainnya yaitu model pembelajaran berbasis masalah, yang merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Pembelajaran di dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Berdasarkan hasil dari laporan KKN mahasiswa, maka ada catatan yang perlu diperhatikan mengenai data keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian. Ada beberapa mata pencaharian yang belum terdata seperti profesi tukang, peternak, buruh ternak, pengemudi ojek, dokter, bidan, perawat, artis/seniman, dukun/paranormal, dan wartawan. Demikian pula data tentang prasarana pendidikan seperti belum terdatanya Raudhatul Athfal, TPA (Taman Pendidikan Al Quran, Kelompok xxiii



Belajar/Playgroup, SLTP, Paket A dan Paket B. Demikian juga Sarana kesehatan seperti rumah persalinan belum terdata sehingga belum dapat secara lengkap menggambarkan keadaan Desa Leuwiliang. Demikian pula belum terdatanya majelis ta’lim, gereja dan vihara. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Kelompok INTEGRITAS 058 telah menyelesaikan kegiatan KKN dengan berbagai program kerja yang walaupun keadaannya serba minim fasilitas tetapi ternyata mahasiswa telah membuktikan bahwa dana yang ada dpaat dimanfaatkan sebaik mungkin dalam menjalankan kegiatan atau program yang telah direncanakan dan terwujud dalam hasil nyata dan dapat dinikmati oleh masyarakat walaupun banyak kekurangan. Tetapi kekurangan itu hendaknya menjadi cambuk untuk kelompok tahun mendatang agar lebih baik lagi dan dapat membuat rencana yang dapat ditindaklanjuti dan tidak berhenti saat KKN berakhir. Akhir kata, Tak Ada Gading yang Tak Retak, semoga apa yang kita lakukan bersama mendapat Ridho Allah SWT dan menjadi jalan untuk melakukan kegiatan positif dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi di masa mendatang. Akhirul kalam, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan saya ucapkan terima kasih kepada mahasiswa yang telah bekerja keras untuk mewujudkan keberhasilan kegiatan KKN ini dan pihak donatur yang telah turut membantu untuk kelancaran kegiatan pada tahun 2019 ini di Desa Leuwiliang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Wassalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Ciputat, November 2019 Dosen Pembimbing KKN UIN Jakarta



Elsy Rahajeng, M.Ti.



xxiv



“The best and most beautiful things in the world can not be seen or even touched they must be felt with the heart.” (HelenKeller)



xxv



BAGIAN 1: DOKUMENTASI HASIL KEGIATAN



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | xxvi



BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan para ulama-ulama yang Insyaa Allah selalu dalam jalan menuju Ridho-Nya. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan sebuah wadah pendidikan yang menghasilkan lulusan dengan wawasan yang luas baik secara teori maupun lapangan, serta mampu mengintegrasikan aspek-aspek ilmu dan keislaman sesuai dengan visi-misi yang dijunjung oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan penerus bangsa yang mampu mengintegrasikan sains dan teknologi yang seimbang, dengan aspek keislaman sehingga dapat bersaing secara kompetitif di era globalisasi saat ini dan masa yang akan datang. Dengan adanya program KKN, Mahasiswa akan berperan aktif dalam perbaikan, pembangunan, serta pengembangan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Melihat adanya krisis multidimensional yang sedang melanda Indonesia saat ini, maka sangat diperlukan peran semua kalangan secara kumulatif dalam membangun mutu insani yang seimbang serta mampu mengintegrasikan kecerdasan intelektual dan spiritual. Selama program ini berlangsung, mahasiswa diharapkan dapat membantu, menganalisis, dan mengevaluasi keadaan sosio-kultural serta religius terhadap masyarakat dengan tujuan memberikan terobosan yang cerdas dalam memaksimalkan sumber daya yang ada. Hal ini merupakan salah satu hal yang diharapkan dalam perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara selaras, dan langsung kepada masyarakat ekstrakampus.



3



B. Kondisi Umum Desa Leuwiliang Lokasi KKN 058 INTEGRITAS terletak di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah sekamir 297 Ha. Secara keseluruhan, lingkungan ini terdiri dari 13 RW dengan 42 RT, yang terdiri dari 6000 Kepala Keluarga atau 17.050 orang. Desa Leuwiliang merupakan desa terpadat diantara desa-desa yang ada di Kecamatan Leuwiliang, yang terletak di dataran tinggi dan dikelilingi perbukitan serta dilalui sungai. Desa Leuwiliang merupakan pusar dari beberapa desa lainnya yang berada di Kecamatan Leuwiliang karena di desa ini terdapat kantor kecamatan, terminal, rumah sakit, dan Pasar Leuwiliang. Mayoritas pekerjaan masyarakat sekitar adalah pedagang, petani, dan Pegawai Negeri Sipil atau pegawai kantor. Fasilitas pendidikan berupa sekolah juga terdapat di desa ini, dengan adanya 7 Sekolah Dasar Negeri (SDN), 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 1 Sekolah Menengah Atas (SMA). Rata-rata pendidikan masyarakat sampai dengan jenjang Sekolah Menengah Pertama, dan hanya sebagian kecil yang sampai pada Perguruan Tinggi. Mayoritas agama masyarakat sekitar yaitu Islam, yang dibuktikan dengan adanya masjid dan musholla yang terletak di berbagai kampung di Desa Leuwiliang, juga adanya pesantren-pesantren salaf. Kondisi geografis, ekonomi, pendidikan, dan Agama di Desa Leuwiliang yang mendukung menjadikan KKN 058 INTEGRITAS dan masyarakat Leuwiliang ingin lebih mengembangkannya. Disamping mencari ilmu, kami berharap untuk mendapatkan peluang dalam melakukan pengabdian terhadap masyarakat serta pengembangan baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan Agama. C. Permasalahan Utama Desa Masalah merupakan suatu hal yang janggal atau tidak berjalan sebagaimana mestinya, dan biasanya cenderung merugikan. Berdasarkan kondisi umum tempat KKN diatas, serta hasil survei kami, kami menemukan beberapa masalah, diantaranya di bidang lingkungan dan keagamaan. 1. Bidang Lingkungan Masyarakat Desa Leuwiliang dalam menjaga kebersihan lingkungan masih kurang kesadarannya, terbukti masih banyaknya masyarakat Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 4



yang membuang sampah di sungai, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan dan tentunya pemandangan yang tak indah. 2. Bidang Keagamaan Kondisi dari beberapa tempat ibadah di Desa Leuwiliang adalah minimnya sarana pendukung pelaksanaan ibadah seperti mushaf AlQur’an, mukena, sarung, serta alat-alat kebersihan. D. Profil Kelompok KKN-PpMM058INTEGRITAS Kelompok KKN 058 menamai dirinya sebagai KKN INTEGRITAS . KKN INTEGRITAS merupakan salah satu kelompok KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terbentuk dari beberapa mahasiswa lintas fakultas yang terhimpun dalam satu kelompok yang memiliki visi dan tujuan yang sama. Adapun kata Gambar 1.1: Logo KKN INTEGRITAS itu sendiri merupakan 058 Integritas sebuah singkatan dari intelektual, terpadu, gesit, religius, serta berkualitas. Yang diharapkan dari penamaan kelompok diharapkan dari penamaan kelompok ini adalah kinerja yang kami lakukan sesuai dengan identitas kelompok kami yang kami dedikasikan untuk orang tua, almamater, masyarakat, agama, serta negara. Kelompok KKN INTEGRITAS ini terdiri dari 19 mahasiswa/i, yaitu: Yoga Dwi Septian, mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum. Ia memiliki kompetensi akademik di bidang Hukum maupun keagamaan. Disisi lain ia juga memiliki keterampilan dalam memasak, berdagang, dan memiliki tingkat sosial yang tinggi. Ia merupakan Ketua Kelompok KKN 058 INTEGRITAS . Helen Sagita, mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Kompetensi akademiknya adalah kajian seputar ilmu komunikasi umum, komunikasi islam dan kajian media baru. Adapun kompetensi keahliannya adalah PublicSpeaking, dan relasi publik. Ia menjabat sebagai Sekretaris I di Kelompok KKN 058 INTEGRITAS . Sarah Anggita, mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi, UIN Syarif 5



Hidayatullah Jakarta. Ia memiliki kompetensi akademik di bidang komunikasi, terutama di bidang broadcasting (penyiaran), ia menguasai beberapa teknik dalam pengambilan gambar menggunakan kamera ENG maupun EFP. Ia juga memiliki kompetensi keahlian dalam penulisan script/ naskah. Ia menjabat sebagai Sekretaris II di Kelompok KKN 058 INTEGRITAS . Lutfiatus Saadah, mahasiswi Jurusan Agribisnis dari Fakultas Sains dan Teknologi, jabatannya dalam kelompok KKN 058 INTEGRITAS adalah Bendahara I. Aulia Eka Yunita, mahasiswi Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia memiliki kompetensi akademik di bidang ekonomi, khususnya di bidang akuntansi dan keuangan. Selain itu juga berkompeten dalam mengatur keuangan. Ia menjabat sebagai Bendahara II di Kelompok KKN 058 INTEGRITAS . Rio Prabowo Suryadi Putro, mahasiswa Jurusan Akuntansi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, posisinya dalam kelompok KKN 058 INTEGRITAS adalah koordinator divisi humas. Alifah Sarah Widad Rahmani, mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Posisinya dalam kelompok KKN 058 INTEGRITAS adalah anggota divisi humas. Dian Febriani, mahasisiwiJurusan Ilmu Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum. Ia memiliki kompetensi akademik pada bidang hukum dan bahasa terutama Bahasa Inggris. Selain itu, ia juga berkompeten pada bidang keterampilan seperti membuat kerajinan tangan, dan menjahit. Posisi dia di KKN 058 INTEGRITAS adalah koordinator divisi acara. Vika Audina, mahasiswi Jurusan Kimia dari Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jabatannya dalam kelompok KKN 058 INTEGRITAS adalah anggota divisi acara. Syaiful Archam, mahasiswa Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Jakarta. Ia memiliki kompetensi akademik berupa penelitian dan riset dalam melihat fenomena sosial di masyarakat. Ia juga memiliki kemampuan di bidang non akademik yaitu olahraga seperti futsal, sepakbola, dan bulutangkis. Tak hanya itu, ia juga Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 6



memiliki keterampilan dalam memasak. Ia merupakan anggota divisi acara dalam kelompok KKN 058 INTEGRITAS . Rizkiyana Syabania, mahasiswi Jurusan Pendidikan IPS di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Ia memiliki kompetensi akademik pada bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terutama bidang Ekonomi. Selain itu ia juga berkompeten pada jenis-jenis keterampilan seperti: pembuatan karya seni berupa bucketsnack. Posisi dia saat ini adalah koordinator divisi konsumsi. Nurhilalliyah, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora di UIN Syarif Hidayatullah. Ia memiliki kompetensi akademik pada bidang Sastra Inggris terutama ketertarikannya dalam dunia literasi. Pendidikan menengahnya ia tempuh di SMK Nusantara 1 Ciputat dengan Jurusan Multimedia. Ia juga berkompetensi pada jenisjenis keterampilan berupa: jahit-menjahit, dekorasi dengan pernakpernik, dan sebagainya. Posisinya dalam kelompok KKN adalah anggota divisi konsumsi. Saidah, mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia memiliki kompetensi akademik pada bidang Pendidikan Agama Islam, terutama dalam hal mengajar. Selain itu ia juga berkompeten pada jenisjenis keterampilan seperti: menyanyi, memasak, dan membuat dekorasi untuk kelas. Posisi ia saat ini adalah divisi konsumsi. Sahara Adjie Samudera, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Kompetensi akademiknya adalah pembelajaran agama Islam di sekolah/madrasah, kurikulum, media dan perencanaan pembelajaran. Adapun kompetensi keterampilannya adalah desain grafis, fotografi, dan videografi. Ia menjabat sebagai koordinator divisi pubdekdok dalam Kelompok KKN 058 INTEGRITAS . Shidqi Akram Hauzan, mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Jakarta. Ia adalah salah satu anggota kelompok 58 KKN INTEGRITASUIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berposisi sebagai anggota divisi publikasi dan dokumentasi. Ia memiliki kompentensi di bidang fotografi yang membuatnya menjadi anggota divisi publikasi dan dokumentasi. Laili Azzumar, mahasiswi Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7



Ia memiliki kompetensi akademik dibidang Ilmu Perpustakaan dan Media Pembelajaran. Sejalan dengan kompetensi akademiknya, ia juga berkompeten pada keterampilan desain, pembuatan media pembelajaran, serta berbagai kerajinan tangan yang bernilai seni. Posisi dia pada saat KKN adalah sebagai anggota divisi Pubdekdok. Abdullah Kafabihi, mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin, UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Ia merupakan salah satu dari anggota kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 058 INTEGRITASyang menjabat sebagai koordinator divisi perlengkapan. Ia memiliki kompetensi akademik di bidang agama. Selain itu, ia juga memiliki keterampilan dalam membuat kerajinan tangan. Posisinya di kelompok KKN 058 INTEGRITASadalah koordinator divisi perlengkapan Novi Laila Athiyah, mahasiswi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta. Ia adalah salah satu anggota kelompok KKN 058 INTEGRITASUIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berposisi sebagai anggota divisi perlengkapan. Ia memiliki kompetensi akademik di bidang pendidikan keagamaan, khususnya bidang kajian ilmu Al-Qur’an. Selain itu ia juga berkompeten dalam menjadi pembaca sari tilawah di kelompok KKN-nya. Rosyid Abdul Majid, mahasiswa Jurusan Sejarah dan Peradaban islam dari Fakultas Adab dan Humaniora, posisinya dalam KKN 058 INTEGRITAS adalah anggota divisi perlengkapan. E. Fokus dan Prioritas Program Berdasarkan hasil pengamatan dan memperhitungkan kemampuan yang dimiliki anggota kelompok KKN 058 INTEGRITAS , maka kami akan memfokuskan kegiatan KKN selama 1 (satu) bulan ini pada bidang-bidang berikut:



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 8



Tabel 1.1: Fokus dan Prioritas Program KKN 058 INTEGRITAS Fokus Permasalahan



Prioritas Program dan Kegiatan



Masyarakat Cerdas ✓ Kegiatan Belajar Mengajar di SD dan TPQ Bidang Pendidikan ✓ Pembangunan Taman Baca ✓ Seminar Peyuluhan Narkotika dan Zat Adiktif ✓ Seminar Ke-Indonesiaan Leuwiliang Bersahaja ✓ Peringatan HUT RI 17 Agustus Bidang Sosial ✓ Pembangunan Plang Desa dan TPU ✓ Pengadaan Santunan Anak Yatim ✓ Pembangunan Revitalisasi Masjid Leuwiliang Peduli ✓ Kerja Bakti Bidang Lingkungan ✓ Pengadaan Bank Sampah ✓ Pengelolaan Limbah Sampah Plastik ✓ Pembuatan Biopori Leuwiliang Sehat Bidang Kesehatan ✓ Pengadaan Posyandu Remaja F. Sasaran dan Target Program Selain menentukan fokus dan prioritas program, kami juga merancang sasaran dan target yang akan kami tuju dalam pelaksanaan KKN-PpMM kali ini. Sasaran dan target tersebut di antaranya: Tabel 1.2: Sasaran dan Target Program KKN 058 INTEGRITAS No. Kegiatan Sasaran Target 7 guru SDN Leuwiliang 05 Guru-guru di dan 2 guru Kegiatan Belajar SDN 1. PAUD terbantu Mengajar di SD dan TPQ Leuwiliang 05 dalam kegiatan dan PAUD belajar mengajar.



9



2.



Pembangunan Taman Baca



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



3.



Seminar Peyuluhan Narkotika dan Zat Adiktif



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



Seminar Ke-Indonesiaan



Siswa-siswi SDN Leuwiliang 05



Peringatan HUT RI 17 Agustus



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



4.



5.



6.



7.



8.



Pembangunan Plang Desa dan TPU



Warga Pendatang



Pengadaan Santunan Anak Yatim



Anak Yatim di Kampung Parung Panjang Lebak



Pembangunan Revitalisasi Masjid



Pengurus DKM Masjid Kampung Parung Panjang Lebak



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 10



1 rak buku besar dan 50 buah buku di tempatkan di pos REPAL 15 warga Kampung Parung Panjang Lebak mengikuti penyuluhan anti narkoba 40 siswa-siswi SDN Leuwiliang 05 100 warga Kampung Parung Panjang Lebak terbantu dalam penyelenggaraa n peringatan HUT RI 1 buah gapura penanda desa dan 1 buah plang penanda TPU. 11 anak yatim piatu terbantu dalam mewujudkan keperdulian. 1 alat pel, 1 kipas angin, 4 pasang sandal jepit, 2 buah mukena,



9.



10.



11.



12.



13.



Kerja Bakti



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



Pengadaan Bank Sampah



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



Pengelolaan Limbah Sampah Plastik



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



Pembuatan Biopori dan Pemberian bibit pohon



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



Pengadaan Posyandu Remaja



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



dan 2 buah AlQur'an. 50 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak berpartisipasi dalam kerja bakti membersihkan lingkungan 15 orang warga berpartisipasi dalam kegiatan bank sampah. 15 orang warga rutin mengelola sampah plastik setiap sebulan sekali. 1000 bibit pohon sengon, 500 bibit jambu biji, dan 100 bibit tanaman hias diberikan ke warga Parung Panjang Lebak. 2 orang kader posyandu terbantu dalam memberikan layanan kepada ibu & balita di Desa Leuwiliang



11



G. Jadwal Pelaksanaan Program Di sini kami paparkan jadwal kegiatan yang kami lakukan selama pelaksanaan KKN, baik itu yang pertama: masa pra KKN PpMM, kedua: masa kegiatan KKN secara langsung di Desa Leuwiliang, dan yang terakhir laporan serta evaluasi program yang sudah kita laksanakan. 1. Pra KKN-PpMM 2019 (Maret-Juli 2019) Tabel 1.3: Jadwal Kegiatan Pra KKN-PpMM 2019 No.



Kegiatan



Waktu



1.



Pendaftaran KKN PpMM 2019



25 Maret – 10 April 2019



2.



Penetapan kelompok dan lokasi



15 April 2019



3. 4.



Penentuan dosen pembimbing lapangan Pembekalan peserta KKN PpMM 2019



16 April 2019 1 – 5 Mei 2019



5.



Survei lokasi



6 – 20 Mei 2019



6.



Penyusunan proposal



10 – 20 Mei 2019



7.



Pelepasan peserta KKN PpMM 2019



22 Juli 2019



2. Pelaksanaan Program di Lokasi KKN (Juli-Agustus 2019) Tabel 1.4: Jadwal Pelaksanaan Program di Lokasi KKN 058 INTEGRITAS No. Hari, Tanggal Kegiatan 1. Selasa, 23 Juli 2019 Opening/Pembukaan 2. Rabu, 24 Juli 2019 Sillaturahim 3. Kamis, 25 Juli 2019 Sillaturahim Jumatbersih, Shalawatnariyah 4. Jum’at, 26 Juli 2019 ibu-ibu Pengajian ibu-ibu, Pembuatan 5. Sabtu, 27 Juli 2019 Plang TPU Senamsehatbahagia, Pengajian 6. Minggu, 28 Juli 2019 rutin Remaja



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 12



7.



Senin, 29 Juli 2019



8.



Selasa, 30 Juli 2019



9.



Rabu, 31 Juli 2019



10. 11. 12.



Kamis, 1 Agustus 2019 Jum’at, 2 Agustus 2019 Sabtu, 3 Agustus 2019



13.



Minggu, 4 Agustus 2019



14. 15. 16.



Senin, 5 Agustus 2019 Selasa, 6 Agustus 2019 Rabu, 7 Agustus 2019



17.



Kamis, 8 Agustus 2019



18.



Jum’at, 9 Agustus 2019



19.



Sabtu, 10 Agustus 2019



20. 21. 22. 23.



Minggu, 11 Agustus 2019 Senin, 12 Agustus 2019 Selasa, 13 Agustus 2019 Rabu, 14 Agustus 2019



24.



Kamis, 15 Agustus 2019



25. 26. 27.



Jum’at, 16 Agustus 2019 Sabtu, 17 Agustus 2019 Minggu, 18 Agustus 2019



28.



Senin, 19 Agustus 2019



29. 30. 31. 32.



Selasa, 20 Agustus 2019 Rabu, 21 Agustus 2019 Kamis, 22 Agustus 2019 Jum’at, 23 Agustus



Bimbingan Belajar, pengajian rutin bapak-bapak Mengajar Mengaji anak kecil dan remaja Bimbingan Belajar, Seminar Keindonesiaan Mengajar Mengaji anak kecil, Jum’at Bersih Taman Baca , Biopori Senam Sehat, Pembuatan Plang Desa, Pengajian rutin remaja Pengajian rutin Bapak-Bapak Mengajar Mengaji Penyuluhan Anti Narkoba Persiapan perayaan hari raya Iduladha dan Lomba Keagamaan Revitalisasi Masjid, Bank Sampah Posyandu Remaja, Lomba Keagamaan Perayaan Hari Raya Idul Adha Bimbingan Belajar Bank Sampah, Taman baca Bimbingan Belajar Mengajar Mengaji anak kecil dan remaja , Persiapan Perayaan HUT RI Perayaan Hut RI Istirahat Santunan Anak Yatim, Pengajian Bapak-bapak Mengajar Mengaji Bimbingan Belajar Persiapan Penutupan Penutupan KKN



3. Laporan dan Evaluasi Program (September-Desember 2019) 13



Tabel 1.5: Jadwal Laporan dan Evaluasi Program KKN 058 INTEGRITAS No Kegiatan Waktu Penyusunan buku laporan 2 September – 20 Oktober 1. kegiatan KKN-PpMM 2019 2019 Penyelesaian dan pengunggahan 2 September – 20 Oktober 2. film dokumenter 2019 Pengesahan dan penerbitan 3. 5 November 2019 buku laporan 4. Pengiriman buku laporan 22 November 2019 H. Pendekatan Dalam mengabdikan diri kepada masyarakat terdapat dua jenis pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pedekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah. Kami dari kelompok KKN 058 INTEGRITAS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan kedua pendekatan tersebut diatas dalam melihat kondisi masyarakat Desa Leuwiliang. 1. Pendekatan Berbasis Aset Asset Based Community Development adalah suatu konsep pengembangan yang didasarkan pada aset lokal yang terdapat di suatu wilayah. Pengembangan masyarakat merupakan sebuah proses dan hasil, seperti yang terlihat dalam berbagai definisi dari beberapa sumber referensi yang merupakan susunan komponen penting. a. Fokus berbasis tempat, masyarakat dapat dianggap sebagai lingkungan. b. Masyarakat dianggap sumber daya dalam suatu komunitas. c. Peningkatan kualitas hidup. d. Keuangan, ekonomi, lingkungan dan berkelanjutan sosial semakin banyak. e. Pendekatan bersifat universal. Dalam hal ini yang memiliki aset adalah masyarakat kaya, banyak masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat merasakan dan menikmati hal tersebut. ada dua metode pendekatan yaitu, metode pendekatan konvensional dan metode tradisional. Masyarakat hanya mencoba untuk memperbaiki masalah, bukan fokus pada penyebab masalah. Pengembangan masyarakat berbasis aset Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 14



merupakan salah satu pendekatan alternative. Aset adalah saham yang dimiliki, dengan berfokus pada aset maka masyarakat akan melihat ke arah positif. Didalam ekonomi aset bisa berbentuk modal. Didalam masyarakat yaitu, modal fisik, manusia, dan sosial. Modal manusia didefinisikan dengan kemampuan, bakat, dan pengetahuan masyarakat. Semua kalangan menjadi bagian. Modal sosial mengarah pada hubungan masyarakat, kepercayaan sosial, norma dan jaringan sosial. Pentingnya hubungan sosial untuk mobilisasi dan merupakan komponen untuk keberhasilan suatu program. Pengorganisasian masyarakat berfokus pada mobilisasi orangorang dalam komunitas lingkungan. Pengorganisasian masyarakat sering menggunakan pendekatan berorientasi masalah daripada aset. Ada dua strategi dalam pengorganisasian masyarakat yaitu, kampanye aksi sosial dan model pembangunan. Kampanye aksi sosial adalah tindakan langsung sedangkan model pembangunan adalah cara untuk mengatur lokasi masyarakat. Ada beberapa yang berbeda dalam pengorganisasian masyarakat model. Modal Alinsky paling terkenal penyelengaraan kerja sama dengan organisasi di dalam masyarakat untuk mengidentifikasi masalah. Visi adalah suatu metode diantara banyak, seperti pencarian masa depan untuk membangun pandangan jangka panjang ada 2 metode: a. Mengundang masyarakat luas sehingga banyak pendapat dan properti yang diwakili b. Mempersiapkan proses yang bermakna, efektif, dan efisien Berkaitan erat dengan keduanya selama fase perencanaan terdapat tiga tugas dalam perencanaan rencana aksi yaitu pengumpulan data dan analisis penting untuk memahami situasi saat ini. Pemerataan aset bertujuan mengenali ketrampilan, pengetahuan, dan sumber daya dalam masyarakat. Survei masyarakat dapat berguna dalam mengidentifikasi isu-isu mulai dari tahap perencanaan. Sebuah survei memungkinkan berbagai organisasi dalam masyarakat untuk: a. Mengumpulkan informasi b. Tentukan jajaran masalah c. Berikan suara dalam menentukan kebijakan tujuan dan prioritas 15



d. e.



Menentukan dukungan Mengevaluasi program dan kebijakan saat ini Partisipasi masyarakat menentukan masa depan masyarakat, karena dengan partisipasi masyarakat, masyarakat akan berkembang ke arah kemajuan. Jadi, partisipasi masyarakat sangat penting untuk proses pengembangan masyarakat secara keseluruhan. Langkah-langkah dalam pengembangan masyarakat dan pentingnya proses pengembangan tersebut meliputi: Fokus berbasis tempat, masyarakat, dapat dianggap sebagai lingkungan, kota, desa, pinggiran kota, atau kota-kota dimana orang hidup. Peningkatan kulalitas hidup, kualitas hidup dapat merujuk pada aspek ekonomi, sosial, psikologi, fisik dan masyarakat. 2.



Pendekatan Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real life). a. Kelebihan Problem BasedLearning (Model Pembelajaran Berbasis Masalah) 1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan. 2) Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa mengitegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. 3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. b. Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran Konsep Dasar (Basic Concept)



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 16



Guru atau fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran. Langka-langkah Operasional dalam Proses Pemeebalajarandiantaranya: 1) Pendefinisian Masalah (Definingthe Problem) 2) Pembelajaran Mandiri (SelfLearning) 3) Tahap Investigasi (Investigation) 4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge) 5) Penilaian (Assessment) I. Pendanaan dan Sumbangan 1. Pendanaan Demi mendukung kelancaran program dan kegiatan yang akan dilaksanakan, kami memperoleh dana dari PPM yang diberikan melalui perantara dosen pembimbing KKN, kontribusi mahasiswa anggota KKN serta pengumpulan dana yang kami lakukan dengan cara berjualan selama persiapan pra KKN PpMM dengan rincian sebagai berikut. Tabel 1.6: Rincian Pendanaan KKN 058 INTEGRITAS No.



Uraian Asal Dana



Jumlah



1



Dana Penyertaan Program Pengabdian Mayarakat oleh Dosen (PpMD 2019)



Rp 5.000.000,-



2



Kontribusi Mahasiswa Anggota Kelompok @Rp 1.000.000,-



Rp 19.000.000,-



3



Hasil Pengumpulan Dana



Rp 404.000,-



TOTAL



Rp 24.404.000,-



2. Sumbangan Tabel 1.7: Rincian Sumbangan KKN 058 INTEGRITAS No.



Uraian Asal Dana



Jumlah



17



1



Donatur



Rp 4.050.000,-



2



Sumbangan dari Askar Kauny



38 Mushaf Al-Qur’an



J. Sistematika Penyusunan Buku ini disusun dalam delapan bagian. Bagian yang pertama adalah Prolog. Prolog berisi refleksi dosen pembimbing selaku editor buku dalammelihat pelaksanaan KKN-PpMM tahun 2018. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi para pihak terkait agar program KKN selanjutnya menjadi lebih baik. Bagian berikutnya adalah Bab I, Pendahuluan. Bagian ini berisi gambaran umum tentang pelaksanaan KKN-PpMM. Bagian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan kepada para pembaca tentang alasan mengapa kelompok KKN INTEGRITAS melaksanakan kegiatan pengabdian di Desa Leuwiliang. Bagian ini juga menjelaskan profil dan kompetensi yang dimiliki anggota kelompok KKN INTEGRITAS untuk melakukan pengabdian di desa ini sasaran dan target. Selain itu, bagian ini juga menguraikan jadwal pelaksanaan program KKNPpMM serta pendanaannya. Bagian selanjutnya adalah Bab II, Metode Pengabdian. Bagianini menjelaskan kerangka teoretis, pendekatan yang digunakan, pemetaan wilayah dan masyarakat, penyisunan program serta setrategi implementasi program kerja atas pelaksanaan KKNPpMM di DesaLeuwiliang . Bagian ini bertujuan untuk menyajikan kepada para pembaca tentang metode dan pendekatan yang digunakan kelompok KKN INTEGRITAS dalam melaksanakan pengabdian di Desa Leuwiliang . Bagian selanjutnya adalah Bab III, Kondisi Wilayah Desa Leuwiliang. Bagian ini memuat secara ringkas sejarah singkat, letak geografis, struktur penduduk, serta sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Leuwiliang. Bagian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang profil Desa Leuwiliang , mulai dari kondisi geografis, struktur penduduk, hingga sarana dan prasarana yang ada di Desa Leuwiliang. Bagian berikutnya adalah Bab IV, Deskripsi Hasil Pelayanan dan Pengabdian. Bagian ini memuat Basis Pelaksanaan Program, Bentuk dan Hasil Kegiatan Pelayanan pada Masyarakat, serta Bentuk Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 18



dan Hasil Kegiatan Pemberdayaan pada Masyarakat dan FaktorFaktor Pencapaian Hasil. Bagian ini bertujuan untuk memberikan argumentasi pemecahan masalah yang kami temui di Desa Leuwiliang dalam bentuk matriks analisis SWOT. Selain itu, bagian ini juga memberikan narasi tentang faktor pendorong serta penghambat program dan kegiatan yang kami laksanakan di Desa Leuwiliang. Bagian selanjutnya adalah Bab V, Penutup. Bagian ini terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi dari pelaksanaan KKN-PpMM di Desa Leuwiliang . Bagian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang hasil usulan program pemecahan masalah yang dicantumkan di Bab I, baik yang mengindikasikan keberhasilan atau ketidakberhasilan secara umum pelaksanaan KKN-PpMM di Desa Leuwiliang. Selain itu, bagianini juga memuat rekomendasi bagi pihak-pihak terkait demi tercapainya kehidupan di Desa Leuwiliang yang lebih baik. Bagian berikutnya adalah bab VI yang memuat tentang penggalan Kisah Inspiratif. Berisi kumpulan laporan individu peserta KKN-PpMM INTEGRITAS yang disusun secara alfabetis berdasarkan nama anggota. Bagian paling akhir dari buku laporan hasil KKN-PpMM ini adalah Kesan Warga desa selaku objek sekaligus subjek dari pelaksanaan KKN di Desa Leuwiliang . Bagian ini menyajikan kesan dan pesan dari Tokoh Masyarakat Desa Leuwiliang, Warga desa, Remaja dan Anak-Anak. Berisi wawancara dengan sejumlah warga terkait pesan mereka.1



1 Eva Nugraha, Panduan Penyusunan Buku Laporan Hasil KKN-PpMM 2017 (Ciputat: Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, 2017), H.16



19



BAB II METODE PENGABDIAN A. Pemetaan Wilayah dan Masyarakat Pemetaan adalah pengelompokan suatu wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayahyang meliputi dataran tinggi pegunungan, sumber daya, dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memiliki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat. Pengertian lain tentang pemetaan yaitu sebuah tahapan yang harus dilakukan dalam pebuatan data, dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta. Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penetapan lokasi KKN di lakukan oleh pihak PPM yang diumumkan beberapa hari setelah pembagian kelompok KKN-PpMM. Kelompok KKN 058 diamanahkan untuk mengabdi di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sebagai mahasiswa peserta KKN-PpMM 2019, kami harus menentukan skala prioritas program berdasarkan kondisi wilayah dan masyarakatnya. Agar memperoleh hasil yang maksimal dan lebih mengenal kondisi wilayah dan masyarakat setempat, kami melakukan pemetaan menggunakan beberapa teknik, yaitu : 1. Survei Desa Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif, survei yang dilakukan dalam melakukan penelitian itu biasanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui: siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survei lazim dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka. Dengan melakukan survei kami memiliki beberapa tujuan, antara lain: a. Mengetahui lokasi desa tersebut b. Mengetahui masalah yang ada didesa tersebut c. Memiliki gambaran untuk apa yang dilakukan d. Memilih tempat tinggal yang sesuai untuk semua program nantinya



20



e.



Melakukan sosialisasi ke warga akan ada KKN dari UIN Jakarta di sini. Sebelum pelaksanaan KKN, kami melakukan survei ke desa lokasi kami KKN sebanyak 5 kali. Melalui survei ini kami berusaha mengumpulkan dan mendokumentasikan berbagai informasi penting yang berkenaan dengan desa tersebut. Pertama, kami mengunjungi Kantor Desa Leuwiliang untuk menginformasikan sekaligus meminta izin akan melakukan kegiatan KKN di Desa Leuwiliang dan untuk mencari informasi atau data terkait desa sekaligus meminta izin untuk melakukan kegiatan KKN di sana. Setelah itu kami ke rumah pengurus Kampung Parung Panjang Lebak untuk mencari informasi melalui keterangan dari masyarakat setempat (wawancara), dokumen, literatur, hasil kajian, maupun pengamatan langsung. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Pewawancara disebut sebagai interviewer dan orang yang diwawancarai disebut sebagai interviewee. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber. AnkurGarg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi. 3. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisis SWOT pertama kali di perkenalkan oleh Albert S. Humphrey pada tahun 1960-an dalam memimpin proyek riset di Stanford ResearchInstitute yang menggunakan data dari perusahaanperusahaan Fortune 500. 21



Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi. SWOT adalah singkatan dari: • S = Strength (kekuatan) • W = Weaknesses (kelemahan) • O = Opportunities (Peluang) • T = Threats (hambatan) Sebagaimana sebuah metode pada umumnya, analisa SWOT bukan sebuah jawaban pasti yang mampu memberikan solusi pada setiap masalah yang sedang dihadapi, namun minimal akan memecahkan persoalan yang ada dengan mengurainya menjadi bagian-bagian kecil yang akan lebih tampak sederhana. Karenanya kami kelompok KKN 058 memilih menggunakannya dalam pemetaan wilayah dan masyarakat Desa Kampung Parung Panjang Lebak. B. Penyusunan Program Sebelum melaksanakan kegiatan KKN, hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah menyusun program kerja selama sebulan pelaksanaan KKN. Program kerja haruslah terstruktur dan tepat sasaran agar pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) berjalan dengan lancar. Adapun tiga tahapan dalam penyusunan program KKN ialah: 1. Tahap Penyusunan Program; 2. Tahap Penyusunan Kegiatan; dan 3. Tahap Rekapitulasi Program dan Kegiatan. Langkah pertama dalam penyusunan program pelaksanaan KKN adalah mengidentifikasi visi, misi, dan sasaran strategis KKN. Dalam langkah ini, kelompok KKN terlebih dahulu menentukan visi, misi, dan sasaran strategis selama KKN berlangsung. Visi, misi, dan sasaran strategis ini harus disesuaikan dengan visi, misi, dan sasaran desa lokasi KKN, tidak boleh melenceng dari visi, misi, dan sasaran strategis desa, karena akan menyebabkan kegagalan program. Langkah kedua adalah Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 22



mengidentifikasi sebab dan akibat. Selanjutnya penyusunan indikator kinerja program, dan yang terakhir tahap penamaan program. Pada tahapan penyusunan kegiatan, langkah yang diambil adalah penyusunan indikator kinerja kegiatan (output) dan setelah itu, penamaan kegiatan. Dalam proses penyusunan program, program kerja yang dihasilkan adalah pemberdayaan masyarakat dalam 4 kategori, yaitu: 1. Kegiatan dalam Bidang Pendidikan. 2. Kegiatan dalam Bidang Agama. 3. Kegiatan dalam Bidang Sosial dan Lingkungan. 4. Kegiatan dalam Bidang Kesehatan dan Ekonomi. C. Strategi Implementasi Program dan Kegiatan 1. Memaksimalkan aset individu, kelompok dan masyarakat. • Melaksanakan program wakaf mushaf Al-Qur’an, mukena, kipas angin, dan buku 2. Menggunakan pihak ketiga • Menggunakan staf desa • Menggunakan warga Desa Leuwiliang 3. Bila ada permasalahan, dapat diimplementasikan • Keterbatasan dana kelompok KKN 058, kelompok KKN INTEGRITAS mengadakan penjualan baju layak pakai. • Sulitnya bertemu dengan bapak Kepala Desa (Kades), kelompok KKN INTEGRITAS mencoba mengundang beliau di berbagai kegiatan tetapi selalu ada kesibukkan yang harus didahulukan.



23



BAB III KONDISI DESA LEUWILIANG KECAMATANLEUWILIANG A. Sejarah Singkat Desa Leuwiliang Leuwiliang adalah nama daerah di Bogor Barat. Letak Leuwiliang bertetangga dengan Kec. Cemplang dan Kec. Leuwisadeng. Nama Leuwiliang berasal dari kata “leuwi” dan “liang”, leuwi yang artinya sungai yang sangat dalam tetapi tidak mengalir, sedangkan liang artinya lubang. Jadi Leuwiliang berarti sebuah daerah yang di dalamnya terdapat lubang yang menghubungkan ke daerah lain. Desa Leuwiliang adalah salah satu Desa diwilayah Kecamatan Leuwiliang, dengan luas wilayah 297 Ha. Desa ini merupakan ibu kota Kecamatan Leuwiliang. 2 Jika dilihat dari wilayahnya, Desa Leuwiliang merupakan tempat yang strategis, nyaman, dan aman. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya akses dari desa / kota lainnya di kabupaten Bogor dan memiliki fasilitas yang terbilang memadai. Menurut sejarah yang tercatat, Desa Leuwiliang telah berdiri pada tahun 1960, Pemerintahan Desa Leuwiliangdikepalai oleh seorang Kepala Desa. Sejak didirikannya, Desa Leuwiliang telah dipimpin oleh banyak kepala desa di antaranya: R.A. Hidayat (1960), Dayot (1974), H.E.Muhali (1984), HS. Sukarn (1998), Yanto Suyanto (2013), dan Ivan Pramudia (2018 sampai dengan sekarang). Desa Leuwiliang merupakan pusat dari beberapa desa lainnya yang ada di Kecamatan Leuwiliang, karena di desa ini terdapat kantor kecamatan, terminal dan pasar Leuwiliang. Mayoritas pekerjaan masyarakat Leuwiliang adalah pedagang, sebagian lagi petani dan PNS/ pegawai kantor. Kesadaran akan pendidikan di Desa Leuwiliang cukup tinggi dibanding desa-desa lain yang ada di Kecamatan Leuwiliang, dibuktikan dengan adanya 7 SD Negeri, 3 Madrasah Ibtidaiyah, 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 1 Sekolah Menengah Atas (SMA) yang hampir semua masyarakatnya pernah bersekolah. Rata-rata pendidikan masyarakat adalah jenjang sekolah menengah pertama dan sebagian kecil lainnya sampai pada perguruan tinggi. Mayoritas agama masyarakat Leuwiliang adalah Islam, ini dibuktikan dengan adanya masjid, musala, dan pesantren yang terdapat di beberapa titik desa tersebut. 2



Profil Desa Leuwiliang (2018). Data tidak dipublikasikan.



24



B. Letak Geografis Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah sekitar 297 Ha. Secara keseluruhan, lingkungan ini terdiri dari 13 RW dan 42 RT, terdiri dari 6000 Kepala Keluarga, berpenduduk 17.050 orang. Desa Leuwiliang merupakan desa yang terpadat di antara desa-desa lain yang ada di Kecamatan Leuwiliang. Desa Leuwiliang terletak di dataran tinggi yang dikelilingi perbukitan dan dilalui sungai. Tabel 3.1: Letak Geografis Desa Leuwiliang Nama Desa Desa Leuwiliang Nomor Kode Pos 16640 Kecamatan Leuwiliang Kota/Kabupaten Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Batas wilayah: a. Utara Desa Karehkel b. Selatan Leuwimekat c. Barat Kecamatan Leuwisadeng d. Timur Cibungbulang Desa Leuwiliang dialiri air sungai Cianten yang hampir melewati seluruh desa di kecamatan Leuwiliang. Sungai ini pula menjadi salah satu sumber perairan bagi masyarakat desa, sehingga masyarakat memanfaatkannya sebagai kebutuhan air minum, air cuci, MCK, dan lain sebagainya. Jarak Desa Leuwiliang dari kampus kami, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekitar 47 km, dan waktu tempuh kurang lebih dua jam perjalanan. Adapun jarak dari ibukota Kabupaten Bogor, Cibinong adalah sekitar 35 km, dan jarak tempuh satu jam. Selain itu, lalu lintas di sekitar Desa Leuwiliang ini terbilang padat dan merupakan jalan protokol pengantar berbagai macam industri seperti kayu, batu bata, pasir kali, dan sebagainya ke beberapa tempat seperti Jasinga, Rumpin, dan lain-lain. Dengan demikian, hampir setiap hari lalu lintas di daerah ini mengalami kemacetan terutama di jam-jam pulang-pergi sekolah dan kerja. 25



Seperti yang disinggung sebelumnya, Desa Leuwiliang berada dalam lingkungan administratif kecamatan Leuwiliang yang juga merupakan ibukota kecamatan. Adapun desa-desa yang berada di lingkup kecamatan Leuwiliang antara lain: Desa Barengkok, Cibeber, Karacak, Karehkel, Karyasari, Leuwiliang, Leuwimekar, Pabangbon, Purasari, dan Puraseda. Adapun peta wilayah kecamatan Leuwiliang adalah sebagai berikut:



Gambar 3.1: Peta Kecamatan Leuwiliang3



Gambar 3.2: Peta Desa Leuwiliang Legenda:



3Data oleh Google Maps (Diakses melalui: https://goo.gl/maps/oN5curfi9W8ct7hy9, pada 21 September 2019)



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 26



Kantor Desa Leuwiliang Posko KKN 058INTEGRITAS Lokasi pengabdian mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 058 INTEGRITAS bertempat di Kampung Parung Panjang Lebak RT. 02/03 RW. 07 Desa Leuwiliang. Di sekitar tempat tinggal kami (Kp. Parung Panjang Lebak) memiliki beberapa fasilitas desa seperti masjid Jami, lapangan, posyandu, dan sebagainya.



Gambar 3.3: Lokasi Pengabdian KKN 058INTEGRITAS . Legenda: Posko KKN 058INTEGRITAS Posyandu/Fasilitas Kesehatan Lapangan Masjid



27



C. Struktur Penduduk Berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari Desa Leuwiliang, masyarakat desa (populasi) penduduk berjumlah 16.899 jiwa. Masyarakat yang tinggal berasal dari berbagai kalangan, usia, mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Masyarakat Desa Leuwiliang terbilang masyarakat yang dinamis, yakni banyaknya warga yang keluar masuk sehingga pengolahan data yang tersaji dalam tabel berikut mungkin berubah dan ada sedikit perbedaan pada realitas di lapangan. Adapun selengkapnya4 adalah sebagai berikut: 1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3.2: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin. No.



Jenis Kelamin



Jumlah



Prosentase(%)



1



2



3



4



1



Laki-laki



8.674 Jiwa



51



2



Perempuan



8.225 Jiwa



49



16.899



100



JUMLAH



2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia Tabel 3.3: Jumlah penduduk berdasarkan usia. No.



Usia



Jumlah



1



2



3



1



0-4 Tahun



1.179



2 3 4 5 6 7 8



5-9 Tahun 10-14 Tahun 15-19 Tahun 20-24 Tahun 25-29 Tahun 30-34 Tahun 35-39 Tahun



1.337 2.204 2.197 2.096 1.023 1.043 1.006



9



40-44 Tahun



989



4Profil



Desa Leuwiliang (2018). Data tidak dipublikasikan.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 28



10 11 12 13 14 15



45-49 Tahun 50-54 Tahun 55-59 Tahun 60-64 Tahun 65-69 Tahun Di atas 70 Tahun JUMLAH



782 781 804 622 549 287 16.899



3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 3.4: Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian. No.



Mata Pencaharian



Jumlah



1 1 2



2 PNS Umum PNS Guru



3 127 91



3 4 5 6 7 8 9



Guru Honor TNI POLRI Pensiunan TNI/POLRI Pensiunan PNS/Guru Pensiunan BUMN Karyawan Swasta



43 13 11 21 28 38 670



10 11 12



Buruh Tukang Wiraswasta



706 1.340



13 14 15 16 17



Pedagang Keliling Pedagang Petani Peternak Buruh tani



1058 887 86 65



18 19 20



Buruh ternak Sopir Pengemudi Ojek



39 29



21



Dokter



22 23 24 25 26 27



Ustadz Bidan Perawat Artis/Seniman Dukun/Paranormal Anggota Dewan



28 29 30



Wartawan Mahasiswa Pelajar



546 2.768



31 32



Mengurus Rumah Tangga Tidak Bekerja Lainnya (Selain yang disebutkan diatas)



5.195 1.520



33



43 1



-



4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 3.5: Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan No.



Tingkat Pendidikan penduduk



Jumlah



1



2



3



1 2



Tidak Tamat SD Tamat SD



1 1.017



3 4 5



Tamat SLTP Tamat SLTA D1



2.789 2.768 69



6 7 8 9



D2 D3 S1 S2



JUMLAH



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 30



94 64 299 17 7118



D. Sarana dan Prasarana Desa Leuwiliang memiliki sejumlah sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Sarana prasarana yang dimiliki Desa Leuwiliang dapat dikatakan cukup lengkap dan menunjang kebutuhan masyarakatnya. Di antara fasilitas, sarana dan prasarana desa yaitu sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ibadah dan keagamaan, sarana umum dan usaha, dan lain-lain. Adapun perinciannya5 sebagai berikut: 1. Prasarana Pendidikan Tabel 3.6: Sarana pendidikan Desa Leuwiliang. No.



Jenis Sarana Pendidikan



Jumlah



1



2



3



1 2 3 4 5 6 7



TK RA PAUD TKA/TPA Kelompok Belajar/ Playgroup (PG) SD Negeri SD Swasta



9 9 8 1



8 9 10



MI SLTP Negeri SLTP Swasta / MTs



2 2



11 12 13 14 15 16



SLTA PKBM Paket A Paket B Paket C Pondok Pesantern Lainnya (Selain yang disebutkan di atas)



2 1 1 8



17



5



-



Profil Desa Leuwiliang (2018). Data tidak dipublikasikan.



31



Gambar 3.4: SD Negeri Leuwiliang 05 Salah satu sarana pendidikan yang terdapat di Desa Leuwiliang adalah Sekolah Dasar Negeri Leuwiliang 05. Sekolah ini merupakan sekolah yang terdekat dari posko kami dan menjadi pusat pelaksanaan program yang berkenaan dengan pendidikan seperti kegiatan belajar mengajar, revitalisasi perpustakaan, seminar kebersihan, dan seminar keindonesiaan. 2. Prasarana Kesehatan Tabel 3.7 Sarana kesehatan Desa Leuwiliang. No.



Jenis



Jumlah



1



2



3



1



Puskesmas



1



2 3 4



Posyandu Klinik Rumah persalinan



3 3 -



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 32



3. Prasarana Ibadah dan Keagamaan Tabel 3.8 Sarana ibadah dan keagamaan Desa Leuwiliang. No.



Jenis



Jumlah



1



2



3



1



Masjid Jami



19



2



Langgar/Mushola



10



3



Pondok Pesantren



8



4 5 6 7



Majelis Ta’lim Gereja Vihara Lainnya



-



Gambar 3.5: Majelis Ta’lim yang berlokasidiKp. Parung Panjang Lebak.



Gambar 3.6: Masjid Jami Fatimah Az-Zahro 33



Di antara dua sarana ibadah dan keagamaan yang ada di Desa Leuwiliang adalah Masjid dan Majelis Ta’lim. Sebagai contoh, masjid jami Fatimah Az-Zahro, yang merupakan pusat ibadah bagi masyarakat Kp. Parung Panjang Lebak Desa Leuwiliang. Tak jauh dari lokasinya terdapat Majelis Ta’lim yang menjadi tempat masyarakat Kp. Parung Panjang Lebak menimba ilmu agama, baik dari golongan bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda-pemudi, dan anak-anak. 4. Prasarana Umum dan Usaha Tabel 3.9: Sarana umum dan usaha Desa Leuwiliang. No.



Jenis



Jumlah



1



2



3



1



Konveksi



-



2 3



Bengkel Kios Bensin



9 12



4 5 6 7 8 9 10



Warnet Toko Waserda Warung Penggilingan Padi Pengrajin Gelasan Pengrajin Makanan Ringan



11 12 13 14



Tambal Ban Counter Pulsa Pengemudi Ojek BUMDesa



6 47 49 1



15 16 17 18



Penjual Masakan Matang Warung Sate Loket Pembayaran Listrik Pertukangan



12 4 -



19 20 21



Biro jasa Penjahit Lapangan Olahraga



1 21 2



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 34



3 1.236 617 818 3 4



22



Tempat Pemakaman Umum



2



Gambar 3.7: Lapangan Olahraga Desa Leuwiliang Sarana umum berarti sarana yang bisa digunakan secara bersamasama. Di antara sarana umum yang sering digunakan bersama yaitu lapangan. Masyarakat sering menggunakannya sebagai tempat berkumpul, olahraga bersama, senam, bermain sepakbola, perlombaan, dan sebagainya.



35



BAB IV DESKRIPSI HASIL KEGIATAN DAN PEMBERDAYAAN DESA LEUWILIANG A. Basis Pelaksanaan Program Permasalahan yang ada di lapangan akan dipecahakan dengan menggunakan analisis SWOT (StrengthsWeaknessesOpportunitiesThreats). Analisis SWOT adalaha analisis yang menerapkan bagaimana kekuatan (strength) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunity) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunity) yang ada. Berikut ini adalah analisis SWOT (StrengthsWeaknessesOpportunitiesThreats) terhadap permasalahan yang ada di Desa Kampung Parung Panjang Lebak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupatan Bogor: Tabel 4.1: Matriks SWOT Bidang Pendidikan Internal



STRENGTHS (S) • Antusiasme yang tinggi dari anakanak Desa Kampung Parung Panjang Lebak terhadap pendidikan. • Guru dan anak-anak Desa mudah berdaptasi dengan kehadiran orang baru • Pihak lembaga pendidikan/sekolah sangata terbuka dengan kehadiran dari pihak liar, seperti mahasiswa/i KKN 36



WEAKNESS (W) • Kurangnya pemahaman bahasa khususnya Bahasa Indonesia, karena bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Sunda. • Kurangnya sarana literasi untuk meningkatakan minat membaca.







Siswa/i sekolah cukup aktif dalam mengikuti kegiatan belajar



Eksternal OPPORTUNITIES (O)















Mahasiswa/i KKN terdiri dari berbagai fakultas, sehingga dapat menerapkan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat. Kehadiran Kelompok KKN 058 INTEGRITAS di SDN Leuwiliang 05 membuat siswa/i semangat untuk mengikuti kegiatan belajar Kompetensi mahasiswa/i



STRATEGY (SO) Berdasarkan faktor kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh Desa Kampung Parung Panjang Lebak, Maka strategi yang akan kami terapkan adalah dengan melaksanakan programprogram di bidang pendidikan formal maupun informal.







Kurangnya tenaga pengajar. • Masih kurangnya guru yang memahami Kurikulum 2013. STRATEGY (WO) Berdasarkan faktor ancaman yang dimiliki oleh Desa Kampung Parung Panjang Lebak, maka strategi yang akan kami terapkan untuk meminimalisir hal tersebut yaitu dengan membantu guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dan dengan membantu untuk meningkatkan sarana pendidikan.



37



KKN 058 INTEGRITAS dalam bidang, sosial, lingkungan, agama, dan pendidikan THREATHS (T) •



Kurangnya kepedulian terhadap fasilitas penunjang kegiatan di sekolah.



STRATEGY (ST) •











STRATEGY (WT) Bekerja sama dengan • Melakukan guru-guru SDN pengawasan Leuwilianng 05 dan untuk melaksanakan memberikan kegiatan belajar saran kepada yang kondusif dan guru di sekolah kreatif terkait metode pengajaran Mengadakan efektif. seminar cuci tangan Khusunya, untuk metode meningkatakan pola pengajaran hidup bersih dan dalam sehat. kurikulum Mengadakan 2013 seminar • Mengadakan keindonesiaan taman baca untukMeningkatkan sebagai tempat kesadaran dan literasi di Desa memperluas Kampung pemahaman siswaParung siswi SD Negeri Panjang Lebak. Leuwiliang akan pentingnya rasa • Mengadakan cinta tanah air. bimbingan belajar untuk anak-anak Desa Kampung



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 38



Parung Panjang Lebak. • Membantu SDN Leuwiliang 05 untuk menata ulang perpustakaan sekolah, agar siswa/i semakin semangat untuk membaca. Berdasarkan matriks SWOT di atas, maka kami menyusun programprogram sebagai berikut : • Kegiatan mengajar di Sekolah • Bimbingan Belajar • Mendirikan Taman Baca • Seminar Keindonesiaan • Seminar Cuci Tangan Tabel 4.2: Matriks SWOT Bidang Keagamaan Internal



STRENGTHS (S) •











Akses ke masjid/mushalla dekat dengan warga Kegiatan pengajian rutin setiap minggu. Adanya TPA untuk anak-anak kecil



WEAKNESS (W) • •







Tenaga pengajar yang terbatas Fasilitas atau inventory masjid yang masih kurang. Sarana dan prasarana mengaji yang minim



39











• Eksternal OPPORTUNITIES (O) •







Mahasiswa/i KKN 058 Integritas memiliki kompetensi dalam bidang keagmaan Adanya kerjasama dengan tokoh agama desa, DKM dan TPA



Mempunyai tokoh-tokoh yang mendalami agama. Anak-anak cukup aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan Kepekaan warga terhadap anak yatim piatu STRATEGY (SO)



















STRATEGY (WO)



Melakukan • kerjasama dengan tokoh agama desa, dan DKM agar semakin banyak warga yang mengikuti pengajian rutin. Bekerjasama dengan TPA • dalam kegiatan mengajar mengaji untuk anak kecil. • Menyumbangkan hewan qurban untuk Hari Raya Idul Adha



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 40



Anak-anak kecil yang selalu ingin bermain



Mengajarkan metode pengajaran mushaf AlQur’an yang menarik, khususnya untuk anakanak. Mengadakan santunan anak yatim Mengadakan lomba keagamaan dalam rangka perayaan Hari Raya Idul Adha



THREATHS (T) •



Kurangnya • keakraban antara anggota KKN dengan warga



STRATEGY (ST)



STRATEGY (WT)



Mengikuti • kegiatan pengajian rutin untuk memperikat ikatan dengan • warga Mengikuti • kegiatan mengajar mengaji di TPA



Memaksimalkan kegiatan kajian mingguan bersama ibu-ibu pengajian. Berbaur dengan warga. • Memperbarui perlengkapan masjid Berdasarkan matriks SWOT di atas, maka kami menyusun programprograsm sebagai berikut : • Pengajian Rutin dengan Warga • Revitalisasi Masjid • Santunan anak yatim • Lomba keagamaan Tabel 4.3: Matriks SWOT Bidang Sosial dan Lingkungan Matriks SWOT 03. BIDANG SOSIAL DAN LINGKUNGAN Internal STRENGTHS (S) WEAKNESS (W) • Masyarakat dan • Kurangnya aparatur desa perhatian warga menerima terhadap kehadiran kebersihan Mahasiswa/i lingkungan KKN • Minimnya kegiatan desa • Terdapat beberapa untuk program dari memeriahkan desa yang dapat Hari dikembangkan Kemerdekaan RI lebih oleh • Pemahaman Mahasiswa/i terhadap KKN NAPZA 41







Adanya organisasi pemuda desa Adanya Dukungan dari masyarakat seperti ketua RT/RW, Majelis ta’lim, ibu-ibu dan beberapa pihak sekolah dalam melaksanakan kegiatankegiatan sehingga dapat memudahkan mahasiswa.







Eksternal OPPORTUNITIES (O) • Mahasiswa bekerja sama dengan SATGAS GAN UIN • Mahasiswa memiliki rasa gotong royong yang tinggi. • Mahasiswa memiliki kompetensi di bidang sosial dan lingkungan



STRATEGY (SO) •











Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 42



Bekerja sama dengan para pemuda dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan RI Menjalin komunikasi yang baik dengan warga desa Melakukan kerja sama dengan warga dalam melaksanakan program











Masih minim informasi terkait pola hidup bersih dan sehat. Masih banyak warga yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan desa



STRATEGY (WO) •











Mengadakan perlombaan untuk memeriahkan Hari kemerdekaan RI Mengadakan kerja bakti, untuk memperat hubungan dengan warga. Mengadakan penyuluhan anti narkoba







THREATHS (T) • Pencemaran lingkungan • Pola hidup tidak sehat



STRATEGY (ST) • Memberikan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan • Memberikan akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat



Melakukan perbaikan plang TPU • Membuat gapura untuk desa STRATEGY (WT) • Mahasiswa/i membantu salah satu program desa yaitu Bank Sampah • Melakukan penanaman bibit pohon, sebagai salah satu upaya penghijauan desa • Bekerja sama dengan posyandu desa, dengan melakukan posyandu keliling agar layanan kesehatan dapat diberikan secara merata kepada masyarakat di Desa Leuwiliang • Mengadakan senam pagi bersama warga, selain dapat menyehatkan 43



juga dapat mendekatkan warga dengan Mahasiswa/i KKN Berdasarkan matriks SWOT di atas, maka kami menyusun programprograsm sebagai berikut : • Pembuatan Gapura • Perbaikan Plang TPU • Kerja Bakti • Posyandu • Bank Sampah • Penanaman Bibit • Perayaan 17 Agustus • Penyuluhan Anti Narkoba bersama SATGAS GAN UIN • Senam Sehat B. Bentuk dan Hasil Kegiatan Pelayanan Kelompok INTEGRITAS memiliki beberapa program kerja yang kami laksanakan sebagai suatu bentuk kegiatan pelayanan terhadap masyarakat Desa Leuwiliang, diantaranya sebagai berikut: 1. Mengajar di Sekolah Tabel 4.4 Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Mengajar di Sekolah



Program Nomor Kegiatan Nama Kegiatan Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan



Tim Pelaksana



Bidang Pendidikan Repal Cerdas 01 Pengajaran di Sekolah Desa Leuwiliang, 05 - 10 Agustus 2019 3 minggu Penanggung Jawab: Rizkiyana Syabania, Saidah, Laily Azzumar dan Sahara Adjie Samudera Tim Pembantu: Rio Prabowo, Abdullah Kafabihi, Syaiful Archam, Nur Hilalliyah,



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 44



Tujuan Sasaran Target



Deskripsi



Hasil Pelayanan Keberlanjutan Program



Alifah Sarah Widad Rahmani, Rosyid Abdul Majid, Helen Sagita, Yoga Dwi Septian, Lutfiatus Sa’adah, Sarah Anggita, Dian Febriani, Shidqi Akram Hauzan, Novi Laila Athiyah, Aulia Eka Yunita, Vika Audina. Membantu guru SDN 05 Leuwiliang dalam kegiatan belajar mengajar siswa dan siswi Guru-guru SDN 05 Leuwiliang di Desa Leuwiliang 6 guru di SDN 05 Leuwiliang terbantu dalam kegiatan belajar mengajar siswa dan siswinya. Pengajaran di sekolah ini guna membantu guru-guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan adanya program ini kepala sekolah dan guru-guru sangat senang karena merasa sangat terbantu dengan mahasiswamahasiswi KKN. Karena dapat mengajarkan kepada siswa-siswi SDN 05 Leuwiliang dengan menggunakan metode-metode baru yang mahasiswa-mahasiswi dapatkan di perkuliahan. 6 guru SDN 05 Leuwiliang di Desa Leuwiliang terbantu dalam kegiatan belajar mengajar siswa dan siswinya. Tidak Berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Mengajar di Sekolah:



45



Gambar 4.1: Kegiatan Mengajar di Sekolah



2. Bimbingan Belajar Tabel 4.5 Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Bimbingan Belajar



Bidang Pendidikan Program



Repal Cerdas



Nomor Kegiatan 02 Nama Kegiatan



Bimbingan Belajar Integritas



Tempat, Tgl



Posko KKN 058 Integritas, 29Juli - 14 Agustus2019



Lama Pelaksanaan



Setiap hari Senin dan Rabu, 6 kali dalam sebulan



Tim Pelaksana



Tujuan Sasaran Target



Penanggung Jawab: Dian Febriani dan Helen Sagita Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Vika Audina , Sarah Anggita, Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Alifah Sarah Widad , Syaiful Archam, Rio Prabowo, Rizkiyana Syabania, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram, Nurhilaliyah, Saidah, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiya, dan Rosyid Abdul Majid. Membantu Anak-anak dalam mengerjakan tugas yang diberikan sekolah. Anak-anak kecil di Kampung Parung Panjang Lebak,Desa Leuwiliang. 15 anakkecil Kampung Parung Panjang Lebakmengikutikegiatanbimbel.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 46



Deskripsi Kegiatan



Bimbel dilakukan sepulang sekolah dan sore hari ketika anak-anak desa memiliki waktu bermain dan luang selepas mengaji sore di desa. Membantu mengulas pelajaran di sekolah yang mereka kurang mengerti , belajar berhitung dengan beberapa bahasa asing, bermain game edukatif, juga pendidikan moral lewat lagu, contohnya lagu tolong, maaf, terimakasih, one, two, three, tepuk anak soleh, dll.



Hasil Pelayanan



20 Anak-anak di kecil di Kampung Parung Panjang Lebak, DesaLeuwiliangmengikutikegiatanbimbel yang kami laksanakan.



Keberlanjutan Program



Tidak berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Bimbingan Belajar:



Gambar 4.2: Kegiatan Bimbingan Belajar



3. Taman Baca Tabel 4.6 Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Taman Baca



Bidang Pendidikan Program



Repal Cerdas



Nomor Kegiatan



04



Nama Kegiatan



Rumah Literasi REPAL



Tempat, Tgl



Desa Leuwiliang, 24 Juli – 13 Agustus 2019 47



Lama Pelaksanaan



20 Hari Penanggung Jawab: Dian Febriani dan Nurhilaliyah. Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Sarah Anggita, Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Vika Audina, Syaiful Archam, Rio Prabowo, Alifah Sarah Widad, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram, Rizkiyana Syabania, Saidah, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiya, dan Rosyid Abdul Majid. Memfasilitasi warga desa khusunya anak kecil, dan remaja agar memiliki suatu tempat khusus untuk membangkitkan semangat membaca dan gemar dalam menggali ilmu pengetahuan.



Tim Pelaksana



Tujuan



Sasaran



Warga Desa Leuwiliang



Target



Deskripsi Kegiatan



Hasil Pelayanan Keberlanjutan Program



1 buahrakbukubesar, dan 50 buahbukuditempatkan di Pos Repal Pembangunan Ruang Literasi Repal terletak tepat disamping Majelis, dan sebelumnya merupakan Pos Repal. Kami mendekor ruang tersbut dan menata buku-buku diraknya dan memberikan kebebasan kepada anak-anak kecil untuk mengekplorasi buku-buku yang menarik minat mereka. 1 buahrakbukubesar dan total 80 bukuditempatkan di Pos Repal, menjadi “Ruang Literasi Repal” Dilanjutkan oleh Remaja Parung Panjang Lebak (REPAL)



Dokumentasi Kegiatan Taman Baca:



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 48



Gambar 4.3: Kegiatan Taman Baca



4. Seminar Keindonesiaan Tabel 4.7 Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Seminar Keindonesiaan



Bidang Pendidikan Program



Repal Cerdas



Nomor Kegiatan



07



Nama Kegiatan



Seminar KeIndonesiaan



Tempat, Tgl



SD Negeri Leuwiliang 05, 14 Agustus 2019



Lama Pelaksanaan



1 Hari



Tim Pelaksana



Tujuan Sasaran



Penanggung Jawab: Dian Febriani dan Rizkiyana Syabania Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Sarah Anggita, Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Vika Audina, Syaiful Archam, Rio Prabowo, Alifah Sarah Widad, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram, Nurhilaliyah, Saidah, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiya, dan Rosyid Abdul Majid. Meningkatkan kesadaran dan memperluas pemahaman siswa-siswi SD Negeri Leuwiliang akan pentingnya rasa cinta tanah air. Siswa-siswi SD Negeri Leuwiliang 05



49



Target



Deskripsi Kegiatan



Hasil Pelayanan Keberlanjutan Program



40 Siswa-siswi SD Negeri Leuwiliang 05 mengikuti kegiatan Seminar KeIndonesiaan. Seminar KeIndonesiaan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 yang bertujuan agar para siswa-siswi lebih memahami dan meningkatkan rasa cinta tanah air dengan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam silasila Pancasila. Pada pelaksanaannya materi seminar dipaparkan oleh Rizkiyana Syabania dan Helen Sagita yang dikemas agar anak-anak merasa menarik dan tidak monoton dalam penyampaian materi. Materi dalam seminar KeIndonesiaan berisi tentang penanaman nilai-nilai Pancasila serta pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari. 60 siswa-siswi SDN 05 Leuwiliangmengikuti kegiatan Seminar KeIndonesiaan Tidak berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Seminar Keindonesiaan:



Gambar 4.4: Kegiatan Seminar Keindonesiaan



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 50



5. Seminar Cuci Tangan Bersih Tabel 4.8 Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Seminar Cuci Tangan Bersih



Bidang Pendidikan Program



Repal Cerdas



Nomor Kegiatan Nama Kegiatan Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan



08 Seminar Cuci Tangan Bersih SD Negeri Leuwiliang 05, 31 Juli 2019 1 Hari Penanggung Jawab: Dian Febriani dan Vika Audina Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Sarah Anggita, Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Alifah Sarah Widad , Syaiful Archam, Rio Prabowo, Rizkiyana Syabania, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram, Nurhilaliyah, Saidah, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiya, dan Rosyid Abdul Majid. Siswa-siswi SD Negeri Leuwiliang untuk meningkatkan pola hidup bersih dan sehat.



Tim Pelaksana



Tujuan Sasaran Target



Deskripsi Kegiatan



Siswa-Siswi SD Negeri Leuwiliang 05 40 Siswa-Siswi SD Negeri Leuwiliang05 Mengetahui manfaat, bahaya, dan cara cuci tangan yang baik dan bersih Seminar cuci tangan ini bertujuan untuk melatih siswa-siswi SD Negeri Leuwiliang 05 untuk hidup bersih dimulai dari menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas dengan air bersih serta sabun agar terhindar dari kuman maupun bakteri yang terpapar ditubuh baik itu ditangan



51



Hasil Pelayanan



60 Siswa-siswi SD Negeri Leuwiliang 05 mengetahui manfaat dari cuci tangan yang bersih, bahaya yang di timbulkan jika tidak mencuci tangan, dan mengetahui bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan bersih.



