Metode Ilmiah, Perkembangan Dan Pengembangan IPA [PDF]

  • Author / Uploaded
  • reska
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME Ilmu Kealaman Dasar “Metode Ilmiah, Perkembangan dan Pengembangan IPA”



Oleh Kelompok 5 18 BKT 13 Fajriati Syahnur (18129177) Indri Yulia (18129117) Reska Sri Harida (18129135) Suci Angela William (18129314)



Dosen Pengampu : Dra. Zuryanty, M.Pd



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020



A. Metode Ilmiah Sebagai Dasar IPA 1. Pengertian Metode Ilmiah Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hodos”. Meta berarti melalui sedangkan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian maka metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. (Abudin Nata dalam Amin, 2019:2 ). Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan melalui penggunaan metode ilmiah.Hasilnya disebut pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. (Syafaruddin,2008: 92-95) Metode ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan suatu permasalahan, serta menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur, dan terkontrol. Metode Ilmiah, merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. (Widiastuti, 2017: 10) Metode ilmiah sebagai pangkal kelahiran IPA berawal dari kelemahan (abstrak dan lepas dari pengalaman) dan penalaran induktif (hanya berdasar pada pengamatan panca indera) dipadukan dengan metode atau pendekatan ilmiah. (Aisyah, 2019: 52) Metode Ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari ilmu alamiah. Pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah diharapkan mempunyai karakteristik- kaıakteristik tertentu, yakni sifat rosiono dan teruji, sehingga pengetahuan yang disunın dapat diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah menggabungkan cara berpikir induktif dan cara berpikir deduktif dalan membangun tubuh pengetahuaınya (Harmoni, 2015). Ciri-ciri metode ilmiah (Widiastuti, 2017: 10) yaitu: 1. Obyektivitas (bebas keyakinan, perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka) 2. Konsisten dan sistimatik.



2



Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu memiliki parameter-parameter menurut Nurdiana (2016: 31) sebagai berikut, yaitu: 1. Obyektif Obyektif artinya pengetahuan itu sesuai dengan obyeknya, maksudnya adalah bahwa kesesuian atau dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris. 2. Metodik Metodik



artinya



pengetahuan



itu



diperoleh



dengan



menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol. 3. Sistematik Sistematik artinya pengetahuan ilmiah ini tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan utuh. 4. Berlaku Umum (Universal) Berlaku umum (universal) artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. 5. Mempunyai konstribusi dalam rangka pengembangan peradaban manusia (contribution to knowledge) Sedangkan menurut Sumama (dalam Amin, 2019: 4) pengetahuan dikatakan ilmiah bila memenuhi empat kriteria, yaitu: 1. Objektif, sesuai dengan objeknya dan dapat di buktikan kebenarannya dangan cara empiric. 2. Metodik, di peroleh dengan cara-cara tertentu yang teratur dan terkendali cara tersebut merupakan metode ilmiah. 3. Sistematik, tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, saling berkaitan, tidak saling bertentantangan, saling menjelaskan dan seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.



3



4. Berlaku umum, tidak hanya berlaku untuk beberapa orang atau kelompok tertentu dan dengan cara eksperimen yang sama akan di peroleh hasil yang sama sera konsisten. Metode ilmiah yang baik harus memenuhi kriteria (dalam Widiastuti, 2017: 10): 1. Berdasarkan fakta. Dalam lingkup metode ilmiah, kriteria “berdasarkan fakta” bermakna bahwa data yang dikumpulkan dan akan dianalisis haruslah berdasarkan fakta, bukan daya khayal, perkiraan, legenda, atau kegiatan sejenis. 2. Bebas dari prasangka. Dalam lingkup metode ilmiah, kriteria “bebas dari prasangka” bermakna bahwa penggunaan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang obyektif. 3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis. 4. Menggunakan ukuran objektif. Dalam lingkup metode ilmiah, kriteria “menggunakan ukuran obyektif” bermakna bahwa ukuran tidak boleh berdasarkan perasaan, melainkan harus dibuat obyektif berdasarkan akal pikiran yang sehat. 5. Menggunakan teknik kuantitatif. Dalam lingkup metode ilmiah, kriteria “menggunakan teknik kuantitatif” bermakna bahwa kecuali untuk atribut yang tidak dapat diidentifikasi haruslah menggunakan ukuran kuantitatif misalnya detik, meter, bukanlah dalam sekejap, atau sejauh mata memandang. 2. Langkah-Langkah Operasional Metode Ilmiah Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah (dalam Widiastuti, 2017: 11) yaitu: 1. Perumusan masalah Yang dimaksud dengan masalah yaitu pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang obyek yang teliti. Masalah itu



4



harus jelas batas- batasnya serta dikenal faktor- faktor yang mempengaruhinya. 2. Penyusunan hipotesis Yang dimaksud hipotesis yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji ebenarannya dalam suatu obserevasi atau eksperimentasi. 3. Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis yaitu berbagai usaha pengumpulan faktafakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan



apakah



terdapat



fakta-fakta



yang mendukung



hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui



uji



coba



atau



eksperimentasi,



kemudian



fakta-fakta



dikumpulkan melalui penginderaan. Fakta dan teori dalam pemikiran ilmiah menduduki posisi yang menentukan. 4. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta (data) untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta tidak mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan (Harmoni, 2015). Dalam penerikan kesimpulan itu maka yang berlaku adalah verifikasi (membenarkan hipotesa yang ada) atau falsifikasi (menolak hipotesa terdahulu).



