Metode Pelaksanaan Konstruksi Pembangunan JPO [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA



DINAS BINA MARGA METODE KONTRUKSI/PELAKSANAAN PEKERJAAN



Pekerjaan :



PEMBANGUNAN JPO DI PROVINSI DKI JAKARTA



Program



:



Penyelenggaraan Jalan



Kegiatan



:



Penyelenggaraan Jalan Provinsi



Rincian Kegiatan



:



Pembangunan Jembatan



Nama Paket



:



Pembangunan JPO di Provinsi DKI Jakarta



Kode Rekening



:



5.2.04.01.02.0010



Klasifikasi



:



Jasa Konstruksi



Tahun Anggaran



:



2022



DAFTAR ISI



1.



Mobilisasi ........................................................................................................................ 3



2.



Pelaksanaan Pondasi Boredpile ...................................................................................... 3



3.



Pelaksanaan Pekerjaan Pilecap dan Pedestal ................................................................. 8



4.



Pekerjaan Instalasi Baja struktur ................................................................................ 13



5.



Pekerjaan Pemasangan Lantai ..................................................................................... 18



6.



Pekerjaan Instalasi Lampu dan CCTV ........................................................................ 19



7.



Pekerjaan Lift dan Eskalator ....................................................................................... 19



Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan JPO 1. Mobilisasi Penggunaan alat berat merupakan salah satu pendukung terlaksanakannya ketepatan waktu pekerjaaan konstruksi, dimana pemakaiannya merupakan suatu yang vital. Alat berat sendiri sejatinya bukanlah merupakan suatu penghambat proyek, melainkan dapat memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. Proses manajemen alat berat juga diperlukan ketelitian agar supaya penggunaannya dapat berfungsi sesuai dengan pekerjaan dan bukan menjadi penghalang keterlambatan proyek. Adapun alat berat yang digunakan pada pekerjaan ini yaitu sebagai berikut : -



Alat Bor/ mesin bor



-



Clawler Crane / service crane / dragline/ Mobile Crane



-



Dump Truck



-



Excavator



-



Truck Mixer



-



Concreat Pump



-



Asphal Finisher



-



Tire Roller



2. Pelaksanaan Pondasi Boredpile a. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan dimulai dengan melakukan pengukuran oleh tim surveyor untuk menentukan posisi boring. Pertama tim surveyor menentukan titik- titik as bore pile yang akan dipancang, penentuan ini harus sesuai dengan gambar konstruksi (shop drawing) yang telah ditentukan oleh perencana. Untuk memudahkan identifikasi lokasi preboring yang sudah di ukur maka perlu dilakukan marking menggunakan patok. Merencanakan urutan pemancangan yang disesuaikan dengan siklus kerja yang disepakati bersama dengan subkontraktor. Jika pekerjaan persiapan dan pengukuran sudah fix, maka pekerjaan borepile sudah dapat dilaksanakan. b.



Pekerjaan Boring Pekerjaan pengeboran dilakukan pada titik-titik as pondasi bore pile yang sudah di ukur sebelumnya dan telah ditandai dengan menggunakan patok. Pengeboran menggunakan soilmac dengan mata bor spiral berdiameter sesuai dengan diameter bore pile rencana. Setelah pengeboran mencapai kedalaman 9 meter untuk menghindari tanah di tepi lubang mengalami kelongsoran yang mengakibatkan tertutupnya kembali lubang bor maka



dilakukan pemasangan casing. Pemasangan casing dilakukan dengan bantuan service crane, setelah casing terpasang, selanjutnya lubang bor dibersihkan dari endapan lumpur yang terdapat di dasar lubang menggunakan cleaning bucket. Bila kondisi tanahnya mudah runtuh, perlu dilakukan penggunaan bahan aditif berupa polymer. Polymer merupkan bahan campuran yang berfungsi untuk menstabilkan permukaan dinding lubang bor dengan menghabat laju perembesan air pada lapisan tanah tertentu dengan cara memperbesar nilai visokisitas air yang terdapat dalam lubang bor sehingga dapat mengurangi kecepatan rembes air yang menggerus sisi tanah pada permukaan dinding lubang bor. Selanjutnya mata bor diganti menggunakan bor bucket yang berfungsi menggali dan menyimpan tanah hasil boring didalam bucket untuk di buang keluar lubang boring. Boring di hentikan pada saat kedalaman lubang bor telah mencapai elevasi yang direncanakan. Dasar lubang bor, dibersihkan dari bekas-bekas pengeboran dengan menggunakan cleaning bucket dan siap untuk dilakukan pekerjaan pemasangan besi.