Keberlanjutan Program



Tidak Berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Seminar Cuci Tangan Bersih:



Gambar 4.5: Kegiatan Seminar Cuci Tangan Bersih



6. Seminar Anti Narkoba Tabel 4.9 Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Seminar Anti Narkoba



Bidang Sosial dan Lingkungan Program



Repal Bersama Integritas



Nomor Kegiatan



16 Penyuluhan Anti Narkoba (SATGAS GAN UIN) Desa Leuwiliang , 07 Agustus 2019 1 Hari Penanggung Jawab: Dian Febriani dan Alifah Sarah Widad Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Sarah Anggita, Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Vika Audina, Syaiful



Nama Kegiatan Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan



Tim Pelaksana



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 52



Archam, Rio Prabowo, Rizkiyana Syabania, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram, Nurhilaliyah, Saidah, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiya, dan Rosyid Abdul Majid. Meningkatkan kepekaan warga desa Tujuan leuwiliang terhadap bahayanya narkoba dan zat adiktif. Sasaran Warga Kampung Parung Panjang Lebak 15 orang warga Kampung Target ParungPanjungLebakmengikutiPenyuluhan anti narkoba bersama SATGAS GAN UIN Kegiatan acara berlangsung pada pukul 09.00-11.00 WIB di Masjid Kampung Parung Panjang Lebak. Pemilihan tenpat di cocokkan dengan target penyuluhan sendiri karena harapan kami bukan hanya anak-anak atau kalangan remaja saja yang mengetahui edukasi bahayanya narkoba, melainkan juga para orang tua agar dapat Deskripsi Kegiatan lebih memperhatikan anak-anaknya terutama dalam hal pergaulan. Dari sini, kami semua jadi mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan narkoba, dengan macam-macam jenisnya dan efek dari narkoba itu sendiri. Kami mengundang Satgas GAN UIN dengen pemateri Sri Herlina S, Psi sebagai pengisi acara kami. 20 orang warga Kampung Parung Panjung Lebak mengikuti Penyuluhan anti narkoba Hasil Pelayanan bersama SATGAS GAN UIN narkoba, dan dampak negatif yang membayakan diri sendiri. Keberlanjutan Program Tidak berlanjut Dokumentasi Kegiatan Seminar Anti Narkoba:



53



Gambar 4.6: Kegiatan Seminar Anti Narkoba



7. Senam Pagi Tabel 4.10 Bentuk & Hasil Kegiatan Pelayanan Senam Pagi



Bidang Sosial dan Lingkungan Program



Repal Bersama Integritas



Nomor Kegiatan Nama Kegiatan



14 Senam Sehat Integritas Desa Leuwiliang, Minggu 04 Agustus 2019 1 hari Penanggung Jawab: Dian Febriani Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Vika Audina, Sarah Anggita, Helen Sagita, Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Alifah Sarah Widad , Syaiful Archam, Rio Prabowo, Rizkiyana Syabania, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram, Nurhilaliyah, Saidah, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiya, dan Rosyid Abdul Majid.



Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan



Tim Pelaksana



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 54



Tujuan Sasaran



Meningkatkan semangat hidup sehat warga desa leuwiliang dengan berolahraga Warga Desa Kampung Parung Panjang Lebak



Target



25 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak berpartisipasi dalam kegiatan senam pagi



Deskripsi Kegiatan



Senam sehat ini merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh KKN 058 Integritas dengan tujuan untuk mengajak warga Desa Leuwiliang khususnya Kampung Parung Panjang Lebak ber olahraga bersama dan mempererat hubungan kelompok KKN Integritas dengan warga sekitar. Kegiatan ini dimulai pada pukul 07.00 pagi di lapangan Kampung Parung Panjang Lebak. Kegiatan ini mayoritas diikuti dengan antusias yang cukup besar dari ibu-ibu, dan anak-anak kecil Kampung Parung Panjang Lebak, bahkan di tengah kegiatan senam salah satu ibu-ibu bersedia menjadi intruktur dari kegiatan senam ini. Selanjutnya, kegiatan senam diakhiri dengan foto bersama antara anggota kelompok KKN 058 Integritas dengan warga desa yang berpartisipasi dalam kegiatan senam sehat ini.



Hasil Pelayanan



35 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak



Keberlanjutan Program



Tidak berlanjut 55



Dokumentasi Kegiatan Senam Pagi:



Gambar 4.7: Kegiatan Senam Pagi



C. Bentuk dan Hasil Kegiatan Pemberdayaan Program kerja yang merupakan kegiatan pemberdayaan pada masyarakat di antaranya sebagai berikut: 1. Revitalisasi Masjid Tabel 4.11 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Revitalisasi Masjid



Bidang Keagamaan Program



Repal Religius



Nomor Kegiatan



18



Nama Kegiatan Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan



Revitalisasi Masjid/Majelis Desa Leuwiliang, 09 Agustus 2019 1 Hari Penanggung Jawab: Yoga Dwi Septian Tim Pembantu: Syaiful Archam, Rio Prabowo, Shidqi Akram Untuk menjadikan majelis atau masjid sebagai tempat yang nyaman untuk beribadah sehingga masyarakat setempat diberikan pelayanan yang nyaman ketika menginjakan diri di masjid atau majelis tersebut. Fasilitas Masjid Fatimah Az-Zahra 1 buah kain pel, 1 buah kipas angin, 4 pasang sandal jepit, 2 buahmukena, 20 buahalquran.



Tim Pelaksana



Tujuan



Sasaran Target



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 56



Deskripsi Kegiatan



Revitalisasi dilakukan agar masyarakat dapat kembali berbondong-bondong untuk datang ke masjid dalam rangka ibadah, sehingga esensi dari masjid sendiri Bentukupaya yang kami berikanuntuk kenyamanan kepada masyarakat dengan memberikan beberapa inventaris seperti alat pel yang praktis, kipas angin, sandal masjid, alat sholat, dan al-qur’an. kegiatan tersebut dilakukan setelah salat Jumat.



1 buah kain pel, 1 buah kipas angin, 4 pasang sandal jepit, 3 pasangmukena, 30 Hasil Pelayanan buah alquran diberikan sebagai inventaris Masjid Fatimah Az-Zahra Keberlanjutan Program Tidak berlanjut Dokumentasi Kegiatan Revitalisasi Masjid:



Gambar 4.8: Kegiatan Revitalisasi Masjid



2. Lomba Kegamaan Tabel 4.12 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Lomba Keagamaan



Program Nomor Kegiatan Nama Kegiatan Tempat. Tanggal Lama Pelaksanaan



Bidang Keagamaan Repal Religius 12 Lomba Keagamaan Desa Leuwiliang, 10 Agustus 2019 1 Hari



57



Tim Pelaksana



Penanggung Jawab : Vika Audina dan Novi Laila Athiyah Tim Pembantu : Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Sarah Anggita, Aulia Eka, Luthfiatus Saadah, Dian Febriani, Syaiful Archam, Rio Prabowo, Alifah Sarah Widad, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Sidqi Akram, Rizkiyana Syabania, Nurhilalliyah, Saidah, Abdullah Kafabihi, Rosyid Abdul Majid.



Tujuan



AgarAnak-anak Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang dapat mengembangkan kemampuannya dalam menguasai ilmu agama, meningkatkan semangat dalam belajar agama Islam.



Sasaran



Anak-anak Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang 30 Anak-anak Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang berpartisipasi dalam kegiatan lomba keagamaan.



Target



Deskripsi Kegiatan



Lomba keagamaan dalam rangka menyambut hari raya Iduladha merupakan satu kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok KKN 058 Integritas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perlombaan ini diikuti oleh siswasiswi dari usia PAUD sampai kelas 1 SMA. Tempat perlombaannya dilaksanakan di PAUD Miftahul Falah RT 07 RW 02 Desa Leuwiliang, Kab. Bogor. Terdapat 4 jenis lomba yang dikategorikan berdasarkan tingkatan sekolah mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas



Hasil Pelaksanaan



50 Anak-anak Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang berpartisipasi dalam kegiatan lomba keagamaan. Keberlanjutan Program Tidak Berlanjut Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 58



Dokumentasi Kegiatan Lomba Keagamaan:



Gambar 4.9: Kegiatan Lomba Keagamaan



3. Pengajian Rutin Tabel 4.13 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Pengajian Rutin



Bidang Keagamaan Program



Repal Religius



Nomor Kegiatan Nama Kegiatan Tempat. Tanggal



03 Pengajian Rutin (bapak-Bapak dan Ibu-Ibu) Desa Leuwiliang, Pengajian Bapak-Bapak = Setiap hari Senin Pengajian Ibu-Ibu = Setiap Hari Jum’at dan Sabtu Pengajian Bapak-Bapak = 3 Hari Pengajian Ibu-Ibu = 6 Hari Penanggung Jawab : Novi Laila Athiyah dan Abdullah Kafabihi Tim Pembantu : Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Sarah Anggita, Aulia Eka, Luthfiatus Saadah, Dian Febriani, Syaiful Archam, Rio Prabowo, Alifah Sarah Widad, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Sidqi Akram, Rizkiyana Syabania, Nurhilalliyah, Saidah, Vika Audina, Rosyid Abdul Majid. Untuk menyambung silaturrahmi antar warga Kampung Parung Panjang Lebak, serta untuk menambah ilmu keagamaan bagi warga Parung Panjang Lebak.



Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana



Tujuan



59



Sasaran



Warga Kampung Parung Panjang Lebak



Target



25 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak mengikutipengajianrutingunamenambahilm ukeagamaan Deskripsi Kegiatan Pengajian rutin ini adalah kegiatan yang sudah ada di Kampung Parung Panjang Lebak, dan kami dari KKN 058 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencoba mensinergikan kegiatan tersebut dengan program kerja kami. Pengajian rutinan ini dilaksanakan tiap minggu, untuk pengajian Bapak-Bapak dilaksanakan pada hari Senin malam Selasa pukul 19.00-21.00 WIB, tempatnya di Majlis. Dan pengajian ibu-ibu dilaksanakan pada hari Jum’at pukul 15.00-17.00 WIB di PAUD Miftahul Falah., dan hari Sabtu pukul 08.0010.00 di Majlis. Kegiatan di dalamnya berisi ceramah, pembacaan shalawat, pembacaan surat-surat pilihan seperti: Al-Waqi’ah, Al-Mulk, Yasin, dan Juz ‘amma, serta doa. Hasil Pelaksanaan 40 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak mengikutipengajianrutin Dilanjutkan oleh Majelis Ta’lim Fatimah AzKeberlanjutan Program Zahra. Dokumentasi Kegiatan Pengajian Rutin:



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 60



Gambar 4.10: Kegiatan Pengajian Rutin



4. Santunan Anak Yatim Tabel 4.14 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Santunan Anak Yatim



Bidang Keagamaan Program



Repal Religius



Nomor Kegiatan Nama Kegiatan Tempat, Tgl



17 Santunan Anak Yatim Desa Leuwiliang, 21 Agustus 2019



Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana



1 Hari Penanggung Jawab: Sarah Anggita &Helen Sagita Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Aulia Eka, Luthfiatus Saadah, Vika Audina, Dian Febriani, Syaiful Archam, Rio Prabowo, Alifah Sarah Widad, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Sidqi Akram, Rizkiyana Syabania, Nurhilalliyah, Saidah, Novi Laila Athiyah, Abdullah Kafabihi, Rosyid Abdul Majid. Membantu menyejahterakan anak yatim dalam mewujudkan kepedulian terhadap anak yatim di Desa Leuwiliang. Anak yatim piatu



Tujuan



Sasaran Target



Deskripsi Kegiatan



11 orang anak yatim piatu terbantu dalam mewujudkan kepedulian terhadap anak yatim di Desa Leuwiliang. Kegiatan santunan anak yatim dilakukan dalam rangka mewujudkan kepedulian kami, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kepada anak yatim piatu yang terdata di RT 2 dan RT 3 Desa Leuwiliang. Kegiatan ini bertempat di Majelis Desa Leuwiliang dan dihadari oleh tokoh masyarakat, warga, dan juga Dosen Pembimbing kami. Selain kegiatan 61



santunan, kami juga mengadakan potong tumpeng dalam rangka penutupan kegiatan kuliah kerja nyata yang sudah kami laksanakan selama sebulan. Acara dibuka dengan tilawah Qur’an dan dilanjut dengan sambutan-sambutan. Selain itu kami juga mendapat wejangan yang diberikan oleh tokoh masyarakat atau sesepuh terhadap kegiatan kuliah kerja nyata kami. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan semangat yang positif kepada masyarakat Desa Leuwiliang. 11 orang anak yatim piatu terbantu dalam mewujudkan kepedulian terhadap anak yatim di Desa Leuwiliang.



Hasil Pelayanan



Keberlanjutan Program



Tidak Berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Santunan Anak Yatim:



Gambar 4.11: Kegiatan Santunan Anak Yatim



5. Pembuatan Gapura Tabel 4.15 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Pembuatan Gapura



Bidang Sosial dan Lingkungan Program



Repal Bersama Integritas



Nomor Kegiatan Nama Kegiatan Tempat, Tgl



09 Pembuatan Gapura Desa Leuwiliang, 09 Juli 2019



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 62



Lama Pelaksanaan



7 Hari



Tim Pelaksana



Penanggung Jawab: Shidqi Akram Hauzan, Syaeful Archam. Kampung Parung Panjang Lebak memiliki gapura yang bagus dan enak dilihat. Kampung Parung Panjang Lebak



Tujuan



Sasaran Target Deskripsi Kegiatan



Hasil Pelayanan Keberlanjutan Program



1 buahgapuradibangun di Kampung Parung Panjang Lebak Pembangunan gapura merupakan salah satu program kerja kami dari Kelompok KKN 058 Universitas Hidayatullah Jakarta. Letaknya pembuatan gapura ialah di belakang jalan pintu masuk Kampung Parung Panjang Lebak. 1 buahgapuradibangun di Kampung Parung Panjang Lebak Tidak berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Pembuatan Gapura:



Gambar 4.12: Kegiatan Pembuatan Gapura



6. Perbaikan Plang TPU Tabel 4.16 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Perbaikan Plang TPU



Bidang Sosial dan Lingkungan Program



Repal Bersama Integritas 63



Nomor Kegiatan Nama Kegiatan Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana



Tujuan



Sasaran Target



Deskripsi Kegiatan



10 Pembuatan Plang TPU Kp Parung Panjang Lebak, Leuwiliang , 27-30 Juli 2019 4 Hari



Desa



Penanggung Jawab: Rosyid Abdul Majid dan Sahara Adjie Samudra. Tim Pembantu: Pemuda REPAL, warga Parung Panjang Lebak, Yoga Dwi Septian, Rio prabowo Suryadi Putro, Sidqi Akram, Abdullah Kafabi, Syaiful Arkham, Memberikan tanda bahwa terdapat pemakaman umum, dan memperindah pemakaman umumdi kampung Parung Panjang Lebak Pemakaman umum Kampung Parung Panjang Lebak, DesaLeuwiliang 1 buahPlang TPU dibuatuntukpemakamamumum di Kampung Parung Panjang Lebak Pembuatan plang TPU Kp. Parung Panjang Lebak desa Leuwiliang, merupakan kegiatan kerjasama antara KKN 058 INTEGRITAS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan warga Parung Panjang Lebak desa Leuwiliang. Program ini bertujuan agar warga dan orang yang berada disekitar pemakaman belajar untuk menjaga adab di tempat yang sakral. Letaknya pembuatan plang dibuat dengan menggunakan besi pipa dan plat besi, semen, dan pasir. diberikan warna hitam dan hijau dan tulisan dengan stiker cutting menyala outdor agar lebih



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 64



terlihat rapi serta diberikan aksen tulisan KKN INTEGRITAS 058 dan UIN di bawahnya untuk memberikan tanda bahwa tempat sampah itu berasal dari KKN 058INTEGRITAS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1 buah Plang TPU dibuat untuk pemakamam umum di Kampung Parung Panjang Lebak



Hasil Pelayanan



Keberlanjutan Program



Tidak berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Perbaikan Plang TPU:



Gambar 4.13: Kegiatan Perbaikan Plang TPU



7. Posyandu Tabel 4.17 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Posyandu



Bidang Sosial dan Lingkungan Program



Repal Bersama Integritas



Nomor Kegiatan Nama Kegiatan



06 Posyandu & Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Desa Leuwiliang, 8 Agustus 2019 1 Hari



Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana



Penanggung Jawab: Sarah Anggita & Laili Azzumar Tim Pembantu: Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Vika Audina, Alifah



65



Sarah Widad, Novi Laila Athiyah, Sahara Adjie Samudera.



Tujuan



Sasaran Target



Deskripsi Kegiatan



Membantu Kader Posyandu dalam memberikanlayanan kesehatan dan nutrisi sehat untuk balita. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola hidup bersih dan sehata kepada masyarakat. Kader Posyandu Desa Leuwiliang Dua orang kader Posyandu Desa Leuwiliang terbantudalam memberikan layanan kesehatan dan nutrisisehat untuk balita. Kegiatan Posyandu ini rutin dilaksanakan oleh kader Posyandu Desa Leuwiliang di bawah asuhan Bidan setempat dalam rangka memberikan layanan kesehatan dan nutrisi sehat untuk balita, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini dilakukan doortodooratau berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain. Hal ini dilakukan agar layanan kesehatan dapat diberikan secara merata kepada masyarakat di Desa Leuwiliang. Adapun layanan kesehatan yang diberikan yaitu penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Sasaran dari kegiatan posyandu ini yaitu bayi berumur di bawah lima tahun (balita). Selain layanan kesehatan, kami juga berkesempatan memberikan nutrisi



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 66



sehat seperti vitamin A yang memiliki berbagai macam manfaat untuk balita.



Hasil Pelayanan



Dua orang kader Posyandu dan masyarakat Desa Leuwiliang terbantu dalam memberikan layanan kesehatan dan nutrisi sehat untuk balita, serta kesadaran akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Dilanjutkan oleh kader Posyandu Keberlanjutan Program Leuwiliang. Dokumentasi Kegiatan Posyandu:



Gambar 4.14: Kegiatan Posyandu



8. Jum’at Bersih, Kerja Bakti Tabel 4.18 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Jum’at Bersih & Kerja Bakti



Bidang Sosial dan Lingkungan Program



Repal Bersama Integritas



Nomor Kegiatan Nama Kegiatan Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan



15 Jumat bersih Desa Leuwiliang, 26 Juli, 2,9 dan 23 Agustus – 2019 4 Hari 67



Tim Pelaksana



Tujuan Sasaran



Penanggung Jawab: syaifularcham Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Vika Audina, Sarah Anggita, Helen Sagita, Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Alifah Sarah Widad , Syaiful Archam, Rio Prabowo, Rizkiyana Syabania, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram, Nurhilaliyah, Saidah, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiya, dan Rosyid Abdul Majid. Untuk menjadikan lingkungan masyarakat desa yang aman, nyaman, dan sehat. Warga Kampung Parung Panjang Lebak



Target



20 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak berpartisipasi dalam kerja bakti membersihkan lingkungan. Deskripsi Kegiatan Kegiatan kerja bakti dilakukan pagi hari dengan mengajak para warga sekitar untuk membersihkan dan merevitalisasi tempat tempat atau titik dimana sampah baik itu di selokan, pinggir jalan maupun sungai agar steril dan dapat di fungsikan degan semestinya.Kami juga mencoba mendaur ulang sampah sampah yang bisa digunakan kembali.kegiatan tersebut dilakukan pagi hari. Hasil Pelayanan 30 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak berpartisipasi dalan kerja bakti membersihkan lingkungan. Keberlanjutan Tidak berlanjut Program Dokumentasi Kegiatan Jum’at Bersih &Kerja Bakti:



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 68



Gambar 4.15: Kegiatan Jum’at Bersih &Kerja Bakti



9. Perayaan 17 Agustus Tabel 4.19 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Perayaan 17 Agustus



Bidang Sosial dan Lingkungan Program Repal Bersama Integritas Nomor Kegiatan 11 Nama Kegiatan Lomba memperingati HUT RI ke-74 Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan



Desa Leuwiliang , 17 Agustus 2019 1 Hari



Tim Pelaksana



Penanggung Jawab: Rio Prabowo dan Alifah Sarah Widad Tim Pembantu: Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Sarah Anggita, Aulia Eka Yunita, Lutfiatus Saadah, Vika Audina, Syaiful Archam, Dian Febriani, Rizkiyana Syabania, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram, Nurhilaliyah, Saidah, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiya, dan Rosyid Abdul Majid. Memperingati perayaan HUT RI ke-74 dengan berbagai macam lomba, serta meningkatkan silaturahim dengan warga. Warga Kp Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang 45 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak berpartisipasi dalam memeriahkan acara 17-an yang



Tujuan



Sasaran Target



69



Deskripsi Kegiatan



Hasil Pelayanan



Keberlanjutan Program



diselenggarakan oleh KKN INTEGRITAS 058 Kegiatan ini di mulai hari Sabtu, 17 Agustus 2019 pagi pukul 08.00 WIB. Di mulai dengan pembukaan oleh MC yang di lanjutkan dengan beberapa sambutan dari tokoh masyarakat Kp Parung Panjang Lebak dan bapak Sekretaris Desa, Bapak Andi Lala. Kemudian di awali dengan lomba – lomba yang gelar untuk anak kecil diantaranya yaitu lomba kelereng, makan kerupuk, memasukan paku ke dalam botol, balap karung, dan balap vespa yang di ikuti hampir 50 anak kecil laku – laki maupun perempuan di kampung tersebut hingga pukul 15.30 WIB. Selanjutnya acara ini di tutup oleh acara puncak yaitu lomba sogok hadiah memakai bambu lentur untuk mendapat hadiah. Acara tersebut di ikuti oleh ibu – ibu hingga menjelang maghrib. Acara ini tentu akan sangat kami kenang karena kami merasa sangat merasakan kehangatan dan kedekatan yang begitu emosional dengan warga kampung Parung Panjang Lebak. 65 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak berpartisipasi dalam memeriahkan acara 17-an yang diselenggarakan oleh KKN INTEGRITAS 058 Tidak Berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Perayaan 17 Agustus:



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 70



Gambar 4.16: Kegiatan Perayaan 17 Agustus



10. Bank Sampah Tabel 4.20 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Bank Sampah



Bidang Sosial dan Lingkungan Program Repal Bersama Integritas Nomor Kegiatan 05 Nama Kegiatan Bank Sampah Tempat dan Desa Leuwiliang, 1 – 20 Agustus 2019 Tanggal Lama Pelaksanaan 20 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab : Sarah Anggita dan Aulia Eka Yunita Tim Pembantu : Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Luthfiatus Saadah, Rio Prabowo Suryadi Putro, Alifah Sarah Widad, Dian Febriani, Vika Audina, Syaiful Archam, Rizkiyana Syabania, Nurhilaliyyah, Saidah, Laili Azzumar, Sahara Adjie Samudera, Shidqi Akram Hauzan, Abdullah Kafabihi, Novi Laila Athiyah, Rosyid Abdul Majid. Tujuan Untuk menjaga kondisi lingkungan Kampung Parung Panjang Lebak dan sekitarnya dapat terjaga keasrian dan kelestariannya,serta untuk meningkatkan kesadaran warga Kampung Parung Panjang Lebak dan sekitarnya terkiat pentingnya pengeolaan sampah-sampah yang tidak mudah terurai. 71



Sasaran



Target



Deskripsi Kegiatan



Hasil Pelayanan



Keberlanjutan Program



Warga Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan sekitarnya. 15 orang warga Kampung Parung Panjang Lebakberpartisipasidalammengikutikegiatan bank sampah Di wilayah Kampung Parung Panjang Lebak ini sudah muai berjalan program bank sampah yang menjadi program arahan dari kepala desa setempat dengan nama Bank Sampah Syantik. Adapun peran KKN Integritas daam program kegiatan bank sampah ini adalah untuk membantu untuk memberdayakan program bank sampah tersebut saah satunya dengan cara membantu mempermudah daam ha administrasi bank sampah itu sendiri dan juga membantu untuk meningkatkan kesadaran warga untuk mulai membuang sampah pada tempatnya dan mulai pua mengelola sampah-sampah anorganik yang ias di daur ulang. Adapun okasi dari bank sampah syantik ini adalah di samping TPU Kampung Parung Panjang Lebak dan dekat dengan pemukiman warga. Lokasi bank sampah yang strategis diharapkan mampu untuk meningkatkan kesadaran warga untuk mulai ambil bagian dan menjadi saah satu nasabah dari bank sampah tersebut. 18 orang warga Kampung Parung Panjang Lebak berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan bank sampah Dilanjutkan oleh pengelola Bank Sampah Desa Leuwiliang.



Dokumentasi Kegiatan Bank Sampah: Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 72



Gambar 4.17: Kegiatan Bank Sampah



73



11. Penanaman Bibit Tabel 4.21 Bentuk & Hasil Kegiatan Pemberdayaan Penanaman Bibit



Bidang Sosial dan Lingkungan Program Nomor Kegiatan Nama Kegiatan



Repal Bersama Integritas 13 Penanaman Bibit



Tempat, Tgl



Kp. Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang , 27-30 Juli 2019 1 Minggu Penanggung Jawab: Lufiatus Saadah & Syaiful Archam Tim Pembantu: Pemuda REPAL, warga Parung Panjang Lebak, Yoga Dwi Septian, Rio prabowo Suryadi Putro, Sidqi Akram, Abdullah Kafabihi. Memberikan bibit Pohon Sengon, bibit tanamanhias, bibitJambu biji merah, yang dimana hasilnya dapat dipanen dan dimanfaatkan oleh warga sekitar.



Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana



Tujuan



Sasaran



Desa Leuwiliang



Target



1000 Pohon sengon, 100 Tanaman Hias, 500 Bibit Jambu biji merahdiberikanuntukDesaLeuwiliang Deskripsi Kegiatan Pemberian Bibit di Kp. Parung Panjang Lebak desa Leuwiliang, merupakan kegiatan kerjasama antara KKN 058 INTEGRITAS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan warga Parung Panjang Lebak desa Leuwiliang. Program ini bertujuan memberikan tanda bahwa pentingnya penanaman tumbuhan serta tanaman-anaman hias agar Desa Leuwiliyang terlihat lebih asri Seperti Go Green kemudian hasilnya pun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.Letaknya penanaman bibit dan tanaman hias ini disekitar kuburan, Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 74



serta di lahan milik warga, serta dihalaman rumah mereka. Hasil Pelayanan



Keberlanjutan Program



1000 Pohon sengon, 100 Tanaman Hias, 500 Bibit Jambu biji merah diberikan untuk Desa Leuwiliang. Tidak Berlanjut



Dokumentasi Kegiatan Penanaman Bibit:



Gambar 4.18: Kegiatan Penanaman Bibit



D. Faktor-faktor Pencapaian Hasil Terdapat beberapa faktor yang mendorong maupun menghambat pelaksanaan program dan kegiatan yang telah kami selenggarakan, faktor- faktor tersebut di antaranya: 1. Faktor Pendorong Faktor pendorong paling penting dalam keberlangsungan program dan seluruh rangkaian kegiatan kami adalah proses perencanaan dan persiapan KKN. Dalam hal ini, kami kurang lebih melaksanakan 3 kali survei ke Desa Leuwiliang Kampung Parung Panjang Lebak untuk melihat bagaimanakondisi dan permasalahan yang ada di desa ini. Survei yang kami lakukan berupa observasi dan wawancara langsung baik dengan aparat desa dan penduduk langsung. Faktor pendorong selanjutnya tentu saja dari warga desa Kampung Parung Panjang Lebak yang menerima kedatangan kami dengan tangan terbuka, antusiasme warga khususnya anak-anak 75



kecil dalam mengikuti kegiatan atau program yang kami laksanakan dan turut membantu dalam setiap kegiatan kelompok kami. Hal ini terlihat dari ramainya warga yang berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan kami dari persiapan hingga penutupan. Masyarakat Desa Leuwiliang secara sukarela meluangkan waktu dan tenaganya demi suksesnya program dan kegiatan yang kami selenggarakan. Faktor yang sangat membantu keberhasilan seluruh kegiatan dan program kami adalah ketersediaan dana PpMD oleh PPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dosen pembimbing KKN. Dengan adanya dana ini dapat membantu kami dalam melaksanakan program-program besar kelompok kami. 2. Faktor Penghambat Dalam pelaksanaan program dan kegiatan kami di Desa Leuwiliang, tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor yang menghambat pelaksanaan program dan kegiatan kami. Di antara faktor-faktor yang menghambat kegiatan kami adalah sulitnya mencari sponsor dalam pelaksanaan KKN ini serta terlambatnya dana PpMD yang cair dari pihak PPM. Mengenai sulitnya mencari dana, kelompok kami menyiasatinya dengan memberlakukan uang kas tiap ada kumpul kelompok dan pengumpulan dana dari setiap anggota kelompok. Penghambat selama kegiatan KKN adalah Kurangnya koordinasi serta komunikasi baik kepada warga maupun antar kelompok terhadap acara yang akan diselenggaraka, Terbatasnya fasilitas desa seperti sarana dan prasarananya untuk menyukseskan program kerja yang akan diselenggarakan, dan Masih terdapat rasa canggung antara mahasiswa KKN dengan warga sekitar. Faktor penghambat dari kelompok kami adalah masih sering terdapatnya miss komunikasi antar anggota dalam pelaksanaan suatu kegiatan, timemanagement yang masih kurang untuk beberapa individu anggota kelompok yang mengakibatkan terlambatnya waktu mulainya suatu kegiatan.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 76



It because the action never betray the result. (Sarah Anggita)



77



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berangkat dari permasalahan utama yang telah kami jabarkan pada bab pertama, maka kami telah melaksanakan program dan kegiatan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut tiap bidangnya dapat disimpulkan sebagaimana berikut: 1. Bidang Pendidikan Sebagai upaya kami dalam mengatasi permasalahan di bidang pendidikan, kami telah menyelenggarakan berbagai kegiatan baik dalam bentuk pelayanan maupun pemberdayaan. Kegiatan-kegiatan tersebut kami laksanakan dalam bentuk formal, seperti kegiatan belajar mengajar di SD dan TPQ serta peningkatan sarana pendidikan. Kegiatan yang kami lakukan di bidang pendidikan kami beri nama Masyarakat Cerdas, yang meliputi beberapa kegiatan, yaitu kegiatan belajar mengajar di SD dan TPQ, pembangunan taman baca, seminar peyuluhan narkotika dan zat adiktif serta seminar ke-Indonesiaan. 2. Bidang Sosial Dalam bidang sosial kami menamainya dengan sebutan Leuwiliang Bersahaja yang terdiri dari peringatan HUT RI 17 Agustus, pembangunan gapura desa dan TPU, Santunan Anak Yatim, dan Pembangunan/ Revitalisasi Masjid. Kegiatan tersebut kami susun berdasarkan permasalahan yang kami temui di Desa Leuwiliang. 3. Bidang Lingkungan Sedangkan berdasarkan permasalahan di bidang lingkungan, kami juga melaksanakan beberapa kegiatan yang merupakan bagian dari Leuwiliang Peduli. Kegiatan tersebut meliputi kerja bakti +bersama warga sekitar, pengadaan Bank Sampah, pengelolaan Limbah Sampah Plastik, dan pembuatan Biopori. 4. Bidang Kesehatan Bidang terakhir yang juga menjadi fokus permasalahan kami yaitu bidang kesehatan yang kami beri nama Leuwiliang Sehat dengan mengadakan Posyandu Remaja dan membantu posyandu sekitar dalam pendataan PHBS (Perilaku Hidup Bersih & Sehat)



78



B. Rekomendasi Kuliah kerja nyata (KKN) merupakan kegiatan pengabdian yang dilakanakan oleh mahasiswa dan mahasiswi kepada masyarakat dengan terjun secara langsung dan turun di tengahtengah masyarakat dalam sebuah desa. Dalam melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Tentu tidak semua kegiatan KKN INTEGRITAS058 berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, kelompok KKN INTEGRITAS 058 ingin memberikan saran kepada beberapa pihak terkait. Saran yang diberikan diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang lebih baik ke depannya. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aparat Pemerintahan Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang Kami selaku anggota KKN 058INTEGRITAS ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada aparatur Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang yang telah mendukung serta membantu segala kegiatan yang terlaksana terutama kegiatan pengabdian. Kami berharap pemerintah setempat dapat lebih mendukung program kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang ke depannya, sehingga program kerja yang akan dilaksanakan oleh kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang dapat dibutuhkan kembali demi kemajuan desa di masa yang akan datang. Selain itu aparatur desa ikut turun langsung untuk mendengar aspiasi warga sehingga dapat fokus untuk memperhatikan masalah sekaligus potensi-potensi yang dimiliki Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang. 2. Warga Desa Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang Di samping ucapan terima kasih kepada aparatur, kami juga mengucapkan terima kasih kepada warga Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang yang telah mau menerima dan membantu kami untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini. Selain itu juga kami berharap kepada warga Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang ke depannya untuk lebih meningkatkan rasa antusias terhadap segala bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) baik 79



dalam bentuk kegiatan fisik maupun edukatif, sehingga dengan itu akan menimbulkan nilai positif bagi warga desa khususnya. 3. Kelompok KKN yang akan melaksanakan kegiatan KKN di Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang pada masa yang akan datang. Pemberdayaan warga Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang khususnya anak-anak, ibu-ibu, dan pemuda-pemudi menjadi fokus bagi tim KKN di masa yang akan datang. Semangat anak-anak di Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang sangat tinggi serta memiliki potensi yang baik dalam melakukan kegiatan yang dilaksanakan oleh KKN 058INTEGRITAS . Selain itu, anak-anak merupakan bibit unggul yang akan mengharumkan nama baik desa. Begitu pula dengan ibu-ibu yang bersemangat membantu pelaksanaan selama kegiatan berlangsung. Maka dari itu tugas penting tim KKN yang akan datang adalah menyadarkan dan merangkul para pemuda agar dapat berkontribusi dalam memajukan Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang. Dalam melaksanakan kegiatan di bidang sosial dan kemasyarakatan, sebaiknya gunakan pendekatan sosialisasi secara menyeluruh untuk mengetahui karakteristik dari setiap warga di Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang. Sementara di bidang pendidikan, sebaiknya tim KKN selanjutnya mengadakan kegiatan pembelajaran di luar sekolah seperti bimbingan belajar seperti yang telah dilakukan oleh kami sebelumnya. Alangkah lebih baiknya momen tersebut dimanfaatkan tim KKN berikutnya untuk membantu masyarakat setempat dalam mengembangkan pendidikan di Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang. Karena bimbingan belajar tersebut sangat membantu khususnya bagi siswa yang masih belum bisa membaca dan berhitung. Selain itu bimbingan belajar merupakan program yang bersifat semi-formal yang mana dapat mendekatkan mahasiswa dengan siswa sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama dan akhir.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 80



BAGIAN 2: REFLEKSI HASIL KEGIATAN



81



BAB VI KISAH INSPIRATIF ANGGOTA SELAMA KKN-PpMM 2019 A. SEMANGAT RELIGI SERTA MENJUNJUNG NILAI ADAT TRADISI DI ERA MODERNISASI Oleh: Abdullah Kafabihi Ada apa dengan KKN? Tak terasa cepat sekali waktu yang sudah kami jalani. Kami semua sudah menjalani perkuliahan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama enam semester. Meskipun bayangan KKN (Kuliah Kerja Nyata) sudah terlintas di awal-awal saya masuk di kampus ini, akan tetapi saya merasa bingung memikirkan KKN semenjak memasuki awal perkuliahan semester enam. Banyak cerita dari mahasiswa-mahasiswa lama yang sudah menjalani program KKN, ada yang cerita mengenai kelucuan saat KKN serta ada juga cerita hebohnya KKN itu begimana6. Dari cerita-cerita itu, rasanya saya pribadi menjadi penasaran bagaimana rasa yang sebenarnya kegiatan KKN itu sendiri. Sebelum lebih jauh lagi, kami harus tahu mengenai apa sebenarnya kegiatan KKN itu sendiri. Melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara langsung dengan melaksanakan program kerja yang telah di rencanakan untuk membantu kegiatan desa kemudian memunculkan atau memanfaatkan potensi-potensi yang ada di desa tersebut, serta memberikan inovasi-inovasi yang mungkin sebelumnya belum ada di desa tersebut selama satu bulan dalam program yang dinamakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Jadi kegiatan ini secara tidak langsung juga turut membantu pemerintah dalam mengembangkan potensi dari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di desa. Setelah mendengar berbagai cerita mengenai KKN serta mengetahui arti penting dari KKN itu sendiri, saya memiliki pandangan bahwa sebenarnya kegiatan ini sangat penting untuk mewujudkan cita-cita bangsa menjadi bangsa yang besar dengan penduduk yang sejahtera. Maka saya memiliki keinginan untuk menjadi bagian dari kegiatan KKN. Saya



6



Bagaimana



82



berhasrat ingin ikut andil dalam menjadikan bangsa ini menjadi sejahtera rakyatnya dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Untuk dapat mengikuti kegiatan KKN setidaknya kami harus memiliki kemampuan yang bisa kami banggakan. Dengan kemampuan tersebut setidaknya kami bisa membantu apabila kemampuan yang kami miliki dibutuhkan oleh masyarakat. Bahkan kami bisa juga berbagi atau mengajarkan kemampuan yang kami miliki kepada masyarakat supaya nantinya apabila kegiatan KKN telah selesai mereka dapat mengembangkan ataupun memanfaatkan kemampuan yang sudah kami ajarkan. Untuk saya pribadi kemampuan yang bisa saya banggakan yaitu menguasai studi ilmu Alquran. Dalam hal ini ada beberapa kegiatan yang dapat saya lakukan serta bisa saya berikan kepada masyarakat. Seperti halnya membantu guru mengaji di desa tempat saya mengabdi, membuat perlombaan tahfiz7 Alquran, serta memberikan masukan-masukan kepada guru mengaji mengenai metode pembelajaran Alquran yang mudah dipelajari serta dipahami oleh anak. Sebelum melaksanakan kegiatan KKN saya memiliki anggapan bahwa KKN itu hanyalah kegiatan yang hanya menghabiskan waktu dan uang saja. Banyak yang bercerita begitu lama waktu yang dilakukan dalam pelaksanaannya yaitu selama satu bulan. Bahkan di kampus-kampus lain ada yang sampai dua bulan lamanya hanya untuk kegiatan KKN. Mereka juga bercerita uang yang dibutuhkan juga sangat banyak untuk melancarkan kegiatan yang sudah direncanakan. Akan tetapi semua pikiran itu berubah setelah saya merasakan sendiri bagaimana panjangnya proses yang dilakukan selama KKN berlangsung. Begitu panjang proses yang harus dijalani sebelum terjun langsung ke masyarakat. Proses tersebut dimulai dari pendaftaran, kemudian pembentukan kelompok yang dikelompokkan langsung oleh pelaksana KKN kampus kami tercinta UIN Syarif Hidayatullah yaitu PPM (Pusat Pengabdian Masyarakat). Dalam pengelompokannya, saya tidak bisa memilih untuk dapat dikelompok mana serta dengan siapa. Saya sangat beruntung dikelompokkan bersama teman-teman yang asyik dan seru yaitu kelompok 58. Kelompok ini kami beri nama “INTEGRITAS” yang memiliki arti kesatuan yang utuh serta memiliki kepribadian yang jujur dan



7



Hafalan



83



berkarakter kuat. Kami berfilosofi8 bahwa dengan nama itu kami bisa menjadi bagian dekat dengan masyarakat serta dapat membantu segala sesuatu yang diperlukan masyarakat kepada kami. Kemudian setelah pembentukan kelompok oleh PPM, kemudian saya dan teman-teman sekelompok diberikan pembekalan untuk persiapan selama proses KKN yang akan kami lakukan nantinya. Dalam proses pembekalan ini dibagi beberapa gelombang dan dilakukan dalam waktu tiga hari yaitu dari tanggal 3 sampai 5 Mei 2019. Setelah itu saya dan teman-teman mendapatkan pembagian wilayah yang akan kami tempati untuk melaksanakan program KKN. Kami ditempatkan di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Setelah mengetahui daerah yang akan kami tempati untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat, kemudian saya dan teman-teman melakukan empat kali survei. Survei pertama dilakukan untuk mengurus surat perizinan ke kantor Desa Leuwiliang. Di sana kami hanya bertemu sekretaris desa dikarenakan kepala desa sudah meninggal, kami mencari informasi mengenai kondisi dan susunan kependudukan Desa Leuwiliang serta melihat kampung-kampung yang akan kami tempati untuk kegiatan kami. Kemudian survei kedua kami masih melihat-lihat tak lupa juga kami meminta pendapat dari sekretaris desa untuk memberikan arahan kampung mana yang sekiranya masih perlu untuk kami bantu, kemudian sekretaris desa memberikan pilihan beberapa kampung yang sekiranya perlu atau bisa kami tempati untuk melaksanakan program kami nantinya. Dari situ kami kemudian melihat situasi dan kondisi dari beberapa kampung yang telah diberitahu oleh sekretaris desa. Tak lupa kami temui juga ketua RT serta RW di kampung-kampung tersebut. Kemudian kami diberikan beberapa informasi lebih lanjut mengenai kondisi kampung-kampung tersebut. Pada survei ketiga, kami telah menentukan kampung mana yang akan kami tempati untuk melaksanakan program yang akan kami laksanakan, Yaitu di Kampung Parung Panjang Lebak Desa Leuwiliang. Pada saat kami mengunjungi desa tersebut tidak disengaja kami ke sana bertepatan dengan adanya kegiatan rapat oleh remaja mengenai program kampung ramah lingkungan yang akan dilakukan di kampung tersebut. Kami juga sempat membicarakan mengenai kegiatan apa saja yang akan kami lakukan. Terakhir kami diajak melihat tempat tinggal atau rumah yang akan kami tempati sebagai posko selama melaksanakan KKN di desa 8



Filosofi



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 84



tersebut. Setelah mendapatkan beberapa informasi dari sekretaris desa mengenai beberapa rumah warga yang dapat kami tempati sebagai posko, pada survei yang keempat kami memutuskan untuk menempati dua rumah warga yang disewakan untuk kami jadikan sebagai posko cewek dan cowok setelah sebelumnya kami pertimbangkan bersama. Dari beberapa kali survei yang telah kami lakukan, kami mendapat beberapa gambaran mengenai kegiatan apa saja yang akan kami lakukan di Kampung Parung Panjang Lebak tersebut. Kemudian kami menyusun kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat kami lakukan untuk membantu serta memberikan inovasi baru terhadap warga kampung Parung Panjang Lebak. Setelah program yang kami buat siap untuk dilaksanakan, kemudian kami melaksanakan program pengabdian pada waktu yang telah ditentukan oleh PPM yaitu dimulai pada tanggal 23 Juli hingga tanggal 23 Agustus 2019. Dalam waktu satu bulan itu kami melakukan kegiatan yang bertemakan “Belajar Mengabdi Bersama”. Dari tema tersebut kami melaksanakan berbagai kegiatan, baik di bidang pendidikan, sosial dan lingkungan, keagamaan, serta kesehatan. Di antaranya yaitu menyelenggarakan acara di bidang sosial yaitu penyuluhan anti narkoba, bidang kesehatan yaitu cuci tangan bersih, bimbingan belajar dan mengaji, taman baca untuk desa, serta masih banyak lagi. Setelah menyusun program yang akan kami laksanakan di Kampung Parung Panjang Lebak Desa Leuwiliang, kami mendapatkan estimasi biaya selama program KKN yang akan kami lakukan di Kampung Parung Panjang Lebak Desa Leuwiliang. Untuk mendapatkan biaya yang kami perlukan tersebut kami mewajibkan per anggota untuk iuran. Selain itu saya dan tema-teman juga menjual pakaian-pakaian bekas yang masih layak pakai dan air mineral. Kami berjualan di sekitar kampus dua UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kawasan Danau Situ Gintung. Kami juga mendapatkan bantuan dana dari para donatur yang sudah berbaik hati untuk membagikan sebagai hartanya untuk menyukseskan kegiatan kami. Dari hasil iuran kemudian jualan yang telah kami lakukan serta bantuan dari beberapa donatur terkumpulah biaya yang kami perlukan untuk menjalankan program kami. Setelah dana terkumpul saya bersama teman-teman menunggu sampai hari pelepasan dari pihak kampus yaitu pada tanggal 23 Juli. Setelah pelepasan dari pihak kampus saya dan kawan-kawan berangkat menuju Kampung Parung Panjang Lebak Desa Leuwiliang. Dimulai hari pertama sampai hari terakhir pelaksanaan KKN, kami melakukan banyak kegiatan 85



yang sekiranya dapat membantu warga Kampung Parung Panjang Lebak Desa Leuwiliang. Selama proses kegiatan KKN tersebut, saya menjadi berpikir, beruntung sekali saya bisa mengikuti kegiatan KKN ini. Saya menjadi tahu banyak hal seperti, belajar untuk saling menghargai, belajar hal baru dari desa yang saya tempati, serta yang paling penting saya bisa lebih bersyukur lagi atas apa yang sudah saya lakukan. Kegiatan KKN ini sangat membantu kami untuk belajar hidup bersosial secara langsung dengan masyarakat, membantu masyarakat yang masih belum beruntung serta membantu untuk menyejahterakan masyarakat-masyarakat yang ada di desa. Teka-teki kelompok absurd9 Ketika pihak kampus sudah membagi kelompok, saya sama sekali belum mengenal teman-teman satu kelompok saya. Rasanya seperti asing dan canggung saat saya ikut kumpul pertama kali yang diagendakan oleh teman-teman satu kelompok saya. Wajah-wajah baru begitu tampak sangat menyeramkan dimata saya. Saya masih ingat pertama kali melihat wajah teman-teman baru saya ini sangat mengerikan apalagi untuk wanitanya. Memandang pun saya tak berani. Jujur saja untuk memulai perkenalan dengan orang baru saya sangat takut. Merasa asing bagi saya untuk bertemu dengan orang baru. Akan tetapi ketika sudah saling berkenalan saling mengobrol satu dengan yang lain saya merasa mungkin orang-orang baru ini akan lebih asyik kalau sudah lebih akrab. Mereka ini berasal dari berbagai jurusan yang ditawarkan di kampus UIN Jakarta, termasuk saya salah satunya. Ada yang dari jurusan Ekonomi Pembangunan, dari jurusan Hukum, jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), Manajemen Pendidikan, Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), ada juga yang dari Informatika, bahkan ngerinya lagi ada yang dari jurusan Sosiologi serta Sejarah Peradaban Islam. Saya sendiri dari jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir (IAT) dengan segala kekurangan yang saya miliki. Tak lupa, ada teman satu jurusan saya juga yang bernama Novi. Dia satusatunya orang yang saya kenal di kelompok. Seiring berjalannya waktu serta dengan dilakukannya agenda kumpul kelompok setiap satu minggu sekali, saya sudah merasa bisa akrab dengan teman-teman baru ini meskipun saya jarang ikut kumpul. Bahkan ketika teman-teman yang lain berjualan untuk 9



Tidak masuk akal



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 86



mencari dana, saya justru mengasingkan diri dari mereka. Saya merasa masih takut dengan mereka. Kemudian datanglah hari di mana kegiatan KKN berlangsung. Selama kegiatan itu saya merasa sangat sendiri. Di hari pertama datang ke tempat KKN saja saya langsung pergi entah ke mana sehabis acara pembukaan. Karena pada hari itu saya merasa masih asing dengan mereka. Akan tetapi di hari berikutnya saya sudah mulai bisa akrab dengan temanteman yang cowok. Ternyata mereka asyik juga. Saya sudah bisa ngopi-ngopi10 dengan mereka, main kartu bareng, bahkan mandi pun barengan 11 di kali. Sudah tidak ada jarak lagi antara saya dengan teman-teman yang cowok. Untuk ceweknya sendiri bagaimana? Jangan tanyakan. Saya tidak menyukai sifat anak cewek karena suka ribut dan juga cerewet. Ya walaupun tidak semuanya. Apalagi setiap kegiatan evaluasi, mereka berisik sekali. Ditambah jika membangunkan kami di pagi hari, menyuruh mengambil air di sungai dan mengantarkan ke pasar, rasanya telinga berisik banget. Dibalik itu semua, setiap ada kegiatan kami selalu mengerjakan bersama sesuai dengan tugas yang sudah dibagi. Kami saling mengisi satu sama lain untuk membantu menyelesaikan kegiatan yang kami lakukan. Dari situ saya mulai sadar kalau dibalik kemisteriusannya wajah teman-teman saya semua ternyata masih menyimpan rasa kepedulian yang tinggi serta rasa tanggung jawab. Saya belajar banyak juga dari kekurangan serta kelebihan mereka masing-masing. Terjebak di Parung Panjang Lebak Saya sangat beruntung sekali, bisa mengabdi di Desa Leuwiliang Kabupaten Bogor tepatnya di Kampung Parung Panjang Lebak. Kampung yang saya tempati suasananya masih sangat khas pedesaan. Sawah terbentang dimana-mana, sungai melintang dipinggir desa, hewan-hewan ternak masih sangat banyak. Warga di sana saja kalau mandi serta mencuci masih di sungai rame-rame12. Warganya pun sangat ramah terhadap orangorang pendatang. Mayoritas warganya berpenghasilan sebagai petani ataupun pedagang dipasar, walaupun banyak juga yang merantau ke luar daerah seperti ke Jakarta.



Berkumpul sembari meminum kopi Bersama-sama 12 Ramai 10 11



87



Nuansa keislaman di Kampung Parung Panjang Lebak masih sangat kental. Secara keseluruhan penduduknya beragama Islam. Meskipun di era modernisasi seperti zaman sekarang ini mereka tak ikut terbawa arus kemewahan yang dibawa zaman modern. Mereka masih hidup dengan sangat sederhana. Saling bergotong royong, saling tolong menolong, serta taat beribadah. Banyak pengajian-pengajian yang masih berjalan sampai sekarang. Mulai dari pengajian di kalangan remaja, pengajian bapak-bapak, bahkan pengajian ibu-ibu juga tak kalah ramainya. Suasana seperti inilah yang menjadikan Kampung Parung Panjang Lebak ini seperti wilayah islami yang hidup di zaman modernisasi. Banyak sekali yang dapat saya pelajari selama satu bulan di Kampung Parung Panjang Lebak. Mulai dari semangat untuk beribadah, semangat gotong royong, tak lupa keramahan terhadap orang lain yang sangat dijunjung tinggi oleh warga di sana. Tetaplah Istiqamah13 Begitu banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat saya pelajari selama satu bulan hidup serta ikut membantu melakukan kegiatan di Kampung Parung Panjang Lebak. Banyak inspirasi yang dapat menjadi motivasi bagi diri sendiri utamanya serta bagi semuanya yang sudah ikut andil dalam melaksanakan tugas mulia KKN. Begitu banyak harapan saya pribadi untuk seluruh warga Kampung Parung Panjang Lebak. Tetap menjaga kerukunan warga, pertahankan gotong royong untuk membantu sesama, serta selalu istiqamah dengan kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai keislaman. Jikalau pun saya diberi kesempatan untuk kembali ke sana, saya akan terus menjalankan kegiatan-kegiatan yang khususnya menyerukan ataupun menyemarakkan kegiatan islami. Mempertahankan kegiatan rutin pengajian untuk berbagai kalangan, supaya nantinya anak-anak penerus tetap dapat berjalan meneruskan perjuangan kemajuan desa di jalan yang tepat sesuai ajaran Islam yang tak akan tergerus oleh zaman. Terima kasih banyak untuk seluruh warga Kampung Parung Panjang Lebak yang senantiasa menerima saya dan teman-teman dengan segala kekurangannya. Terima kasih atas segala arahan dan masukan-masukannya untuk kebaikan saya dan teman-teman semua. Serta terima kasih banyak juga untuk Ibu Elsy Rahajeng, yang sudah senantiasa membimbing serta mengarahkan kami dengan sabar selama perjalanan KKN. Tak lupa juga 13



Sikap teguh pendirian



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 88



terima kasih yang sebesar besarnya untuk semua teman-temanku yang sudah menjadi keluarga selama satu bulan penuh.



89



B. TAMAN REPAL (Remaja Parung Panjang Lebak) Oleh: Aulia Eka Yunita Harapan-harapan dan kisah tercipta di Tanah Repal 14 yang akan terus membekas dan menjadi kenangan bagi insan Integritas. Tak mudah untuk dilupakan dan sangat indah untuk dikenang. Desa Leuwiliang, menjadi tempat mengabdi bagi saya dan teman-teman selama satu bulan. Banyak pengalaman dan pelajaran bermanfaat yang saya dapatkan selepas KKN. Rasanya ingin sejenak mengulang kenangan saat KKN dengan kisah yang sama, dengan teman-teman yang sama dan pengalaman yang sangat luar biasa. Ini adalah sepenggal dari kisah KKN saya yang akan saya tuliskan dalam 2500 kata yang penuh makna. Ku Ingin Perubahan Tak terasa tiga tahun telah saya lalui untuk menimba ilmu di dunia perkuliahan, tibalah saat ini saya mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Suatu program yang menjadi salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa dan mahasiswi di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Entah apa yang akan saya lakukan selama mengikuti program KKN tersebut, tentunya belum tergambar di dalam pikiran saya. Berawal dari keresahan dan motivasi untuk keluar dari zona nyaman membuat saya tertarik untuk mengikuti program KKN. Banyak keraguan yang datang silih berganti menggoyahkan tekad saya untuk mengikuti program KKN ini. Namun apalah daya, ternyata tekad yang sudah bulat jauh lebih kuat dari keraguan yang datang. Keluar dari zona nyaman dan membuat perubahan yang berguna untuk masyarakat desa menjadi motivasi terbesar saya dalam KKN ini. Selain itu saya juga ingin membagikan ilmu yang telah saya dapatkan selama perkuliahan kepada masyarakat. Ingin sekali rasanya membagikan pengetahuan seputar keuangan dan perbankan kepada warga desa setempat guna meningkatkan kesadaran masyarakat desa terhadap dunia keuangan khususnya perbankan di Indonesia. Tak ada kata gentar 15 dalam menjalankan tiap-tiap program kerja yang telah direncanakan dengan matang. Banyak program kegiatan yang telah kami rancang untuk mengedukasi dan memberdayakan warga desa setempat. Beragam program kegiatan kami jalankan dengan tulus dan 14 15



Remaja Parung Panjang Lebak Takut



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 90



ikhlas dengan harapan program kegiatan yang dijalankan ini dapat berjalan dengan lancar dan tepat sasaran. Hari demi hari pun terlalui dengan sangat cepat dan tak terasa sudah satu bulan masa pengabdian ini akan segera berakhir. Tiga puluh hari yang sebelumnya terbayang sangat lama, namun setelah saya lalui dan jalani dengan santai ternyata tiga puluh hari ini sangat cepat berlalu. Saya menjadikan KKN ini bukan hanya program kegiatan yang wajib untuk dijalankan oleh mahasiswa dan mahsiswi sebagai salah satu syarat kelulusan dalam perkuliahan, namun juga KKN sebagai bagian dari liburan dengan konsep yang berbeda. Masa pengabdian di Desa Leuwiliang ini telah menjadikan cara pandang saya terhadap dunia perkuliahan menjadi lebih terbuka dan berwarna. Anggapan saya mengenai KKN yang membosankan lenyap seketika setelah satu bulan hidup bersama dengan teman-teman kelompok dan warga desa Leuwiliang. Ceria canda tawa dan sedikit perselisihan menjadi bagian dari cerita saya di KKN selama satu bulan ini. Tidak hanya itu, saya merasa beruntung telah mengenal dan dapat menjadi bagian dari warga desa Leuwiliang. Bertemu dengan orang-orang baru dan mengukir pengalaman yang mengesankan menjadi sebuah momen yang tak bisa tergantikan di penghujung masa-masa perkuliahan saya. Tiga Puluh Hari Tibalah hari pengumuman untuk pembagian kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN), ternyata nama saya tercantum di dalam kelompok 058. Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang menjadi tempat bagi saya dan temanteman untuk mengabdi selama tiga puluh hari ini. Selama tiga puluh hari kedepan saya dan teman-teman akan melalui hari bersama dengan kisahkisah baru. Kisah ini dimulai dari perbincangan melalui grup whatsapp, di mana saya dan Kiki bekerja sama untuk mengundang teman-teman yang lain ke dalam grup whatsapp yang telah kami buat. Satu per satu dari teman-teman kelompok KKN coba untuk saya hubungi untuk berkenalan dan mencoba akrab dengan mereka. Whatsapp grup pun mulai ramai dengan berbagai perbincangan, di mana teman-teman saya saling memperkenalkan diri di grup tersebut. Melalui grup tersebut, kami mulai untuk berdiskusi dan merencanakan untuk mengadakan pertemuan, dimulai dari perbincangan seputar waktu yang tepat untuk rapat perdana dan juga hal-hal lainnya. Akhirnya saya dan teman-teman sepakat untuk bertemu di suatu waktu di mana dalam pertemuan tersebut bertempat di pelataran Auditorium Harun 91



Nasution yang berlokasi di Kampus 1 dengan agenda silaturahmi dan pembentukan struktur dari kelompok KKN. Satu minggu berlalu, hari yang ditunggu-tunggu untuk rapat perdana kelompok KKN sekaligus sebagai ajang silaturahmi ini pun tiba. Pelataran Auditorium Harun Nasution menjadi tempat berkumpul kami untuk berjumpa satu sama lain. Sore hari itu, seketika pelataran Auditorium Harun Nasution ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi peserta KKN yang juga mengadakan rapat perdananya. Tibalah saya di pelataran Auditorium Harun Nasution untuk mencari teman-teman KKN kelompok 058. Saat itu saya bingung mencari-cari dimana tempat teman-teman berkumpul dan ternyata sudah ada dari beberapa teman-teman saya yang sudah datang terlebih dahulu. Kemudian tak berapa lama, teman-teman saya yang lain pun sudah hampir lengkap. Teman-teman kelompok KKN saya terdiri dari 19 orang yakni dari 7 orang laki-laki dan 12 orang perempuan yang berasal dari fakultas dan program studi yang berbeda-beda. Ada rasa canggung dan ada rasa ragu saat pertama kali berjumpa dengan teman-teman kelompok KKN. Walaupun rasa canggung, gugup dan ragu saya saat itu sangat menguasai alam bawah sadar saya namun saat itu juga saya mencoba untuk mematahkan keraguan itu semua. Rapat pun dimulai dengan perkenalan diri dari masing-masing anggota kelompok KKN 058. Perkenalan ini dimulai dari memperkenalkan nama, fakultas masing-masing serta program studi yang sedang di tempuh. Saya merasa sedikit kesulitan untuk mencoba menghafal dan mengingat nama-nama serta program studi yang tangah ditempuh oleh teman-teman kelompok saya. Perkenalan dari masing-masing anggota sudah dilakukan dan agenda selanjutnya dari rapat perdana yang dilaksanakan pada sore itu adalah pembentukan struktur kelompok, yakni dimulai dengan menentukan ketua kelompok, sekretaris dan juga bendahara. Setelah itu baru dilanjutkan dengan pemilihan anggota per divisi. Ada beberapa divisi yang akan dibentuk dalam struktur kelompok KKN ini, yakni divisi acara, divisi konsumsi, divisi perlengkapan, divisi publikasi dekorasi dan dokumentasi serta humas (hubungan masyarakat). Dalam penyusunan struktur kelompok KKN ini tidak ada paksaan dari siapa pun dikarenakan dalam pemilihan struktur kelompok ini merupakan berasal dari kemauan diri sendiri. Namun sayangnya dalam rapat perdana ini, ada beberapa dari teman kelompok saya yang tidak bisa hadir dikarenakan satu dan lain hal. Akhirnya saya dan teman-teman bersepakat untuk melanjutkan diskusi ini melalui grup Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 92



whatsapp yang sudah dibuat sebelumnya. Diskusi pun berlangsung sangat seru karena semua anggota dari grup aktif untuk mengutarakan pendapatnya. Struktur kelompok pun sudah selesai dibuat dan telah disesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh masing-masing anggota kelompok. Adapun yang menjadi ketua dari kelompok KKN 058 adalah Yoga. Kemudian dibantu dengan dua orang sekretaris yakni Helen dan Sarah, serta posisi bendahara diisi oleh saya dan Fia. Dian, Vika dan Syaiful menjadi bagian dari divisi acara. Kiki, Hilal dan Ida menjadi bagian dari divisi konsumsi. Novi, Rosyid dan Kafa menjadi bagian dari divisi perlengkapan. Lily, Shidqi dan Adjie menjadi bagian dari divisi publikasi, dekorasi dan dokumentasi. Terakhir, Wiwid dan Rio menjadi bagian dari divisi humas. Setelah rapat perdana selesai, saya dan teman-teman selalu berkomunikasi dan berdiskusi terkait hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan dan yang akan dibutuhkan baik sebelum, selama KKN berlangsung maupun sesudahnya melalui grup whatsapp yang sudah ada. Banyak persiapan yang perlu dilakukan sebelum program KKN ini dimulai, antara lain adalah dengan melakukan survei atau observasi secara langsung. Adapun survei yang telah dilakukan adalah sebanyak dua kali, di mana pada survei yang dilakukan ke dua kalinya didampingi oleh dosen pembimbing lapangan kelompok 058, yakni Ibu Elsy Rahajeng, M.Ti. Survei ini penting dilakukan untuk menentukan desa mana yang benar-benar cocok untuk dijadikan sebagai tempat mengabdi dalam KKN ini. Akhirnya desa yang saya dan teman-teman saya pilih adalah Kampung Parung Panjang Lebak RT/RW.02/07, Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Singkat cerita, segala persiapan dan hal-hal yang dibutuhkan menjelang KKN sudah rampung 100%. Kini hanya tinggal mempersiapkan kondisi tubuh yang fit untuk berangkat dan memulai kegiatan pengabdian di Kampung Parung Panjang Lebak. Tanggal 21 Juli 2019 menjadi awal keberangkatan saya dan teman-teman ke Kampung Parung Panjang Lebak, meskipun tanggal keberangkatan yang telah ditetapkan dari PPM adalah 23 Juli 2019. Hal tersebut dikarenakan dosen pembimbing lapangan kelompok saya hanya bisa mengikuti acara pembukaan KKN di hari Minggu. Keberangkatan saya dan teman-teman kelompok ke Desa Leuwiliang lebih cepat dua hari dibandingkan dengan teman-teman kelompok KKN lainnya. Tiga puluh hari menjalani hari-hari di Kampung Parung Panjang Lebak banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, misalnya saja mencuci pakaian di sungai yang baru pertama kalinya saya lakukan. Awalnya saya 93



merasa kesulitan karena baru pertama kali mencuci pakaian di sungai di mana arus sungai tersebut cukup deras. Kemudian teman saya yaitu Kiki mengajarkan saya bagaimana caranya mencuci di sungai yang kemudian saya peraktikan dan ternyata mencuci pakaian di sungai menjadi salah satu hobi baru saya semenjak tinggal di Leuwiliang. Hal tersebut dikarenakan ketika mencuci pakaian di sungai saya dapat berinteraksi lebih dekat dengan ibuibu di Kampung Parung Panjang Lebak. Selain itu saya juga banyak belajar mengenai artinya kebersamaan dan saling menghargai antar teman-teman kelompok. Makna kebersamaan tersebut saya ambil ketika saya makan bersama dengan teman-teman saya, di mana pada momen seperti itu kami menjadi lebih akrab dan menjadi lebih saling peduli antar satu dengan yang lainnya. Selain itu saya juga banyak belajar makna saling menghargai selama KKN ini. Makna saling menghargai sangat penting untuk terus ditetapkan, baik itu dengan teman-teman sekelompok maupun dengan warga setempat. Terlebih lagi ketika dalam menjalankan program kegiatan kerjasama dan sikap saling menghargai menjadi poin penting untuk menyukseskan tiaptiap program kegiatan yang dijalankan. Itu sebabnya saya merasa senang setelah menjalani program KKN ini. Desa Pengabdian Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang menjadi tempat saya dan teman-teman untuk tinggal sementara selama satu bulan. Di desa ini saya dan teman-teman perempuan yang lain tinggal di rumah salah satu warga yang bernama Ibu Imas, sedangkan untuk teman-teman laki-laki saya tinggal di rumah salah satu warga yang bernama Mpok E’nah. Kesan pertama saya tinggal di desa ini merasa sangat nyaman, karena desa ini cukup jauh dari hiruk pikuk kota dan jalan raya yang bising. Selain itu saya merasa udara pagi di desa ini masih sangat segar dan dingin. Warga desanya pun sangat ramah terlebih lagi dengan anak-anak nya yang sangat antusias mengetahui bahwa akan tinggal di desa mereka selama satu bulan lamanya. Letak desa ini juga dekat dengan aliran sungai yang dapat mengurangi kesulitan warga yang memiliki masalah dalam mengakses air bersih. Kondisi dari air sungai tersebut juga cukup baik, sehingga bisa digunakan untuk mencuci pakaian, mencuci piring serta untuk kebutuhan kakus. Namun sayangnya dari pandangan kesehatan kondisi seperti ini sebenarnya tidak boleh, di mana air yang digunakan untuk kakus dan aktivitas lainnya berada dalam satu aliran sehingga hal tersebut dapat Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 94



menimbulkan bakteri-bakteri yang ada dapat menempel baik itu di piring, gelas maupun pakaian. Banyaknya warga yang memanfaatkan aliran sungai ini untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK) dikarenakan masih banyak dari warga setempat yang belum mempunyai WC yang lengkap serta septic tank sendiri. Selain itu untuk kebutuhan air bersih warga di Parung Panjang Lebak biasanya mengandalkan air sumur untuk kebutuhan minum dan memasak. Namun terkadang air sumur ini kering dikala musim kemarau datang. Untuk itu air sungai sangat diandalkan oleh warga Parung Panjang Lebak untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Masyarakat di kampung Parung Panjang Lebak juga cukup aktif dan kompak dalam menjalankan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti adanya sistem bank sampah, posyandu anak-anak dan remaja, serta kegiatan hidup bersih dan sehat. Namun sayangnya untuk mendapatkan akses kesehatan, warga Kampung Parung Panjang Lebak masih banyak yang mengandalkan jasa dukun untuk menyembuhkan penyakit dibandingkan dokter maupun bidan. Sistem pengelolaan bank sampah di kampung ini juga sudah cukup terorganisir dengan baik, hanya saja bank sampah di sini masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk membantu dalam pemilahan dan pengelolaan sampah-sampah tersebut yang nantinya sampah-sampah yang telah dipilah-pilah akan dikumpulkan ke pengepul. Namun masih banyak juga warga desa yang masih membuang sampah di aliran sungai dan belum membiasakan melakukan pemilahan sampahsampah. Warga Kampung Parung Panjang Lebak juga sangat aktif untuk pergi ke majelis ta’lim 16, baik itu majelis ta’lim anak-anak, remaja, ibu-ibu maupun bapak-bapak. Saya dan teman-teman juga ikut dalam pengajian ini beberapa kali. Namun saya merasa ksulitan untuk mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh pemuka agama di sana (ustadz) dikarenakan dalam penyampaian ceramah tersebut menggunakan bahasa sunda yang pada dasarnya saya tidak mengerti bahasa sunda. Sama halnya dengan majelis ta’lim remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak, majelis ta’lim anak-anak pun begitu masih banyak menggunakan bahasa sunda dalam bersholawat. Ada suatu kejadian yang saya alami yang membuat saya agak kaget dengan tradisi yang ada di kampung ini, yakni perbedaan tempat untuk laki-laki dan wanita ketika shalat Idul Adha, di mana ketika itu para pria dan juga anak laki-laki 16



Pengajian



95



melaksanakan shalat Idul Adha di masjid, sedangkan untuk para wanita dan anak perempuan melaksanakan shalat Idul Adha di majelis serta dengan imam yang berbeda, di mana saat itu imam dari kaum wanita adalah Ibu Ifa. Beliau juga menyampaikan khotbah17 setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai imam. Namun lagi-lagi toleransi dan saling menghargai tradisi sangat dibutuhkan untuk menghormati perbedaan-perbedaan tradisi yang ada. Letak Sekolah Dasar (SD) di Kampung Parung Panjang Lebak cukup mudah untuk dijangkau, namun untuk letak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sepenglihatan saya ini cukup jauh dari pemukiman warga Parung Panjang Lebak. Fasilitas yang disediakan di Sekolah Dasar (SD) Leuwiliang 05 yang saya dan teman-teman kunjungi ini cukup lengkap, di mana kelas yang ada cukup untuk siswa dan siswi dari kelas satu hingga kelas enam, terdapat perpustakaan yang nyaman, toilet, dan kantin. Anak-anak murid di SD tersebut juga sangat antusias ketika saya dan teman-teman datang untuk pertama kali di SD tersebut. Selain itu juga guru-guru yang ada di SD Leuwiliang 05 tersebut sangat mendukung program kegiatan yang hendak kami laksanakan di sekolah tersebut, seperti untuk mengadakan seminar kesehatan, seminar mengenai keindonesiaan dan juga mendukung program kami yang berkaitan dengan pengajaran. Saya dan teman-teman merasa besyukur telah diterima dengan baik oleh warga desa, aparatur desa setempat dan juga para sesepuh untuk menjalankan program kegiatan KKN di Kampung Parung Panjang Lebak serta selalu mendukung program kegiatan KKN yang kami lakukan. Do’a untuk Parung Panjang Lebak Definisi jatuh cinta mungkin bisa saya sematkan dan berikan untuk Kampung Parung Panjang Lebak. Mengapa tidak, karena di setiap harinya selalu memberikan kesan-kesan berbeda yang membuat saya jatuh cinta di setiap harinya. Mulai dari keramah tamahan warganya dan juga antusias anak-anak untuk belajar bersama dengan saya dan teman-teman saya. Saya merasa nyaman dan senang menjadi bagian dari warga desa Parung Panjang Lebak selama satu bulan. Namun bagi saya waktu satu bulan ini terlalu cepat untuk memberikan perubahan yang signifikan bagi warga Parung Panjang Lebak. Masih banyak hal yang ingin saya lakukan untuk warga desa Parung Panjang Lebak guna memberdayakan warga desa. Hal paling saya ingin 17



Pidato



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 96



lakukan adalah untuk memberikan pelatihan dan pembinaan bagi warga terkait usaha mandiri dan kreatif guna meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Selain itu juga saya ingin menumbuhkan minat membaca anak-anak agar anak-anak Parung Panjang Lebak dapat menjadi generasi muda yang unggul di masa depan kelak melalui taman bacaan yang telah kami buat. Tidak hanya itu, saya juga ingin sekali memberikan pembinaan mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya guna menjaga kelompok lingkungan sehingga kondisi lingkungan dari Kampung Parung Panjang Lebak dapat terus asri dan lestari. Semoga Kampung Parung Panjang Lebak dapat menjadi desa yang unggul, baik dari sisi perekonomian, sosial, maupun aspek-aspek lainnya. Selain itu saya berharap bahwa pengabdian kami di Kampung Parung Panjang Lebak mampu memberikan kesan yang baik dan tak terlupakan.



