Modul Diagnosis Sistem Pengaman [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Basri
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI UMUM Modul mata pelajaran pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan yaitu KD 3.20 Mendiagnosis Kerusakan Sistem Pengaman dan KD 4.20 Memperbaiki Sistem Pengaman disusun untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik SMK utamanya yang memilih Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan. Adapun materi yang disajikan dikemas dalam bentuk kegiatan belajar baik teori maupun praktik, dimana pelajaran teori merupakan landasan dasar yang akan menunjang keterampilan praktek peserta didik sehingga setelah peserta didik selesai melaksanakan kegiatan pada modul ini diharapkan peserta didik akan menguasai keterampilan tentang KD 3.20 Mendiagnosis kerusakan Sistem Pengaman dan KD 4.20 Memperbaiki Sistem Pengaman pada kendaraan ringan sesuai dengan kebutuhan industri otomotif saat ini. Stelah peserta didik menguasai keterampilan dari modul ini, peserta didik dapat bekerja pada industri otomotif, atau pada bengkel-bengkel spesialis Sistem Pengaman atau membuka usaha bengkel sendiri. B. PRASYARAT Sebelum mulai mempelajari modul ini peserta didik pada kompetensi keahlian Teknik Kendaraan ringan harus sudah menyelesaikan modul-modul prasyarat seperti terlihat dalam Peta konsep kedudukan KD Mata Pelajaran Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan pada awal modul ini. Salah satu prasyarat mempelajari modul ini antara lain adalah pemasangan, pengujian, dan perbaikan system pengaman kelistrikan dan komponennya serta harus sudah memahami modul 3.10 dan 4.10 yang membahas tentang perawatan dan pemeliharaan sistem pengaman, serta modul 3.2 dan 4.2 yang membahas tentang system kelistrikan dan kelistrikan tambahan (Asesoris) dan modul 3.1 dan 4.1 tentang kelistrikan kendaraan ringan. C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Rambu-rambu belajar bagi peserta didik Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam menggunakan modul ini, maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain: a. Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi pada modul ini. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta didik dapat bertanya pada guru yang mengampu mata pelajaran ini. b. Kerjakan tugas-tugas pada LKS dan JOB SHEET untuk mengetahui seberapa besar pemahaman yang dimiliki terhadap materi yang dibahas dalam modul ini. c. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikan hal-hal berikut: 1



1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja yang berlaku. 2. Pahami setiap langkah kerja dengan baik. 3. Sebelum melaksanakan kegiata praktek, tentukan peratan dan bahan yang akan digunakan dengan cermat. 4. Gunakan alat sesuai prosedur pemakaian yang benar. 5. Setelah selesai, bersihkan peralatan dan bahan kemudian susun kembali pada tempatnya secara teratur. 2. Peran bagi guru pengampu mata pelajaran a. Membantu peserta didik dalam merencanakan kegiatan belajar. b. Membimbing peserta didik melalui tugas-tugas yang dijelaskan dalam tahap belajar. c. Membantu peserta didik dalam memahami konsep, dan menjawab pertanyaan peserta didik. d. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok. e. Mencatat kemajuan belajar peserta didik. f. Melakukan penilaian. g. Menjelaskan kepada peserta didik, bagian-bagian yang perlu dan merundingkan rencana pembelajaran selanjutnya. D. TUJUAN AKHIR PEMBELAJARAN Setelah mempelajari secara keseluruhan materi kegiatan belajar baik teori maupun praktik dari modul ini, peserta didik diharapkan dapat: o Memahami teknologi safety pada mobil o Memahami supplementary resistrain system air bags (SRS Air Bags) o Mendiagnosis kerusakan sistem Air Bags o Memperbaiki sistem Air Bags



2



BAB II PEMBELAJARAN (24 JP) A. KEGIATAN BELAJAR I (8 JP) a. Tujuan kegiatan belajar Melalui kegiatan belajar I diharapkan siswa dapat:  Memahami dan mendiagnosis kerusakan sistem pengaman pada kendaraan.  Mengidentifikasi fungsi teknologi safety pada mobil.  Memahami rangkaian sistem kelistrikan Suplementary Restraint Air Bags (SRS Air Bags).  Mengidentifikasi komponen-komponen sistem SRS Air Bags.  Mengidentifikasi cara kerja sistem SRS Air Bags.



b. Uraian materi DIAGNOSIS KERUSAKAN SISTEM PENGAMANAN DAN PERBAIKANNYA Keselamatan dalam berkendara merupakan factor utama pada sebuah kendaraan. Salah satu fitur keselamatan yang banyak digunakan adalah Air Bag System. Selain itu sudah diperkenalkan oleh general motors pada 1970-an dengan nama Air Cussion Restrain System (ACRS). Sistem kantong udara atau Air Bag merupakan salah satu fitur keselamatan untuk melindungi pengemudi dan penumpang saat terjadi kecelakaan. Air Bag memiliki nama teknis, seperti Supplementary Restraint System SRS), Air Cushion Restraint System (ACRS) dan Supplemental Inflatable Restraint (SIR). SRS Air Bag adalah sistem keamanan penumpang yang terpasang pada kendaraan. A) TEKNOLOGI SAFETY PADA MOBIL Benturan pada mobil merupakan hal yang paling dihindari dalam sistem keselamatan modern, dahulu mencegah dampak benturan dengan memasang bumper yang kuat, akan tetapi sekarang peran bumper digantikan oleh berbagai teknologi elektronik yang bersifat mencegah benturan meskipun hanya sedikit. Pada 10 tahun terakhir teknologi safety mobil mengarah pada penggunaan sensor yang ditanamkan pada bagian terluar mobil dan teknologi stabilizer saat mobil berada diluar kendali. Namun sistem keselamatan mobil sekarang ini memiliki kecenderungan ke teknologi pencegahan mobil berada dalam kondisi yang berbahaya (safety active teknologi), dan sistem keselamatan terakhir, saat mobil dalam keadaan sangat buruk (terjadi benturan) dapat menyelamatkan penumpang (Safety impact technologi) a. Safety Preventive Technologi Teknologi keselamatan ini lebih cenderung mengkondisikan mobil dalam keadaan yang aman dan tidak terjerumus dalam kondisi berbahaya, yakni dengan memperbaiki sistem penerangan mobil (lampu Utama), membenamkan sensor terhadap benda-benda disekitar mobil, teknologi menjaga jarak dengan kendaraan di depan dan belakang, dan 3