Gambar 1 Pekerjaan Boring c. Pekerjaan Pembesian Perakitan tulangan dilakukan di workshop sesuai dengan gambar shop drawing. Pembuatan Beton decking yang berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi yang diinginkan. Dalam pembuatannya, beton diisikan kawat bendrat pada bagian tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan beton decking ini dipasang pada sisi tulangan bored pile sebanyak minimal 4 buah untuk menjaga selimut beton. Pada saat lubang bor pile sudah bersih dan pengerjan pengecoran akan dilaksanakan, tulangan borpile diangkat dan dipasang dalam lubang bor dengan bantuan service crane sesuai dengan elevasi rencana pada shop drawing.



Setelah proses pekerjaan cleaning selesai segera dilakukan pemasangan steel cage / besi keranjang yang telah difabrikasi secara simultan pada saat pengeboran dilakukan. Pada besi tulangan yang membutuhkan panjang besi lebih dari 12 meter maka perlu dilakukan penyambungan dengan cara pengelasan / tig weld. Pada tahap akhir steel cage/ casing baja harus digantung pada top casing dengan menggunakan hook dari besi rebar. Gunakan spacer beton pada tiang bor untuk memastikan penguatan tulangan dalam posisi yang benar dan mencapai penutup beton dari 75mm. Baja spacer harus ditempatkan 500mm bawah COL dan setiap 3meters spasi, 4nos dari spacer beton harus digunakan untuk setiap lapisan. Selanjutnya masukan kumpulan tulangan kedalam lingkaran tulangan sebagai penguat dengan cara pengelasan di bar utama alternatif. Penguatan pada casing baja sementara dengan rebar pendek. Masukan pengait (terdiri dari kail panjang diatas dan ukuran panjang tulangannya penguatan tergantung pada kedalaman cut-off borepile tersebut) ke keranjang besi/ tulangan. Turunkan pengait tersebut bersama dengan keranjang besi sampai ke dalaman sesuai design. Tahan keranjang tulangan tersebut di kedalaman sesuai design dengan menggunakan pengait yang digantung di besi sementara di atas permukaan casing. Hal ini untuk mengamankan keranjang tulangan berada sesuai posisinya dan mempertahankan tegak lurusnya selama karya pengecoran bore pile tersebut.



Gambar 2 Pemasangan Steel Cage



Gambar 3 Pembesian Bore Pile



Gambar 4 Ilustrasi Pembesian Bore Pile



d. Pekerjaan pengecoran Begitu selesai pembersihan dasar lubang kemudian dilaksanakan pemasangan tulangan besi beton disusul pemasangan pipa tremie. Bila didalam lubang terdapat volume air yang cukup banyak dan deras maka pengecoran dilaksanakan melalui pipa tremie yang ditutup pada ujung bawahnya, menggunakan plat baja yang dinamakan end plate atau dengan menggunakan plastic foam sebagai pemisah antara beton dan air. Pipa tremie dipasang sepanjang lubang yang di bor dengan ujungnya berada maksimal 1,5 meter di atas dasar lubang untuk memfasilitasi pengaliran beton untuk mencegah terjadinya segregasi beton dimana terjadinya pemisahan komponen material dalam campuran beton segar yang terjadinya pengendapan agregat yang lebih berat di dasar campuran beton segar, atau pemisahan agregat kasar dari kesatuan campuran beton akibat pemadatan yang berlebihan. Beton Readymix dituangkan ke dalam tremie hingga pipa tersebut terisi penuh. Pipa lalu ditarik sehingga end plate terlapas dan beton mengalir. Beton dituangkan lagi kedalam pipa tremie dan dengan demikian pengecoran tiang dilanjutkan hingga permukaan beton mencapai ketinggian yang diinginkan. Selama pengecoran berlangsung ujung bawah pipa tremie harus terbenam didalam beton. Casing yang masih terdapat di lubang bor lalu dicabut perlahan-lahan dan pengukuran terakhir dilakukan terhadap beton untuk memeriksa apakah ketinggian permukaan