97



C. LEUWILIANG PENUH SUKA CITA Oleh: Alifah Sarah Widad Rahmani Perkenalan Hai, nama saya Alifah Sarah Widad Rahmani atau biasa dipanggil Wiwid. Saya merupakan seorang mahasiswa Hubungan Internasional semester 6, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun ini menjadi pengalaman kedua saya mengikuti program wajib Praktik Pengabdian Masyarakat di desa yang telah ditentukan. Teringat akan pengalaman pertama saya ketika duduk di bangku SMA kelas XII, yang saat itu mengabdi di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Lampung Timur, Lampung. Euphoria 18 yang dirasakan untuk kedua kalinya serta perbincangan akan “teman baru” dan “lokasi” yang belum pernah saya kenal dannjumpai sebelumnya membuat saya penasaran.



Senin, 22 April 2019 Hari ini menjadi hari yang ditunggu-tunggu, pengumuman anggota kelompok dan penempatan wilayah secara general19 membuat kami semakin dibuat penasaran. Tahun ini KKN bertempat di dua wilayah, yaitu Tangerang dan Bogor. Namun, di kedua wilayah ini dibagi lagi menjadi beberapa desa. Pengumuman pun keluar, saya melihat nama saya tercantum di kelompok 058. “Alhamdulillah dapet Bogor”, batin saya. Ekspektasi 20 saya semakin dibuat tinggi karena Bogor yang ditempati oleh kelompok kami berada di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang berarti saya berada di pusat kecamatan dan tidak terlalu tertinggal desanya. Ditengah obrolan per-KKNan yang menyelimuti ruangan kelas, saya mendapatkan sebuah pemberitahuan Whatsapp di handphone saya. “Anda telah bergabung ke dalam Grup KKN 058”. Rasa penasaran saya hilang setelah melihat beberapa teman yang masuk grup tersebut. Singkat cerita, kami saling memperkenalkan diri di grup tersebut serta merencanakan pertemuan-pertemuan singkat untuk persiapan KKN. Perasaan nyaman atau gembira yang berlebih Umum 20 Harapan 18



19



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 98



Jumat, 3 Mei 2019 Hari itu merupakan hari pertama seluruh mahasiswa semester enam berkumpul di Auditorium Harun Nasution UIN untuk pembekalan dan persiapan menuju KKN. Usai pembekalan, kami melaksanakan perkenalan secara langsung dengan anggota kelompok, briefing, dan sedikit membahas mengenai program yang akan dilaksanakan selama sebulan di sana. Pertemuan itu juga menjadi pertemuan pertama saya dengan mereka. Ada beberapa teman yang rupanya sudah pernah bertemu dan bertegur sapa di hari pertama mereka kenalan, sedangkan saya baru pertama kalinya bertemu mereka. Not bad21, batinku. Setiap anggota kelompok pasti memiliki sifat dan karakter berbeda. Semoga saja, saya bisa mengerti karakter dan sikap mereka. Setelah hari pertama kumpul kelompok serta briefing (walaupun tidak semua hadir), kami mulai mengeluarkan beberapa ide yang disisipkan guyonan 22 meskipun hanya melalui grup whatsapp. Setidaknya, hal tersebut membuat saya merasa sedikit enjoy 23 . Hari demi hari berlalu, usulan akan pertemuan-pertemuan selanjutnya dibentuk dengan kesepakatan; pembentukan struktur divisi dibentuk dengan musyawarah, usulan nama kelompok agar menjadi do’a di setiap kegiatan mulai di pikirkan, visi-misi dari tujuan kami melaksanakan KKN di wilayah setempat disusun dengan kata-kata yang indah, dan agenda-agenda serta program kerja yang akan dilaksanakan juga diusulkan untuk dibahas pada pertemuan selanjutnya. Kamis 09 Mei 2019 Hari itu merupakan kali kedua pertemuan saya dengan anggota kelompok KKN 058. Pertemuan ini berlangsung di sebuah café24 persis depan kampus satu. Penyelenggaraan ini juga menjadi pertemuan yang musyawarah karena sebelum memilih tempat dan hari, kami melakukan voting25 di grup. Gerimis yang kemudian disusul oleh hujan yang cukup deras tidak menghalangi kami sebagian untuk kumpul rapat persiapan KKN. Singkat cerita, pertemuan kami menghasilkan ide-ide seperti visi misi, pemilihan nama yang kelompok yang cocok, pembuatan dan pengajuan proposal, serta jargon kelompok. Pencetusan nama untuk kelompok kami Lumayan Candaan, grauan, banyolan, kelakar 23 Menikmati 24 Tempat makan berkonsep sederhana 25 Pemungutan suara 21



22



99



pun akhirnya disepakati dengan nama KKN 058 INTEGRITAS; dimaknai sebuah keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Integritas juga memiliki kepanjangan: (In)telektual, (te)rpadu, (g)esit, (r)eliabilitas, dan kuali(tas). Nama yang diangkat tersebut diharapkan menjadi do’a dalam kelancaran KKN 058 ini. Pertemuan kemudian dilanjutkan dalam pertemuan kedua yang diiringi oleh buka puasa bersama. Lagi-lagi pertemuan kami tidak lengkap anggotanya, karena beberapa anggota yang sibuk dengan urusan masing – masing. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Kami memutuskan untuk pulang dan melanjutkan pembahasan via online sambil mengkonfirmasi dengan teman-teman yang belum bisa hadir untuk mendapatkan kesepakatan bersama. Tepat seminggu setelah rapat pertemuan kedua, kami memutuskan melakukan pertemuan kembali dan berkomitmen untuk kumpul rutin setiap minggunya. Dengan suasana yang masih sama yaitu Ramadhan, kami memutuskan untuk rapat serta buka puasa bersama di suatu tempat makan. Pertemuan kali ini cukup ramai, namun lagi-lagi belum full team. Hari semakin malam, kami pun segera menyudahi rapat tersebut tepat pukul 21.00 WIB. Usulan program kerja sedikit demi sedikit bertambah, peralatan pun mulai disusun, serta memutuskan pemilihan tanggal kapan kami akan melaksanakan survei pertama. Minggu 19 Mei 2019 Tibalah hari dimana survei pertama kami berlangsung. Terhitung empat perempuan – termasuk saya – dan empat laki-laki, menuju Desa Leuwiliang. Setibanya di sana, kami disambut oleh Pak Ade, selaku Sekertaris Desa. Beliau-lah yang akan banyak membantu melancarkan program kami agar berkesinambungan dengan harapan masyarakat. Suara adzan pun berkumandang, menunjukkan waktu salat dzuhur. Setelah disambut oleh Pak Ade dan berbincang mengenai tujuan kedatangan kelompok, kami melanjutkan perjalanan untuk salat dzuhur terlebih dahulu sembari beristirahat. Di tengah panasnya terik matahari, kami melanjutkan perjalanan menuju RW 07, RW 09, dan RW 11 sambil memperkenalkan diri dengan Pak RW sekaligus survei tempat yang akan kami singgahi selama sebulan nanti. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 100



Ekspektasi saya jauh sekali dari kenyataan yang ada, melihat kampung yang akan kami tempati cukup tertinggal. Meskipun berada di Bogor, kenyataannya keadaan di sana susah air apalagi disaat musim kemarau. Sekitar rumah warga pun masih mayoritas sawah serta perkebunan. Padahal, sebelum sampai di lokasi, kami melewati Pasar Leuwiliang yang memang cukup ramai. Bahkan terdapat ruko-ruko serta rumah warga layaknya komplek perumahan, yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari tempat survei. Setelah berkunjung ke RW 07, RW 09 dan RW 11, kami kembali ke rumah Pak Ade untuk beristirahat sejenak sambil berbincang-bincang. Lalu kami di tanya oleh Pak Sekdes “bagaimana sudah punya rencana mau nempatin RW yang mana?”. Jujur saja, kami masih sangat dilema; terdapat desa yang masuk melewati pepohonan dan sepertinya sulit untuk akses ke jalan raya ataupun Pasar (jika ada keperluan masak nanti); ada yang desanya belum tersentuh KKN sebelumnya namun tidak ada rumah warga yang dapat kami tempatin di sana, dan adapula desa yang lumayan dekat dengan jalan raya, ramai penduduk, namun sudah pernah dijadikan tempat KKN oleh mahasiswa UIN tahun ajaran 2015 26 . Singkat cerita, akhirnya kami memutuskan untuk memusyawarahkan terlebih dahulu dengan temanteman kelompok kami. Sedikit menambahkan, Pak Sekdes juga menawarkan kami untuk survei ke RW 10. Akan tetapi, jarak dan keterbatasan transportasi menghalangi kami menuju kesana. Yang saya dengar dari Pak Ade, RW 10 terbilang sudah cukup maju tempatnya, berada di dekat pasar Leuwiliang, dan sebagian penduduknya adalah pendatang. Waktupun berlalu, saya dan teman-teman memutuskan untuk pulang pada pukul 15.00 WIB. Kemudian kami berpamitan dengan Pak Sekdes (tentunya juga dengan Pak RW setempat) untuk kembali ke Ciputat. Perjalanan kami dari Ciputat-Leuwiliang kurang lebih hanya menghabiskan waktu 2 jam. “Menurut kalian, mending kami di RW mana?” Tanya Kiki, mahasiswi semester 6 Jurusan IPS. “Yaa lebih baik sih yang engga terlalu maju desanya, supaya program kerja kami berkelanjutan buat mereka. Tapi jangan yang terlalu pelosok juga sih, bahaya.” sahutku memberikan usulan ke Kiki. Tak terasa kami sudah tiba di Kampus 1. Aku dan temantemanku kemudian saling pamit kembali ke rumah kami masing-masing.



26



KKN Gempar UIN Jakarta, 2015



101



22 Juni 2019 Tak terasa tinggal sebulan lagi keberangkatan kami menuju Desa Leuwiliang. Persiapan dan rangkaian kegiatan yang telah kami susun sedemikian rupa telah rapih dalam rundown 27 dan proposal. Usaha kami melewati “rapat rutin” dan survei memudahkan kami memahami kondisi dan program kerja yang akan diselaraskan nanti nya ke desa yang dituju. Hari ini pun menjadi survei terakhir kami yang diikuti oleh Bu Elsy, selaku Dosen Pembimbing Lapangan. Alhamdulillah, DPL kami sangat baik, serta mendukung setiap apa yang ingin kami lakukan dan kembangkan di Desa Leuwiliang. Survei terakhir mengantarkan kami pada pengenalan program 28 Biopori yang akan dilaksanakan di Desa Leuwiliang. Bersyukur sekali rasanya melihat warga yang sangat antusias memajukan desa serta lingkungannya. Biopori pun kemudian menjadi program tambahan sambil “belajar” mengenal program tersebut, dan membantu masyarakat melaksanakan program tersebut. Kemudian, saya beserta rombongan kelompok menuju semacam pos yang bertuliskan “Bank Sampah”. Rupanya, kampung ini telah memiliki Bank Sampah yang sudah berjalan hampir 2 tahun. Ketua pengurus di sana, Teh Dewi, menjelaskan mengenai sistem dari Bank Sampah yang sangat membantu masyarakat serta lebih menjaga lingkungan. Bukan hanya Teh Dewi, beberapa pejabat desa juga hadir kumpul dengan kami. Kebetulan hari itu Dinas Kesehatan sedang berkunjung. Rupanya, di desa ini sedang mengadakan lomba Kampung Ramah Lingkungan, yang salah satu perwakilannya adalah kampung sini. Saya sangat kagum dengan apa yang mereka lancarkan, ingin mengembangkan desa dengan mandiri. Akhirnya, kami memutuskan untuk menetap di RW 07, Kampung Parung Panjang Lebak untuk KKN nanti. Warga setempat pun sangat ramah meskipun kami baru survei beberapa kali. Lingkungan warga yang saya rasakan begitu damai, serta religius. Mungkin ini memang pilihan yang pas untuk menetap, bahkan merindukan “rumah sementara” kami selama sebulan nanti. Pengabdian Susunan acara Teknologi alternative untuk penyerapan air hujan, selain dengan sumur resapan; pengolah sampah rumah tangga yang dapat diterapkan di lahan pemukiman perkotaan yang sempit. 27



28



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 102



Sehari sebelum pengabdian pun tiba. Saya menyiapkan perlengkapan pribadi serta kepentingan kelompok dan menitipkannya di tempat teman saya, Helen. Hari itu juga, barang-barang tersebut dibawa dengan mobil pick up menuju lokasi agar ketika keberangkatan, kami hanya membawa perlengkapan pribadi yang masuk kedalam tas kecil. Tempat tinggal yang akan kami tempati juga terpisah antara laki-laki dan perempuan namun terpisah oleh satu rumah, jadi kami menyewa dua rumah sekaligus dengan perabotan rumah tangga yang hampir lengkap. Hari keberangkatan pun tiba. Dengan terburu-buru, saya menuju Masjid Fathullah untuk berkumpul dengan teman-teman yang sudah menunggu saya dan anggota kelompok yang belum terlihat batang hidungnya. Dengan berakomodasikan satu mobil pickup, dua mobil teman kami, Dian, dan beberapa motor yang akan ditumpangi laki-laki, kami pun akhirnya berangkat menuju Leuwiliang pukul 08.30 WIB. Setibanya di sana, kami langsung gotong royong mengangkut perlengkapan, baik pribadi maupun yang akan dipakai bersama. Melihat kondisi rumah yang akan ditempati sebulan kedepan bagiku cukup nyaman, walaupun hanya ada dua kamar, satu ruang tengah yang nyambung dengan ruang makan, dapur dan kamar mandi. Kami selesai beres-beres dan lain sebagainya sekitar pukul 11.50 sedangkan jam 13.30 kami sudah harus menyelenggarakan pembukaan acara di Majelis dengan masyarakat sekitar. Usai beres-beres, kami bergegas salat dzuhur dan siap-siap untuk pembukaan. Pembukaan pun dimulai, Helen selaku pembawa acara membuka acara dengan santun dan penuh kehati-hatian agar tidak memberikan kesan buruk di awal. Bu Elsy, selaku Dosen Pembimbing juga turut hadir dalam acara pembukaan. Acara berlangsung dengan lancar, dan diakhir dengan sesi pemberian name tag sebagai simbolis bahwa KKN telah dibuka. Kami pun mendokumentasikan kegiatan ini dengan para tokoh desa setempat. Hari pertama di kampung orang menurut saya tidak terlalu buruk. Akan tetapi, kendala yang saya alami yaitu bahasa. Ya, saya kurang mengerti bahasa sunda, jadi hanya menangkap sebagian pesan yang disampaikan oleh beberapa tokoh desa setempat. Anggota kelompok kami berjumlah 19 orang, 12 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Sedangkan yang mengerti bahasa Sunda hanya 1-2 orang yang membuat kami harus menanyakan mereka apa yang disampaikan warga setempat (tidak semua berbahasa Sunda, sebagian juga ada yang lancar berbahasa Indonesia). 103



Usai pembukaan acara, kami kembali ke rumah untuk beristirahat. Bu Elsy pun segera pamit karena khawatir terlalu larut malam sampai dirumahnya. Kami pun berpamitan dengan Bu Elsy sembari mengucapkan hati-hati dalam perjalanan dan mendoakan beliau. Hari pertama saya di Desa Leuwiliang pun terlalui dengan suka-duka. Merasakan susahnya mendapatkan air bersih di sana, karena sedang musim kemarau, dan air sanyo hanya bisa dinyalakan tiap 5 jam sekali, tidur berdua belas dengan beralaskan karpet dan tumpukan selimut, merasakan kebersamaan dengan teman-teman baru tak akan terlupakan seumur hidup saya. Singkat cerita, saya menjalani hari-hari saya di sini sesuai dengan jadwal yang telah disusun sedemikian rupa. Piket masak dan kebersihan untuk 19 anggota kelompok, bimbel (dan terkadang diisi dengan games) dengan anak-anak, membantu guru TPA untuk membimbing para murid mengaji, sedikit mengisi kekosongan dengan membantu para guru SD mengajar di SDN 05 Leuwiliang, serta mengikuti pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak secara rutin setiap minggu. Minggu pertama dan kedua saya diawali dengan membuat taman baca, menyelenggarakan seminar cuci tangan dan baris berbaris kepada siswa-siswi di SDN 05 Leuwiliang, senam sehat yang dilanjutkan dengan pembangunan gapura desa dan penyerahan bibit tanaman, membantu masyarakat menyelenggarakan bank sampah, menyelenggarakan seminar narkoba yang sangat diantusiasi warga karena sangat mengedukasi, menyelenggarakan lomba keagamaan yang dilanjutkan dengan pawai obor– takbir keliling dan revitalisasi masjid, serta seminar keindonesiaan yang diselenggarakan di SDN 05 Leuwiliang. Pekerjaan terasa ringan jika dipikul bersama sama, begitu sekiranya kata pepatah. Seluruh rutinitas yang sebelumnya tidak biasa saya kerjakan terasa begitu menyenangkan, terlebih bersama teman-teman yang telah saya anggap seperti keluarga sendiri. Diterima di lingkungan baru dengan baik membuat saya sangat bersyukur. Anak-anak sekitar juga sangat menyayangi kelompok kami. Bahkan, terkadang saya merasa tidak enak hati karena anakanak sekitar lebih sering mengunjungi rumah kami untuk mengajak bermain atau meminta kami mengajarkan mereka. Terkadang, ibu RT dan warga di sini memberi kami makanan untuk sarapan. Pengalaman pertama yang tak pernah saya rasakan sebelumnya terjadi di sini, yaitu mencuci baju di sungai. Mungkin bagi masyarakat sini, hal ini menjadi hal keseharian mereka, bahkan mandi pun di sungai. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 104



Sejuknya air yang mengalir dan sangat jernih membuat saya merasa aman untuk menyuci pakaian di sini. Alangkah asri dan bahagianya desa ini, membuat saya bersyukur atas apa yang sudah saya miliki sekarang dan yang saya dapatkan di sini. Tak terasa, minggu pertama dan kedua telah saya lewati. Memasuki minggu ketiga dan keempat dimeriahkan dengan kemerdekaan Indonesia, yakni lomba 17-an yang dilanjutkan dengan nonton dan makan bersama warga, membantu mendekorasi SDN 05 Leuwiliang untuk akreditasi sekolah, membantu kegiatan biopori, penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan pembagian vitamin A untuk balita. Mengabdi Pada Negeri Di minggu terakhir saya, hampir semua anggota kelompok mengajar di SDN 05 sekaligus berpamitan dengan para guru dan murid-murid di sini. Kebetulan, di hari itu saya mengajar di kelas 1. Guru-guru yang sibuk mengurus akreditas sekolah, membuat kami semua mendapatkan kelas untuk mengajar. Diawali dengan perkenalan diri, dan dimulai dengan pelajaran menggambar. Pemandangan menjadi tema di hari itu. Saya mengelilingi murid-murid untuk mengontrol satu persatu namun disayangkan hanya sebagian kecil dari mereka yang bisa menggambar pemandangan. Bahkan untuk sebuah gunung pun harus dituntun. Akhirnya, saya membebaskan untuk menggambar apapun yang mereka bisa. Sebagian besar murid rupanya hanya bisa menggambar buah seperti Apel dan Jeruk. Tiba-tiba, ada salah satu murid yang menghampiri saya dan meminta untuk mengajarkan gambar mobil. Saya praktikkan dengan perlahan agar mereka bisa mengikuti cara saya menggambar. Senang bercampur sedih tak karuan perasaan saya, karena bisa mengajarkan mereka hal yang mungkin menjadikan mereka tidak melupakan saya. Singkat cerita, pelajaran kedua diisi dengan pelajaran menulis. Vika, teman mengjar saya menuliskan “Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia” di papan tulis yang kemudian harus disalin kembali oleh para murid. Sebelum pelajaran kedua dimulai, ada salah satu murid yang berantem dengan teman sebangkunya sendiri. Saya melerai keduanya, namun ada salah satu murid yang cukup bandel. Dengan sabar saya atasi murid tersebut yang pada akhirnya terbujuk untuk masuk kelas dan mengikuti pelajaran kedua. Di pelajaran menulis ini, ia meminta saya untuk membuat titik-titik di buku 105



untuk disambungkan dan menjadi kata-kata yang telah ditulis di papan tulis. Di sini, saya cukup senang dan bangga terhadap diri sendiri karena mampu mengatasi murid yang memang dikenal “bandel” di kelas. Pelajaran berakhir, para murid SD kelas 1 akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Perpisahan pun diakhiri dengan meminta kesan-pesan para murid kelas 4, 5, dan 6. Mereka sangat menyayangi kelompok kami, meski terkadang kami cuek dengan anak-anak, hampir sebagian besar muridmurid menangis bahkan setelahnya mereka mengirimkan surat untuk kami. Akhir Cerita Hari terakhir kami di Kampung Parung Panjang Lebak pun tiba. Penutupan yang dilakukan sekaligus santunan anak yatim dan tumpengan menjadi simbolis berakhirnya kegiatan KKN selama sebulan. Di akhir acara makan-makan dan membersihkan Majelis Ta’lim yang kami gunakan, tibatiba salah satu murid 29 yang pernah saya ajarkan sebelumnya, membantu mengumpulkan sampah gelas plastik untuk disortir ke Bank Sampah. Dalam benak saya pun bertanya, namun senang melihatnya. “Alhamdulillah, sepertinya Farel mengingat saya”, batin saya. Saya mengajarkannya untuk dikumpulkan dengan benar, lalu ia berkata kepadaku “Bu guru, eh teteh nanti titik-titikin tulisanku lagi yaa disekolah.” Kagum dicampur sedih rasanya mendengar permintaan anak SD kelas 1 yang sebenarnya mempunyai keinginan tinggi dalam belajar namun belum merumpuni apa yang seharusnya sudah bisa di lakukan pada anak yang seumuran dengannya. Saya mengiyakannya, namun tidak berjanji. Keesokan harinya, kami membuat sebuah acara kecil-kecilan sebagai rasa syukur saling mengenal satu sama lain dan bisa menjalani 30 hari bersama di Desa yang belum pernah kami jajaki sebelumnya. Perayaan “Integritas Awards” menjadi acara kecil dimana setiap anggota kelompok memiliki sifat dan karakter bermacam-macam dan disampaikan namun bukan sebuah kritikan tetapi menjadi pelajaran untuk saling memperbaiki diri. Dalam acara tersebut, saya mendapat julukan ter-lola30 yang sudah basi bagiku menjadi julukan yang ada pada diriku. Acara dilanjutkan dengan makan-makan bersama dan foto bareng.



29 30



Farel, siswa SDN 05 Leuwiliang Loading lama (lemot)



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 106



Jam menunjukkan pukul 00.00. tidak terasa hari itu berlalu dengan cepat. Kami membersihkan villa yang ditempati tadi, kemudian bergegas untuk kembali ke rumah. Barang-barang pribadi pun telah di bereskan masing-masing. Keesokan harinya, kami berpamitan dengan Pak RT setempat, Pak RW dan masyarakat sekitar. Rindu sekali rasanya kalau diingat masa-masa KKN. Tak seperti para senior katakan bahwa KKN itu tidak menyenangkan, pada kenyataannya sangat meninggalkan luka rindu. Terima kasih Leuwiliang, terima kasih Kampung Parung Panjang Lebak, terima kasih Pak Ade, terima kasih guru-guru dan murid-murid SDN 05 Leuwiliang, juga terima kasih seluruh masyarakat desa yang telah menerima kami selama sebulan dan mengajarkan saya akan nilai moral yang tinggi, kesederhanaan, serta rasa syukur atas apa yang ada sampai detik ini. Saya takkan melupakan semua hal yang secara tidak langsung mengajarkanku arti hidup dan melihat banyak hal lebih dekat. Jika diberi umur yang panjang dan diberi kesempatan, saya akan menyempatkan diri untuk mengungjungi kembali desa pengabdian saya ini.



107



D. INTEGRITAS DAN REPAL MENJADI SATU Oleh: Dian Febriani Awal Dari Segalanya Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu program dari kampus berupa pengabdian kepada masyarakat desa yang wajib diikuti oleh mahasiswa mahasiswi yang menginjak ke semester 6. KKN di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ini masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu dillaksanakan selama 30 hari mulai tanggal 23 Juli sampai 23 Agustus 2019 yang terdiri dari 200 kelompok yang tersebar di berbagai desa di Kota Tangerang dan Bogor. Nama saya Dian Febriani sering dipanggil Dian. Saya adalah mahasiswi semester enam, program studi Ilmu Hukum. Dari awal memasuki masa perkuliahan, saya sudah mendengar istilah KKN. Sehingga saya sudah tidak asing mendengar kata ini. Diawal semester lima, saya teringat perkataan salah satu dosen saya tentang KKN. Beliau mengatakan,”tenang saja sama KKN, jangan dibawa pusing, tanpa kalian sadari secara langsung kalian itu sedang liburan juga kok”. Ya memang KKN bisa dikatakan juga liburan secara tidak langsung yang disediakan oleh kampus. Jujur, awal-awal saya masih memandang setengah mata dengan adanya program KKN. Dipikiran saya kenapa jurusan saya harus mengikuti program ini, disaat jurusan Ilmu Hukum di universitas lain mendapatkan program magang. Namun, seiring berjalan waktu saya mulai menerima adanya program KKN dari kampus ini. Untuk mengikuti KKN pun harus mengikuti proses yang diberikan oleh kampus. Proses yang pertama adalah pendafatran, pendaftaran KKN ini dilakukan secara online di AIS (Academic Information System) UIN Jakarta. Untuk mendaftar pun terdapat beberapa syarat, salah satunya harus memenuhi kriteria total jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) yaitu sebanyak 110 SKS. Setelah proses pendaftaran adalah pengumuman kelompok-kelompok KKN dan anggotanya. Salah satu pengumuman yang cukup membuat saya deg-degan, karena saya akan menemui 18 wajah-wajah baru dari beberapa fakultas lain. Hari pengumuman kelompok pun tiba, dan saya melihat nama saya di kelompok 058, untungnya saya satu kelompok dengan teman satu jurusan saya yang bernama Yoga. Lalu terbentuk grup whatsapp yang berisikan anggota kelompok KKN 058. Obrolan di grup pun Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 108



dimulai dengan perkenalan nama kami, nama panggilan, asal fakultas atau jurusan mana. Lalu, ditentukan satu hari sebagai penanda kumpul pertama bagi kelompok kami. Canggung? Pasti, karena saya bertemu dengan wajahwajah yang belum pernah saya jumpai. Pada pertemuan pertama kami membahas struktur kepengurusan bagi kelompok kami yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, humas, acara, pubdekdok, konsumsi, dan perlengkapan. Saya pun ditunjuk sebagai koordinator bagi divisi acara, hal ini merupakan hal yang pertama kali bagi saya, karena ketika saya mengikuti kepanitiaan acara kampus, saya selalu menjadi bagian dari divisi pubdekdok dan menjadi koordinator divisi acara merupakan tugas yang cukup berat menurut saya, karena sebagai tumpuan dan penanggung jawab terhadap program kerja yang akan kami jalani nantinya. Setelah pengumuman kelompok adalah pengumuman terkait adanya pembekalan KKN di Auditoriun Harun Nasution. Di dalam acara pembekalan KKN ini dijelaskan bahwa setidaknya minimal 3 kali tiap kelompok melakukan survei ke tempat lokasi KKN yang di tuju agar melihat bagaimana keadaan lokasi KKN dan agar program kerja yang dilaksanakan sesuai dengan keadaan lokasi tersebut. Pada saat ini, lokasi tempat KKN belum diumumkan. Beberapa waktu setelah acara pembekalan, di umumkanlah lokasi yang akan menjadi tempat KKN kami selama 30 hari yaitu Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Integritas Dengan Segala Karakternya Salah satu hal yang dapat saya banggkan selama menjadi anggota kelompok ini adalah saya sebagai pencetus nama bagi kelompok KKN kami yaitu INTEGRITAS. Kata integritas sendiri pun mempunyai banyak definisinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) integritas adalah kesatuan yang utuh. Terdapat juga arti yang lain yaitu keadaan menyatukan pikiran, perkataan, dan perbuatan sehingga melahirkan reputasi dan kepercayaan. Oleh karena itu saya mengusulkan nama kelompok kami dengan kata integritas dengan harapan dapat menyatukan pikiran dari 19 orang yang akan menghabiskan waktu selama 30 hari, dan tetap menjaga kesatuan yang utuh dalam keadaan apapun yang akan dihadapi kelompok kami selama kegiatan berlangsung. Tinggal bersama 18 orang selama 30 hari adalah hal yang menantang bagi saya. Karena, saya sebagai anak tunggal yang terbiasa dengan suasana sepi tidak terlalu ramai dan harus menerima keadaan akan menghabiskan 109



hari-hari saya bersama 18 karakter yang berbeda-beda. Seiring berjalannya waktu saya pun mulai mengenali karakter dari teman-teman kelompok KKN saya. Walaupun sering terjadi adu argumen, miss komunikasi dalam kegiatan KKN itu adalah hal yang wajar menurut saya, anggap saja sebagai bumbu pelengkap bagi kelompok kami. Namun, saya sangat senang dapat menjadi bagian dari kelompok ini. Hal yang unik dalam kelompok saya adalah kami memiliki nama panggilan unik seperti sebuah silsilah keluarga yang rumit hahaha31. Pertama, dimulai dari ketua kelompok saya yaitu Yoga Dwi Septian. Ya, Yoga adalah teman satu jurusan saya, walaupun sebelumnya saya hanya mengetahui nama tapi tidak tahu wajah orangnya seperti apa. Yoga memiliki panggilan Bapakke, biar pas saja sebagai bapak bagi kelompok kami. Saya merasa tenang ketika Yoga menjadi ketua kelompok ini, karena saya melihat dia pandai berbicara dan aktif dalam grup dan yang terpenting dia jago32 bahasa sunda sehingga dia sebagai penghubung kami dengan warga desa di tempat KKN kami. Sebagai ketua pun, Yoga tipikal orang yang santai tidak terlalu memaksakan kehendak dan selalu mendengar gagasan dari tiap-tiap anggotanya. Makasih ya Yoga sudah bersedia menjadi ketua kelompok KKN 058 INTEGRITAS ini. Kedua, sekretaris 1 kelompok saya yaitu Helen Sagita. Helen pun memiliki nama panggilan Teteh dan Princess. Helen juga berperan sebagai alarm hidup tiap pagi di rumah perempuan. Ya, rumah perempuan dan yang laki-laki terpisah. Helen itu orangnya sabar, karena cewek-cewek di kelompok saya itu orangnya ramai sekali. Telaten dan detail sebagai sekretaris. Helen juga paling rajin menyetrika baju-bajunya dan Helen juga sebagai penolong bagi anggota yang cewek ketika anak-anak kecil di tempat KKN main ke posko kami, karena Helen cukup akrab dengan anak-anak kecil disekitar. Saat piket bersama dengan Helen pun, kami sering curhatcurhat masalah pribadi dan dengan ini membuat saya semakin dekat dengan Helen. Makasih Helen, yang selalu sabar, mendengar curhatan saya, dan mengerti ketika saya sedang bete33. Ketiga, sekretaris 2 kelompok saya yaitu Sarah Anggita. Sarah adalah orang yang pertama chat34 saya di whatsapp, dan ketika bertemu pertama kali Sarah cenderung pendiam tapi dia menyimak setiap hal yang kami bahas. Sarah itu diam-diam menghanyutkan karena Tertawa Hebat 33 Bosan 34 Ngobrol 31



32



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 110



kadang dia tiba-tiba nyeletuk 35 kata-kata yang pedas hahaha. Makasih Sar, yang juga sebagai partner36 menonton film Marvel dan serba serbi k-pop37. Keempat, bendahara 1 yaitu Lutfia Saadah. Biasa dipanggil Fia dan mamih. Definisi mamih kost sangat melekat dalam dirinya, karena dia orangnya heboh, seru, ada-ada saja kata-kata aneh yang dilontarkan seperti ketertiduran, keterlupaan, ketertinggalan. Berkat dia saya mengetahui berbagai kosakata baru hahaha. Sejak bertemu pertama kali pun saya langsung nyambung dengan dia. Pokoknya kalo gak ada dia pasti rumah terasa sepi. Makasih mih atas 30 hari yang penuh hebohnya. Kelima, bendahara 2 yaitu Aulia Eka Yunita biasa dipanggil Aul atau dedek. Awalnya saya kira dia orang yang pendiam, tapi semua itu terbantahkan. Karena dia orangnya ramai, seru, ada-ada saja kelakuan atau celotehannya yang aneh dan selama KKN ini saya selalu tidur disamping Aul. Makasih ya dek, udah menghibur hari hari saya di KKN. Di kelompok ini saya mendapat panggilan “ibu”. Anggota kelompok yang keenam, Humas 1 yaitu Rio Prabowo biasa dipanggil Rio. Awalnya saya memang tidak terlalu mengenal rio karena dia jarang ikut rapat mingguan, tapi dia sering ikut ketika survei lokasi. Rio orang yang cukup vokal ketika kami melakukan evaluasi harian tapi dia juga orang yang santai. Dia juga sering membantu saya dalam mempersiapkan kegiatan yang akan kami laksanakan, seperti mengantar saya membeli bahan atau peralatan untuk acara, mengantarkan surat undangan kepada tokoh-tokoh masyarakat desa. Seiring berjalannya waktu pun saya merasa nyambung dengan Rio dan terkadang juga saling bertukar cerita. Makasih yo atas semua bantuannya selama KKN apalagi saat kegiatan 17an, oh iya, kalo main UNO jangan kalah lagi ya. Ketujuh, Humas 2 yaitu Alifah Sarah Widad biasa dipanggil Wiwid atau Kakak. Definisi seorang humas melekat banget sama wiwid, karena sering update 38 info-info dari PPM. Wiwid juga membantu saya dalam menghubungi pemateri salah satu seminar yang kami adakan. Wiwid bisa dikatakan juga pakarnya skin care39, karena dia tau jenis-jenis skin care yang bagus dan yang tidak. Makasih ya kak, atas ilmu skin care dan kadang menghibur saya dengan ke lola-an /loading lama nya. Berbicara secara spontan Pasangan 37 Korean Pop (Musik Pop Korea) 38 Aktivitas terbaru 39 Perawatan Kulit 35



36



111



Kedelapan adalah Vika Audina sebagai partner acara saya, nama panggilannya adalah Ofung. Pada beberapa pertemuan awal Vika selalu tidak hadir, saya pun sempat merasa dia serius atau tidak. Hingga akhirnya dia chat saya di whatsapp, sejak saat itu kami mulau saling berkordinasi satu sama lain mengenai program kerja yang akan kami laksanakan. Vika pun menjadi seseorang yang dapat saya percayakan, saling bertukar cerita pribadi dan akhirnya saya mengerti mengapa di awal-awal pertemuan KKN dia tidak hadir. Dengan adanya Vika, saat evaluasi harian dia lebih sering mengutarakan uneg-uneg40, masalah yang dihadapi ketika pelaksanaan suatu program kerja dan dengan ini pun saya merasa terwakili. Bisa dikatakan saya paling dekat dengan Vika, karena faktor satu divisi dan memang saya langsung nyambung saja sama dia. Pokoknya dia partner acara, partner keliling cari perlengkapan buat acara, partner nyuci baju di sungai (menjadi satu-satunya saksi mata ketika saya jatuh di pinggiran sungai karena batunya yang licin hahaha). Dia juga yang suka menenangkan saya ketika saya mulai emosi atau mood41 saya sedang tidak baik. Makasih Ofung sudah jadi partner segalanya selama KKN. Kesembilan adalan Syaiful Archam, anggota divisi acara juga dan bisa dipanggil Ipung atau Ipul. Keberadaan Ipul dalam divisi acara pun sangat membantu saya terlebih dalam program kerja yang sangat membutuhkan tenaga laki-laki. Hal pertama yang saya ingat dari ipul adalah ketika kelompok kami kumpul, dia suka ribut dan meledek Rosyid sehingga membuat saya selalu ketawa. Ipul pun dapat dikatakan unik, entah apa yang membuatnya unik. Makasih ya pul, udah mau di divisi acara apalagi pada proker yang berhubungan dengan cowok-cowok, belajar main uno yang benar pul, biar gak kalah terus. Kesepuluh ada Rizkiyana Syabania biasa dipanggil Kiki atau Mamak dari divisi konsumsi. Kalau tidak ada kiki, tidak ada yang mengurus masalah perut kelompok kami. Saya pun merasa terbantu dengan kiki, apalagi dalam program kerja mengajar di sekolah karena memang Kiki dari Fakultas Tarbiyah yang fokusnya dalam bidang Pendidikan dan Kiki menjadi penghubung kelompok kami dengan pihak sekolah. Ketika kami mendapat tugas piket bersama, kami suka cerita-cerita tentang segala hal baik saat memasak, bahkan saat mencuci peralatan masak dan makan yang kotor di 40 41



Keresahan Suasana hati



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 112



sungai hahaha. Makasih ya ki, koor konsumsi terbaik, dan juga udah bantuin divisi acara apalagi program kerja yang berhubungan dengan sekolah. Kesebelas ada Nurhilaliyah biasa dipanggil Hilal atau Umi dari divisi konsumsi juga. Hilal juga partner saya dalam salah satu program kerja yaitu taman baca, dia pun yang mengusulkan bagaimana dekorasi untuk taman baca, nama bagi tempat taman baca kami. Teman bicara dalam topik film, dan kpop. Hilal juga orang yang seru dan pembicaraan kadang out of the box42 hahaha. Makasih ya Lal, udah bantuin dalam proker taman baca, teman selfie juga dan partner mencuci baju di sungai juga. Keduabelas masih dari divisi konsumsi yaitu Saidah biasa dipanggil Ida atau Idacans. Ida itu orangnya diem, baik, dan cantik!. Ida juga berperan dalam program kerja yang berhubungan dengan sekolah karena Ida juga berasal dari Fakultas Tarbiyah dan Ida juga selalu mengajar mengaji untuk anak kecil di tempat KKN kelompok kami. Makasih Idacans, yang selalu handle43 ketika anak-anak kecil main ke posko yang cewek dan juga membantu program kerja yang disekolah. Ketigabelas dari divisi pubdekdok yaitu Laili Azzumar biasa dipanggil Lily. Menurut saya Lily itu pendiam tapi lucu, dan dia jago sekali menggambar pokoknya gambar-gambar Lily keren banget! Lily itu sering tertawa ketika saya berbicara atau sedang melucu. Lily pun berperan penting dalam program kerja yang disekolah. Ya, lily masih satu team dengan anakanak dari Fakultas Tarbiyah. Oh iya, Lily itu paling takut sama kecoa hahaha jika ada kecoa pasti dia langsung panik dan Lily itu senang banget bermain game di handphonenya. Makasih Lily yang selalu tertawa kalo dengerin aku ngomong, dan membantu kelompok KKN 058 Integritas. Keempatbelas ada Sahara Adjie Samudera masih dari divisi pubdekdok juga, biasa dipanggil Adjie atau Haji Adjie. Sebagai anggota divisi pubdekdok, kemampuan design tidak usah ditanyakan lagi, karena memang sebagus itu hasil designya. Dan hasil foto dan videonya pun juga bagus-bagus. Mantap lah pokoknya Adjie. Makasih ya Haji Adjie yang selalu sabar dalam menghadapi omongan anakanak cewek, pokoknya pubdekdok kuat ya ji! Kelimabelas yaitu Shidqi Akram dari divisi pubdekdok dan biasa dipanggil Shidqi atau Papih. Awalnya saya kira Shidqi itu pendiam dan dia pun jarang ikut kumpul. Tapi ternyata, orangnya seru dan terkadang pasrah saja jika diledek sama mamih. Kemampuan designnya juga tidak perlu 42 43



Keluar dari topik pembicaraan Ambil alih



113



ditanyakan lagi, duo mantap lah sama Adjie. Makasih Papih yang selalu sabar menghadapi kelakuan dari anak-anak cewek. Oh iya, lain kali hati-hati kalo duduk di motor, nanti jatuh lagi, kan kami jadi gak tau kalo waktu lagi gempa hahaha. Keenambelas dari divisi perlengkapan yaitu Abdullah Kafabihi biasa dipanggil Kafa. Kalo piket sama Kafa tenang saja, soalnya dia pasti akan mengangkut air buat keperluan memasak. Kafa juga dipanggil dengan Kak Jambu oleh anak-anak kecil di tempat KKN kami. Kafa juga sering mengajar ngaji anak-anak di posko KKN kami. Makasih ya kafa, yang siap sedia buat masang banner44 kalua mau ada acara. Ketujuhbelas adalah Novi Laila Athiya biasa dipanggil Novi atau Mbak Novi. Mbak Novi ini orangnya pendiam dan sabar menghadapi kelakuan kami yang terkadang aneh-aneh. Saya tahu Novi karena teman dekat di jurusan saya ternyata kenal dengan Novi. Mbak Novi itu selalu satu paket sama Kafa karena mereka juga satu jurusan. Mbak Novi suka mengajar ngaji anak-anak kecil di tempat KKN kami. Makasih Mbak Novi, yang selalu sabar dan selalu menerima titipan jajanan kami semua. Kedelapanbelas yaitu Rosyid Abdul Majid biasa dipanggil Rosyid, Hasan (oleh Ipul). Awalnya memang saya tidak begitu nyambung ngomong dengan dia dan memang dia itu unik orangnya. Biasanya dia suka ngomong Bahasa Jawa sama Kafa, Novi, atau Kiki. Tapi dia membantu kelompok kami terutama dalam bidang keagamaan. Makasih Rosyid, yang juga selalu ngajarin ngaji buat anak kecil di posko. Tinggal 30 hari bersama 18 orang ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan, bahkan setiap orang memiliki peran masing-masing yang tentunya membuat KKN 058 INTEGRITAS saling mengisi satu sama lain. Banyak hal yang kami lakukan juga dalam mengisi waktu yang kosong seperti bermain kartu uno, menonton film bersama, bahkan jalan-jalan ke Curug. Tinggal bersama mereka membuat saya terbiasa dengan suasana rumah yang ramai. Karena mereka pun program-program kerja kelompok dapat berjalan. Saya mohon maaf jika perkataan dan perbuatan menyakiti hati teman-teman, kinerja saya kurang maksimal dan terima kasih temanteman Integritas ku telah hadir dan menjadi salah satu bagian spesial yang tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya. Terima Kasih Integritas Ku. Kalian luar biasa!



44



Spanduk



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 114



Hiruk Pikuk KKN Lokasi tempat KKN kelompok saya adalah di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang dan agar lebih terfokus kami memilih di RW 07 Kampung Parung Panjang Lebak. Di sini lah tempat kami akan melakukan tugas pengabdian kami. Pertama kali saya melihat Kampung ini mulai terfokus menjadi kampung yang ramah lingkungan. Hal ini saya ingat dari perkataan Bapak Andi Lala selaku Sekretaris Desa, beliau mengatakan bahwa kampung ini sedang mengupayakan menjadi kampung yang ramah lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan adanya program biopori dari Desa dan kami pun turut membantu dengan memberikan bibit tanaman, terdapat program Bank Sampah dan kami pun ikut turun tangan dalam memilah sampah-sampah plastik sesuai dengan kategori yang ditentukan dan juga membuat draft untuk harga sampah-sampah tersebut. Kampung ini juga sangat menjunjung tinggi nilai agama karena adanya pengajian rutin seperti pengajian untuk bapak-bapak setiap hari senin malam, pengajian ibu-ibu setiap hari jum’at sore dan sabtu pagi, lalu pengajian remaja setiap hari Minggu malam. Sedangkan untuk pengajian bagi anak-anak di laksanakan setiap habis dzuhur, ashar, dan maghrib di Paud yang dikelola oleh Ibu Ipah. Sehingga kami pun suka mengikuti kegiatan pengajian-pengajian tersebut, dan juga membantu Ibu Ipah dalan mengajar mengaji untuk anak-anak kecil. Bisa dikatakan yang selalu membuat ramai posko KKN kami adalah anak-anak kecil yang rumahnya disekitar posko kami. Oleh karena itu kami pun mengadakan bimbel untuk membantu mereka mengerjakan PR sekolah, tidak hanya PR sekolah, kami juga mengajarkan hal-hal lain seperti Bahasa Mandarin, belajar menggambar, dan kerajinan tangan dengan origami. Antusias mereka pun sangat tinggi, bahkan mereka suka datang tiap hari ke posko kami padahal kami sudah membuat jadwal khusus untuk bimbel sendiri. Kelompok kami pun memiliki program memperbaiki plang TPU (Tempat Pemakaman Umum), membuat gapura, jum’at bersih dan revitalisasi masjid. Kelompok kami juga sempat melaksanakan kegiatan senam pagi di hari Minggu yang diikuti oleh ibu-ibu, remaja, dan anak-anak kecil. Kami juga pernah melaksanakan acara penyuluhan anti narkoba bersama SATGAS GAN UIN dan sasaran kami memang masyarakat umum. Sehingga yang hadir pun banyak dari tokoh tokoh masyarakat di Kampung Parung Panjang Lebak. Ada salah satu program kerja yang saya kerjakan 115



bersama dengan Hilal yaitu Taman Baca. Dengan tujuan meningkatkan minat baca bagi anak kecil dan remaja Parung Panjang Lebak (Repal). Tempat yang kami jadikan sebagai taman baca adalah pos remaja yang berada di samping majelis dan tempat ini memang satu-satunya tempat yang strategis. Kami memanfaatkan gelas pelastik bekas yang kami cat warna warni sebagai dekorasi untuk taman baca ini, botol bekas yang kami ubah menjadi lampion-lampion nantinya kami gantung di pos tersebut. Lalu kami membuat gorden rumbai-rumbai dari flanel, agar ketika hujan tidak langsung mengenai rak bukunya. Taman baca ini pun kami beri mana “Rumah Literasi Repal”. Dalam kegiatan KKN ini terdapat dua hari besar yaitu Idul Adha dan 17 Agustus. Untuk Hari Raya Idul Adha, alhamdulillah kelompok kami dapat menyumbangkan sebanyak empat ekor kambing. Kami pun mengadakan kegiatan lomba keagamaan yang bekerja sama dengan Paud Ibu Ipah. Setelah itu kami mengadakan pawai obor keliling kampung di malam takbiran. Untuk acara dalam rangka memeriahkan perayaan 17 Agustus, kelompok kami bekerja sama dengan pemuda setempat. Warga pun sangat antusias dalam mengikuti kegiatan perlombaan dari anak kecil, remaja, bahkan sampai bapak-bapak dan ibu-ibu. Kelompok kami turut ikut mengikuti beberapa lomba seperti tarik tambang, tetapi tarik tambang yang perempuan kalah melawan remaja repal, sehingga membuktikan bahwa kami tidak sekuat mereka. Tapi hal ini berbeda dengan Tarik tambang putra yang berhasil menang melawan remaja putranya. Ada satu perlombaan yang menari perhatian saya yaitu lombanya semacam panjat pinang hanya saja yang berpartisipasi ada para ibu-ibu dan cara mengambil hadiahnya adalah dengan memukulkan hadiah yang di atas menggunakan bambu yang Panjang. Kami pun sempat mencobanya dan ternyata itu sangat sulit, karena bambunya tipis sehingga menjadi sedikit lentur hahaha. Masih dalam perayaan 17an, di malam harinya pun mengadakan nonton bareng seprti layar tancap dan kami menonton film Soekarno (2013). Tidak hanya menonton bareng, anggota kelompok kami yang laki-laki bersama beberapa warga membuat nasi liwet untuk dimakan bersama sama. Banyak hal yang pertama kali bagi saya selama KKN ini seperti mencuci baju dan peralatan masak yang kotor di sungai hal ini dikarenakan susahnya air karena kekeringan. Walaupun di posko cewek menggunakan pompa air, tetapi kami hanya bisa menyalakannya setiap 5 jam sekali agar bak mandi dan ember-ember dapat terisi penuh. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 116



Perpisahan Bukan Akhir dari Segalanya Tidak terasa 30 hari berlalu sangat cepat, banyak pengalaman yang saya dapat dari KKN ini. KKN yang awalnya saya pandang sebelah mata ternyata efek yang didapatkan begitu besar bagi diri saya dan cara pandang berpikir saya. Banyak hal yang saya lalui di sini baik interaksi bersama Ibuibu sekitar ketika saya sedang mencuci baju di sungai, Umi RT yang sudah menganggap kami seperti anaknya sendiri, mulai dari sering memberi kami makanan untuk sarapan, membolehkan kami mandi di rumahnya ketika air dirumah sudah habis. Belum lagi ibu-ibu tetangga di sekitar kami yang mengajak untuk ikut ngerujak bersama. Terima kasih untuk warga Kampung Parung Panjang Lebak yang telah menerima kami dan berpartisipasi dalam acara-acara yang kami laksanakan. Terima Kasih kepada Bu Imas dan Mpok Onah yang telah menyewakan rumahnya sebagai tempat tinggal kami selama 30 hari ini. Terima kasih kepada dewan guru dan murid- murid SD Negeri Leuwiliang 05 yang menerima kami untuk melaksanakan beberapa program kami dan selalu menyambut hangat kedatangan kami. Terima kasih kepada adik-adik kecil yang selalu datang ke posko kami dan menyapa kami, bermain bersama. Harapan saya semoga KKN 058 Integritas selalu di ingat oleh warga Kampung Parung Panjang Lebak, semoga Kampung Parung Panjang Lebak semakin menjadi Kampung yang peduli akan lingkungannya, semoga anakanak di kampung Parung Panjang Lebak melanjutkan tingkat Pendidikan yang setinggi-tingginya, segala yang terbaik saya doakan untuk kampung Parung Panjang Lebak. Aamiin. Dan saya mohon maaf bila kami masih kurang berbaur karena keterbatasan waktu sehingga kami tidak bisa menghampiri seluruh tempat di kampung Parung Panjang Lebak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan sampai bertemu lagi



117



E. KEBAHAGIAAN KECILKU BERNAMA LEUWILIANG Oleh: Helen Sagita Praduga KKN Assalamualaikum w.w halo perkenalkan Nama saya Helen Sagita, seorang mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Tahun 2019 ini adalah tahun melelahkan dengan semester genap (enam) plus tugas yang teramat padat. Terlebih lagi ketika saya harus medapat kenyataan bahwa liburan saya kali ini akan dirampas lagi oleh kampus. Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah agenda rutin yang diadakan setiap tahun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka menjalankan tridarma perguruan tinggi, yakni pengabdian masyarakat. Saya sempat mencari tahu tentang KKN dengan bertanya pada kakak-kakak tingkat. Ada yang mengatakan bahwa KKN itu membuat kami merasa seperti manusia yang dibutuhkan, tempat berbagi ilmu di daerah pelosok, tempat strategis mengabdi sambil liburan (karena biasanya tempat KKN, seperti di Bogor misalnya, mempunyai beberapa objek wisata seperti curug atau taman swafoto). Ada pula yang mengatakan KKN itu isinya kebanyakan gabut (tidak ada pekerjaan), PDKT yang terfasilitasi, atau perantara membangun keluarga baru. Namun di sini saya akhirnya mencoba berkhusnuzan45 bahwa KKN adalah tempat pembelajaran baru bagi saya, bertemu dengan orang-orang baru serta ajang untuk mengekplorasi diri dan menguji potensi yang saya miliki agar dapat dimanfaatkan untuk masyarakat. Yah, Semangaaaat! Pertemuan awal Tibalah hari PPM mengumumkan kelompok KKN. Saya scrollup lembar demi lembar PDF berisikan daftar nama kelompok KKN yang tersebar di angkatan semester enam. KKN 058, adalah angka dimana saya menghentikan jemari dan berfokus pada sederet nama yang akan menjadi teman baru saya nantinya. Alhamdulillah, saya menemukan nama seorang teman dengan Jurusan yang sama, namanya Sarah Anggita. Setidaknya dari KPI ada teman seangkatan agar tidak sendirian dan merasa asing di pertemuan pertama KKN 058 nantinya. Selanjutnya banyak orang yang 45



Berprasangka baik



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 118



membicarakan soal grup chat KKN, entah kenapa saya tidak terlalu mementingkan hal itu. Saya termasuk yang tiba-tiba dikontak oleh seseorang dari kelompok 058 dan akhirnya saya pun masuk ke grup chat dengan nama Kelompok KKN 058. Berselang satu minggu PPM kembali mengedarkan PDF berisi pembagian wilayah KKN, dan saya mendapati nama Desa Leuwiliang sebagai tempat mengabdi. Setelah itu kelompok kami mulai mengusulkan untuk bertemu dan membicarakan struktur kelompok 058 ini. Pada pertemuan pertama di Auditoriun Harun Nasution, saya mencoba mencari titik lokasi berkumpul lewat foto WA yang di bagikan di grup. Sembari melangkahkan kaki saya menemukan mereka yang duduk-duduk di tangga. Banyak grup KKN lain yang juga berkumpul di Harun Nasution pada saaat itu. Jujur saya sedikit nervous akan seperti apa teman-teman KKN saya nanti. Ketika saya menemukan tempatnya, baru ada beberapa orang yang duduk di sana dan menatap saya dari kejauhan.saya pun bertanya “ Maaf ini KKN 058?” “iya 058, Helen ya?” saya tersenyum sembari mengiyakan. Saya pun berkenalan dengan mereka satu-persatu sembari menunggu anggota yang lain datang. Satu persatu anggota kelompok datang dan kami memulainya dengan berkenalan. Waktu bergulir menuju petang, kami masih melingkar dengan pembicaraan mengenai nama kelompok dan struktur kepengurusan KKN 058 ini. Hingga akhirnya kata INTEGRITAS menjadi pilihan untuk nama kelompok kami. Adapun BPH yakni Yoga sebagai ketua, saya dan Sarah sebagai sekretaris, Lutfia dan Aulia sebagai bendahara, dan teman-teman yang dibagi ke dalam beberapa divisi. Si Cantik yang Kutemukan di Pagi Hari Kami memulai agenda KKN kami lebih cepat dari pada kelompok lainnya. Jadwal PPM dimulai sejak tanggal 23 Juli – 23 Agustus 2019, sedangkan kami membuka agenda KKN kami pada tanggal 21 Juli, hal ini dikarenakan dosen pembimbing lapangan (DPL) kami sudah ada agenda lain di tanggal 23 juli sehingga ia meminta untuk dibuka lebih awal. Dua hari kekosongan yakni sebelum tanggal 23 kami isi dengan berbenah di rumah yang kami tempati di sana. Kami menyewa dua rumah warga, satu untuk perempuan dan satu lagi untuk laki-laki. Rumah permpuan cukup strategis dan memadai, meskipun kami kesulitan air bersih. Air di rumah itu hanya bisa kami nyalakan dan tampung dua kali sehari, yakni pagi hari dan sore 119



hari. Air itu hanya bisa kami gunakan oleh dua belas orang yang tinggal di sana untuk mandi secara bergantian. Cuci pakaian tidak mungkin kami lakukan di rumah demi menghemat persediaan air yang ada, sehingga kami harus mencuci pakaian di sungai Cianten. Beruntungnya sungai tersebut letaknya tidak jauh dari tempat kami tinggal. Di malam hari kami biasanya menonton film bersama atau mengakrabkan diri satu sama lain lewat sesi girls talk. Adapun teman-teman kami yang laki-laki, rumahnya terletak ditengah kebun warga, interiornya lebih besar dari rumah perempuan, dapurnya juga luas. Sehingga kami menjadikan rumah itu sebagai tempat memasak. Pernah suatu hari saya piket memasak di tempat laki-laki dan hendak menyiapkan sarapan, saya dikejutkan dengan seekor ular tanah yang diam mematung di dekat kompor gas, awalnya saya tidak menyadari keberdaan ular tersebut, mungkin karena efek bangun tidur dan belum mandi, hehe. Ketika saya perhatikan dengan seksama tiba-tiba dia bergerak dan melata ke sudut ruangan. Saya pun membangunkan Rio yang saat itu masih tertidur di kamar untuk membantu mengeluarkannya. Sebenarnya ular tersebut hampir saja di bunuh oleh Rio, namun saya mencegahnya karena tidak tega, juga sebetulnya saya menyukai ular. Banyak orang yang kurang menyukai hewan ini, tapi entah mengapa saya menyukainnya. Ular itu cantik, eksotis, dan berbahaya sehingga ketika bisa menaklukannya ada tantangan yang terpuasakan rasanya. Sayangnya ibu saya melarang saya untuk memelihara reptil, berbahaya katanya. Baiklah, kembali lagi kerumah laki-laki, ada satu kekurangan di rumah laki-laki yakni tidak ada ruang MCK (mandi, cuci, kakus), sehinga air untuk memasak harus diambil dari sumur terdekat ataupun masjid, tentunya kami meminta pertolongan dari para lelaki tangguh dengan ember di tangan. Terimakasih kalian yang sudah sangat membantu. Sebenarnya di rumah laki-laki ada sedikit hal aneh yang mengganjal ketika pertama kali saya memasukinya, ada hawa aneh yang terasa. Alhamdulillah saya terbiasa membaca ayat kursi dan doa penjaga diri setiap memasuki tempat baru. Pernah suatu hari saya megambil barang tertinggal ketika rumah itu kosong , karena semua teman-teman sedang mengerjakan program KKN kami di desa. Seperti ada yang memperhatikan, terlebih lagi suami pemilik rumah tersebut belum lama ini meninggal dunia. Dan di belakang rumah itu juga terdapat pemakaman keluarga, yang baru saya ketahui setelah hampir tiga minggu tinggal di sana. Lagi-lagi saya hanya bisa Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 120



bersyukur punya Tuhan sehebat Allah subhanahu wata’ala untuk berlindung, jadi saya tidak perlu khawatir. Kru Cilik (Krucil) ku yang Manis Program KKN kami di proposal tidak terlalu banyak, namun program tersebut ada yang rutin kami jalankan setiap harinya. Seperti mengikuti pengajian warga Desa Leuwiliang yang cukup religius. Di desa ini ada setidaknya empat kali pengajian dalam seminggu, pengajian anak-anak, pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-bapak, dan pengajian serta kumpul remaja. Selain mengaji dan memabaca puji-pujian pada sang Kuasa, pengajian di desa ini juga dijadikan sebagai tempat bersosialisasi di masyarakat. Sehingga tidak heran jika pengajian rutin ini selalu ramai didatangi. Kami juga memanfaatkanya untuk menyosialisasikan program kerja kami dan bersinergi dengan remaja setempat. Salah satu program kami adalah Bimbingan Belajar yang kami buka pada sore hari hingga menjelang magrib. Kelas ini berisikan bantuan pembelajaran di sekolah, kelas motivasi, kelas kreatifitas serta materi menyenangkan, bermain sambil belajar. Bimbel kami selalu ramai dengan anak-anak yang tinggal di daerah sekitar rumah. Anak-anak dari SDN Leuwiliang, anak-anak yang mengenal kami di pengajian, dll. Anak-anak itu kami panggil dengan sebutan Krucil. Krucil di sana sangat antusias mengikuti segala kegiatan kami, saya pribadi senang bisa bermain dan berbagi ilmu dengan mereka. Sebagai seorang yang berasal dari Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan peminatan Public Speaking, saya lebih suka mengajarkan krucil di sini bagaimana cara untuk berbicara di depan umum dengan baik. Saya juga berusaha menyesuaikan metode pembelajaran yang tepat untuk anak-anak, salah satunya adalah dengan bermain dan bernyanyi. Metode ini saya terapkan pula ketika saya mendapat jadwal untuk mengajar di SDN Leuwiliang. Teman-teman mengatakan bahwa saya cukup baik dalam menghandle anak-anak, sehingga saya sering dijadikan tameng ketika para krucil datang. Krucil di sana memanggil saya dengan sebutan teteh. Selain untuk belajar, krucil di sini juga seringkali berkunjung hanya untuk mengajak kami bermain dan mengikuti kami ke mana-mana. Termasuk ketika waktu istirahat kami. Mereka kerap datang ke posko dan beberapa teman saya merasa terganggu dengannya. Diwaktu seperti itulah saya kerap ambil alih memberi mereka pengertian agar memberikan kami waktu beristirahat terlebih dahulu. Namanya anak kecil kalau dikasarin kan kasian. Krucil di 121



sini lucu-lucu dan baik. Pernah suatu ketika saya jatuh sakit dan temanteman sedang berada di luar menjalankan program, saya sendirian di rumah. Setelah berobat, saya ditemani mereka sampai teman-teman saya kembali ke rumah. Terima kasih krucilku yang manis. Teman-teman yang Luar Biasa Tidak pernah terpikirkan bagaimana jadinya hidup dengan orangorang baru selama sebulan penuh. Delapan belas orang teman yang memiliki karakter yang berbeda-beda sangat membantu saya untuk lebih memahami cara untuk bersosialisasi, maklum anak sosial banget nih ceritanya. Saya memiliki kesan yang berbeda-beda pada setiap orang dan agar cerita ini dapat dikenang saya akan menceritakannya satu persatu. Pertama, Yoga Dwi Septian. Yoga adalah ketua kelompok kami yang memilii karakter tegas, bertanggung jawab dan orang yang gak enakkan. Dia tidak bisa marah karena mungkin memikirkan dampak bagi keutuhan kelompok ini. Ya saya tahu ada beberapa momen yang membuat kami berselisih paham, Yoga biasanya berusaha mencari jalan terbaik dan memposisikan diri sebagai penengah. Yoga bisa berbahasa Sunda dan itu sangat membantu kami untuk membaur dengan masyarakat, terlebih dalam menjalin relasi dengan tokoh-tokoh penting di desa. Kedua, Lutfiatus Saadah atau yang biasa dipanggil Mami Fia, dia seorang yang ceriwis, ramai dan tablo. Mami Fia sangat bisa mencairkan suasana dengan celotehannya, meskipun kadang menjengkelkan tapi Fia adalah orang yang terbuka dan mau berbagi. Meskipun Fia berasal dari Jurusan Agribisnis, ia pandai mengelola keuangan sehingga dia cocok berada di posisi bendahara. Hal yang tak pernah lepas darinya adalah Skincare, asli dah banyak banget. Saya menganggapnya wajar, sebagai wanita yang berada di tengah rutinitas ibukota, penting sekali merawat wajah agar tetap prima. Selanjutnya bendahara kedua yakni Aulia. Dalam keluarga KKN ini Aul kami panggil dengan sebutan dede, entah atas dasar apa kami menyebutnya seperti itu padahal anggota termuda bukan dia, hehe. Aul adalah orang yang menyenangkan dan sangat mahir mengelola uang karena sesuai dengan jurusannya. Dia paling jarang mandi tapi totalitas dalam agenda yang kami buat, seperti piket harian. Aul pernah lebih dari tiga hari berturut-turut piket memasak dan dia tidak mengeluh, malah bercanda dengan mengatakan “setelah KKN jadi jago masak nih gue”.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 122