5



Berikut merupakan langkah-langkah dalam metode Ilmiah menurut Amin, 2019:4) yaitu: 1. Pengenalan Masalah Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Masalah yang diajukan haruslah menarik, penting dan mampu untuk diteliti sesuai dengan bidang orang yang hendak meneliti serta bermanfaat untuk pengembangan teori atau bermanfaat secara praktis bagi manusia. (Syukur, Kholil,2006: 3) 2. Penyusunan Hipotesis Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama seta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakan hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak tebukti. (Suharsimi Arikunto,2013: 110-111) 3. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan sesuatu yang urgen dalam metode ilmiah. Suharsimi arikunto mengatakan bahwa semakin kurangnya



pengalaman



pengumpulan



data,



semakin



mudah



dipengaruhi oleh keinginan pribadinya. Oleh karena itu, pengumpulan data walaupun tampaknya hanya pengumpulan data, bukan pemimpin peneliti atau sekretaris yang kelihatan mempunyai jabatan yang cukup penting dan mentereng, harus mempunyai keahlian yang cukup untuk melakukannya. Suatu kebiasaan yang banyak dilakukan oleh perancang peneliti, apabila ingin melibatkan orang-orang/kawan kedalam kegiatan penelitian, masukkan mereka sebagai pengumpul data. (Suharsimi Arikunto, 2013:262)



6



4. Analisis Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas mengola data. Inilah yang disebut analisis. (Suharsimi Arikunto, 2013: 278) 5. Penyimpulan Penyimpulan atau menarik kesimpulan merupakan sebuah langkah awal dalam metode ilmiah, akan tetapi yang harus perlu diingat penyimpulan harus selalu mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penyimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-anganatau keinginan peneliti. Adalah salah besar apabila kelompok peneliti membuat kesimpulan yang bertujuan hati pemesan, dengan cara manipulasi data. (Suharsimi, 385) Berdasarkan urutan stratanya, ada tiga jenis landasan ilmu: 1. Hipotesis, merupakan dugaan mengenai masalah yang diambil dari pengetahuan yang telah ada. 2. Teori, merupakan landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan adanya koreksi. 3. Hukum atau dalil, merupakan teori yang terbukti kebenarannya melalui pengujian berkali-kali. Keseluruhan langkah tersebut di atas harus ditempuh melalui urutan yang teratur, langkah yang satu merupakan landasan bagilangkah berikutnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang disusun secara sistimatis, berlaku umum dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Semua proses penelitian ini akan dilakukan secara berurutan, berulangulang, terus-menerus dan susul-menyusul, agar penelitian ini mendapatkan hasil yang akurat. Kemudian, barulah disuusn sebuah teks naratif kedua, yang berupa laporan akhir penelitian ini.



7



Dalam perkembangannya metode lmiah atau sudah berkembang menjadi metodologi penelitian sudah menjadi wacana biasa dikalangan kampus ataupun masyarakat umum. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penggalian ilmu pengetahuan juga mengalami modifikasi walaupun secara substansi tidak jauh berbeda. Sebelum melakukan observasi maka hal yang perlu dilakukan adalah membuat gambaran umum tentang alasan-alasan mendasar dan paradigmatic pengambilan tema penelitian, cara kerja, waktu dan kegunaannya. Elemen-elemen tersebut dikumpulkan dalam satu naskah usulan kerja yang disebut proposal penelitian. Secara sederhana sebuah proposal penelitian (dalam Nurdiana, 2016: 33) berisi: a. Latar Belakang Masalah Dalam pengantar ini peneliti perlu mengemukakan gambaran umum masalahnya yang akan dikaji. b. Batasan Masalah (Limitation and Key Assumption) Sering dijumpai bahwa peneliti ingin menulis atau memuat segala macam pebgetahuan. Seolah-olah peneliti ingin menulis atau memuat segala macam pengetahuan. Seolah-olah peneliti mau menumpahkan seluruhnya dalam penelitian. Oleh karena itu, harus ada batasan. Batasan ini akan menolong peneliti untuk memberi focus pada bahasan yang akan dikerjakan. Begitu juga peneliti harus membatasi waktu yang akan diteliti dan lama melakukan penelitian. c. Urgensitas Topik Penelitian (Importance Of Topic) Yang biasa terjadi, peneliti memaksakan kehendak dalam penelitiannya tanpa pernah melihat kepentingan penelitian, apakah menolak hipotesis lama ataupun menawarkan reinterpretasi baru. d. Bagaimana



penelitian



itu



akan



diselesaikan



(Theoritical



Framework and Reserch Approach)



8



Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah metodologinya untuk memperoleh data. Selaian metodologi adalah pendekatan sebagai kerangka konseptual dalam memandu arah penelitian. Hal ini sesuai dengan pengertian istilah tarbbitah dalam buku IAD yang ditulis olrh Prof. Suyanto, Ph.D, yang mengatakan” proses menyampaikan



(transformasi)



sesuatu



sampai



pada



batas



kesempurnaan yang dilakukan tahap demi tahap sebatas pada kesanggupannya”. e. Penelitian Terdahulu (Prior Research On Topic) Dalam hal ini peneliti harus menyebutkan hasil penelitian dan karya-karya terdahulu yang senada dengan topik yang akan diteliti. Dengan menyebutkan karya-karya tersebut, peneliti akan mengetahui posisinya di antara peneliti atau penulis terdahulu. f. Sambungan