beton berada diatas rencana dasar pier untuk menjamin mutu beton yang baik pada elevasi dasar pier. Apabila perlu, casing sementara di cor beton sampai penuh sehingga ketinggian permukaan beton yang diinginkan tercapai.



Gambar 5 Pemasangan Pipa Tremie



Gambar 6 Ilustrasi Pengecoran Borepile e. Pelepasan Casing Bore Pile Setelah pengecoran selesai segera dilakukan pencabutan pipa tremie dan dilanjutkan dengan pencabutan steel casing yang dilakukan secara perlahan menggunakan crane hammer. Pada lobang bored pile yang sudah selesai pengecorannya maka perlu dilakukan proteksi agar bored pile tidak mengalami kerusakan.



f. Pekerjaan Cleaning Setelah pengeboran mencapai kedalaman rencana, maka sebelum dilakukan pengecoran harus dilakukan cleaning dengan menggunakan bucket cleaning yaitu bucket yang mempunyai klep dimana tanah atau lumpur yang tersisa dapat diambil Bersihkan dasar lubang bor untuk membuang sisa tanah, lumpur dengan cleaning bucket tersebut. Ukur kedalaman dari dasar lubang bor ke atas casing baja sementara.



Tingkat kelendiran/ lumpur harus kurang dari 500 mm, jika lendir lebih dari 500mm proses pembersihan lubang bor harus dilakukan sekali lagi.



g. Backfill Setelah pelepasan pipa casing selesai, segera uruk lubang bor tersebut di atas tumpukan cut-off level bore pile dengan tanah galian. Rubber cone harus diletakkan di sekitar urugan untuk mengamankan daerah tersebut selama waktu curing. 3. Pelaksanaan Pekerjaan Pilecap dan Pedestal Pilecap merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Pada perencanaan ini pilecap menggunakan struktur beton. Pekerjaan beton untuk abutment yaitu besi tulangan, semen, pasir, batu pecah dan air dicampur dan diaduk menjadi beton dengan menggunakan concrete mixer. Campuran beton di cor dengan baik, pada lokasi acuan/ bekisting yang sudah disiapkan dengan dimensi sesuai gambar kerja. Pilecap dengan pondasi diikat menggunakan angkur (baja) sehingga menjadi struktur yang monolit. a. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan mempersiapkan gambar kerja,menentukan jenis/ tipe bekisting yang akan digunakan, jenis dan kebutuhan material yang dibutuhkan dalam pekerjaan bekisting, termasuk alat-alat yang dibutuhkan. Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan : - Gambar denah, menggambarkan posisi pile cap terhadap sumbu bangunan lengkap dengan ukuran pile cap dan diameter nya. - Gambar pembesian pile cap harus menginformasikan jenis, jumlah dan diameter besi serta jarak besi baik besi utama maupun besi sengkang. Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar perencanaan yang berstatus “for construction”. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas, sebelum diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir. b. Fabrikasi Tulangan/Pembuatan BBS Langkah kedua dalam kegiatan bekisting adalah fabrikasi rebar. Kegiatan ini meliputi mendatangkan bahan, membuat pola, memotong dan pengaturan panel dan pembesian sesuai dengan rencana. Untuk detail Pembesian/ BBS pile cap dapat dilihat di lampiran shop drawing ketika request diajukan.