membenamkan kamera pada sekeliling mobil untuk memonitor keadaan sekitar mobil. Berikut macam-macam sistem safety preventive technologi. a. Adaptive front light system, yakni teknologi sorot pada head lamp yang bisa bergerak kekanan dan kekiri mengikuti setir mobil. Sampai sekarang teknologi ini masih terbatas pada mobil-mobil kelas menengah keatas.



Gambar 1. Adaptive front light system b. Distance control assist, teknologi ini menjaga jarak dengan mobil didepan, memanfaatkan sensor yang ditempatkan pada bagian depan mobil sehingga jika jarak terlalu dekat pada kecepatan tertentu maka secara otomatis mobil mengurangi kecepatannya dengan mengerem. Distance control assist ini bekerja saat pengemudi tidak mengunjak pedal gas, jika pengemudi menginjak pedal gas, maka teknologi ini tidak bekerja.



Gambar 2. Distance control assis c. Intelligent cruise control atau smart cruise control hampir sama dengan distance control assist akan tetapi Intelligent cruise control ini jika diaktifkan. Cruise control sendiri adalah teknologi pengatur kecepatan pada mobil, misalnya pada kecepatan 60 km/jam. Pengemudi menekan tombol cruise control, maka kendaraan akan melaju konstan pada kecepatan 60 km/jam, sedangkan smart cruise control sudah bisa mendeteksi jalan naik atau jalan turun kemudian bisa menjaga jarak dengan mobil yang berada didepa.



Gambar 3. Intelligent cruise control 4



d. Around view monitor, yaitu kamera yang ditempatkan pada keempat sisi mobil, (depan, belakang, kanan dan kiri). Biasanya jumlah kamera 5 buah dipadukan dengan sensor inframerah yang akan menghidupkan kamera dan layar monitor jika ada benda disekitar mobil. Teknologi ini memungkinkan pengemudi bisa melihat secara keseluruhan sisi.



Gambar 4. Around view monitor e. Blind spot sensor, yakni sensor yang diletakkan pada bagian pojok-pojok belakang untuk mendeteksi benda asing yang tidak terlihat oleh pengemudi lewat spion. Informasi biasanya diberikan dengan petunjuk suara. f. Line departure warning, yakni teknologi sensor yang bekerja dengan memindai garisgaris (line) di jalan, bisa garis putus-putus atau garis tanpa putus yang ada disamping dan tengah jalan. Jika pengemudi keluar dari jalur atau garis putih pada jalan, maka line departure warning ini akan memberikan peringatan, ini cukup penting karena bisa berfungsi untuk mengidentifikasi bahwa pengemudi mulai ngantuk saat keluar jalan. g. Wheel steering, yakni teknologi roda belakang yang bisa membuat sudut (juga berbelok) saat roda depan berbelok, hal ini mencegah terjadinya oversteer maupun understeer (tergelincir).



Gambar 5. Wheel steering b. Safety active technology Teknologi yang secara otomatis aaktif saat mobil mulai berada dalam keadaan berbahaya misalnya mobil mulai slip atau keluar jalur. Berikut macam-macam teknologi safety active technologi: a. Line departure prevention, mirip seperti line departure warning akan tetapi teknologi aktif tidak bekerja dengan memperingatkan pengemudi, akan tetapi langsung mengambil alih sistem kemudi untuk mengembalikan mobil pada jalurnya dengan cara mengerem pada salah satu sisinya sehingga haluan mobil berbelok. 5