Selanjutnya ada Sarah Anggita, dia adalah teman seperjuangan sebagai sekretaris di dalam keluarga KKN ini. Sarah juga satu jurusan dengan saya, dan saya senang memiliki teman seperti Sarah. Dia banyak membantu saya. Terimakasih banyak Sarah. Sarah tidak banyak bicara namun sekalinya berbicara menusuk, dan teman-teman pasti langsung mendengarkan. Sarah juga sangat bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugasnya. Disisi lain Sarah ternyata agak pemalu, apalagi ketika dia tertangkap basah oleh ketua KKN kami sedang dijenguk di pos ronda oleh pacarnya, ciee Sarah. Dan hari itu pun pasukan FBI dan Lambe turah KKN beraksi mencari tahu siapa pacar Sarah, dan kamipun berhasil menemukannya. Girls do research better than FBI, hehe. Next, ada Sahara Adjie Samudera, Adjie berada di divisi pubdekdok. Dia agak mahir dalam bidang kreatif desain dan videographer. Saya menyukai hasil karyanya. Pasti perlu proses belajar yang tidak sebentar untuk dapat membuat beragam karya-karya yang apik. Adjie juga banyak membantu saya selama KKN dan kami berteman baik sampai sekarang. Lalu, ada Shidqi atau yang biasa kami panggil papi. Papi Shidqi adalah orang yang lucu, mukanya juga lugu. Terkadang saya tertawa sendiri melihatnya. Uncontrolled komuk. Papi termasuk orang yang pandai bermusik, selera lagunya pun cukup keren. Dia adalah bagian dari divisi pubdekdok KKN. Kemudian ada Laili Azzumar, yang kami sapa Lily, komikus dan gamersam kelompok ini. Sebagai seorang sekretaris yang bisa melihat semua kisah inspiratif semua teman KKN termasuk Lily, saya sedikit terharu membaca cerita Lily tentang saya. Saya tidak menyangka jika Lily menghargai ketulusan pertemanan saya sampai sebegitunya. Lily seorang pendiam, namun saya tidak sampai berpikir dia pernah mengalami keadaan yang membutuhkan psikiater. Lily sebenarnya baik dan nyambung ketika saya ajak bicara, dia bahkan orang yang paling sering tertawa karena celetukkan saya. Lily kamu itu orang yang menarik jadi tolong jangan menarik diri, terbukalah, maka orang lain juga bisa tulus menyayangi kamu sayang. Di dunia ini banyak orang tulus yang mau berteman denganmu kok, salah satunya aku. Selanjutnnya ada Novi Laila Athiya, atau mba Nov. Mba Nov ini orangnya tidak banyak bicara juga seperti Lily. Ciri khas mba Nov adalah suaranya yang medok Jowo dan anggun seperti puteri keraton. Selanjutnya ada Rosyid, mas Rosyid ini juga wong Jowo. Rosyid berasal dari fakultas adab 123



dan humaniora yang membuat kami memiliki teman yang sama, Aray namanya. Rosyid ini pribadi yang cukup religius, bewok nya bagus rapi dan berasal dari keturunan terpandang namun rendah hati. Terkadang Rosyid suka tidak jelas, saya juga pernah melihatnya marah tanpa sebab. Tapi dia cukup baik, saya mgajarkan anak-anak untuk menjadi seorang pemaaf dan meminta maaf ketika berbuat salah atau menyakiti orang lain. Suatu ketika ada adik kecil yang mengadu bahwa dia tepukul oleh ka Rosyid saat bermain di posko ke saya. Ketika saya meminta Rosyid untuk meminta maaf ke anak kecil karena tidak sengaja terpukul olehnya saat sedang berbaring di sofa, dia yang sedang tidur mau bangun dan meminta maaf dengan baik ke anak kecil tadi. Kelihatannya juga dia cukup penyanyang dan terbiasa dengan anakanak. Selanjutnya ada Abdulah Kafabihi. Kafa adalah bagian dari trio Jawir, yakni mba Nov dan Rosyid. Kafa disukai anak-anak kecil di sana, katanya sih ka Kafa lucu. Kafa pandai memasak, lidahnya selera umat, maka dari itu jika saya piket saya biasa memanggilnya untuk mencoba masakan saya dan teman –teman. Lalu ada Nurhilaliyah yang kami sapa Hilal. Saya memiliki teman jurusan dengan nama kontak yang sama UIN Hilal, jadi saya suka tertukar ketika berkirim pesan. Hilal adalah orang yang berkepribadian menarik. Dia hobi menonton film dengan genre Thriller dan Horor. Dua genre yang sangat saya hindari. Hilal memiliki pemikiran yang terkadang out of the box, Hilal juga paling tidak ribet dari kami semua, jarang skincare-an tapi mukanya kaya anak skincare-an, Nah loh gimana tuh. Overall, dia seorang yang menyenangkan diajak berteman. Lalu ada Kiki, seorang guru dengan kompetensi yang patut diacungi jempol. Kiki tahu betul metode dan perbendaharaan teori keguruan. Kiki akrab kami sapa dengan sebutan mamak. Kenapa? Karena sikap dia seperti emak-emak. Bawel dan peduli. Kiki juga seorang penyuka anak-anak. Selanjutnya ialah Alifah Sarah atau Wiwid, perempuan yang berasal dari Jurusan Hubungan Internasional. Wiwid memiliki keahlian dalam menjalin relasi, oleh karena itu dia menjadi Humas dalam kelompok ini.Wiwid adalah bu guru saya dalam bidang per-skincare-an, karena saya kerap bertanya perihal itu ke Wiwid. profesi Wiwid dalam KKN ini adalah agen FBI dan Lambe turah dunia nyata dan media sosial KKN INTEGRITAS . Dia anak yang mandiri dan wirausahawan.Selanjutnya, Dian, mahasiwi dari fakultas Hukum dan syariah. Wanita cantik yang kami sapa ibu Dian ini Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 124



adalah pemilik kantung Doraemon , Toserba berjalan, dan manusia Palugada (Apa lu minta gue ada) dalam kelompok ini. Bu Dian adalah anak tunggal yang saya anggap hebat. Anak tunggal biasanya identik dengan sikap manja, namun bu Dian berbanding terbalik dengan stereotip itu. Dian sangat mandiri dan bertanggung jawab tanpa mengeluh untuk merealisasikan program kerjanya. Oh iya Dia juga merupakan koordinator divisi acara KKN INTEGRITAS. Kemudian ada Vika Audina yang kami panggil Opung. Opung adalah seorang yang tegas dan paling rasional. Vika orang yang cendrung cuek dengan penampilan, tapi punya ketertarikan terhadap lipstick. Pernah suatu hari saya melihat dia membicarakan lipstick dengan antusias di posko. Vika juga seorang yang memiliki sensifitas yang tinggi namun dia tahu bagaimana cara untuk melindungi dirinya dan memberi peringatan kepada temanteman. Selanjutnya ada Saidah, atau yang biasa kami panggil Idacans. Ida adalah seorang yang cakap dalam hal mengajari anak-anak karena dia berasal dari Jurusan tarbiyah. Jika kami ke sekolah, Ida selalu mengajar di kelas satu atau dua, anak-anak yang kami ketahui bersama sedang aktif-aktif nya di sekolah. Namun dia mampu mengatasinya dengan baik. GoodjobIdacans. Lalu Rio prabowo. Rio adalah seorang aktivis kampus. Dia kerap bolak-balik Ciputat –Bogor untuk menyelesaikan sesuatu. Dia bertanggung jawab dan seorang yang rasional. Rio pandai bermain gitar dan kadang kami memintanya untuk mengiringi kami bernyanyi. Lastbut not least, adalah Syaiful archam atau Ipul.Ipul adalah orang yang bisa dikatakan pemberi masukan terbaik dan totalitas dalam mengerjakan program KKN. Ipul pribadi yang cuek diawal tapi ternyata easygoing dan suka nongkrong. Ipul juga lucu dan disukai anak-anak karena punya cara tersendiri saat mengajar. Sampai Bertemu lagi Leuwiliang Tak terasa telah singgah di Leuwiliang selama 30 hari. Menjalani aktivitas dan ikut berkumpul setiap harinya dengan atau tanpa masyarakat sekamir. Kegiatan yang kami susun dari awal harus segera diselesaikan mulai dari kegiatan penutupan rutinitas Bimbel sampai ke Santunan Anak Yatim. Saat akan mengadakan salam perpisahan dengan anak murid Bimbel saya merasa sedih karena esok harinya kami akan pulang dan tidak ada kegiatan Bimbel seperti hari- hari sebelumnya. Perpisahan dengan anak-anak SDN Leuwiliang dan anak-anak pengajian menambah haru perasaan kami di hari terakhir kegiatan KKN, tidak sampai di situ kegiatan penutupan yang kami 125



adakan di SDN Leuwilianng juga sangat berkesan. Hari kepulangan kami sebentar lagi tiba, yang menandakan kegiatan KKN sudah selesai. Maka saya dan teman-teman mulai merencanakan kegiatan akhir yaitu Santunan Anak Yatim dan Closing ceremony di Masjid Fatimatu Azzahra . Rangkaian acara telah dilaksanakan, kemudian kami mulai berpamitan dan meminta maaf apabila yang kami lakukan di Desa Leuwiliang selama ini terdapat sesuatu yang kurang berkenan dihati masyarakat yang hadir. Kami mengucapkan terimakasih telah membantu kami selama di sinidan meminta maaf apabila kurang maksimal menjalankan program-program kerja kami di Desa Leuwiliang ini. Tak lupa doa yang mereka ucapkan untuk kami membuat haru seketika, saya yang awalnya sangat senang karena waktu untuk pulang ke rumah sudah di depan mata justru saya enggan meninggalkan Desa Leuwiliang. Banyak hal yang saya dapatkan dari kegiatan KKN ini, tidak hanya berupa kemandirian tetapi nilai-nilai yang diterapkan dalam lingkungan ini juga dapat saya ambil. Kenangan akan tetap tersimpan di ingatan dan hati kami. Saling memaafkan dan berjabat tangan agar hubungan kekeluargaan yang telah terjalin selama ini tetap terjaga dan diingat sampai kapanpun. Konflik yang terjadi di selasela kegiatan KKN menjadikan kami pribadi yang dewasa, dengan menyelesaikannya secara bersama tidak terasa berat dan menjadi beban. Singkatnya berada di Leuwiliang, banyak hal yang kami lakukan bersama membuat kami berat meninggalkan posko kami, tempat dimana kami berkumpul untuk sekedar bermain, makan bersama harus kami ditinggalkan begitu saja. Kenangan ini akan selalu tersimpan. Bagi saya hal yang saya tidak suka dari awal belum tentu akan tidak saya sukai di akhir, nyatanya KKN ini membuat saya lebih ahli dengan dunia luar dan orang lain. Saya dan teman-teman KKN berjanji suatu saat akan kembali untuk sekadar bersilaturahmi dan melepas rindu bersama.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 126



F. KKN: UJIAN UNTUK BERTAHAN HIDUP Oleh: Laili Azzumar Kisah ini mungkin akan lebih mengena bagi pembaca yang merasa mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain, karena sayapun termasuk orang yang demikian. Program KKN ini harus dijalankan bersama dengan kelompok yang anggotanya dipilih secara acak dari berbagai jurusan yang berbeda, lalu tiba-tiba sekelompok orang yang tidak dikenal ini harus tinggal bersama saya dalam satu rumah sempit disebuah desa yang bahkan namanya belum pernah saya dengar sebelumnya. Pertanyaan yang timbul dalam benak saya sebelum dimulainya KKN itu tidak lebih dari “Bagaimana saya bisa tinggal bersama orang-orang yang hanya pernah saya temui enam tujuh kali dalam rapat pra-KKN?”. Jadi kisah ini akan menceritakan tentang kisah saya—sebagai orang yang tidak pandai bergaul dengan orang lain— dalam sebuah pengalaman suka duka menghadapi kegiatan KKN melalui sudut pandang orang yang tidak biasa, dibungkus dengan deretan kata berbumbu melankolis. Kesan saya sebelum memulai KKN adalah bahwa program tersebut merupakan ‘ujian untuk bertahan hidup’ ketimbang tujuan utama KKN yaitu untuk ‘mengabdi pada masyarakat’. Hal ini dikarenakan sebelum KKN itu dimulai, saya sudah memprediksi berbagai masalah yang pasti saya temui, di antaranya : 1) Kesulitan membawa diri untuk bisa akrab dengan teman satu kelompok, 2) kebiasaan untuk tinggal seorang diri sehingga tidak bisa memaklumi berbagai karakter teman sekelompok dalam hal berbagi tempat tinggal, 3) kemungkinan daerah yang akan ditempati mengalami kekeringan, 4) fobia berat terhadap kecoak sehingga sangat perlu mempertimbangkan kebersihan tempat tinggal, 5) kenyataan pahit bahwa saya akan tidur tanpa pendingin ruangan, 6) dan masih sangat banyak hal kecil yang bagi saya sangat tidak mungkin untuk bisa bertahan di tempat asing itu selama satu bulan. Parahnya, program ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa UIN untuk dapat lulus, karena itu bahkan saya sempat berpikir mungkin saya tidak akan pernah bisa lulus dari universitas ini. Awalnya, saya sempat berpikir bahwa KKN baru dijalankan di semester 7, tapi rupanya program tersebut diadakan ketika liburan sebelum semester 7. Mendapati kenyataan bahwa setelah semester 6 ini saya tidak punya waktu libur membuat saya sangat keberatan dengan adanya program 127



ini. Ditambah lagi dengan kelompok yang anggotanya dipilih secara acak, membuat saya kurang siap secara mental untuk menghadapi program tersebut. Tentu saja bagi orang yang kurang pandai bersosialisasi seperti saya akan membutuhkan waktu lebih dari 1 tahun untuk bisa akrab dengan orang lain dan membiarkan orang tersebut tinggal dalam kamar yang sama dengan saya, sementara waktu yang kami miliki untuk saling berkenalan setelah mengetahui nama-nama anggota kelompok diumumkan hanya beberapa bulan sebelum KKN. Jadi masalah besar bagi saya sebelum memulai KKN adalah persoalan teman satu kelompoknya. Hal tersebut bukannya tidak beralasan. Sebelumnya, ketika masih di SMA, saya tidak memiliki satupun teman karena awalnya ketika baru pertama masuk sekolah, saya yang terbiasa punya teman dekat di SMP tibatiba harus mencari teman baru lagi yang tidak satupun saya kenal dari tempat baru yang masih asing pula. Hal tersebut menyebabkan saya sampai akhir tidak berhasil memiliki teman dan semakin sering menyendiri. Karena saya yang masih belum dewasa saat itu menyebabkan saya semakin tumbuh menjadi pribadi anti sosial. Bahkan saya semakin membenci makhluk bernama manusia serta kenyataan bahwa saya sendiri adalah manusia, sehingga mulai memiliki niatan membunuh orang lain atau membunuh diri sendiri sampai saya perlu diterapi bersama psikiater selama beberapa bulan. Satu satunya orang yang saya percaya dalam hidup saya adalah kakak saya. Dalam masa-masa terpuruknya saya dibawanya terapi psikiater, kakak saya mencoba memotivasi saya agar tidak kehilangan semangat hidup dan meredakan niatan untuk bunuh diri yang selalu saya cari waktu itu. Maka dia menyebutkan sebuah kalimat mutiara; “Allah menciptakan manusia pasti ada alasannya. Karena itu siapa tahu kau diciptakan karena diluar sana sebetulnya ada orang sedang membutuhkan mu. Jadi walaupun kau membenci hidup mu, tapi bertahanlah demi alasan itu”. Atas dasar kalimat tersebutlah yang menggerakan saya untuk masih berdiri hingga saat ini. Kalimat tersebut kemudian menjadi tujuan hidup saya, yaitu untuk bisa menjadi berguna bagi orang lain. Kalimat itu yang mendorong saya untuk akhirnya perlahan membaik dan bisa dibilang terbebas dari terapi psikiater itu dan mulai melanjutkan hidup saya seperti orang pada umumnya, seolah tidak pernah terjadi apapun di masa lalu saya. Kembali dengan urusan KKN, begitu saya melihat kumpulan nama yang menjadi sekelompok saya dan tidak seorangpunyang saya kenal, saya langsung teringat pada pengalaman pahit ketika pertama masuk SMA itu. Kalau dipikir stres yang saya alami dulu berawal dari kurangnya kemampuan Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 128



untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Sementara KKN ini sungguh menuntut saya untuk mampu tinggal selama satu bulan bersama orang-orang yang baru dan di tempat yang asing pula. Karena itu saya menganggap KKN ini sebagai cara untuk bertahan hidup demi menyelesaikan tugas wajib untuk bisa lulus dari UIN. Sesuai dengan kalimat yang saya jadikan sebagai alasan untuk bertahan hidup, maka motivasi saya untuk mengikuti KKN tersebut adalah untuk bisa membantu teman saya yang kesulitan dalam menjalani program kerjanya, terutama dengan kompetensi saya dibidang desain karena sejauh yang saya tahu, sangat sedikit orang yang mampu mendalami keterampilan tersebut. Namun ceritanya berbeda ketika saya mulai bertemu langsung dengan anggota kelompok tersebut. KKN 058INTEGRITAS “KKN 058 INTERGRITAS”, begitu kami menamai kelompok saya. Kelompok saya adalah nomor 058, dan INTEGRITAS adalah akronim dari beberapa kata yang tidak lagi saya ingat urutannya, yang saya ingat pokoknya ‘KKN INTEGRITAS’. Itu saja. Kelompok tersebut terdiri dari 19 orang yang berlatar belakang beberapa jurusan berbeda. Namun ada juga jurusan yang memiliki dua perwakilan untuk masuk kelompok ini, maka sebagian dari mereka sudah saling mengenal. Sayangnya dari jurusan Manajemen Pendidikan hanya saya, yang otomatis saya betul betul tidak ada kenalan dari anggota yang diacak itu. Disitu saya betul-betul merasa pesimis akan bisa melewati program tersebut. Sebagai orang yang tidak punya banyak teman, saya hanya bisa terbuka pada kakak saya, dan kebetulan beliau adalah alumni UIN juga. Jadi setelah mendapat banyak dukungan dari beliau, akhirnya saya baru cukup tergerak untuk bangkit ketika beliau mengatakan kata kuncinya: “KKN itu tugas yang sangat sulit, walaupun satu kelompok ada 19 orang tapi tetap saja mereka akan kesulitan untuk menjalani berbagai program kerja ketika di desa nanti. Jadi mungkin dengan kamu ikut maka ada sesuatu yang bisa kamu lakukan.” Kalimat yang mirip dengan sesuatu yang saya jadikan sebagai semangat hidup. Dengan berbekal kalimat tersebut, saya memberanikan diri untuk menjalani KKN itu dengan mengandalkan bakat saya dalam bidang desain. Sebelumnya saya belum pernah kenalan dengan orang lain yang memahami hal-hal tentang desain, karena itu saya pikir mungkin kelompok saya akan sangat membutuhkan orang dalam divisi Pubdekdok. 129



Begitu bertemu langsung dengan para anggota kelompok dalam rapat-rapat pra-KKN, rupanya ada dua orang lain yang bahkan punya potensi dibidang Pubdekdok jauh lebih baik dari saya dan kami bertiga dimasukan dalam satu divisi. Itu merupakan hal yang sulit bagi saya, karena saya tidak terbiasa untuk bekerja secara berkelompok dalam urusan desain. Menurut saya pekerjaan seperti ini betul-betul bukan pekerjaan yang dilakukan bersama, lagipula sulit bagi saya untuk bisa mengimbangi pembicaraan mereka dalam divisi ini karena bahkan mereka jauh lebih menguasai bidang tersebut dari pada saya. Untungnya kelompok saya punya ketua yang sangat mengayomi anggotanya. Dia sangat peduli dan menghargai kepentingan setiap anggota. Dia sering terlihat santai karena sebetulnya dia sangat-sangat menjaga keutuhan kelompok ini. Tidak hanya sejak pra-KKN, bahkan selama satu bulan di desa pun beliau selalu mengupayakan keutuhan kelompok meskipun berbagai permasalahan sangat sering terjadi dalam kurun waktu satu bulan tersebut. Saya sangat bersyukur kelompok saya memiliki ketua yang sangat hebat seperti dia, bahkan saya merasa kalau KKN kelompok ini tidak akan berjalan lancar tanpa beliau sebagai ketua. Sebetulnya tidak hanya ketua, tapi anggota lain juga sebetulnya sangat baik, hanya saja saya kurang bisa terbuka pada orang yang belum lama saya kenal. Salah satunya sekretaris kelompok saya, Helen. Dia adalah orang yang sangat ramah, sangat baik, dan menyukai anak kecil. Tetap saya pun mesih belum bisa terbuka bahkan pada orang sebaik dia. Hingga suatu waktu ada kalanya saya sakit demam yang cukup parah ketika masih di sana. Saat itu saya bahkan tidak bisaberanjak dari kasur, lalu dengan penuh perhatian Helen merawat saya dengan sangat baik. Saya tidak menyangka kalau ada seorang teman yang akan memperhatikan saya sebaik ibu saya bila saya sakit di tempat KKN. Lalu saat itu saya menangis karena terharu dan juga merasa bersalah. Saya terharu karena seingat saya Helen sedang sibuk bahkan sedang puasa di hari itu, tetapi dia tetap menyempatkan diriuntuk memperhatikan saya. Kejadian itu terjadi sekitar minggu pertama KKN yang seharusnya kami masih belum terlalu dekat satu sama lain, tetapi dia sudah memperlakukan saya seperti keluarga sendiri. Saya merasa bersalah karena saya kembali teringat dengan tujuan saya untuk mengikuti KKN, yaitu untuk “bisa setidaknya membantu kelompok ini” akan tetapi nyatanya saya hanya menjadi beban dan merepotkan teman. Helen mencoba menanyakan alasan saya menangis, kemudian setelah saya Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 130



mengatakannya, dia malah dengan ringan menjawab kalau yang dia lakukan itu adalah hal yang sangat wajar. Saat itu saya belum mengerti apakah memang yang namanya teman seperti yang dia katakan atau memang orang itu yang sebaik malaikat. Ada lagi kejadian yang merepotkan yaitu ketika Idul Adha. Hari itu kelompok kami sepakat untuk tidak mengadakan kegiatan apa-apa dan hanya fokus untuk bersosialisasi ke warga sekitar, seolah kami sedang menjalani tradisi lebaran pada umumnya. Di hari yang seharusnya penuh kebahagiaan itu, teman-teman yang lain sibuk berfoto untuk mengabadikan momen bersama di sekitar posko tempat kami tinggal. Bila bisa dikatakan kalau orang yang membenci foto adalah orang yang aneh, maka berarti saya termasuk orang aneh. Saya benci difoto, karena itu saya berusaha menjauhi diri dari kerumunan kelompok saya agar tidak terkena jepretan foto. Kalau orang biasanya merasa senang ketika berfoto, saya lebih senang hanya dengan menatap langit. Langit selalu berada diatas kita, tapi tidak banyak orang yang melihatnya untuk sekedar menyadari keindahannya, jadi bagi saya saat itu, ketika menatap langit merupakan cara yang lebih menyenangkan untuk mengabadikan momen Idul Adha dalam memori saya dibandingkan dengan berfoto. Saya yang sedang seperti itu terlihat seperti sedang melamun, karena itu Yoga sebagai ketua yang selalu memperhatikan kebersamaan anggotanya tiba-tiba datang dengan kamera dan langsung mengajak saya berfoto. Saat itu saya sedang berada didekat pagar tembok rumah tetangga. Karena saya kaget dan panik melihat kamera, sayapun mundur dan terjatuh ke pagar tembok dibelakang saya. Rupanya pagar tersebut tidak kokoh, dan justru runtuh, terjatuh bersama saya. Saya telah merusak pagar tetangga yang telah menyediakan tempat tinggal sebagai posko KKN kami. Tidak ada hal lain yang terpikir oleh saya saat itu kecuali mengundurkan diri dari kelompok. Lagi-lagi saya teringat dengan tujuan saya untuk mengikuti KKN, yaitu untuk membantu kelompok saya mengsukseskan program-program kerjanya dengan cara apapun. Tapi nyatanya saya justru semakin menyusahkan teman sekelompok saya. Tentu pemilik rumah yang pagarnya dirusak itu sangat marah, tapi saya tidak sempat bicara apa-apa karena batin saya sangat kacau saat itu. Teman-teman saya berusaha menjelaskan kepada pemilik rumah, akan tetapi beliau menolak mendengarkan dan malah membanting pintu. Saya semakin hancur melihat teman saya diperlakukan seperti itu, dan teman saya yang lain justru 131



menuntun saya untuk kembali kerumah tanpa perlu tahu bagaimana selanjutnya masalah itu diurus. “Saya betul-betul merepotkan. Saya tidak berguna” hanya kalimat itu yang terus terulang dalam benak saya hingga saya benar-benar tidak mendengar apa yang dikatakan teman-teman yang berusaha menghibur saya. Saat itu ada Vika dan Dian yang terus mencoba bicara pada saya disaat yang lain menghampiri rumah Pak RT untuk membicarakan masalah tersebut. Vika adalah orang yang tegas sekaligus lembut. Dia terus memaksa saya untuk mengatakan apa yang saya pikirkan saat itu, karena dia tahu saya diam bukan karena sakit sehabis terjatuh, tetapi ada hal lain yang lebih serius. Tanpa saya mengatakannya, dia sudah tahu saya orang yang seperti apa dan bagaimana perasaan saya karena beliau adalah orang yang betulbetul pandai mengamati orang lain, akan tetapi dia tahu kalau saya harus menyatakan segala perasaan saya sendiri untuk menumbuhkan keberanian saya. Jadi akhirnya hanya pada merekalah saya menceritakan segalanya; tentang cerita dibalik kenapa saya harus meyakinkan diri agar mampu selalu berguna untuk orang lain, tentang apa-apa saja keluhan yang saya rasakan terhadap kelompok saya, tentang kesulitan saya dalam menyelesaikan kuliah saya, bahkan tentang masalah pribadi saya dengan anggota keluarga saya. Saya bercerita sangat banyak. Sangat banyak bahkan sampai kepada hal yang tidak pernah saya ceritakan kepada siapapun. Seolah menganggapnya sudah sedekat saya dengan satu-satunya orang yang sering saya ajak bercerita ; kakak saya. Mendengar cerita saya kemudian dia menjelaskan, bahwa saya tidak perlu merasa tidak berguna setiap kali saya melakukan kesalahan. Sayapun tidak perlu berusaha melakukan segala hal demi bisa merasa berguna dalam kelompok kami. Karena dalam kelompok itu segalanya dilakukan bersama. kami berangkat bersama, kami menyusun rencana bersama, kami bekerja bersama, kami tidur dan makan bersama. Maka ada masalahpun kami hadapi bersama, tanpa mempertimbangkan siapa penyebabnya, yang penting kami selesaikan bersama. Sederhana. Tetapi kata-kata itu menusuk saya dalam-dalam. Katakata itu sungguh menyadarkan saya betapa sesungguhnya persahabatan kami bukan hanya sekedar sekelompok orang-orang yang saling terikat dalam tugas sebagai syarat kelulusan kuliah seperti yang selama ini terdoktrin dalam kepala saya. Dengan begitu saya dapat mengambil kesimpulan bahwa potensi yang dimiliki setiap anggota dalam kelompok Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 132



saya sebetulnya biasa saja. Kami bukan mahasiswa yang jenius. Kami bukan mahasiswa yang kelebihan harta. Kami bukan mahasiswa dengan keterampilan yang hebat. Kami hanya mahasiswa biasa yang mencoba mengabdi pada masyarakat. Tapi yang membuat kami bisa adalah kebersamaan. Dengan kebersamaan kami memiliki potensi yang tidak terbatas. Dengan kebersamaan ini kami dapat menggerakan orang-orang dengan latar belakang yang beraneka ragam untuk mampu saling bahu membahu menyelesaikan satu tujuan yang sama. Dan salah satu dari bukti besarnya potensi kebersamaan itu adalah bahwa dengan mengikuti KKN ini mampu mengubah pola pikir saya yang apatis menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar, terutama terhadap orang lain. Mungkin sejak awal Yoga sebagai ketua sudah menyadari potensi ini. Karena itu sejauh yang saya amati beliau selalu berusaha memupuk rasa solidaritas serta keutuhan dalam kelompok kami diatas segalanya, bahkan sejak rapat pertama kelompok KKN ini digelar. Saya bersyukur kelompok ini memiliki ketua yang sangat mengayomi para anggotanya. Saya bersyukur memiliki teman satu kelompok yang mau untuk bergerak bersama dan bisa menghargai satu sama lain. Dan saya bersyukur karena saya memutuskan untuk tetap mengikuti KKN ini, karena pengalaman dalam kelompok tersebut akan selamanya menjadi pelajaran hidup yang tidak ternilai harganya untuk saya sendiri dimasa mendatang. Kampung Parung Panjang Lebak Yang saya tahu kelompok saya mendapat wilayah Kecamatan Leuwiliang, Desa Leuwiliang juga, di RT 1 sebagai lokasi KKN kami. Ketika kami hadir dalam acara pembukaan, tokoh masyarakat yang memberikan sambutan menyebut desa itu dengan Kampung Parung Panjang Lebak. Entah kenapa kesan pertama saya nama tersebut mengingatkan pada stasiun KRL. Kesan lainnya yang saya dapatkan ketika awal melakukan survei ke lokasi adalah bahwa satu bulan saya nanti tinggal di desa tersebut pasti akan sangat melelahkan. Karena kondisi geografis desa tersebut yang berupa semacam lembah, jadi jalanannya banyak tanjakan dan turunan yang berbahaya, dan juga untuk memasuki desa ini saya harus melewati turunan curam yang tidak akan pernah saya berani lewati bila saya mengendarai motor sendiri. Selain itu mataharinya terasa sangat panas, berbanding terbalik dengan ekspetasi saya kalau KKN di daerah Bogor berarti cuacanya akan sejuk. Dan yang



133



paling buruk adalah desas desus bahwa ketika kemarau daerah tersebut termasuk daerah kesulitan air. Dari kesan pertama yang saya dapat ketika surveipun memang tidak ada yang salah begitu kami tinggal beberapa hari memulai KKN. Memang cuaca nya panas karena musim kemarau, memang melelahkan karena untuk melakukan kegiatan keluar maka kami harus melewati beberapa jalan yang naik turun cukup tajam, dan yang terburuk memang air sangat sulit didapat. Untuk bisa mendapat air saya harus memancing dari mesin airnya dulu, itupun yang keluar sedikit dan hanya bisa memancing air lagi setiap lima jam sekali. Jadi untuk melakukan hal-hal yang membutuhkan banyak air seperti mencuci baju, mencuci piring, atau bahkan keramas harus dilakukan di sungai. Untuk mencapai sungai itu pun saya harus turun kebawah cukup jauh, dan airnya tidak begitu deras sehingga sebetulnya air sungai tersebut bisa dibilang kurang bersih. Pengalaman ini sungguh semakin membuat saya merasa bahwa saya menjalani KKN ini lebih kepada ujian untuk bertahan hidup dibandingkan dengan tugas untuk mengabdi. Akan tetapi sebetulnya tidak ada yang buruk dari kondisi di desa tersebut, hanya saya saja yang masih terlalu terbiasa dengan hidup serba instan khas perkotaan. Desa tersebut sebetulnya beruntung memiliki sungai yang airnya masih mengalir sementara di musim kemarau itu beberapa sungai lain mulai mengalami kekeringan. Selain itu para warganya juga sangat ramah. Warga desa sangat terbiasa membantu satu sama lain seolah satu kampung itu adalah sebuah keluarga besar. Selain itu lingkungan warga di sana juga sangat religius. Hal tersebut tercermin dari warga yang sangat antusias dengan kedatangan mahasiswa KKN dari UIN yang notabene merupakan universitas Islam ternama. Selain itu juga warga sangat aktif dalam kegiatan kegiatan keagamaan yang sudah menjadi rutinitas di sana, seperti pengajian baik itu pengajian bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, bahkan pengajian remaja juga ada. Tidak hanya orang dewasanya, tetapi anakanaknya juga rajin mengaji. Sering kali anak-anak datang ke posko KKNuntuk sekedar minta diajarkan mengaji, padahal diluar dari jadwal yang sudah kami tentukan atau bahkan sampai malam-malam sekalipun. Ada suatu ketika saya dibuat sangat terharu oleh warga di sana. Saat itu saya sedang mendapat jadwal piket untuk memasak bersama tiga orang teman saya yang lain. Akan tetapi dua diantara kami adalah anggota laki-laki yang mana biasanya di kelompok saya laki-laki jarang ikut serta dalam kegiatan piket. Sayangnya hari itu adalah beberapa hari setelah hari Idul Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 134



Adha yang artinya cucian piring sangat menumpuk. Lagipula sejak hari Idul Adha pun memang anggota yang piket tidak mencuci piringnya dengan alasan kesulitan air, tapi kali ini tiba-tiba anggota yang piket disuruh untuk mencuci piring. Saya dan teman saya Ida sungguh kesulitan untuk membawa piring yang sangat banyak hanya berdua saja menuju ke sungai yang jalan turun nya lumayan jauh. Lalu ketika di dekat sungai memang biasanya banyak warga lain yang sedang mencuci juga, tiba-tiba salah satu diantara warga ada yang langsung menyapa kami dan langsung membatu membawakan bahkan mencucikan piring-piring tersebut. Rupanya sambil mengobrol, para warga di sana sudah mengetahui tentang tragedi saya terjatuh di hari Idul Adha, dan mereka justru khawatir pada saya. Saya betul-betul tidak mengerti bagaimana kejadian yang tidak dilihat siapapun kecuali hanya teman-teman saya itu bisa diketahui sampai semua orang di kampung tersebut. Saya sangat terharu dengan kepedulian serta kekeluargaan mereka yang sama sekali tidak ragu untuk membantu satu sama lain sampai ke hal seperti mencuci piring tersebut. Hal-hal seperti itu sungguh merupakan sesuatu yang hanya dimiliki kampung Parung Panjang Lebak dan menjadikannya terasa sangat berbeda dari desa lain yang saya ketahui. Untuk Kampung Parung Panjang Lebak Dengan berakhirnya program KKN saya selama satu bulan penuh itu, saya sangat mengharapkan bahwa segala yang kami lakukan di sana tidak akan jadi sia-sia. Saya harap warga dapat merasa terbantu untuk bisa melangkah lebih maju dalam memajukan desa berbekal pengalaman pemberdayaan yang kami lakukan selama ini. Kampung Parung Panjang Lebak itu sudah memiliki potensi yang menjanjikan, terutama dengan lingkungan yang sangat religius. Anak-anak yang merupakan penerus generasi di sana sudah terpupuk dengan lingkungan yang baik, maka dengan memberdayakan berbagai sumber daya yang ada pasti akan bisa membawa kampung tersebut menjadi lebih maju.



135



G. RUANG RINDU REPAL (R3) Oleh: Lutfiatus Sa’adah Part 1; Beranjak Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, kisah tentang inspiratif ini saya awali dengan Bismillah. Semoga kelak kisah kecil dari saya ini dapat bermanfaat seperti sebagaimana saya merasakan betapa berharganya pengalaman yang saya terima dikala kkn pada saat itu. Perkenalkan, saya merupakan anak terakhir iaitu anak kedua dari dua bersaudara yang terlahir dari kedua orang tua yang hebat luar biasa. Mah, Pah, salam hangat serta doa selalu untuk kalian. Saya terlahir di Surabaya, 23 Desember 1998, saya diberi nama Lutfiatus Sa’adah mahasiswa fakultas sains teknologi jurusan sosial ekonomi pertanian. Semakin diingat rindu ini semakin pekat, kisah ini tercipta di Tanah Repal yang akan terus membekas dan menjadi kenangan serta pelajaran bagi teman-teman KKN 058 terutama untuk diri saya sendiri. Desa Leuwiliang, memiliki arti tersendiri bagi saya sekaligus menjadi tempat mengabdi dan menambah pengetahuan bagi saya dan teman-teman selama satu bulan penuh lamanya. Banyak sekali pengalaman dan pelajaran bermanfaat yang saya dapatkan selepas kegiatan KKN ini. Rasanya ingin sejenak mengulang kenangan saat KKN dengan kisah yang sama, dengan teman-teman yang sama, dengan tempat dan lingkungan sosial yang sama pula tentunya. Ini adalah sepenggal dari kisah KKN saya yang mana akan saya tuliskan dalam 2500 lebih kata. Pada tahun 2016 lalu saya mendaftarkan diri saya melalui jalur mandiri pada kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga saat ini tidak terasa sudah tiga tahun lamanya saya lalui kuliah dan menimba ilmu di kampus ini yang mana semua tak luput disertai dengan penuh rasa suka dan duka. Namun saya percaya ilmu dan pengalaman yang saya terima selama ini akan berguna kelak dimasa depan saya. Memasuki fase akhir dari semester 6 kala itu setiap mahasiswa wajib mendaftarkan dirinya sebagai peserta Kuliah Kerja Nyata atau yang sering disingkat menjadi KKN. Suatu program yang menjadi salah satu syarat kelulusan bagi Mahasiswa dan Mahasiswi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pertama kali saya mendengar kisah KKN dahulu kala yang berasal dari kakak tingkat atau senior saya pada jurusan saya mereka bercerita tentang keluh kesah serta diiringi dengan gembira Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 136



pada saat KKN yang mereka jalani. Entah apa yang akan saya lakukan selama mengikuti program kkn tersebut, tentunya belum tergambar di dalam pikiran saya. Akan tetapi berawal dari keresahan dan motivasi untuk keluar dari zona nyaman membuat saya tertarik untuk mengikuti program KKN tersebut. Banyak keraguan yang datang silih berganti menggoyahkan tekad saya untuk mengikuti program KKN ini, karena seperti yang saya kira sebelumnya bahwa kegiatan KKN ini pasti akan mengeluarkan saya dari zona nyaman diri saya. Namun hingga tiba saatnya saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata pada sistem AIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada sore hari itu saya mendaftarkan diri saya, namun saya bimbang atas pilihan yang ada ketika itu dimana terdapat KKN internasional dan KKN Reguler. Meski akhirnya saya memutuskan mengikuti KKN Reguler, namun ada sejenak fikiran saya untuk lebih keluar dari zona nyaman saya yang lebih hebat lagi untuk KKN internasional hanya saja terdappat beberapa hal yang membuat saya yakin bahwa KKN regulerlah yang terbaik untuk saya. Setelah mendaftarkan diri, saya menunggu kabar tentang pembagian kelompok KKN saya.Tidak lama hari berjalan sampai akhirnnya pengumuman pembagian kelompok dan posisi wilayah KKN tersebar, tahun ini terdapat 200 kelompok KKN yang disebar di 2 Kota yaitu Bogor dan Tangerang. Part 2; Hari Biru Baris demi baris saya cari nama saya dilembar pengumuman resmi pembagian kelompok KKN, saya menemukan nama saya tergabung dalam kelompok KKN 058 yang beranggotakan 19 orang. Kelompok saya ditempatkan di Bogor, tepatnya di Desa Leuwiliyang Kecamatan Leuwiliyang. Dalam menunggu hari mulainya KKN tiba-tiba saya di undang dalam Grup Whatssap KKN 058, dan dalam Grup Whatssap itulah KKN 058 mulai terbentuk. Saya lihat satu persatu nama dan foto profil temanteman sekelompok saya dan mulai terlintas di pikiran saya bagaimana ya mereka nanti kelak. Hingga akhirnya obrolan grup dimulai dengan perkenalan anggota KKN 058 satu persatu. Pertemuan pertama pun akhirnya terlaksana. Pertemuan ini dilakukan ditempat paling hits dikampus yaitu ditaman UIN atau biasa disebut oleh mahasiswa taman



137



depan landmark46 UIN Jakarta. Terjadinya proses pengenalan saling mengenal kemudian mengadakan pertemuan pertama yang sering disebut sebagai rapat KKN. Semakin hari semakin dekat waktu untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata ini, rapat KKN pun diperbanyak sebelumnya satu minggu hanya satu kali petemuan namun kini satu minggu dua hingga tiga kali pertemuan. Kelompok kami merencanakan untuk melakukan survei sebelum keberangkatan, survei ini tentu guna mengamati lingkungan desa kami agar kedepannya rasa adaptasi kami cepat terasa ditambah saya dan teman-teman kelompok saya juga harus mencari rumah untuk kami sewa tinnggal selama satu bulan penuh lamanya kelak. Selain survei kala itu, saya dan teman-teman saya juga menggalang atau mencari dana dengan berjualan setiap hari minggu pagi disekitar kampus 2 UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Saya berterima kasih kepada Panitia Pelaksanaan KKN yang sudah melaksanakan pembekalan sebelum keberangkatan, saya merasa informasi yang diberikan kala itu sangat bermanfaat untuk saya melaksanakan kegiatan KKN waktu itu dan menambah rasa adaptasi hingga rasa penasaran saya yang membuat saya tak sabar melaksanakannya. Singkat waktu tibalah saatnya pada tanggal 21 juli saya dan teman-teman bergegas berangkat dengan penuh semangat dipagi hari pada hari itu. Setibanya saya dan temanteman bergegas untuk menata dan merapikan barang bawaan saya seperti koper, tempat tidur lipat, selimut, bantal, guling, serta kipas angin kecil. Menata dan merapikan tempat rumah sewa yang saya tinggal tidaklah lama dikarenakan kerja sama atau gotong royong kelompok saya, rumah sewa saya selama KKN ber-alamat di Kp. Parung Panjang Lebak RT/RW 02/07, Desa Leuwiliyang dan Kec Leuwiliyang dengan kode Pos 16640. Hari itu biru, senja tidak terlihat. Setelah tersadar dan membuka mata, saya sedang berada di Desa Leuwiliang. Pertanda dimulainya program kerja mengabdi pada masyarakat, dimulai pada hari pertama pada tanggal 23 Juli 2019 saya dan teman-teman saya melakukan pembukaan serta penerimaan masyarakat terhadap kelompok KKN 058 di Desa Leuwiliyang. Hari terus berganti pertanda program kerja kelompok saya pun terus berganti dan semakin membuat saya merasa nyaman, contoh kecilnya seperti saya harus mendekatkan diri kepada masyarakat agar mereka terasa akan kehadiran kelompok saya dan program saya kedepannya bisa bersinergi 46



Tengara: tanda, firasat.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 138



bermanfaat secara menyeluruh. Karena saya merasa program kerja yang saya dan kelompok saya lakukan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerja sama yang baik antara saya, kelompok saya, dan masyarakat desa. Hari demi hari kedekatan saya, teman-teman, kemudian kepada warga semakin dekat layaknya keluarga baru. Banyak hal yang membuat saya rindu yaitu teruntuk teman-teman saya, yang membuat hari-hari saya menjadi lebih biru dan cerah seperti senja. Ada keunikan yang dimilki oleh teman-teman kelompok saya. Menulis ini membuat saya merindukan temanteman saya. Dimulai dari yang pertama bernama Dian Febriani, pertama kali rapat kelompok orang pertama yang saya kenal ialah dia. Dian Febriani ini putih, berkacamata, cantik dan dia merupakan mahasiswa jurusan hukum yang baik dan selalu bersedia membantu saya dan teman-teman ketika kami membutuhkan perlengkapan. Karena menurut saya Dian memiliki semua perlengkapan dan kebutuhan yang kita butuhkan, dia mempunyai panggilan tersendiri yang biasa dipanggil Ibu. Panggilan yang cocok untuknya, dan sehari-hari saya dan teman-teman selalu memanggil dia dengan panggilan Ibu. Selanjutnya ada teman saya yang bernama Vika Audina, seorang perempuan yang tegas dan to the point.47 Kebetulan saya dan dia berada di satu Fakultas yang sama, hanya berbeda saya jurusan Sosial Ekonomi Pertanian sedangkan dia jurusan Kimia. Jelas saja kemistri kami sudah terbangun karena kami satu fakultas, hal yang saya selalu ingat dari dirinya adalah dia memiliki keunikan yang tidak dimiliki teman-teman yang lainnya. Sering kali kentut merupakan keunikan atau mungkin kelebihan darinya, kemungkinan satu hari saja dia bisa lima hingga sepuluh kali lebih melakukannya. Terdengar kurang sopan namun hal itu yang selalu membuat saya dan teman-teman tertawa dan memberikan banyak lontaran perkataan atas perbuatannya. Meskipun Vika memiliki sifat yang tegas namun dia juga pandai membuat saya dan teman-teman tertawa bagaimana tidak itu dikarenakan dia memiliki lelucon yang sering dibuat olehnya. Sangat merindukan sosoknya, semoga Vika juga slalu mengingat dan merindukan saya. Selanjutnya teman saya, partner saya dalam menghitung keuangan kelompok yaitu bernama Aulia Eka yang sering atau memiliki nama panggilan di kelompok saya dengan sebutan Dedek. Aulia Eka merupakan 47



Pada intinya.



139



anak kedua dari dua bersaudara, sama halnya seperti diriku tentu aku sangat mengenal dirinya. Sosoknya lugu, lucu, dan membuat saya selalu ingin dekat dengannya. Karena sosok lucu dan lugunya Aulia membuat saya nyaman bercerita dan berbincang dengannya. Dia merupakan orang yang selalu bangun paling pagi atau paling awal di kelompok saya, hal yang biasa dia dilakukan selain sholat ialah mencari udara segar dipagi hari. Menurut saya dia sangat giat dan rajin dalam hal apapun seperti memasak, mencuci, serta dalam menjalakan program kerja nyata kelompok saya. Selanjutnya teman saya bernama Alifah Sarah atau yang biasa dipanggil Kakak. Dia merupakan partner dari segala kegiatan saya, jadwal piket saya sama seperti dirinya dan kami sering melakukan kegiatan bersama-sama seperti program kerja hingga hal terkecil pun seperti tidur kami selalu bersama. Dia juga menjadi teman curhat saya selama KKN berlangsung, dia merupakan sosok yang dewasa, penyayang, dan lemah lembut. Hal yang selalu saya ingat yang terdapat di dalam dirinya adalah Skin Care48. Itu dikarenakan seperti yang saya lihat dia dalam satu hari saja bisa makeup dan membersihkannya berkali-kali, menurut saya dia adalah orang yang boros dengan makeup 49 dan skincarenya. Karena kebiasaannya itu memang menjadikan wanita yang satu ini menjadi terlihat cantik, meskipun dalam satu hari dia bisa menhabiskan 10 kapas perhari. Itulah hal unik yang selalu saya ingat tentangnya. Teman saya selanjutnya bernama Helen Sagita, atau biasa dipanggil Teteh atau Princes 50 . Karena tingkahnya layak princes di negeri dongeng oleh karena itu saya dan teman-teman saya menyebut dan memanggilnya dengan sebutan princes. Helen yang membuat saya selalu ingat dari dirinya ialah cerewet dalam hal kebaikan, dia sering kali mengingatkan saya dan teman-teman kelompok saya untuk tidak lupa makan dan membagunkan saya dan teman-teman kelompok saya untuk menunaikan sholat subuh dengan suaranya yang sangat membuat telinga saya terngiang ngiang. Helen, you are the best. 51 Tak lupa, menurut saya Helen merupakan orang yang professional dalam melakukan tugasnya. Sampai bertemu dilain kesempatan Helen.



Perawatan kulit. Berdandan. 50 Putri. 51 Kamu yang terbaik. 48



49



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 140



Selanjutnya adapula teman-teman saya yang lain, seperti Kiki atau yang biasa dipanggil Mamak. Dia merupakan sosok yang ceria dan ceriwis karena suaranya yang sangat membuat telinga saya dan teman-teman saya sakit. Kemudian Nurhilaliyah atau yang biasa dipanggil Umi 52 , meskipun panggilan ini seperti kurang cocok untuknya karena dia merupakan sosok yang sangat tidak keumian53 atau seperti tomboy. Kemudian teman saya yang lain bernama Sarah, dia sekertaris terbaik dan sangat sangat jutek tetapi dia sangat baik. Teman yang lain bernama Novi lulusan pesantren berasal dari Jawa Tengah yang memiliki sifat yang lembut dan sangat agamais, sosoknya pendiam tetapi selalu menjadi panutan saya dan teman-teman. Kemudian Idha yang biasa saya dan teman-teman saya panggil dengan sebutan Idhacans, sosoknya yang pendiam dan baik hati merupakan partner ketika saya melakukan mandi bareng di kamar mandi. Wajar saja kami lakukan karena demi menghemat waktu untuk segera melaksanakan program kerja. Kemudian teman perempuan saya yang terakhir yaitu bernama Lily, sosok yang sangat pendiam dan hal unik yamg saya ingat darinya ialah dia sosok yang ahli dalam hal menggambar. Selanjutnya teman kelompok laki-laki yang bernama Yoga, Saiful, Adjie, Shidqi, Rio, Hasan, dan Kaffa. Mereka berasal dari berbeda-beda jurusan seperti Tarbiyah atau keguruan, Hubungan Internasional, Perbankan, dan lainnya. Mereka sudah pasti memiliki karakter mereka masing-masing dan sangat jelas memiliki sifat yang berbeda-beda akan tetapi mereka bertujuh sangatlah kompak dalam hal apapun. Hal yang selalu saya ingat dari mereka yaitu tingkahnya yang mereka buat serta lawakan yang membuat saya tidak hentinya untuk tertawa. Semoga kalian semakin kompak dan dapat berkerjasama dalam hal apapun untuk kedepannya. Part 3; Membiru Masyarakat desa Leuwiliyang memiliki semangat yang tinggi, apalagi adik-adik hingga pemuda seperti karang taruna yang sangat aktif dan tidak segan membantu program kerja kelompok saya dalam hal penerapan dan praktek program kerja. Ditambah ketika saya mengajar dan mengabdi di SDN 5 leuwiliyang, adik-adiknya sangat antusias dan mempunyai semangat yang sangat tinggi. Ada hal yang membuat saya terkesan dimana sepulang 52 53



Ibu dalam Bahasa Arab. Tidak keibuan.



141



mereka sekolah mereka datang menghampiri saya dan teman-teman kelompok saya mengajak kami semua untuk membantu menyelesaikan tugas mereka. Saya dengan sangat senang hati membuka bimbingan kepada adikadik dan mengajarkan mereka mengaji serta memberikan ilmu-ilmu yang kami punya, dan saya sangat terkesan akan hal ini. Begitulah kiranya kegiatan keseharian saya dan teman teman yang lain seiring berjalannya waktu dengan warga Desa Leuwiliyang. Dimulai dari kegiatan mandi dan mencuci baju, kegiatan yang saya lakukan bersama dengan warga desa ini dilakukan di sungai yang bertepatan di belakang rumah sewa kelompok KKN saya. Aktivitas ini dilakukan pagi dan sore hari hingga saya terbiasa bersamaan dengan warga mencuci baju, piring bahkan mandi dilakukan di sungai tersebut. Sungai tersebut sudah menjadi kehidupan mereka bahkan jika tidak ada sungai tersebut warga pun mengeluhkan tidak bisa mandi atau mencuci karena Desa Leuwiliyang sulit air. Menambah pengetahuan serta rasa syukur saya karena ketika saya di rumah saya tidak pernah kesulitan air, bahkan saya sering boros atau menggunakan air berlebihan. Sedangkan para warga Desa Leuwiliyang sangat membutuhkan air dan mereka kesulitan untuk mendapatannya. Pengalaman berharga ini yang selalu saya syukuri dan menjadikan pelajaran berharga untuk kehidupannya kedepannya kelak. Leuwiliyang adalah desa yang terletak di kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sejak awal mengetahui saya akan mengabdi didesa tersebut saya sudah tahu bahwa yang difikiran saya bahwa lokasinya pasti masih asri, sejuk dan memiliki pemandangan yang indah. Akan tetapi setelah saya merasakan mengabdi selama 30 hari saya mengenal lebih dalam mengenai desa tersebut, banyak hal yang membuat saya tertegur secara spontan ketika ada warga yang tidak memiliki MCK. Seperti ketika mereka membuang air besar di sungai, sekaligus membuang sampah di sungai. Melihatnya seperti mengiris hati saya, tetapi kembali lagi saya harus sadar bahwa mungkin mereka masih sedikit wawasan dan pengetahuan akan hidup bersih dan sehat. Maka dari itu kami mengadakan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Program ini dilaksanakan agar masyarakat paham atas bahaya membuang sampah organic maupun anorganik di sungai. Program ini kami laksanakan seperti survei mendatangi rumah warga satu persatu dan bertanya langsung sekaligus memberikan vitamin A kepada balita. Mengecek kembali berat badan, tinggi, menanyakan kondisi MCK Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 142



dirumahnya, serta mengedukasi masyarakat agar lebih paham dan memberikan sedikit ilmu tentang bagaimana berkehidupan bersih dan sehat. Selain itu kami membantu dan mengembangkan program yang sudah ada namun kurangnya Sumber Daya Manusia yang ikut membantu atau berkontribusi didalamnya. Program ini disebut sebagai Bank Sampah, menurut saya ini adalah salah satunya cara yang ampuh agar warga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan mereka menjualkan sampahnya dan mereka akan mendapatkan tabungan yang akan cair dalam satu tahun sekali dalam bentuk uang. Dengan cara ini warga sangat antusias menyimpan sampahnya dan digantikan dengan uang. Banyak sekali warga yang antusias dalam program ini semoga program ini terus berjalan sepanjang waktu, agar tidak terjadinya pembuangan sampah pada sungai desa Leuwilang. Part 4; Harapan Membiru KKN ini seperti lebih mendorong diri saya untuk tetap lebih bersyukur lagi dalam segala hal aspek kehidupan saya. Kesederhanaan dan keluguan masyarakat di sana membuat saya terdidik bahwa penuhilah segala kebutuhan mu, bukan segala keinginan mu. Dalam do’a yang selalu kita panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala pun, Allah akan jawab semua do’a kita dengan memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan bukan segala sesuatu yang kita inginkan. KKN ini juga mengajarkan saya bahwasannya perubahan akan datang bagi mereka-mereka yang ingin perubahan, kemajuan merupakan sesuatu perubahan yang baik. Bukankah Allah subhanahu wata’ala tidak akan merubah nasib suatu kaum terkecuali mereka sendiri yang akan merubahnya?. Tak lupa juga saya terkesan oleh indahnya rasa kekeluargaan dan gotong royong antar masyarakat sekitar, yang berarti ini mengingatkan pula pada ringan sama dijinjing erat sama dipikul. Terima kasih UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panitia Pelaksana KKN, dan Dosen pembimbing yang telah mengayomi dan memberikan salah satu pengalaman hidup yang berharga untuk saya. Pengalaman ini telah menjadi bekal untuk saya dalam menambah keimanan saya lewat rasa syukur saya kepada Allah subhanahu wata’ala secara mendalam dan juga menjadi pacuan dalam menggapai cita-cita saya. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh 143



H. SECARIK KERTAS UNTUK LEUWILIANG Oleh: Novi Laila Athiyah KKN? Dulu waktu masih sekolah saya berasumsi bahwa Kuliah Kerja Nyata atau KKN adalah kumpulan mahasiswa dari kota yang mengajar bimbel anak-anak di sebuah desa. Seiring berjalannya waktu ketika saya sudah memasuki pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi saya mulai memahami apa itu KKN, kenapa KKN perlu dilaksanakan? Mulanya yang saya ketahui dari kakak-kakak tingkat KKN atau Kuliah Kerja Nyata adalah salah satu syarat keulusan, lalu saat sudah mulai mendekati pelaksanaan KKN saya berkesimpulan bahwa KKN ialah pengabdian terhadap masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa yang mana dalam masyarakat itu mereka mengimplementasikan pengetahuan dan keahliannya. Kuliah Kerja Nyata (KKN) mempunyai banyak sekali tujuan. Menurut saya, selain utamanya untuk syarat kelulusan, Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga bertujuan untuk memahami kondisi permasalahan yang terjadi di masyarakat, setelah mengetahui dan memahami tak lupa juga kita dituntut untuk bisa memberikan solusi, KKN juga bertujuan untuk melatih kemandirian yang menjadi bekal saya nanti ketika sudah terjun di masyarakat. Karena KKN adalah pengabdian terhadap masyarakat, maka setiap mahasiswa dituntut untuk menuangkan kemampuannya dan mendedikasikan dirinya untuk masyarakat. Dan saya sebagai mahasiswi fakultas UshuluddinJurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dapat membagikan kemampuan yang saya miliki utamanya dalam bidang keagamaan, seperti mengajar ngaji dan mengikuti kegiatan pengajian rutin ibu-ibu. Menurut saya Kuliah Kerja Nyata (KKN) bukan hanya sebatas mencari nilai A dan melengkapi SKS agar bisa lanjut ke skripsi. Tetapi KKN ialah ajang kita untuk mulai belajar bermasyarakat, mulai peduli dengan kehidupan masyarakat sekitar, mulai mengembangkan keahlian kita di masyarakat, dan mulai menjadi orang yang berguna di masyarakat. Bukankah nantinya kita juga akan terjun ke masyarakat?



Hallo Teman Baru! Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 144



Bagi sebagian mahasiswa/i, Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan sesuatu hal menakutkan. Karena di sana mereka dilatih untuk bisa hidup bermasyarakat, dilatih untuk hidup mandiri, namum apa daya KKN ini adalah salah satu syarat kelulusan bagi mereka. Mau tidak mau mereka harus menjalani nya dengan semangat. Jujur saya akui, saya adalah termasuk dalam sebagian mahasiswa yang menanggap bahwa KKN itu menakutkan. Kerena, saya adalah orang yang pendiam, susah beradaptasi dalam waktu yang singkat, bodo amat54 dan tipe orang yang berfikiranteman sedikit tapi asik dari pada temen banyak tapi tidak sejalan dengan kita. Namun dengan kekurangan itu saya mencoba untuk memberanikan diri, membangun diri untuk siap, walaupun dalam hati masih was-was dan malas. Tapi santai sajalah setiap kesulitan pasti ada kemudahan heheheh55. Pertama kali saya membaca pengumuman lokasi penempatan desa, saya cukup senang karena lokasi KKN saya di Desa Leuwiliang, Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor. Selain masih satu kecamatan dengan teman-teman sejurusanku, di kecamatan Leuwiliang pun saya masih mempunyai sanak saudara, yang terbesit dalam pikiran adalah “saya bisa main kesana, numpang tidur, numpang makan, numpang mandi, dan lain sebagainya”. Setelah dibuat grup whatsApp, obrolan-obrolan yang awalnya berisi perkenalan basa-basi pun berubah menjadi obrolan penting. Di sini kita berencana untuk ketemu dan membahas struktur keanggotaan. Saya yang memang dari awal sudah agak malas tidak ikut meetup 56 di pertemuan pertama. Tetapi untuk pertemuan-pertemuan berikutnya saya beranikan diri untuk ikut, ya meskipun pasif. Yang terpenting buat saya, saya bisa mengenali wajah dan karakter dari masing-masing anggota kelompok saya. Beberapa kali mengikuti rapat mingguan, saya masih belum bisa beradaptasi dengan teman-teman anggota kelompok saya, mungkin disebabkan kita beda latar belakang, beda Jurusan, beda asal daerah, dan lain-lain, terlebih lagi jumlah anggota kelompok saya bisa dibilang cukup banyak yaitu 19 orang. 19 orang teman saya tersebar dan berasal dari lintas fakultas, sebagian besar di dominasi dari fakultas Tarbiyah, sisanya merata dari Ushuluddin, Dakwah, Sains dan Teknologi, Adab dan Humaniora, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, konomi, dan Hukum. Tetapi untuk menhadapi



Tidak peduli Suara tertawa 56 Bertemu 54 55



145



perbedaan-perbedaan tersebut, saya mempunyai prinsip “asik atau pun tidak, toh nanti kalau sudah waktunya selesai, pasti akan selesai”, hehe57. Kemudian, survei pun kami laksanakan bersama-sama meskipun ada beberapa anggota yang tidak ikut. Hal ini kami lakukan agar saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) nanti kami tidak salah jalan atau tersesat, juga kami ingin memohon izin terlebih dahulu kepada pemerintah setempat untuk nantinya dapat melaksanakan KKN di lokasi tersebut, dan tak lupa kami juga mencari homestay58 yang nantinya akan kami tempati selama satu bulan. Pertama kali menginjakkan kaki di tanah Leuwiliang saya merasa biasa saja, karena notabenenya saya juga anak desa yang sudah terbiasa melihat keadaan kampung yang sedemikian itu. Cuaca sangatlah terik, tetapi tidak mematahkan semangat saya, teman-teman saya, dan juga dosen pembimbing lapangan (DPL) kami yaitu bu Elsy untuk melanjutkan aktivitas di kampung tersebut, mulai dari perkenalan kepada pak SekDes, pak RT, dan beberapa tokoh yang ada. Terlebih lagi sambutan mereka kepada kami cukup baik, mereka menyambut dengan senang hati keberadaan kami untuk dapat menjalankan program-program kerja nantinya. Setelah survei lokasi dan calon rumah hunian, kami kembali ke Ciputat untuk melakukan rapat mingguan dan persiapan-persiapan untuk pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang waktunya kurang satu bulan lagi. Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di rumah warga yang telah disewakan, 1 rumah untuk mahasiswa dan 1 rumah untuk mahasisiwi. Cukup lega rasanya karena saya tidak harus tinggal satu atap dengan anak laki-laki, seperti kurang leluasa kalau tinggal satu atap dengan lawan jenis. Oh ya, rumah hunian kami terletak di Kampung Parung Panjang Lebak RT 07 RW 02, Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kab. Bogor. Itu artinya program-program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kami juga akan dilaksanakan di kampung tersebut. Hari silih berganti, waktu pemberangkatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pun semakin dekat, dan saya masih saja dengan perasaan campur aduk. Ingin tidak ikut, tapi harus ikut. Sabtu, 20 Juli 2019 adalah hari pertama kami melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Di sini saya sangat merasa tidak bersemangat, karena



57



Ekspresi tertawa. tinggal



58Rumah



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 146



pelepasan KKN dari kampus UIN Jakarta adalah tanggal 22 Juli, yang artinya teman-teman sejurusan bahkan teman-teman se-UIN (kecuali teman sekelompokku) akan berangkat ke lokasi KKN mereka pada hari setelah pelepasan. Karena saya tidak tau alasan yang jelas kenapa keberangkatan kami ke lokasi KKN dipercepat, muncul lah asumsi-asumsi dari pikiran saya, entah teman-teman saya terlalu bersemangat, keinginan mereka untuk bisa menjalankan KKN lebih lama, atau dari pihak pemerintah setempat yang mendesak kami untuk segera melaksanakan pembukaan pada hari sabtu. Intinya saya belum siap mental untuk berangkat KKN pada hari itu. Tetapi mau tidak mau harus berangkat, karena kebetulan saya mendapat tugas untuk membacakan sari tilawah59 pada acara pembukaan pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sesekali pernah terbesit untuk mencari alasan agar tidak ikut upacara pembukaan dan masih stay60 di Ciputat dulu sampai pelepasan KKN di kampus UIN. Tapi tugas tetaplah tugas, rasa canggung kepada teman-teman kelompokku pun lebih besar dibanding ide bodohku itu. Sehari, dua hari, tiga hari, hidup di kampung orang dengan temanteman baru pun rasanya tidak karuan. “Bogor kota hujan”, sebutan untuk Kota Bogor yang selama ini saya dengar tidak dapat saya jadikan patokan lagi. Di musim kemarau seeprti ini, hampir semua wilayah di kabupaten Bogor kekurangan air bersih, terpaksa saya dan teman-teman saya harus melakukan aktivitas bersih-bersih ke sungai, mulai dari mencuci pakaian, mencuci perabotan, dan mandi pun kami lakukan di sungai, untungnya lokasi sungai tidak jauh dari posko kami, sungai Cianten namanya. Meskipun terlihat bersih, tetapi yang namanya sungai pasti sudah tercampur dengan segala macam kotoran, sampah, dan lain-lain, maka tak heran jika beberapa diantara kami terkena diare, salah satunya adalah saya. Meskipun begitu suasana air sungai yang sejuk dan bebatuan yang indah cukup mengobati kekesalan kami sebab tidak adanya air bersih yang mencukupi. Memang tidak semua dari kami mandi di sungai, teman-teman perempuan saya lebih memilih mandi di kamar mandi posko meskipun hanya ada 1 kamar mandi, kami antre setiap harinya. Saya lebih suka mandi di urutan awal, karena kondisi air di bak masih penuh, jadi bisa lebih leluasa mandinya. Untuk teman-teman saya yang mendapat urutan di akhir, kalau



59Pembacaan 60



Tinggal.