c. Pengukuran di lapangan dan lantai kerja untuk pile cap Menentukan titik atau lokasi Pile cap yang dilakukan oleh tim survei. Menentukan koordinat untuk bekisting pada lokasi Pile cap. Memberikan tanda pada Pile cap yang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan untuk memudahkan pemasangan bekisting, yang akan menjadi titik lokasi pemasangan antar bekisting. Pekerjaan lantai kerja bisa dilakukan setelah penggalian galian struktur, dan pengukuran elevasi terpenuhi sesuai dengan gambar kerja dan sudah mendapatkan izin dari konsultan pengawas.



d. Pengukuran di lapangan dan lantai kerja untuk pile cap Sebelum dipasang batang tulangan hasil pabrikasi harus dibersihkan dari karat, lumpur, serpihan yang mudah lepas, dan bahan asing lainnnya yang merusak ikatan. Kemudian batang tulangan harus ditempatkan pada kedudukan semestinya sehingga tetap kokoh saat di cor. Batang tulangan harus diikat pada setiap besi/ tulangan yang diperkuat. Untuk detail Pemasangan pile cap dapat dilihat di shop drawing pada request yang diajukan



e. Pemasangan Bekisting Secara umum langkah pekerjaan pemasangan bekisting adalah sebagai berikut : -



Bekisting harus dipasang di titik-titik yang ditentukan oleh surveyor dan pastikan untuk kelurusan dan bekisting yang dipasang harus memudahkan dalam pembongkarannya.



-



Penyambungan antara panel bekisting dalam posisi horizontal dan vertikal harus rata untuk menghasilkan bentuk beton yang sesuai.



-



Bekisting yang terpasang menggunakan alat crane untuk mengambil dari lokasi penampungan bahan ke lokasi pile cap.



-



Bekisting dipasang diatas lantai kerja.



-



Pastikan elevasi dinding bekisting pile cap tidak turun, gunakan bantuan waterpas dan peralatan pengukuran.



-



Setelah bekisting dipasang dengan benar, buatlah sipatan (atau ditandai dengan paku) sampai batas / ketinggian pengecoran didalam dinding bekisting pile cap.



h. Pekerjaan Pembesian Perakitan tulangan dilakukan di workshop sesuai dengan gambar shop drawing. Pembuatan Beton decking yang berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi yang diinginkan. Dalam pembuatannya, beton diisikan kawat bendrat pada



bagian tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan beton decking ini dipasang pada sisi tulangan untuk menjaga selimut beton.



Gambar 7 Ilustrasi Pembesian dan Bekisting Terpasang f. Pekerjaan Pengecoran Selanjutnya dilakukan pengecoran beton dengan menggunakan mutu beton sesuai spesifikasi teknis dan dalam pengambilan benda uji mengikuti volume pengecoran dengan mengacu pada truck mixer dan umur pengetesan benda uji dilakukan pada umur 3 hari (di lab plant) , umur 7 hari (independent) dan umur 28 hari (independent). Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara penuangan harus benar yaitu : -



Pengecoran harus continue sejak pengecoran dimulai sampai mencapai siar pelaksanaan (sambungan) yang ditetapkan.



-



Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan bagian yang dicor. Jika diperlukan meratakan beton, harus dilakukan dengan sekop dan bukan membuat beton mengalir.



-



Beton tidak boleh dituangkan ke dalam bekisting dengan jarak yang tinggi (maksimum 1,5 m) karena akan mengakibatkan segregasi. Apabila tinggi lebih dari 1,5 m, maka harus memakai talang/corong/tremi.



-



Pengecoran harus dimulai dari sudut-sudut bekisting dan dari level terendah jika permukaannya miring.



-



harus dituang pada tumpukan beton sebelumnya (overlaping) dan bukan jauh darinya.



-



Beton harus dicorkan dalam lapisan-lapisan datar, dan tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan dibawahnya mengeras. Untuk pengecoran dinding yang panjang sekali, dimana cara lapisan-lapisan horisontal akan menyebabkan terjadinya sambungan dingin (cold joint) pada beton, pengecoran harus dilakukan dengan ketinggian penuh yang akan membuat kemiringan pada permukaan beton.



