Metode Pelaksanaan Jembatan Beton Precast Kelompok 7 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

METODE PELAKSANAAN, OPERASI DAN PEMELIHARAAN METODE PELAKSANAAN BETON PRECAST PADA JEMBATAN



Oleh : Kelompok 7



Nama Anggota : Gst. Md. Laksmana Utama Primantara



(1605511064)



Nyoman Ary Wahyu Darma Kusuma



(1605511068)



I Made Suhartawan



(1605511078)



PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2018



0



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI............................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2 1.3 Manfaat..........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3 2.1 Definisi Beton Pracetak.................................................................................3 2.2 Macam-Macam Metode Pelaksanaan Beton Precast Pada Girder Jembatan.6 2.3 Metode Pelaksanaan Aplikasi Beton Prategang............................................9 2.4 Metode Pelaksanaan Jembatan Dengan Portal Hoise..................................11 2.5 Metode Pelaksanaan Beton Precast Pada Pelat Jembatan............................24 BAB III PENUTUP...............................................................................................30 3.1 Kesimpulan..................................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31



i



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Jembatan adalah bangunan yang menghubungkan secara fisik untuk keperluan pelayanan transportasi dari tempat ujung ke ujung yang lainnya, yang terhalang oleh kondisi alam atau bangunan lain. Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan studi yang menarik. Jembatan mungkin tidak ada artinya bagi orang-orang yang bertempat tinggal di daerah dataran yang rata, tidak didapati adanya sungai, jurang, tebing, ataupun keadaan dimana kita akan berpindah tempat namun ada penghalang di depan kita. Sebaliknya, jembatan dirasa sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di daerah yang sangat sulit dijangkau, sehingga jembatan sangat di butuhkan sebagai alat penghubung dari satu tempat ke tempat lain. Dengan perkembangan zaman maka jembatan tidak hanya dipandang sebagai alat penghubung antara tempat satu dengan tempat yang lain, melainkan sebagai sarana untuk memperlancar kegiatan manusia, serta membantu berkembangnya suatu daerah yang selama ini sulit di akses, apalagi Indonesia ini sebagai negara yang berkembang, akses ke daerah-daerah ataupun ke kota sangat dibutuhkan, dengan adanya jembatan ini sangat membantu hal tersebut. Ada banyak jenis jembatan yang kita kenal, namun pada makalah ini kami fokuskan pada metode jembatan dengan sistem beton precast. Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka. 1



Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era sekarang ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan beton precast ? 2. Apa saja macam-macam metode pelaksanaan beton precast pada girder jembatan ? 3. Bagaimana metode pelaksanaan aplikasi beton prategang ? 4. Bagaimana metode pelaksanaan jembatan dengan portal hoise ? 5. Bagaimana metode pelaksanaan beton precast pada pelat jembatan? 1.3 Manfaat 1



Mahasisnwa mengetahui apa yang dimaksud dengan beton precast.



2



Mahasiswa mengetahui macam-macam metode pelaksanaan beton precast pada girder jembatan.



3



Mahasiswa mengetahui bagaimana metode pelaksanaan aplikasi beton prategang .



4



Mahasiswa mengetahui bagaimana metode pelaksanaan jembatan dengan portal hoise.



5



Mahasiswa mengetahui bagaimana metode pelaksanaan beton precast pada pelat jembatan .



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Definisi Beton Pracetak Precast Concrete (beton pracetak) adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut : tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi. Produk precast concrete dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu penampakan luar (keindahan). Oleh karena itu, arsitek yang berorientasi maju pasti akan memikirkan alternatif pemakaian produk precast untuk bangunan rancangannya. Dengan digunakannya precast maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya produk precast adalah untuk komponen-komponen yang berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama. Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. 3



Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dan lain-lain tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya. Proses beton precast dilakukan di pabrik biasanya dengan melalui produksi masal secara berulang dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan pemesanan. Harga beton precast cenderung mahal karena harga cetakannya yang terbuat dari plat baja. Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar. Keuntungan Menggunakan Struktur Pracetak ‐



Kualitas produk lebih baik; karena dibuat dengan kontrol yang ketat (infactory); penampang lebih standar, biasanya mutu tinggi digunakan pada beton pracetak prategang







Waktu Pelaksanaan Konstruksi lebih cepat; dilakukan secara pararel factory-in site.







