5 0 149 KB
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK/PEDIATRIK IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA (ITP)
DISUSUN OLEH : MIA TRIANA NIM. 433131490120020
PROGRAM STUDI PROFESI NERS (KELOMPOK 4) STIKes KHARISMA KARAWANG Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316 2020/2021
1
LAPORAN PENDAHULUAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA (ITP) A. PENGERTIAN Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari 150.000 / ml) akibat autoantibody yang mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi premature trombosit dalam system retikuloendotel terutama limpa (Sudoyo Aru. dkk, 2009) Idiopatik Trombotopenik Purpura adalah suatu kondisi yang didalamnya terdapat penurunan hitung trombosit yang bersikulasi dalam keadaan sumsum normal (Cecily, 2009) Trombositopenia bermanifestasi sebagai memar, perdarahan dan petekia dalam beberapa hari sampai dengan beberapa minggu terisolasi pada individu dalam keadaan lainnya sehat (Hoffbrand. dkk, 2005). B. ETIOLOGI Sindrom ITP disebabkan oleh antibody trombosit spesifik yang berkaitan dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh system fagosit monokuler melalui reseptor FC makrofak. Masa normal trombosit sekitar 7 hari, tetapi memendek pada ITP menjadi 2 – 3 hari sampai beberapa menit. Pasien yang trombositopenia ringan sampai sedang mempunyai masa hidup terukur yang lebih lama dibandingkan dengan pasien dengan trombositopenia berat (Sudoyo Aru. Dkk, 2009) C. MANIFESTASI KLINIK Cecily (2009) mengatakan manifestasi klinis pada idiopatik trombositopenia purpura adalah sebagai berikut : 1. Secara spontan timbul peteki dan ekimosis pada kulit 2. Mudah memar 3. Epistaksis (gejala awal sepertitiga anak) 2
4. Menoragia 5. Hematuria(jarang terjadi) 6. Perdarahan dari ringga mulut 7. Melena D. PATOFISIOLOGI Trombositopenia terjadi akibat kerusakan trombosit melalui antibodi. Pada umumnya, gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 sampai 6 minggu sebelum timbul awitan gejala. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi. ITP dapat digolongkan menjadi tiga jenis: akut, kronis dan kambuhan. Pada anak – anak mula – mula terdapat gejala seperti demam, perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia, dan anemia. Prognosis baik, terutama pada anak-anak dengan gangguan akut. (Cecily, 2009). IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah diidentifikasi dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik–teknik khusus, immunoglobulin juga dapat ditunjukan terikat pada permukaan trombosit. Limpa memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa merupakan tempat utama produksi antibodi antitrombosit dan destruksi trombosit yang dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi akan dikuti kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan remisi lengkap penyakitnya. Limpa biasanya nampak normal sekali, atau mungkin disertai sedikit pembesaran saja. Splenomegali demikian yang mungkin terjadi sebagai akibat bendungan sinusoid dan pembesaran folikel – folikel limfoid, yang memiliki sentra germina mencolok. Secara histologi sumsum tampak normal, tetapi biasanya dapat menunjukan peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya berinti satu dan diduga masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam berbagai bentuk trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit yang dipercepat. Kepentingan pemeriksaan susmsum ialah untuk menyimgkirkan trombositopeni sebagai akibat kegagalan sumsum. Tentu saja temuan penting
3
pada umumnya terbatas pada perdarahan sekunder. Perdarahan dapat tampak menyebar ke seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus. (Cecily & Sowden, 2009). E. PATHWAY Trombositopenia
Terbentuk antibodi yang merusak trombosit
Menyerang platelet dalam darah Jumlah platelet menurun
Dihancurkan oleh makrofak dalam jaringan
Molekul Ig G reaktif dalam sirkulasi trombosit
Platelet mengalami gangguan agresi
Penghancuran dan pembuangan trombosit meningkat Menyumbat kapiler – kapiler darah
Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
Suplai darah ke perifer menurun
Dinding kapiler rusak
Penumpukan darah intra dermal Menekan saraf nyeri Merangsang SSP Muncul sensasi nyeri
Nyeri
Perdarahan
Kapiler pecah
Kapiler bawah kulit pecah
Perdarahan intra dermal
Tumbuh bintik merah
Kerusakan integritas jaringan
Gangguan citra tubuh
Penurunan metabolism anaerob
Penurunan transport O2 dan zat nutrisi lain kejaringan
Kelemahan Intoleransi aktivitas 4
F. KOMPLIKASI
(Cecily, 2009 dan Santosa, 2013)
Komplikasi yang dialami penderita idiopatik trombositopenia purpura menurut Cecily (2009) adalah sebagai berikut : 1. Reaksi transfusi 2. Kekambuhan 3. Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1% individu yang terkena) G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Cecily (2009) untuk menegakkan diagnosa pasti dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini : 1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000/ mm3. 2. Hitung darah lengkap (CBC) : anemia karena ketidakmampuan sel darah merah (SDM) menggunakan zat besi. 3. Aspirasi susmsum tulang : peningkatan megakariosit. 4. Jumlah leukosit-leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan. 5. Uji antibodi trombosit : dilakukan bila diagnosis diragukan. a.
Biopsi jaringan pada kulit dan gusi-diagnostik.
b.
Uji antibodi antinuklir : untuk menyingkirkan kemungkinan Lupus Eritematosus Sistemik (SLE).
c.
Pemeriksaan dengan slit lamp : untuk melihat adanya uveitis.
d.