-



Beton tidak boleh dicorkan pada saat hujan lebat tanpa penutup diatasnya, karena air hujan akan menyebabkan turun nya mutu beton.



Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang benar juga merupakan faktor penting guna mencapai tujuan pembetonan. Cara pemadatan dengan vibrator yg benar yaitu: -



Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis struktur beton yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil.



-



Vibrator harus dapat dimasukkan ke dalam jaringan/anyaman besi beton dan harus diusahakan sedikit mungkin menemperlakn vibrator pada besi. Menggetarkan besi beton dapat mengakibatkan mutu beton yang jelek, dimana terjadi pengumpulan pasir disekitar besi, bahkan apabila besi digetarkan terus menerus akan berakibat lebih kritis karena getaran ini merambat kebeton disampingnya yang sudah mulai mengeras, sehingga mengakibatkan retak atau terjadinya rongga antar besi dan beton. Rongga ini akan mengakibatkan bahaya korosi pada tulangan.



-



Tidak boleh meletakkan kepala vibrator terlalu lama dalam beton karena akan meyebabkan segregasidan bleeding terutama untuk beton dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara 10 s/d 15 detik.



-



Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting, kerena apabila bekisting tergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas dan juga dapat merusakkan bekisting. Jarak minimal ke bekisting adalah 10 cm.



-



Beton tidak boleh digetarkan berulang-ulang pada tempat yang sama, karena dapat mengakibatkan rongga-rongga udara di dalam betonnya.



-



Vibrator harus dimasukkan ke dalam beton yang belum terpadatkan secara tepat dan dicabut pelan-pelan. Kecepatan memasukkan vibrator diperlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal pada beton lapisan atas sehingga menyulitkkan lolosnya udara dan air yang terperangkap dibawahnya. Sedangkan pencabutan harus dilakukan pelan- pelan untuk memberikan kesempatan vibrator menyalurkan secara penuh energi pemadatan pada beton. Kecepatan pencabutan berkisar antara 4 s/d 8 cm/detik.



-



Lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator.



-



Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, tiap lapisan beton yang paling efisien adalah 50 cm. Apabila tiap lapisan dibuat tebal akan menyulitkan udara dan air yang terperagkap di lapisan bawahnya melepaskan diri ke atas kerena tekanan beton terlelu berat. Sebaliknya apabila terlalu tipis, tekana beton tidak dapat mengimbangi pekerjaan vibrator.



-



Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya, vibrator harus dimasukkan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke dalam lapisan di bawahnya agar tercipta lekatan yang monolik, padat dan menyatu.



-



Pada pengecoran plat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukkan ke dalam beton secara miring. Dalam hal ini vibrator akan menyentuh besi tulangan, tetapi harus diusahakan sedikit dan secepat mungkin.



Gambar 8 Ilustrasi Pengecoran Beton dan Pedestal



Gambar 9 Ilustrasi Pilecap dan Pedestal yang telah dilakukan pengecoran g. Perawatan (Curing) Beton Untuk menjaga agar proses hidrasi beton dapat berlangsung dengan sempurna maka diperlukan curing untuk menjaga kelembabannya. Lamanya curing sekitar 7 hari berturut- turut mulai hari kedua setelah pengecoran.



h. Pembongkaran Bekisting Bekisting harus dibongkar perlahan tampa adanya goyangan atau goncangan, setelah beton cukup mampu menahan beban selama pembongkaran tidak merusak beton. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati dan beton telah mencapai umurnya dan harus mendapatkan persetujuan dari konsultan.



i. Urugan Kembali Pengurugan kembali dilakukan dengan memanfaatkan hasil galian pile cap. Seluruh sisa galian yang tidak terpakai untuk penimbunan dan penimbunan kembali, juga seluruh sisa-sisa, puing- puing, sampah-sampah harus disingkirkan dan dibuang keluar site/lapangan pekerjaan. Urugan kembali dilakukan bertahap, yaitu per 20 cm kemudian dilanjutkan pemadatan dan dilanjutkan pada lapisan selanjutnya hingga elevasi yang ditentukan.