(ayat Al-quran) dengan baik dan indah



147



airnya masih ya mereka bisa mandi, kalau sudah habis terpaksa mandi di hari berikutnya. Maklum saja, air dari keran yang sumbernya dari sumur itu tidak selalu mengalir seperti yang ada di kamar mandi pada umumnya, air hanya dapat mengalir minimal 5 jam sekali, itu pun harus dipancing dengan air segelas, dan air yang tertampung di bak tidak cukup untuk mandi 12 orang, apalagi semuanya perempuan yang biasanya butuh waktu lama untuk mandi. Itulah yang membuat saya dan Ida, salah satu teman saya dari Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan mengungsi mandi dan mencuci pakaian di rumah saudara saya yang letaknya tidak jauh dari lokasi posko kami, sekitar 3 km. Meskipun air di sana tidak banyak, tapi setidaknya cukup untuk mandi dan mencuci pakaian kami berdua. Problematika hidup satu bulan semasa Kuliah Kerja Nyata (KKN) bukan hanya tentang air, teman misalnya. Jujur ini adalah pengalaman pertama saya bertemu dengan teman-teman yang tingkat keramaiannya selevel dewa, terlebih lagi teman-teman perempuan. Karena dari kecil saya hidup di Demak dengan lingkungan religi, dan penuh dengan norma adat yang berlaku, begitupun saat saya menginjak madrasah aliyah di Kudus, yang mana saya tinggal di pondok pesantren salaf61, di sana saya dituntut untuk menjadi perempuan yang kalem, setelah memasuki Perguruan Tinggi saya tinggal di asrama UIN jakarta lalu dilanjutkan di asrama tahfiz 62 Alif yang mana latar belakang teman-teman saya di asrama tidak jauh berbeda dengan saya. Jujur, di minggu-minggu awal saya merasa kurang nyaman dengan kondisi ini, tetapi kembali lagi ke tipe awal saya, yaitu bodo amatan, saya lebih memilih tidak ambil pusing dan sebisa mungkin untuk dapat beradaptasi. Cara saya beradaptasi dengan teman-teman kelompok saya diantaranya dengan piket masak bersama, biasanya terdiri dari 4 orang, 3 perempuan, dan 1 laki-laki. Di sini kami dituntut untuk bekerja sama utamanya untuk anggota perempuan, mulai dari menetukan menu, belanja bahan-bahan di pasar, memasak, dan menyiapkan makanan. Disitulah saya belajar untuk dapat berkomunikasi dan sharing 63 dengan teman-teman anggota kelompok saya. Selain itu cara saya beadaptasi dengan teman-teman sekelompok saya tentunya dengan menjalankan program kerja bersamasama, memang banyak program kerja yang kami lakukan bersama, namun hal 61Sesuatu



atau orang yang terdahulu



62hafalan



63berbagi



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 148



yang paling berkesan bagi saya adalah momen perayaan HUT RI ke-74, untuk pertama kalinya dalam program kerja, kami lengkap beranggotakan 19 orang. Dalam momen terebut saya dan teman-teman saya mengikuti beberapa perlombaan yang diselenggarakan oleh pemuda kampung Parung Panjang Lebak dan tentunya bekerja sama dengan kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya. Selain itu hal yang berkesan bagi saya selama Kuliah Kerja Nyata (KKN) berlangsung adalah mengajar anak-anak mengaji. Antusiasme anakanak kampung Parung panjang Lebak saat saya dan teman-teman saya datang untuk mengajar sangatlah tinggi, mereka sangat bersemangat untuk dapat belajar bersama kami. Bahkan saat saya dan teman-teman belum tiba di TPQ, anak-anak itulah yang mendatangi dan menjemput kami di posko. Satu lagi, hal yang paling berkesan adalah saat di posko perempuan, sudah saya jelaskan di atas kalau tingkat keramaian mereka selevel dewa, sekitar 2 minggu terakhir sebelum penutupan Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya dan teman-teman perempuan saya lagi seneng-senengnya main werewolf64 via Line, meskipun via Line tapi tetap saja di dunia nyata mereka masih sangat berisik, tetapi itu yang membuat saya terhibur mendengar suara-suara mereka, apalagi suara mami Fia. Awalnya saya tidak tertarik dengan permainan ini, tapi karena didesak untuk ikut, akhirnya saya cobacoba ikut sebagai salah satu cara saya beradaptsi dengan mereka. Suatu hal yang sulit saya ungkapkan tapi saya sangatlah bersyukur bisa bertemu dengan teman-teman yang baik, cerewet, dan perhatian, terhadap antar sesama anggota KKN. Walalupun berbeda karakteristik, sudut pandang, keahlian, dan latar belakang, tapi saya dan teman-teman saya dapat menjadikan suatu perbedaan itu menjadi satu tujuan untuk menjadikan KKN 058INTEGRITASini menjadi kelompok yang sangat berkesan bagi desa yang saya dan teman-teman saya tempati. Sebelum cerita tentang kelompok KKN 058 saya akhiri, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman kelompok saya, mulai dari Kafabi, satu-satunya orang yang sudah berjuang bersama saya dari mulai di MAN 2 Kudus sampai di UIN Syarif Hidayatullah, di UIN pun saya dan Kafabi berada di Jurusan yang sama yaitu Ilmu AlQur’an dan Tafsir, dan pada akhirnya saya dan Kafabi bertemu lagi di kelompok KKN 058 ini. Juga untuk teman-temanku yang lain : Idacans, 64Permainan



tentang manusia serigala



149



Helen, Mami Fia, Kiki, Ilal, Aul, Vika, ibu Dian, Sarah, Lily, Wiwid, Rosyid, Yoga, Shidqi, Adjie, Rio, dan Ipul, kalian mempunyai ruang tersendiri di hati saya. Semoga teman-teman semakin semangat kuliahnya, cepet ketemu jodohnya (buat yang belum nemu 65 ya). dan semoga silaturrahmi ini tetap berjalan sampai kapan pun. Hidup satu bulan bersama mereka, membawa banyak sekali pembelajaran dan kesan yang saya dapat. Hadirnya mereka di hidup saya membawa cerita tersendiri, bahkan cerita yang belum pernah tertulis sebelumnya. Bertemu dengan teman-teman istimewa seperti mereka membuat saya sadar bahwa membaur bukan berarti melebur, saya harus bisa memposisikan diri dengan benar meskipun di lingkup yang berbeda. Hidup bukan hanya tentang saya, tapi juga orang-orang di sekitar, maka menerima dan menghargai pendapat orang lain adalah yang terpenting untuk kami. Jika semua dirasakan dengan hati yang tenang, semuanya akan terasa nikmat dan indah bukan? Parung Panjang Lebak, Kamu Istimewa. Saya awali bagian ketiga ini dengan menggambarkan Kampung Parung panjang Lebak di Desa Leuwiliang secara umum dan bagian-bagian menarik serta kompleksitasnya. Secara administratif desa ini terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kampung ini juga terbilang tidak terlalu jauh dengan Kota Bogor, kurang lebih 30 menit untuk sampai kesana. Namun jarak dekat ini tidak lantas memastikan kesejahteraan dan tingkat kemajuan daerah selaras dengan pembangunan di kota. Masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sebagian masyarakatnya bekerja sebagai petani dan sebagian lagi merantau ke kota. Di balik kondisi yang demikian ada beberapa kebiasaan yang dalam pandangan saya erat kaitannya dengan budaya desa yang terasa kental di sana. Gotong royong, semangat kebersamaan, dan kepedulian terlihat jelas di kampung ini. Banyak program desa yang berjalan dengan baik di kampung ini, mulai dari adanya taman pendidikan al-qur’an, posyandu, pengajian rutin baik dari bapak-bapak, ibu-ibu, dan para remaja setempat, pengelolaan bank 65Bentuk



tidak baku dari bertemu



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 150



sampah, biopori, dan masih banyak lagi. Hal inilah yang membuat saya dan teman-teman tidak terlalu kesulitan dalam menjalankan program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang sudah kami rancang sebelumnya. Selain program-program dari desa yang saya dan teman-teman saya coba sinergikan, ada program-program lain dari kelompok KKN saya yang belum ada di daerah tersebut, misalnya senam sehat. Saya dan teman-teman mensosialisasikannya kepada ibu-ibu saat mengikuti pengajian rutin mingguan dan saat mencuci pakaian di sungai. Syukurlah antusiasme warga kampung Parung Panjang Lebak cukup tinggi, mereka tak lupa mengajak serta anak-anak mereka, dan saya rasa program ini berjalan dengan sukses. Hal lain yang membuat saya terkesan dengan kampung ini adalah keramahan warganya, setiap kali saya dan teman-teman saya menyusuri rumah-rumah mereka, mereka dengan senang hati menyapa bahkan mengajak saya dan teman-teman untuk singgah sebentar di rumahnya. Terlebih lagi Pak RT 02 beserta istrinya, yang biasa saya dan teman-teman saya panggil “Umi RT”, mereka sangat menghargai keberadaan kami di kampung ini, mulai dari mengantarkan makanan kepada saya dan temanteman di posko, mengizinkan saya dan teman-teman menumpang mandi di rumahnya, dan lain-lain. Kerja sama yang baik dari mereka lah yang memebuat programprogram kerja kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) berjalan dengan lancar. Karena program-program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) tersebut saya dan teman-teman rancang semata-mata ingin mengajak segenap masyarakat dalam membangkitkan semangat, dan menjadikan desa lebih baik dari yang sebelumnya. Terima kasih warga Kampung Parung Panjang Lebak, terima kasih untuk setiap senyuman tulus dari wajah kalian. Harapan Sederhana, Untuk Desa yang Istimewa. Di bagian akhir ini saya mengharap kepada Allah SWT sambil menitipkannya dalam harapan yang terdalam terkhusus untuk desa yang akan begitu sulit untuk dilupakan dalam benak selamanya. Diawali dari ucapan terima kasih dari hati terdalam untuk seluruh teman-teman yang tergabung dalam kelompokINTEGRITAS, semoga Allah SWT memudahkan setiap proses yang dilalui teman-teman semua. Terima kasih juga untuk Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kami, dan seluruh sponsor, serta seluruh masyarakat Kampung Parung Panjang lebak mulai dari jajaran



151



struktural hingga jajaran sosial kemasyarakatan seperti para kyai dan tokoh masyarakat. Semoga semangat terus bangkit dari Desa Leuwiliang khususnya Kampung Parung Panjang Lebak membawa optimisme masa depan, biarpun tinggal di desa namun semangat dan keyakinan harus sejajar bahkan di atas masyarakat lainnya. Teruntuk anak-anak muda penerus estafet kepemimpinan, belajarlah dan mulailah membuka mata melihat daerah ini dengan penuh cinta dan kepedulian. Jangan sampai terlalu larut dalam dunia yang tanpa sadar menelankan kita, begitu keras desa ini memanggil-manggil kita untuk berkhidmat di dalamnya. Saya titipkan kembali desa ini kepada kalian, semoga desa ini benarbenar menjadi rumah tempat kembali yang menenangkan lahir dan batinnya. Kalau bukan kita yang mencintai desa kita siapa lagi yang akan melakukannya, dan jika bukan sekarang kita berbakti pada desa kita, kapan lagi kita memulainya. Saya dan teman-teman berharap agar apa-apa yang sudah menjadi obrolan kelompok saya beserta program-programnya tetap bestari di Desa Leuwiliang. Bangkitlah Leuwiliang beserta insan yang tinggal di dalamnya. Semoga Allah SWT mempertemukan kita kembali dalam nuansa yang lebih indah dan menggembirakan. Sampai jumpa.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 152



I. DARI INTEGRITASUNTUK LEUWILIANG Oleh: Nurhilalliyah April 2019, pertengahan semester 6 dimana saya dan teman-teman— yang jika bermalas-malasan untuk mengikuti kelas akan berdampak buruk pada formatif yang akan mampu membuat kita mengulang kembali kelas tersebut dan akan menjadikan kami mahasiswa tua—sedang sibuk berkutat dengan beberapa tugas UTS yang belum terselesaikan, muncul berita tentang program kegiatan Kuliah Kerja Nyata atau yang lebih akrab disebut KKN yang wajib untuk diikuti oleh mahasiswa tanggung seperti kami.Program KKN tersebut yang dulu juga sering disebut sebagai Program Pengabdian Pada Masyarakat merupakan sebuah langkah untuk para mahasiswa dalam mengabdikan diri kepada masyarakat, karena memang pada dasarnya mahasiswa merupakan penyampai aspirasi masyarakat dan motor pembangun untuk kehidupan bermasyarakat yang merata, layak dan memadai. Begitulah kalimat yang sering digemakan para orator dalam demodemo atau bahkan yang terdekat adalah para kakak tingkat di kampus dalam lingkup universitas, fakultas bahkan jurusan sekalipun.Pada kenyataannya, saya hanya mengikuti sistem yang sudah diterapkan berbelas-belas tahun lamanya di instansi ini yang memiliki sebuah harapan untuk menjadikan para mahasiswa sebagai makhluk sosial yang mampu membangun masyarakat melalui cara terjun atau bersosialisasi langsung dengan masyarakat agar paham betul cara bermasyarakat. KKN bukan sebuah momok menakutkan untuk saya pribadi. Karena saya merupakan seorang anak yang tumbuh di suatu desa di bagian utara Bekasi yang sewaktu kecil pun senang sekali mandi di kali bersama sapi milik tetangga, berenang di danau bersama bebek-bebek peliharaan kakek, bahkan bermain di tumpukan jerami bekas padi yang menumpuk disawah pada siang hari ketika ayah dan ibu saya sedang menggeprak padi untuk memisahkan gabah dari tangkainya. Itu sudah menjadi hiburan dan rutinitas saya sampai saya menyelesaikan pendidikan TK. Setelah lulus TK saya dan sekeluarga pindah ke Tangerang Selatan dan mulai hilanglah kebiasaan dan rutinitas saya dan keluarga selama tinggal di desa. Jadi, menurut saya, KKN akan menyenangkan karna selain akan memberikan pengalaman baru berupa cara terjun langsung ke dalam kehidupan bermasyarakat tetapi juga sebagai ajang saya mengenang masa kanak-kanak yang saya rindukan. 153



Sebelumnya membahas kelompok KKN dan desa yang akan kami tempati izinkan saya memperkenalkan diri, nama saya Nurhilalliyah, mahasiswi semester 6 di jurusan Sastra Inggris fakultas Adab dan Humaniora. Dengan pengenalan tersebut sudah jelas terlihat saya adalah mahasiswi yang berada di naungan instansi yang berlandaskan nilai-nilai sosial dan juga kemanusiaan—saya pun berharap mampu menjadi manusia yang layak menyandang status sebagai manusia—berdasarkan jurusan yang saya pilih, saya berharap mampu mengajarkan atau setidaknya mengenalkan literasi kepada warga desa yang akan kami tempati nantinya, karena seperti yang disering diucapkan oleh para tokoh-tokoh terkemuka buku adalah jendela dunia, melalui pengenalan terhadap dunia membaca membuka harapan saya akan perkembangan suatu desa. Cara yang akan saya pilih adalah dengan mengembangkan Pojok atau Taman Baca jika sudah ada, target utama saya adalah anak-anak kecil didaerah tersebut yang belum banyak tersita waktunya untuk kepentingan-kepentingan lain. Selain itu, anak-anak juga merupakan penerus bangsa yang harus diberi contoh yang baik agar tidak keliru. Awal Jumpa Dipenghujung April—kelompok KKN saya sudah terbentuk—saya baru bergabung di grup WhatsAppkelompok 58. Ditanggal 29 April muncul notifikasi di grup Whatsapp kelompok saya tentang pertemuan pertama kelompok kami atau bisa juga disebut rapat karena agenda yang akan kami lakukan di pertemuan pertama tersebut adalah selain pengumpulan berkas KKN tetapi juga penentuan BPH dan juga divisi-divisi kerja untuk menjalankan kegiatan selama KKN. Di pembagian divisi ini saya memilih menjadi anggota divisi konsumsi. Pada dasarnya, saya adalah anggota divisi dokumentasi yang abadi di jurusan saya, alasan utamanya adalah karena saya memiliki kamera yang bisa digunakan ketika event-event 66 jurusan dan saya juga cukup mampu untuk menggunakan softwareediting 67 , keuntungan menjadi divisi dokumentasi adalah saya mampu sedikit bergaya dengan menenteng kamera digital ke mana-mana selama acara sementara tidak semua orang memilikinya—ya, saya pernah sesombong itu—tetapi selama menjadi divisi dokumentasi saya 66acara



67Perangkat



lunak untuk menyunting



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 154



tidak terjun langsung ke acara, saya dan teman-teman di divisi dokumentasi adalah orang belakang layar yang tidak juga memiliki banyak foto di setiap kegiatan yang saya ikuti sebagai panitia—ya mau bagaimana lagi, tugas dari divisi dokumentasi adalah mengabadikan momen di kegiatan tersebut dan siapa yang mau mendokumentasikan kami yang sedang mendokumentasikan acara ketika kami semua sama-sama sibuk demi keberlangsungan dan kelancaran kegiatan atau acara tersebut.Oleh karena itu, yaitu tidak mau kehilangan momen untuk ikut terjun langsung dan bukan hanya berada dibelakang lensa kamera, saya ingin memiliki foto-foto selama berkegiatan di program KKN saya memutuskan untuk menjadi divisi konsumsi, yang saat itu saya pikir tidak akan memiliki begitu banyak pekerjaan—di pikiran saya divisi konsumsi hanya perlu mengontrol pengeluaran dan mengatur jadwal piket untuk memasak selama sebulan dan untungnya saya bukan koordinator di divisi tersebut, jadi saya hanya perlu membantu, tetapi pada kenyataannya divisi ini pun tidak sesederhana dan semanis apa yang saya bayangkan. Dari Integritas agar berintegrasi Kelompok KKN kami memilih untuk memakai kata Integritas sebagai nama kelompok kami. Dalam KBBI sendiri, Integritas merupakan kata benda yang berarti mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh. Nama tersebut dipilih dengan harapan bahwa saya dan teman-teman mampu menjadi satu kesatuan untuk menjadi motor pembangun daerah yang akan kami tempati nanti. Kelompok KKN saya beranggotakan 19 orang; 12 perempuan dan tujuh laki-laki. Kesembilan belasnya berasal dari jurusan yang berbeda-beda. Kami pun memutuskan untuk menyewa dua rumah untuk kami jadikan posko KKN dan dipisah berdasarkan jenis kelamin. Untuk posko laki-laki selain digunakan untuk tempat istirahat para laki-laki, kami memutuskan untuk digunakan sebagai tempat memasak, makan bersama, dan juga sebagai tempat untuk evaluasi harian atau untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan setiap harinya, alasannya adalah karena posko laki-laki memiliki halaman, ruang keluarga dan dapur yang cukup luas. Diposko laki-laki ini saya dan koordinator divisi konsumsi saya sering menghabiskan waktu bersama, terutama dihari-hari awal dan akhir kami KKN, itu karena sudah merupakan tanggung jawab kami untuk mengontrol semua makanan, apakah cukup memadai untuk hari esok dan 155



sebagainya. Saya juga akan bercerita sedikit tentang koordinator divisi saya ini, namanya adalah Kiki—perempuan—dia adalah orang tersabar dalam menghadapi saya yang terkadang suka linglung jika masuk dapur atau lebih tepatnya kikuk, tapi dia tetap mampu memaklumi saya, contohnya adalah suatu ketika saya diberi perintah olehnya untuk menanak nasi. Pertama tentu saya harus mencuci beras lebih dahulu, setelah beras bersih lalu ditiriskan dan setelah itu sebagaimana orang pada umumnya yang seharusnya meletakan beras kedalam panci penanak terlebih dahulu, tapi dengan polos atau bodohnya, saya langsung saja menuang beras tersebut kedalam penanak nasi elektrik tanpa menaruhnya di panci terlebih dahulu. Awalnya saya juga merasa janggal dengan apa yang saya lakukan, dan ketika Kiki datang ke dapur dan melihat saya menuang beras langsung kedalam penanak tanpa pancinya, saya dapat dengan jelas melihat wajah terkejutnya, entah antara menyesal menyuruh saya menanak nasi atau panik karena penanak nasi tersebut merupakan milik orang lain dan khawatir saya akan merusak penanak tersebut—jika hal tersebut terjadi keuangan konsumsi akan membengkak, bukan? Tetapi dengan tenangnya Kiki hanya membantu saya mengangkat beras-beras yang ada didalam penanak tak berpanci itu tanpa marah-marah dia hanya sekedar mengungkapkan rasa terkejutnya terhadap saya, saya hanya bisa menertawai diri saya sendiri karena saya juga merasa begitu bodoh dan canggung tak lupa juga saya meminta maaf berkalikali terhadap Kiki atas apa yang saya lakukan, dan dengan mudahnya Kiki memaafkan saya. Selanjutnya adalah posko perempuan, posko tersebut hanya dikhususkan untuk tempat kami—para perempuan—beristirahat dikarenakan posko perempuan ini benar-benar hanya cukup untuk menampung 12 perempuan dan perintilan barang-barang yang akan digunakan untuk dekorasi kegiatan selama sebulan lamanya, dan untuk info tambahan dibelakang posko kami mengalir sungai yang deras dan luas, karena hal tersebut saya dan teman-teman perempuan saya ini tak perlu khawatir akan kekurangan air karena sungai tersebut mengalir dengan cukup deras seperti yang sudah saya katakan dan memiliki air yang layak. Kami, 12 perempuan ini memiliki kebiasaan dan pengalaman yang berbedabeda. Banyak sesi berbagi cerita yang kami lakukan diwaktu senggang, diantaranya ketika saya dan teman-teman mencuci pakaian kotor di sungai yang langsung dapat kami akses melalui pintu belakang posko kami, saya bercerita sembari menikmati suasana nostalgia yang nyaman dan Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 156



menyenangkan bagi saya, dan ketika waktu senggang antara ashar sampai maghrib menjelang ketika saya sedang tidak memiliki proker atau juga ketika menjelang tidur, kisah teman-teman saya terkadang menjadi pengantar tidur selama sebulan lamanya. Saya dan teman-teman rutin melakukan sesi berbagi cerita tersebut diminggu-minggu awal KKN ketika belum banyak proker yang menyita waktu, karena diminggu-minggu setelahnya begitu banyak proker yang harus kami jalani dan pertanggungjawabkan. Dibeberapa kesempatan, saya terbilang cukup sering terlibat dalam perbincangan dengan beberapa teman-teman perempuan saya ini—kadang hanya berdua atau bersama-sama—tentang masalah dan kekhawatiran yang kami miliki masing-masing sebagai seorang perempuan diusia menjelang dewasa ini. Mulai dari kesehatan, kecantikan—hal ini sebenarnya bukan bidang saya karena saya begitu buta tentang kecantikan dan perintilannya, dan tentang asmara—yang saya juga masih awam tentangnya. Pada akhirnya kekhawatiran saya bukan hanya milik saya sendiri, dengan tinggal bersama 11 perempuan lain diusia yang sepantaran dan memiliki kekhawatiran yang beragam kami berbagi rasa takut tersebut dan saling menyemangati dan mengingatkan satu sama lain. Salam kenal, Leuwiliang Desa yang kelompok saya tempati atau pilih sebagai tempat untuk pelaksanaan KKN bernama desa Parung Panjang Lebak, desa ini bukan desa yang setiap tahunnya didatangi mahasiswa untuk KKN, dan mungkin karena alasan tersebut mereka menyambut kami dengan sangat ramah. Karena seperti yang sudah saya katakan desa ini bukan langganan didatangi setiap tahun untuk KKN, maka perasaan senang mereka membuncah karena ada anak-anak muda—kami para mahasiswa—yang mau membantu untuk pengembangan desa mereka, tetapi karena itu juga mereka berharap banyak terhadap saya dan teman-teman, bukan hal yang salah juga jika mereka berharap banyak terhadap kami. Untuk menghindari kekecewaan warga desa terhadap kami, para aparat dan tokoh desa begitu memberi perhatian lebih terhadap kami. Contohnya adalah ketika tokoh pemuda setempat yang sempat mendatangi posko kami untuk berdiskusi bagaimana sebaiknya kami bersikap kepada atau terhadap warga untuk lebih bersosialisasi dan lebih membaur. Aspirasi tersebut membuat saya tersadar jika memang betul para warga juga memperhatikan kami, dan saya sangat bersyukur akan hal tersebut. Pada kenyataan pun tetangga dari posko kami juga begitu banyak 157



menolong dan memberi kami banyak hal berupa perhatian dan bahkan makanan, para ibu-ibu juga sangat ramah ketika saya mencoba memulai obrolan atau bahkan hanya sekedar untuk menyapa. Banyak juga obrolan yang terjadi di sungai tempat biasa saya dan teman-teman mencuci pakaian, karena para ibu-ibu didesa ini juga masih mencuci pakaiannya di sungai karena hal tersebut merupakan sarana untuk para ibu-ibu untuk berbagi cerita atau hanya sekedar menyebarkan berita. Hal tersebut juga mempermudah saya dan teman-teman untuk memberitakan acara dan kegiatan yang akan kami adakan atau laksanakan didesa mereka. Desa yang saya dan teman-teman tempati termasuk desa dengan akses yang mudah, letaknya yang dekat dengan jalan besar, pasar dan jalan desanya yang sudah dicor memudahkan kami untuk berkegiatan. Awalnya saya berpikir desa Parung Panjang Lebak bukanlah desa yang tertinggal, dan pada kenyataan pun desa ini sudah hampir memiliki semuanya diantaranya Masjid, Majelis, Posyandu Multifungsi, Pos Ronda, Pemakaman Umum dan lain-lainnya terkecuali Taman Baca. Cocoklah dengan ide saya yang berniat untuk membangun Taman Baca di desa Parung Panjang Lebak ini, hitunghitung meninggalkan jejak didesa yang kami singgah selama sebulan ini. Mulailah saya berdiskusi dengan ketua kelompok KKN saya, Yoga namanya. Kami berdiskusi langkah apa yang akan kita ambil untuk membangun Taman Baca di sana. Saya bertanya tentang hal paling krusial kepadanya tentang adakah tanah, lahan atau wilayah yang bisa dimanfaatkan untuk membangun taman baca, dan jawabannya membuat saya gembira karena dia menyampaikan kepada saya bahwa ada pos remaja yang dapat kita alih fungsikan untuk menjadi taman baca dan juga pos remaja tersebut berada di tempat yang strategis yaitu berada tepat di samping majelis. Pos remaja tersebut juga ternyata sering dijadikan tempat bermain anak-anak setara PAUD dan SD ketika pulang sekolah. Betapa menyenangkannya mendengar berita tersebut. Ketika sudah mengetahui bahwa kami mendapat persetujuan dari remaja desa untuk menggunakan pos mereka sebagai taman baca, mulailah saya dan teman saya Dian—yang merupakan penanggung jawab Taman Baca bersama saya—dan beberapa teman yang lain membersihkan pos tersebut agar layak untuk anak-anak menjadi lingkungan yang kondusif agar mereka bisa duduk-duduk untuk membaca dengan nyaman. Selain itu saya juga menyediakan dan membuat dekorasi untuk Taman Baca, mulai dari Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 158



mewarnai botol-botol bekas untuk membuat lampion yang akan digantung dilangit-langit pos nantinya dan juga menggunting kain-kain flanel yang akan saya fungsikan sebagai gorden disisi kanan dan kiri pos tersebut, agar mencegah debu-debu beterbangan masuk kembali ke dalam pos. Selesainya kami mewarnai botol-botol plastik dan menggunting-gunting kain flanel kami pun bergegas mendatangi pos remaja desa tersebut dan mulai mendekor Taman Baca, tak lupa juga kami menaruh banner yang mempertegas bahwa pos itu sudah memiliki fungsi ganda, selain menjadi pos para remaja berkumpul tetapi juga menjadi taman baca yang kami beri nama ‘Rumah Literasi Repal’. Repal sendiri berarti Remaja Parung Panjang Lebak, kami memberi nama tersebut agar tidak melupakan asal-mula fungsi tempat tersebut. Setelah selesai didekor dan buku-buku sudah berada pada tempatnya, anak-anak desa mulai menyambangi taman baca, mereka membaca buku-buku favorit mereka dan juga dengan bangganya memamerkan buku-buku kesukaan mereka di taman baca kami—sebagian besar anak-anak terutama yang laki-laki menyukai buku-buku komik yang ada dan sebagian lainnya menyukai buku cerita tentang kisah para nabi, dengan polos dan bahagianya mereka menikmati hiburan berupa buku bacaan yang kami sediakan dan untuk saya menjadi sebuah kepuasan sendiri mampu memberikan hiburan kepada mereka dan betapa bersyukurnya saya bahwa mereka belum tertular virus perkembangan zaman yaitu tergila-gila dengan gawai pintar yang sudah lumrah jika kita lihat di perkotaan, yaitu anak-anak SD bahkan TK sudah menggenggam benda canggih itu ke mana pun mereka pergi. Sampai berjumpa lagi, Leuwiliang Setelah sebulan lamanya tinggal di Parung Panjang Lebak banyak pengalaman yang saya dapatkan, mulai dari hidup bersama dengan 18 orang asing yang berakhir menjadi teman dan bahkan seperti keluarga sendiri. Warga di Parung Panjang Lebak pun menyambut kami dengan senang hati yang membuat saya merasa seperti warga asli sana. Banyak harapan dan citacita yang saya dan teman-teman coba untuk capai di desa tersebut diantaranya menciptakan lingkungan yang sehat dengan mengadakan beberapa program mingguan berupa Jumat Bersih yaitu kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar setiap hari Jumat dan mengadakan senam bersama para ibu-ibu warga desa di minggu pagi yang kami sebut Minggu Sehat. Kelompok saya juga memiliki program rutin guna mendekatkan diri 159



kepada masyarakat, program-program tersebut diantaranya adalah Membantu Kegiatan Mengajar di SD 05 Leuwiliang, ada juga Bimbingan Belajar di sore hari dan Mengajar Ngaji untuk anak-anak di lingkungan sekitar lingkungan desa, ada pula cara lain yang kita tempuh untuk mengakrabkan diri dengan warga sekitar yaitu mengikuti Pengajian Ibu-Ibu di sabtu pagi, Pengajian Bapak-Bapak di Senin malam dan juga Pengajian Remaja yang diadakan setiap minggu malam. Program lain yang kami selenggarakan dengan harapan meninggalkan kenangan dan juga manfaat untuk warga adalah Perbaikan Plang TPU, Seminar Keindonesiaan di SD 05 Leuwiliang, penyuluhan anti narkoba kepada warga sekitar, ada pula pembangunan Taman Baca ‘Rumah Literasi Repal” guna meningkatkan minat baca anak-anak kecil dilingkungan sekitar, Pembangunan Gapura Desa, Revitalisasi Masjid berupa penginfakan Mushaf Al-Qur’an dan juga dua pasang mukena untuk masjid, Lomba Keagamaan untuk memperingati Idul Adha, Perayaan HUT RI ditanggal 17 Agustus, dan Santunan Anak Yatim dihari penutupan kegiatan KKN kami. Harapan saya adalah dengan adanya hal-hal yang kami tinggalkan akan menjadi kenangan bagi masyarakat yang juga bermanfaat untuk kedepannya.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 160



J. PATUT DIKENANG, TIDAK UNTUK DIULANG Oleh: Rio Prabowo Suryadi Putro Praduga Awal Ketika di tanya apa alasan saya untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata, jawabannya tentu tidak lain tidak bukan adalah hanya untuk mengikuti agenda yang telah di rencanakan oleh kampus sebagai pra-syarat kelulusan saya dalam menempuh pendidikan strata satu. Kegiatan ini timbul karena merupakan salah satu program yang menunjang tiga visi utama Perguruan Tinggi yaitu, Penelitian, Pendidikan dan Pengabdian dalam hal ini program Kuliah Kerja Nyata yang selanjutnya disebut KKN ini masuk ke dalam program Pengabdian. Terdapat dua pendapat saya ketika di tanya apa tujuan dari KKN ini, yang pertama adalah untuk mengimplementasikan disiplin ilmu yang kita pelajari di dunia kampus kepada masyarakat tempat kita mengabdi untuk mengurangi kesenjangan sosial di negara ini. Kedua adalah memberikan saya maupun kami sebagai mahasiswa, pelajaran hidup yang tidak dapat saya jelaskan di sini karena pelajaran yang kita terima tentu berbeda beda dari orang-orang yang tidak saya kenal sebelumnya dan budaya baru yang bisa saya pelajari. Sungguh menyenangkan. Semua kisah ini bermula pada bulan April tahun 2019 pertengahan semester 6 ketika pendaftaran KKN di mulai, semua berjalan seperti biasa karena menurut saya seperti tidak ada yang menarik dalam KKN ini sehingga hanya seperti menggugurkan kewajiban untuk menyelesaikan pendidikan. Sampai pada hari pengumuman kelompok yaitu pada bulan Mei 2019, dari 200 kelompok peserta KKN, saya tercantum di kelompok 58 bersama dengan 18 orang lain nya dari berbagai Jurusan dan fakultas. Saya bersama dengan Aulia Eka Yunita, Perbankan Syariah, untuk mewakilkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di kelompok 58. Tiba waktu nya untuk saya berjumpa muka dengan mereka untuk pertama kali nya selepas pembekalan KKN yang di adakan oleh PPM (Pusat Pengabdian Masyarakat) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Auditorium Harun Nasution, yang sebelum nya kami sudah saling memperkenalkan diri dan bersenda gurau di grup media sosial. Hanya beberapa orang yang tidak hadir dalam rapat perdana ini di karenakan satu dan lain hal mereka di luar sana. Rapat ini di mulai dengan perkenalan diri 161



kami masing-masing lagi lalu dengan candaan untuk sekedar mengakrabkan satu sama lain. Namun saya merasa kami masih menjaga ataupun menutupi diri masing-masing yang membuat saya merasa akan kurang menyenangkan bila menjalani satu bulan kedepan dengan mereka yang seperti ini. Belum ada pembahasan yang lebih mendalam karena baru sekali bertatap muka dan belum mengetahui lokasi yang akan kami tuju nanti. Bulan Juni 2019, PPM mengumumkan lokasi yang akan kami tuju untuk mengadakan program KKN ini. Terdapat dua lokasi yang di ajak bekerjasama dengan PPM yaitu Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang. Kelompok 1 – 100 berada di Kabupaten Bogor dan 101 – 200 berada di Kabupaten Tangerang. Kelompok 58 sendiri di letak kan di Kabupaten Bogor, lebih tepatnya Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang. Saya pribadi merasa senang mengetahui tempat KKN saya nanti berada di Kabupaten Bogor karena tempatnya yang lumayan sejuk ketimbang Kabupaten Tangerang menurut saya saat itu. Pada pertemuan selanjutnya dengan rasa yang sama seperti sebelumnya, kami mulai menentukan struktural kelompok dan nama panggilan kelompok KKN kami demi berjalan nya kegiatan ini. Terpilih sahabat saya yang bernama Yoga Dwi Septian sebagai Ketua Pelaksana, Helen Sagita dan Sarah Anggita sebagai Sekretaris 1 dan 2, Lutfiatus Saadah dan Aulia Eka Yunita sebagai Bendahara 1 dan 2, dan terdapat juga beberapa divisi penunjang seperti divisi acara, konsumsi, perlengkapan, pubdekdok dan hubungan masyarakat. Divisi terakhir adalah divisi yang saya emban tanggung jawabnya. Untuk nama panggilan, kami sepakat mengubah nama kelompok 58 dengan sebutan “INTEGRITAS 58” yang merupakan akronim dari Intelektual, Terpadu, Gesit, Religius serta ber-Kualitas. Selanjutnya, menentukan program apa yang sekira nya bermanfaat dan berpengaruh pada desa tersebut dengan kehadiran kami maupun setelah ada nya kami di sana. Masa persiapan KKN merupakan masa dimana saya cukup merasa enggan untuk ikut serta kegiatan ini karena belum memahami karakteristik teman – teman lain nya yang notabene masih menutup diri sifat asli nya. Keberagaman, kebersamaan dan keindahan. INTEGRITAS 58 terdiri dari 19 manusia dengan beragam pemikiran, tujuan dan sifat dalam menyikapi kondisi sekitar dan suatu masalah. 7 lelaki dan 12 perempuan yang menempati poskomasing – masing sesuai gender di karena kan keterbatan luas rumah yang ada dan mungkin karena adat Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 162



istiadat daerah setempat yang tidak memperbolehkan bukan muhrim dalam satu atap. Kami lelaki di titipkan salah satu rumah warga yang sering kami panggil MpokEn’ah, perempuan dititipkan rumah oleh warga yang biasa kami panggil Mpok Imas. Antar rumah kami bersebelahan di batasi satu rumah warga diantaraposko kami. Rumah lelaki sangat nyaman terlihat dari luar karena bentukan yang baik layaknya rumah pada daerah perkotaan yang memiliki satu ruang tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, dan teras depan yang lumayan adem dan sering kami pakai untuk bersantai bersenda gurau. Seperti ada yang terlupa dalam penulisan bagian rumah yang seharusnya ada, ya kamar mandi. Bagaimana bisa kamar mandi yang seharusnya menjadi bagian paling vital dalam pembangunan suatu rumah justru tidak ada dalam rumah yang kami tempati dalam satu bulan kedepan. Tantangan pertama langsung saya rasakan ketika baru saja tiba di desa tersebut untuk memulai kegiatan. Akan tetapi atas dasar itu lah, saya dan teman – teman lelaki merasakan kedekatan yang begitu emosional dalam hal kebersamaan. Ohiya saya hampir lupa menyebutkan siapa saja aktor dan aktris dalam kisah saya ini. Yang pertama adalah sang nahkoda kegiatan ini yaitu Yoga Dwi Septian, orang yang lumayan sabar dalam menghadapi kita semua, jika marah, dia memiliki cara untuk meredam nya yaitu dengan tidur dimanapun dengan kondisi sangat lelap dan suara “Ngroook”68 dari hidung nya. Lalu ada Shidqi Akram Hauzan, memiliki postur gemuk dengan kulit sedikit gelap, mempunyai bulu di hampir semua bagian badan yang membuatnya mirip Yetti, yang membedakan hanya warna kulit. Memiliki sifat childish yang sangat lugu dan menyebalkan sehingga sering membuat saya ingin meledek nya, namun kehadirannya sedikit memberikan warna berbeda buat kelompok kami. Selanjutnya ada duojawir, yaitu Rosyid alias Hasan asal Magelang dan Abdullah Kafabihi yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah. Hasan memiliki postur kurus namun tinggi dan mempunyai kelebihan dalam memberikan petuah – petuah kepada saya layaknya kakek – kakek. Kafa memiliki postu gemuk dan tinggi yang membuat saya sering memanggilnya Kentung, peran yang terdapat di sinetron “Tuyul dan Mbak Yul”. Mempunyai sikap pendiam namun jail di setiap gerak gerik nya. Selanjutnya ada Sahara Adjie Samudera, tokoh di balik layar semua desain yang terdapat di media sosial Kelompok 58. Adjie menurut saya seperti tokoh Suneo dalam 68Mendengkur.



163



kartun Doraemon, penuturan dan tata letak kata dalam berbicara nya lumayan bagus dan sering menginspirasi orang lewat unggahan di media sosial pribadi nya seperti Mario Teguh. Adjie sering berkutat di depan laptop selama kegiatan KKN karena merupakan divisi Pubdekdok dan memiliki kebiasaan aneh yaitu sering keluar menelfon seseorang setiap tengah malam. Dan yang terakhir, Syaiful Archam, salah satu di antara kami yang paling malas bergerak bila ada kegiatan di luar posko, namun apapun dikerjakan bila itu tidak berkaitan dengan kegiatan seperti nyapu halaman rumah, membuat kopi, berkreasi dengan benda – benda sekitar dan yang paling berbeda, dia mempunyai selera humor tinggi dan terkadang tidak terpikirkan oleh saya dan sering membuat kami tertawa. Dengan ketiadaan kamar mandi di posko, saya hampir paham seluk beluk tubuh teman – teman saya di karena kan setiap hari kami mandi di sungai yang sangat asri di kelilingi pohon bambu dan bebatuan. Sungai bersih dan asri itu bernama Sungai Cianten yang menjadi sumber air untuk seluruh warga sekitarnya. Dari situ saya merasa terbentuk sikap kekeluargaan kami para lelaki. Ada satu hal yang saya ingat ketika membahas mandi di sungai. Ketika itu kami bertujuh mandi sore di sana, seperti biasa hanya memakai celana dalam ataupun boxer. Kami mencari spot yang agak dalam karena kami berniat untuk berendam membersihkan tubuh. Saat itu Kafa nyebur terlebih dahulu dengan hanya menyisakan kepala nya yang terlihat, saya dan lain nya pun masih di atas batu untuk sekedar sikat gigi dan menikmati senja dari sungai. Entah siapa awalnya yang melihat, salah satu dari kami ada yang berteriak seperti melihat sesuatu yang aneh mengalir dari hulu ke hilir melewati spot yang kami tempati. Kafa yang berendam pun masih dengan santai menanggapi obrolan kami sampai akhirnya kami menyadari bahwa yang mengalir terbawa air sungai tersebut adalah feses manusia berwarna kuning yang mungkin itu baru saja di keluarkan oleh pemilik nya. Kami semua berteriak dan baru Kafa menyadari dengan bergegas berdiri. Jika dia kurang cepat seperkian detik mungkin dia sudah berendam bersama feses yang melewati muka nya. Kejadian sederhana yang membuat pecah gelak tawa kami saat itu juga. Banyak sekali cerita yang kami lalui dalam satu bulan dan terasa singkat hari-hari tersebut berlalu bersama mereka dengan candaan, tawa, dan cerita-cerita yang sangat berkesan dari mereka. Teman-teman KKN kelompok 58 sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri, tantangan dan Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 164



cobaan yang sudah kita hadapi bersama dalam satu bulan ini terasa ringan dengan mereka. Untuk teman-teman hebat anggota kelompok KKN 58 INTEGRITAS, terima kasih banyak telah mengajarkan saya banyak hal. Pemikiran dan cara pandang kalian terhadap dunia yang terkadang realis namun juga terkadang membuat saya mengernyitkan dahi, telah membuka mata saya akan uniknya kebersamaan. Terima kasih telah membuka mata saya dengan pemikiran dan cara pandang kalian. Kerja keras kalian dalam membangun desa ini bersama saya, gelasan kopi yang kita minum bersama di bawah atap rumah MpokEn’nah. Terima kasih teman-teman sudah menjadikan diri aku yang sekarang, kenangan-kenangan baik senang maupun susah menjadi suatu kenangan yang saya bungkus menjadi kenangan kecil yang tidak dapat saya lupakan. Tempat yang sulit di lupakan Desa Leuwiliang merupakan desa yang ada di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Desa yang terdiri dari 4 kampung ini merupakan desa yang terletak di pusat Kecamatan Leuwiliang ini sudah lumayan maju dalam segi pendidikan. Sebagaian besar mata pencaharian penduduk yaitu petani, dengan mengelola tanah-tanah yang subur para petani menanam berbagai macam tumbuhan seperti bengkuang, jagung, jati dan lain-lain. Kampung Parung Panjang Lebak merupakan salah satu kampung yang bertempat di Desa Leuwiliang, jaraknya yang tidak terlalu jauh dari pasar itu yang membuat kami memilihnya. Kampung ini memiliki satu jalan utama, jalan tersebut hanya dapat dilewati kendaraan beroda dua menjadi jalur utama desa yang menjadi moda penggerak dan sarana ekonomi warga. Untuk mencapai desa ini harus melewati turunan yang cukup terjal dengan sudut kemiringan 45 derajat baik melewati Jalan Lingkar Leuwiliang maupun melewati Jalan Kahrekel. Di tengah desa ada masjid kecil yang menjadi pusat ibadah dan penyampaian dakwah warga di seberang masjid ada bangunan luas dinamakan majelis yang digunakan untuk tempat pengajian mingguan warga serta tempat penyuluhan masyarakat. Jika kita jalan lagi keatas ada posyandu, posyandu ini merupakan titik tertinggi di Kampung Parung Panjang Lebak dengan melihat kearah utara terlihat pemandangan kampung ini yang sangat indah dilatari oleh bukit-bukit yang lumayan tinggi menjadikan spot yang bagus untuk bersantai. Dengan mengikuti jalan utama desa kita melewati turunan berakhiran kelokan yang mengantarkan kita ke 165



lapangan di kanan dan sawah dikiri jalan, lapangan ini digunakan berbagai macam kegiatan oleh warga seperti bermain bola pada hari-hari biasa atau digunakan warga untuk lomba-lomba pada saat acara peringatan 17 Agustus kemarin. Sawah yang terlihat tandus sawah namun digunakan warga untuk bercocok tanam, tanaman yang ditanam mencakup padi, singkong, bengkoang, pepaya, dan lain-lain. Warga kampung Parung Panjang Lebak sangat baik dan perhatian contohnya seperti menawarkan kamar mandinya untuk kita pakai, sering memberikan kita makanan, selalu menyapa dan senyum kepada kita, dan banyak lagi kebaikan mereka yang tidak bisa ditulis dalam kisah inspiratif 2500 kata ini. Namun sangat disayangkan tidak semua masyarakat di kampung tersebut memiliki rasa peduli yang tinggi khususnya kaum muda, masih banyak yang terlihat acuh tak acuh dan individualis. Banyak anak muda yang kurang kompak, memiliki suatu perkumpulan yang berbeda dengan yang lain yang membuat terlihat kurang menyatu menurut saya. Mungkin hal tersebut dapat dikaitkan dengan letak geografis Desa Leuwiliang yang tidak jauh dari peradaban kota yang sudah individualistis pemikirannya. Warga kampung Parung Panjang Lebak juga sangat aktif untuk pergi ke majelis ta’lim, baik itu majelis ta’lim anak-anak, remaja, ibuibu maupun bapak-bapak. Saya dan teman-teman juga ikut dalam pengajian ini beberapa kali. Namun saya merasa kesulitan untuk mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh Ustadz dikarenakan dalam penyampaian ceramah tersebut menggunakan bahasa sunda yang pada dasarnya saya tidak mengerti bahasa sunda. Sama halnya dengan majelis ta’lim remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak, majelis ta’lim anak-anak pun begitu masih banyak menggunakan bahasa sunda dalam. Ada suatu kejadian yang saya alami yang membuat saya agak kaget dengan tradisi yang ada di kampung ini, yakni perbedaan tempat untuk laki-laki dan wanita ketika shalat Idul Adha, dimana ketika itu para pria dan juga anak laki-laki melaksanaanshalatIdul Adha di masjid, sedangkan untuk para wanita dan anak perempuan melaksanaanshalat Idul Adha di majelis serta dengan imam yang berbeda. Setelah selesai shalat dilanjutkan dengan khutbah, khutbah tersebut berisi tentang toleransi dan saling menghargai tradisi sangat dibutuhkan untuk menghormati perbedaan-perbedaan tradisi yang ada. Musim kemarau yang melanda Kampung Parung Panjang Lebak yang sudah berlangsung selama 8 bulan ini sudah menghabiskan air persediaan warga yang biasanya berasal dari sumur, sumur warga banyak yang sudah Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 166



kering dikarenakan sumur tersebut memiliki kedalaman tidak lebih dari 5 meter. Warga kampung tersebut tidak memiliki biaya yang cukup untuk menggali sumur lebih dalam dikarenakan keharusan untuk membeli pompa jet yang harganya relatif mahal, namun ada sungai yang mengalir melalui Kampung Parung Panjang Lebak. Sungai Cianten namanya, sungai ini merupakan sumber kehidupan Kampung Parung Panjang Lebak baik digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian maupun untuk mencari ikan. Dalam menyambut Acara Perayaan HUT RI ke-74 kita semua anggota kelompok KKN membantu kumpulan remaja desa yang bernama REPAL dengan mengikuti kepanitiaan lomba untuk memeriahkan HUT RI. Banyak warga yang antusias mengikuti acara lomba tersebut, berbagai kalangan usia warga mengikuti dan menonton acara perlombaan HUT RI baik dari anak kecil, para remaja, orang tua, maupun golongan tua sekalipun mengikuti atau menonton acara perlombaan tersebut. Di Desa Leuwiliang terutama Kampung Parung Panjang Lebak telah mengajarkan berbagai macam hal-hal yang baru dan penting bagi saya contohnya pentingnya peduli terhadap sesama, pentingnya menjaga etika, pentingnya untuk tetap bertahan ketika kenyataan tidak sesuai ekspektasi, dan yang terakhir pentingnya untuk sesekali bersantai menikmati waktu berlalu. Terima kasih dan doa saya ucapkan dari hati saya untuk semua warga Kampung Parung Panjang Lebak serta seluruh Desa Leuwiliang. Jika aku seperti mereka Terima kasih adalah dua kata yang sederhana dan punya makna yang mendalam. Bisa saja hanya dengan mengucapkan hidup seseorang berubah jadi lebih baik. Terima kasih saya ucapkan untuk masyarakat Kampung Parung Panjang Lebak telah mengajarkan kami arti kami arti kehidupan yang tidak diajarkan sepenehunya di bangku perkuliahan. Selama sebulan saya belajar bagaimana caranya untuk mensyukuri hidup ditengah kesulitan yang datang. Berkat mereka saya memiliki kepercayaan diri untuk meribah sikap-sikap buruk saya selama ini. Mengajarkan saya untuk tetap hidup dalam kesederhanaan dan selalu bersyukur kepada Allah. Saya merasa nyaman dan senang menjadi bagian dari warga desa Parung Panjang Lebak selama satu bulan yang yalu. Namun bagi saya waktu satu bulan ini terlalu cepat untuk memberikan perubahan yang signifikan bagi warga Parung Panjang Lebak guna memberdayakan warga desa. Hal paling saya ingin lakukan adalah untuk memberikan pelatihan dan pembinaan bagi warga 167



terkait usaha mandiri dan kreatif untuk guna meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Selain itu juga saya ingin menumbuhkan minat membaca anak agar anak-anak Parung Panjang Lebak dapat menjadi generasi muda yang unggul di masa depan kelak melalui taman baca yang telah saya dan teman-teman saya buat. Tidak hanya itu, saya juga ingin sekali memberikan pembinaan mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya guna menjaga kelestarian lingkungan sehingga kondisi lingkungan dari Kampung Parung Panjang Lebak dapat terus asri dan lestari. Semoga Kampung Parung Panjang Lebak dapat menjadi desa yang unggul baik dari sisi perekonomian, sosial, maupun aspek-aspek lainnya. Selain itu saya berharap bahwa pengabdian kami di Kampung Parung Panjang Lebak mampu memberikan kesan yang baik. Semoga Desa Leuwiliang dapat menjadi desa yang menjunjung tinggi nilai keagamaan bersamaan dengan meningkatnya kemajuan desa. Saya juga berharap desa ini menajadi desa yang dapat meningkatkan aspek-aspek penting yang dapat menjadi faktor pengembangan desa. Semoga desa ini menjadi desa yang mampu meningkatkan kekompakan dalam pembangunan desa. Yang dapat memberikan motivasi bagi desa yang lain untuk bisa secara mandiri maju sebagai desa yang sukses. Tidak selalu bergantung terhadap pemerintah. Menjadi desa yang mampu membangun wilayahnya sendiri. Menjadi desa yang mampu memperbaiki keadaan pendidikannya agar banyak tunas-tunas muda yang berprestasi dari desa ini. Menjadi desa yang mampu memperbaiki keadaan ekonominya dengan cara memaksimalkan potensi kekayaan alam dan sumber daya yang ada di desa. Dan menjadi desa yang aman, damai dan harmonis. Semoga dengan adanya kegiatan KKN ini menjadikan inspirasi bagi warga Leuwiliang untuk membangun tanah tempat mereka tidur menjadi tanah yang mampu menafkahi dirinya sendiri.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 168



K. PARUNG PANJANG LEBAK PUNYA KISAHNYA SENDIRI Oleh: Rizkiyana Syabania Halo 69 .. selamat datang dan selamat membaca. Saya Rizkiyana Syabania biasa dipanggil Kiki. Saya mahasiswi jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial konsentrasi Ekonomi. Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi saya merupakan suatu moment70 dimana saya harus menuangkan segala ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sudah saya dapatkan yang harus nyata saya terapkan di kehidupan sehari-hari bersama masyarakat. Pertama mendengar bahwa FITK diharuskan untuk KKN, perasaan saya justru senang karena bagi saya mengabdi ke masyarakat itu hal yang baru, menambah wawasan pengalaman dan bisa melihat dan merasakan bagaimana rasanya hidup dimasyarakat dengan kebiasaan dan adat istiadat yang pastinya berbeda. Banyak cerita dari kakak-kakak tingkat mengenai kesan dan pesannya di KKN. Banyak menceritakan duka di KKN, senang dan nyaman di KKN, pusingnya persiapan KKN, bahkan mitos kisah kasihnya di KKN pun ada. Beberapa cerita dari pengalaman kakak-kakak tingkat tersebut menjadi satu hal yang menakutkan untuk menjalankan kehidupan di masa KKN tetapi mau tidak mau, siap tidak siap, tetap harus dijalankan. Di akhir bulan April 2019 pengumuman mengenai kegiatan yang harus dilakukan sebagai salah satu persyaratan sidang dipublikasikan oleh pihak PPM yaitu "Kelompok KKN" dari sini kisahku bermula. Hari itu pengumuman mengenai kelompok KKN diumumkan oleh pihak PPM. Hampir seluruh mahasiswa semester 6 memiliki file 71 daftar nama anggota kelompok. Mencari nama diantara ribuan mahasiswa akhirnya kutemukan namaku "Rizkiyana Syabania" di kelompok 58. Dari 19 anggota kelompok tidak ada satupun anggota yang ku kenal, baik dari sefakultas apalagi berbeda fakultas. Beruntungnya aku memiliki satu grup berisi mahasiswa dari organisasi ekstra kampus yang terdiri dari berbagai fakultas. Pertama kontak yang aku miliki adalah Aulia dari jurusan Perbankan Syariah. Nekatku menghubunginya lalu membuat grup sambil



Salam sapaan akrab. Waktu yang singkat 71 Dokumen atau berkas 69 70



169



melihat nomor dari file72 yang didapat. Suasana mendekati KKN mulai terasa karena sudah mulai mengadakan pertemuan antar kelompok. Banyak yang mengeluh akan tibanya waktu KKN, tapi tidak bagiku. Entah mengapa aku merasa sangat bersemangat akan KKN dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif mengenai KKN. Pertemuan pertama dengan anggota kelompok membahas struktural aku tidak bisa hadir karena ada kewajiban mengajar Les Private73 dan muridku tidak bisa mengganti jadwal. Pertemuan ketiga aku datang ketika setelah pembekalan KKN di Auditorium Harun Nasution. Kesan pertama teman-teman biasa saja dan lumayan bisa berbaur dengan mudah. Setelah pertemuan berikutnya, setelah saling mengenal satu sama lain aku merasa akhirnya bisa bertemu dengan teman-teman yang mudah diajak bercanda dan tidak mudah tersinggung. Terbesitlah dibenakku bahwa kenapa kenyamanan itu tidak diciptakan sendiri biar74 ketika KKN nanti hidup bersama selama satu bulan sudah jauh lebih nyaman dan hanya tinggal adaptasi dengan kebiasaan satu sama lain. Persiapan untuk KKN pun dilakukan dengan bertambahnya intensitas bertemu dengan kelompok, melakukan penggalangan dana berupa dagang pakaian dan donasi dari pintu ke pintu, persiapan perlengkapan, pembuatan baju, dokumentasi dsb. Selain persiapan kelompok, aku pun mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan, mempersiapkan beberapa konsep pembelajaran yang sekiranya bisa aku terapkan. Mempersiapkan kesehatan dan juga beberapa cara memasak karena aku menjadi bagian divisi konsumsi, jadi harus bisa membantu memasak bagian yang piket. Satu lagi yang aku persiapkan yaitu kesiapan mental jauh dari keluarga karena belum pernah sebelumnya, membiasakan diri hidup dengan orang lain yang berbeda kebiasaan, dan menyiapkan diri berbaur dengan masyarakat yang dari bahasa daerahnya tidak aku mengerti. Persiapan administrasi dan lain-lainnya juga dipersiapkan ke daerah tujuan yaitu Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang Bogor. Pada saat survei pertama, aku ikut menuju Kantor Desa, tetapi ketika disana aku dan temanteman tidak menemukan siapapun karena kantor yang tutup. Lalu menuju rumah Bapak Kepala Desa, namun ketika kami bertanya-tanya ternyata Bapak Kepala Desa telah meninggal dunia beberapa bulan lalu yang kemudian aku dan teman-teman ditunjukkan menuju rumah Bapak Ibid. Bimbingan belajar pribadi 74 Agar/supaya 72 73



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 170



Sekretaris Desa oleh salah satu Aparat Desa. Aku dan teman-teman disambut hangat oleh Pak Sekretaris Desa Pak Andi Lala namanya. Disana direkomendasikan untuk menuju ke RW 07, RW 09, dan RW 011. Pada saat itu kondisi sedang berpuasa, dan aku berjalan kaki sekitar 6 KM untuk survei mengelilingi kampung-kampung tersebut. Beberapa minggu kemudian akhirnya kelompokku memutuskan untuk memilih RW 07 yaitu Kampung Parung Panjang Lebak. Mondar-mandir 75 Kampung Parung Panjang Lebak menjadi rutinitas untuk terciptanya koordinasi yang baik antar warga dan mahasiswa. Beberapa hari sebelum keberangkatan aku bersama ketua KKN Yoga namanya melakukan survei terakhir untuk pembayaran homestay 76 dan koordinasi dengan beberapa Aparat Desa untuk kedatangan kelompok dan acara pembukaan. Sekilas tentang Kampung Parung Panjang Lebak yaitu di kampung ini merupakan daerah yang strategis dan dihuni oleh warga asli dan tidak terkontaminasi banyak oleh warga pendatang. Beberapa program desa juga dilaksanakan disini karena warga disini menerima dengan tangan terbuka untuk hal-hal yang memajukan kampungnya tetapi dengan tidak membawa pengaruh buruk. Misal di daerah ini menjadi salah satu percontohan Kampung Ramah Lingkungan dengan beberapa program daerah di dalamnya dan juga program Posyandu yang menjadi percontohan Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang. Bagaimana dengan pendidikan sementara aku adalah mahasiswi pendidikan. Hari itu tiba, dimana aku dan teman-teman harus berangkat menuju Kampung Parung Panjang Lebak. Berangkat sehari sebelum acara pembukaan dikampung dimulai, diawali dengan penempatan rumah dan merapihkan barang-barang di masing-masing rumah karena antara rumah laki-laki dan perempuan dipisah sekitar 30 m. Setelah acara pembukaan yang di buka oleh Ibu Elsy Rahajeng sebagai Dosen Pembimbing Lapangan, kami memulai minggu-minggu awal dengan penuh drama77. Air yang sulit di Kota Hujan menyebabkan aku dan teman-teman harus mandi bergantian pagi sore untuk menghemat air. Mencuci pakaian di kali besar yang letaknya tidak jauh dari belakang homestay 78 kami, kali Cianten namanya. Kali tersebut memiliki ceritanya sendiri disini, tempat menghilangkan penat untukku, Bolak-Balik/pergi-kembali Rumah Singgah (Tempat tinggal sementara) 77 Kejadian yang menyedihkan 78 Op.Cit 75



76



171



tempat mencuri-curi waktu untuk bercengkrama dengan salah satu teman, dan pernah sekali aku tergelincir disitu dan akhirnya baju basah padahal tidak ingin mandi di kali. Tetapi Alhamdulillah kelompok kami tidak terlalu kesulitan air yang sangat parah seperti kelompok sekitar karena kami masih bisa mandi dan mencuci pakaian di sekitar kampung. Minggu-minngu pertama benar-benar menjadi waktu untuk beradaptasi dengan berbagai manusia, 12 wanita hidup bersama, 7 orang laki-laki menjalankan program dan berdiskusi bersama merupakan hal yang tidak mudah. Aku bisa dengan mudah menyesuaikan diri dan sebisa mungkin membuat teman-teman tetap nyaman dan sehat dengan makananmakanan yang disajikan. Minggu pertama menuju minggu kedua sudah memasuki minggu genting karena beberapa sudah mulai sakit termasuk aku. Penyakit disebabkan oleh air yang sulit dan air galon yang kurang enak. Semenjak beberapa yang sakit aku berinisiatif untuk membersikan kamar mandi di homestay wanita dan menggunakan Detol untuk mandi dan air mineral untuk masing-masing yang dibeli perindividu. Program kerja di minggu pertama lebih kepada pendekatan ke warga dan anak-anak di sekitar kampung. Setiap sore dan malam dilaksanakan bimbingan belajar dan mengaji rutinan disalah satu PAUD. Menuju mingguminggu akhir anak-anak bosan belajar dan memilih untuk bermain bersama, tapi anak-anak seringkali mengganggu waktu istirahat kakak-kakak yang sudah lelah beraktifitas menjalankan program kerja di waktu sebelumnya. Ada program ke sekolah tetapi program kesekolah lebih fokus pada melaksanakan seminar, pengenalan metode pembelajaran baru ke guru-guru sekolah dan pembenahan ruang perpustakaan serta membantu menyambut assessor untuk akreditasi sekolah yaitu SDN 05 Leuwiliang. Berlanjut sampai menuju minggu-minggu terakhir Alhamdulillah semua berjalan baik dalam segi program kerja. Kenalkan Ini INTEGRITASku Integritas kelompokku diberi nama yang terdiri dari 19 orang dengan kepribadian berbeda-beda. Kita absen dari yang pertama aku Rizkiyana Syabania dengan anak yang mudah bergaul, berisik karena bersuara cempreng 79 dan cenderung cerewet 80 dan satu yang unik dipanggil “mamak” 79 80



Melengking Banyak bicara



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 172



karena setiap orang memiliki julukannya masing-masing. Lanjut ada Aulia Eka Yunia, manusia yang satu ini jarang mandi, berisik, asik, suka becanda dan tidak mudah baper81 dan dia dipanggil “Dede” karena kelakuannya kayak82 anak kecil tapi udah83 tua. Oh iya84 Dede juga cinlok85 loh ternyata sama salah satu lelaki setelah KKN, so sweet86 yah. Lanjut Nurhillaliyah, dia patner masak dan mandiku, dia teman curhat87 yang baik, teman becanda, tapi dia baperan88 ehehe dia dipanggil “umi” berasa kayak ustadzah tapi gaada alim-alimnya89. Lutfiatus Sa’adah, dia si “Mamih” bendahara yang super-duper bawel90 dan pelit karena semua harus jelas pengeluaran dan pemasukannya beserta nota. Dia wanita paling lama kalau habis mandi, paling berisik dan cerewet, paling banyak perkakas dan dia gabisa packing 91 barangnya sendiri, tapi Mamih juga patner mandiku. Dian Febriani, “Ibu” panggilannya karena sosoknya yang keibuan sekali melebihi Mamak dan uniknya dia menyediakan segala macam perkakas dan peralatan sampai yang perintilan92 kecil dia ada terpalugada93 pokoknya alias “apa lu mau gua ada” ehehe94. Ada Vika si manusia paling galak 95 dan paling judes 96 diantara yang lainnya, gamau 97 terlau cerita banyak tentang si “Ofung” yang kayak nenek-nenek hobi pake98 koyo ini karena takut dimarahin. Alifah Sarah Widad, anak ini nama panggilan aslinya Wiwid entah darimana tapi karena dia tinggi jadi dipanggil Kakak sebagai kakaknya Dede. Dia ini tim humas yang hobinya



Terbawa perasaan / mudah tersinggung Seperti 83 Sudah 84 Rangkaian kata mengingat sesuatu 85 Cinta lokasi;jatuh cinta di tempat kejadian 86 Terlihat manis 87 Bercerita tentang curahan hati 88 Sifat mudah terbawa perasaan; mudah tersinggung 89 Tidak terlihat ahli agama 90 Amat sangat cerewet 91 Tidak bisa mengemas barang 92 Perkakas / barang-barang kecil 93 Apa yang anda mau saya ada 94 Penjelasan diatas dan tertawa 95 Pemarah 96 Sinis 97 Tidak mau 98 Memakai 81



82



173



ngegosip 99 di akun instagram KKN INTEGRITAS, dan dia bagaikan lambe turahnya100 INTEGRITAS. Dikelompok ini juga ada wanita anggun layaknya Princess 101 yang disukai anak-anak namanya Helen Sagita. Si cantik yang satu ini super-duper perfeksionis 102 jadi layaklah dipanggil Princessnya INTEGRITAS. Sarah Anggita ibu sekretaris yang satu ini cenderung tidak banyak bicara tapi sekalinya bicara ngena dan ngegas 103 jadi kalo 104 sarah sudah ngomong semua langsung diam. Mbak Novhi, salah satu wanita Jawa yang anggun dan jadi ustadzah dan wanita penengah diantara para wanita. Kalau mbak Novhi sudah bicara semua sudah manut105 tapi mbak Novhi punya satu kata khas yaitu “kampret” 106 setiap kali dia kesel kalo kita meledeknya 107 . Saidah atau dipanggil Ida, ibu guru yang satu ini cenderung pendiem juga dan kalo ketawa lucu deh aneh gitu, salah satu yang paling sabar ngadepin anak-anak setelah Helen dan termasuk Princess juga. Dan wanita terakhir Laily Azzumar, Uni yang satu ini dia hobi menggambar dan gambarnya biasa di muat di webtoon. Dia juga sangat hobi main mobile legend jadi kesehariannya kalo gak ngerjain proker atau setelah ngerjain proker ya main game sambil telfonan sama Kakaknya. Sekarang kita lihat dari sudut lelaki. Pertama ketua kita Yoga Dwi Septian si Bapake yang mengayomi anak-anaknya tapi gabisa galak108. Yoga ini teman baik aku yang biasa nemenin109 ke pasar, belanja-belanja buat110 segala proker dan juga paling asik diajak jalan-jalan dan paling baik ngebantuin anak konsumsi nyuci piring di kali. Shidqi Akram orang yang awalnya paling nyebelin 111 karena tidak pernah muncul di grup dan susah dihubungi. Nyatanya dia lelaki paling baper dan dan manja di kelompok ini dan dia satusatunya laki laki yang terkena diare sampai seminggu dan dia dipanggil Membicarakan orang lain Sebutan untuk orang yang suka menggosip 101 Tuan Putri 102 Sangat memiliki sifat ingin sempurna 103 Tepat dan berbicara dengan nada tinggi 104 Kalau 105 Nurut 106 Kelelawar 107 Menggodanya 108 Tidak bisa marah dan tegas 109 Menemani 110 Untuk 111 Menyebalkan 99



100



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 174



“Papih” karena Mamih seneng ngeledekin112 Papih. Rio Prabowo dia dipanggil “abi” karena di pertengahan KKN cukup dekat dengan Umi tapi tidak cinlok113. Dia yang paling berani berargumen dan menentang omongan yang tidak sesuai apalagi dengan salah satu wanita yang suka mengatur. Abdullah Kafabihi adalah chefnya 114 INTEGRITAS karena dia yang jago masak dan pekerjaan sampingannya adalah chef115 di salah satu rumah makan. Dia paling kuat diantara yang lainnya karena paling sering ngambilin116 air dari masjid dan kali untuk keperluan masak. Adjie, dia paling ahli dalam bidang fotografi dan film. Segala peralatan tempur untuk dekorasi, desain dan dokumentasi lengkap dia bawa. Tapi dia salah satu orang yang pelit tenaga karena dia berprinsip semua berjalan sesuai job desknya 117 masingmasing. Syaiful Archam ahli dalam bidang persampahan, dia tidak banyak bicara hobinya duduk, nyalain118 api unggun, bakar sampah sambil ngopi dan ngerokok119. Rosyid Pak Kiyai yang satu ini agak baperan120 dan hobi tidur, kalau tidak tidur pasti dia keluar entah kemana kadang bilangnya121 safari KKN. Dari berbagai macam karakter dan kebiasaan masing-masing anggota, disitu aku belajar memahami bahwa setiap orang tidak bisa kita paksakan kehendaknya untuk melakukan sesuatu. Apapun karakternya selagi ia bisa tanggung jawab dengan apa yang sudah diamanatkan kenapa harus dipermaslahkan. Konflik dalam setiap organisasi pasti ada, dari yang tidak nyaman bahkan sampai yang memang ingin memecah belah tapi dari masalah tersebut kita harus bisa belajar bahwa ini adalah organisasi bukan peternakan sapi. Kenangan terindah adalah ketika penutupan, disitu ada acara malam keakraban dengan mengulang segala yang sudah kita lewati bersama, tertawa bernyanyi berasama dan juga ada penghargaan yang diberikan kepada masing-masing anggota dari Terbijaksana sampai Teraneh. Aku mendapatkan penghargaan “Tertidur” karena aku paling mudah tertidur Senang menggoda Cinta lokasi;jatuh cinta di tempat kejadian 114 Tukang masak 115 Ibid. 116 Mengambilkan 117 Pembagian kerja 118 menyalakan 119 Meminum kopi dan merokok 120 Sedikit mudah terbawa perasaan 121 Sesekali mengatakan 112 113



175



dimanapun. Di malam itu malam keakraban dilaksanakan disalah satu rumah warga yang jarang dikunjungi dan hanya dijadikan penangkaran ikan dan perkebunan tapi kami sudah mendapatkan izin untuk mengadakan acara disana. Malam itu terasa berkesan dan menjadi perpisahan yang baik untuk kita. Kampung Parung Panjang Lebak Punya Kisahnya Sendiri Kampung Parung Panjang Lebak memiliki keunikannya tersendiri. Selain dari strategis dan masyarakatnya yan sudah maju, Kampung Parung Panjang Lebak memiliki masyarakat yang sangat-sangat ramah, peduli terhadap warganya dan gotong royong. Kampung Parung Panjang Lebak bagaikan rumah kedua bagiku sehingga banyak kenangan manis dan indah yang tidak terlupakan. Bapak Andi Lala atau Pak Ade, beliau juga Bapak sekdes 122 terhebat yang begitu mengayomi dan memfasilitasi kami tanpa pamrih. Suatu ketika kelompok kami mendapat musibah yaitu merobohkan tembok warga yang kebetulan warga tersebut merupakan orang yang sangat galak dan warga lainnya-pun enggan untuk menyapanya. Setelah kami dimarahi habis-habisan beberapa hari kemudian ketika sang punya rumah pergi keluar kota, kami pun dibantu oleh para warga membenahi tembok yang roboh dan tanpa pamrih mereka membantu kami dengan ikhlas. Dari situ kami belajar mengenai tanggung jawab dan kepedulian sosial tanpa mengenal siapa orangnya dan apa latar belakangnya. Disini juga aku menemukan sosok Orang Tua yang biasa aku panggil Umi dan Bapak. Bapak merupakan seorang ketua RT disana dan Umi merupakan Istri dari Bapak. Umi menjadi ibu yang begitu perhatian kepada anak-anaknya layaknya anak sendiri,. Sering kami mendapat kiriman makanan dari Umi dan sesekali Umi mendatangi homestay 123 kami sebagai bentuk perhatian Ibu. Bapak menjadi sosok bapak panutan yang tidak banyak bicara tapi begitu melindungi. Ingat ketika masalah yang kami hadapi, bapak menjadi orang terdepan yang melindungi kami dari cacian warga yang tidak sengaja roboh temboknya. Secercah Harapanku



122 123



Sekretaris Desa Rumah tinggal



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 176



Kita tidak akan pernah tahu bagaimana nasib kita di kemudian hari. Kita tidak pernah tahu bagaimana halauan rintangan yang akan kita hadapi di kemudian hari. Kita tidak akan pernah tahu akan bersama dengan siapa kita hidup di kemudian hari. Kita juga tidak akan pernah tahu berapa banyak karakter lagi yang akan kita hadapi di kemudian hari. Kadang kita tidak bisa memaksakan kehendak bahwa semua orang bisa memahami kita dengan apa adanya diri kita dan tidak melukai hati kita. Maka dari itu tetaplah menjadi baik dimanapun berada, menjadi tempat ternyaman dimanapun di tempatkan. Dan satu pesanku ketika kamu ingin melakukan KKN. Boleh jadi di awal kamu menciptakan rasa aman dan nyaman untuk orang di sekelilingmu dan di akhir justru kamu tidak merasa aman dan nyaman. Di akhir sudah bukan waktunya kamu membuat orang lain nyaman, tapi buatlah dirimu nyaman, jangan pedulikan orang lain, apapun kesalahanmu dan bagaimanapun orang marah terhadapmu, di akhir yang mereka ingat hanya kebaikanmu dan kesalahanmu hanya menjadi bumbu penyedap di kisahmu. Keluargaku, Kampung Parung Panjang Lebak mohon maaf kami masih kurang dalam bergabung membaur ketika ngerumpi 124 , kurang komunikasi dan terjun langsung di keseharian warga, tidak semua anggota bisa ikut pengajian rutinan, dan segala kekurangan kami. Semoga Kampung Parung Panjang Lebak tidak melupakan kami sebagai mahasiswa yang sering merepotkan warga, ikut mencuci dikali bersama warga, dan program serta fasilitas yang kami tinggalkan disana dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Semoga warga Kampung Parung Panjang Lebak tidak menghilangkan segala adat istiadat serta kebersamaan dengan gotong royong yang menjadi khas dari Kampung Parung Panjang Lebak. Terima kasih sudah menjadi wadah dan tempat singgah aku dan teman-teman dalam menjalankan program Kuliah Kerja Nyata. Bagiku ini bukan hanya sekedar program Kuliah Kerja nyata tapi juga sebagai pengalaman hidup yang tidak terlupakan. Terima Kasih.



