Minyak Kayu Putih [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Minyak Kayu Putih



A. Taksonomi Tumbuhan Kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih (cajuput oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan (bukan sebagai bahan bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Tanaman kayu putih berasal dari Australia dan saat ini sudah tersebar di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh didataran rendah dan di pegunungan. Dalam sistematika tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) diklasifikasikan sebagai berikut. Divisio



: Spermatophyta



Subdivisio



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Sub kelas



: Archichlamideae



Ordo



: Myrtales



Famili



: Myrtaceae



Genus



: Melaleuca



Spesies



: Melaleuca leucadendron



B. Sifat Fisik Kayu putih (Meialeuca leucadendra L) merupakan family dari myrtaceae. Oleh karena itu, kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tanah panas, dan dapat bertunas kembali meskipun terjadi kebakaran. Selain itu, kayu putih memiliki ciri khas yang yang lain. Ciri – cirri tanaman kayu putih antara lain : 1. Pohon kayu putih mempunyai tinggi berkisar antara 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan. 2. Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah. Daunnya tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling. 3. Helaian daun berbentuk jorong atau lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir sejajar. Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih. 4. Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua.



C. Sentra Budidaya Kayu Putih Banyak di budidayakan di daerah Pulau Jawa, dan Indonesia bagian Timur.



D. Bagian –bagian Pohon Kayu Putih 1.



Daun kayu putih



Daun merupakan bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari daun inilah akan dihasilkan minyak kayu putih. Tanaman kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh tanaman secara nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Daun kayu putih terdiri atas dua bagian, yaitu tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). 2.



Tangkai daun (petiolus)



Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, yang berfungsi untuk menempatkan helaian daun pada posisi yang tepat, sehingga dapat memperoleh cahaya matahari sebanyakbanyaknya. Tangkai daun berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang tangkainya bervariasi. 3.



Helaian daun (lamina)



Helaian daun kayu putih bercirikan berwarna hijau muda untuk daun muda dan hijau tua untuk daun tua karena mengandung zat warna hijau atau khlorofil. Selain itu daun kayu putih memiliki tulang daun dalam jumlah yang bervariasi antara 3 – 5 buah, tepi daun rata dan permukaan daun dilapisi oleh bulubulu halus. Ukuran lebar daun kayu putih berkisar antara 0,66 cm – 4,30 cm dan panjangnya antara 5,40 – 10,15 cm. Daun-daun tumbuh pada cabang- cabang tanaman secara selang-seling, pada satu tangkai daun terdapat lebih dari satu helai daun (sehingga disebut sebagai jenis daun majemuk). Daun kayu putih mengandung cairan yang disebut cineol (sineol) (dimana apabila daun diremas, cairan ini akan keluar dan mengeluarkan aroma yang khas). Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti: terpineol, benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene.



4.



Minyak kayu putih



Minyak kayu putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu putih. Kandungan utama minyak kayu putih adalah sineol (cineole). Semakin besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin tinggi. Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti: terpineol benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene Proses ekstraksi minyak kayu putih dari daun tanaman ini dilakukan dengan cara atau proses yang sederhana yaitu berupa penguapan minyak dari daun dan kemudian dikondensasikan. Selanjutnya dilakukan pemisahan antara komponen minyak dengan air, yang diperoleh dari semua bahan cair yang diperoleh dalam proses kondensasi.



E. Syarat Tumbuh 1.



Lahan Pada umumnya kayu putih relatif mudah ditanam, terutama pada jenis tanah grumosol, latosol,



maupun regosol. Jarak tanam ideal pada hutan tanaman biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1 m, untuk pola tanam tumpangsari. Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan dicangkul atau untuk lahan yang topografinya datar dapat diolah dengan traktor. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan sistem cemplongan yaitu tanah yang diolah hanya seluas 1 m 2 dari titik tanam. Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi yang dianjurkan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Lubang tanam dipupuk dengan kompos sebanyak 1-2 kg per lubang untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80 cm agar ajir mudah dilibat dan penanaman menjadi lebih mudah. 2.