4. Pekerjaan Instalasi Baja struktur a. Fabrikasi Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang disyaratkan. Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan pelat paking, jika diperlukan, untuk menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan bidang yang berdampingan yang tidak melampaui 1 mm untuk baut geser tegangan tinggi dan 2 mm untuk jenis sambungan lainnya. Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesa-lahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan tetapi, baik perbedaan ketebalan yang timbul dari toleransi akibat proses rolling maupun kombinasi toleransi akibat proses rolling dan kesalahan penjajaran yang diijinkan di atas, maka penyimpangan yang melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu kelandaian 1 : 4. Pemotongan harus dilaksanakan secara akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan pada elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah selesai dikerjakan, harus dibulatkan dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau ditumpulkan. Pengisi, pelat penyambung, batang pengikat dan pengaku lateral dapat dibentuk dengan pemotongan cara geser (shearing), tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan harus dibuang. Setiap kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus diperbaiki. Sudutsudut ini umumnya dibulatkan dengan suatu radius 1,0 mm. Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang beban terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di pabrik, di lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan dari flens, dilas sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau disyaratkan) pada flens dimana beban tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban. Pengaku yang tidak dimak-sudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukkan atau disyaratkan lain, dipasang dengan cukup rapat untuk menahan air setelah digalvanisasi. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada keadaan dimana permukaan/bagian yang hendak dilas basah atau terexpose terhadap hujan, salju, atau angin kencang atau keadaan dimana tukang-tukang las/welder bekerja pada kondisi cuaca buruk. Ukuran kawat las, panjang lengkung, votage dan ampere mesin las harus disesuaikan dengan type groove, posisi pengelasan dan keadaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan. Besar arus harus sesuai dengan range yang diperbolehkan oleh pembuat electrode/kawat las yang bersangkutan. Bidang-bidang permukaan yang akan dilas harus rata, uniform, bebas dari siripsirip/fins, bebas dari tekan dan ketidak semuprnaan lainnya yang akan mempengaruhi kualitas las. Bidang-bidang permukaan yang akan dilas juga harus bebas dari mill scale



tebal atau mill scale yang lepas, slag, karat, kelembaban, lemak dan material-material lainnya yang akan mengganggu proses pengelasan dan atau menghasilkan asap pengelasan yang mengganggu kesehatan. Dalam melakukan thermal cutting, peralatan harus



diatur



sedemikian



sehingga



dapat



dihindarkan



pemotongan



yang



melewati/melampaui garis pemotongan yang seharusnya. Bagian-bagian yang akan dilas dengan las sudut harus diletakan sedekat mungkin, sedangkan untuk bagianbagian yang akan dilas dengan las tumpul/butt joint harus diatur sesuai dengan “root opening” yang disyaratkan dalam AWS D1.1-90. Tack weld/las titik harus dilaksanakan sedemikian sehingga mempunyai kualitas yang sama dengan las akhir yang sebenarnya. Dalam asembling dan penyambungan bagianbagian yang dilas maka harus dilakukan prosedure dan urutan sedemikian sehingga dapat dihindarkan semaksimal mungkin terjadinya distrosi dan penyusutan/shrinkage dari bagian-bagian yang dilas. Toleransi dimensi dari bagian-bagian yang sudah dilas harus memenuhi AWS D1. 1-90. Profil penampang las/weld profil dapat sedikit cekung/cembung asalkan memenuhi syarat AWS. D1. 1-90. Pengelasan-pengelasan yang tidak memenuhi syarat-syarat toleransi yang disebutkan dalam AWS D1. 1-90 harus diperbaiki dengan cara machining, grinding, chipping atau grouging seperti diatur dalam AWS D1.1-90