Biopsi ginjal : untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
e.
Foto toraks dan uji fungsi paru : diagnostik untuk manifestasi paru (efusi, fibrosis interstitial paru).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS Tujuan pengobatan pada ITP adalah mengurangi produksi antibody dan destruksi trombosit, serta meningkatkan dan mempertahankan hitung trombosit. Kortikosteroid sering kali digunakan pada awal terapi ITP. Jika anak tidak berespon terhadap kortikosteroid, diberikan imunoglobulin secara
5
IV(IVIG). IVIG ini menstimulsi peningkatan hitung trombosit dengan pesat dalam 24 jam setelah pemberian. (Cecily, 2009) I. ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan keperawatan menurut Santosa (2006) adalah sebagai berikut : 1.
Pengkajian a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000. b. Tanda-tanda perdarahan. - Petekie terjadi spontan. - Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor. - Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan. - Hematuria. (seperti kencing darah) - Perdarahan gastrointestinal. c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah. d. Aktivitas / istirahat. Gejala : - keletihan, kelemahan, malaise umum. - toleransi terhadap latihan rendah. Tanda : - takikardia / takipnea (pernapasan yang sangat cepat), dispnea pada beraktivitas / istirahat. - kelemahan otot dan penurunan kekuatan. e. Sirkulasi. Gejala : - riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, - palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : – TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil. f. Integritas ego. Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah. Tanda : DEPRESI. g. Eliminasi. Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
6
Tanda : distensi abdomen. h. Makanan / cairan. Gejala : - penurunan masukan diet. - mual dan muntah. Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas. i. Neurosensori. Gejala : – sakit kepala, pusing. - kelemahan, penurunan penglihatan. Tanda : - epistaksis. - mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal). j. Nyeri / kenyamanan. Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala. Tanda : takipnea, dispnea. k. Pernafasan. Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, dispnea. l. Keamanan Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya. Tanda : petekie, ekimosis 2.
Riwayat Keperawatan a. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat penyakit sekarang pada pasien dengan ITP bervariasi tingkat keparahannya. Gejala biasanya perlahan – lahan dengan riwayat mudah berdarah dengan trauma maupun tanpa trauma. b. Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu mencakup penyakit yang pernah diderita oleh pasien sebelumnya. c. Riwayat Penyakit Keluarga
7
Pengkajian ini mencakup penyakit keluarga atau penyakit keturunan yang diderita oleh keluarga pasien. d. Riwayat Tumbuh Kembang Setiap usia mengalami tumbuh kembang yang berbeda – beda. Remaja adalah usia transisi karena meninggalkan usia anak – anak yang lemah dan penuh ketergantungan akan tetapi belum mampu keusia yang kuat dan penuh tanggung jawab. Dalam tahap perkembangan remaja ini mengalami perkembangan fisik seperti pertumbuhan tinggi badan yang pesat, payudara mulai muncul pada remaja perempuan, tumbuhnya rambut di badan. Perkembangan pada remaja perempuan juga akan mengalami menstruasi dan remaja akan mengalami perubahan emosional. J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan 2. Defisit Nutrisi 3. Perfusi Perifer Tidak Efektif 4. Nyeri Akut 5. Resiko infeksi 6. Intoleransi aktifitas 7. Resiko Perdarahan (SDKI, 2017) K. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Tindakan : Perawatan Integritas Kulit [I.11353] Definisi : mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan, kelembaban dan mencegah perkembangan mikroorganisme Tindakan Observasi
8
-
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
Terapeutik - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring - Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu - Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering - Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif - Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering Edukasi - Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum) - Anjurkan minum air yang cukup - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi - Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur - Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem 2. Perfusi Perifer Tidak Efektif Tindakan : Perawatan Sirkulasi [I.02079] Tindakan Observasi -
Periksa sirkulasi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial index)
-
Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
-
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik -
Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea keterbatasan perfusi
-
Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
-
Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cedera
-
Lakukan pencegahan infeksi 9
-
Lakukan perawatan kaki dan kuku
-
Lakukan hidrasi
Edukasi -
Anjurkan berhenti merokok
-
Anjurkan berolahraga rutin
-
Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
-
Anjurkan mengecek obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
-
Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
-
Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
-
Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis. Melembabkan kulit kering pada kaki)
-
Anjurkan program rehabilitasi vaskular
-
Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
-
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
3. Nyeri Akut Tindakan : Manajemen Nyeri [I.08238] Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konsisten. Tindakan Observasi :
Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
10
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Idenifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplenter yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis .TENS ,tipnosis , akupresur , terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromat terapi, teknik imajinasi terbimbing, komres hangat atau dingin, terapi bermain )
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan , pencahayaan, kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan stategi meredakan nyeri
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode dan memicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasikan pemberian analgesik , jika perlu
4. Intoleransi aktifitas Tindakan : Manajemen Energi [I.05178] Observasi Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 11
Monitor kelemahan fisik dan emosional Monitor pola dan jam tidur Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya, suara, kunjungan) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi Anjurkan tirah baring Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
12
DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika. Cecily Lynn Betz dan Lindia A, Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik alih bahasa Eni Meiliya Edisi 5. Jakarta: EGC Elizabeth, J, Corwin. 2009. Biku saku Fatofisiologi. Jakarta: EGC Pierce, A. Grace dan Neil R, Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta Hoffbrand, A.V, Petit, J.E, Moss, P.A.H. 2005. Kapita Selekta Hematologi, Jakarta : EGC Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI Pusat Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI Pusat
13