Iklim Kayu putih merupakan tanaman panas. Akan tetapi, dalam penanamannya, bibit kayu putih



memerlukan kelembaban yang tinggi. Bibit kayu putih ditanam pada bulan januari – pebruari, karena memiliki curah hujan yang tinggi. Jika bibit ditanam pada bulan lain, maka diperlukan penyiraman agar bibit dapat tumbuh. 3. a)



Perawatan Penyiangan Penyiangan adalah pembersihan gulma yang tumbuh disekitar tanaman kayu putih. Gulma perlu



dihilangkan Karen akan mengganggu pertumbuhan kayu putih. Unsure hara yang ada dalam tanah akan diambil oleh gulma. Penyiangan harus dilakukan secara kontinyu agar gulma tidak tumbuh merjalela. b) Pendangiran Pendangiran merupakan pekerjaan menggemburkan tanah pada sekitar batang pokok. Tujuannya adalah untuk memberikan aerasi tanah yang lebih baik dan sistem perakaran menjadi sehat. c)



Pemangkasan Batang kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk permudaan cabang dan memudahkan dalam pemungutan



daun. Untuk tegakan yang telah berumur lebih dari 5 tahun sebaiknya dilakukan pemangkasan setinggi 1 m, dan sebaiknya pekerjaan ini dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan. 4. Pemupukan Pemberian pupuk lanjutan di lapangan cukup menggunakan pupuk kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea) dengan dosis 100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun daun.



F. Proses Produksi Pengolahan daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak kayu putih yang ada pada daun tanaman ini. Proses produksi dalam pembuatan minyak kayu putih diawali dengan pemetikan daun kayu putih. Dalam proses pemetikan ada 2 macam cara, yaitu: 1.



Pemetikan sistem rimbas, yaitu tegakan pohon kayu putih yang berumur 5 tahun ke atas,dengan ketinggian 5 meter, daunnya dipangkas. Satu tahun berikutnya, setelah tanaman kayu putih sudah mempunyai daun yang lebat, kemudian bisa dilakukan



2.



perimbasan lagi. Pemetikan sistem urut, yaitu dengan cara dipotong dengan menggunakan alat (arit) khusus untuk daun-daun yang sudah cukup umur. Cara ini menjadi kurang praktis, karena pemetik harus memilih daun satu per satu.



Pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada saat sudah tidak banyak turun hujan sehingga tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. Di samping itu, jika pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada akhir musim hujan (awal musim kemarau) tiap tanaman telah menumbuhkan daun dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian, pemetikan atau pengambilan daun-daun kayu putih dapat dilakukan sekali dalam satu tahun, jika pertumbuhan tanaman subur. Setelah pemetikan daun, daun kayu putih yang siap untuk disuling disimpan terlebih dahulu. Penyimpanan dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang kering dan memiliki ketinggian sekitar 20cm, dengan kondisi suhu kamar dan sirkulasi udara terbatas. Dalam penyimpanan ini, daundaun tidak boleh disimpan dalam karung karena akan mengakibatkan minyak yang dihasilkan berbau apeg dan kadar sineol dalam minyak rendah. Penyimpanan daun dilakukan maksimal selama satu minggu. Kerusakan minyak kayu putih akibat penyimpanan terutama terjadi karena proses hidrolisis dan pendamaran komponen-komponen yang terdapat dalam daun. Pengaruh hidrolisis ini dapat dicegah dengan menyimpan daun di tempat yang kering dengan sirkulasi udara sekecil mungkin. Sedangkan pengaruh pendamaran dapat diminimalkan dengan mempersingkat waktu penyimpanan dan menurunkan suhu penyimpanan.



G. Proses Penyulingan Proses penyulingan minyak kayu putih ini terbagi dalam 3 tahap, yaitu: 1)



Pembuatan Uap



Alat-alat yang digunakan pada pembuatan uap sebagai pensuplai uap panas antara lain: a.



Boiler



berfungsi untuk memproduksi uap yang akan digunakan untuk mendestilasi minyak kayu putih dari daun kayu putih pada bak daun yang dihasilkan air yang berasal dari water softener yang dimasukkan ke dalam boiler dengan pompa. Pada boiler dilengkapi dengan panel automatic, yang berfungsi sebagai pengontrol boiler agar aman dan berfungsi dengan baik. Panel automatic juga berfungsi mengontrol boiler untuk berhubungan dengan kipas penghisap asap keluar, pompa pengisi air boiler dan pompa water softener. b.