b. Pengujian Sebelum dilaksanakan fabrikasi/pemasangan, “Kontraktor” diwajibkan memberikan pada “Pengawas” "Certificate Test" yang sah untuk bahan baja profil, baut-baut, kawat las, cat dari produsen/pabrik. Bila tidak ada "Certificate Test", maka “Kontraktor” harus melakukan pengujian atas baja profil, baut, kawat las di laboratorium. Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap tipe pekerjaan pengelasan dan tiap jenis dari bahan yang akan di las. Pengujian yang bersifat merusak contoh dari prosedur dan kualifikasi pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM A370. Pengujian pengelasan yang tidak bersifat merusak. Khusus untuk bagian-bagian konstruksi dengan ketebalan bagian yang dilas tidak lebih dari 2 cm, pemeriksaan mutu pengelasan dilakukan secara visual, bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji dengan cara-cara seperti di bawah ini dan sesuai standar AWS : Pemeriksaan dengan Ultrasonic sesuai dengan lampiran L dari AWS D 1.1 atau persyaratan ASTM E114 : Ultrasonic Contact Method; E164 : Ultrasonic ContactExamination or Weldmends; E273 : Ultra sonic Inspection of Longitudinal and SpiralWelds of Welded Pipe and Tubing. Cara pemeriksaan dengan Partikel Magnetic harus sesuai dengan ASTM E109. Cara pemeriksaan dengan Liquid Penetrant harus sesuai dengan ASTM E109.



Titik-titik / bagian konstruksi yang akan dilakukan pengujian ditentukan / dipilih oleh “Pengawas” termasuk jumlah pengujian. Pemeriksaan visual mutu pengelasan dilakukan ketika pelaksanaan pengelasan berlangsung dan setelah tahap pekerjaan diselesaikan. Bagian pengelasan yang telah diselesaikan, harus disikat dengan sikat kawat sampai bersih sebelum “Pengawas” membuat pemeriksaannya. “Pengawas” akan memberikan perhatian pada permukaan yang pecah-pecah, porous, masuknya kerakkerak las pada permukaan, potongan bawah, lewatan/overlap, kantong udara dan ukuran las. Pengelasan yang dinilai rusak harus diperbaiki kembali sesuai dengan persyaratan AWS D 1.1. Hasil pengujian dari laboratorium/lapangan harus diserahkan pada “Pengawas” secepatnya, dan seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan sebagainya, menjadi tanggung jawab “Kontraktor”. Semua pengelasan, tanpa kecuali harus mengalami “visual inspection” yang dilakukan oleh welding-welding inspection dari Pengawas. Visual inspection tersebut harus dilakukan pada seluruh proses pengelasan, tidak hanya pada tahap akhir pengelasan saja. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan test tersebut di atas menjadi tanggung jawab penyedia.



c. Pengecatan dan Galvanisasi Pedoman Penangulangan Korosi komponen balok baja dengan CaraPengecatan dimaksudkan sebagai pegangan dan petunjuk bagi para perencanadan pelaksana pengecatan baja tujuannya adalah untuk melindungikomponen balok baja terhadap korosi dengan lapisan cat yang mempunyaisifat kimia dan sifat fisik yang baik.



d. Pemasangan Struktur Baja Yang dimaksud dengan pemasangan struktur baja adalah pekerjaan pemasangan struktur bangunan baja termasuk atap dan struktur jembatan baja seperti pemasangan pilar/kolom baja, pemasangan girder melintang, pemasangan stiffener plat, base plat dan bearing pad, pemasangan girder memanjang, pemasangan anchor bolt dan sambungan girder, pemasangan diafragma menggunakan crane. Pekerjaan pemasangan ini akan mencakup sebagaimana yang diperlukan, penanganan, perletakan, identifikasi dan penyimpanan semua bahan komponen baja, pemasangan perletakan, perakitan, dna penempatan posisi akhir struktur baja, pencocokan komponen dan sistem lainnya yang diperlukan untuk pemasangan struktur baja sesuai dengan ketentuan Urutan pemasangan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan prosedur pemasangan yang diberikan dalam buku petunjuk dari pabrik pembuat struktur baja. Kontraktor harus melaksanakan operasi pemasangan dengan memperhatikan seluruh keten-tuan keselamatan umum dan harus memastikan bahwa struktur bangunan baja stabil dalam setiap tahap dalam proses pemasangan.