b. Intelligent brake assist, yaitu teknologi pengereman yang mampu mengerem sendiri saat mobil akan menabrak telak. Teknologi rem ini akan memberikan peringatan jika pengemudi terlalu dekat dengan kendaraan lain dan jika pengemudi tidak merespon, maka secara spontan mobil akan mengerem jika jarak terlalu dekat. c. Rem ABS, EBD dan BA merupakan tiga sistem keselamatan pada rem. ABS sendiri berfungsi untuk menjaga cakram agar tidak terkunci, EBD berfungsi untuk membagi tekanan rem antara depan dan belakang agar seimbang, dan BA berfungsi untuk memaksimalkan fungsi ABS dan EBD ketika kondisi pengemudi menginjak rem dengan dalam dan spontan. d. Vehicle stability control, yaitu teknologi yang menjaga kestabilan mobil dengan menggabungkan control traksi dan rem ABS, saat mobil mulai slip, maka sistem kompoter akan mengurangi tenaga mobil (lewat traksi control) dan mengurangi kecepatan mobil lewat rem ABS. Selain sistem keamanan aktif, dalam sistem kendaraan dikenal juga sistem keamanan pasif. Sistem keamanan pasif adalah sistem keamanan untuk melindungi penumpang saat terjadi tabrakan atau benturan. Sistem penunjang ini dapat berdiri sendiri. c. Safety impact teknologi Teknologi saat terjadi benturan antara lain sebagai berikut: a. Seat belt, yaitu sabuk pengaman yang menjaga tubuh untuk tetap berada pada kursi mobil saat kecepatan berkurang secara drastisatau bahkan benturan b. Pretensioner seat belt, yaitu teknologi seat belt aktif yang secara otomatis menarik tubuh kearah sandaran kursi ketika pengemudi mengerem secara mendadak dan mengendorkan dalam beberapa detik setelah itu. c. SRS air bags, yakni kantong udara yang akan mengembang secara otomatis saat mobil mengalami benturan yang fatal. Kecepatan mengembang ini sangat cepat seper sekian detik sehingga pengemudi tidak terbentur benda keras lain. SRS air bags sekarang sudah berkembang biasanya tidak hanya satu disetir akan tetapi bisa 4 atau 5 air bags pada sebuah mobil. d. Teknologi rangka bodi, sekarang rangka bodi harus dibuat lebih cermat agar tidak berdampak fatal pada pengemudi saat terjadi benturan. Pada bagian sisi yang dekat dengan pengemudi dibuat sekuat mungkin dan pada bagian depan yang rawan benturan dibuat mudah rusak untuk meredam benturan fatal,bahkan mesin bisa lepas saat terjadi benturan dan tidak masuk ke kabin sehingga penumpang tetap aman. Pada struktur kendaraan dikonstruksi dalam dua area sebagai berikut: 1. Area yang mudah terjadi deformasi, berfungsi menyerap dan menghilangkan kekuatan akibat benturan melalui deformasi pada bagian depan dan atau bagian belakang saat terjadi tabrakan.



6



2. Area keamanan/ keselamatan, merupakan area yang sulit terjadi deformasi. Dalam area ini diperlukan kabin yang sangat kuat guna meminimalkan deformasi kabin, sehingga penumpang dalam kondisi aman. Untuk menghindari benturan antar penumpang dan kabin atau interior kendaraansistem SRS air bag mempunyai peranan penting dalam area ini. Supplementary restrain system air bag dikembangkan sebagai teknologi keselamatan pasif yang melengkapi sabuk pengaman. Alat ini sebagai sistem penahan tambahan pada saat terjadi benturan dengan sabuk pengaman sebagai alat utama yang membantu melindungi penumpang saat terjadi kecelakaan.



Gambar 6. Area deformasi dan keamanan B) SUPPLEMENTARY RESTRAIN SYSTEM AIR BAGS (SRS AIR BAGS) 1. Pengertian SRS air bag Seat belt adalah alat untuk melindungi tubuh ketika terjadi tabrakan pada kendaraan. Namun ketika terjadi tabrakan pada kecepatan tinggi tubuh penumpang masih mengalami resiko benturan keras dengan benda didepannya sehingga hanya dengan seat belt saja tubuh tidak bisa terlindungi dengan baik.



Gambar 7. Kursi pengemudi dan kursi penumpang Air bag adalah perangkat keamanan yang terdapat pada kendaraan dan terdiri dari sebuah tas kain besar yang berisi udara dan memberikan perlindungan bagi tubuh bagian atas selama tabrakan. SRS air bag system merupakan alat tambahan dari seat belt yang sudah ada sebelumnya. SRS air bag system adalah suatu perlengkapan tambahan fungsi pengekang dan pelindung pada sealt. 2. Komponen SRS air bag Ada tiga komponen utama yang terdapat pada sistem air bag, yaitu crash sensor, ECU, inflator dan air bag module yang terbuat dari nilon. Perhatikan komponen utama berikut: 7



Gambar 8. Komponen utama air bag a. Crash sensor (sensor depan air bag) Sensor adalah perangkat yang memerintahkan kantong udara untuk mengembang. Proses pengembangan terjadi ketika ada benturan yang sebanding dengan menabrak dinding bata pada kecepatan 16 sampai 24 km/jam. Crash sensor akan mendeteksi kecelakaan berdasarkan getaran yang dihasilkan. Pada sebuah mobil bisa memiliki lebih dari satu crash sensor. Hal itu tergantung jumlah titik air bag. Umumnya sensor ini terletak dibagian depan mobil. Sebelumnya sensor air bag secara mekanis dan sekarang menggunakan sensor elektronik. Tentunya ada perbedaan pada ACU tergantung dari pabrik pembuatnya, umumnya ada dua macam, yaitu sensor dipasang didalam ACU atau dipasang diluar. 1) Tipe single sensor (terintegrasi dengan sensor di dalam air bag control module) didalam ACU, terdapat sensor untuk mengukur benturan dari depan, belakang, kiri dan kanan.