124



mengobrol sambil bergunjing dengan teman, biasanya dalam kelompok kecil



177



L. SENYUM KKN Oleh: Rosyid Abdul Majid Kegaduhan KKN Setelah menginjak tahun ke-3 masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, tibalah saatnya melepas liburan semester untuk pengabdian kepada masyarakat atau biasa di sebut dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Setelah mendengar kabar dari PPM untuk segera mendaftarkan KKN, saya dan teman-teman kelas mulailah heboh. Saya dan teman-teman setiap bertemu di kampus selalu bertanya dan berdiskusi tentang program KKN yang paling asyik di ambil, karena PPM menyediakan beberapa opsi KKN ada yang reguler, in campus, International, dan gabungan dengan kelompok lain. Saya mulai berpikir dan mencari banyak wawasan untuk mempertimbangkan program KKN yang akan saya ambil, bertanya-tanya kepada para senior yang sudah pernah KKN akan susah senang, enak tidaknya dan anggaran yang harus dikeluarkan dari setiap program, saya juga bertanya kepada teman-teman yang sudah mengambil keputusan dan mendaftarkan program. Karena bagi saya mengambil keputusan ini tidaklah mudah apalagi menyita waktu yang cukup lama untuk melaksanakannya, saya mempertimbangkan yang paling efisien dan bisa disambil dengan cari pekerjaan selama liburan semester karena memang sudah kebiasaan saya mencari pekerjaan selama liburan untuk menambah uang jajan dan biaya semester kedepan. Setelah saya pertimbangkan dari berbagai pengalaman senior dan teman-teman saya yang sudah mengambil program KKN, akhirnya saya putuskan untuk mengambil yang reguler saja dikarenakan program ini lebih mengenang, lebih murah dan lebih asyik dan tentunya juga pengalaman kekeluargaan selama sebulan akan lebih kuat dan mengenang selama waktu perkulian. Ya walaupun harus mengorbankan waktu kurang lebih selama satu bulan. Namun jika melihat hasilnya tidaklah merugikan karena pengalaman dan kenangan itu tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Meskipun begitu saya masih bimbang dalam menentukan program KKN ini, untuk meyakinkannya saya minta pendapat dari orang tua saya. Sehingga pendaftaran KKN saya masuk pada menit-menit terakhir penutupan pendaftaran. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 178



Setelah pendaftaran saya mulai membulatkan tekad pengabdian kepada masyarakat, karena bagi saya seorang mahasiswa atau pelajar tidak cukup dengan belajar saja, untuk mendapatkan sebuah ilmu haruslah memberi kemanfaatan kepada orang lain akan ilmu tersebut barulah dia dinamakan pelajar yang berilmu. Ilmu yang tidak dimanfaatkan dan disalurkan pasti akan basi dan terbuang memuai karena ilmu itu ibarat air, semakin banyak digunakan semakin jernih air itu. Maka dari itu KKN ini sebagai kesempatan bagi saya untuk mengamalkannya dan menggugurkan kewajiban saya juga sebagai orang yang mencari Ilmu. Banyak berseliweran kabar kepada saya agar KKN itu dijadikan sebagai proyek yang menghasilkan, yang memberikan benefit 125 pribadi, mencairkan dana hibah dan digunakan untuk hal yang tidak semestinya. Namun semua itu bisa aku tepis agar tidak tergiur dan mempermainkan KKN ini, menjaga kemurnian pengabdian ini, menjauhi sifat orang pintar tapi memintari (membodohi) orang lain. Masyarakat butuh sentuhan mahasiswa sebagai agen perubahan untuk tumbuh dan maju. Karena mahasiswa selalu dituntut dalam pembelajaran, penelitian dan pengabdian. Dari KKN ini maka mahasiswa bisa mengaplikasikan tiga hal tersebut dan menjadi agen perubahan membangun potensi-potensi desa, membawa desa pada kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan. Setelah pendaftaran dan muncul pembagian kelompok KKN yang dipilihkan oleh PPM sebagai keluarga baru kita selama lebih dari satu bulan kedepan. Tiba-tiba saya masuk dalam sebuah grupyang asing tidak mengenal seorangpun di dalamnya. Kelompok 058 Desa Leuwiliang, kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor menjadi sesuatu yang baru pengikat dan pemersatu kita. Mulailah saya mencari dan menjalin hubungan dengan kesembilan belas teman kelompok KKN saya yang dipilih secara acak oleh PPM dari berbagai fakultas yang berbeda. Kumpul mingguan, rapat pembentukan program pengabdian selama satu bulan di masyarakat, buka bersama untuk menambah keharmonisan kelompok, semua langkahsaya ikut dengan bahagia. Kurang lebih sebulan sebelum kita terjun ke masyarakat, kita menyusun strategi pengabdian, program apa saja yang akan kita buat, memahami teman kelompok kita dan lain sebagainya hingga muncullah dan disepakati bersama bahwa platform kita adalah INTEGRITAS. 125



Keuntungan.



179



Dalam KKN juga terdapat beberapa tahap yaitu tahap sebelum KKN yang didalamnya terdapat berbagai persiapan dan pembekalan-pembekalan, Aksi yang merupakan tahap ekskusi penerpan program-program yang sudah kita rancang selama satu bulan di desa yang kita tuju tersebut, dan tahap yang terakhir adalah adalah pembuatan laporan yang wujudnya berupa buku dan vidio dokumenter dan pada tahap ini yang paling menegangkan. banyak kisah KKN paling susah dan bercerai berainya kelompok pada tahap ke-tiga ini. Pembekalan-pembekalan yang diadakan oleh PPM saya ikuti untuk menambah semangat pengabdian dan mencari cara yang tepat, efisien dan tepat sasaran kepada masyarakat. Bagaimana memahami desa, mengintegrasikan keinginan kami dan masyarakat, menjalin hubungan dengan masyarakat dan tokoh desa dan sebagainya yang kita dapatkan melalui pembekalan-pembekalan yang diadakan oleh PPM. INTEGRITAS adalah Kita INTEGRITAS adalah nama yang sudah kita sepakati sebagai nama kelompok KKN 058 desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Lambang yang kita gunakan berwarna hijau dan kuning, gambar pohon ditengahnya, dan dibawah gambar pohon bertuliskan KKN-058 yang besar dan diatasnya terdapat pohon. Di mana semua itu mengandung filosofi tersendiri, menambah semangat kelompok KKN kita, dan cita-cita yang luhur dalam pengabdian ini. INTEGRITAS itu sendiri merupakan kependekan dari Intelektual, Terpadu, Gesit, Religius dan Berkualitas. Dimana hal ini menjadi cita-cita dan harapan akan kinerja kelompok sesuai dengan identitas nama kelompok ini. Motto yang kami bangun adalah “Belajar, Mengabdi,Bersama” hal ini untuk mewujudkan masyarakat Parung Panjang Lebak desa Leuwiliang yang maju, berkembang, berkarakter membentuk insan yang berahlakul karimah, Sopan dan santun serta bertanggung jawab. Sekelumit cerita tentang KKN saya INTEGRITAS yang mungkin saja juga di rasakan oleh kelompok KKN pada umumnya, dimana jumlah 19 orang dalam kelompok ini tentunya tidak jumlah yang sedikit, ibarat keluarga dengan jumlah 19 dalam satu rumah sudah bisa digolongkan dalam keluarga yang besar. Dari banyaknya orang tersebut dan latar belakang yang berbedabeda tentunya baik dari fakultas, jurusan maupaun strata sosial yang berbeda, ada yang sudah terbiasa jauh dari rumah ada yang tidak terbiasa berpisah dengan keluarga,ada yang simpel ada pula yang rumit dan lain Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 180



sebagainya . Menjadi hal yang lumrah ketika terjadi konflik internal, namun asas kekeluargaan yang kita bangun setiap konflik yang terjadi bukannya menjadi retaknya kekeluargaan tetapi menambah asyik dengan penuh warna warni kenangan, menambah eratnya hubungan kekeluargaan di kelompok KKN INTEGRITAS ini, karena setiap masalah yang timbul selalu kita sikapi dengan bijak dan menemukan solusinya. Sehingga setiap keluar dari masalah itu sebuah kebanggaan dan kesenangan tersendiri hal semacam ini yang menjadi tambah kuatnya hubungan kekeluargaan kita kelompok KKN 058 INTEGRITAS. Berhubungan rumah yang kami tempati tidak terlalu besar sehingga kami menyewa dua rumah, dan dua rumah itu juga sebagai pemisah antara kaum Adam dan Hawa, karena melihatlingkungan sekitar kampung yang agamais sehingga jika dijadikan satu rumah akan menimbulkan fitnah-fitnah atau prasangak yang tidak enak warga terhadap kita. Terlebih kondisi rumah yang tidak memungkinkan untuk ke-19 orang dijadikan satu. Kami sebagai laki-laki memberi kesempatan untuk perempuan memilih tempat tinggal dari kedua rumah tersebut, karena jumlah perempuan juga lebih banyak dari laki-laki yaitu 12 orang. Mereka memilih rumah yang cukup bagus dan layak, persediaan air buat mandi terbilang cukup, namun di rumah yang satunya 2 sumur didepan dan belakang rumah kering semua karena bertepatan dengan musim kemarau. Sehingga bagi para laki-laki untuk kebutuhan mandi, mencuci, buang air sangat tidak memungkinkan di rumah sehingga kita haruslah terlebih dahulu ke sungai ataupun mencari masjid, saya sendiri lebih senang ke sungai karena itu hal yang tidak akan ditemui di Jakarta. Merasakan nikmatnya menyatu dengan alam. Akan tetapi para kaum hawa ketika memasak lebih suka dan selalu di posko cowok, hal ini menjadikan tugas cowok bertambah berat. mengambilkan air, membawa cucian piring dan lain-lain ke kali, tempat posko cowok yang semakain kotor dan bau, mengurangi kenyamanan tidur tentunya dan banyak hal lagi tentunya yang ditimbulkan. Namun hal ini bagi para lelaki dijalani dengan penuh kesabaran dan kebahagiaan. Sehingga terjalinlah hubungan yang harmonis, tidak perlu meributkan masalah karena setiap masalah ada solusinya tinggal kita saja bagaimana menyikapinya. Evaluasi diskusi selalu kita adakan, hampir setiap hari selepas makan malam kita evaluasi harian. Karena kita menganggapkan hal ini penting untuk memaksimalkan berjalannya program-program yang sudah kita rencanakan. Pembagian pekerjaan untuk besok dan penanggung jawabnya 181



juga ditentukan lewat evaluasi dan rapat harian ini. Pada awalnya memang terasa berat setiap hari harus berpikir, berdebat dan berdiskusi. Tapi setelah beberapa hari semua itu akan berlangsung dengan mudah dan tidak rumit lagi. Saya sendiri juga dalam pembagian jobdes 126 selalu mengiakan tanpa susah-susah, begitupun ketika berdiskusi melebar ke mana-mana langsung saja di kembaliakan agar kita tidak lelah dalam rapat dan berbicara saja agar bisa lelah dam aksinya. Saya membuat posko senyaman mungkin baik buat mengobrol maupun untuk tidur shingga teman-teman merasa nyaman dan betah selama KKN, membuat kamar lagi, setiap malam membuat api unggun di depan, selalu makan bersama, hal ini menjadikan keakraban dan keasyikan tersendiri yang tidak akan ditemukan di tempat lainnya. Setiap malam bersantai ditemani dengan kopi, permainan-permainan ringan dan hangatnya api. Sehingga rasa bosan dan suntuk selama seharian bisa lepas. Tiap sore saya mengajak teman-teman main air bareng-bareng di sungai, bercengkerama dengan warga di sungai juga. Menjadi hiburan tersendiri mandi disungai itu bagi kita. Berbagai upaya-upaya untuk membangun keharmonisan kelompok kita jalankan. Hampir tiap minggu saya mengajak teman-teman main ke tempat wisata atau sesuatu yang berbeda baik itu curug, tempat ngopi, atau yang lainnya untuk menambah semangat dalam ber KKN karena jika kita terpaku pada tempat yang sama terus dimana tiap harinya dihadang dengan tugastugas yang tidak hanya membutuhkan otak saja tetaqpi lebih ke fisiknya maqka rasa bosan dan malas pasti akan muncul. Memahami karakter tiap orang, sahabat kelompok kita juga penting agar kita bisa lebih akrab dan tidak menyakiti hati mereka. Saya dengan teman saling curhat masalah apapun menjadi hal yang biasa, menganggap mereka sudah benar-benar saudara meyakininya semua baik dan menginginkan kita baik juga. Kisah Desa Desa Leuwiliang sebagai tempat KKN INTEGRITAS terdiri dari berbagai kampung dan sangat luas wilayahnya mencapai 297 Ha. Secara keseluruhan desa ini terdiri dari 13 RW dan 42 RT, lebih dari 6000 kepala keluarga dan berpenduduk 17.050 orang dan desa ini merupakan desa terpadat diantara desa-desa yang ada di kecamatan Leuwiliang ini. kami 126



Pembagian tugas.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 182



KKN mengambil satu kampung yaitu kampung Parung Panjang Lebak. Yang terletak di lembah sehingga akses mobil tidak dapat menyentuh tengah kampung. Di kampung ini terdapat sungai yang besar yaitu sungai Cianten yang lebarnya lebih dari 30M, jalan yang hanya cukup untuk 2 motor menjadi jalan arteri kampung ini, area persawahan masih cukup luas, hawa di kampung Parung Panjang Lebak tergolong dingin tidak terlalu panas, karena masih banyaknya pepohonan dan sungai yang terawat. Kampung ini terdiri dari 2 RT yaitu RT 02 dan 03 RT terdapat lebih dari 200 KK, dari kecamatan Leuwiliang tidak terlalu jauh kurang lebih 3 KM dan 2KM an dari pasar Induk Leuwiliang, dengan terminal juga cukup dekat sekitar 2KM. Namun dekatnya dengan pusat perekonomian tidak terus menjadikan kampung ini sejahtera masih banyak masyarakat yang menengah kebawah, warga yang mempunyai mobil tidak lebih dari 3 orang, kebanyakan masyarakat bekerja sebagai petani, merantau ke luar kota dan sebagian lainnya berdagang. Namun keterbatasan akses, ekonomi tidak membuat warga Parung Panjang Lebak ini tidak berkembang, tidak maju tetapi yang ada masyarakat malah sebaliknya, warga sangat terlihat solid dalam kebersamaan dan kekeluargaannya. Gotong royong, semangat kebersamaan adalah hal yang sudah biasa terlihat di kampung Parung Panjang Lebak ini, masyarakat terlihat sangat guyub adat istiadat terjaga, berkumpul dalam satu majelis sudah menjadi kegiatan rutin mingguan baik itu remaja, bapak-bapak dan ibu-ibunya sehingga agenda kumpul guyub dalam satu minggu lebih dari tiga kali diadakan dan berpusat di suatu bangunan aula besar yang mampu menampung kurang lebih 300-400 orang dan biasa disebut oleh masyarakat dengan majelis. Kampung Parung Panjang Lebak ini juga sudah menjadi kampung teladan dan percontohan dari beberapa kampung di sekitarnya, dan sudah mendapat predikat sebagai kampung ramah lingkungan (KRL). Namun dibalik itu semua tentu terdapat kekurangan dan beberpa hal yang dikeluhkan oleh masyarakat seperti tercemarnya air dan udara dari pembuangan sampah pusat Bogor di TPA Galuga yang tempatnya tidak jauh dari kampung Parung Panjang Lebak ini, kurang lebih 500M. Sulitnya air juga menjadi hambatan bagi kampung ini, pengolahan dan pembuangan sampah yang tidak terkontrol sehingga banyak sampah-sampah di sungai dan itu sudah merupakan kebiasaan warga akan membuang sampah di sungai. Saya dan teman-teman sudah mendata semua keluhan dari masyarakat jauh-jauh hari sebelum KKN, dan menyusun program supaya 183



tepat sasaran salah satu program kami adalah membuat dan mengoptimalisasi bank sampah. Membuat taman baca dan meningkatkan mutu para generasi penerus kampung Parung Panjang Lebak lewat bimbel yang kami buka dan beberpa seminar yang kita adakan. Sehingga beberapa misi kami adalah mengoptimalkan potensi serta kreatifitas masyarakat untuk menunjang kemajuan dan perkembangan sumber daya manusia, meningkatkan kesadaran, kecintaan, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, meningkatkan kerukunan dan kepedulian terhadap sesama.sehingga penulis sendiri berbaur dengan masyarakat mengobrol setiap bertemu mendengarkan keluh kesah mereka, memberikan gambaran akan sesuatu hal yang berbeda yang baru yang ada seperti bagaimana pengolahan sampah di kota, cita-cita sebuah desa yang maju dan banyak hal lainnya yang saya harapkan sebagai motivasi bagi mereka untuk terus berkembang dan berjuang demi kemajuan dan perkembangan desa merek. Program kegiatan kelompok INTEGRITAS 048 lebih dari 15 program yang kami canangkan. Secara umum program kami tertuju pada 2hal yang berbeda satu langsung kepada masyakat desa dan satu program lagi bersinergi dengan instansi terkait seperti semangat mengajar, Leuwiliang mengaji, pengadaan bank sampah, pengolahan limbah, posyandu remaja. Dan beberapa program yang langsung kepada warga seperti seminar tentang narkotika, seminar keindonesiaan, santunan anak yatim, revitalisasi masjid, pembuatan plank makam, gapura, penghijauan kampung dan kerja bakti Jumat bersih. Dari berbagai program yang direncanakan sudah terdapat Pjnya masing-masing dalam hal ini penulis memegang PJ di pembuatan plank pemakaman dan gapura. Salah satu program KKN tentang penghijauan penulis mengambil bibit di DKLHK yang berada di IPB sebanyak 2000 bibit pohon yang terdiri dari bibit pohon sengon, durian, jambu, trembesi dan cipedak. Yang saya harapkan bisa menjadi kampung Parung Panjang Lebak ini semakin hijau dan asri serta dapat menunjang kesejahteraan perekonomian warga kedepannya. Kerja bakti dan rapat dengan warga dan tokoh masyarakat saya ikuti dan aktif dalam pelaksanaannya untuk menyambut HUT-RI dan hari raya Idul Adha. Membangun gapura sebagai identitas kampung saya kerjakan bersama dengan teman dan warga, pendekorasian jalan dan kampung supaya lebih meriah yang mana semua itu dilakukan secara sukarela dan memaksimalkan bahan alam ayang ada dan memangkas dana sehemat mungkin. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 184



Salah satu kegiatan yang paling berkesan bagi saya dan warga tentunya adalah masak nasi liwet bersama-sama, nobar, semaraknya perlombaan HUT RI dan melaksanakan qurban. Dimana pelaksanaan qurban ini biasanya yang hanya sedikit mendapatkan hewan qurban setelah adanya KKN alhamdulilah mendapatkan lumayan banyak dan ini sangatlah menyenangkan bagai warga dalam ikut kemeriahan hari raya Idul Adha. Sehingga 200kk mendapatkan bagian yang layak. Dengan kedatangan KKN INTEGRITAS perayaan HUT RI dan Idul Adha menjadi lebih berbeda dan berkesan bagi warga Parung Panjang Lebak. Banyak sentuhan baru yang mereka dapat seperti taman baca, gapura, Ilmu serta motivasi baru untuk memajukan dan mengembangkan desa. Selaian program-program yang sudah dirapatkan sebelum KKN. Kegiatan yang bersifat terinspirasi setelah melaksanakan KKN juga tidak terbilang sedikit seperti membuat gapura secara permanen, mendekorassi desa, penghijauan tempat-tempat yang gersang. Ngeliwet dan kerja bakti malam dengan warga, mengadakan nobar bersama warga dan hal-hal seperti ini8lah yang lebih mengena. Dan itu akan terjadi setelah kita membaur dengan warga jadi program-program yang sudah kita rapatkan jauh-jauh hari sebelum KKN akan berkembang. Sekelumit Harapan Harapan dan doa saya panjatkan kehadirat Ilahi terkhususkan untuk kampung Parung Panjang Lebak desa Leuwilinang kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor yang akan sangat membekas bagi saya dan sulit terlupakan dalam benak saya selama-lamanya dari berbagai kisah dan pengalaman yang saya dapatkan. Saya tidak lupa mengucapkan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk seluruh saudara yang tergabung dalam ikatan kekeluargaan KKN INTEGRITAS semoga Allah meridhoi dan memudahkan jalan saudara-saudara semua. Selalu diberi petunjuk dan kebaikan untuk menjai lebih baikdan tergolong orang-orang yang beruntung tidak merugi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan tokoh-tokoh desa yang telah mensuport KKN kita. Saya kembalikan kepada kalian semua sebagai agen-agen perubahan yang akan membawa kemajuan dan kemakmuran desa Leuwiliang ini. Semoga desa ini selalu menjadi desa terbaik dan percontohan bagi desa-desa lainnya dari segi pengelolaan lingkungan, sumber dayaalam serta sumber 185



daya manusianya. Menjadi desa yang selalu diharapakan oleh semua orang yaitu yang biasa disifati oleh agama baldatun thoyibataun wa robbunghofur. Semoga prestasi-prestasi desa dari segala hal selalu dapat diraih, selalu tumbuh generasi-generasi tokoh desa yang lebih unggul dan mulia. Dalam arus globalisasi yang semakin kencang para pemuda dan anak-anak sebagai generasi penerusnya dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin bukan malah tergilas oleh zaman ini. Teruntuk para pemuda jangan melupakan jasa dan jerih payah pendahulu kalian, gunakanlah sebagai pijakan yang kuat untuk terus bangkit dan maju. Semoga Allah mempertemukan kembali kita dalam suasana yang berbeda yang berbahagia dan menggembirakan. Mohon maaf atas segala kesalahan baik yang sengaja maupun tidak sampai bertemu kembali.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 186



M. RANTAI KISAH YANG BERBILANG Oleh: Sahara Adjie Samudera Inisiasi dan Itikad Baik Kuliah Kerja Nyata. “Praktik lapangan yang nantinya mahasiswa disuruh pergi ke suatu desa yang mungkin pelosok, kurang air, kurang makan, banyak nyamuk, gak ada sinyal, dan keluhan yang lainnya menjadi tinta merah bagi sebagian mahasiswa.” Setidaknya itu yang saya dengar dari kisah KKN beberapa kakak tingkat saya. Saya belum tahu benar-tidaknya. Sebagai orang yang menyukai hal baru, saya percaya, nyaman atau tidaknya KKN itu tergantung pribadi masing-masing, dan tergantung bagaimana niat, usaha, dan tujuan yang hendak ditempuh. Saya meyakini bahwa ada alasan dan sesuatu yang didapat dari kegiatan ini. Paling tidak, saya akan mengalami ini satu kali selama saya kuliah dan saya memandang bahwa KKN ini adalah bagian dari pembelajaran yang sejatinya memberikan pengalaman dalam setiap langkahnya. Saya membuka lembaran baru dalam rentetan kisah perkuliahan saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semester 6 adalah waktu yang tidak bisa disia-siakan, apalagi memasuki semester akhir yang nantinya akan disibukkan dengan praktik dan skripsi. Tentu saja tantangan demi tantangan akan menghampiri. Di saat itulah saya harus bersedia baku hantam dengan kemalasan yang mungkin datang. Tapi untuk saat ini, fokus saya teralihkan pada suatu program KKN yang membuat saya penasaran dan antusias. Sebagaimana yang saya tahu, program KKN merupakan program yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kerjakan sebagai bentuk pengaplikasian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Yaitu, Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tujuan agar para civitasakademika dari mulai mahasiswa, dosen dan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari situ saya mulai menyadari bahwa KKN ini adalah program yang luhur, bersinggungan dengan masyarakat. Saya juga sadar bahwa saya lahir dari masyarakat dan akan kembali pada masyarakat. Ini lah cikal bakal semangat saya dalam mengikuti kegiatan KKN ini. Adapun di fakultas saya, program KKN ini baru berjalan sekitar 2-3 tahun belakangan. Saya menyambut baik adanya program ini karena 187



memang program ini adalah bentuk implementasi salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, pengabdian kepada masyarakat. Tetapi di sisi lain, program KKN bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah kerap dikritisi karena dinilai kurang efektif dan efisien. Hal ini dilandasi bahwa mahasiswa Fakultas Tarbiyah sejatinya mengabdi dalam bidang pendidikan, persekolahan, yang dibalut dalam program PPKT (Praktik Profesi Keguruan Terpadu). Namun setelah kebijakan program KKN berlaku bagi Fakultas Tarbiyah, maka mahasiswa FITK dibebankan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Terlepas dari itu semua, saya mendukung apapun yang bisa membantu saya dalam mengembangkan potensi saya, terlebih dengan terjun langsung ke masyarakat. Ekspektasi yang tinggi dari dalam diri saya ketika memasuki masa pengabdian kepada masyarakat melalui KKN ini. Saya memupuk diri untuk selalu aktif meski terkadang saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan di hadapan, apakah saya bisa melakukannya, apakah saya suka, bagaimana rekan saya nantinya, dan segala pertanyaan yang timbul dari kekhawatiran saya. Kembali pada tujuan awal, bahwa KKN ini adalah media saya untuk menerapkan apa yang sudah saya pelajari selama bangku kuliah. Dengan latar belakang Tarbiyah, saya mengira kontribusi terbesar yang bisa saya berikan yaitu berkenaan dengan pendidikan seperti mengajar, bimbingan, dan sebagainya. Saya mengingat bahwa rekan-rekan saya nantinya berasal dari berbagai fakultas dan Jurusan. Itu menimbulkan harapan dalam benak saya untuk belajar hal-hal yang tidak saya dapatkan di kuliah saya. Oleh karenanya, saya berharap dapat berkontribusi dalam hal lain di samping bidang pendidikan. Suatu hari, kelompok sudah ditentukan. Saya ditempatkan di kelompok 058 beranggotakan sembilan belas orang yang berasal dari berbagai fakultas dan Jurusan. Saya belum tahu langkah apa yang perlu saya lakukan berikutnya, siapa yang akan menghubungi seluruh anggota, dan siapa yang akan membuat grup. Kurang dari satu hari, seseorang mengundang saya untuk masuk grup KKN 058 dan saya mengiyakannya. Di situlah awal mula ‘perkenalan’ kami sekelompok. Dari komunikasi ringan melalui grup WhatsApp, kami mulai mencari waktu yang tepat untuk bertemu guna membahas banyak hal, termasuk menentukan siapa yang akan mengetuai seluruh kegiatan kami dalam KKN ini. Kesibukan dan aktivitas Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 188



masing-masing anggota menjadi kendala utamanya. Sebagai mahasiswa yang aktif di organisasi intra kampus, saya perlu membagi waktu antara kepentingan organisasi maupun tanggung jawab saya di kelompok KKN. Pada akhirnya, saya memilih untuk rehat sejenak dari organisasi guna fokus mempersiapkan hal-hal ihwal KKN agar dapat berjalan maksimal sebagaimana yang saya harapkan. Di hari Rabu sore, berpakaian kemeja hijau, adalah saat pertama kali saya bertemu dengan mereka. Saya bertemu dengan orang baru, teman baru, dan kehidupan baru yang akan mewarnai kisah saya ke depannya. Saya melihat antusiasme dan optimisme tergambar dari bagaimana sikap mereka ketika kami berkumpul untuk pertama kalinya. Meski belum mengenal secara utuh, saya merasakan bahwa kelompok ini akan menjadi kelompok yang maju, berkembang, dan mampu mewujudkan semua buah pikir, visi, dan misinya. Di hari itu, kami sudah menentukan ketua kelompok kami, yakni Yoga Dwi Septian, seorang mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Ilmu Hukum. Dia adalah seorang pribadi yang baik, tanggap, dan mampu mendapatkan atensi bagi anggota kelompoknya. Saya melihat sikap inisiatifnya, dialah yang mampu mengumpulkan beberapa anggota lain yang tampak belum saling mengenal untuk datang ke titik kumpul. Saya yakin amanah tak salah memilih pundak. Selain itu, kami juga telah menunjuk sekretaris, yakni Helen Sagita, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dia seorang yang rajin, baik, peduli, berpengalaman dan cakap dalam beberapa bidang. Selain itu, dia juga merupakan salah satu orang yang mengenalkan saya pada lingkungan kelompok baru ini. Saya melihatnya memiliki kemampuan komunikasi dan tutur kata yang baik sehingga membuat orang yang berada di sekitarnya merasa nyaman. Adapun bendahara kami, Lutfiatus Sa’adah, mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi, Jurusan Agribisnis. Dia seorang yang andal, telaten dalam mengelola uang dan urusan pembendaharaan lainnya. Dia juga ‘galak’ sehingga terkadang saya berusaha menghindarinya saat ia menagih iuran dan uang kas .. hehe127 Kerangka kelompok kami terbentuk kemudian setelah disusun struktur kepengurusan KKN 058. Adapun saya menempati Divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi (PDD). Saya ditempatkan bersama dua orang, 127



Ekspresi tertawa.



189



yaitu Laili Azzumar atau biasa dipanggil Lili, dan Shidqi Akram Hauzan yang dipanggil Shidqi. Lili seorang yang pendiam, ia memiliki kemampuan menggambar yang bagus. Hal ini tergambar ketika pertama kali bertemu saya memperhatikannya sedang menggambar karakter anime di perangkat tablet miliknya dan sering kali terlihat membawa sketchbooknya128. Adapun Shidqi adalah seorang yang bersahaja, mudah diajak ke mana-mana, dan dia merupakan seorang yang sering sependapat dengan saya. Dari kepribadian dua rekan saya, saya menaruh harapan tinggi kepada mereka berdua, teman divisi yang akan bekerja sama selama sebulan di lokasi. Pertemuan pertama yang singkat itu cukup bermakna dan mengesankan. Darinya saya menemukan mereka semua sebagai teman yang tulus, memiliki optimisme tinggi yang sejatinya akan memotivasi saya secara pribadi dalam menempuh satu bulan di lokasi KKN nantinya, setidaknya itu yang saya harapkan. INTEGRITAS, adalah nama kelompok yang kami sepakati. INTEGRITAS merupakan kepanjangan dari Intelektual, Terpadu, Gesit, Religius, dan Berkualitas. Makna tersebut yang kami rumuskan sehingga menjadi bagian dari visi umum kami, mahasiswa yang intelektual dalam pemikiran, terpadu dalam keberagaman, gesit dalam bertindak, religius dalam berperilaku, dan memiliki kualitas yang berdaya saing. Kegiatan KKN berbicara mengenai program ataupun aktivitas yang praktiknya bersinggungan langsung dengan masyarakat. Jika ditanya soal program, semua peserta KKN baik dari kelompok saya maupun kelompok lainnya terarah pada bagaimana memilih program yang sekiranya dapat bermanfaat dan kontinu bagi masyarakat. Saya berpendapat bahwa program yang ditentukan hendaknya mampu memberikan dampak yang siginifikan kepada masyarakat, entah itu program yang terbilang mainstream maupun program baru. Saya memandang program ini perlu disesuaikan dengan lokasi KKN nantinya. Oleh karenanya, saya berharap kita sekelompok untuk segera mengadakan survei dan menentukan program ke depannya. Leuwiliang, sebuah nama desa yang PPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentukan sebagai lokasi pengabdian kami. Sebagai tempat yang akan kami jadikan lokasi KKN, kami perlu ‘berkenalan’ dengan Leuwiliang. Alhasil kami membentuk jadwal survei resmi ke sana untuk meninjau lokasi, mengetahui problematika yang ada, dan segala hal yang membantu kami dalam penyusunan program lebih lanjut. Beruntungnya, sebagai orang yang 128



Buku sketsa, buku gambar.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 190



lama tinggal di Bogor, saya pernah mengunjungi kecamatan Leuwiliang meski belum mengetahui seluk beluknya. Oleh karenanya di setiap survei yang sudah dijadwalkan, saya selalu mengupayakan untuk hadir dan melihat perkembangan di sana. Sejauh yang saya tahu awalnya, Desa Leuwiliang merupakan desa terdekat dari Pasar Leuwiliang, dan benar saja Pasar Leuwiliang masuk ke dalam wilayah desa tersebut. Kami mendatangi kantor Desa Leuwiliang untuk memulai komunikasi sekaligus meminta rekomendasi kepada pengurus desa untuk memberi tahu wilayah/RW mana yang dapat kami datangi agar dapat dipertimbangkan sebagai lokasi KKN. Kami diarahkan ke rumah Sekretaris Desa, Pak Andi Lala untuk membicarakan hal ini lebih lanjut. Rumah beliau berada di RW. 07. Kami banyak berbincang dengannya. Lalu beliau menyarankan kami untuk melihat-lihat RW. 09, RW. 10, RW. 11, dan RW. 07 itu sendiri. Di waktu yang sama kami meminta peta desa di mana lokasi RW tersebut, dan beliau membantu kami dengan membuatkan kami peta sederhana yang menunjukkan tempat dimaksud. Kami mencari dan melihatlihat lokasi dengan berjalan kaki. Sembari berpuasa Ramadan pada waktu itu, tanpa kami sadari sudah menempuh jarak perjalanan hampir 6 km mengitari RW. 07, 09, 10, dan 11. Suatu hal yang melelahkan tapi sangat membuka wawasan kami tentang situasi dan kondisi di sana. Leuwiliang merupakan daerah yang cukup maju. Hal ini dapat dilihat dari segi infrastruktur seperti jalan raya yang cukup bagus, transportasi yang memadai, jaringan seluler yang terbilang cukup, sekolah-sekolah yang sudah terakreditasi baik, ditambah adanya pasar yang merupakan pusat perdagangan di sana. Survei pertama ini belum mampu membuat kami menentukan di mana kami akan mengabdi. Tapi setidaknya ada dua RW yang menjadi sorotan kami sebagai referensi pada rapat kelompok berikutnya, yakni RW. 07 dan RW. 09. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan kami dalam menentukan lokasi adalah rumah tinggal (homestay), kebutuhan air, akses yang strategis, dan hal pendukung lainnya. Oleh karenanya, kami akan memfokuskan pada penentuan lokasi di rapat selanjutnya. Sampai kami kembali, Leuwiliang! Setelah berdiskusi dan berdebat hangat mengenai pemilihan lokasi, akhirnya kami dapat memutuskan bahwa kami akan mengabdi di RW. 07, Kampung Parung Panjang Lebak, Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang. Segera setelah ditentukannya lokasi, sekretaris menyiapkan hal-hal yang 191



dibutuhkan dari sisi administrasi, dan beberapa anggota kelompok pergi mencari rumah tinggal di sana sembari menentukan tanggal untuk survei bersama dosen pembimbing lapangan (DPL), ibu Elsy. Segalanya berlangsung lancar meski sempat adanya kendala. Namun hal itu saya maklumi karena ini bagian dari proses yang di dalamnya akan banyak hikmah, pelajaran yang bisa dipetik darinya. Pada akhirnya kami berhasil menentukan program kegiatan kami ke depannya. Program yang kami tawarkan terbagi ke dalam empat macam, di antaranya program rutin harian, program mingguan, program besar, dan program seminar atau penyuluhan. “Program rutin” saya artikan sebagai program yang dijalankan secara berkala pada jangka waktu yang ditentukan, seperti mengajar ngaji, membantu guru di sekolah, dan mengadakan bimbingan belajar. Adapun program mingguan berarti program yang dijalankan selama seminggu sekali seperti kerja bakti, senam pagi, dan pengajian warga. Sedangkan program besar adalah program yang dilakukan satu kali selama rangkaian kegiatan KKN seperti Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Peringatan Hari Raya Iduladha, Pembangunan Taman Baca, Revitalisasi Fasilitas Desa, Pemenuhan Inventaris/Sarana Pra Sarana Desa, dan sebagainya. Sedangkan program seminar atau penyuluhan di antaranya Penyuluhan Anti Narkoba, Seminar Kebangsaan, dan Seminar Kebersihan. Semua program itu kami susun dan dijadwalkan masing-masing sehingga akan lebih mudah untuk mengoordinasikannya. Dari program-program yang ditawarkan di atas, saya bertanggung jawab dalam program merevitalisasi fasilitas desa seperti TPU, yakni dengan membuatkan plang nama TPU Kampung Parung Panjang Lebak Desa Leuwiliang. Segala Macam Sandiwara Kelompok 058INTEGRITAS tumbuh bersama waktu yang dilalui. Layaknya hembusan angin yang melewati, terkadang kencang terkadang sepoi, baik buruknya kelompok ini adalah cerminan yang tidak bisa dilihat melalui satu sudut pandang saja. Sembilan belas kepala yang tidak semua orang tahu apa yang ada dalam isinya. Di situlah menariknya, akan ada kejutan yang datang bersamanya. Satu bulan tinggal bersama, melakukan kegiatan, bersenang-senang, dan semua hal yang dilakukan atas nama kebersamaan tentu membawakan kisah yang akan teringat dalam setiap sanubari. Saya pun demikian, perasaan yang menyenangkan dan rindu akan Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 192



kebersamaan ini selalu hadir ketika sesekali saya melihat galeri. Semua kejadian tersebut mengingatkan saya pada banyaknya sandiwara di antara kami semua. Senang, sedih, marah semuanya pernah dirasakan. Semua itu saya anggap sebagai bumbu pengerat kebersamaan selama berkegiatan dalam bingkai persahabatan. Hidup bersama delapan belas orang lainnya tentu mengajarkan kami apa itu toleransi, sikap saling mengerti, bersabar, dan hal yang mungkin tidak kami temukan di bangku sekolah maupun perkuliahan. Berbicara mengenai karakter, saya mengagumi masing-masing yang menjadi nilai kebaikan dalam diri setiap anggota. Ada yang pendiam, penyabar, galak, introvert, extrovert, mudah terbawa perasaan, pandai, cerdik, dan semua sifat yang beranekaragam layaknya mencari stel pakaian di Tanah Abang. Saya mengenal Yoga Dwi Septian, ketua kelompok kami. Saya mengenalnya sebagai orang yang penyabar, bersahaja, mampu bergaul dengan masyarakat sekitar karena memiliki kemampuan bahasa Sunda yang baik. Darinya saya belajar bagaimana kita mampu menempatkan sesuatu pada haknya, dan bertanggung jawab dalam membangun kedekatan emosional antara masing-masing anggota kelompok. Selain itu, ada juga Helen Sagita, sekretaris kelompok yang selalu berurusan dengan surat menyurat. Selain itu, perannya besar dalam hal mengajar di sekolah dan bimbel di posko. Ia dekat dengan anak-anak Desa Leuwiliang dan menjadi salah satu guru favorit bagi anak-anak. Rekannya, Sarah Anggita, seorang yang baik dan peduli dengan anggota lainnya. Sarah juga aktif terutama ketika kegiatan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) sebagai pencatat dan urusan administrasi. Dua orang ini bekerja dengan kompak. Bahkan sampai akhir penugasan KKN ini, keduanya juga bertanggung jawab dalam penyusunan buku laporan ini. Dalam urusan pembendaharaan, ada Lutfiatus Sa’adah dan Aulia Eka Yunita. Fia dan Aul sangat kompak dan teliti dalam menghitung uang masuk maupun uang keluar. Mereka yang mengelola segala urusan keuangan yang ada di kelompok. Semua yang menjadi pemasukan dan pengeluaran harus dilaporkan kepada mereka. Dengan demikian, keuangan kelompok akan aman dan terkendali. Selanjutnya ada Rio Prabowo dan Alifah Sarah Widad, mereka lah jembatan antara PPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kelompok. Bekerja sama dalam divisi Humas, Rio dan Wiwid selalu memberikan kabar,



193



informasi secara uptodate129 sehingga kelompok kami tidak ketinggalan info yang datang dari PPM. Mereka juga yang mengoordinasikan kegiatan sosialisasi kelompok kami kepada warga desa. Dalam realisasi program dan acara, Dian Febriani, Vika Audina, dan Syaiful Archam bekerja sama dalam divisi Acara. Ketiga orang ini yang bertanggung jawab dalam pembuatan dan pematangan konsep, penyusunan rundown acara, dan bertanggung jawab atas rangkaian kegiatan/setiap acara yang dilaksanakan di desa. Untuk menunjang acara dibutuhkan perlengkapan, peralatan dan utilitas lainnya. Itu merupakan tugas Abdullah Kafabihi, Novi Laili Athiyah, dan Rosyid Abdul Majid. Ketiganya menempati divisi Perlengkapan sehingga mereka tampak lebih sibuk sebelum mulainya acara guna meminjam, membeli, dan menyiapkan alat-alat/perlengkapan yang dibutuhkan. Tak kalah penting, saya mengenal Rizkiyana Syabania atau biasa dipanggil Kiki. Dia merupakan komandan konsumsi yang selalu mengurus asupan sembilan belas orang anggota kelompok. Bersama rekannya, Nurhilalliyah dan Saidah, mereka selalu berupaya menyiapkan hidangan yang beranekaragam untuk disantap oleh anggota kelompok. Dan yang terakhir, Laili Azzumar, Shidqi Akram Hauzan, dan saya sendiri bekerja sama dalam divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi (PDD). Kami menjadi bank data, arsip, dan pusat dokumentasi seluruh kegiatan KKN ini. Darinya kami juga bertanggung jawab dalam pembuatan film dokumenter kelompok. Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karenanya saya harus mampu mengerti itu semua. Ini juga yang menjadi tantangan saya dalam memilih sikap, berperilaku, interaksi agar dapat menjaga hubungan baik dengan mereka. Kami menghabiskan waktu bersama. Mulai dari makan, rapat, evaluasi, ‘drama’, dan segala macam kepentingan kelompok. Kami membiasakan diri untuk hidup bersosial, tidak fokus pada urusan masingmasing dan mulai membaur untuk kehidupan kelompok yang lebih baik. Bukan untuk mereka saja, tetapi untuk saya pribadi yang hendaknya mengesampingkan urusan di luar kepentingan kelompok KKN. Itulah yang membuat kelompok ini menjadi solid dan kompak. Di luar itu, saya perlu mengedepankan kerelaan, ketulusan, keikhlasan dalam menghapi permasalahan bersama. Inilah latihan yang sebenarnya, bagaimana saya



129



Terkini.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 194



mampu mengambil sikap, bersabar, dan mampu ‘marah’ pada tempatnya. Inilah aset yang tidak akan saya lepas dengan harga berapapun. Ufuk Timur Leuwiliang Ahad, 21 Juli 2019, kami membuka rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) secara resmi oleh Sekretaris Desa, Pak Andi Lala, sekaligus ramah tamah bersama warga yang hadir di majelis, tempat berlangsungnya acara pembukaan tersebut. Sebagaimana deskripsi tugas saya, yaitu mendokumentasikan acara, saya menangkap beberapa momen penting seperti sambutan, pengalungan kartu pengenal sebagai tanda diresmikannya kegiatan kami di desa. Saya bersyukur melihat atensi warga akan kedatangan kami sekelompok, terutama yang datang di acara pembukaan itu. Beramai warga terlebih pemuda desa yang tampak bersahabat memberikan kami tips, arahan, dan saran guna dapat membantu secara maksimal di desa. Saya cukup mengenal beberapa pemuda seperti a’ Maman dan a’ Hari. Mereka berdua terbilang pemuda yang lebih senior ketimbang yang lainnya. Saya mengenal mereka berdua ketika saya bersama dua teman saya, Yoga dan Rio berkunjung ke rumahnya untuk berkonsultasi perihal program yang akan dijalankan selama sebulan ke depan. Sebelumnya, saya juga sudah berkenalan dengan Robi, pemuda setempat yang aktif di berbagai kegiatan baik itu kegiatan masyarakat umum maupun kegiatan keagamaan seperti pengajian. Robi ini lah yang mengenalkan saya pada a Maman dan a Hari. Setidaknya tiga orang dari pemuda itulah yang sering berinteraksi dengan saya. Sedangkan dari warga biasa, saya cukup mengenal mang Dede dan mang Jajat. Kedua orang ini sering terlihat di pos ronda dan sering bercanda dengan saya dan teman-teman kelompok terutama laki-laki. Pembawaannya menyenangkan dan tidak kaku, itulah yang membuat saya merasa tenang ketika bergaul dengan mereka. Warga kampung Parung Panjang Lebak adalah warga yang terbuka. Mereka memberikan kami sambutan hangat, selalu mengajak kami untuk bergabung dalam suatu kegiatan yang diadakan desa. Saya mengingat pak RT, pak Andi Roni, seorang pemimpin lingkungan RT yang selalu perhatian dengan kegiatan kami, teman mengobrol laki-laki, penyedia fasilitas kami, dan semua yang menjadi kemudahan dalam aktivitas kami di sana hampir karena andil beliau. Tak lupa, di samping pak RT ada juga bu RT atau yang biasa kami sebut Umi. Jika pak RT lebih dekat dengan laki-laki, maka Umi lebih dekat dengan perempuannya. Umi sering menyiapkan sarapan untuk 195



kami dan mengantarnya ke posko pagi-pagi sekali. Sungguh perhatian yang sangat besar ada pada Umi kepada kami. Pak RT dan Umi mempunyai suatu vila di daerah situ dan kami diizinkan menggunakan vila tersebut untuk kegiatan seperti kumpul-kumpul kelompok, dan sebagainya. Di vila itu juga saya dan anggota laki-laki menggunakannya sebagai tempat mandi mengingat di posko laki-laki tidak memiliki kamar mandi. Pada intinya, pak RT dan umi berperan sangat besar bagi kami di sana, saya menganggap beliau sebagai orang tua kami. Saya bersyukur bisa mengenal beliau berdua sebagai orang tua kami di sana. Semoga kesehatan selalu menyertainya. Hari-hari kami di sana sangatlah indah dan penuh makna. Semua kejadian, peristiwa, dan kisah yang saya alami di desa ini mengarahkan pandangan saya pada suatu cahaya di ufuk Timur. Di sana lah matahari terbit setiap pagi yang menandakan bahwa hari baru telah tiba. Hari di mana kesibukan, keramaian, kehampaan, suka dan duka akan menghiasi hari-hari kami di sana. Setiap pagi menghampiri turut membangunkan saya untuk berserah pada Tuhan, beribadat sembari mendoakan kebaikan pada diri saya, keluarga, sahabat INTEGRITASyang setiap harinya bersama, serta panjatan doa yang selalu terucap untuk kelancaran dan rida-Nya semoga menyertai langkah kami. Setiap harinya berisi harapan akan kesuksesan program yang direncanakan. Oleh karenanya saya memupuk diri untuk mengawali hari dengan rasa syukur dan sikap optimisme apapun keadaanya. Saya percaya setiap kejadian berisikan hikmah yang banyak. Hal ini pula yang menjadikan saya menikmati hari-hari di Desa Leuwiliang, sebagaimana ufuk Timurnya yang menyapa dengan optimisme tinggi. Pesan Singkat Selama kiprah saya di Desa Leuwiliang, saya melihat bahwa lingkungan ini memiliki daya tarik dari segi religiusitas. Hampir setiap minggu saya menyaksikan warga yang hilir mudik mencari ilmu agama dari kampung ke kampung, atau paling tidak, mereka melewati jalan yang saya lalui selama hidup di sana. Di saat itulah saya melihat bahwa pemahaman keberagamaan di sini cukup baik dan moderat. Antusiasme dalam thalabulilmi cukup terlihat, meski orang yang dituakan sebagai “kyai” dapat dihitung dengan jari. Saya bertemu dengan Kyai Syamsudin, seorang tokoh agama dan tokoh masyarakat yang tawadhu, merangkul, dan tidak bosan untuk mengingatkan warganya untuk terus berada dalam koridor agama dan tata Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 196



krama yang baik. Memang saya tidak terlalu banyak berinteraksi dengan beliau, tetapi setidaknya saya sesekali berbicara dengan beliau ketika di masjid atau di saat program sedang berlangsung dan beliau hadir memenuhi undangan. Beliau membuka wawasan saya tentang konsep pemahaman beragama khususnya di Desa Leuwiliang. Beliau mengisahkan bahwa lingkungan desa ini dari dahulu memang merupakan lokasi pertemuan antara pesantren dengan warga. Para santri yang tinggal di pesantren kampung sebelah sering bertukar ilmu dan pengalaman sehingga warga sudah terbiasa dengan bertemunya budaya pesantren yang kental agamanya dan budaya masyarakat pada umumnya. Hal ini pula yang menjadikan beliau seperti ini, belajar dan mengajar di pesantren, dakwah tiada henti, sampai pada akhirnya menjadi salah satu tokoh yang dituakan oleh masyarakat. Dari sana yang mempelajari bahwa desa ini sudah terbiasa dengan berkumpulnya jamaah lintas organisasi dan juga lintas wilayah. Saya menyadari di situlah tumbuh khazanah keilmuan Islam yang merebak luas. Bahkan di suatu ketika, Desa Leuwiliang kedatangan 10 jamaah dari luar untuk menetap selama tiga hari di masjid. Tujuannya tidak lain adalah beribadah, mempelajari keadaan sekitar, serta berdakwah doortodoor. Oleh karenanya warga umumnya menyebut dengan Jamaah Tablig. Saya tidak menyadari kedatangan mereka pada awalnya, bahkan saya mengira mereka hanyalah warga masyarakat desa. Kehadiran mereka ditandai dengan mengadakan pengajian di salah satu rumah warga di dekat posko kami. Oleh karenanya sebagaian dari kami datang untuk mengikuti pengajian tersebut. Saya selalu termenung dan cenderung mengamati segala peristiwa yang terjadi di sini, dan ternyata kehadiran mereka membuat masjid terasa lebih hidup. Syukur, Alhamdulillah. Pada suatu hari, ketika saya sedang beristirahat di selasar masjid yang kebetulan menjadi tempat berlangsungnya acara “Penyuluhan Anti Narkoba”, saya memisahkan diri dari keramaian dan sibuknya acara. Seorang jamaah paruh baya menghampiri saya yang sedang duduk sembari minum dan mengecek foto-foto di kamera. Beliau memperkenalkan dirinya. Beliau juga memberi tahu bahwa beliau dan jamaah yang lain tiba dari Jasinga sebelum akhirnya sampai di Desa Leuwiliang. Beliau menempuh perjalanan selama tiga hari dengan berhenti di beberapa masjid untuk beristirahat sekaligus berdakwah. Beliau juga menceritakan bahwa mereka sudah berjalan ke berbagai tempat, apalagi kota-kabupaten Bogor yang sudah tak asing lagi bagi mereka. Saya mendengarkan dengan tenang dan serius. Beliau 197



menuturkan bahwa mahasiswa KKN hendaknya mampu memberikan kesan yang baik dan ‘berbeda’ bagi masyarakat desa, terlebih meninggalkan sesuatu yang kontinu pasca kegiatan. Dari apa yang sudah dilaluinya, beliau kerap menjelaskan konsep penghijauan yang diperlukan desa. Oleh karenanya beliau menanyakan apakah kelompok kami ada program penanaman bibit pohon atau sejenisnya, saya menjawab tentu saja, kami berencana akan membagikan bibit dan menanam beberapa pohon untuk penghijauan. Sontak saja beliau menebak pohon apa yang akan kami tanam di sana seperti pohon durian, pohon sengon, pohon rambutan, dan lain-lain sembari menyebutkan nama latinnya. Saya terheran dengan kemampuan beliau, Bagaimana ia bisa tahu nama pohon dan nama latinnya sedetail itu. Akhirnya saya bertanya latar belakang beliau, ternyata beliau adalah mantan peneliti botani (pertanian) di Kementerian Kehutanan dan juga mantan dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB). Beliau dahulu sering ditugaskan untuk meneliti kadar tanah, pemupukan, dan hal-hal yang berhubungan dengan tanaman maupun pertanian. Beliau bertanya pada saya, apa yang sudah saya lakukan selama beberapa minggu di desa ini. Apakah mereka merasa kehadiran saya adalah penyejuk, atau justru menjadikan perusak. Saya tertegun sambil mendengarkan nasihatnya. Beliau melanjutkan, “Jika kehadiran kalian (mahasiswa) di sini sebagai penyejuk, maka pastikan kesejukan itu selalu ada. Jadilah manfaat dan datangkan manfaat baru dari kalian melalui program-program yang kalian susun. Allah akan mempermudah kalian selama niat kalian tulus dan tanpa pamrih. Tetapi, jika nyatanya adalah perusak, maka bersihkan hati, dan buanglah kerusakan itu. Tumbuhkan benih-benih pohon penyejuk bagi desa ini. Nantinya desa ini akan selalu bersyukur dan menangis ketika kalian pergi dari sini. Kalian mungkin tidak akan mampu mengatasi seluruh masalah desa, tapi setidaknya kalian mampu membenahi sedikit demi sedikit dan memberi warna baru bagi desa ini. Saya dan jamaah selalu mendoakan dan rida sama kegiatan mahasiswa di sini”. Saya tidak bisa berkata banyak seraya mendengar nasihat dari beliau. Tadinya saya hendak ingin melanjutkan perbicangan ini keesokan harinya, namun ternyata hari itu adalah hari terakhir beliau dan jamaah berada di Desa Leuwiliang. Beliau akan pergi ke tempat lain untuk melanjutkan safari dakwahnya. Bahkan ketika saya hendak meminta nomor ponselnya, ia mengatakan tidak membawa ponsel dan perangkat sejenis lainnya dalam menempuh perjalanan itu. Saya bahkan tidak sempat menanyakan namanya. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 198



Saya hanya mengucap terima kasih dan meminta doa dari beliau untuk kesuksesan kegiatan kami di sisa hari-hari kami di sini. Sungguh pertemuan singkat itu menundukkan hati saya untuk selalu rendah hati, tidak merasa paling bisa, tidak sombong dan angkuh, karena sejatinya hal tersebut yang akan menjatuhkan diri kita sendiri. Setiap orang memiliki masa (waktu) yang diberikan Tuhan sampai batas yang ditentukan-Nya. Kita tidak tahu seberapa jauh kita mampu melangkah, atau bahkan kita tak tahu apakah kita masih diberi kesempatan untuk melangkah. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Untaian Syukur dan Harap Pengalaman satu bulan menjadi warga di sana membukakan mata saya untuk senantiasa bersyukur dan menjelaskan apa arti kesederhanaan. Hidup bersama, susah-senang yang menjadi santapan sehari-hari juga memberikan pelajaran sangat berarti dalam kehidupan saya. Dari pengalaman ini saya menemukan bahwa Desa Leuwiliang adalah desa yang potensial. Desa ini memiliki beberapa warga yang inisiatif, peduli, dan berpengaruh dalam berbagai hal. Ada yang fokus pada organisasi kepemudaan, pembinaan keagamaan, aktivis lingkungan, kesehatan, dan lain sebagainya. Secara umum desa ini memiliki orang-orang yang dibutuhkan dalam menunjang kehidupan mereka. Saya memang bukan orang yang paling aktif berinteraksi dengan warga. Tetapi saya kerap memerhatikan sekitar dengan bertanya pada beberapa orang yang saya kenal dekat. Mereka cukup prihatin dan tampak menyadari di balik keunggulan desa ini, masih ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Mulai dari masalah kekeringan, pencegahan wabah penyakit, pengelolaan limbah, hingga perihal ekonomi yang tumbuh bersama kehidupan warganya. Melihat problema yang ada, beberapa hal menarik perhatian saya, yakni permasalahan limbah/sampah yang selalu terlihat di beberapa tempat. Saya meyakini hal ini dikarenakan kurangnya sarana pengurusan limbah seperti tempat sampah besar atau tempat pembuangan sampah lingkup desa, dan sejenisnya. Hal ini pula dikeluhkan sebagian warga kepada saya ketika bertanya alasan mengapa sungai di sekitar sini masih tercemar. Dari kejadian itu seakan membuat saya tergerak agar dapat membantu lebih banyak lagi. Di luar itu, saya yakin desa ini memiliki kemampuan dalam mengelola limbah 199



yang ada. Hal ini terbukti dengan berdirinya bank sampah desa yang diinisiasi oleh warganya sendiri. Ini berarti mulai timbul kesadaran bahwa pentingnya menjaga lingkungan, atau paling tidak mengurangi limbah yang terbuang secara sembarangan. Jika saya diberi kesempatan untuk berkiprah lebih lama di desa, maka inilah yang akan menjadi fokus utama saya, membereskan persoalan lingkungan dengan langkah sosialisasi dan eksekusi. Sosialisasi menumbuhkan kesadaran dan sebagai sarana pendidikan bagi warga, diikuti eksekusi sebagai langkah konkret menanggulangi pencemaran lingkungan dari limbah/sampah sehingga ke depannya Desa Leuwiliang akan mampu menyandang gelar “Kampung Ramah Lingkungan” sebagaimana harapannya. Tak lekang oleh waktu, kisah yang menjadi pembelajaran bagi saya, kisah yang mendatangkan hikmah, ibrah¸ dan semua kebaikan yang dirangkum dalam satu pengalaman di tiga puluh hari kalender. Tak dapat saya luapkan kebahagiaan ini selain dengan rasa syukur dan sujud pada sang Ilahi. Senantiasa mengharapkan kesehatan bagi saya, kami, kita semua, dan seluruh warga Desa Leuwiliang yang selalu ada dalam benak kami. Percayalah, semua itu akan menjadi rangkaian cerita yang tidak ada akhirnya, menjadikan semua peristiwa, pengalaman, suka dan duka menjadi rantai kisah yang berbilang. “Di nukiwaringanciknubiharisejaayeunasampeureun jaga” Segala hal di masa kini adalah pusaka di masa silam, dan ikhtiar hari ini adalah untuk masa depan.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 200



N. KENANGAN DI DESA LEUWILIANG Oleh: Saidah Kisah Awal Jumpa Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bahkan semester berganti semester. Tak terasa, semuanya terjadi begitu saja tanpa harus direncanakan, semuanya terasa baru, karena sudah tergantikan. Itulah waktu, betapa kejamnya waktu, sekalipun kita berhenti bergerak, waktu akan tetap bergerak dengan sendirinya. Tak terasa semester VI pun tiba, semester yang dirasa sudah masingmasing memiliki kesibukan semester yang disibukkan dengan tugas-tugas yang tak kunjung selesai, seperti kata pepatah “putus satu tumbuh seribu”. Semester yang dikira tidak terlalu menyibukkan diri, faktanya di luar dugaan yang sudah dikira-kirakan. Ya, itulah semester VI. Apalagi saya mahasiswa semester VI yang kuliah di jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di semester VI inilah saya dihadapi dengan kegiatan yang dinamakan KKN (Kuliah Kerja Nyata). KKN yang mengacu pada tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pendidikan yang dimaksud adalah proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku seseorang atau kelompok dengan upaya pembelajaran, pelatihan, pengajaran, serta perbuatan mendidik lainnya. Penelitian yang dimaksud dalam KKN adalah mengamati dan menganalisis terkait permasalahan apa yang ada di desa, serta mencari solusi agar permasalahan di desa tersebut dapat dipecahkan. Pengabdian masyarakat ialah kebutuhan yang ada pada masyarakat desa, permasalahan yang terdapat dalam desa, harus dibantu dan diselesaikan dengan para mahasiswa-mahasiswi KKN. KKN dilangsungkan mulai pada tanggal 23 Juli – 23 Agustus 2019. Namun, sebelum itu, masing-masing kelompok sudah dibagikan 3 bulan menjelang hari pelaksanaan KKN. KKN merupakan agenda tahunan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun ini kelompok KKN terbagi menjadi 200 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 19 mahasiswa. Dari 200 kelompok tersebut dibagi menjadi dua bagian, yang bagian pertama 100 kelompok di 201



tempatkan di Kabupaten Bogor, dan yang bagian kedua 100 kelompok di tempatkan di Kabupaten Tangerang. Dan saya masuk ke dalam bagian yang di Kabupaten Bogor, tepatnya di Kecamatan Leuwiliang Desa Leuwiliang. Setelah diumumkan nama-nama kelompok, dan penempatan desa nya. Kami mengadakan perkumpulan, dalam kumpulan pertama kami menentukan struktural divisi, seperti: ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, divisi acara, divisi konsumsi, divisi humas, divisi perlengkapan, serta divisi dekorasi dan dokumentasi. Pada pertemuan pertama ini, kelompok kami memilih ketua untuk memimpin kegiatan KKN kami selama satu bulan. Awalnya tidak ada yang bersedia menjadi ketua, semuanya enggan menunjuk tangan. Akhirnya ada satu orang laki-laki dengan tegasnya menunjukkan kejantanannya dia berkata: “ya sudah, saya saja yang menjadi ketua”. Langsung kami bersorak ramai dan bertepuk tangan. Untuk pemilihan divisi lainnya kami voting lewat WhatsApp Group. Masing-masing memilih divisi yang diinginkan. Kalau saya sendiri memilih divisi konsumsi. Yang awalnya saya ragu sih, karena saya belum bisa memasak, tapi karena semua divisi sudah terisi (penuh), hanya tersisa divisi konsumsi yang kosong, jadi, saya memutuskan untuk menjadi divisi konsumsi. Setelah itu, kami sering berkumpul tiap minggu, untuk membahas program kerja selama KKN di Desa Leuwiliang. Adapun rencana kegiatan kita selama KKN di Desa Leuwiliang sebagai berikut: mengajar ngaji anak kecil dan remaja, bimbingan belajar, taman baca, bank sampah, posyandu remaja, seminar keindonesiaan, seminar cuci tangan bersih, pembuatan gapura, perbaikan plang TPU, perayaan 17 Agustus, lomba keagamaan, biopori dan pemberian penanaman bibit, senam pagi, jum’at bersih, seminar anti narkoba, santunan anak yatim, dan revitalisasi masjid. Selain itu, kami juga membahas tentang nama kelompok yang akan kami pakai selama KKN berlangsung, kemudian teman-teman memvoting nama-nama untuk kelompok. Akhirnya nama yang terpilih untuk menjadi nama kelompok KKN kami adalah INTEGRITAS (intelektual, terpadu, gesit, religious). Sebagaimana diutarakan di atas. Bahwa saya mendapatkan tempat KKN di Kabupaten Bogor tepatmya di Desa Leuwiliang Kecamatan