Biaya lebih ekonomis ; produk massal dan repetitif; pemakaian tenaga kerja



disesuaikan



dengan



kebutuhan



produksi,



penggunaan



perancah/scafolding tidak perlu ‐



Penyelesaian finishing mudah ; Variasi untuk finishing permukaan struktur pracetak dilakukan saat pembuatan komponen ; termasuk coating untuk attack-hazard seperti korosif, kedap suara.



4







Lahan proyek tidak luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan ramah lingkungan ; Komponen pracetak dibuat ditempat lain /factory



Kelemahan Menggunakan Struktur Pracetak ‐



Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.







Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.







Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai diatas 1000 km.







Hanya dapat dilaksanakan di daerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan erection.







Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.







Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan pada beton pracetak.







Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)



Kendala & Permasalahan Beton Pracetak Yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan komponen beton pracetak seperti pelat lantai, balok, kolom dan dinding adalah sambungan. Selain berfungsi untuk menyalurkan beban beban yang bekerja, sambungan juga harus berfungsi menyatukan masing-masing komponen beton pracetak tersebut menjadi satu kesatuan yang monolit sehingga dapat mengupayakan stabilitas struktur bangunannya



5



2.2 Macam-Macam Metode Pelaksanaan Beton Precast Pada Girder Jembatan 1. Sistem Servis Crane Keuntungan sistem servis crane adalah  Produktivitas erection yang tinggi.  Tidak terpengaruh kepada tipe tanah yang ada dibawah lantai jembatan (sebatas mampu dilewati untuk manuver alat berat). Kerugian sistem servis crane adalah  Umumnya penggunaan alat berat seperti ini menuntut biaya tinggi mengingat biaya sewa crane dengan kapasitas angkat tinggi adalah relative mahal.  Perlunya access road yang memadai untuk memobilisasi service crane.



2. Sistem Launching Truss Keuntungan sistem launching truss adalah 



Tidak terpengaruh kepada kondisi dibawah lantai jembatan (katakanlah sepenuhnya sungai)



Kerugian sistem launching truss adalah 



Umumnya penggunaan alat berat seperti ini juga menuntut biaya tinggi.







Diperlukan system booking alat yang memadai mengingat tipe ini belum dimiliki banyak oleh sub kontraktor erection.



6







Produktivitas relatif lebih rendah dibandingkan sistem service crane, dimana perlu waktu extra untuk erection truss dan sistem angkat dan menempatkan girder.



3. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link Set Untuk konstruksi jembatan rangka baja, maka sistem penggunaan alat angkat baik service crane yang mungkin diletakkan diatas ponton atau konvensional gantry adalah cara paling umum digunakan untuk mengangkat dan memasang batang per batang baja di posisinya. Sistem counter weight akan diperlukan yang biasanya diambil dari konstruksi rangka baja yang belum dipasang ditambah dengan extra beban, agar erection dengan sistem cantilever dapat dilakukan. Penggunaan “link set” juga dapat dilakukan untuk menghubungkan satu span rangka yang sudah jadi sebagai konstruksi counter weight bagi konstruksi rangka di span selanjutnya. Untuk jelasnya lihat gambar-gambar dibawah ini.



7



4. Sistem Launching Gantry Untuk konstruksi jembatan dimana lantai jembatannya berupa struktur beton precast segmental-box, maka penggunaan alat launching gantry umumnya dapat digunakan, dimana sistem ini mempunyai kecepatan erection tinggi yang didukung sistem feeding segmental dari sisi belakang alat (tidak dari bawah karena pertimbangan lalu lintas, misalnya).



5. Sistem Traveller atau Heavy Gantry Sistem traveller umumnya digunakan untuk tipe jembatan balance box cantilever, khususnya untuk lantai jembatan dengan beton cor ditempat. Bila pada tipe jembatan tipe ini menggunakan beton precast box segmental, maka sistem alat angkat gantry harus digunakan. Sistem kedua alat angkat ini juga digunakan untuk konstruksi jembatan kabel, khususnya untuk tipe cable stay, maka erection deck juga memanfaatkan struktur kabel sebagai tumpuan baru sebelum nantinya sistem traveler (bila beton



8



adalah cast in place) atau heavy gantry (bila beton adalah precast) akan maju ke segmen berikutnya.