Terhadap



Pengembangan



Ilmu



Pengetahuan



(Contribution To Knowledge) Peneliti menyebutkan kegunaan praktis dan teoritis bagi ilmu pengetahuan dan peradaban manusia dari topik yang akan diteliti. g. Sistematika Penelitian Sistematika penelitian yaitu logical sequence (urutan-urutan logik) dari penelitian, bukan sekedar memindahkan rencana daftar isi ke dalam proposal. 3. Keunggulan dan Keterbatasan Metode Ilmiah Dalam langkah- langkah dalam metode ilmiah tidak selamanya memperoleh hasil yang diharapkan. Contohnya data empiris yg diperoleh tidak selamanya mendukung kebenaran hipotesis atau bertentangan karena panca indera pada saat pengamatan mempunyai keterbatasan tetap ada peluang kesalahan kesimpulan yg diambil berdasarkan metode ilmiah. Semua kesimpulan ilmiah atau kebenaran ilmu (termasuk IPA) bersifat tentatif



9



(dianggap benar selama belum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu). (Aisyah, 2019: 52) Kesalahan kesimpulan juga dapat disebabkan kesalahan dalam melakukan penalaran deduktif (teori yang diacu tidak cukup kuat kerangka berpikir tidak tepat hipotesis tidak terbukti). Metode ilmiah memiliki keunggulan dan keterbatasan. Adapun keunggulan dan keterbatasan (dalam Widiastuti, 2017: 12) yaitu: a. Keunggulan metode ilmiah 1) Metode ilmiah dapat memberikan latihan dan kebiasaan berpikir sistematis, logis, dan analitis. 2) Menempuh sikap yang baik, jujur, obyektif terbuka, disiplin dan toleran. 3) Menolak paham takhayul dan pendapat apriori atu menolak suatu pendapat tanpa adanya bukti nyata. Metode ilmiah mempunyai kelebihan menurut Nurdiana (2016: 35) diantaranya: 1) Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil, dan itu semua berorientasi kea rah hidup yang lebih baik. 2) Menyadari bahwa kebenaran itu tidak absolut tetapi relative, hal ini menjadi inspirasi untuk konsisten mencari kebenaran. 3) Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada takhayul, mitos, atau astrologi karena segala sesuatu di alam semesta terjadi melalui suatu proses yang teratur. 4) Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk ingin tahu lebih banyak. 5) Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berfikir secara prasangka, tetapi berfikir secara terbuka atau obyektif, suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran dan bijaksana.



10



6) Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata. 7) Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti, dan berani membuat suatu penyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar. Kelebihan atau keunggulan metode ilmiah (dalam Aisyah, 2019: 52) adalah Menumbuhkan atau menanamkan sikap ilmiah karena (IPA) mempunyai ciri khas yaitu objektif, metodik, sistematis dan berlaku umum,orang yang selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan terbimbing untuk mengembangkan sikap ilmiah. b. Keterbatasan metode ilmiah 1) Kelemahan dari panca indera. 2) Keterbatasan dari alat yang digunakan. 3) Kebenarannya hanya bersifat sementara (tentative). 4) Sulit memilih fakta yang benar benar berkaitan dengan masalah yang akan dipecacahkan. 5) Dua fakta yang tampak belum tentu berkaitan menunjukkan hubungan sebab akibat. Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah, namun hal itu tidaklah bersifat sempurna karena itu mempunyai keterbatasan menurut Nurdiana (2016: 35) antara lain: 1) Kita mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan sementara, pancaindera kita mempunyai keterbatasan dalam mengkap fakta. 2) Dalam mengambil kesimpulan mungkin bisa keliru oleh pengamatan yang tidak obyektif. 3) Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relative dan tentative karena memungkinkan ditolak oleh hasil pengamatan setelahnya. Artinya, kebenaran itu adalah tak terbatas, metode yang beraneka ragam adlah perlu untuk mencapai berbagai aspek kejadian.



11



Kelemahan yang lain (dalam Aisyah, 2019: 52) yaitu metode ilmiah tidak bisa menjangkau kesimpulan yg bersangkutan dengan baik buruk suatu sistem nilai, seni dan keindahan/estetika, dan tentang adanya Tuhan. Sistem nilai dan nilai keindahan adalah sangat subjektif. 4. Indikator Sikap Ilmiah Aisyah (2019: 53) mengatakan indikator sikap ilmiah yaitu: a. Mencintai kebenaran yang obyektif dan bersikap adil b. Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut c. Tidak percaya pada takhyul, astrologi maupun untung-untungan atau spekulasi d. Memiliki rasa ingin tahu yang banyak e. Tidak berpikir berdasarkan prasangka f. Tidak mudah menerima suatu kesimpulan tanpa ada bukti-bukti yang nyata g. Optimis dalam menghadapi dan memecahkan masalah h. Teliti dalam berpikir dan bertindak i. Berani menyatakan kesimpulan yg menurut keyakinan. B. Perkembangan dan Pengembangan IPA 1. Awal Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam Sejak dilahirkan manusia bersentuhan dengan alam, hal ini menimbulkan pengalaman.



Alam memberikan rangsangan kepada manusia melalui panca



indera, jadi panca indera merupakan alat komunikasi antara alam dengan manusia yang membuahkan pengalaman. Pengalaman dari waktu ke waktu bertambah, karena manusia adalah mahluk yang serba ingin tahu karena itu manusia disebut juga sebagai binatang yang rasional ( “Rational animal”



) dengan daya pikir



ini manusia ingin



mendapatkan jawaban atas pertayaan yang hakiki : apa, bagaimana, dan mengapa, baik atas kehadirannya di dunia, maupun atas segala benda yang telah



12



mengadakan kontak dengan dirinya.



Manusia secara sadar atau tidak akan



mengadakan reaksi terhadap rangsangan alam.