Gambar 9. Tipe single sensor 2) Tipe multy sensor (Tipe front sensor) Di dalam ACU,terdapat sensor yang mengukur benturan dari sisi depan, belkang, kanan, dan kiri. Air bag meletus ditentukan oleh sensor dengan membandingkan sisi mana yang mengalami benturan. 8



Gambar10. Tipe multy sensor Pada saat terjadi benturan, sensor pertama yang member sinyal adalah decelaration sensor yang berfungsi mendeteksi pengurangan kecepatan secara mendadak. Sensor ini memberikan sinyal ke modul kontrol atau control circuit. Di control circuit tidak langsung mengaktifkan air bag, tetapi harus menerima dua atau lebih sinyal.



Gambar 11. Rakitan sensor air bag pusat Dari rangkaian listrik diatas ada beberapa sensor, yaitu arming sensor dan air bag sensor depan. Apabila semua sinyal sensor sudsh masuk ke control circuit, maka control circuit akan memberikan perintah ke drive circuit dan beban yang kemudian akan mengaktifkan kantong air bag. b. Air bag module Modul control atau air bag module adalah computer kecil yang menerima benturan data sensor yang berbeda untuk kemudian memutuskan air bag mana yang diaktifkan. Module tidak akan bekerja jika hanya menerima satu sinyal. Diperlukan dua atau lebih sinyal dari sensor untuk mengaktifkan. Sistem control ini akan menerjemahkan sinyal getaran dari carsh sensor. Module ini akan menganalisis tingkat keparahan kecelakaan berdasarkan getaran yang dikirim. Analisis ini dijadikan acuan untuk mengaktifkan inflator sebagai actuator. Air bag module terdiri dari drive air bag (DAB), passenger air bag (PAB), side air bag (SAB), dan curtain air bag (CAB). Penempatan Masing-masing sistem air bag mengacu pada modulnya. 9



Gambar 12. Penempatan masing-masing sistem air bag yang mengacu pada modulnya DAB dipasang didalam steering wheel, PAB dipasang di dalam panel (crash pad) depan tempat duduk penumpang. FRT SAB di pasang di tempat duduk, dan rear SAB dipasang disamping tempat duduk. BPT dipasang di bagian bawah center filler, dan CAB dipasang di kedua sisi. Letak sensor FIS di belakang front bumper, untuk air bag sisi kanan dan kiri. SIS letaknya dibawah center filler digunakan untuk meletuskan SAB dan CAB. Sensor untuk mendeteksi benturan dari sisi depan kiri dan kanan di pasang di dalam ACU. Kebanyakan sensor yang dipakai adalah type elektronik, dan hanya safing sensor saja yang ada did ala ACU yang bertipe mekanis. Sensor-sensor ini satu sama lain tidak kompatibel. Disamping itu, seluruh sensor tersebut adalah direction-oriented, sehingga perlu kehatihatian pada saat pemasangannya. 1) DAB (Driver Air Bag) Modul untuk pengemudi dipasang persis ditengah-tengah steering wheel. Pada saat kecepatan tinggi dan terjadi benturan, maka bahaya terlemparnya pengemudi mengarah ke steering wheel meskipun sudah ada sabuk pengaman. Air bag melindungi pengemudi dari benturan dengan kemudi sehingga aman dari kecelakaan serius. Unit air bag terdiri dari cup-shape generator, kantong udara, cover dan instalasi perlu. Lipatan kantong udara yang disusun dengan sangat rapi membuat ruang yang dipercederaan untuk menempatkan kantong tersebut tidak begitu besar. Volume air bag biasanya sekitar 40-60. Setelah sistem air bag mendapat strum tutup cover air bag akan terbuka membuka jalan agar kantong udara bisa meletus melalui aliran gas yang masuk kedalamnya. Semua koneksi elektrikal dan lead dilengkapi dengan shorting bar untuk melindungi agar tidak terjadi keslahan pemberian aruske air bag (air bag meletus sendiri). 10



Gambar 13. Modul DAB a) DAB (driver air bag), belakangan banyak pengemudi yang cidera akibat meletusnya air bag, sehingga sekarang DAB memakai tipe depowerwd (power dikurangi). Namun demikian untuk pengemudi yang berukuran kecil kemungkinan bisa juga cidera dengan meletusnya air bag ini. b) Dual Stage, depowerwd air bag maret 1997, NHTSA dari amerika serikat mengumumkan bahwa pabrik pembuat kendaraan agar dapat menggunakan air bag tipe depowere (mengurangi tekanan gelembung angin) sehingga kantong udara tidak meletus dengan cepat. Penurunan powernya sekitar 20% sampai 35% (inflator). Tujuannya adalah untuk memaksimalkan keselamatan bagi penumpang wanita dan anak-anak dan melindungi leher. Sekarang ini sudah dikembangkan dual stage air bag module yang lebih aman dibandingkan dengan air bag tipe depowered.



Gambar 14. Dual stage air bag module c) DAB module (single-general), pada dasarnya Pada dasarnya air bag dirancang untuk meletus dengan tekanan konstan mengabaikan kecepatan ketika terjadi benturan. Akibatnya, ketika terjadi benturan dengan kecepatan rendah, kadang kala air bag dapat membuat kecelakaan. Oleh karena itu, harus merancang air bag yang dapat meletus dengan tekanan dan kecepatan yang berbeda berdasarkan kondisi benturannya. Dengan dual stage air bag masalah ini dapat dipecahkan. Untuk menyesuaikan kecepatan dan tekanan meletusnya air bag, pada air bag tiga stage terdapa dua igniter (perangkat listrik yang memiliki kabel jembatan tipis) yang dipasang dalam air bag module. Dengan pertimbangan tekanan dan kecepatan air bag harus 100% meletus. 11