2.3 Metode Pelaksanaan Aplikasi Beton Prategang Terdapat dua metode pelaksanaan kerja yang diterapkan dalam pengaplikasikan beton prategang, yaitu: 1. Metode Beton Prategang Pre-Tensioned Metode ini disebut juga dengan metode pra tarik, dimana pemberian tegangan dilakukan ketika beton belum dicor dan mengeras. Gaya konsentris yang ada pada tegangan pun dipertahankan hingga beton benar-benar sudah mengeras. Proses pembuatannya menggunakan kabel tendon yang kemudian diikat pada dua buah angkur yaitu angkur hidup dan angkur mati. Metode kerjanya adalah angkur hidup yang telah ditanam pada beton ditarik menggunakan dongkrak. Hal ini bertujuan agar kabel tendon yang ada didalamya menjadi bertambah panjang.



9



2. Metode Beton Prategang Post-Tensioned Metode ini disebut juga dengan metode pasca tarik, yaitu pemberian tegangan beton dilakukan ketika beton sudah mengeras. Aplikasi beton prategang pasca tarik umumnya digunakan pada kontruksi jembatan bentang menengah hingga bentang panjang. Dalam metode ini tidak diharuskan menggunakan kabel tendon yang diikat pada angkur hidup dan angkur mati. Namun proses pembuatannya yaitu dengan cara beton dibiarkan mengeras hingga mencukupi umur beton tersebut. Kemudian dongkrak dipasang pada angkur dan kabel tendon ditarik hingga mencapai tegangan yang telah direncanakan sebelumnya.



10



2.4 Metode Pelaksanaan Jembatan Dengan Portal Hoise Pabrikasi PC- U Girder Tahapan Pekerjaan Fabrikasi : 1. Pemasangan tulangan memanjang dan melintang girder. 2. Menentukan ordinat tendon prestress sesuai gambar kerja. Ordinat diukur dari paling bawah tulangan girder ke as tendon (Y1) atau bagian bawah tendon (Y2). Titik ordinat tersebut ditandai (marking) dengan menggunakan cat , spidol atau sejenisnya.



Penentuan koordinat titik duct tendon



11



3. Memasang Support bar dengan cara mengikat support bar ke tulangan geser/sengkang berdasarkan posisi yang telah di marking. 4. Menyambung duct sesuai dengan Tipe dan panjang tendon yang direncanakan dengan menggunakan coupler duct dan masking tape / clotch tape. 5. Memasukkan duct kedalam tulangan balok, kemudian duct diikat ke suport bar dengan menggunakan kawat ikat. 6. Memasukkan duct kedalam tulangan girder, kemudian duct diikat ke support bar dengan menggunakan kawat ikat.



Instalasi duct 7. Memasang Casting pada posisi angkur hidup, sebelumnya casting dipasang terlebih dahulu pada box casting yang terbuat dari multiplek. 8. Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur mati. Bursting steel merupakan tambahan penulangan yang berfungsi sebagai penahan gaya radial untuk mencegah terjadinya retak / pecah pada saat stressing. 9. Menyambung duct ke casting dengan menggunakan masking tape/ clotch tape. Masking tape berfungsi untuk mencegah masuknya air semen kedalam duct.



12



10. Memasang PE grout untuk lubang inlet/outlet saat grouting. 11. Inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa ordinat tendon prestress dan kelengkapan aksesorisnya



Girder siap untuk dicor 12. Pemasangan formwork girder. 13. Pengecoran.



Girder yang telah dicor dan akan dipindahkan Transportasi (Pengangkutan) Balok girder yang telah cukup umur kemudian dibawa menuju lokasi penggunaan girder yaitu dilokasi proyek. Sebelum pengangkutan sebaiknya



13



dilakukan survey terhadap alat yang akan digunakan, rute yang akan digunakan, dan alat yang digunakan untuk penurunan balok. Girder dipindahkan dengan menggunakan truk container dan setibanya dilokasi proyek girder tersebut diturunkan dengan menggunakan gentri angkat. Balok girder yang berbentuk U memiliki keistimewaan yang terletak pada susunan tendonnya yang berpasang-pasangan. Susunan ini mengharuskan penarikan kabel strand pada girder harus menggunakan dua dongkrak sekaligus. Proses Stressing Pekerjaan Instalasi Pemasangan strand mengikuti pekerjaan pembesian balok. Tahapan pekerjaan pemasangan strand adalah sebagai berikut : 1. Pemasangan scaffolding 2. Pemasangan formwork / bekisting 3. Pemasangan tulangan memanjang balok 4. Menentukan ordinat tendon prestress sesuai gambar kerja. Ordinat diukur dari dasar bekisting balok ke as tendon atau bagian bawah tendon.