Untuk struktur baja yang dipasang dengan prosedur peluncuran, Kontraktor harus meng-ambil seluruh langkah pengamanan yang diperlukan untuk memastikan bahwa selama seluruh tahap pemasangan struktur bangunan baja aman dari pergerakan bebas pada rol. Pergerakan melintasi rol selama operasi peluncuran harus dikendalikan setiap saat. Seluruh bahan rangka pengimbang (counterweight) dan perancah sementara pekerjaan baja atau kayu untuk rangka pendukung pengimbang harus dipasok oleh Kontraktor. Beban pengimbang harus diletakkan dengan berat sedemikian rupa sehingga faktor keamanan untuk stabilitas yang benar seperti yang diasumsikan dalam perhitungan pemasangan dari pabrik pembuat struktur baja dicapai pada tiap tahap perakitan dan pemasangan.



Gambar 10 Ilustrasi Pemasangan Pilar/Kolom (Pipa Baja)



Gambar 11 Ilustrasi Pemasangan Girder Melintang



Gambar 12 Ilustrasi Pemasangan Stiffener Plat, Base Plate dan Bearing Pad



Gambar 13 Ilustrasi Pemasangan Girder Memanjang



Gambar 14 Ilustrasi Pemasangan Anchor Bolt dan sambungan Girder WF



Gambar 15 Ilustrasi Pemasangan Diafragma



Gambar 16 Ilustrasi Pemasangan Atap, Rangka Hollow, dan Railing



Gambar 17 Ilustrasi Pemasangan Tangga 5. Pekerjaan Pemasangan Lantai Bersihkan area yang akan dipasang, pastikan kering dan sudaj dipasang rangkanya dengan level yang baik. Gunakan bor kayu atau beton ukuran 3mm dan buat lubang dengan jarak 2.5cm dari pinggiran dan setiap jarak 50cm untuk selanjutnya. Pengeboran ini hanya sebagai penanda posisi plug sekrup (fischer). Untuk pemasangan eksterior, dibuat kemiringan (sloop) untuk meng- hindari air menggenang. Angkat papan dan tandanya akan terlihat. Lalu gunakan bor semen No. 6 mm untuk membuat lubang sedalam 3 cm dilantai semen. Masukan plastic plug (fischer) S6 pada setiap titik yang sudah dibor. Susun plat lantai Decorative Deck pada lantai, untuk pemasangan eksterior buat arah kemiringan (sloop) untuk buangan air. Susun kembali plat lantai Decorative Deck. Lalu buat lubang oversink dengan bor 8.5mm sedalam 5mm. Lalu pasang sekrup dan tutup bekas oversink tersebut dengan Oaker (semen grout).



Gambar 18 Ilustrasi Pemasangan Plat Lantai 6. Pekerjaan Instalasi Lampu dan CCTV Pelaksanaan pekerjaan pemasangan lampu dan CCTV dilakukan sesuai dengan titik yang telah disetujui pada shop drawing. Setelah dilakukan pemasangan kemudian dilakukan commissioning untuk memastikan seluruh item dapat berfungsi dengan baik.



Gambar 19 Ilustrasi Posisi Pemasangan Lampu, Led Strip, dan CCTV 7. Pekerjaan Lift Pelaksanaan pekerjaan lift dilakukan sesuai dengan titik yang telah disetujui pada shop drawing. Pemesanan Lift agar dilakukan di awal kontruksi mengingat pemesanan dan pengiriman Lift yang mencapai beberapa bulan. Setelah dilakukan pemasangan kemudian dilakukan commissioning untuk memastikan seluruh item dapat berfungsi dengan baik. Penyedia wajib menyampaikan rencana metode pemasangan lift dan eskalator beserta rencana K3 dan identifikasi risikonya. Lingkup pekerjaan instalasi lift terdiri dari pengadaan material lift, pemasangan ruang luncru, pemasangan kabin. Mesin, pengaman, pemasangan pintu serta pengujian untu mendapatkan surat laik operasi (SLO)