Pengalaman inilah yang



memungkinkan terjadinya pengetahuan, yaitu kumpulan fakta-fakta objek atau the bundle of facts. Kumpulan fakta selalu bertambah selama manusia masih berada di atas bumi dan selalu meneruskan fakta-fakta itu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam tahap-tahap awal manusia masih percaya pada mitos yang sekarang hanya dinilai sebagai pengetahuan semu (pseudo science ) karena akhirnya tak memuaskan sejalan dengan semakin majunya kemampuan penalaran dan alat bantu untuk melakukan pengamatan dan percobaan maka dikejarnya kebenarannya sebagai pengetahuan sejati ( Pure science ). Pertambahan pengetahuan terjadi atas dua dorongan pokok : a. Keinginan untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas tentang hakekat alam semesta dan isinya. Dorongan ini menumbuhkan Pengetahuan menuju ke Ilmu Pengetahuan Murni [Pure Science] b. Keinginan praktis, yaitu manusia sebagai mahluk yang dapat berpikir, berbudi, berperasaan yang selalu berusaha menjadikan hidupnya lebih aman dan lebih tinggi. Dorongan ini menumbuhkan kemajuan ilmu pengetahuan menuju ke Ilmu Pengetahuan Terapan Setelah merasa sulit memenuhi kebutuhannya dengan cara foodgathering, maka dengan akalnya manusia mampu mengadakan foodproducing. hidupnya tak lagi nomaden melainkan sudah sendeter.



Cara



Ekonomi masyarakat



manusia bukan hanya soal menghasilkan makanan, melainkan juga meliputi perdagangan dan industri guna memenuhi kehidupannya. Cara hidup menetap dengan ekonomi mantap memberi kesempatan berpikir lebih banyak.



Objek



utama yang dipikirkan manusia ialah alam sekitar tempat hidupnya. Sehingga



13



manusia terus belajar dan mempelajari kondisi alam sekitarnya dan akhirnya lahirlah pengetahuan alam ( natural science ). 2. Pengertian IPA Klasik dan IPA Modern Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern” sama sekali bukan berkaitan dengan waktu maupun klasifikasi bidang ilmu. Penggolongan ini lebih mengacu kepada konsepsi, yaitu cara berpikir, cara memandang, dan cara menganalisis suatu fenomena alam. (dalam Widiastuti, 2017: 15) IPA klasik merupakan suatu proses IPA di mana teori dan eksperimen memiliki peran saling melengkapi dan memperkuat. IPA klasik memiliki kajian yang bersifat makroskopik, yakni mengacu pada hal-hal yang berskala besar dan kaidah pengkajiannya menggunakan cara tradisional. Di samping kajian yang bersifat makrokopis, ciri lain IPA klasik adalah lebih mendahulukan eksperimen dari pada teori. Terbatas pada media atau alat bantu penelitian. Tokoh pada masa ini yaitu Thales, Phythagoras, Plato. IPA modern adalah suatu proses IPA di mana penekanan terhadap teori lebih banyak dari pada praktek. IPA modern memiliki telahan yang bersifat mikroskopik, yakni sesuatu yang bersifat detail dan berskala kecil. Selain itu, IPA modern menerapkan teori eksperimen, di mana ia menggunakan teori yang telah ada untuk eksperimen selanjutnya. Pengetahuan dari eksperimen yang berkiblat pada teori yang sudah ada dan dengan bantuan teknologi yang lebih maju dan canggih sehingga lebih mendetail. Tokohnya adalah Nikolaus Copernicus, Johannes Kepler, Galileo galilei, Isaac Newton, Robert Boyle, Antoine Laurent Lavoisier. Pengembangan



IPA



modern



berdasarkan



penelitian



dengan



menggunakan metode ilmiah, contohnya pemanfaatan energi matahari, panas bumi, air yang diubah menjadi energi listrik, dan pemanfaatan sampah organisme yang diubah menjadi biogas.



14



3. Pengembangan IPA Awal dari IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada. Kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Berdasarkan hasil eksperimen ini kemudian diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mempu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai suatu ilmu yang mantap (Harmoni, 2015). Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu: a. Zaman Purba. Berdasarkan hasil penemuan peninggalan zaman purba seperti alatalat dari batu dan tulang, tulang-tulang hewan, sisa-sisa dari beberapa tanaman, gambar-gambar dalam gua, tempat-tempat penguburan, dan tulang-tulang manusia purba.



Perbaikan bentuk dari alat-alat tersebut



menunjukkan bahwa manusia pada masa itu telah dapat menghayati, membedakan dan juga menunjukkan kecenderungan ke arah fungsi yang lebih baik. Disamping karena pengalamannya, maka pemilihan batu yang digunakan menunjukkan kemampuannya memilih.



untuk membedakan



dan



Disamping peninggalan alat-alat, manusia purba juga



mewariskan cara bercocok tanam dan beternak menunjukkan mereka mampu memelihara dan membina tanaman dan hewan liar menjadi yang sesuai dengan kebutuhannya. Peninggalan alat, tanaman dan ternak diatas menunjukkan bahwa manusia purba telah mempunyai pengetahuan yang diperoleh berkat pengalamannya, kemampuan mengamati dan kemampuan memilih. Penemuan-penemuan itu terjadi baik secara kebetulan maupun disengaja.



15



Semua penemuan-penemuan itu menjadi mantap dan diulang terus menerus hingga tersusunlah pengetahuan (know how) yang kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya. Masa 15.000 – 600 SM pengetahuan manusia makin bertambah dibuktikan dengan ditemukannya



peralatan yang terbuat dari logam



perunggu atau besi dan perhiasan terbuat dari emas dan perak serta batubatu permata. Pada masa ini manusia masih sangat menggantungkan diri pada kepercayaan politheistik yang berpengaruh terhadap hasil pemikiran sehingga berkembang mitos dan pseudo sciene.