Titik



ordinat



tersebut



ditandai



/



marking



dengan



menggunakan cat atau spidol. 5. Memasang support bar dengan cara mengikat support bar ke tulangan geser / sengkang berdasarkan posisi yang telah dimarking 6. Menyambung duct sesuai dengan tipe dan panjang tendon yang direncanakan dengan menggunakan coupler duct dan cloth tape 7. Memasukkan duct kedalam tulangan balok, kemudian duct diikat ke support bar dengan menggunakan kawat ikat. 8. Memasang casting pada posisi angkur hidup, sebelumnya casting dipasang terlebih dahulu pada box casting yang terbuat dari multiplek



14



9. Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur mati. Bursting steel merupakan tambahan penulangan pada saat stressing 10. Menyambung duct ke casting dengan menggunakan cloth tape. Cloth tape berfungsi untuk mencegah masuknya air semen kedalam duct 11. Memasukkan strand kedalam duct dengan cara menusuk strand satu persatu dari arah angkur mati ke arah angkur hidup hingga tercapai jumlah strand sesuai dengan rencana. Untuk tendon panjan > 50 meter maka strand dapat dimasukkan melalui tengah bentang 12. Memasang u-plate untuk angkur mati tipe u. Sedangkan untuk angkur mati tipe-h dapat langsung dipasang sesuai dengan posisi dalam gambar kerja 13. Memasang grout vent dan pe grout untuk lubang inlet / outlet saat grouting 14. Pembuatan stressing pocket (lubang untuk stressing) berdasarkan ukuran dan tipe tendon stressing 15. Inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa ordinat tendon prestress dan kelengkapan aksesorisnya 16. Persetujuan dari kontraktor / konsultan, kemudian pengecoran Pekerjaan Stressing 1. Ijin pelaksanaan stressing dari Main kontraktor dengan dilampiri hasil pengujian kuat tekan beton. 2. Pembongkaran bekisting pada stressing pocket hingga posisi casting terbuka dan benar-benar bersih dari sisa-sisa pengecoran 3. Persiapan peralatan stressing pada titik-titik penarikan dan lampu penerangan jika stressing dilakukan pada malam hari atau pada area yang kurang terang



15



4. Pemasangan platform stressing dan penggantung jack 5. Pemasangan anchor block sesuai dengan tipe tendon 6. Memasang wedges / baji pada lubang-lubang anchor block. Wedges terlebih dahulu dilumuri dengan grease / gemuk. 7. Memasang chair dibelakang anchor block agar posisi wedges bebas pada saat penarikan 8. Stressing jack dipasang dan dirapatkan kearah casting sehingga posisi casting, anchor head dan stressing head rapat.



Pekerjaan Persiapan Pra Stressing 9. Mempersiapkan form-form pencatatan hasil penarikan, alat tulis dan kalkulator. Kemudian menghubungkan hydraulic pump dengan power listrik untuk pelaksanaan stressing 10. Selama stressing dicatat pembacaan manometer dan perpanjangan strand yang terjadi pada formulir stressing. 11. Data yang tercatat dibandingkan dengan perhitungan teoritis dan ada batasan bahwa deviasi terhadap teoritis tidak boleh lebih (+) atau kurang (-) dari 7%. 12. Jika terjadi deviasi kurang dari (-) 7%, maka llangsung diadakan penarikan ulang tanpa melepas / menghilangkan gaya yang sudah ada.



16



Dan jika terjadi deviasi lebih besar dari (+) 7%, maka hasil stressing akan digambarkan pada sebuah grafik untuk melihat penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. 13. Hasil pencatatan stressing akan diserahkan kepada pihak konsultan pengawas untuk dievaluasi dan pekerjaan selanjutnya baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan stressing disetujui dan diterima oleh pengawas. 14. Pekerjaan selanjutnya adalah menutup anchor block / barrel dengan adukan semen untuk persiapan pekerjaan grouting.