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 202



Leuwiliang, dengan nomor kelompok 58. Nama kelompok kami adalah INTEGRITAS. Di kelompok kami survei ke lokasi KKN ada tiga kali, survei pertama dilakukan oleh ketua kelompok dan beberapa teman yang lain, kurang lebih 7 orang dari 19 orang dalam kelompok, dikarenakan banyak yang memiliki kesibukkan dan banyak acara pada saat itu. Pada survei pertama itulah, kami meminta izin sama pihak desa dengan menunjukkan nama-nama kelompok KKN dan surat izin lainnya yang kami dapat dari PPM. Pada survei pertama pula, kami membuka obrolan kepada semua pihak, baik itu RT/RW dan lainnya. Dari survei pertama tersebut kami dapat mengetahui jarak yang akan ditempuh selama KKN nanti. Sedangkan survei kedua, hanya dihadiri oleh tiga orang, yang pastinya ketua KKN saya selalu hadir dalam survei ke lokasi KKN. Kenapa hanya dihadiri oleh tiga orang? Dikarenakan pada survei kedua ini jatuh pada hari minggu, pada hari minggu tersebut saya dan teman-teman yang tinggal di kost, pada balik kerumah masing-masing untuk berlibur sebentar dari suntuknya tugas kampus yang tak kunjung selesai. Ada sebuah pepatah yang berbunyi “Hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Survei ketiga kami tentu lebih baik, jika dibandingkan survei kedua, mulai dari kuantitas yang survei. Kuantitas yang surveinya yakni seluruh anggota KKN 58 integritas ikut serta dalam survei ketiga ini, bahkan dosen pembimbing lapangan kami pun ikut serta. Dikarenakan dengan ikutnya seluruh anak KKN kelompok 58 dalam survei ketiga ini, saya dapat merasakan bagaimana kebersamaan, kekompakkan, kesolidan antar anggota dalam kelompok. Contoh kebersamaan yang ada, dimana satu ketertinggalan dalam membawa motor dikarenakan mengisi bensin terlebih dahulu, yang lainnya menunggu hingga bersama kembali menuju desa KKN kami. Pada survei ketiga ini pula, kami memilih tempat tinggal yang akan kami tempati selama KKN. Kami menyewa dua rumah, yang satu untuk laki-laki, dan satu lagi untuk perempuan. Pengalaman Hidup Bersama KKN Integritas Waktu terus berjalan hingga tibalah waktu KKN, kami semua berkemas barang-barang, dan mencatat barang-barang apa saja yang perlu dibawa dan dibutuhkan selama KKN. Setelah kami sampai ke lokasi KKN, kami merapikan barang-barang kami ke rumah baru kami selama KKN. 203



pemilik rumah tersebut bernama bu Imas, orangnya sangat ramah dan baik hati, kami senang bisa kenal dan menyewa rumahnya. Pada malam pertama saya tidur di tempat tinggal baru di Desa Leuwiliang tempat KKN kami. Terasa asing sekali, saya merasa sangat tidak betah dan tidak bisa tidur. Seperti santri baru yang baru menginjak pondok pesantren, rasanya benar-benar tidak betah sekali. Dan ingin sekali pulang. Pada pagi hari nya, saya dan teman-teman ingin mandi pagi, ternyata di kamar mandi tidak ada air. Ketika kami bertanya ke pemilik rumah itu yakni ibu Imas, ternyata kalau musim kemarau di Desa Leuwiliang kampung parung panjang lebak ini, susah untuk mendapatkan air. Tetapi kami diajarkan memancing air lewat sanyo, agar air kerannya keluar. Dan alhamdulillah ternyata kami bisa mandi dengan di pancing terlebih dahulu sanyonya. Selama sebulan saya hidup di tempat KKN rasanya sangat beragam, kadang manis kadang pahit, ya nano-nano pokoknya. Karena hidup bersama teman-teman yang karakternya berbeda-beda. Selama KKN berlangsung saya lebih mengenali teman-teman KKN saya lebih dekat lagi, yang awalnya saya bertemu mereka cuma ketika rapat sebelum KKN saja, kalau sekarang saya bertemu mereka setiap hari. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. temanteman KKN saya yang perempuan sangat lucu-lucu sekali orangnya, ada yang bernama Lutfiatus Sa’adah yang biasa kami panggil “Fia”, dia itu sangat lucu dan manja orangnya, tak henti-hentinya dia membuat kami tertawa dengan tingkah konyol dan kelucuannya itu. Si mami Fia ini kalau mandi pasti berdua dengan saya, karena biasanya dia dapat mandi di urutan akhir. Jadi, dia minta bareng saya biar dapat mandi di awal. Selama KKN juga saya jadi lebih dekat dengan Novi Laila Athiyah, yang biasa kami sapa dengan sebutan “Novi” kita berdua itu layaknya seorang sahabat, karena ke mana-mana selalu bareng. Dia itu sangat pendiam sekali dan sholehah. Kita sering nyuci bareng di sungai, karena di desa kami tidak ada air. Jadi, kami kalau nyuci di sungai. Setelah beberapa hari, kami sering nyuci baju dan nyuci piring di sungai, dan minum air galon isi ulang. Kemudian banyak yang sakit diare. Mungkin karena masih tahap adaptasi dengan lingkungan di desa tersebut. Awalnya teman saya yang laki-laki yang bernama Shidqi Akram Hauzan, lalu anak perempuan juga ikutan sakit diare, salah satunya saya. Oleh karena itu, Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 204



saya tidak dibolehkan lagi nyuci baju di sungai sama ibu saya, karena di sana airnya kurang bersih. Jadi, saya ikut nyuci baju di rumah saudaranya Novi, kebetulan rumahnya dekat dengan tempat tinggal KKN kami. Senang sekali saya bisa akrab dan dekat dengan saudaranya Novi yang bernama “Irma”. Kami biasa memanggil “teh Irma”, beliau bukan hanya baik, tapi ramah sekali. Kami tidak hanya numpang cuci baju, tapi kami juga diajak makan siang atau makan malam bersama keluarga teh Irma. Ada satu hal yang sedikit menyedihkan adalah ketika saya mendapat jadwal piket memasak, saya piket berempat, perempuan dua orang yaitu saya dan teman saya bernama Laily Azzumar, dan laki-laki dua orang bernama Sahara Adjie Samudera dan Rio Prabowo. Tapi disitu kita piket seperti hanya berdua, karena teman laki-laki kami tidak ikut berperan dalam piket tersebut, dia hanya ikut membantu dalam hal pengambilan air ke masjid saja. Itu pun harus di paksa terlebih dahulu, kegiatan lainnya dia tidak mau membantu. Sedih sekali bukan? Pada saat itu saya dan Lily belum bisa memasak. Jadi, saya dan Lily sering bertanya dan telepon mamah di rumah, dan sampai kita pun mendownload aplikasi yang bernama cookpad. Tapi ada satu teman piket saya yang bernama Rio Prabowo dia orangnya cukup baik, dia bagian mencicipi masakan saya dan Lily. Menurut Rio “tidak apa-apa kurang enak juga, namanya masih belajar”. Rio ini sedikit mengerti kita yang belum bisa memasak. Alhamdulillah.. berkat KKN ini banyak pembelajaran yang dapat di ambil, seperti kesabaran hidup di desa yang kekurangan air. Dan melatih saya menjadi Ibu Rumah Tangga seperti memasak. Karena keseringan piket memasak, sedikit demi sedikit saya sudah bisa memasak. Desa Leuwiliang yang Selalu Terkenang Desa Leuwiliang adalah salah satu desa yang terpilih untuk diadakannya KKN, dan KKN saya KKN 58 Integritas yang mendapati desa tersebut, desa yang sangat luas, desa yang memiliki beberapa nama kampung. Namun, kelompok kami menempati di kampung parung panjang lebak RW 07 RT 01. Kondisi lingkungan yang saya dan teman-teman tempati, cukup memprihatinkan. Karena pada saat musim kemarau di sana susah sekali untuk mendapatkan air. Jadi, setiap saya dan teman-teman ingin mencuci baju harus ke sungai, karena air di kamar mandi cukup hanya untuk mandi 205



saja, itupun yang mandi di urutan terakhir kadang tidak kebagian air. Menyedihkan bukan? Tapi meskipun demikian, kami diperbolehkan menumpang mandi di rumah ibu RT jika keabisan air di kamar mandi. Waw.. Baik sekali ibu RT ini. Di tempat ini pula, kami mengajar ngaji di TPA Miftahul Falah milik ibu Iffah, bu Iffah ini mengizinkan kami mengajar ngaji di TPA beliau. Senang sekali saya dan teman-teman KKN bisa bertemu dengan warga RW 07, orangnya ramah-ramah dan juga islami sekali. Pengajian anak SD dan TK setiap setelah ashar dan setelah maghrib, kalau pengajian remaja dilaksanakan setelah isya. Pengajian rutin dilakukan kecuali hari jum’at. Saya kagum dengan anak remaja di sini, mereka mengaji sudah diajarkan beberapa macam kitab, seperti Kitab Safinatunnaja, Jurumiyah, Ta’limMuta’alim dan lain sebagainya. Seperti tinggal di pondok pesantren. Bukan hanya anakanak saja yang rajin mengaji, ibu-ibu dan bapak-bapaknya juga sangat islami. Setiap ingin mengaji, anak-anak kecil tak lupa untuk mengajak saya dan teman-teman untuk berangkat bersama ke TPA. Bahan ajar yang diajarkan untuk anak-anak TPA adalah belajar tahsin, membaca AlQur’an/Iqro’, dan menulis. Desa Leuwiliang kampung parung panjang lebak ini memiliki Karang Taruna, yang karenanya membantu sekali dalam kegiatan dan programprogram yang diadakan oleh Mahasiswa-mahasiswi KKN selama di Desa. Bukan hanya Karang Taruna, di kampung tersebut juga memiliki Ikatan Pemuda. Ikatan Pemuda disini selalu siap membantu untuk menyukseskan program yang diadakan oleh mahasiswa-mahasiswi KKN. Salah satunya yaitu kegiatan 17 agustus. Menjelang 17 agustusan saya dan teman-teman KKN, serta para pemuda di RW 07 berencana memasang bendera-bendera di sekitar kampung tersebut, dan menyiapkan peralatan untuk lomba 17 Agustus. Adapun lomba yang kami adakan, diantaranya: lomba naik vespa untuk anak-anak kecil, lomba tarik tambang untuk kami anak KKN serta para remaja dan ibu-ibu, lomba joget balon untuk kami anak KKN serta para remaja dan ibu-ibu, lomba masukin bendera ke botol untuk anak-anak, lomba estafet tepung untuk ibu-ibu, dan lain sebagainya. Dari masingmasing lomba tersebut diambil tiga orang sebagai pemenangnya.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 206



Sabtu malam Minggu, 17 agustus 2019. Saya dan teman-teman KKN bersama warga serta para remaja menonton film perjuangan, yakni film Soekarno dengan menggunakan layar dan proyektor. Warga di sini sangat antusias sekali, mereka begitu semangat untuk nonton bareng film Soekarno. Tak lupa, pada malam itu juga kami bersama ibu RT dan ibu-ibu lainnya ngeliwet bareng. Jadi, setelah filmnya selesai, kami makan bersama warga. Betapa indahnya kebersamaan pada malam itu. Pada malam itu, malam terakhir kami bersenang-senang bersama warga. Karena pada tanggal 21 agustus 2019 kami mengadakan penutupan serta santunan anak yatim. Pada saat penutupan akan tiba, kami mendekor majelis ta’lim tempat kami mengadakan penutupan KKN. Tak lupa kami juga memasak tumpeng yang dibantu dengan ibu RT. Setelah acara penutupan selesai, kami mengadakan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh ibu dosen pembimbing lapangan kami yang bernama ibu Elsy Rahajeng. Kemudian, kami makan tumpeng bersama ibu-ibu, tokoh masyarakat, remaja dan adik-adik semua. Sedih rasanya waktu begitu cepat berputar. Perasaan baru kemarin kami menginjakkan kaki di Desa Leuwiliang, dan ternyata sudah ingin berakhir saja kami di sini. Sedih karena harus berpisah bersama teman-teman KKN yang humoris, karena hanya di KKN kami dipertemukan dan hanya di tempat itu kami tinggal bersama. Sedih juga karena harus berpisah dengan adik-adik di kampung tersebut, yang biasanya setiap sore datang ke rumah kami untuk bimbingan belajar, atau bermain bersama. Kini semua itu tinggal kenangan. Secercah Harapan Program Kuliah Kerja Nyata ini sangat membuka cakrawala dan pandangan saya dalam melihat dunia ini. Ternyata dari sekian banyak kemudahan-kemudahan yang saya dapatkan di kota, ternyata banyak juga orang-orang desa yang belum bisa merasakannya. Maka bersyukurlah kita yang dapat melakukan segala sesuatunya dengan mudah. Namun, jangan lupakan kebersamaan manusia sebagai makhluk sosial karena kita semua bersaudara. Saling salam, saling sapa, saling senyum dengan sesama manusia tanpa melihat pangkat, harta dan jabatan seseorang. Pada hakikatnya seorang manusia membutuhkan orang lain untuk bisa hidup, untuk bisa berbagi canda-tawa, berbagi senyuman, berbagi suka dan duka, serta berbagi rasa kekeluargaan satu sama lain. 207



Jika saya menjadi warga Desa Leuwiliang tepatnya di kampung parung panjang lebak, saya akan memaksimalkan potensi-potensi pertanian yang sebenarnya sangat besar. Dengan kesuburan tanahnya, seharusnya warga Desa Leuwiliang kampung parung panjang lebak dapat mandiri tanpa harus keluar dari desanya untuk mencari pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan keterampilan kepada warga desa untuk mengelola pertanian dan diberikan modal untuk memulai bisnisnya. Dengan demikian, warga Desa Leuwiliang dapat sejahtera di kampungnya sendiri. Kampung parung panjang lebak merupakan salah satu kampung yang terdapat di Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang. Masyarakat di kampung tersebut kesadaran dalam lingkungan masih dinilai kurang. Karena, masih banyak yang buang sampah sembarangan dan membuang sampah ke sungai, buang air kecil dan buang air besar pun ke sungai. Padahal air tersebut kita pakai juga untuk mandi, mencuci baju dan mencuci piring. Kejadian seperti ini sungguh sangat memprihatinkan. Solusinya adalah untuk pihak desa, agar lebih memperhatikan masyarakat yang ada di kampung parung panjang lebak, terutama dalam hal kebersihan dan kekurangan air bersih ini. Dan diharapkan untuk masyarakat yang ada di kampung tersebut jangan membuang sampah dan BAB di sungai. Karena air tersebut meskipun airnya mengalir di gunakan sama orang banyak. Waktu satu bulan bukanlah waktu yang sebentar, ada banyak proses yang saya lalui bersama teman-teman di rumah. Mulai dari hal yang kecil yang sifatnya remeh, hingga urusan-urusan yang cukup rumit. Namun, dari hal yang kecil itu dapat memupuk tali persaudaraan yang kuat sehingga harapannya sampai ke depan teman-teman KKN semuanya tetap menjadi keluarga kedua setelah keluarga masing-masing yang ada di rumah. Semoga kami masih bisa sesekali berbagi kabar, berbagi cerita, dan berbagi kesan setelah melewati KKN ini. Saya juga berharap untuk warga kampung parung panjang lebak agar selalu dilindungi Allah subhanahu wata’ala, terima kasih untuk cerita-ceritanya selama KKN. Jangan lupakan kesan positif yang kami bagikan, mudah-mudahan Allah mengizinkan kami bertemu lagi di lain kesempatan. Aamiin.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 208



O. SEBULAN YANG PENUH MAKNA Oleh: Sarah Anggita Waktu Keberangkatan Terhitung sudah hampir tiga tahun saya menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, kampus Islam yang terletak di perbatasan Jakarta – Tangerang. Pada awalnya, saya yang dengan latar belakang pendidikan sekolah umum, tidak mengira bahwa saya bisa menempuh pendidikan di kampus Islam yang cukup ternama ini. Hingga akhirnya saya pun menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin dan segala sesuatunya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Kini saya menikmati hari demi harinya. Kenangan, pengalaman, dan tantangan telah begitu banyak saya lalui. Hingga akhirnya, ditahun ketiga saya menempuh pendidikan, saya dihadapi oleh Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kedua yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat atau yang biasa disebut dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Pandangan saya mengenai KKN pada awalnya adalah takut dan bingung. Takut untuk bertemu orang baru, takut untuk menetap selama sebulan di kampung orang, dan juga bingung, bagaimana untuk menghadapi semua ini dengan tenang? Untuk mengurangi rasa bingung saya terhadap kegiatan KKN, saya melakukan sedikit riset kepada kakak-kakak senior yang sudah melakukan kegiatan KKN. Dari riset tersebut, terkumpul beberapa informasi sehingga membuat rasa bingung saya pun berkurang, dan sudah sedikit terbayang apa saja yang harus saya siapkan. Proses untuk akhirnya bisa mengikuti KKN terbilang cukup singkat, mulai dari pendaftaran dengan persyaratan mahasiswa yang ingin mendaftar harus memiliki sks sedikitnya sebanyak 110 sks. Selanjutnya yaitu pembagian kelompok dan penetapan lokasi serta Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang akan membimbing kami selama kami melakukan kegiatan KKN. Pertemuan pertama saya dengan teman-teman kelompok KKN saya dilaksanakan di selasar Auditorium Harun Nasution. Berhubung pertemuan pertama diadakan di hari biasa, maka ada beberapa anggota yang tidak bisa hadir karena masih mengikuti perkuliahan. Jadi pada hari itu hanya beberapa anggota saja yang bisa menyempatkan hadir di pertemuan pertama ini. Setelah dirasa cukup untuk memulai perkenalan, kami pun melakukan 209



perkenalan satu per satu. Setelah berkenalan, untuk mempersingkat waktu, kami pun menentukan struktur kelompok agar kedepannya kami bisa dengan jelas mengetahui tugas masing-masing, dan saya diberikan amanah sebagai sekretaris kedua di kelompok saya. Jujur sebenarnya saya menyukai pekerjaan yang menyangkut tulis menulis, oleh karenanya ketika saya ditetapkan sebagai sekretaris, saya pun mengiyakannya. Namun, saya lupa untuk mencari tahu pekerjaan apa saja yang harus dilakukan sebagai sekretaris di kegiatan KKN ini. Alhasil, ketika KKN telah selesai, saya pun sedikit bingung dari mana saya memulai untuk mengerjakan tugas-tugas sekretaris. Pada pertemuan kedua, kami fokus untuk menentukan nama kelompok kami. Dari berbagai macam jenis nama kelompok, akhirnya kami memutuskan untuk memakai nama INTEGRITAS sebagai nama kelompok kami. Adapun kata INTEGRITASitu sendiri merupakan sebuah kependekan dari Intelektual, Terpadu, Gesit, Religius, serta Berkualitas. Yang diharapkan dari penamaan kelompok ini adalah tentunya kinerja yang kami lakukan sesuai dengan identitas kelompok kami yang kami dedikasikan untuk orang tua, almamater, masyarakat, agama, serta Negara. Motto kami yaitu Belajar, Mengabdi, Bersama. Hari demi hari berlalu, kami akhirnya mengetahui lokasi KKN kami, yaitu kami diberi amanah untuk mengabdi di Desa Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. Mendengar tersebut, jujur saya senang bisa mengabdi di bagian Barat Pulau Jawa. Saya memiliki ekspektasi tinggi di daerah tersebut. Tinggal selama sebulan di bagian Barat Pulau Jawa, saya berfikir bahwa saya akan terbebas dari hiruk pikuk dan panasnya Ciputat, namun ternyata tidak. Di hari pertama saya melakukan survei lokasi, ekspektasi saya perlahan menurun, karena pada kenyataannya, suhu udara di sana tidak jauh berbeda dengan suhu udara di Ciputat. Beban saya tidak cukup sampai disitu, saya mendengar dari teman-teman bahwa daerah yang akan kami tinggali selama sebulan, memiliki kadar air yang tidak terlalu banyak. Saya mulai pesimis untuk menjalankan kegiatan KKN ini. Namun, ibarat pepatah “the show must go on”130, saya pun pasrah terhadap segala sesuatu yang akan terjadi selama saya menetap di sana dan melaksanakan kegiatan KKN. Tanpa mengenyampingkan kendala air yang akan kami hadapi, kami tidak pantang menyerah, justru kami sekelompok semakin siap untuk 130



Ungkapan artinya: “Pertunjukkan harus tetap berlanjut!”



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 210



melaksanakan KKN. Mulai dari program kerja yang semakin hari semakin tersusun dengan baik, proposal yang sudah siap disebar untuk mendapatkan sponsor ataupun donator untuk kegiatan KKN kami, dan printilan-printilan lainnya yang harus kami siapkan dari jauh-jauh hari. Dalam rapat rutin yang kami lakukan sebelum pemberangkatan, selain kami membahas kemajuan program kerja yang akan kami laksanakan dan nama kelompok, kami juga sempat melakukan sesi foto individu untuk kemudian diunggah diakun sosial media kelompok kami, dengan tujuan memperkenalkan kami kepada masyarakat luas yang ingin mengikuti kegiatan KKN kami. Hari keberangkatan pun tiba, untuk mempermudah perjalanan kami, di hari sebelumnya, kami sepakat untuk memberangkatkan koper-koper dan barang lainnya terlebih dahulu menggunakan mobil pickup131, jadi keesokan harinya, kami hanya membawa perlengkapan pribadi saja. Sebelum saya berangkat, saya mengecek terlebih dahulu barang-barang yang akan saya bawa, karena jujur saja, saya baru menyiapkan barang-barang tersebut di malam sebelumnya. Setelah saya memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal, saya pun bergegas berangkat. Kami pun terbagi ke dalam dua tim, ada yang berangkat menggunakan motor, dan ada juga yang diantar oleh orang tuanya menggunakan mobil. Satu hal yang saya syukuri, pihak kampus tidak melarang kami untuk membawa kendaraan pribadi, jadi bisa mempermudah akses perjalanan selama kami mengabdi di sana. Setibanya di sana, kami disambut oleh Ibu dan Bapak RT serta beberapa anak kecil dengan senyuman hangatnya. Setiap harinya tentu akan ada sebuah pengalaman baru yang saya dapatkan untuk diambil hikmahnya sebagai pembelajaran dan juga pengalaman yang sangat berharga. Perbedaan iklim, lingkungan, dan keadaan sosial telah saya rasakan semenjak saya menginjakkan kaki pertama kali di Desa Leuwiliang. Saya mencoba berdamai dengan semua itu. Karena jika tidak, tentu saya akan merasa kesusahan untuk beradaptasi dengan lingkungan maupun warga di sana. Setelah kami tiba, kami bergegas menata koper-koper dan barang bawaan kami agar tidak terlalu berantakan. Jadwal berikutnya yaitu kami melakukan pembukaan yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pemuda desa, masyarakat sekitar, dan tak lupa Ibu Elsy Rahajeng sebagai Dosen Pembimbing Lapangan kami. 131



Mobil bak terbuka



211



Selepas melaksanakan pembukaan, kami pun kembali ke persitirahatan kami, yang mana kebetulan tempat peristirahatan perempuan dan laki-laki dipisah, jadi kami para perempuan bisa merasakan kebebasan di dalam rumah tanpa ada laki-laki. Karena tidak sedikit, kelompok KKN yang lain memakai 1 rumah saja untuk tempat peristirahatannya. Kisah Kasih KKN INTEGRITAS Begitu banyak kenangan, peristiwa, serta tantangan yang sudah saya temui dan lewati bersama mereka. Sebulan merantau dan tinggal bersama orang-orang yang baru saya kenal, membuat saya menemukan arti kehidupan lainnya. Membuat saya selalu bersyukur terhadap kehidupan yang saya miliki. Bertemu orang baru, mengemban amanat, menyiapkan kegiatan, sudah menjadi makanan kami sehari-harinya. Kami bersyukur bahwa kami masih diberi kesempatan untuk bisa merasakan mengabdi dan berproses di sebuah Desa untuk lebih maju lagi. Tanpa dukungan dari pejabat dan masyarakat setempat, saya rasa kegiatan kami di sana hanya akan sebatas kegiatan saja yang kemudian akan dilupakan. Pada chapter ini, izinkan saya untuk bisa mengulik lebih dalam lagi mengenai kelompok KKN saya yang diberi nama INTEGRITAS . Kelompok KKN 058 ini terdiri dari 19 orang dengan berbagai macam karakter, sifat, dan latar belakang yang berbeda. Struktur kelompok kami terdiri dari Ketua, yang dipimpin oleh seorang mahasiswa dari Fakultas Syariah & Hukum, yaitu Yoga Dwi Septian. Layaknya ketua di organisasi lain, ketua dalam sebuah kelompok kecil pengabdian juga memiliki tugas yang cukup besar dan memiliki peranan penting. Saya mengenal Yoga sebagai orang yang cukup sabar dalam menghadapi anggotanya. Jiwa kepemimpinannya sudah ia tunjukkan ketika pertemuan pertama setelah pembentukan kelompok. Kemudian ada dua orang Sekretaris, yang diisi oleh mahasiswi dari Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi, yaitu Helen Sagita sebagai Sekretaris I dan saya, Sarah Anggita sebagai Sekretaris II. Walaupun kami dari Jurusan yang sama, namun sejujurnya kami belum terlalu akrab. Kami juga memiliki konsentrasi Jurusan yang berbeda. Helen yang memilih Public Speaking 132 , dan saya memilih Broadcasting 133 sebagai konsentrasi dalam Jurusan kami. Tidak seperti perbedaan lainnya, yang membuat sebuah 132 133



Pembicara di depan umum Penyiaran



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 212



hubungan menjadi menjauh, perbedaan itu justru kami satukan dengan sebuah tugas bersama menjadi Sekretaris kelompok kecil ini. Menjadi sekretaris tidaklah mudah, setiap minggunya kami harus meluangkan waktu kami untuk menyusun laporan kegiatan mingguan kelompok kami kepada pihak PPM, bahkan tak jarang kami begadang dalam menyusunnya. Selepas kegiatan KKN pun, kami masih memiliki tugas dan tanggung jawab lainnya yaitu penyusunan laporan akhir KKN dalam bentuk buku. Semua itu kami lakukan sepenuh hati karena sudah menjadi sebuah tugas dan keawajiban kami sebagai sekretaris. Setelah sekretaris, ada juga Bendahara yang diisi oleh 2 mahasiswi dengan fakultas yang berbeda, Bendahara I diisi oleh Lutfiatus Sa’adah, seorang mahasiswi dari Fakultas Sains dan Teknologi, dan Bendahara II diisi oleh Aulia Eka Yunita, seorang mahasiswi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tugas dan peran bendahara juga tidak kalah pentingnya. Mereka bertugas untuk mengumpulkan dan mengatur keuangan kelompok pengabdian kami agar keuangan kelompok kami terkendali. Segala bentuk pengeluaran dan pemasukan yang menyangkut keuangan KKN kelompok kami, harus dilaporakan kepada dua orang berjasa ini. Selanjutnya yaitu divisi Acara, yang terdiri dari 2 orang mahasiswi dan 1 orang mahasiswa. Ketiganya lintas Fakultas, sebut saja ada Dian Febriani, dari Fakultas Syariah & Hukum, sebagai koordinator divisi Acara. Kemudian ada Vika Audina, dari Fakultas Sains dan Teknologi, dan yang terakhir Syaiful Archam, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sebagai anggota divisi Acara. Merekalah dibalik suksesnya sebuah acara dalam kelompok kami. Struktur berikutnya yaitu divisi Konsumsi, berhubungan dengan mengatur asupan gizi kelompok kami selama sebulan. Divisi ini diisi oleh 3 orang mahasiwi yang juga lintas Fakultas. Ada Rizkiyana Syabania, sebagai koordinator divisi Konsumsi, yang merupakan seorang mahasiswi dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Kemudian ada Nurhilalliyah, dari Fakultas Adab & Humaniora, dan anggota terakhir ada Saidah dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Untuk memudahkan tugasnya, mereka bekerja sama dalam menentukan piket masak harian secara bergilir, agar semua anggota kelompok bisa memiliki pengalaman memasak dan mengurus posko. Selain ketua, sekretaris, bendahara, divisi acara, dan divisi konsumsi, ada juga divisi Hubungan Masyarakat (Humas), yang diisi oleh Rio Prabowo Suryadi Putro, dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan satu lagi yaitu Alifah 213



Sarah Widad Rahmani, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Merekalah yang menjembatani antara PPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kelompok kami. Segala bentuk informasi yang disebarkan oleh PPM, mereka berdualah yang akan meneruskannya kepada kelompok kami. Mereka juga menjadi jembatan antara Desa dengan kelompok kami. Selanjutnya, ada divisi Pubdekdok (Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi), yang berisikan 2 orang mahasiswa dan 1 orang mahasiswi. Ada Sahara Adjie Samudera dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai koordinator divisi Pubdekdok. Kemudian ada Shidqi Akram Hauzan dari Fakultas Sains dan Teknologi, dan terakhir ada Laili Azzumar dari Fakultas Ilmu Tarbiyah& Keguruan. Tugas utama mereka yaitu mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang kami lakukan selama masa pengabdian, mereka juga menyiapkan design untuk spanduk ataupun sertifikat yang akan kami berikan kepada pengisi acara. Sebagai pelengkap dan tentu memiliki peranan yang tidak kalah penting, ada divisi Perlengkapan yang terdiri dari 1 orang mahasiswi, dan 2 orang mahasiswa, yaitu Abdullah Kafabihi sebagai koordinator divisi Perlap yang berasal dari Fakultas Ushuluddin. Selanjutnya ada Novi Laila Athiyah yang juga berasal dari Fakultas Ushuluddin, dan yang terakhir ada Rosyid Abdul Majid yang berasal dari Fakultas Adab dan Humaniora. Tugas mereka menyiapkan segala bentuk peralatan untuk menunjang sebuah acara agar berjalan dengan baik. Tinggal selama sebulan bersama mereka tentu memiliki kesan yang beragam dan penuh makna yang baru saya rasakan setelahnya. Bersama mereka, saya diajarkan arti kebersamaan, toleransi, tolong menolong tanpa memandang siapa yang akan ditolong, dan yang tidak kalah penting yaitu belajar bersabar dalam menghadapi karakter, watak, dan sifat yang berbedabeda. Layaknya kehidupan selebriti, kehidupan kami pun tidak lengkap rasanya jika tidak ada drama di dalamnya. Namun untungnya, drama yang terjadi di kelompok saya tidak sampai memecah belah kami. Sampai KKN usaipun, saya masih salut dengan teman-teman kelompok KKN saya, karena kami masih sering ngobrol via whatsapp group134, walaupun pembahasannya terkadang tidak terlalu penting. Dalam pembuatan laporan akhir berupa buku pun, saya salut dengan teman-teman kelompok KKN saya karena mereka dengan sigap ingin membantu saya dan Helen dalam penyusunannya. 134



Aplikasi obrolan kelompok



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 214



Selama melaksanakan kegiatan KKN, bisa dibilang saya sebagai sosok yang tangguh dalam menahan rasa rindu akan rumah dan keluarga. Karena selama sebulan penuh, saya tidak memakai jatah pulang saya untuk sekedar melepas rindu. Ketika saya jatuh sakit pun, saya hanya menelfon Ibu saya untuk meminta doa agar lekas sembuh dan bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya. Berbicara tentang sakit, entah mengapa ketika saya sedang melakukan suatu kegiatan yang mengaharuskan saya berpisah dengan rumah dan keluarga, saya selalu jatuh sakit. Padahal saya sangat menghindarinya. Karena saya tidak ingin merepotkan orang lain. Tapi, semua itu tetap saya syukuri karena seketika itu menyadarkan saya bahwa ketika saya sedang jatuh, masih ada orang yang peduli dengan saya. Oleh karenanya saya selalu berusaha untuk peduli juga terhadap sesama. Karena saya percaya akan sebuah peribahasa “apa yang kamu tuai, itu yang akan kamu petik”135. Jarak yang tidak terlalu jauh dengan kelompok lain juga membuat saya beberapa kali mendapat kunjungan dari teman kelas saya. Begitupun saya, untuk sekedar melepas rasa jenuh, terkadang saya bermain ke posko lain untuk menjenguk teman saya dan menceritakan dengan singkat kisah kasih kelompok KKN kami. Karena pada dasarnya, setiap kelompok KKN itu memiliki kisah kasih yang berbeda-beda. Ada suatu waktu ketika saya sedang beristirahat dari pelaksanaan salah satu program kerja, teman saya datang untuk mengunjungi saya karena kebetulan ia melewati posko saya, saya pun segera menemuinya dan melepas rasa rindu. Ketika melaksanakan pengabdian, ada juga yang dikunjungi oleh orang tuanya. Hal ini merupakan sebuah kesempatan langka dan ditunggutunggu oleh teman-teman yang lain. Karena terkadang orang tua yang secara sengaja menjenguk anaknya, membawa makanan, baik itu cemilan, buah, ataupun lauk sekalipun. Jadi sedikit meringankan beban yang sedang melaksanakan piket memasak di hari itu. Kisah lainnya yang dapat saya tuangkan dalam sebuah kisah inspiratif ini yaitu ketika kami meluangkan waktu sehari untuk menikmati keindahan alam bagian Barat Pulau Jawa ini, terlebih daerah Bogor itu memiliki sejuta air terjun atau curug yang sangat indah. Kami pun pergi ke sebuah curug dan bermain melepas rasa lelah. Karena kami semua juga hanya



135



Pepatah



215



manusia biasa, yang terkadang membutuhkan sebuah hiburan untuk bisa lebih semangat lagi dalam menjalankan program-program kerja kami. Peran Warga Peran warga dalam sebuah pengabdian merupakan peranan yang sangat penting. Tanpa peran warga, saya dan teman-teman kelompok KKN tidak akan bisa mengerjakan program kerja yang sudah kami susun dari jauh-jauh hari. Sejujurnya, peran warga menjadi salah satu kendala yang saya takuti. Saya takut jika warga sekitar tidak akan menerima kedatangan saya dan teman-teman, tidak akan mendukung program-program kerja kami, dan pandangan-pandangan negatif lainnya yang menurut saya menakutkan. Namun, semua rasa takut itu tertutupi, karena saya sangat beruntung dan juga bersyukur dalam pengabdian pertama saya kali ini, saya mendapatkan sebuah Desa sederhana dengan keramahan warga-warganya yang luar biasa. Kami disambut sangat hangat oleh Umi dan Pak RT Kampung Parung Panjang Lebak, serta warga sekitar yang tak henti-hentinya menebarkan senyuman hangat atas kedatangan kami. Hal ini membuat saya dan temanteman semakin semangat dalam mengerjakan program-program kerja untuk meningkatkan dan memberdayakan Desa Leuwiliang, terutama Kampung Parung Panjang Lebak. Untuk menjalankan program kerja yang sudah kami susun, kami mengenalkan program kerja kami dengan bersosialisasi kepada warga sekitar. Hal itu kami lakukan di hari kedua pengabdian kami. Kami terbagi menjadi beberapa kelompok untuk menyebar keliling bersilaturahmi ke rumah warga dan berkenalan dengan tokoh masyarakat Kampung Parung Panjang Lebak. Sekali lagi, saya bersyukur karena bisa mengabdi dan berproses bersama teman-teman yang lain di sebuah Desa di Barat Pulau Jawa bernama Leuwiliang. Warga-warganya sangat ramah dan bahkan mereka juga terbuka kepada kami untuk ikut meramaikan dan menghadiri acara mereka. Hal ini tentunya membawa dampak positif bagi kelompok kami dan membangkitkan semangat dalam memberdayakan Desa Leuwiliang, terutama Kampung Parung Panjang Lebak. Selain warga, saya dan temanteman juga sangat terbantu oleh sosok Umi RT yang sangat sabar menghadapi kami. Beliau dengan ikhlas memberikan sarapan untuk kami, memberikan perhatian kepada kami. Kami semua sudah menganggap beliau dan Pak RT sebagai orang tua kami selama kami mengabdi di sana. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 216



Kenangan & Impian Satu bulan rasanya sudah cukup untuk bisa merasakan pengabdian membangun sebuah daerah agar lebih maju lagi, baik daerahnya mapun masyarakatnya. Jarak yang tidak terlalu singkat juga tidak terlalu lama. Berbagai kenangan sudah rapih tersimpan dalam sebuah tempat dengan kisahnya sendiri. Ada kalanya kami merasa rindu dan mencoba mengurangi rasa rindu itu ketika kami dengan sengaja membuka galeri dan membagikan kisahnya ke dalam beberapa foto. Karena memang proses pengabdian ini, sedikitnya membawa perubahan dalam masing-masing individu yang bersifat positif. Sebulan penuh makna rasanya cocok untuk bisa menggambarkan keidupan saya selama menjalani kegiatan pengabdian. Ramahnya warga sekitar, membuat kenangan yang berhasil tersimpan di hati saya menjadi lebih bermakna. Pengabdian ini juga membuka mata hati saya bahwa memang pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai sosok yang harus bisa bersosialisasi karena kita hidup tidak sendirian di dunia yang fana ini. Banyak hal-hal atau kejadian yang baru saya temui selama melaksanakan kegiatan KKN dan selalu ada hikmah di baliknya. Kisah pengabdian ini sudah bisa saya ceritakan ke anak cucu saya kelak. Harapan yang terbaik selalu saya panjatkan untuk sebuah Desa agar lebih maju dan berhasil memberdayakan masyarakatnya. Semoga kelak, saya bisa berkerja sama kembali di lain kesempatan. Akhir kata, termakasih atas segala bentuk kenangan dan bantuannya kepada kelompok kecil kami. Sampai bertemu di lain waktu, Leuwiliang! KKN 058 INTEGRITAS : Belajar. Mengabdi. Bersama!



217



P. SECUIL KENANGAN Oleh: Shidqi Akram Hauzan Awal Mula dari Kenangan Alasan, motivasi atau tujuan saya mengikuti KKN? Sepertinya tidak ada selain ingin menyelesaikan pendidikan saya di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta karena KKN merupakan satu mata kuliah wajib yang harus diambil sebagai syarat mengikuti skripsi, yang pertama terbesit di pikiran saya tentang KKN yaitu pasti bikin ribet nih kedepannya.136 Kuliah Kerja Nyata atau yang sering disingkat KKN merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang dikerjakan oleh mahasiswa dengan menyalurkan ilmu yang mereka sudah dapatkan dari pendidikan perguruan tingginya ke daerah tertentu. Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri sangat mendukung kegiatan KKN, dikarenakan KKN itu adalah kegiatan pengabdian ke masyarakat yang dimana hal tersebut merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi atau Tiga Pola Pikir Mahasiswa. Pertengahan bulan April kabar KKN seperti “Dimana kita KKN?”, ”Kapan KKN dimulai?” mulai bertebaran baik di Fakultas Sains dan Teknologi maupun beberapa fakultas yang lain di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada bulan ini juga Panitia KKN UIN Syarif Hidayatullah yang bernama KKN-PPpM UIN mengeluarkan pemberitahuan berupa pembagian kelompok KKN melalui media sosial dalam bentuk dokumen. Setelah membaca file137 tersebut, nama saya tercantum dalam kelompok 058. Seperti biasa saya bersikap tidak peduli terhadap pembagian kelompok ini, tapi setelah diliat lebih jelas nomer telepon saya yang tercantum di file138 tersebut salah, mau tidak mau saya harus menyimpan salah satu nomer anak KKN 058 dan meminta memasukkan saya ke grup nanti. Dua minggu berlalu dan saya sudah dimasukan ke grup whatsapp 139 KKN 058 dengan embel-embel integritas di sebelahnya, di grup tersebut lumayan ramai terutama seorang pengguna yang bernama Yoga, saya sebaliknya lebih memilih untuk tidak banyak berkomentar dan diam agar tidak dipilih menjadi ketua kelompok.



Ungkapan perasaan yang akan memberatkan diri Dokumen 138 Ibid. 139 Aplikasi obrolan 136 137



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 218



Hari rapat perdana diadakan sore hari di depan Auditorium Harun Nasution, saya langsung menemukannya persis di depan pintu masuk auditorium. Setelah saya hitung anak-anak yang hadir saya menemukan 4 anak yang tidak hadir dalam rapat perdana ini, di grup whatsapp140 muncul pesan alasan anak yang tidak bisa hadir seperti masih ada kuliah, masih ngajar dan lain-lain. Hasil rapat perdana ini kurang memuaskan dikarenakan masih banyak kurangnya antusias anggota dalam memilih job desk141 mereka untuk KKN nanti, namun untuk ketua sudah dipilih melalui musyawarah kelompok sebagai Yoga Dwi Septian karena dia berisik dan antusias dengan kegiatan KKN ini selain untuk sekretaris diisi oleh Helen dan Sarah, Bendahara diisi Aulia dan Fia, Konsumsi diisi oleh Kiki, Hilal, dan Ida; Novi, Rosyid, dan Kafa mengisi divisi peralatan; Wiwid dan Rio dimasukan ke divisi humas sedangkan saya dipilih menjadi bagian publikasi dan dokumentasi bersama adjie dan lili. KKN-PPpM mengeluarkan pemberitahuan bahwa pada tanggal 5 Mei 2019 semua peserta KKN Regular142 harus mengikuti pembekalan KKN yang diselenggarakan di gedung Auditorium Harun Nasution. Hari pembekalan pun tiba, saya dan teman saya bernama Fauzan tidak bisa masuk ke dalam auditorium dikarenakan tidak membawa almamater kampus dan kami harus menunggu pembekalan kloter kedua dengan meminjam almamater teman. Isi dari pembekalan tersebut kurang menarik karena saya kurang antusias dengan kegiatan KKN ini, 3 jam pembekalan ini dijalani yang berisi pemberitahuan informasi tentang daerah kemungkinan kita tinggali, waktu kita berangkat KKN, dan keharusan dalam membuat buku dan video documenter KKN. Pembekalan ini selesai pada jam 4 sore. Dua minggu setelah pembekalan KKN-PPpM UIN Jakarta mengeluarkan kembali pengumuman daftar desa yang akan dijadikan tempat KKN. Setelah dibaca, ternyata kami akan melaksanakan kegiatan KKN di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Yang pertama ada di pikiran kami tentang daerah Bogor adalah melimpahnya air karena sering disebut kota hujan namun setelah survei ekspektasi saya terpatahkan oleh realita. Kegiatan KKN ini dilaksanakan pada musim kemarau diperparah lagi di kampung yang akan kita tinggali mengalami kemarau panjang. Ibid. Pembagian kerja 142 Reguler; teratur; mengikuti peraturan; tetap; biasa: 140 141



219



Selama kurang lebih dua bulan kami mempersiapkan hal-hal yang perlu dilakukan. Mulai dari survei ke desa sebanyak tiga kali, pembuatan proker dan persiapan pembuatan proposal untuk mencari dana agar program KKN kelompok kita dapat berjalan dengan baik. Masa pra-KKN Terkenang sedikit dalam ingatan saya dikarenakan kurangnya antusias saya dalam mengikuti kegiatan KKN ini ditambah lagi kurang senangnya saya dalam bersosialisai lebih menurunkan niat saya lebih jauh lagi, namun setelah dilaksanakannya KKN pola pikiran saya lebih terbuka karena belajar kesalahan diri sendiri saat menjalani KKN, temanteman satu kelompok dan warga desa Leuwiliang. Mereka mengajari saya berbagai macam hal baru dan baik yang saya bungkus menjadi suatu kenangan kecil yang tidak dapat terlupakan. Isi dari Kenangan Tersebut Kelompok KKN ke-058 terdiri atas 7 orang mahasiswa dan 12 orang mahasiswi, dari 19 mahasiswa ini masing-masing pribadi memiliki cara pemikiran dan persepektif yang berbeda dalam melihat sekitar atau menghadapi suatu masalah. KKN 058 dipayungi nama INTEGRITAS yang merupakan singkatan dari Intelektual, Terpadu, Gesit, Religius, serta Berkualitas. Kegiatan KKN kita menempati dua rumah warga untuk kita jadikan pos komando (posko) karena dipisah untuk posko pria dan posko wanita, Posko anak lelaki merupakan rumah warga yang disewakan kepada mahasiswa untuk kegiatan KKN nama pemilik rumah tersebut adalah mpokEn’nah. Rumah yang memiliki 1 kamar tidur ini tidak terlalu luas namun sangat nyaman digunakan untuk tidur, meskipun kita sering tidur dilantai karena tempat tidur tidak boleh digunakan sama pemilik rumah kita sangat nyaman dengan rumah ini. Teras yang cukup luas digunakan untuk bersantai dan bermain dengan angin semilir yang sering menampar muka saya dengan halus, pohon jambu merah besar di depan posko lelaki yang sangat menutupi keberadaan kami sekaligus memberikan keteduhan untuk posko ini karena besarnya pohon tersebut. Untuk minggu pertama pertemuan saya dengan mereka terkesan biasa-biasa terutama anak perempuan karena mereka lebih sering bermain sendiri, namun seiring waktu anak perempuan lebih sering nimbrung 143 143



Bergabung



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 220



dengan anak laki-laki hal tersebut yang membuat saya mengenal dekat dengan mereka. Pembukaan KKN diadakan di majelis Kampung Parung Panjang Lebak, majelis itu sendiri merupakan tempat berkumpul warga kampung Parung Panjang Lebak untuk melakukan kegiatan pengajian remaja serta kegiatan lainnya. Dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat Kampung Parung Panjang Lebak,remaja-remaja desa baik yang laki-laki dan perempuan serta dosen pembimbing kegiatan KKN kami yaitu Bu Elsy Rahajeng, M.TI namun untuk sekretaris desa yang selaku perwakilan dari desa tidak bisa menghadiri pembukaan dikarenakan urusan yang harus beliau selesaikan. Sore hari baik di posko laki atau perempuan didatangi anak kecil yang ingin bermain maupun belajar dengan kita, sontak kita bermain dan belajar dengan mereka. Umur mereka sangat bervariasi ada yang masih paud, ada juga yang sudah SD bahkan SMP. Besoknya kita mulai mengajarkan anak-anak belajar mengaji yang berlokasi di paud, mengajarkan iqro, alquran, dan kitab kuning yang berisikan huruf Arab gundul144. Di minggu kedua baru saya lepas tertawa dan bercanda dengan teman-teman saya, dengan bermain, mengobrol, dan bernyanyi bersama di posko lelaki. Meskipun sering adu mulut dengan mereka saya sangat menikmati suasana bersama mereka di posko tersebut. Banyak dari teman saya yang memiliki sifat-sifat yang unik dan sering membuat saya tertawa baik itu,Ipul yang anaknya mageran, ada juga Rio yang suka begajulan, si Yoga ketua tukang molor dimana saja kapan saja dengan sifat kealayannya145, Rosyid yang suka bertuah layaknya seorang kakek-kakek, ada Kaffa yang sering saya jadikan samsak tinju dan yang terakhir Adjie yang sering berkutat dengan laptopnya untuk posting di Instagram dan sering keluar malam-malam untuk menelpon seseorang. Proker-proker mulai dikerjakan dalam minggu kedua dikarenakan minggu pertama digunakan untuk bersih-bersih dan berkenalan dengan warga. Proker yang lumayan susah seperti pembuatan gapura, perbaikan plang, dan revitalisasi masjid kita kerjakan secara bertahap agar tidak terjadi penumpukan proker. Beberapa proker membuat kita terpecah beberapa kali antar opini laki-laki dan perempuan, namun dengan berkomunikasi disertai



144 145



Huruf Arab yang tidak diberi harokat Ke-aneh-annya



221



musyawarah yang baik dapat mengeluarkan jalan keluar yang mendukung opini kedua belah pihak. Banyak sekali cerita yang kami lalui dalam satu bulan dan terasa singkat hari-hari tersebut berlalu bersama mereka dengan candaan, tawa, dan cerita-cerita yang sangat berkesan dari mereka. Teman-teman KKN kelompok 058 sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri, tantangan dan cobaan yang sudah kita hadapi bersama dalam satu bulan ini terasa ringan dengan mereka. Untuk teman-teman hebat anggota kelompok KKN 058 Integritas, terima kasih banyak telah mengajarkan saya banyak hal. Pemikiran dan cara pandang kalian terhadap dunia yang terkadang realis namun juga terkadang membuat saya mengernyitkan dahi, telah membuka mata saya akan uniknya kebersamaan. Terima kasih telah membuka mata saya dengan pemikiran dan cara pandang kalian. Kerja keras kalian dalam membangun desa ini bersama saya, gelasan kopi yang kita minum bersama di bawah atap rumah Mpok En’nah. Terima kasih teman-teman sudah menjadikan diri aku yang sekarang, kenangan-kenangan baik senang maupun susah menjadi suatu kenangan yang saya bungkus menjadi kenangan kecil yang tidak dapat saya lupakan. Suatu Desa Yang Jauh Di sana Desa Leuwiliang merupakan desa yang ada di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Desa yang terdiri dari 4 kampung ini merupakan desa yang terletak di pusat Kecamatan Leuwiliang ini sudah lumayan maju dalam segi pendidikan. Sebagaian besar mata pencaharian penduduk yaitu petani, dengan mengelola tanah-tanah yang subur para petani menanam berbagai macam tumbuhan seperti bengkuang, jagung, jati dan lain-lain. Kampung Parung Panjang Lebak merupakan salah satu kampung yang bertempat di Desa Leuwiliang, jaraknya yang tidak terlalu jauh dari pasar itu yang membuat kami memilihnya. Kampung ini memiliki satu jalan utama, jalan tersebut hanya dapat dilewati kendaraan beroda dua menjadi jalur utama desa yang menjadi moda penggerak dan sarana ekonomi warga. Untuk mencapai desa ini harus melewati turunan yang cukup terjal dengan sudut kemiringan 45 derajat baik melewati Jalan Lingkar Leuwiliang maupun melewati Jalan Karehkel. Di tengah desa ada masjid kecil yang menjadi pusat ibadah dan penyampaian dakwah warga di seberang masjid ada bangunan luas dinamakan majelis yang digunakan untuk tempat pengajian mingguan warga serta tempat penyuluhan masyarakat. Jika kita Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 222



jalan lagi keatas ada posyandu, posyandu ini merupakan titik tertinggi di Kampung Parung Panjang Lebak dengan melihat kearah utara terlihat pemandangan kampung ini yang sangat indah dilatari oleh bukit-bukit yang lumayan tinggi menjadikan spot yang bagus untuk bersantai. Dengan mengikuti jalan utama desa kita melewati turunan berakhiran kelokan yang mengantarkan kita ke lapangan di kanan dan sawah dikiri jalan, lapangan ini digunakan berbagai macam kegiatan oleh warga seperti bermain bola pada hari-hari biasa atau digunakan warga untuk lomba-lomba pada saat acara peringatan 17 Agustus kemarin. Sawah yang terlihat tandus sawah namun digunakan warga untuk bercocok tanam, tanaman yang ditanam mencakup padi, singkong, bengkoang, pepaya, dan lain-lain. Warga Kampung Parung Panjang Lebak sangat baik dan perhatian contohnya seperti menawarkan kamar mandinya untuk kita pakai, sering memberikan kita makanan, selalu menyapa dan senyum kepada kita, dan banyak lagi kebaikan mereka yang tidak bisa ditulis dalam kisah inspiratif 2500 kata ini. Namun sangat disayangkan tidak semua masyarakat di kampung tersebut memiliki rasa peduli yang tinggi khususnya kaum muda, masih banyak yang terlihat acuh tak acuh dan individualis. Banyak anak muda yang kurang kompak, memiliki suatu perkumpulan yang berbeda dengan yang lain yang membuat terlihat kurang menyatu menurut saya. Mungkin hal tersebut dapat dikaitkan dengan letak geografis Desa Leuwiliang yang tidak jauh dari peradaban kota yang sudah individualistis pemikirannya. Warga kampung Parung Panjang Lebak juga sangat aktif untuk pergi ke majelis ta’lim, baik itu majelis ta’lim anak-anak, remaja, ibu-ibu maupun bapak-bapak. Saya dan teman-teman juga ikut dalam pengajian ini beberapa kali. Namun saya merasa kesulitan untuk mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh ustadz dikarenakan dalam penyampaian ceramah tersebut menggunakan bahasa sunda yang pada dasarnya saya tidak mengerti bahasa Sunda. Sama halnya dengan majelis ta’lim remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak, majelis ta’lim anak-anak pun begitu masih banyak menggunakan bahasa sunda dalam. Ada suatu kejadian yang saya alami yang membuat saya agak kaget dengan tradisi yang ada di kampung ini, yakni perbedaan tempat untuk laki-laki dan wanita ketika shalat Idul Adha, dimana ketika itu para pria dan juga anak laki-laki melaksanaanshalatIdhul Adha di masjid, sedangkan untuk para wanita dan anak perempuan melaksanaanshalat Idul Adha di majelis serta dengan imam yang berbeda. Setelah selesai shalat 223



dilanjutkan dengan khutbah, khutbah tersebut berisi tentang toleransi dan saling menghargai tradisi sangat dibutuhkan untuk menghormati perbedaan-perbedaan tradisi yang ada. Musim kemarau yang melanda Kampung Parung Panjang Lebak yang sudah berlangsung selama 8 bulan ini sudah menghabiskan air persediaan warga yang biasanya berasal dari sumur, sumur warga banyak yang sudah kering dikarenakan sumur tersebut memiliki kedalaman tidak lebih dari 5 meter. Warga kampung tersebut tidak memiliki biaya yang cukup untuk menggali sumur lebih dalam dikarenakan keharusan untuk membeli pompa jet yang harganya relatif mahal, namun ada sungai yang mengalir melalui Kampung Parung Panjang Lebak. Sungai Cianten namanya, sungai ini merupakan sumber kehidupan Kampung Parung Panjang Lebak baik digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian maupun untuk mencari ikan. Dalam menyambut Acara Perayaan HUT RI ke-74 kita semua anggota kelompok KKN membantu kumpulan remaja desa yang bernama REPAL dengan mengikuti kepanitiaan lomba untuk memeriahkan HUT RI. Banyak warga yang antusias mengikuti acara lomba tersebut, berbagai kalangan usia warga mengikuti dan menonton acara perlombaan HUT RI baik dari anak kecil, para remaja, orang tua, maupun golongan tua sekalipun mengikuti atau menonton acara perlombaan tersebut. Di Desa Leuwiliang terutama Kampung Parung Panjang Lebak telah mengajarkan berbagai macam hal-hal yang baru dan penting bagi saya contohnya pentingnya peduli terhadap sesama, pentingnya menjaga etika, pentingnya untuk tetap bertahan ketika kenyataan tidak sesuai ekspektasi, dan yang terakhir pentingnya untuk sesekali bersantai menikmati waktu berlalu. Terima kasih dan doa saya ucapkan dari hati saya untuk semua warga Kampung Parung Panjang Lebak serta seluruh Desa Leuwiliang. Harapan Ku Sebagai Warga Terima kasih adalah dua kata yang sederhana dan punya makna yang mendalam. Bisa saja hanya dengan mengucapkan hidup seseorang berubah jadi lebih baik. Terima kasih saya ucapkan untuk masyarakat Kampung Parung Panjang Lebak telah mengajarkan kami arti kami arti kehidupan yang tidak diajarkan sepenehunya di bangku perkuliahan. Selama sebulan saya belajar bagaimana caranya untuk mensyukuri hidup ditengah kesulitan yang datang. Berkat mereka saya memiliki kepercayaan diri untuk meribah sikap-sikap buruk saya selama ini. Mengajarkan saya untuk tetap hidup Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 224



dalam kesederhanaan dan selalu bersyukur kepada Allah. Saya merasa nyaman dan senang menjadi bagian dari warga desa Parung Panjang Lebak selama satu bulan yang yalu. Namun bagi saya waktu satu bulan ini terlalu cepat untuk memberikan perubahan yang signifikan bagi warga Parung Panjang Lebak guna memberdayakan warga desa. Hal paling saya ingin lakukan adalah untuk memberikan pelatihan dan pembinaan bagi warga terkait usaha mandiri dan kreatif untuk guna meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Selain itu juga saya ingin menumbuhkan minat membaca anak agar anak-anak Parung Panjang Lebak dapat menjadi generasi muda yang unggul di masa depan kelak melalui taman baca yang telah saya dan teman-teman saya buat. Tidak hanya itu, saya juga ingin sekali memberikan pembinaan mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya guna menjaga kelestarian lingkungan sehingga kondisi lingkungan dari Kampung Parung Panjang Lebak dapat terus asri dan lestari. Semoga Kampung Parung Panjang Lebak dapat menjadi desa yang unggul baik dari sisi perekonomian, sosial, maupun aspek-aspek lainnya. Selain itu saya berharap bahwa pengabdian kami di Kampung Parung Panjang Lebak mampu memberikan kesan yang baik. Semoga Desa Leuwiliang dapat menjadi desa yang menjunjung tinggi nilai keagamaan bersamaan dengan meningkatnya kemajuan desa. Saya juga berharap desa ini menajadi desa yang dapat meningkatkan aspek-aspek penting yang dapat menjadi faktor pengembangan desa. Semoga desa ini menjadi desa yang mampu meningkatkan kekompakan dalam pembangunan desa. Yang dapat memberikan motivasi bagi desa yang lain untuk bisa secara mandiri maju sebagai desa yang sukses. Tidak selalu bergantung terhadap pemerintah. Menjadi desa yang mampu membangun wilayahnya sendiri. Menjadi desa yang mampu memperbaiki keadaan pendidikannya agar banyak tunas-tunas muda yang berprestasi dari desa ini. Menjadi desa yang mampu memperbaiki keadaan ekonominya dengan cara memaksimalkan potensi kekayaan alam dan sumber daya yang ada di desa. Dan menjadi desa yang aman, damai dan harmonis. Semoga dengan adanya kegiatan KKN ini menjadikan inspirasi bagi warga Leuwiliang untuk membangun tanah tempat mereka tidur menjadi tanah yang mampu menafkahi dirinya sendiri.



225



Q. TAMU UNTUK SEBULAN Oleh: Syaiful Archam Jalan Tiga puluh hari lagi bulan ramadhan tiba. Ujian akhir semester genap mulai mendekat, seraya kumpulan tugas tugas kuliah yang mendesak perlahan memenuhi padatnya ibu kota. Siang itu, kumandang azan zuhur bersaut-sautan di beberapa masjid di sekitaran kampus. Detik itu kami buang untuk berleha-leha dengan beberapa teman kampus. Biasanya di parkiran motor depan, sekitaran pohon flamboyan tua. yang rimbun daunnya mulai berjatuhan menyambut musim kemarau pertengahan tahun. Gedung FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Azan ketiga mulai terdengar samar-samar di masjid belakang kampus. Tanda notifikasi pesan masuk muncul di layar smartphone. “Jam empat di depan Audit, jangan telattt…”. Itu adalah pesan untuk pertemuan pertama kelompok KKN. Berhari-hari sebelumnya saya sudah mempersiapkan segala hal yang menjadi alasan ikut serta dalam program KKN. Mencoba menerapkan ilmu yang didapat semasa kuliah, mencari pengalaman ditempat baru, mencari teman teman baru dan segala tetek bengeknya146. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dari sisi manapun, tanpa melihat benar maupun salahnya fenomena tersebut. Tiga tahun lebih saya mempelajari sosiologi dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya. Tapi, baru kali ini saya mencoba mengaplikasikan ilmu itu dengan perasaan yang deg-degan tapi juga penasaran. Walaupun beberapa kali sudah saya penelitian dengan turun langsung ke masyarakat tetap saja ada hal-hal kecil yang selalu membuat saya khawatir untuk kedepannya. Canggung akan hari esok. Bayangan awal tentang KKN adalah seperti liburan. Tinggal di desadesa pelosok, keramahan warga desanya, udara sejuk, suara-suara burung dan beberapa hewan ternak, berhektar-hektar sawah, sungai yang mengalir dengan bebatuan besar, dan belasan hal yang berbading terbalik dengan Jakarta. Kota yang riuh akan manusia dan peradaban. Tetapi ada beberapa pikiran dalam hati mengenai kondisi sosial yang bisa dibilang membuat 146



Masalah yang kurang penting



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 226



cemas saya sendiri. Seperti, hal-hal mistis yang masih kental, sinyal smartphone yang seadanya, cuaca yang mungkin bisa membuat tubuh kurang sehat, akses yang sulit dan sebagainya. Pandangan-pandangan akan desa KKN yang makin hari makin menyelimuti keraguan saya, harus bisa di tekan menjadi hal yang positif. Terlalu lama tinggal di keramaian mungkin berpengaruh besar terhadap segala bentuk aktivitas saya setiap harinya nanti di desa KKN. Rencananya ingin memajukan desa. Tapi pasti tidak sanggup berbuat banyak. Hanya meramaikan desa selama sebulan penuh, itu pasti. Menambah beban populasi. Bayangan pertama akan program dari saya cukup sederhana. Menyemangati mereka yang ingin berpendidikan setinggitingginya. Agar mereka yang memang warga asli desa tersebut lebih paham pasti dengan kekurangan desa mereka. Dan bagaimana caranya? Pertanyaan ini bisa bisa dijawab melalui berbagai macam cara. Tapi, saya mungkin tidak bisa berbuat banyak. Yang saya harus tekankan adalah konsep kolaborasi masyarakat dengan mahasiswa KKN. Upaya yang insyaallah bisa dilakukan adalah program bimbingan belajar bagi anak-anak, bimbingan pengajian bagi anak-anak, beberapa penyuluhan dan seminar pendidikan dari narasumber-narasumber yang berkompeten dan adanya komunikasi yang baik dengan warga desa tentang pentingnya pendidikan di indonesia. Lompat di hari pertama setelah selesai KKN. Tanggal 25 Agustus di hari minggu pertama di rumah, masuk ke dalam kamar yang saya tinggal sekitar sebulan, ruangan yang selalu menemani hari-hari saya di rumah. masih kental dengan suasana desa. Walaupun berbeda tempat dan terpaut berkilo-kilo meter jarak, masih terasa benar hari-hari itu. Perasaan tenang kembali ke rumah bercampur rindu kembali ke desa. Hari-hari itu hanya beberapa persen perkiraan ragu yang awalnya menyelimuti pikiran, sampai ke ulu hati pun di buat beku. Perkiraan tidak sebanding dengan kenyataan. Lebih dari itu. Desa ternyata lebih teduh suasananya, lebih ramah warganya, jauh dari kesan kumuh, lebih bersahabat warganya dengan saya dan teman-teman. Mereka sangat mendukung dan menyambut baik kedatangan kami. Tradisi masih mereka jaga sampai sekarang. Tradisi gotong-royong, ramah, dan yang paling penting komunikasi berjalan dengan sangat baik. Mereka yang semuanya asli warga desa tidak malu berinteraksi dengan kami yang lama tinggal di ibu kota. Justru kami yang malu melihat mereka selalu tersenyum menyapa kami. Bocah bocah kecil berteriak girang menyapa kedatangan kami, bersedih hati melepas kami pulang, Pak RT dan 227



Umi yang berkontribusi besar memberi arahan dan masukan kepada kami pun tidak pernah berkata “tidak” saat kami meminta bantuan maupun sedikit masukan. Kang Heru, Mang Dede adalah segelintir dari pemuda pemuda yang selalu mendukung saya dan teman-teman dalam menjalankan program di desa tersebut. Sering berkunjung ke posko kami sekedar menanyakan kabar, dilengkapi dengan suguhan kopi, rokok dan beberapa kue kering untuk mengobrol sampai larut malam. Mang Heru juga tidak sungkan untuk menceritakan keluh kesahnya kepada kami. Khususnya kepada anggota KKN yang laki-laki. Bercerita masa muda, cinta dan harapannya dulu dan sekarang. Malam itu seakan berjalan lambat. Tahu bahwa kami sedang berbagi syahdu dan rindu yang terkumpul di satu meja. Gerbang Teringat untuk salat asar sebelum berkumpul bersama teman-teman KKN yang tak pernah ditemui rupanya. Perbincangan di parkiran ditutup. Masing-masing punya kegiatan lain selain “nongkrong” rutin selepas penatnya kuliah. “auditorium nasution..” begitu isi pesan grup selanjutnya. Sore itu pukul empat lebih. Kampus sedang riuh riuhnya para mahasiswa selesai kelas. Ada yang berjalan berdua, ber empat maupun lebih. Teman klik memang sulit didapat. Saya melangkah sendirian. Sengaja memang. Mencoba tenang dan menerka-nerka seperti apa teman-teman KKN saya itu. Hanya sepuluh menit berjalan kaki dari gedung FISIP menuju “Audit”. Begitu kami menamainya. Lorong-lorong di depan Audit sampai ke selasar halaman rumput sudah banyak berkumpul kelompok-kelompok KKN yang lain. Mereka terlihat masih malu malu berbicara. Dua – tiga kelompok saya coba lewati. Sampai didua ruangan sebelum ujung lorong depan Audit seseorang memanggil saya dengan melambaikan jaket biru dongker. “ pull…” . sontak saya menoleh dan menghampiri kumpulan tersebut. “KKN 058 bukan?” tanyaku tenang. “iya pul..” seorang lelaki yang agak pendek dan tegap menjawab pelan. Yoga. Dia adalah ketua kelompok yang mengajukan dirinya sendiri. Kalau tidak begitu, sampai dua hari pun tidak ada yang ingin menjadi ketua. Untuk mencairkan suasana kami hanya memperkenalkan diri. Sekedar basa basi. Mereka bergantian berbicara. Saya hanya mencoba menghapal benar-benar wajah dan nama mereka. Saya paling sulit untuk Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 228



menghapal nama dan rupa mereka. Kekurangan diri yang buruk. Gilirannya tiba. Sembari duduk bersila di lorong. “nama gua syaiful archam, panggil aja ipung…” awalku pelan. “FISIP Jurusan Sosiologi semester 6 dan kelahiran Solo, Jawa Tengah.” Singkat. Sepersekian detik tadi adalah perasaan gugup. Rasa rasanya mereka semua menatap saya seorang. Cukup untuk menguji nyali. Sembilan belas orang yang berlatar belakang berbeda-beda berkumpul. Sembilan belas rupa dan nama yang harus saya ingat betul-betul dan sembilan belas karakter yang harus saya imbangi setiap harinya nanti. Kesan awal berkumpul saya mulai menerka-nerka karakteristik mereka, dari cara berbicara dan gaya pakaian mereka. Beberapa punya gaya bicara yang santun dan sesekali meyebut asma allah. bisa jadi mereka dari keluarga pesantren. Beberapa punya gaya bicara yang lepas apa adanya dan satu-dua orang masih malu-malu untuk menunjukan pendapatnya di forum ini. Wajarlah, kami semua baru pertama kali bertemu. Mereka hampir semua aktif dan terlihat saling mengisi kekurangan masing-masing anggota. Suatu awalan yang bagus untuk hidup serumah selama sebulan. Pertemuan kali ini adalah pembahasan nama untuk kelompok. KKN 058 INTEGRITAS. Nama yang katanya pantas disandang bagi kami. Kecamatan Leuwiliang, bogor. Cerita kembali dipercepat. Di minggu pertama KKN. Posko kami berbeda rumah. Dipisah karena rumah tidak ada yang cukup untuk sembilan belas orang. Rumah pertama milik Mpok Nah. Warga setempat yang sudah berbaik hati meminjamkan rumahnya untuk posko sementara KKN. Posko ini seperti rumah-rumah di desa pada umumnya. Memiliki halaman yang cukup luas di depan, kebun pisang dan beberapa tanaman rumput di kiri rumah sampai ke belakang yang memisahkan rumah dengan sungai Cianten. Memiliki tiga petak ruangan. Ruang tamu, ruang makan dan dapur yang menyatu dengan tempat cuci dan sumur timba yang menjadi ciri khas di desa tersebut. Ada juga lima kuburan tanpa nisan yang berjejer rapih di belakang rumah. Makam keluarga Mpok Nah. Halaman rumah ini beralaskan kerikilkerikil yang saya ubah menjadi tempat santai jika tidak ada kegiatan. Dengan mengubah beberapa susunan bangku milik Mpok Nah. Posko ini di khususkan untuk mahasiswa laki-laki, tempat rapat evaluasi sekaligus dapur bagi kami. Rumah yang cukup nyaman. Disebelah kanan berjarak sekamir lima belas meter dari rumah, menghadap kearah timur. Rumah warga yang juga kami sewa sementara. 229



Posko untuk perempuan. Rumah ini ukurannya lebih besar. Memang sengaja, untuk dua belas perempuan. Belum lagi peralatan mereka yang bisa penuh untuk satu kamar. Posisinya strategis. Diapit beberapa tetangga yang diharapkan bisa lebih menyatu dengan masyarakat. Berbeda dengan posko laki-laki yang dikelilingi kebun bambu dan kuburan. Posko ini ada empat ruangan. Satu ruang tamu besar, satu kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Sayangnya tidak ada halaman depan untuk mereka. Kemarau berupa berkah juga musibah. Posko laki-laki hampir tiap pagi kami bertujuh bergantian mengecek sumur timba belakang. Sekedar melihat apakah ada air atau pun tidak. Sudah sejak lebaran kemarin desa ini mengalami kekeringan. Hanya beberapa rumah dan satu masjid yang airnya masih bisa dimanfaatkan. Maklum, sebagian besar warga desa masih menggunakan sumur timba. Mau tidak mau kegiatan mandi, cuci baju dan buang kotoran harus dilakukan di sungai belakang. Jikalau bulan mulai menyingsing, sungai terlalu segan untuk di kunjungi. Bukan karena takut akan makhluk astral, hanya saja gelap. Dan jalan juga cukup curam. Sebulan saya tidur, makan, tertawa, sedih, dan takut bersama enam laki laki itu di satu atap. Rio dan Shidqi yang punya latar belakang hampir sama seperti anak muda Jakarta pada umumnya. Yoga, ketua kelompok yang katanya bijaksana, Adji yang sibuk dengan teknologi gadjet dan leptopnya, Kaffa dan Hasan yang punya latar belakang pesantren tapi wataknya yang bukan seperti anak pesantren pada umumnya. Saya dan semua karakter mereka harus bisa di tanggung bersama. Tertawa sudah setiap hari, marah dan kesal juga tiap hari. Tertawa karena gesekan sifat masing-masing yang kadang aneh dan lumrah bagi masing-masing. Tapi, marah dan kesal kami hanya di fokuskan ke dalam satu topik. Setelah itu menertawakan kekesalan tadi. Sifat memang cukup rumit untuk dijelaskan serinci mungkin. Setiap sore maupun larut malam ada budaya yang kami buat secara spontan. Berkumpul di teras depan. Merokok, ngopi, teh, bermain kartu, gitar dan diselingi gibah-gibah dan sesekali suasana berubah dan berjalan lambat, karena perbincangan mengarah menuju keseriusan. Cinta, impian, riwayat hidup dan fenomena-fenomena yang menelisik kehidupan pribadi mereka. Perbincangan ini terkadang membuat kami berkaca-kaca. Bahwa hidup itu butuh banyak tragedi. Hidup juga harus dipenuhi dengan impian dan citacita. Pijakan yang membuat kami bisa terus maju sampai ke titik akhir dan selesai dengan senyuman.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 230