Dari hasil pengamatan-



pengamatan manusia purba ditemukan hal-hal sebagai berikut : 1) Ada gugusan atau rasi bintang yang kemudian diberi nama, misalnya Ursa mayor, Ursa minor, Sagitarius, Gemini, Orion. Serangkaian rasi (12 buah) diantara rasi-rasi ini yang berjajar sepanjang ekliptika disebut Zodiak. 2) Kedudukan matahari dan bulan berubah/bergerak terhadap zodiak. 3) Planet-planet Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus kedudukannya selalu berubah terhadap zodiak. 4) Bulan tiap kali berubah bentuk dan tempat, dan kembali pada bentuk dan tempat yang sama setelah 28 sampai 29 kali matahari terbit dan terbenam. 5) Terbit dan terbenamnya matahari di cakrawala juga berpindah-pindah dengan periode tertentu, yaitu 365 hari. 6) Dalam 365 hari terjadi 12 kali perubahan bulan untuk tiap kali kembali pada bentuknya yang sama. 7) Diantara gejala alam ada peristiwa gerhana bulan. Berdasarkan hasil pengamatan-pengamatan tersebut manusia purba mampu membuat kalender sebagai pedoman waktu untuk mengatur kehidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan untuk peramalan gerhana yang akan datang.



16



Penemuan-penemuan di atas merupakan proses alamiah, hanya dimungkinkan setelah manusia zaman itu mencari dan akhirnya menemukan dan mampu menggunakan angka-angka dan abjad untuk melakukan perhitungan-perhitungan. Dalam menemukan proses alamiah tersebut berlangsung tahapan-tahapan pengamatan, pengumpulan data analisis, abstraksi, simbolisasi dan sintesis kembali.



Jadi dalam



perkembangannya



memperoleh



manusia



purba



dapat



pengetahuan/kemampuan sebagai berikut : 1) Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman. 2) Kemampuan



melakukan



abstraksi berdasarkan kesamaan atau



keteraturan 3) Kemampuan menulis dan berhitung dan menyusun kalender berdasarkan proses sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan. 4) Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alamiah berbagai jenis siklus, yang semuanya berdasarkan proses abstraksi. 5) Kemampuan meramal berdasarkan peristiwa fisis. Kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki tersebut semuanya diperoleh secara alamiah, artinya tanpa disadari dan disengaja, jadi segala peristiwa yang terjadi hanya diterima sebagaimana adanya, tanpa usaha pendalaman lebih lanjut.



Manusia purba masih dalam pemikiran



(receptive attitude dan receptive mind). b. Zaman Yunani 600 SM sampai kurang lebih 200 SM disebut zaman Yunani. Pada masa ini terjadi perubahan besar dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman tersebut secara pasit receptive, tapi mereka memilih “inquiry attitude” dan “inquiry mind”.



17



Menurut bangsa Yunani dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan, yang penting bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut. Misal Thalea (624 – 548 SM) dia tidak dapat menerima begitu saja adanya kenyataan, bahwa di bumi ada air, api, udara, awan, kayu, dll. Hal ini hanya dianggap sebagai gejala, dalam pikirannya timbul pertanyaan : -



dari apakah hal-hal yang berbeda tersebut dibuat?



-



apakah bahan dasarnya terbatas, dan lain-lain. Pengajuan pertanyaan yang terus menerus akan menimbulkan atau



menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus juga. Dengan demikian pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran dan penyelidikan. c. Zaman Yunani Kuno Ilmu pengetahuan di Yunani disempumakan melalui penyelidikan (inquiring). Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat sekali pada zaman Yunani, disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari bangsa Yunani. Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima pengetahuan sebagaimana adanya ıetapi secara spekulatif mencoba mencari jawab tentang asal-usul dan sebab akibat dari segala sesuatu. Bebeıapa tokoh dan pandagan-pandangan adalah sebagai (Harmoni, 2015): 1) Thales (624-548 SM) Ahli filsafat dan matematika, pelopor dari segala cabang ilmu. Thales dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan segala isinya. Thales berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air. 2) Anaximenes (588-526 SM)



18



Berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi dari udara yang merapat dan merenggang. Pendapat ini mungkin dihubungkan dengan kenyataan bahwa manusia itu tergantung kepada pernafasan. 3) Anaximander (610-546 SM) Berpendapat langit dengan segala isinya itu mengelilingi bumi dan sebenarnya langit yang nampak itu hanya separuhnya. 4) Heraklitos (535-475 SM) Menyatakan bahwa api adalah asal segala sesuatu, sebab api ini yang menggerakkan sesuatu, menghidupkan alam semesta, yang berubah-ubah sifatnya didalam proses yang kekal. Yang kekal hanyalah perubahan, segala sesuatu adalah mengalir. 5) Pythagoras (580-499 SM) Mengemukakan 4 unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api. Dalam bidang matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah segi tiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi sikusikunya. 6) Empedokles (495-435 SM) Menerima 4 unsur dasar menurut Pythagoras dan menyatakan bahwa sifat segala benda terjadi dari pencampuran keempat unsur itu dalam perbandingan yang berbeda. Keempat unsur itu adalah sifat panas, dingin, basah dan kering. Kering dan dingin membentuk bumi, panas dan kering unsur pembentuk api. Air dari basah dan dingin, udara dari basah dan panas. Selain itu juga dinyatakan bahwa segala benda yang sejenis akan tarik menarik, sedang yang berlawanan akan tolak menolak 7) Leukippos dan Demokritos (460-370 SM) Dalam mencari unsur dasar dari segala sesuatu Leukippos & Demokritos mengemukakan teori atom sebagai berikut : Zat memiliki bangun butir. Segala zat terdiri atas atom, yang tidak dapat dibagi, tak