Ruang Bakar Berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar dari daun bekas masak kayu putih (bricket)



dan sebagai tempat pemanasan air awal yang dihubungkan dengan boiler. Konstruksi dinding api dari pipapipa uap yang melengkung dan menjadi satu di atas dengan pipa uap diameter 10” dan digabungkan dengan uap yang terbentuk di boiler. Lantai ruang bakar terbuat dari semen tahan api dan berlubang-lubang untuk pemasukan udara segar dari luar yang dihisap oleh exhaust fan. c.



Exhaust Fan



Berfungsi menghisap udara panas yang telah dipakai untuk memanasi ruang bakar dari ketel uap dan memasukkan udara segar ke dalam ruang bakar untuk kemudian dihembuskan ke cycloon. d.



Cycloon Berfungsi memisahkan debu yang terhisap dari boiler oleh exhaust fan agar tidak keluar ke udara



bebas. e.



Chimney Berfungsi mengalirkan asap pembakaran ke udara. Sedangkan untuk pengumpan air digunakan alat-



alat sebagai berikut. 



Pompa feeding water Berfungsi memompa air untuk masuk ke dalam boiler secara otomatis dari tangki air umpan yang telah dilunakkan dalam tangki water







softener. Water softener Berfungsi melunakkan air yang masuk ke dalam boiler dari kadar kapur, agar tidak mudah membentuk lapisan kapur yang menempel di bagian dalam







boiler. Feed pump water softener Berfungsi memompa air yang akan dilakukan ke dalam







water softener dari bak air. Feed tank Berfungsi menyimpan air yang sudah dilewatkan water softener dan sudah lunak untuk dipompa masuk ke dalam boiler.



2)



Penguapan Daun



Alat-alat yang digunakan pada penguapan atau pemasakan daun adalah sebagai berikut: a.



Bak Daun



Berfungsi sebagai wadah untuk keranjang yang berisi daun kayu putih yang akan diberi uap panas dari ketel uap. Kapasitas bak adalah 1.500 kg. Jumlah bak daun di pabrik ini ada 2 unit. b.



Keranjang Daun Berfungsi untuk tempat daun kayu putih yang akan dimasak / diuapi dalam bak daun, sehingga



mudah untuk dimasukkan dan dikeluarkan. Kapasitas keranjang adalah 1.250 kg daun kayu putih. Jumlahnya 2 unit. c.



Hoist Crane Berfungsi untuk memasukkan dan mengangkat keranjang daun dari bak daun yang akan dan telah



selesai dimasak. Kapasitas daya angkat 1 ton, sedang jumlahnya 1 buah. 3)



Pendinginan dan Pemisahan Minyak dengan Air



Alat-alat yang digunakan pada proses pendinginan uap minyak daun kayu putih, antara lain adalah: a.



Condensor Berfungsi mengembunkan uap minyak air dan uap air yang keluar dari ketel uap untuk dijadikan



cairan dengan cara didinginkan. b.



Pompa air condensor Berfungsi memompa air pendingin dari bak air pendingin untuk dipompa masuk ke dalam



condensor dan keluar lagi menuji cooling tower. c.



Cooling tower Berfungsi mendinginkan air dari bak air yang akan dialirkan melalui condensor, dari suhu 104 oF



(40oC) menjadi 92oF (33oC). Sedangkan untuk memisahkan air dengan minyak kayu putih, alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut: a.



Separator Berfungsi memisahkan minyak kayu



putih dari air yang keluar bersamaan dari kondensor



dengan menggunakan sistem gravitasi. Air akan keluar dari bagian bawah dan langsung dibuang ke sungai, sedangkan minyak kayu putih akan



keluar bagian atas. Proses pemisahan ini dikontrol



melalui kaca pengamat.



b.



Tangki penampung minyak kayu putih Berfungsi menampung minyak kayu putih dari separator. Kapasitas 200 liter.



Secara ringkas proses pembuatan minyak kayu putih adalah sebagai berikut : 1. Daun kayu putih dipetik terlebih dahulu dari pohonnya kemudian baru dilakukan penyulingan secara sederhana



2. Setelah itu daun minyak kayu putih dimasukkan diatas rak dalam ketel tempat perebusan dan pada dasar ketel diisi air yang dibakar menggunakan tungku,ketel ditutup rapat agar uapnya tidak keluar. Disebelah ketel tersebut ada bak penampung air yang merupakan salah satu tahap penyulingan 3. Uap dari daun yang direbus didinginkan hingga menjadi minyak air putih yang keluar dari pipa penyulingan dengan sendirinya.penyulingan berlangsung kurang lebih 20 menit. 4. Setelah minyak kayu putih keluar dilakukan pengemasan, namun sebelum dilakukan pengemasan. Minyak kayu putih disaring terlebih dulu dengan kapas, kemudian baru dimasukkan dalam botol dan ditutup dengan rapat. Selain dapat menghasilkan minyak kayu putih, batang dan daun yang telah dimasak dikeringkan kembali yang kemudian bisa digunakan untuk pembakaran minyak kayu putih tersebut.kemudian minyak kayu putih siap untuk dipakai.