Gambar 15. DAB module single-general Tekanan dan kecepata igniter pertama distel sekitar 70% dan igniter ke dua disetel sekitar 30%. Melalui tes benturan yang dilakukan, hasilnya adalah penyetelan dengan rasio 70: 30. Contohnya untuk kecepatan yang lebih rendah, hanya igniter pertama saja yang meletus dan untuk benturan dengan kecepatan menengah, igniter kedua yang meletus juga dalam waktu 10 milidetik. Untuk benturan yang kecepatan yang lebih tinggi lagi, maka igniter pertama dan kedua akan meletus secara bersamaan. Dengan menyesuaikan tekanan dan kecepatan meletusnya air bag berdasarkan kondisi benturan kendaraan, maka tingkat keselamatan pengemudi lebih terjaga. 2) Clock spring. Berfungsi untuk membentuk koneksiantara unit control air bag dan driver module di dalam stering wheel. Clock spring dapat memberikan jaminan koneksi elektrikal untuk semua posisi putaran



Gambar 16. Clock spring spart Sebelum memasang atau melepas clock spring, roda depan kendaraan harus diset lurus ke depan dan posisi clock spring jangan sampai terlipat ketika sudah dilepas untuk menghindari agar tidak terjadi kerusakan pada clock spring. Apabila akan mengganti clock spring baru, pastikan keakuratan posisinya terhadap tape atau clip untuk menghindari agar tidak ikut berputar didalam clock spring, untuk itu lepas dahulu sebelum memasangnya. Jika tetap tidak bisa bekerja meskipun benar memasangnya, maka kemungkinan clock spring bisa terputus pada saat mobil melaju. Jika hendak membongkar clock spring, pastikan kedua roda depan lurus ke depan, kemudian juga putaran clock spring dalam satu arah dengan siklus putaran 5,5 sampai 7,5 kemudian putar sekitar 3 sampai 3,5 dengan arah kebalikannya, luruskan tanda segitiga pada permukaan clock spring. Selanjutnya pasang dengan hatihati. 12



Gambar 17. Clock spring 3) PAB (Passenger Air Bag) Posisi modul untuk penumpang ditempatkan di dalam glove box dalam dashboard. Ada dua macam cara pemasangan PAB, yang pertama dipasang didalam dashboard dan yang kedua dipasang diluar. Untuk yang dipasang didalam dashboard, tampilan dashboard terlihat bersih dan rapi, namun ketika PAB meletus, maka bagian luar dashboard harus diganti dengan yang baru. Untuk tipe later yang dipasang terpisah, tampilannya kurang bagus, namun pada saat meletus, hanya komponen PAB terpisah yang diganti.



Gambar 18. Passenger air bag PAB fungsinya adalah untuk melindungi penumpang depan ketika terjadi kecelakaan. PAB diharapkan dapat melindungi dengan area yang lebih luas, maka volumenya sekarang adalah sekitar 120-160. Akan berbahaya apabila ada handphone atau benda lain mengenai area meletusnya air bag. Karena apabila air bag meletus, benda diatasnya akan terpental dan dapat mengenai orang didepannya. Pemberian arus ke sirkuit untuk inflator akan diberikan dengan urutan pengembangan kantong udara sebagai berikut (tergantung dari keputusan pengembangan yang telah putuskan sebelumnya). Waktu yang dibutuhkan untuk meletuskan kantong udara dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, sehingga pada saat kantung udara mengelembung karena diisi oleh gas pada saat tersebut sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras. Biasanya lebih dari 100 dB. Ketika kantong udara untuk pengemudi dan penumpang meletus pada saat yang bersamaan, suara yang ditimbulkan oleh letusan kedua kantong udara tersebut dapat menganggu alat pendengaran manusia. Karena itulah mengapa terjadinya pengembangan air bag dilakukan dengan DAB lebih dahulu 1 milidetik. Sehingga bisa mengurangi noise dan memperlambat naiknya tekanan didalam kendaraan. 13



Gambar 19. Urutan pemberian arus air bag 4) SAB (Side Air Bag) Side air bag dikembangkan untuk membantu mengurangi resiko cedera akibat benturan. SAB dirancang untuk menyerap benturan antara orang didalam dengan pintu kendaraan apabila terjadi tabrakan dari samping kendaraan. Kantung udara ini bisa dipasang di kursi untuk melindungi dada atau kepala. Ketika kantong udara untuk dada (air bag samping) mengalami benturan dari samping, kantong udara dapat mengurangi risiko pada dada sekitar 20%. Sistem air bag simpanan berbeda dengan sistem air bag yang ada di depan. Air bag samping menggunakan gas simpanan yang terdiri atas silinder tersisi 3.000-4.000 psi gas argon terkompresi (compressed argon gas).kontrol modul member sinyal ke igniter, yang melelahkan bladder kecil di dalam silinder tersebut. Gas argon kemudian mengisi air bag. Sama seperti nitrogen,argon juga tidak berbahaya.



Gambar 20. Rangkaian side air bag 14



5) CAB (Curtai Air Bag) Curtain air bag module dapat memberikan perlindungan yang lebih kepada kepala dan leher pengemudinya. Rollover (jungkir balik) adalah penyebab serius terjadinya cedera , terutama pada kepala dan leher. Sehingga ada lagi tambahan kantong udara yang disebut dengan curtain air bag module untuk mengatasi keadaan apabila mobil terjungkir balik . curtain air bag module meletus dari atap roof kendaraan dan bisa dikombinasukan dengan sistem side impactair bag. Curtain air bag module dapat memberikan perlindungan yang lebih baik ketika kendaraan mengalami tabrakan dan jungkir balik.