anchor



anchor head



baji



Pemasangan anchor head dan baji drat dongkrak



Penyetelan dongkrak



Stressing 17



Proses pengikatan baji drat



Pekerjaan Grouting Grouting adalah proses pengisian rongga udara antara strand dengan duct dan rongga pada bagian dalam casting dengan bahan grout. Tujuannya adalah untuk menjaga bahaya korosi juga untuk mengikat strand dengan beton disekelilingnya menjadi satu kesatuan. Digunakan campuran semen dengan air dan ditambahkan non shrinkage additives. 1. Ijin pelaksanaan grouting 2. Persiapan material grouting diantaranya semen PC, air bersih dan additive. Banyaknya material disesuaikan dengan komposisi yang telah disetujui 3. Persiapan lubang-lubang inlet dan outlet serta membersihkan jika ada sumbatan pada lubang tersebut



18



4. Air dimasukkan kedalam mixer, disusul semen PC dan additive kemudian diaduk hingga mencapai campuran yang homogen.



Proses grouting PC U girder 5. Grout pump dihubungkan dengan lubang inlet dengan menggunakan hose dan selang grouting 6. Mortar grouting dipompa kedalam tendon melalui lubang inlet hingga keluar melalui lubang outlet benar-benar, lalu tutup lubang tersebut beberapa saat. 7. Setelah tekanan pada manometer grout pump mencapai 5 Mpa, tekuk PE grout pada lubang inlet dan ikat dengan kawat ikat sehingga rapat 8. Setelah hasil grouting diterima maka strand pada stressing lenght dapat dipotong setelah 12 jam.



19



Pemotongan kabel strand



Proses Erection Girder Erection PC U Girder dengan menggunakan sistem Portal Hoise merupakan pengembangan dari sistem Mobile Crane, dimana karena faktor lokasi dan juga biaya pelaksanaan maka untuk mengatasinya dengan cara membuat peralatan pengganti Mobile Crane. Langkah-langkah untuk melaksanakan pekerjaan erection PC U Girder dengan sistem portal hoise adalah sebagai berikut : Sistem erection PC U Girder Sistem erection PC U Girder dilakukan dengan mengangkat girder ke atas pier jembatan layang dengan mengunakan portal hoise.



20



Model portal hoise



21



Pemasangan Portal Hoise 1. Memasang kaki portal diaspal atau ditanah dengan diberi alas pondasi dengan tinggi serta lebar portal disesuaikan dengan ukuran jembatan layang 2. Mesin gantry pengangkat memakai roda trolly dipasang diatas portal untuk pengangkatan dan penggeseran girder 3. Pemasangan portal dilakukan oleh subkon pembuat portal hoise, hingga siap difungsikan. 4. Portal hoise crane bisa bergerak ke arah memanjang dan arah melintang jalan. 5. Jarak Hoise crane terhadap pilar menyesuaikan titik angkat girder. Posisi portal masing-masing berada diatas titik angkat girder. Pengangkatan girder memakai gantry crane 1. Sling angkat mesin gantry crane dikaitkan ke titik angkat girder 2. Mesin gantry crane dengan tenaga motor elektrik mengangkat girder keatas pier sampai posisi girder sejajar dengan tinggi pier 3. Pengangkatan girder dilakukan pelan-pelan, dilihat ketepatan posisinya. 4. Pengangkatan ujung-ujung girder secara bersamaan. 5. Pengangkatan girder sesuai urutan pengangkatan. Menggeser girder dan menempatkan ke posisi dudukannya 1. Trolly Gantry crane dengan tenaga motor elektrik berjalan membawa girder keatas pier 2. Girder digeser sampai pada posisi letaknya



22



3. Memastikan posisi girder sudah tepat pada letaknya 4. Lantai dudukan bearing harus benar-benar rata 5. Memasang bearing pad harus sesuai dengan tanda yang telah dibuat 6. Girder diturunkan pelan-pelan dan dilihat ketepatan posisinya



Proses penggeseran balok PC-U girder ketempatnya Finishing dengan memasang brussing pengaman girder 1. Mengontrol ulang untuk memastikan letak serta posisi girder terpasang dengan sempurna 2. Jika dirasa pemasangan girder sudah benar-benar sempurna maka dapat dipasang pengaman brussing dengan menggunakan besi beton dilas antara back wall dengan shear konektor. Pemindahan alat ke pier / pilar selanjutnya 1. Menggeser portal hoise ke posisi antar pilar yang selanjutnya akan dilakukan pekerjaan erection 2. Melakukan proses erection dari awal kembali untuk pekerjaan erection pilar selanjutnya



23



2.5 Metode Pelaksanaan Beton Precast Pada Pelat Jembatan Pekerjaan plat lantai jembatan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: tahap persiapan,



pembesian lantai, dan pengecoran plat lantai. Pekerjaan persipan



dimulai dari penyiapan material besi di stockyard untuk selanjutnya potongan besi dibawa ke lokasi pembesian dengan menggunakan truk.