19



dapat dimusnahkan tak dapat diubah. Atom-atom dapat berbeda dalam jumlah dan susunan atom. Semua perubahan akibat dari penggabungan dan penguraian atom menurut hukum sebab akibat. Tidak ada masalah kebetulan dan ciptaan. Yang ada hanyalah atom dan kehampaan. 8) Plato (427-345 SM) Menyangkal teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu timbul dari sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah yang sejak semula telah ada dalam alam pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh pancaindera hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah yang telah dibawa oleh roh dari alam yang gaib. 9) Aristoteles (384-322 SM) Aristoteles berpendapat bahwa ada 5 unsur dasar dari segala sesuatu. yaitu tanah, air, api, udara, dan eter (quint essential). Unsur yang satu dapat berubah menjadi unsur yang lain, kecuali eter. Misalnya, dari air dan tanah yang main masak akan. benibah menjadi gaiam, biji, dan logam. 10) Ptolomeus (127-151) Berpendapat bahwa bumi sebagai pusat jagat raya, bintang dan matahari mengelilingi bumi (geosentrisme). Planet beredar melalui orbitnya sendiri dan terletak antara bumi dan bintang. d. Zaman pertengahan 1) Zaman Alkimia (abad 1-2) Ahli alkimia menerima pendapat empat buah unsur dan bahkan menambahkan tiga lagi, yaitu: air raksa, belerang dan garam. Disini pengertian usur lebih dimaksudkan sebagai sifatnya dari pada unsur itu 2) Zaman Latrokimia Tokoh-tokoh yang ada pada zaman ini diantaranya: (1) AlKhowarizmi (780-850 M), (2) Niarizi, (3) Ar-Razi (866-909 M),



20



(4) Ibn Sina (980 – 1037 M), (5) Ibn Baithar, dan (6) Al-Ashama”i (740-828 M). Secara garis besar, sumbangan bangsa Arab dalam perkembangan pengetahuan alam yaitu: -



Menerjemahkan



karya-karya



peninggalan



Yunani,



mengembangkan, dan menyebarkan ke Eropa -



Mengembangkan metode eksperimen sehingga memperluas pengamatan dalam bidang kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia, dan biologi.



-



Memantapkan penggunaan sistem bilangan dengan dasar sepuluh.



e. Zaman Modern, Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam Permulaan abad ke-14 di Eropa dimulai perkembangan ilmu pengetahuan.



Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat



kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214 – 1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian. Perkembangan ilmu pengetahun makin pesat dan mantap setelah Francis Bacon (1560 – 1626) menulis buku berjudul “ Novum Organum” yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan penguraian metodenya. Dilihat dari segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada : 1) Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus, 2) Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakukan secara sistimatis, 3) Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara, antara lain : analisis langusng, perbandingan dan analisis matematis dengan menggunakan model-model matematis,



21



4) Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan sehubungan dengan model-model itu. 5) Percobaan-percobaan untuk menguji ramalah tersebut. Percobaan-percobaan



ini



akan



menghasilkan



beberapa



kemungkinan, diantaranya benar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan berpikir, sehingga terbuka juga kemungkinan



untuk



memperbaikinya.



Dengan



demikian



ilmu



pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang didalamnya terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju ke arah kebenaran. Pada mulanya ilmu pengetahuan timbul di Asia, meluas ke Yunani kembali ke Asia (Timur Tengah), baru kemudian ke Eropa. Perkembangan IPA Klasik dan IPA Modern Perkembangan IPA Klasik dan IPA Modern Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern” sama sekali bukan berkaitan dengan waktu maupun klasifikasi bidang ilmu. Penggolongan ini lebih mengacu kepada konsepsi, yaitu cara berpikir, cara memandang, dan cara menganalisis suatu fenomena alam. IPA klasik merupakan suatu proses IPA dimana teori dan eksperimen memiliki peran saling melengkapi dan memperkuat. IPA klasik memiliki kajian yang bersifat makroskopik, yakni mengacu pada hal-hal yang berskala besar dan kaidah pengkajiannya menggunakan cara tradisional. Di samping kajian yang bersifat makrokopis, ciri lain IPA klasik adalah lebih mendahulukan eksperimen dari pada teori. IPA modern adalah suatu proses IPA di mana penekanan terhadap teori lebih banyak dari pada praktek. IPA modern memiliki telahan yang bersifat mikroskopik, yakni sesuatu yang bersifat detail dan berskala kecil.



22



Selain itu, IPA modern menerapkan teori eksperimen, di mana ia menggunakan teori yang telah ada untuk eksperimen selanjutnya. 4. Ruang Lingkup IPA Ilmu pengetahuan alam dapat dibagi menjadi tiga bidang utama yaitu: a. Ilmu Sosial dan Budaya Membahas tentang hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial, yang terbagi atas: 1) Psikologi, mempelajari proses mental dan tingkah laku 2) Pendidikan, proses latihan yang terarah dan sistematis menuju suatu tujuan 3) Antologi, mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan dan tingkah laku sosial. 4) Etnologi, cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek system sosio-ekonomi dan pewarisan kebudayaan terutama keaslian budaya. 5) Sejarah, pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, Negara dan individu. 6) Ekonomi, yang berhubungan dengan produksi, tukar-menukar barang produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, Negara atau perusahaan. 7) Sosiologi, studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal usul organisasi, institusi, perkembangan masyarakat. b. Ilmu Pengetahuan Alam, yang membahas tentang alam semesta dengan semua isinya yang terdiri atas: 1) Fisika, mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat sementara. Seperti : bunyi cahaya, gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir. 2) Kimia, mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek sususan materi dan perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar



23



dibagi kimia organik (protein, lemak) dan kimia anorganik (NaCl), hasil dari ilmu ini dapat diciptakan seperti plastik, bahan peledak. 3) Biologi, mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya. -



Botani, ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan.