Gambar 21. Curtain air bag Curtain air bag akan tetap meletus selama lebih dari 6 detik untuk mempersiapkan kemungkinan terjadi lagi benturan selanjutnya karena tabrakan beruntun atau ketika kendaraan jungkir balik. Ketika benturannya terjadi dari samping kendaraan, kantong udara ini akan melindungi penumpangnya agar tidak terlempar keluar. c. Inflator Inflator adalah sebuah alat generator yang berfungsi untuk menghasilkan gas secara cepat dan menjadikan gas tersebut menjadi panas, sehingga mengeluarkan debu. Karena itulah, panas dari gas ini lebih rendah dan debunya dibuang melalui filter. Gas dari inflator inilah yang mengisi kantong udara agar mengembang. Komposisi utama gas ini adalah He, N2,CO2, dan Ar. Inflator terletak tersembunyi dalam roda kemudi dan dashboard. Inflator akan mengembang ketika dialiri arus listrik. Inflator dalam air bag bisa mengembang karena adanya reaksi kimia. Reaksi itu akan menghasilkan gas nitrogen yang yang memenuhi bag inflator.



Gambar 22. Bagian dari inflator 15



Bahan yang digunakan untuk mengembangkan inflator terdiri dari natrium azida (NaN3), kalium nitrat (KLO3) dan silicon dioksida (SiO2). Bahan-bahan itu akan bereaksi ketika ada aliran arus yang melewatinya. Inflator akan mengembang dari dalam roda kemudi dan dashboard dalam waktu sekejap mata. Waktu yang digunakan oleh inflator untuk mengembang sempurna yaitu sekitar 30-40 milisekon. Inflator akan merusak roda kemudi dan dashboard saat mengembang. Sehingga air bag merupahan komponen sekali pakai. Ketika air bag mengembang, maka diperlukan penggantian satu unit dashboard bersama inflator. Mengandalkan air bag saja tidak cukup. Karena air bag hanya mencegah kepala pengemudi agar tidak terbentur ke steering wheel setelah itu air bag akan mengempis. Pengemudi juga harus tetap menggunakan seatbelt untuk menghentikan gerakan kinetikpengemudi saat kecelakaan. Perhatikan pyrotechnic inflator berikut.



Gambar 23. Pyrotechnic inflator Dahulu banyak model yang dipakai seperti tipe compressed air dan pyrotechnic, namun sekarang yang banyak dipakai adalah pyrotechnic inflator karena sudah terbukti baik, kuat dan mudah pemasangannya. Dilihat dari struktur bagian dalamnya, ketika arus mengalir di dalam inflator kelima, dengan kata lain pada saat arus tertentu disuplai dari ACU, maka inflator pertama akan membuat ledakan kecil, kemudian menyalakan auto ingnition charge kedua. Panas penyepian akan mengaktifkan gas generator keenam, untuk menghasilkan gas secara cepat. Pada saat tersebut terjadinya panas sangat cepat, sehingga mengeluarkan debu. Karena itulah, panas dari gas ini lebih rendah dan debunya dibuang melalui filter keempat. d. ECU dan sensor Control unit air bag berfungsi untuk mengolah sinyal-sinyal yang diberikan oleh sensor-sensor yang kemudian sinyal yang diterima dan diolah akan diteruskan untuk memerintah seluruh air bag untuk meletus atau tidak. Sinyal yang masuk dari sensorsensor pertama diolah terlebih dahulu oleh sensor pusat, setelah sensor pusat memperoleh data yang akuratkemudian data akan dikirim ke unit control. Komponen sistim SRS air bag terdiri dari beberapa bagian, yaitu inpact sensor,SRS control unit, air bag sisi pengemudi dan air bag sisi penumpang. 16



Gambar 24. Komponen sistem SRS air bag Selain itu SRS air bag dikembangkan dan diadopsi dengan berbagai jenis, yaitu air bag depan (front air bags), air bag samping (side air bags) dan air bag tirai. a. Air bag depan (front air bags) Air bag depan terdiri dari driver air bag dan passenger air bag, yang berfungsi melindungi pengemudi dan penumpang depan saat terjadi benturan/ tabrakan dari arah depan. Driver air bag dipasang ditengah bantalan roda kemudi dan passenger air bag dipasang pada dashboard didepan tempat duduk penumpang depan.



Gambar 25. Komponen air bag depan b. Air bag samping (side air bags) Air bag samping (side air bags) berada pada samping pengemudi dan penumpang baik depan dan belakang berfunsi untuk membantu mengurangi resiko cedera akibat benturan antara orang didalam dengan pintu kendaraan apabila terjadi tabrakan dari samping kendaraan. c. Air bag tirai Air bag tirai berfungsi saat kendaraan terguling, mengurangi resiko cedera saat terjadi benturan akibat kendaraan terguling. Dengan peletakan pada tirai kendaraan (samping atas penumpang). 17



Gambar 26. Air bag samping dan tirai 3. Cara kerja SRS air bags Berikut adalah diagram yang menunjukkan prinsip kerja sistim air bag