Besi yang sudah difabrikasi di gudang diletakkan atau ditata berdasarkan tipe yang ada pada . Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pemasangan tulangan. Untuk menghindari adanya karat akibat angin dan air laut, besi ditutup dengan menggunakan terpal. Selain itu disiapkan scupper juga dan pipa PVC. Untuk mengetahui posisi dan elevasi pembesian, dilakukan pengukuran, dengan menggunakan teodalit dan waterpass. Yang pertama dipasang adalah tulangan dalam arah lebar jembatan kemudian dalam arah memanjang. Selanjutnya adalah pembesian pembatas jembatan pada bagian tepi. Sebagai proses terakhir pembesian dilakukan pemasangan dudukan untuk kanal dan baja WF yang berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran dan menghindarkan terinjaknya tulangan pada saat pengecoran. Persiapan terakhir sebelum dilakukan pengecoran adalah pembersihan lokasi pembesian dari kotoran berupa sisa-sisa kawat bendrat maupun kotoran lain yang dapat mengganggu pada saat pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton K -350 yang dilaksanakan dalam satu tahap. Setelah pengecoran selesai dilakukan, beton tersebut kemudian dirawat curring dengan menggunakan curring compound yang bertujuan untuk menghindarkan terjadi keretakan (cracked) . Metode dengan karung basah juga dilaksanakan curing sampai dengan umur beton 28 hari.



24



Proses produksi/pabrikasi beton pracetak pada pelat jembatan dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu : 1. Tahap Design Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya. 2. Tahap Produksi Proses Pracetak ‐



Moulding / membuat cetakan Pabrik



beton



pracetak



biasanya



telah



memiliki



workshop/bengkel khusus untuk membuat dan maintenance cetakan,



tempat



merakit



tulangan



(barcatching)



dan



sambungan. ‐



Reinforcing Ttulangan yang telah dirakit ditempatkan kedalam cetakan.







Concreting Biasanya dipabrik tersedia concrete batching plant, yang memiliki control kualitas secara computer







Compaction Memakai external vibrator dengan high-fruequency







Curing Pada elemen-elemen beton yang besar steam curing diberikan kedalam beton dengan cara diselubungi. Suhu 60-70 selama 23 jam.







Handling Pasca umur beton memenuhi, unit beton pracetak dipindahkan ke storage/gudang, disusun secara vertikal dan diberi bantalan antar unit pracetak.



25







Kirim ke lapangan Transportasi unit pracetak.







Install / erection Memasang unit pracetak pada struktur, memasang joint.







Finishing.



26



3. Tahap Pasca Produksi Pekerjaan Sistem Precast Pada Pelat ‐



Tahap Pengiriman



Pengiriman pelat precast kelokasi proyek menggunakan truk dengan panjang 9 meter dan lebar 2,5 meter dengan kapasitas maks 20 ton. Sebelum diadakan pengiriman, terlebih dahulu supplier mengadakan survey terhadap jalur atau rute pengangkutan yang akan dilalui menuju lokasi proyek. Pada saat pengangkutan perlu diperhatikan posisi atau penempatan pelat precastdiatas angkutan, agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan, misalnya tergelincir, terjatuh atau berubah kedudukannya. ‐



Tahap Penumpukan



Dalam tahap penumpukan hal yang perlu diperhatikan adalah: 1. Tersedianya lahan yang cukup luas untuk menumpuk pelat precast 2. Merencanakan jumlah tumpukan pelat precast dan mengontrol jumlah tumpukan. ‐



Tahap Pemasangan



Pemasangan pelat precast dilakukan setelah pengecoran balok, kolom dan pemasangan scaffolding pelat selesai. Dalam tahapan pemasangan ini, pelat precast diangkut menggunakan mobil crane ‐



Tahap Penyambungan



Sambungan precast yang digunakan adalah sambungan basah yang pada umumnya telah disediakan tulangan dengan panjang tertentu yang merupakan “sisa” atau perpanjangan dari tulangan precast. Selanjutnya, pertemuan antar tulangan dicor dengan beton atau dogrouting, mutu



beton grouting daerah



sambungan, harus mempunyai kekuatan mimimal sama dengan beton pengecoran.