-



Zoologi ilmu yang mempelajrai tentang hewan.



-



Morfologi ilmu yang mempelajari tentang struktur luar makhluk hidup.



-



Anatomi suatu studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam mahkhluk hidup.



-



Fisiologi studi tentang fungsi atau faal/organ bagian tubuh makhluk hidup.



-



Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara mendalam.



-



Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan serentetan sel sejenis.



-



Palaentologi studi tentang makhluk hidup masa lalu.



c. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa Studi tentang bumi sebagai salah satu anggota tatasurya, dan ruang angkasa dengan benda angkasa lainnya. 1) Geologi, yang membahas tentang struktur bumi. (yang bahasannya meliputi dari ilmu kimia dan fisika) contoh dari ilmu ini petrologi (batu-batuan), vukanologi (gempa bumi), mineralogi (bahan-bahan mineral). 2) Astronomi, membahas benda-benda ruang angkasa dalam alam semesta yang meliputi bintang, planet, satelit da lain-lainnya. Manfaatnya dapat digunakan dalam navigasi, kalendar dan waktu 5. Peranan Matematika Terhadap IPA Dalam



perkembangan



ilmu



pengetahuan



alam



matematika



memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambanglambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, di samping hal lain



24



seperti bahasa, metode dan lain sebagainya. Bakhtiar (2004) dalam (Rahim, 2012 : 50) Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) mempunyai ciri-ciri khusus yang menyebabkan pendidikan MIPA perlu ditangani secara khusus pula. Salah satu cirinya adalah adanya kerja sama antara eksperimen dan teori. Teori dalam MIPA adalah pemodelan matematis terhadap berbagai prinsip dasar yang kebenarannya masih harus diuji dengan eksperimen yang dapat memberikan hasil yng serupa. Pada dasarnya eksperimen selain merupakan suatu proses induktif dalam menemukan prinsip dasar yang baru, juga merupakan suatu proses deduktif bagi pengujian teori baru. Dalam membuat interpretasi hasil eksperimen untuk pengambilan keputusan diperlukan penggunaan inferensi statistik. Penerapan berbagai pengertian dan prinsip MIPA dalam taraf sederhana terhadap masalah alamiah seringkali memerlukan keterpaduan berbagai komponen MIPA dengan Matematika dasar sebagai logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif Fisika, Kimia, dan Biologi sebagai deskripsi permasalahan yang ada Belajar memadukan berbagai komponen tidak akan menghasilkan kemampuan terhadap penguasaan materi Matematika dan IPA. Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Hal ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak. Abdurrahman (2003) dalam (Rahim, 2012 : 51) Peran Matematika terhadap IPA. Pelajaran matematika mempunyai peran positif dan signifikan terhadap pelajaran IPA hasil Ujian Nasional tahun 2010 di Kota Kendari. Artinya tingginya penguasaan siswa terhadap matematika diikuti tingginya penguasaan siswa terhadap pelajaran IPA. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa terhadap matematika diikuti oleh tinggi rendahnya hasil belajar siswa terhadap IPA atau dengan bahasa umum dalam



25



matematika bahwa hasil belajar siswa terhadap matematika mempunyai hubungan linear terhadap hasil belajar IPA. Peran matematika terhadap IPA ditandai dengan setiap perubahan (penambahan) satu-satuan matematika akan meningkatkan pelajaran IPA sebesar 0,409 satuan. Kuatnya hubungan pelajaran matematika terhadap IPA dilihat dari hubungan horizontal sangat besar peranannya. Dalam berbagai materi pelajaran IPA dapat diselesaikan dengan lancar jika pelajaran matematika terlebih dahulu diajarkan dan difahami oleh siswa sebelum diajarkan pelajaran IPA (khususnya dalam IPA-Fisika), jangan sebaliknya. Secara empiris rata-rata hasil belajar matematika lebih rendah dibandingkan dengan pelajaran IPA. Rata-rata pelajaran matematika berada di bawah rata-rata umum sementara pelajaran IPA di atas rata-rata dengan standar deviasi (SD) sebesar 1,94 untuk matematika dan 1,82 untuk IPA. Kedua bilangan standar deviasi relatif tidak ada perbedaan yang berarti, namun yang menjadi catatan adalah nilai median untuk pelajaran matematika sebesar 5,5 sementara pelajaran IPA 7,0 yang menunjukkan bahwa kedua pelajaran mempunyai perbedaan yang berarti ditinjau dari angka atau ukuran median, demikian juga terhadap nilai minimum dan maksimum. Hasil temuan ini sesuai yang dikemukakan oleh (Bakhtiar, 2004: 193) yang menyatakan bahwa dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam Matematika memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi Matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambanglambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode dan lainnya. Dalam (Rahim, 2012 : 59) 6. Disiplin IPA dan Multi Disiplin IPA Multidisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang cakupan pembahasannya menggunakan lebih dari satu kelompok disiplin ilmu, misal