Gambar 27. Diagram prinsip kerja sistem air bag Saat terjadi kecelakaan, besarnya energy benturan akan diterima oleh sensor depan air bag (crash sensor) yang diletakkan didepan mobil dan diteruskan ke ACU (air bag control unit), ACU akan mengkalkulasi dan membandingkan dengan safing sensor yang terletak didalam ACU, bila hasil perbandingan crash sensor dan safing sensor menyatakan air bag harus dikembangkan. Maka ACU akan mengaktifkan inflator yang didalamnya terdapat initiator yang akan membakar propellant grain sehingga menghasilkan gas dan mengembangkan air bag, kemudian air bag akan mengempis. Peristiwa tersebut memakan waktu kira-kira 0,2 detik. SRS air bag mempunyai sarat mengembang bila tingkat benturan diatas ambang yang telah ditentukan dengan kecepatan mobil minimal 25 km/jam dan saat menabrak secara frontal terhadap penghalang permanen yang statis atau objek yang dapat bergerak saat tertabrak. SRS air bag juga akan mengembang bila terjadi benturan serius pada bagian bawah kendaraan. Air bag depan tidak akan mengembang bila terjadi benturan dari arah samping, kendaraan terguling, menabrak objek yang lebih tinggi atau tidak mengenai sensor depan, menabrang tiang tepat di tengah, benturan dari belakang, dan benturan menyudut. Alat ini dapat memberikan efek samping pada saat SRS air bag mengembang dengan cepat (kecepatan mengembang diatas 100 km/jam) penumpang dapat mengalami memar, luka lecet dan cedera. Untuk menghindari hal tersebut penumpang harus pada duduk yang normal dan menggunakan sabuk pengaman. Jangan menempatkan balita atau anak-anak dikursi depan karena dapat membahakan mereka saat SRS air bag mengembang.



18



Gambar 28. Urutan pengembangan SRS air bag Ada beberapa kondisi saat SRS air bag beroperasi, yaitu sebagai berikut. a. Kondisi tabrakan membuat air bag mengembang. Kondisi tabrakan yang dapat membuat air bag mengembang adalah sebagai berikut. Dengan posisi kunci kontak ON: 1) Bertabrakan dengan tembok beton yang tebal dan tidak hancur ketika ditabrak pada kecepatan diatas 20-30 km/h. 2) Tabrakan frontal antara dua kendaraan yang sedang berjalan pada kecepatan diatas 20-30 km/h (dua kendaraan model yang sama) 3) Benturan yang sangat kuat pada bagian depan sebelah kanan atau kiri kendaraan dengan sudut kurang dari 300. Kondisi pengembangan tergantung pada benda yang ditabrak dan kondisi lainnya seperti sudut tabrakan. Perhatikan gambar berikut.



Gambar 29. Kondisi air bag pada saat terjadi tabrakan b. Kondisi special yang mungkin hanya satu air bag mengembang. Untuk model dari tahun 2006 keatas yang sudah menggunakan sistim i-SRS pola penentuan untuk 19



pengembangan air bag terjadi pada benturan kecepatan rendah yang bervariasi tergantung pada apakah seatbelt digunakan atau tidak.



Gambar 30. Model air bag yang dilengkapi dengan i-SRS air bag Contohnya, benturan kecepatan rendah pada kondisi berikut hanya menyebabkan air bag sisi penumpang yang mengembang, hal ini bukan sebuah kerusakan. 1) Driver’s seatbelt digunakan, sementara penumpang tidak menggunakan seatbelt 2) Driver’s seatbelt digunakan, tidak ada penumpang (seatbelt tidak digunakan) Penjelasan 1: Seorang penumpang yang tidak menggunakan seatbelt lebih tinggi beresiko terbentur kepalanya dengan panel instrument dan dapat menyebabkan luka pada saat terjadi tabrakan dengan kecepatan rendah disbanding dengan seorang pengemudi yang menggunakan seatbelt. Karena jika seatbelt tidak digunakan, air bag dapat mengembang pada tabrakan kecepatan rendah dari pada seatbelt digunakan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan penumpang. Ini adalah alasan mengapa pada beberapa kasus kecelakaan pada kecepatan rendah, air bag sisi pengemudi tidak mengembang jika pengemudi menggunakan seatbelt, dan hanya sisi penumpang yang mengembang jika penumpang tidak menggunakan seatbelt. Penjelasan 2: Switch buckle seatbelt mendeteksi apakah seatbelt diikatkan dengan benar ke buckle seatbelt? Swtch buckle seatbelt tidak dapat mengecek apakah ada penumpang atau tidak di kursi penumpang, sehingga jika switch membaca bahwa seatbelt belum terpasang, air bag sisi bisa saja mengembang walaupun tidak ada penumpangnya. Perhatikan gambar berikut!



Gambar 31. Penggunaan seatbelt 20



c. Kondisi SRS air bag tidak bekerja atau tidak mengembang Jika sensor mendeteksi tabrakan dimana seatbelt sudah cukup untuk memberikan perlindungan kepada penumpang atau benturan dari arah seperti yang ditunjukkan berikut, air bag tidak akan mengembang, karena walaupun mengembang tidak akan meningkatkan perlindungan terhadap penumpang. 1) Gambar 1. Tabrak dari belakang 2) Gambar 2. Tabrak dari samping 3) Gambar 3. Terguling



Gambar 32. Kondisi SRS air bag tidak mengembang Pada kondisi di mana energi benturan terserap secara efektif meskipun terjadi kerusakan yang cukup luas pada mobil, masukan energi pada sensor benturan depan dan SRS unit berkurang sehingga air bag tidak mengembang. 4) Gambar 4. Tabrakan dengan tiang lampu, tunggul atau benda sejenis. Ketika hanya bagian tengah depan kendaraan yang rusak, energi tabrakan yang diterima oleh sensor benturan depan akan terbaca lemah. 5) Gambar 5. Meluncur ke belakang truk atau kendaraan lain. Hal ini karena energi tabrakan pada posisi yang lebih rendah dari kendaraan, dimana sensor tabrakan depan atau SRS unit terpasang, energi yang diterima menjadi lemah. 6) Gambar 6. Tabrakan parsial atau tabrakan dari sudut tertentu.