H. Kegunaan bagian-bagian dari minyak kayu putih        



Daun: Rematik. Nyeri pada tulang dan syaraf (neuralgia). Radang usus, diare, perut kembung. Radang kulit. Ekzema, sakit kulit karena alergi. Batuk, demam, flu. Sakit kepala, sakit gigi.







Sesak napas (asma)



 Kegunaan untuk kulit kayu : a.



Lemah tidak bersemangat (neurasthenia). Susah tidur. Pemakaian: Untuk minum: Daun: 10-15 g, direbus. Pemakaian luar: Kulit atau daun secukupnya digiling halus, untuk pemakaian setempat seperti alergik dermatitis, ekzema, luka bernanah atau daun segar secukupnya direbus, airnya untuk cuci.



Cara pemakaian untuk setiap penyakitnya: 1.



Rasa lesu dan lemah, insomnia:



Kulit kering sebanyak 6-10 g dipotong-potong seperlunya, direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring lalu minum. 2.



Rematik, nyeri syaraf, radang usus, diare:



Daun kering sebanyak 6-10 g direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring dan minum. 3.



Radang kulit, ekzema:



Daun segar sebanyak 1 genggam dicuci bersih, rebus dengan 3 gelas air air bersih sampai mendidih. Hangat-hangat dipakai untuk mencuci bagian kulit yang sakit. 4.



Luka bernanah:



Kulit muda, sedikit jahe dan asam, dikunyah, Ialu ditempelkan pada luka terbuka yang bernanah. Ramuan ini akan menghisap nanah dari luka tersebut dan membersihkannya.



I. Manfaat Minyak Kayu Putih Minyak kayu putih memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, diantaranya : 



Anti Septic dan Bakteri : Minyak kayu putih ini sangat efisien dalam menanggulangi infeksi dari kuman, virus dan jamur, seperti tetanus, influenza dan penyakit-penyakit menular lainnya seperti kolera, tipus dan sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk







luka yang disebabkan besi yang berkarat agar terlindung dari tetanus. Insektisida dan Vermifuge : Minyak kayu putih sangat efisien dalam berkendaraan jauh agat tidak masuk angin dan membunuh serangga. Aroma yang kuat sehingga bisa ditambah cairan lain kemudian dimasukan ke semprotan dan digunakan untuk mengusir nyamuk dan







serangga lainnya. Decongestant dan Expetorant : Kayu putih dapat dimanfaatkan untuk mengobatan gangguan pada hidung dan tenggorokan, organ pernapasan lainnya dan batuk serta infeksi lain yang menyebabkan radang tenggorokan dan bronchitis.







Kosmetik dan Tonik : bermanfaat untuk menghaluskan dan dan mencerahkan kulit dan bebas dari infeksi sehingga banyak dipergunakan untuk kosmetik , dapat mencegah infeksi







pada kulit tersebut maka dipergunakan jugu sebagai tonik (pelindung). Perangsang dan Sudororific : Bermanfaat merangsang saraf-saraf pada tubuh, memberikan efek pemanasan dan mempelancar sirkulasi pengeluaran sehingga dapat membantu toksin







dikeluarkan daru tubuh melalui saluran pengeluaran. Analgesik : bermanfaat mengurangi rasa sakit seperti sakit gigi, sakit kepala, sakit pada







persendian, otot , pilek, demam dan lain-lain. Panas : bermanfaat untuk mengurangi demam yang disebabkan karena terjadinya infeksi







dengan mengelurkannya melalui keringat sehingga bisa mendinginkan suhu tubuh. Udara : bermanfaat untuk mengeluarkan angin bagi penderita yang mesuk angin, mencegah masuk angin serta membantu mengeluarkan angin yang ada dalam perut melalui saluran