Biasanya Yoga yang sering memulai pembicaraan serius ini. Dan dilanjut dengan Hasan dan Kaffa yang menanggapinya dari sisi agamis. Saya dan sisanya hanya mencoba menjadi bijak. Melihat semuanya dengan perspektif masing-masing. Kadang juga perbincangan ini saling bergantian. Yang pasti, kami semua punya cerita yang sudah mereka dengar. Tidak perlu ada rahasia yang disimpan rapat-rapat. Punya banyak keluarga baru adalah suatu anugrah yang sulit didapat di zaman sekarang. Tujuan kami sama untuk sekarang. Mengabdikan diri untuk membangun desa dan pembelajaran tersendiri buat saya dan yang lain. Setiap pagi kami semua baik perempuan dan laki-laki berkumpul di posko laki-laki. Sedikit sarapan dilanjutkan dengan doa. Tradisi sakral yang harus dijaga sebelum memulai kegiatan di desa. Kami biasanya dipecah ke dalam beberapa tim, agar kegiatan yang dilakukan bisa merata. Selepas asar, kami kembali ke posko lakilaki untuk makan. Sambil makan siang (yang telat sampai sore) kadang kami mulai berbagi cerita kesan meraka tadi. Raut wajah mereka terlihat senang, tapi terlihat jelas lelah tergambar di mata mereka. Selepas makan siang, di posko laki-laki ada program bimbel dan mengaji untuk anak-anak. Saya dan yang lain menjadi tenaga pengajar sementara. Sampai waktunya selesai saat azan maghrib. Sekitar pukul sembilan malam kami berkumpul kembali di posko laki-laki untuk makan malam dan evaluasi kegiatan. Acara rutin selama sebulan penuh. Teman-teman perempuan bagi kami punya sifat unik masing-masing. Pendiam, cerewet, manja dan lainnya adalah hal-hal yang harus saya kesampingkan. Walaupun sulit bagi saya dan para laki-laki untuk dihiraukan. Ada saja konflik yang muncul karena komunikasi yang kurang baik. Mereka para perempuan selalu mengaitkan hal hal-dengan perasaan. Sedangkan kami para laki-laki mencoba menyelasaikannya dengan logika. Jadwal piket, jatah makan, sampah, sampai konsep-konsep program adalah contoh konflik yang saya nikmati selama KKN. Sisi positifnya, muncul ideide baru yang dirasa baik bagi masyarakat setempat dan tidak terlalu memberatkan bagi kami semua. Komunikasi menjadi sangat penting bagi kami semua. Segala masalah, musibah juga berkah punya manfaatnya masing-masing. Pintu Masuk Desa Parung Panjang Lebak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Begitu tulisan yang kami lihat di papan alumunium yang sudah 231



berkarat dan luntur setengah warnanya di gang depan. Masuk ke dalam ada beberapa rumah yang jarak antar satu rumah dibatasi oleh kebun. Mengarah ke kiri dengan turunan tajam yang berkelok kami disuguhi pemandangan sawah di kiri kanan. Jalan hanya cukup untuk dua sepeda motor. Sawah, beberapa pohon yang tinggi menjulang dan hembusan angina dingin khas pedesaan adalah ungkapan selamat datang dari alam sekitar. Beberapa ratus meter kedepan baru terlihat rumah-rumah penduduk. Senyuman dan sapaan ibu ibu dan beberapa orang sepuh menjadi hal yang biasa saat kami lewat. Anak anak kecil berbaju muslim dan menenteng buku iqro lusuh mencoba mengejar kami di belakang. “kak..kakakk…” nada cempreng dengan lambaian tangannya kami balas dengan senyuman lepas. Sore itu kami semua sampai di tujuan. Berhari-hari kami tinggal, selalu ada hal baru yang muncul satu persatu dari warga desa maupun alam sekitarnya. Gaya bicara, sifat, karakter tiap-tiap warganya, busana dan hal-hal yang kecil sekalipun. Pak RT dan keluarga juga Mang Heru sebagai ketua pemuda adalah mentor sekaligus keluarga baru untuk kami. Mereka yang apal betul tiap-tiap seluk beluk desa memudahkan kami dalam menyelenggarakan program KKN. Saya juga sering bertukan pikiran kepada beliu-beliau tersebut. Seperti hari Jumat di minggu pertama. Kami para laki-laki menjalankan ibadah salat Jumat di masjid desa. Ada tradisi yang membuat kami merasa aneh tapi sebenarnya pun dibolehkan dalam agama islam. Salat jumat dengan qunut yang dilanjut dengan salatzhuhur. Yang menurut saya kedua tindakan tersebut adalah hal yang belum pernah saya temui dimanapun. Saya dan teman teman hanya bisa diam dan mengikuti budaya tersebut. Malamnya di posko laki-laki saya dan teman-teman laki-laki berbincang dengan Mang Heru mengenai tradisi tersebut. “itu sudah berlangsung dari dulu..” ungkapnya pelan. Hal yang sebenarnya tidak dilarang oleh agama islam dan bukan maksud hati untuk membandingkan. Tapi, menjadi suatu keanehan dan daya tarik tersendiri untuk saya. Di pagi maupun siang kami lebih sering ditemani pak RT ketimbang Mang Heru. Ternyata pak RT orang yang cukup humoris dan sangat murah senyum. Beliau selalu menceritakan pengalaman masa mudanya kepada saya dan mahasiswa laki-laki yang lain. Terlihat beliau ini jarang sekali punya teman bicara yang punya lintas usia yang cukup jauh. Usianya sekitar lima puluh sampai enam puluh tahun, tegap, tidak terlalu tinggi, kulitnya sawo Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 232



matang dan agak keriput, rambutnya sudah dipenuhi uban, tetapi semangatnya seperti pemuda se-usia kami. Pak RT dan istrinya (yang kami panggil Umi) sangat-sangat perhatian kepada kami semua. Terutama Umi. Yang selalu menanyakan kodisi teman-teman perempuan. Mereka adalah kedua orang tua, teman, guru, juga sahabat kami di sini. Selalu menjaga dan mengawasi kami seperti anak-anak mereka sendiri. Ruang Tamu Masih di hari minggu pertama di rumah. Suasana kamar masih berhawa rindu untuk kembali. Membuka galeri foto-foto kemarin di laptop, serasa hari itu adalah barusan. Seperti ada yang tertinggal. Entah “itu” apa. Sebulan bukan waktu yang lama pada akhirnya. Sesuatu “itu” seperti belum selesai. Hidup seperti mereka terasa tanpa beban. Bangun di pagi hari dengan senyuman, menyapu halaman, memasak sarapan, pergi ke pasar bersama dengan yang lain, mencuci baju di sungai dengan para tetangga. Rutinitas sederhana tanpa gangguan arus modernisasi zaman. Desa itu seperti punya dunianya sendiri. BBM naik, banjir, macet, politik dan problematika ibu kota rasa-rasanya tidak tersentuh di tempat ini. Saya memang perlu belajar dari mereka. Kesabaran, senyuman dan kerendahan hati mereka pada prinsip kehidupan. Akses merupakan satu satunya kunci kelemahan di desa. Ruas jalan yang hanya cukup untuk kendaraan roda dua. Lokasi desa dengan tempat tempatpublic juga masih cukup jauh. Namun kendala ini seakan bisa ditutupi dengan rasa kebersamaan dan gotong-royong mereka. Satu rasa sepenanggungan. Saya dan teman teman serasa punya rumah kedua di sini. Punya banyak sepuh yang kami anggap orang tua, pemuda dan bocah yang kami anggap kakak dan adik saya sendiri. Kami bukan dianggap tamu, tapi anak yang telah pulang setelah sekian tahun merantau. Kami ditunggu ceritanya, pengalamannya dan hasilnya dari jauhnya petualangan. Pesiar yang telah lama berlayar hari ini berlabuh. Membawa rempah dan pengalaman. Mereka menunggu dongeng-dongeng para pelaut. Hari itu waktu kembali berulah. Berjalan lambat seperti sebelum sebelumnya. Galeri foto yang saya lihat sudah sampai di titik akhir. Bergambar sebuah momen indah, kami yang bersembilan belas duduk bersusun bersama pak RT dan Umi di balai rotan depan rumah. Nampak wajah-wajah 233



penyesalan di foto ini. Pak RT dan Umi tidak bisa menahan mereka untuk lebih lama tinggal. Saya dan teman-teman yang tidak bisa memberi lebih. Kami semua punya cerita masing-masing. Punya kenangan masing-masing. Juga harapan masing-masing.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 234



R. MAHA KARYA TUHAN DESA LEUWILIANG Oleh: Vika Audina Awal Kisah yang Manis Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatu, merupakan kalimat pertama yang saya tulis sebagai awal mula kisah saya ini. Sebelumnya saya akan memperkenal diri saya melalui biografi saya. Saya Vika Audina berasal dari kota Tangerang Selatan, anak ke tiga dari lima bersaudara, saya merupakan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Sains & Teknologi, Jurusan Kimia, di dalam tulisan ini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya selama Kuliah Kerja Nyata atau biasa disingkat KKN. Informasi buat kalian, KKN merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diikuti sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana, dan juga sebagai bentuk untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat. Motivasi dan Tujuan saya mengikuti KKN yaitu ingin menerima pembelajaran berharga yang ada di masyarakat dan ikut terlibat langsung di dalam permasalahan yang ada di masyarakat sekitar, dan ikut serta dalam membina dan mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. Alasan saya mengikuti KKN selain merupakan suatu mata kuliah yang wajib saya tempuh, tetapi juga sebagai pelatihan terhadap diri saya untuk bisa hidup membaur dengan masyarakat desa sekitar, dan saya juga ingin mengambil manfaat dan hikmah dari kegiataan KKN ini selama saya bermasyarakat di desa yang nantinya akan saya tempati, serta setidaknya saya bisa sedikit bermanfaat untuk desa walaupun waktu satu bulan pengabdian di desa tidak akan cukup. Cerita KKN saya dimulai ketika memasuki akhir semester enam, untuk mengikuti kegiatan KKN ini tiap mahasiswa wajib mendaftarkan dirinya melalui Sistem Informasi Akademi (AIS) terlebih dahulu, ketika itu setelah mendengar bahwa pendaftaran untuk KKN telah dibuka, saya tidak langsung segera mendaftarkan diri, karena pada saat itu ketika mendengar akan dilaksanakannya KKN dalam pikiran saya KKN hanya merumitkan saja, sebab banyak berita, omongan, dan cerita negatif tentang KKN yang saya terima, mulai dari perbedaan pendapat antar teman kelompok yang berujung keributan dan saling dendam; kejahatan yang dilakukan oleh warga sekitar seperti kehilangan barang pribadi, pembunuhan, pelecehan seksual, hingga 235



pemerkosaan; dan bahkan yang lebih parah lagi masih terdapat adanya halhal mistis yang terjadi di tempat KKN nanti, hal-hal tersebut membuat saya menjadi paranoid dan enggan untuk mengikuti KKN, perasangka buruk saya pada saat itu. Namun dengan meminta pendapat dan doa dari orang tua, saya yakin semua prasangka buruk saya tidak akan terjadi, karena saya yakin bahwa ridho Allah adalah ridhonya orang tua, dan saya berperasangka baik mendaftarkan diri dan mengikuti KKN sambil berharap saya ditempatkan di desa yang warganya bisa kooperatif dengan kelompok KKN saya. Informasi mengenai KKN ini saya dapatkan dari kakak tingkat saya di Jurusan, mereka bercerita mengenai pengalaman mereka serta apa saja yang saya butuhkan untuk mengikuti kegiatan KKN. Pengumuman pengelompokan KKN dilakukan pada tanggal 21 April 2019 yang diumumkan oleh pihak Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM). Kebetulan saat pengumuman itu diberitahukan saya sedang berada di kelas. Seketika itu seluruh teman saya bergegas melihat handphone mereka karena masing–masing mereka pasti penasaran dengan hasil pembagian kelompok KKN dan sambil berharap dalam satu kelompoknya ada teman yang mereka kenal dari fakultas lain, saya pun juga berharap begitu. Saya pun mulai mencari nama saya di dalam daftar kelompok yang telah diumumkan, nama saya tertera pada kelompok urutan 058 yang berarti kelompok KKN saya adalah KKN 058, dan setelah saya lihat kelompok KKN 058 di tempatkan di daerah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Desa Leuwiliang yang dimana saya pun belum tahu keberadaan Desa Leuwiliang tersebut, yang menjadi desa pengabdian saya dan teman – teman kelompok KKN 058. Keesokan harinya, saya mulai mencari informasi tentang grup KKN 058 yang sudah di bentuk oleh teman – teman saya, dengan menghubungi nomor handphone yang tercantum di pengumuman, teman yang pertama kali saya hubungi adalah Sarah Anggita anak Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi (FDIK) dan dia memasukan nomor saya ke dalam grup whatsapp KKN 058, di group itulah kami bersenda gurau dan saling mengenalkan diri satu persatu di dalam grup dan memastikan kelengkapan seluruh anggota kelompok. Di dalam kelompok kami terdiri dari 19 orang yang berasal dari Jurusan yang berbeda – beda dan fakultas yang berbeda. Selain Sarah ada juga yang menghubungi saya yaitu Fia dan saya pun mengenalinya. Kelompok 058 INTEGRITAS Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 236



Setelah merasa akrab, kami pun memutuskan untuk mengadakan pertemuan secara langsung. Ketika saya bertemu saya hanya mengenali satu orang saja yaitu Lutfiatus Sa’adah atau yang biasa dipanggil dengan nama panggilan Fia. Saya mengenali Fia selain karena satu fakultas namun karena teman saya merupakan temannya ia juga. Dengan bertemunya kami semua saat itu dimulai dengan perkenalan diri masing – masing serta dimulai lah pembicaraan mengenai kehidupan KKN kami selama satu bulan kedepan. Pada pertemuan pertama saya masih canggung karena kami bersembilan belas belum pernah bertatap muka secara langsung. Pada pertemuan pertama kami membahas struktural kelompok, nama kelompok, dan lain lain. Dari hasil diskusi kami, saya ditunjuk sebagai divisi acara sebagai anggota, dimana saya baru pertama kali berada di divisi ini karena biasanya saya berada di divisi sponsorship dan humas yang sering ditugaskan kepada saya di Himpunan Mahasiswa Jurusan saya, dan untuk ketua kelompok KKN kami pada saat itu Yoga Dwi Septian anak Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum lah yang dipilih. Pertemuan demi pertemuan pun berlalu dan saya semakin mengenal karakter dari setiap individu yang ada di kelompok kami. Kelompok kami termasuk kedalam kelompok yang utuh karena dikelompok ini anggotanya masih lengkap atau bersembilan belas karena dikelompok kami tidak terdapat anggota yang mengikuti KKN Internasional yang diadakan oleh pihak PPM. Menurut saya kelompok kami merupakan kelompok yang terbilang santai karena dari awal kelompok ini terbentuk kami tidak terlalu ribet baik dalam segala hal, karena pada saat itu kelompok kami bersepakat untuk fokus ujian terlebih dahulu, kemudian di akhir setelah idul fitri barulah kelompok kami fokus untuk merencanakan segala hal untuk kegiatan kami pada saat KKN. Sebelumnya saya akan memperkenal satu persatu teman saya sesuai karakternya masing-masing menurut saya, yang pertama yaitu Yoga Dwi Septian atau yang biasa dipanggil dengan nama Yoga anak Jurusan Ilmu Hukum dari Fakultas Syariah dan Hukum ia merupakan ketua kelompok kami. Dipilihnya ia sebagai ketua kelompok kami karena dia lah yang paling sering muncul di grup kami, dan dia pun menerima amanah yang ditujukan kepadanya. Yoga ini memiliki karakter yang sangat baik, dan nilai plusnya dia bisa bahasa sunda sehingga ketika berinteraksi dengan warga sekitar yang kesehariannya bahasa sunda dia mudah mengerti namun kekurangnya karena terlalu mengalah Yoga ini



237



terbilang belum bijaksana dalam bersikap sehingga perlu adanya dorongan dari teman-teman dahulu untuk bersikap. Selanjutnya teman saya yaitu Helen Sagita atau yang biasa dipanggil Helen anak dari Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, ia merupakan sekretaris kelompok kami. Terpilihnya Helen menjadi sekertaris kami karena karakter ia ketika dalam berbicara sangat tegas dan memang cocok dijadikan sebagai sekertaris kelompok kami. Karakter yang ia miliki cukup baik hati karena sifat penyabar dia serta dapat berbaur dengan anak kecil. Kemudian sekertaris kedua kami yaitu Sarah Anggita atau yang biasa dipanggil Sarah, ia satu Jurusan dan satu fakultas dengan Helen dan satu jabatan. Ia cukup penyabar namun cara penyampaian dia kepada kami agak sedikit tidak santai sehingga sering diledeki oleh teman-teman kami. Kedua sekretaris kami ini memiliki kinerja yang sangat baik dalam mengatasi segala hal mengenai kesekrertariatan. Selanjutnya bendahara kelompok kami yaitu Lutfiatus Sa’adah atau yang biasa dipanggil fia dari Jurusan Agribisnis dan Fakultas Sains dan Teknologi serta Aulia Eka Yunita atau yang biasa dipanggil dengan Aulia dari Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis keduanya terpilih sebagai bendahara kelompok kami. Fia merupakan bendahara pertama yang memiliki karakter yang tegas dan detail mengenai keuangan sehingga setiap kegiatan yang ingin meminta dana kepadanya harus dengan jelas dan agak cukup rumit, namun dibalik itu terdapat alasan yang logis agar uang yang ia keluarkan jelas untuk pembiayaan apa dan agar tidak sia – sia sedangkan Aulia untuk meminta dana kepadanya cukup mudah namun dia pun harus meminta izin kepada Fia sehingga agak sedikit rumit, dibalik itu semua keduanya memiliki sifat humoris dan baik serta kinerja mereka sebagai bendahara sangat baik. Selanjutnya ada divisi acara beranggotakan 3 orang yang di koordinatori oleh Dian Febriani atau biasa dipanggil Dian, anak dari Jurusan Ilmu Hukum dari Fakultas Syariah dan Hukum memiliki karakter yang sangat baik, kebetulan saya dengan dia cukup dekat karena cukup asik dan setipe karakternya dengan saya. Dian ini sangat baik karena sifatnya serta dia termasuk orang yang sangat banyak menyumbangkan peralatan yang diperlukan pada saat KKN. Kemudian Syaiful Archam atau biasa dipanggil ipul dari Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik termasuk anggota dalam divisi acara bersama dengan saya, memiliki karakter yang baik dan kinerja yang cukup baik. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 238



Kemudian divisi Hubungan Masyarakat (HuMas) yang beranggotakan dua orang yaitu Rio Prabowo Suryadi Saputro atau biasa dipanggil Rio berasal dari Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Alifah Sarah Widad Rahmani atau biasa dipanggil Wiwid berasal dari Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik keduanya memiliki pribadi yang baik serta memiliki kinerja yang baik dalam mengemban amanah sebagai humas. Selanjutnya dari divisi Konsumsi beranggotakan tiga orang yaitu Rizkiyana Syabania atau biasa dipanggil Kiki berasal dari Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai koordinator konsumsi dengan dua anggotanya yaitu Nurhilalliyah atau biasa dipanggil Hilal berasal dari Jurusan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora serta Saidah atau biasa dipanggil Ida dari Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, ketiganya memiliki pribadi yang baik serta memiliki kinerja yang baik dalam mengurusi keperluan konsumsi kelompok kami. Selanjutnya dari divisi Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi (PubDekDok) yang beranggotakan tiga orang yaitu Sahara Adjie Samudera biasa dipanggil Aji berasal dari Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai koordinator pubdekdok dan dua anggotanya yaitu Laili Azzumar atau biasa dipanggil Lili berasal dari Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Shidqi Akram Hauzan biasa dipanggil Sidqi berasal dari Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi, ketiganya memiliki pribadi yang sangat baik serta memiliki kinerja yang baik dalam mengurusi kegiatan publikasi dekorasi dan dokumentasi selama kegiatan KKN kelompok kami. Selanjutnya divisi Perlengkapan dan Peralatan (Perlap) beranggotakan tiga orang yaitu Abdullah Kafabihi atau biasa dipanggil Kafa berasal dari Jurusan Ilmu Al – Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan dua anggotanya yaitu Novi Laila Athiyah atau biasa dipanggil Novi satu Jurusan dan satu fakultas yang sama dengan kafa serta Rosyid Abdul Majid atau biasa dipanggil Rosid dari Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora, ketiganya memiliki pribadi yang baik serta kinerja yang baik dalam menyediakan peralatan dan perlengkapan selama kegiatan KKN berlangsung. Desa Leuwiliang dengan Kereligiusannya



239



Seiring berjalannya waktu dan pertemuan yang intensif saya semakin mengenal karakter diri dari teman – teman saya. Selanjutnya saya melakukan survei perdana ke lokasi KKN, dan di sana kami disambut hangat oleh masyarakat, kami berdiskusi dengan kepala desa dan sebagian masyarakat untuk mengetahui apa saja yang menjadi permasalahan dan dibutuhkan di Desa Leuwiliang sebagai pertimbangan kelompok dalam menyusun program kerja. Dari Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai Desa Leuwiliang tidaklah membutuhkan waktu yang lama, namun kondisi medan untuk akses ke desa tersebut sangatlah tidak bagus maka perjalanan tersebut cukup melelahkan namun lelahnya perjalanan terbayarkan oleh sambutan hangat dari warga sekitar dan senyuman adik-adik yang gembira menyapa kami dengan sebutan “Kakak KKN” dan gelak ketawa pun tidak saya bisa tahan ketika adik – adik di sana memanggil nama kami dengan sebutan itu. Keesokan harinya setelah survei pertama dilakukan, saya mendapatkan info dari PPM selaku penanggung jawab dari kegiatan KKN ini terkait dosen pembimbing, Kelompok saya mendapatkan dosen pembimbing dari Fakultas Sains dan Teknologi yaitu Ibu Elsy Rahajeng, M. TI, beliau sangat ramah dan sangat mengayomi, beliau selalu mendukung dan mengarahkan kegiatan yang kami rencanakan selagi itu baik. Waktu terus berlalu, tibalah saya di survei yang kedua, pada pada survei kedua ini saya lebih fokus mencari rumah yang akan ditempati nanti selama KKN, saat itu saya dan teman-teman dibantu dicarikan tempat tinggal oleh salah satu aparatur desa, sehingga memudahkan saya dalam mencari rumah untuk ditempati nanti selama KKN, pada akhirnya berdasarkan beberapa pertimbangan saya dan teman – teman menempati 2 rumah milik warga yang berlokasi di Jalan Parung Panjang Lebak alasan memilih tempat ini, menurut saya karena warga pemilik rumah tersebut bekeinginan untuk disewakan oleh kami serta rumah tersebut memiliki akses air yang baik. Seperti yang kami ketahui bahwa saat itu iklim di daerah tersebut dilanda kesulitan air atau musim kemarau, maka dari itu untuk memudahkan kegiatan berjalan dengan baik kami mencari rumah dengan akses air yang baik. Dari hasil survei dilapangan dan diskusi saya bersama teman – teman kami dapat menyimpulkan untuk membuat tiga bidang yang bertemakan sosial dan lingkungan, keagamaan serta pendidikan dan kesehatan. Dari ke tiga bidang tersebut dibuatlah program kerja berdasarkan bidang masing – masing seperti pada bidang sosial dan lingkungan terdapat program seperti Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 240



bank sampah, jum’at bersih, perbaikan plang TPU, biopori dan penanaman bibit, pembuatan gapura, penyuluhan anti narkoba, perayaan 17 agustus serta minggu sehat, kemudian pada bidang keagamaan terdapat program revitalisasi masjid, pengajian rutin ibu – ibu, bapak – bapak, remaja dan anak kecil, santunan anak yatim dan perlombaan menyambut Hari Raya Idul Adha, sedangkan pada bidang pendidikan dan kesehatan terdapat program seperti taman baca, bimbingan belajar, pelatihan pengajaran di sekolah, program posyandu, seminar kebersihan tangan. Sebelum KKN ini dimulai saya sudah terlebih dahulu belajar dari pengalaman saya dimana sebelumnya saya mengikuti program dari Jurusan saya yaitu Kimia Di Desa dengan bahasa inggris atau yang biasa disingkat CIV. CIV ini merupakan salah satu bentuk kecil pengabdian kepada Masyarakat selama satu minggu yang diadakan saat itu di sebuah desa didaerah Kabupaten Tangerang atau dekat pesisir pantai, dimana program ini bertujuan agar mahasiswa sebelum mengikuti KKN mendapat pengalaman dari program ini sebagai bentuk pelatihan untuk terjun kedalam kelompok Masyarakat. Dengan adanya program ini maka saya telah mempunyai bekal pengalaman sebelum melakukan kegiatan KKN selama satu bulan. Desa Leuwiliang ini termasuk desa yang sangat bersih baik lingkungannya hanya saja permasalahan didesa ini yaitu air bersih ketika musim kemarau serta penampungan sampah. Akses air bersih menjadi kendala bagi kehidupan masyarakat di desa ini. Kebutuhan akan adanya air bersih sangat penting karena seperti yang kami ketahui bahwa air merupakan penunjang kehidupan mahluk hidup. Kehidupan keseharian didesa ini dapat berjalan dengan baik karena adanya akses air disungai, namun yang seperti kami ketahui bahwa sungai yang ada didesa ini kondisinya kurang baik karena telah tercemar oleh limbah rumah tangga baik sampah maupun limbah manusia. Segala aktifitas yang membutuhkan air biasanya dikerjakan di sungai seperti mandi, mencuci pakai dan perabotan rumah tangga, membuang sampah dan memancing ikan. Permasalahan di desa ini kami jadikan sebagai target kegiatan sehingga kelompok kami membuat kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan masyarakat didesa seperti biopori sebagai daerah resapan air serta bank sampah sebagai solusi untuk mengurangi sampah. Disisi lain masyarakat didesa ini sangatlah baik dan komunikatif serta sangat menerima dan kelompok kami untuk mengadakan kegiatan KKN didesa mereka. 241



Terimakasih saya untuk Desa Leuwiliang Jika saya berada di bagian kehidupan mereka mungkin saya tidak akan kuat menghadapi permasalahan hidup yang ada di desa ini, saya pun sangat terinspirasi dari masyarakat sekitar karena menghadapi masalah ini dengan keikhlasan mereka tanpa mengeluh sedikit pun. Saya sangat senang dapat berkontribusi dan berada didalam lingkungan mereka karena saya belajar banyak hal. Ucapan terimakasih dari saya untuk desa Leuwilang dibalik permasalahan yang ada, desa ini merupakan salah satu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dibentuk dengan segala keindahannya baik keindahan alamnya maupun keindahan mahluk hidupnya. Saya sangat berterimakasih karena telah diberikan pelajaran serta pengalaman yang berharga untuk kehidupan saya, sehingga nantinya saya bisa dengan mudah belajar memahami perbedaan yang ada dikehidupan saya selanjutnya. Saya berterimakasih kepada pembaca karena telah membaca tulisan saya ini, saya akhiri dengan ucapan WassalammualaikumWarohmatullohiWabarokatuh.



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 242



S. 1001 KISAH DI LANGIT LEUWILIANG Oleh: Yoga Dwi Septian Ketika Waktu Telah Memanggil KKN merupakan salah satu bentuk nyata dari pengaplikasian mahasiswa yang sudah mendapatkan ilmu semasa dibangku perkuliahan dari semester 1 sampai dengan 6 kepada masyarakat secara langsung. Dengan adanya KKN ini harapan masyarakat yang akan ditempati mahasiswa yang sedang KKN di desa tersebut dapat terbantu berbagai macam masalah yang mungkin masyarakat sana belum bisa menemukan bahkan menyelesaikan masalah tersebut. Dengan kata lain saya dituntut untuk memajukan dan mengembangkan suatu desa yang akan ditinggali. KKN (Kuliah Kerja Nyata) sempat saya berfikir kegiatan ini sangat membosankan karena saya harus berada di suatu daerah yang belum pernah saya ketahui bahkan sangat asing bagi saya. Apalagi kegiatan tersebut berlangsung selama satu bulan penuh untuk mengabdikan diri saya kepada desa yang akan saya tempati untuk melakukan kegiatan KKN tersebut. Banyak sekali kendala yang saya hadapi seperti susahnya sinyal, kurangnya air bersih, bertepatan dengan musim kemarau sehingga kurangnya pasokan air. Kegiatan ini menjadi suatu hal yang sangat baru bagi saya, karena di KKN ini sangat dituntut untuk berbaur dengan masyarakat di sana. Untuk saya pribadi saya adalah orang yang susah bergaul dengan orang baru, tetapi dengan adanya Kegiatan KKN ini, saya harus merubah sifat itu agar dapat bergaul dan tidak menjadi pribadi yang ansos (anti sosial). Setiap bertemu dengan warga di sana yang tidak saya kenal, saya berusaha untuk menegur memberinya senyuman dan sapaan hangat. Ada 3 hal yang menurut saya harus ikuti, yaitu senyum, salam, dan sapa. Karena dengan 3 hal tersebut berharap masyarakat yang di desa dapat menerima hangat mahasiswa yang sedang ber-KKN di desa. Pada bulan April pihak PPM UIN membagi kelompok KKN dan pada saat itu saya tercantum kedalam kelompok 058 yang terdiri dari 19 orang anggota kelompok yaitu saya Yoga Dwi Septian, Helen Sagita, Sarah Anggita, Aulia Eka, Luthfiatus Sa’adah, Syaiful Archam, Dian Febriani, Vika Audina, Rio Prabowo, Alifah Sarah, Rizkiyana Syabania, Nurhilaliyyah, Saidah,



243



Sahara Adjie, Shidqi Akram, Laili, Kafabihi, Novi, Rosyid, dan nama kelompok kami adalah INTEGRITAS. Awal pertemuan kami diawali pada bulan April dimana kami mengawali dengan perkenalan dan juga pembentukan struktur kelompok. Pada saat pembentukan kelompok saya dipilih sebagai ketua atas kemauan rekan-rekan saya, tanpa pikir panjang sayapun menerima amanah yang sudah diberikan tersebut. Hari-hari selanjutnya kami berkomunikasi melalui WhatsApp dan melakukan pertemuan seminggu sekali. Dalam pertemuan mingguan itu kami membahas terkait dengan keperluan kelompok seperti pembentukan nama kelompok, visi-misi, dan yang lainnya. Kami juga membahas terkait dengan survei lokasi yang akan dilaksanakan. Jauh sebelum hari KKN dilaksanakan saya dan rekan-rekan melakukan survei ke desa yang akan kami tempati untuk melakukan kegiatan KKN. Pada saat itu bertepatan di bulan Ramadhan, saya dan temanteman saya melakukan survei pertama untuk mengetahui demografi 147 desa yang akan kami tempati pun mencari informasi rumah yang mungkin dapat kami sewa untuk dijadikan posko atau rumah menetap selama kami KKN di sana. Survei kali itu benar-benar sesuatu yang sangat melelahkan bagi saya waktu itu, karena selain melakukan ibadah puasa perjalanan saya pun menuju lokasi KKN kelompok kami pun cukup jauh dari kampus. Sekitar 2 jam bagi saya menempuh perjalanan ke desa tersebut dengan menggunakan sepeda motor. Siang yang begitu menyengat ditambah puasa yang semakin membuat saya merasa cepat letih. Tapi tidak mengurangi semangat saya untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk KKN kami nanti. Setelah saya sampai di desa tersebut kami bertemu dengan penjabat desa di sana, yaitu sekretaris desanya. Beliau yang menyambut kami dan membantu kami dalam mencari informasi yang kami butuhkan. Beliau adalah bapak Andi Lala atau dipanggil bapak Ade, beliau sangat berjasa bagi kami selama kami ber-KKN di sana, karena beliau yang membimbing kami untuk berkenalan dengan warga-warga yang ada di sana dan juga yang selalu mengurus kami jika ada suatu hal yang bagi kami sulit untuk dilakukan. Kemudian saya dan beberapa teman KKN saya melakukan survei kedua untuk mencari tempat tinggal yang kami perlukan. Karena di survei pertama kami tidak sempat melakukan hal tersebut, dikarenakan waktu 147



Suatu ilmu tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 244



yang sangat sedikit belum lagi waktu untuk berbuka puasa. Dan di survei kedua ini, akhirnya kami mendapatkan rumah untuk kami tinggali selama KKN nanti. Rumah itu cukup besar untuk kami karena kami menyewa dua rumah sehingga laki-laki dan perempuan terpisah. Kendala bagi kami dalam masalah penginapan adalah tempat kami tinggal berada di ujung kampung sehingga menambah sulit akses kami untuk lebih dekat dengan warga. Tetapi untung saja warga di sana terutama adik-adik yang ada di desa tersebut begitu antusias menyambut kami. Mereka bahkan rela datang ke posko kami yang cukup mengerikan juga jika mereka sendiri-sendiri datang karena posko kami yang berada di pinggir sungai. Tapi itu sangat membantu kami karena adik-adik mau datang. Sehingga setiap adik-adik itu main di posko kami, kami mengantarnya kembali ke sekitar umah mereka dan alhasil kami dapat temu sapa dengan warga-warga di Desa Leuwiliang. Hari-hari selanjutnya kami sudah berada di posko KKN. Setelah melewati minggu awal saya di posko KKN saya merasa tidak betah dan selalu mengeluh, karena berbagai macam hal yang membuat saya tidak nyaman. Entah karena sinyalnya yang sangat susah jika di dalam posko, posko kami yang jauh dari lingkungan masyarakat, air yang kurang bersih, dan berbagai kendala lain. Terlebih untuk kami ke supermarket atau ke tempat fotocopy harus ke area pasar dan itu memerlukan waktu sekitar 15 menit dari posko. Dan itu kami lakukan selama sebulan. Saat malam hari pun kendala kami adalah penerangan jalan yang ada di desa tersebut bisa dibilang kurang terlebih lagi akses untuk sampai ke desa itu harus melewati area kuburan yang tidak dipagar sehingga ketika lewat kami seperti ada di dalam kuburan tersebut.. Dengan berbagai macam kendala tersebut membuat saya tidak nyaman dan tidak fokus dengan program yang akan dijalankan nanti. Ditambah lagi jadwal mandi yang sangat susah, karena di posko kami hanya terdapat 1 kamar mandi dan itu pun tidak bisa digunakan mengingat air yang tidak ada, alhasil kami mandipun di sungai atau di masjid. Terlebih rasa letih yang kami rasakan karena banyaknya adik-adik yang datang. Entah hanya untuk diajari suatu hal, bermain dengan kami, atau hanya ingin bertemu dengan kami. Karena hampir setiap hari mereka datang, kami cukup kewalahan karena sehabis kegiatan-kegiatan yang kami lakukan di desa tersebut kami kurang cukup istirahat. Tapi itu semua adalah pengalaman yang sungguh berarti karena meskipun kami merasa sangat letih, 245



itu semua terbayarkan oleh senyum dan tawa mereka yang menjadi obat rasa letih kami. Hanya rasa bersyukur yang saya rasakan karena adik-adik benarbenar senang atas kedatangan kami. Sambutan Hangat Untuk Keluarga Baru Persiapan untuk KKN sangat memakan waktu karena masih terdapat perkuliahan dan betepatan dengan UAS karena memang sudah hampir memasuki Libur Semester Ganjil. Ditambah lagi ada waktu yang khusus diberikan untuk melakukan survei sebelum melakukan kegiatan KKN di desa tersebut. Setelah ditentukan kelompok masing-masing dan telah melakukan survei sebelum melakukan KKN. Barulah saya memulai kegiatan KKN tersebut bersama dengan 18 teman saya. Kami semua memiliki latar belakang yang berbeda di dalam satu kelompok sehingga banyak sekali hal yang sangat berbeda, mulai dari perbedaan pendapat, perbedaan status dan yang lainnya. Namun seiring berjalannya waktu kami bisa berbaur dengan baik. Selain melakukan survei kami selalu mengadakan rapat dari hasil informasi yang sudah didapat dari beberapa kali survey kemudian juga membahas proker seperti apa yang mungkin pas atau cocok di kerjakan di sana bersama ke-18 teman saya dan masyarakat di sana. Kami mendiskusikan banyak hal mengenai proker tersebut, ada yang sudah memiliki gambaran program seperti apa yang ingin dijalan kan adapun yang menambah efektifitas dari program yang sudah diajukan kawan-kawan lain. Beberapa kali kami sudah melakukan rapat rutinan kami, mungkin sudah sedikit saya mengenal sifat dan prilaku ke-18 teman saya itu. Dari yang memiliki sifat egois, mudah terbawa suasana alias baper, sampai yang hanya diem saja mengikuti apa yang mayoritas tentukan. Memang manusia itu berbeda-beda dan memiliki pendapatnya sendiri yang menurutnya baik. Dan hal tersebut pastilah menimbulkan suatu keretakan atau konflik. Tetapi karena konflik itulah kami semua mendapatkan hikmah atau manfaatnya. Selama KKN kami tinggal di sebuah rumah yang cukup luas, rumah kami itu milik seorang janda tua yang bekerja di pasar namun terkadang dia tinggal dirumah adiknya di Parung. Tetapi berhubung ada kami yang ingin menyewa rumah tersebut pemilik rumah mau menyewakan rumah itu kepada kami. Setiap malam kami menghabiskan waktu di sana, saya dan beserta kawan-kawan yang lain, memainkan permainan kartu yang disebut UNO Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 246



dan Remi untuk merefresh 148 pikiran agar tidak terlalu kaku setelah melakukan kegiatan di siang hari. Dengan adanya permainan itu segala macam keheningan, kebosanan, keresahan, dan bahkan konflik-konflik yang ada hilang setiap malam karena kami semua ikut bermain dalam permainan itu. Hanya candaan dan senyuman kawan-kawan yang terlihat malam itu. Yah, karena hal itu saya dapat memahami sedikit demi sedikit kawan-kawan saya dari berbagai konflik dan permainan yang kami mainkan bersama. Mungkin mereka tidak seperti yang saya pikirkan awalnya dan bahkan saya sedikit memahami maksud sessungguhnya itu baik demi kesuksesan kami. Saya mendapatkan pelajaran dari hal tersebut dari teman-teman yang sudah selama sebulan menghabiskan malam bersama di posko itu. Tapi bagi saya mereka adalah keluarga saya bahkan lebih dari keluarga, bagaimana tidak karena mandi bareng, makan bareng pokoknya selalu berbarengan149. Leuwiliang, Desa Berjuta Warna Desa yang saya tinggali bernama Desa Leuwiliang yang berada di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Sesaat setelah mendengar berita bahwa kelompok KKN kami kedapatan di Desa Leuwiliang, saya langsung mencari informasi dimana desa tersebut. Dan setelah saya lihat desa tersebut berada di daerah Bogor. Seperti yang saya harapkan saya memang berkeinginan untuk ber-KKN di daerah sana, karena daerah Bogor itu terkenal dengan udaranya yang sejuk dan sering sekali hujan karena memang khasnya suasana desa, saya menyukai suasana tersebut. Tapi harapan itu pun hanya menjadi sebuah angan-angan saja. Pada kenyataannya setelah saya mencari tau informasi desa tersebut lebih jauh di internet, selalu saja muncul informasi yang mengenai hal-hal bahwa di daerah desa tersebut sangat rawan. Sontak langsung saja saya merasa takut akan kegiatan saya nanti selama sebulan di sana. Seperti halnya sering terjadi aksi pembegalan di jalan daerah sana, sering terjadinya hilang motor, bahkan sampai adanya pembunuhan. Serasa menjadi menyesal saja pernah berharap untuk ber-KKN di daerah Bogor. Untung saja kami akan pergi ke desa itu langsung untuk melaksanakan survei ke desa yang akan kami tempati nanti



148 149



Menyegarkan Bersama-sama



247



Dari pada saya berfikir yang tidak-tidak karena terhasut oleh apa yang didapatkan dari internet, kami melakukan survei pada saat itu sebelum memulai kegiatan KKN. Saya memutuskan untuk mencari tahu dan mengidentifikasi sendiri bagaimana lingkungan Desa Leuwiliang itu sendiri. Saya bertanya kepada salah satu staff yang ada di Desa Leuwiliang, yaitu bapak Andi Lala. Beliau adalah Sekretaris Desa di sana. Saya menanyakan potensi masyarakat di Desa Leuwiliang itu apa dan juga saya menanyakan keamanan desa tersebut. Karena mengingat saya pernah membaca hal-hal yang tidak mengenakan dari internet tentang desa itu, saya memutuskan untuk memastikannya sendiri dengan bertanya ke orang di sana dan berdasarkan apa yang saya rasakan di sana itu ternyata kabar yang tidak sesuai dengan ekspektasi saya, di sana aman – aman saja bahkan merasa dijaga oleh warga di sana terutama para pemudanya yang ramah dan aktif untuk beronda. Untung saja semua hal-hal yang membuat saya takut itu tertutup dengan sikap masyarakat di sana yang sangat ramah dan menghormati kedatangan kami untuk ber-KKN di sana. Kami disambut hangat saat berkeliling melihat-lihat desa dan sarana-sarana yang ada di sana. Warga tampak senang dengan kedatangan kami dan saling bertukar senyuman setiap kami berpapasan dengan mereka. Hal itu membuat saya merasa nyaman jika akan melaksanakan program nanti. Tetapi masih ada satu hal yang membuat saya sedikit kecewa di sana, karena sejak awal saya benar-benar berharap mendapatkan KKN di daerah Bogor dan memang benar saya kedapatan di sana. Tetapi di Desa Leuwiliang ini berbeda, saat survei waktu itu saat melewati di daerah lain terasa sejuk khas daerah Bogornya, tetapi saat di Desa Leuwiliang itu berbeda. Di Leuwiliang terasa sekali hawa panasnya, sedikit berbeda memang dengan desa yang ada di daerah Bogor itu. Meskipun terbilang daerah Bogor saya hanya sedikit menyayangkanya karena masih terasa hawa panasnya mungkin karena tidak terlalu jauh juga dengan pasar dan pusat kecamatan. Saya tetap berfikir positif mungkin karena memang lagi kemarau panjang juga jadi sangat terasa hawa panasnya, karena saya sudah berharap ber-KKN di daerah Bogor dan terkabul sudah masa gak disyukuri. Saat saya menyusuri daerah-daerah sekamir desa tersebut. Saya mampir ke salah satu sungai di desa tersebut. Ahh rasa letih dan lesu tiba-tiba hilang karena langsung merasakan kesejukan disela-sela hawa panas di desa tersebut. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 248



Di Desa Leuwiliang selain masyarakatnya yang ramah saat menyambut kami, ada hal lain juga yang sangat disayangkan. Saat saya bertanya kepada Pak Ade mengenai masalah yang tengah dihadapi masyarakat Desa Leuwiliang ternyata cukup banyak. Salah satunya adalah mengenai kebersihan lingkungan mereka sendiri. Sangat minimnya tempat pembuangan sampah di sana, bahkan tempat pembuangan akhir di desa tersebut pun tidak ada. Jika sampah sudah menumpuk di sana maka mereka hanya membakarnya bahkan sungai yang menjadi pembuangan sampah terakhir mereka. Malah menurut saya itu hanya menambah masalah yang dihadapi dibidang lingkungan itu sendiri. Ujung Harapan: Perpisahan Adalah Upacara Menyambut Hari-Hari Penuh Rindu Desa Leuwiliang adalah desa yang rata-rata warganya adalah seorang petani dan pedagang. Di sana banyak sekali warga yang berdagang baik di rumah masing-masing maupun di pasar karena dekat dengan pasar. Namun ada juga warga yang mata pencaharian mereka adalah petani karena desa tersebut dikelilingi oleh sawah yang lumayan luas dan masih banyak sekali lahan yang kosong untuk menanam pohon. Salah satu program dari kami adalah Kampung Ramah Lingkungan atau disingkat KRL. Program ini kami sinergikan dengan desa setempat yang bertujuan untuk membangun desa yang lebih maju, baik dari segi pendidikan, budaya maupun lingkungan. Mengingat Bogor adalah kota yang masih bisa dibilang ASRI dengan julukan Bogor kota hujan, maka kami berinisiatif untuk membuat satu program yang mana program ini kami lakukan untuk menetralisisir bahkan untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan bahkan tidak peduli terhadap lingkungan. Disamping itu, harapan saya adalah menjadikan desa tersebut desa yang bisa menjadi teladan bagi desa-desa yang lain sebagaimana yang diinginkan dan direncanakan oleh segelintir orang di desa tersebut. Semoga dengan kedatangan kami di sana membawa kisah dari kejamnya Ibu Kota, membawa pengalaman yang penuh dengan emosi, penuh dengan rintangan yang bisa kami salurkan di Desa Leuwiliang yang memiliki 1001 kisah yang tentunya akan saya ceritakan kepada keluarga, kerabat dan khalayak umum untuk memahami bahwa terkadang ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan yang terkadang akan berbuah manis atau bahkan akan berbuah 249



pahit. Yahh begitulah kehidupan di dunia nyata serasa terbangun dari mimpi indah yang telah membuat kami terbang melayang. Waktu sebulan terkadang terasa begitu cepat dan terkadang terasa begitu lama. Tak terasa ketika saya berada dipenghujung waktu bersama desa Leuwiliang menciptakan memori indah, cerita baru yang sangat menarik, dan pengalaman yang tak akan terlupakan. Besar harapan saya untuk dipertemukan kembali dengan suasana yang seperti itu. Kebersamaan selama 30 hari menjadikan saya lebih bersyukur dengan apa yang saya miliki dan lebih mengetahui hal-hal baru yang belum pernah saya alami dikehidupan saya sebelumnya. Jika saya menjadi bagian dari masyarakat sana tentu saya akan melanjutkan program-program yang telah tersusun sedemikian rupa sehingga tujuan menjadikan desa yang maju, unggul, dan menjadi desa yang teladan bagi desa yang lainnya akan teruwujud. Semoga dengan program yang telah kami laksanakan di sana bisa menambah semangat masyarakat untuk terus perduli terhadap sesame baik terhadap manusia maupun makhluk hidup yang lainnya Dan bagi rekan-rekan di kelompok INTEGRITAS, mungkin moment KKN ini tidak akan terulang kembali. Namun pertemanan kami, kekeluargaan kami dan persahabatan kami tidak akan pernah berakhir. Memang setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan setiap yang datang pasti akan pergi dan setiap yang ada pasti akan tiada. Tetapi kekeluargaan tetap akan menjadi keluarga. .



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 250



"Nasi memang sudah menjadi bubur, tapi bagaimana bubur itu bisa jadi bubur spesial" (Rizkiyana Syabania)



251



BAB VII KESAN DAN PESAN WARGA ATAS PELAKSANAAN KKNPpMM2019 A. Kesan Tokoh Masyarakat “Alhamdulillah, banyak terimakasih sama mahasiswa semua sudah membantu warga Desa Leuwiliang, anak-anak sekolah, kegiatankegiatan bikin plang dan sebagainya, semoga ilmu yang didapat mahasiswa dapat bermanfaat” (Andi Roni (65) , 2019). 150 “Dengan adanya KKN ini, Alhamdulillah Selama satu bulan di Leuwiliang kami merasa terbantu dengan mahasiswa yang ikut serta dalam kegiatan keagamaan di masjid, pengajian rutin warga Desa Leuwiliang serta memberikan motivasi kepada anak-anak untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi”(Damanhuri (62),2019). 151 B. Kesan ParaIbu “Terimakasihadek-adekKKNMahasiswa UIN Jakarta yang sudah memberikan ilmu dan tenaganya dalam membantu desa ini untuk menjadilebihbaik. Semoga semua ilmu, tenaga, dan jasayangsudahkalianberikankepadadesainidapatbergunadanbermanfaat untukdesadan masyarakat. Semoga eneng sadayana pada sehat, pada sukses, bisa main kesini lagi”. (Lilis (55),2019).152 C. KesanAnak-anak “Makasih karena sudah mengajarkan ilmu baru buat kita, kita seneng banget sama kakak. Semoga kakak-kakak KKN tidak lupa sama aku dan temen-temenaku dan juga sering main-main ke Leuwiliang karena aku pasti nanti kangen banget sama kakak-kakak”(Lena (8),2019). 153



Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi Roni, Ketua RT/RW.002/007 Desa Leuwiliang 151 Wawancara Pribadi dengan Bapak Damanhuri , Ketua DKM Masjid Fatimatu Azzahra , Desa Leuwiliang 152 Wawancara Pribadi dengan Ibu Lilis, Masyarakat Desa Leuwiliang 153 Wawancara Pribadi dengan Lena, Siswi kelas 3 SDN 05 Leuwiliang 150



252



"Just do ur best, let Allah take the rest.” (Helen Sagita)



253



DAFTAR PUSTAKA Nugraha, Eva. Panduan Penyusunan Buku Laporan Hasil KKN-PpMM 2019 . Ciputat: Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, 2019. Nurzal, Erry Ricardo (2018). Strategi Perencanaan, Penyusunan, dan Pelaksanaan, Program dan Anggaran . Padang: Kementrian Peta “Desa Leuwiliang” diakses 30 Agustus 2019dari:https://www.google.com/maps/place/Leuwiliang,+Kec.+ Leuwiliang,+Bogor,+Jawa+Barat Profil Desa Leuwiliang tahun 2018, Dokumen tidak dipublikasikan. Catatan Observasi Lapangan Tanggal 22 Juni 2019 Suharto,Edi(2002). Jurnal Metode dan Teknik Pemetaan Sosial, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Wawancara Pribadi dengan Siswi kelas 3 SDN 05 Leuwiliang, Lena, 20 Agustus 2019 Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi Roni, Ketua RT/RW.002/007 Desa Leuwiliang, 20 Agustus 2019 Wawancara Pribadi dengan Bapak Damanhuri , Ketua DKM Masjid Fatimatu Az-zahra , Desa Leuwiliang, 20 Agustus 2019 Wawancara Pribadi dengan Ibu Lilis, Masyarakat Desa Leuwiliang, 20 Agustus 2019



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 254



"No one can make you feel inferior without your consent.” (Eleanor Roosevelt)



255



BIOGRAFI SINGKAT



Elsy Rahajeng, MTimerupakan dosen pembimbing KKN INTEGRITAS. Beliau merupakan dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau mengampu mata kuliah Enterprise Architecture dan Basis Data. Beliau menyelesaikan studi masternya di Teknologi Informasi Universitas Indonesia. Beliau pernah mengajar di Universitas Persada Indonesia YAI, Universitas Mercubuana, Universitas Binus, CCIT FTUI.



1. Abdullah Kafabihi Abdullah Kafabihi adalah seorang mahasiswa yang lahir di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 7 Mei 1999 dengan motto hidup “sedang menikmati hidup”. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang terdapat di Fakultas Ushuluddin. Ia memulai pendidikan di sebuah sekolahan beragama di daerahnya. Madrasah Ibtidaiyah, yang setara dengan Sekolah Dasar, ia tempuh di RiyadlotutThalabah Rembang, begitu pun Madrasah Tsanawiyahnya, yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama, yang ia tempuh di tempat yang sama. Berbagi dengan kebahagiaan untuk semua adalah menjadi pesan yang ia tebarkan. Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 256



2. Alifah Sarah Widad Rahmani Alifah Sarah Widad Rahmani atau biasa dipanggil Wiwid adalah seorang mahasiswa yang lahir di Jakarta, 29 Mei 1997 yang memiliki motto hidup “jangan pernah lelah untuk terus memberi, dalam bentuk apapun itu” sedang menempuh pendidikan Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Alifah mengambil Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ia memulai pendidikannya saat Sekolah Dasar di SD Islam Daar El Salam, melanjutkan kembali ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di sekolah yang sama; yaitu Daar El Salam, dan melanjutkan ke jenjang berikutnya di Pondok Pesantren Darunnajah (SMA Darunnajah). Ia sangat bercita-cita sebagai reporter sejak kecil, dan menjadi entrepreneur yang sukses. 3. Aulia Eka Yunita Aulia Eka Yunita, wanita kelahiran Jakarta 20 Juni 1998 yang merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Memulai pendidikan dari bangku taman kanak-kanak di TK Nurul Huda. Kemudian melanjutkan pendidikan di SD Kartika X-4, SMP Negeri 177 Jakarta Selatan, SMK Negeri 18 Jakarta Selatan dan saat ini sedang melanjutkan masa studi Strata 1 di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta dengan mengambil program studi Perbankan Syariah. Berilah pupuk untuk bunga yang kau tanam menjadi motto dan motivasi daam hidupnya.



257



4. Dian Febriani Dian Febriani, adalah mahasisiwi Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum. Masa Pendidikan SMAnya ia habiskan di SMA Islamic Village Tangerang. Selain sebagai mahasiswa di kelas, ia terkadang suka mengikuti acara kepanitiaan di Kampus. Pada tahun 2014, ia pernah mengikuti program winter camp di Fuzhou, China selama 2 minggu. Pada tahun 2015, ia pernah menjadi anggota tim olimpiade Geografi di SMAnya. 5. Helen Sagita Helen Sagita, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Mahasiswa kelahiran Serang , 27 Juni 1997 ini memulai pendidikan dasarnya di SD Negeri Kadu Jaya, Tangerang. lalu melanjutkan ke MTsN Kota Batu, Sumatera Selatan, dan menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di SMK Miftahul Jannah, Tangerang. Ia aktif di beberapa organisasi intra maupun ekstra kampus. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris HMJ KPI 2018. Kini ia menjabat sebagai Direktur Pendidikan dan Pelatihan di Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cab. Ciputat. Selain itu, ia juga aktif menajadi Pengurus di Himpunan Mahasiswa Banten, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Dakwah Cabang Ciputat, dan berbagai organisasi lainnya. Ia menggeluti bidang komunikasi dan tertarik di



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 258



bidang kajian media, dan relasi publik. Dia adalah seorang penyayang, penyuka tantangan dan tertarik akan hal-hal baru. 6. Laili Azzumar Laili Azzumar, adalah mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia mengenyam pendidikan menengah di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Diluar kegiatannya sebagai mahasiswa, dia bekerja paruh waktu sebagai ilustrator dan juga sebagai pengajar di tempat kursus menggambar Clara Manga School. Berkat minatnya dalam bidang desain dan menggambar, ia pada tahun 2015 pernah menjuarai lomba komik tingkat kota Tangerang Selatan.



7. Lutfiatus Sa’adah Lutfiatus saadah atau biasa dipanggil Fia adalah seorang mahasiswi yang lahir di surabaya, 23 Desember 1998 yang memiliki moto hidup” berbuat baik tanpa berharap, jujur adalah kunci utama hidupku” sedang menempuh pendidikan Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. saya mengambil Jurusan Agribisnis, Fakultas sains dan teknologi. Saya memulai pendidikan dimulai saat sekolah TK di TKIslamiah, melanjutkan kembali ke Sekolah Dasar di SD mangun jaya 06, melanjutkan kembali ke jenjang sekolah menengah pertama di sekolah SMP 7 Bekasi, dan melanjutkan ke jenjang berikutan di SMA 3 Bekasi. saya



259



sangat bercita-cita menjadi anggota lembaga BPOM yang sukses. Aamiin 8. Novi Laila Athiyah Novi Laila Athiyah, gadis kelahiran Demak, 19 November 1997 ini adalah mahasiswi UIN Jakarta Jurusan Ilmu AlQur’an dan Tafsir. Ia mulai tertarik pada al-Qur’an dan ilmu tafsir saat ia masih duduk di kelas XI MAN 2 Kudus. Karena menurutnya Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber, yang dapat berdialog dengan siapa saja dan kapan saja. Kecintaan terhadap al-Qur’an ia tuangkan dalam cita-cita sederhananya, yaitu dapat mengajarkan al-Qur’an dan dapat mendirikan pesantren al-Qur’an. 9. Nurhilalliyah Nurhilalliyah adalah nama saya dan biasa dipanggil Hilal, Ilal ataupun Ian, kelahiran 1 September 1998 dan memiliki motto hidup "kill 'emwithkindness" tetapi bukan dalam arti literalnya, maksud kill di motto saya adalah balas apapun perbuatan siapapun dengan kebaikan, nanti juga mereka jiper sendiri kalau udah jahat. Saya merupakan seorang mahasiswa Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam program Strata 1. Pendidikan saya dimulai dari jenjang TK di RA Al-Falah di Bekasi, kemudian saya bersekolah di MI Nurul Islam di Tangerang Selatan, dan berlanjut ke Pondok Pesantren Madinatunnajah di Tangerang Selatan sebagai murid SMP, untuk SMA saya memutuskan untuk menjadi murid di SMK Nusantara 1 Tangerang Selatan dan sekarang masih menempuh Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 260



program Strata 1 di UIN Jakarta seperti yang sudah saya sebutkan diatas. Hal yang saya lakukan ketika senggang guna menghibur diri saya adalah berenang, fotografi dan membaca. Hobi membaca yang saya miliki, hal tersebut telah membawa saya untuk memilih Jurusan Sastra Inggris sebagai pendidikan yang akan saya tempuh—dan sedang saya jalani. 10. Rio Prabowo Suryadi Putro Rio Prabowo Suryadi Putro, putra sulung dari dua bersaudara ini lahir di Jakarta, 13 Agustus 1997. Menetap di Jakarta bagian Barat, tepatnya di Kemanggisan Pulo, Palmerah, Jakarta Barat. Berstatus mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi. Ia aktif di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai Wakil Ketua 1 bidang internal. Ia seorang yang humoris, iseng, selalu membuat cerita, mudah bergaul, sangat peduli kepada orang lain, dan pandai menyembunyikan masalah yang dihadapi. 11. Rizkiyana Syabania



261



Rizkiyana Syabania, adalah mahasiswi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendidikan menengahnya, ia habiskan di SMAN 97 Jakarta. Saat ini, di luar kegiatannya sebagai mahasiswi, Rizkiyana saat ini menjabat sebagai Kepala Departemen Ekonomi Kreatif di DEMA FITK (Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan) Tahun 2019. Ia merupakan salah satu mahasiswi yang akif dalam organisasi intra kampus dan juga ekstra kampus, namun ia juga berusaha menghidupi kehidupan sehari-hari dengan mengajar bimbingan belajar dan kursus private. 12. Rosyid Abdul Majid Rosyid Abdul Majid, seorang Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidaytullah. Ia berasal dari Magelang, Jawa Tengah, pendidikan menengahnya ia habiskan di pondok pesantren Mambaussolihin,Suci, Manyar, Gresik selama 4 tahun terhitung dari kelas 1 Aliyah sampai mahasiswa semester 2 dan kemudian memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Saat ini selain aktif sebagai mahasiswa ia juga aktif dalam mengurus organisasi alumni MAnya bernama HIMAM (Himpunan Alumni Mambaussolihin) dan IKAMARU (Ikatan Alumni Madrasah Raudlatu Ulum) sebagai organisasi alumni di tingkat MTsnya, dari situ ia banyak belajar cara bertahan hidup dan mengabdi dengan cerdas. 13. Saidah



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 262



Saidah, atau yang biasa dipanggil Ida adalah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendidikan menengahnya, ia habiskan di MA Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putri Bekasi. Ia asal Bekasi. Saat ini, di luar kegiatannya sebagai mahasiswa, Ida menjabat sebagai sekretaris kepemudaan di IRZA (Ikatan Remaja Ziyadatul Anwar). 14. Sahara Adjie Samudera Sahara Adjie Samudera, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Mahasiswa kelahiran Garut, 27 Mei 1998/30 Muharam 1420 ini memulai pendidikan dasarnya di SD Negeri Pengadilan 2 Kota Bogor, lalu melanjutkan ke SMP IT Al-Madinah Cibinong Kabupaten Bogor, dan menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di MA Negeri 2 Kota Bogor. Ia aktif di beberapa organisasi intra maupun ekstra kampus. Ia pernah menjabat sebagai staf ahli departemen Kominfo DEMA FITK 2018. Kini ia menjabat sebagai kepala departemen Kominfo HMJ PAI 2019. Selain itu, ia juga aktif di LDK Syahid (LDKS) FITK, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat, dan berbagai organisasi lainnya. Ia juga menggeluti bidang desain grafis, fotografi, dan videografi yangkerap ia jadikan sebagai mata pencahariannya selama hidup di Ciputat dengan segala dinamika yang ada. 15. Sarah Anggita



263



Sarah Anggita adalah seorang mahasiswi kelahiran Jakarta, 16 Oktober 1998. Perempuan berdarah sunda-jawa ini merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ia seorang perempuan yang memiliki ketertarikan di bidang tulis menulis, oleh karenya ia menjabat sebagai Sekretaris II di Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 058 INTEGRITAS . Sedangkan di bidang non akademik, ia memiliki ketertarikan di bidang oleharaga, yaitu bulutangkis. Dulu, ia sempat memiliki cita-cita untuk menjadi atlet bulutangkis. Ia memulai pendidikan formalnya di SDN 02 Lebak Bulus, kemudian lanjut ke SMPN 226 Jakarta, dan menghabiskan masa-masa sekolahnya di SMKN 41 Jakarta dengan memilih akuntansi sebagai Jurusannya. Ia memiliki rasa nasionalisme yang cukup tinggi, hal ini terbukti selama sekolah dulu, ia sering dipilih untuk menjadi petugas pengibar bendera. Saat ini ia tidak melanjuti akuntansi sebagai Jurusan yang ia tempuh di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia lebih memilih untuk bertemu dengan dunia baru dengan memilih Komunikasi Penyiaran Islam sebagai Jurusannya, yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi.



16. Shidqi Akram Hauzan



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 264



Shidqi Akram Hauzan merupakan seorang pria kelahiran Tangerang, 2 Juni 1998 yang merupakan anak kedua dari dua bersaurdara. Memulai pendidikan dari bangku taman kanak-kanak di TK Al-Fajar. Kemudian melanjutkan pendidikan di SDN 01 Panunggangan Utara lalu pindah ke SDN Sukasari 5 Cikokol, SMPIT Asy-Syukriyyah, SMAN 7 Kota Tangerang, dan sekarang sedang melanjutkan masa studiinya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil Jurusan Sistem Informasi. Memiliki motto untuk saling membantu sesama manusia tanpa pamrih.



265



17. Syaiful Archam Syaiful Archam, seorang pria yang memiliki cita-cita keliling Indonesia. Ia lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 16 Juli 1997. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 UIN Jakarta dengan mengambil Jurusan Sosiologi yang berada di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Sebagai mahasiswa sosiologi, ia memiliki ketertarikan pada masalah dan isu sosial yang ada di masyarakat. Ia juga memiliki kemampuan akademik berupa penelitian dan riset dalam melihat fenomena sosial masyarakat. Sedangkan di bidang non-akademik, ia memiliki kemampuan dalam bidang olahraga seperti futsal, sepak bola, dan bulutangkis. Ia juga memiliki satu keahlian lain yaitu memasak. Pria berumur 22 tahun ini memulai pendidikannya di SDN 011 Pesanggrahan, Jakarta, kemudian berlanjut ke SMPN 29 Kebayoran Baru, Jakarta, dan SMAN 108 Pesanggrahan, Jakarta.



18. Vika Audina Vika Audina anak ketiga dari lima bersaudara yang berasal dari Pamulang 2, kota Tangerang Selatan kuliah di Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi ia memiliki sifat yang kritis serta penyabar dan termasuk kedalam golongan orang yang cuek, namun jika ia sudah fokus untuk melakukan suatu kegiatan maka akan dikerjakan dengan baik. Meskipun memiliki sifat cuek jika ada yang mengganggunya maka ia tidak akan memperdulikannya, dibalik itu ia memiliki



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 266



sikap yang tegas terhadap sesuatu dan sangat teliti dalam berbagai hal. 19. Yoga Dwi Septian Yoga dwi septian, adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum. Ia merupakan Lulusan Pondok Pesantren yang ada di Sukabumi. Dan semasa SMA ia merupakan Ketua Forum Organisasi Osis di Sukabumi menjabat selama satu periode sebelum Akhirnya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia berusaha untuk memadukan Ilmu tentang hukumnya dengan ilmu tentang agamanya dan bertekad untuk menjadi Lulusan Sarjana Hukum yang berlatarbelakang Agama sehingga dapat menjadi benteng untuk menentukan suatu tindakan dan keputusan hukum agar memberikan keadilan yang seadiladilnya untuk masyarakat.



267



Adalah curang ketika rindu selalu bertambah tanpa tau bagaimana caranya agar berkurang. (Sarah Anggita)



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 268



LAMPIRAN-LAMPIRAN



269



Lampiran 1: Surat dan Sertifikat Pembicara



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 270



271



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 272



273



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 274



275



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 276



277



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 278



Sertifikat Pembicara



279



Lampiran 2: Dokumentasi Pelaksanaan KKN-PpMM



Kegiatan Mengajar



Kegiatan Bimbingan Belajar



Kegiatan Pengajian Rutin



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 280



Kegiatan Taman Baca



Kegiatan Bank Sampah



Kegiatan Posyandu



281



Kegiatan Seminar Keindonesiaan



Kegiatan Seminar Cuci Tangan Bersih



Kegiatan Pembuatan Gapura Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 282



Kegiatan Perbaikan Plang TPU



Kegiatan Perayaan 17 Agustus



Kegiatan Lomba Keagamaan



283



Kegiatan Penanaman Bibit



Kegiatan Senam Pagi



Kegiatan Jumat Bersih & Kerja Bakti Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 284



Kegiatan Seminar Anti Narkoba



Kegiatan Santunan Anak Yatim



Kegiatan Revitalisasi Masjid



285



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 286



Lampiran 3: Form Verifikasi FORM VERIFIKASI MANDIRI BUKU LAPORAN HASIL KKN-PpMM 2019 Pusat Pengabdian kepada Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. Kel.



: 058



Nama Desa



: Leuwiliang



Nama Kel.



: INTEGRITAS



Nama Dospem



: Elsy Rahajeng, M.Ti.



Judul Buku



: Mengukir Kenangan di Leuwiliang CATATAN VERIFIKATOR



No.



Ihwal



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21



SAMPUL MUKA HALAMAN DALAM TIM PENYUSUN LEMB. PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR TABEL IDENTITAS RING. EKSEKUTIF CATATAN EDITOR LEMBAR BIDANG 1 BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V LEMBAR BIDANG 2 BAB VI BAB VII DAFTAR PUSTAKA



Kesesuaian dengan Buku Panduan  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada  ada



 tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada



 sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai  sesuai



 belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai 287



22 23 24 25



BIOGRAFI SINGKAT LEMBAR PEMISAH LAMPIRAN SAMPUL BELAKANG



 ada  ada  ada  ada



 tidak ada  tidak ada  tidak ada  tidak ada



 sesuai  sesuai  sesuai  sesuai



 belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai  belum sesuai



KESIMPULAN DENGAN INI KAMI MENYATAKAN BAHWA BUKU LAPORAN HASIL KEGIATAN KKN-PpMM 2019 KELOMPOK 058 TELAH DIVERIFIKASI DAN DINYATAKAN: SESUAI / TIDAK SESUAI* DENGAN BUKU PANDUAN, BAIK KESESUAIAN ISI MAUPUN TEKNIS PENULISAN *Coret yang dianggap perlu



Ciputat,



November 2019



Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 288



Verivikator Kesesuaian Konten Nama Helen Sagita



tanda tangan



Nama



Sarah Anggita



tanda tangan



Nama



Rizkiyana Syabania



tanda tangan



Nama



Vika Audina



tanda tangan



Verivikator Kesesuaian Teknis Penulisan Nama Helen Sagita tanda tangan



Nama



Sarah Anggita



tanda tangan



Nama



Yoga Dwi Septian



tanda tangan



Nama



Aulia Eka Yunita



tanda tangan



Mengetahui,



Catatan Dosen Pembimbing/Editor:



Dosen Pembimbing



Elsy Rahajeng, M.Ti



Buku laporan ini telah layak/tidak layak* untuk disahkan oleh pihak PPM.



*Coret yang dianggap perlu 289



PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Kami yang bertanda tangan di bawah ini, NO NAMA NIM 1 Yoga Dwi Septian 11160480000038 2 Helen Sagita 11160510000250 3 Sarah Anggita 11160510000195 4 Lutfiatus Sa’adah 11160920000150 5 Aulia Eka Yunita 11160850000061 6 Rio Prabowo Suryadi Putro 11160820000114 7 Alifah Sarah Widad Rahmani 11161130000088 8 Dian Febriani 11160480000082 9 Vika Audina 11160960000016 10 Syaiful Archam 11161110000057 11 Rizkiyana Syabania 11160150000081 12 Nurhilalliyah 11160260000037 13 Saidah 11160110000123 14 Sahara Adjie Samudera 11160110000055 15 Laili Azzumar 11160182000048 16 Shidqi Akram Hauzan 11160930000114 17 Abdullah Kafabihi 11160340000043 18 Novi Laila Athiyah 11160340000037 19 Rosyid Abdul Majid 11160220000019



TANDA TANGAN



Dengan ini menyatakan bahwa semua tulisan yang ada di Buku Laoran Hasil Kegiatan PPMM 2019 Kelompok 058 adalah benar telah bebas dari plagiasi atau penjiplakan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yan berlaku. Demikian pernyataan ini kami buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Ciputat, November 2019 Megetahui, Dosen Pembimbing



Elsy Rahajeng, M.Ti Mengukir Kenangan di Leuwiliang | 290