26



kelompok IPA dan IPS. Contoh multi disiplin ilmu adalah lingkungan, yang dapat mengolaborasikan ilmu IPA dan IPS. Pengembangan ilmu yang terus menerus dan begitu cepatnya, terutama mulai awal abad ke-20 menyebabkan klasifikasi ilmu berkembang ke arah disiplin ilmu yang lebih spesifik. Sebagai contoh dalam displin ilmu kimia maka telah terjadi pemfokusan menjadi berbagai sub-disiplin ilmu kimia antara lain : kimia teoritis, kimia analisis, kimia anorganik, biokimia, kimia fisik, kimia organik. Selanjutnya contoh adalah dalam sub-disiplin kimia organik maka terdapat antara lain focus kea rah kimia organik sintesis dan kimia bahan alam. Kimia bahan alampun dapat terbagi lagi berdasarkan kelompok senyawa kimianya. Berdasarkan pengembangan fokus ilmu tersebut menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya sehingga tidak memungkinkan lagi seseorang dapat menguasai ilmu dengan sempurna. Untuk dapat menguasai ilmunya dengan baik, maka pada akhirnya seorang ahli akan lebih memfokuskan atau menspesialisasikan dirinya dalam salah satu fokus disiplin ilmu tertentu. Dalam hal lain, perkembangan ilmu tidak hanya ke arah fokus disiplin ilmu saja. Tetapi banyak ilmu baru yang tidak bisa dibahas berdasarkan satu disiplin ilmu saja. Ilmu semacam ini disebut sebagai multidisiplin ilmu. Contoh ilmu multi disiplin yang paling popular adalah ilmu lingkungan . Pembahasan ilmu lingkungan dapat dilihat dari disiplin ilmu social maupun IPA. Pendekatan IPA pun dapat dilihat dari berbagai disiplin ilmu seperti kimia (kimia lingkungan), fisika (fisika lingkungan), biologi (ekologi, biodiversivitas), hidrologi (pencemaran air), geografi (pencemaran udara, perubahan iklim), pertanian dan banyak lainnya. Perkembangan multi disiplin IPA pun cukup banyak dan beberapa ilmu multidisiplin saat ini berkembang dengan sangat pesat, sebagai contoh adalah bioteknologi, rekayasa genetika, informatika/computer dan ilmu



27



material. Perkembangan tersebut sangat mempengaruhi pola pandang dan kehidupan sosial manusia saat ini. LEMBAR KERJA MAHASISWA 1. Pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula disebut dengan… a. Universal b. Obyektif c. Sistematik d. Metodik 2. Urutan dalam langkah metode ilmiah adalah… a. Mengumpulkan



data,



merumuskan



masalah,merumuskan



hipotesis,



menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan b. Merumuskan masalah, mengumpulkan data, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan c. Merumuskan



masalah,merumuskan



hipotesis,



menguji



hipotesis,



mengumpulkan data, merumuskan kesimpulan d. Merumuskan masalah,merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan 3. Landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan adanya koreksi disebut dengan… a. Hipotesis b. Hukum c. Teori d. Empiris 4. Pernyataan bahwa penggunaan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang obyektif, merupakan penjelasan dari kriteria metode ilmiah .... a. Menggunakan ukuran obyektif



28



b. Berdasarkan fakta c. Menggunakan teknik kuantitatif d. Bebas dari prasangka 5. Seorang ilmuwan dituntut untuk memiliki sikap ilmiah, yaitu .... a. jujur, terbuka, toleran, skeptis, optimis, pemberani, serta kreatif dan inovatif b. didaktis, terbuka, toleran, artistik, optimis, pemberani, serta kreatif dan inovatif c. jujur, terbuka, toleran, artistik, optimis, pemberani, serta kreatif dan inovatif d. didaktis, jujur, terbuka, toleran, skeptis, optimis, serta kreatif dan inovatif 6. Praduga seorang ilmuan terhadap suatu kasus yang didasarkan pada telaah pustaka atau pengumpulan informasi disebut … a. Sintesa b. Hipotesa c. Analisa d. Teoritis 7. Pemanfaatan energi matahari untuk tenaga listrik termasuk dalam ruang lingkup pengembangan… a. IPA klasik b. IPA modern c. IPA murni d. Ilmu Hayati 8. “Memiliki kajian yang bersifat makroskopik, yakni mengacu pada hal-hal yang berskala besar dan kaidah pengkajiannya menggunakan cara tradisional.” Merupakan salah satu ciri-ciri dari… a. IPA klasik b. IPA modern



29



c. IPA murni d. Ilmu Terapan 9. Kontribusi Matematika dalam perkembangan



ilmu alam, lebih ditandai



dengan penggunaan… a. Jumlah bilangan b. Manfaat bilangan c. Jenis bilangan d. Lambang bilangan 10. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) mempunyai ciri-ciri khusus yang menyebabkan pendidikan MIPA perlu ditangani secara khusus pula. Salah satu cirinya adalah… a. Adanya keterkaitan antar IPA dengan ilmu lainnya b. Adanya pengaruh tingkat kesulitan dalam belajar c. Adanya kerja sama antara eksperimen dan teori. d. Adamya kesamaan dalam bentuk teori



30



Daftar Pustaka Aisyah, dkk. 2019. Ilmu Almaniah Dasar Dalam Perspektif Islam Sebagai Buku Rujukan Di Perguruan Tinggi. Bengkulu: Penerbit Vanda. Amin, Muhammad Bachrul. 2019. Metode Ilmiah dan Ilmu Alamiah I. Madura: IAIN Madura. Nurdiana. 2016. Ilmu Alamiah Dasar. Lombok: Pustaka Lombok. Rahim, Utu Kadir Dan Abd. Rafiun. 2012. Peran Matematika Dalam Menunjang Mata Pelajaran IPA, Bahasa Inggeris Dan Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan



Matematika,



Volume



3



Nomor



1.



(http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPM/article/download/1985/pdf) Diakses 22 September 2020.



Syafaruddin. 2008. Filsafat IlmuMengembangkan Kreativitas dalam Proses Keilmuan. Bandung : Citapustaka Media Perintis. Widiastuti, Ni Luh gede Karang. 2017. Modul Alamiah Dasar. Denpasar: Universitas Dwijendra Denpasar.



31