pembuangan. Anti Sakit Saraf : bermanfaat untuk mengatasi sakit sarat di sekitar daerah mulut termasuk tenggorokan, telinga, amandel, pangkal hidung, hulu tenggorokan dan sekitarnya. Sakit parah akibat konpresi di sekitar tenggorokan yang disebabkan makan premen, makanan, banyak tertawa dan berteriak. Dengan minyak kayu putih dapat membantu mengurangi rasa sakit karena dapat mempelancar peredaran darah sehingga dapat mengurangi pembengkakan sehingga melonggarkan tekanan saraf-saraf di tenggorokan sehinga dapat membantu langsung di daerah sekitar sakit tersebut.



J. Kriteria Mutu Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi. Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk memberikan kesegaran dan kehangatan pada si jabang bayi. Karena penggunaannya yang luas tersebut, mutu minyak kayu putih yang dijual di pasaran perlu mendapat perhatian. Untuk memenuhi tuntutan mutu tersebut, lahirlah standar nasional kayu putih yang diusulkan oleh PT. Perhutani (persero) melalui Pantek 55S Kayu, bukan kayu dan produk kehutanan, yaitu SNI 06-3954-2001. Standar tersebut menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan minyak kayu putih yang digunakan sebagai pedoman pengujian minyak kayu putih yang diproduksi di Indonesia. Mutu minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang



terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih mutu U mempunyai kadar cineol ≥ 55%, sedang mutu P kadar cineolnya kurang dari 55%. Secara umum, kayu putih dikatakan bermutu apabila mempunyai bau khas minyak kayu putih, memiliki berat jenis yang diukur pada suhu 15 oC sebesar 0,90 – 0,93, memiliki indeks bias pada suhu 20 oC berkisar antara 1,46 – 1,47 dan putaran optiknya pada suhu 27,5 oC sebesar (-4)o – 0o. Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dengan sinus sudut bias cahaya, sedangkan yang dimaksud putaran optik adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat. Disamping itu, minyak kayu putih yang bermutu akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu dalam perbandingan 1 : 1, 1 : 2, dan seterusnya s.d. 1 : 10. Dalam minyak kayu putih tidak diperkenankan adanya minyak lemak dan minyak pelican. Minyak lemak merupakan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti lemak sapi dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih. Demikian juga minyak pelican yang merupakan golongan minyak bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin biasa digunakan sebagai bahan pencampur minyak kayu putih, sehingga merusak mutu kayu putih tersebut. Bagian terpenting dalam standar tersebut, selain penetapan mutu di atas, adalah cara uji untuk mengetahui mutu minyak kayu putih, baik yang tercantum di dalam dokumen maupun kemasan. Pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara uji visual dan cara uji laboratories. Cara uji visual dilakukan untuk uji bau, sedangkan uji laboratories dilaksanakan untuk menguji kadar cineol, berat jenis, indeks bias, putaran optik, uji kelarutan dalam alkohol 80%, kandungan minyak lemak dan kandungan minyak pelican. Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan untuk tujuan ekspor yang penerapan standarnya bersifat wajib.



K. Strategi Pemasaran Ada 2 kemungkinan segmen pasar yang dijadikan target pasar, yaitu: 1. Pasar ekspor, sebagai bahan baku industri dengan pengolahan khusus sebagai bahan setengah jadi, dan 2. Pasar lokal, dengan produk akhir, dimana perusahaan harus melakukan proses penciptaan nilai tambah terlebih dahulu. Kedua pasar ini dapat dijadikan pilihan atau merupakan tahapan. Jika hanya merupakan pilihan saja, maka untuk kondisi saat ini sebaiknya memilih menjual ke pasar ekspor, untuk meningkatkan pendapatan, dengan kondisi khusus yaitu barang setengah jadi. Pilihan ini memberikan manfaat bagi perusahaan, karena pasar ekspor mempunyai harga yang lebih baik daripada pasar lokal, selain itu penciptaan produk dengan spesifikasi khusus dari pembeli akan memberikan nilai tambah. Apabila kedua pasar tersebut merupakan tahapan pemasaran untuk menuju penciptaan produk akhir, maka dalam jangka pendek pemasaran diorientasikan pada pasar ekspor untuk barang setengah jadi dan



setelah mempunyai kesiapan, baru memasuki pasar produk akhir dengan penciptaan nilai tambah yang dilakukan sendiri.