27



Metode Pelaksanaan Pemasangan Bentuk dan jenis sambungan merupakan bagian penting pada konstruksi beton precast. Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting atau pengecoran di tempat. Penyambungan ini bertujuan mendapatkan kekuatan sambungan balok-balok beton pracetak dengan pembebanan statis dan kemampuan struktur yang disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja dari pengujian dinamis. Metode penyambungan elemen beton pracetak menggunakan bahan beton polimer dengan kecepatan pengeringan 15 menit. Dengan metode ini kecepatan kostruksi struktur pracetak akan lebih cepat dibanding dengan cor di tempat. Selain itu mutu material elemen struktur menggunakan beton pracetak akan lebih baik. Untuk mendapatkan struktur beton pracetak yang mempunyai redaman yang besar, maka sambungan elemen beton pracetak mempunyai konfigurasi tulangan pada sambungan yang tidak kaku. Pada sambungan tipe-A, tulangan tengah tidak disambung tetapi ditekuk 45o ke arah pusat sambungan. Tipe ini mempunyai daya redam yang besar daripada sambungan tipe-B yang seluruh tulangan utamanya diteruskan. Metode ini dapat diperluas dengan meneliti sambungan kolom-balok, kolom-kolom, dan kolom-fondasi. Selain itu jenis sambungan dapat menggunakan sambungan kering yang menggunakan baut atau sistem las. Prinsip Cara Pemasangan (Erection) 1. Cara pemasangan perbagian ( vertical ) a. Dilakukan trave per trave b. Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar c. Perlu landasan yang cukup kuat, Mobil crave bias bergerak memenuhi jarak jangkau d. Lengan momem untuk crane tidak terlalu besar sehingga berat komponen lebih leluasa e. Biasanya untuk 3-5 tingkat



28



2.



Cara pemasangan perlapis ( horizontal ) a. Dilakukan lantai perlantai b. Perlu alat pengangkat yang dapat mencari seluruh bagian bangunan c. Karena besarnya momen crane, berat komponen terbatas terutama palt lantai d. Crane yang biasa digunakan Tower CXrane Putar e. Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan



3.



Cara pemasangan Lift Slab a. Kolom menerus pelat lantai di cor satu diatas yang lain b. Alat pengangkat Hidraulis c. Perlu pasak untuk pengunci dalam pemasangan



4. Cara Pemasangan Jack Block a. Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah Hidraulis Jack dipasang di bawah komponen pendukung vertical b. Dengan mengatur secara berganti penggunaan hydraulic Jack dan penempatan



penunjang ( dari blok beton ) seluruh komponen



diangkat ke atas c. Setelah mencapai ketinggian lantai yang diinginkan, lantai berikutnya dipersiapkan di permukaan tanah d. Demikian seterusnya 5. Cara Pemasangan Kombinasi a. Penggunaan cara pemasangan dengan berbagai cara b. Ini cara yang paling lazim



29



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari laporan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa macam-macam metode pelaksanaan beton precast pada girder jembatan yaitu sistem service crane, sistem launching truss, sistem penggunaan counter weight dan link set, sistem launching gantry, sistem traveller atau heavy gantry. Untuk menggunakan balok beton precast pada jembatan dibutuhkan proses pabrikasi selanjutnya dikirim ke lapangan setelah itu dilakukan stressing pada tendon kemudian melakukan grouting karena menggunakan sistem posttensioning, dan yang terakhir proses erection dengan menggunakan portal hoise.



30



DAFTAR PUSTAKA



Cut Retno Masnul. 2009. Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder “Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas” . Tugas Akhir. USU NANDAN_SUPRIATNA/KB_D-3/konstruksi_rangka_plafon-ok.pdf. (Online), diakses 6 April 2016 http://infocom-hmjts-uty.blogspot.co.id/2012/12/beton-prategang-dan-beton-pracetak.html. (Online), diakses 6 April 2016 https://sastrasipilindonesia.wordpress.com/2011/06/20/bab-iv-beton-pratekan-beton-prategang/. (Online), diakses 6 April 2016 Sastra Sipil Indonesia .teknologi bahan konstruksi. http://infocom-hmjtsuty.blogspot.co.id/2012/12/beton-prategang-dan-beton-pracetak.html#!/tcmbck. (Online), diakses 6 April 2016



31