Gambar 33. Kondisi SRS air bag tidak mengembang d. Kondisi meletusnya air bag Urutan dasar meletusnya air bag adalah sebagai berikut. Ketika terjadi benturan, masing-masing sensor akan mengukur benturan tersebut. Hasil pengukurannya dikirim ke ACU. Kemudian ACU menganalisis benturan tersebut dan memutuskan apakah air bag perlu meletus atau tidak. Jika perlu meletus, maka ACU akan memberikan suplai arus ke module yang akan dikembangkan. Setiap module akan meletuskan air bag melalui arus listrik yang disuplai. Kemudian air bag akan meletus 21



dan menggelembung untuk melindungi penumpang. Terlihat prosesnya cukup sederhana, namun sebenarnya variable yang terlibat disini cukup banyak. Dikarenakan air bag meletus saat mobil melaju atau mengembungnya sedikit sehingga akan membahayakan penumpang dari pada melindungi. Benturan termasuk benturan dari bawah, benturan bagian atas, dan benturan dengan material elastis seperti kayu, membuat sistem air ini makin rumit. Tentunya jika air bag ini terlalu sensitif terhadap benturan, maka kemungkinana tidak bisa meletus pada saat terjadi benturan kuat. Letak air bag setelah meletus seperti gambar berikut.



Gambar 34. Letak air bag setelah meletus 4. Kondisi tampilan sistim air bag Ada dua kondisi tampilan sistem air bag sebagai berikut. a. Normal, maka akan menyala ketika switch pengapian di posisi ON dan mati setelah beberapa detik. b. Abnormal 1) Lampu peringatan akan menyala bahkan jika belum terjadi kecelakaan dan air bag belum mengembang 2) Lampu peringatan menyala setelah kecelakaan, terlepas apakah air bag sudah mengembang atau belum.



Gambar 35. Kondisi tampilan sistem air bag 22



c. Tes formatif Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar! 1. Jelaskan sistem keselamatan mobil yang saat ini mulai diterapkan! Jawab. ………………………………………………………………………………………………………….. 2. Tuliskan macam-macam sistem safety preventive technology! Jawab. …………………………………………………………………………………………………………….. 3. Jelaskan beberapa teknologi pengaman saat terjadi benturan! Jawab. …………………………………………………………………………………………………………….. 4. Apakah fungsi inflator dalam sistem SRS Air Bags? Jawab. …………………………………………………………………………………………………………….. 5. Jelaskan prinsip kerja sistem SRS Air Bags! Jawab. ……………………………………………………………………………………………………………..



B. KEGIATAN BELAJAR II ( 4 JP) a. Tujuan kegiatan belajar Melalui kegiatan belajar II ini diharapkan siswa dapat:  Melakukan pemasangan sistem kelistrikan SRS Air Bags.  Melakukan perbaikan sistem SRS Air Bags.  Melakukan perawatan berkala sistem SRS Air Bags.



b. Uraian materi DIAGNOSIS KERUSAKAN DAN PERBAIKAN SISTEM AIR BAG 1. Diagnosis kerusakan sistem air bag SRS air bag dilengkapi dengan sistem yang dapat mendeteksi kerusakan yang terjadi di dalam sistem air bag.jika lampu peringatan SRS air bag yang terdapat pada dashboard menyala saat mesin dinyalakan, maka tandanya terjadi kerusakan dalam sistem dan SRS air bag tidak akan aktif bila terjadi benturan (tabrakan).



Gambar 36. Lampu SRS air bag pada dashboard 23



Kerusakan yang terjadi dalam sistem akan tersimpan dalam memori control unit SRS air bag, kerusakan yang terdeteksi merupakan kerusakan yang terjadi pada sistem elektroniknya bisa berupa sensor, kabel penghubung dan actuator. Sambungan putus atau hubungan singkat juga bisa terdeteksi kerusakan, kerusakan juga bisa terjadi pada control unitnya sendiri. Warning lamp digunakan untuk memberikan status air bag kepada pengemudi. Lampu yang digunakan adalah sejenis lampu pijar dengan tegangan sebesar 14 volt dan berdaya 1,2 atau 2,0 watt serta bohlam yang berumur panjang. Lampu peringatan ini diprotek dari arus dan tempratur yang berlebihan.



Gambar 37. Diagnosis kerusakan dengan scan tool Informasi kerusakan sistem SRS air bag dapat diketahui dengan dua cara, yaitu pertama dengan menggunakan scan tool (alat bantu diagnosis kendaraan) cara ini selain mengetahui kerusakan juga dapat mengetahui sistem kira-kira bisa bekerja dengan baik atau tidak dengan melihat menu current data. Kedua dengan menghitung kedipan pada lampu SRS air bag, prosedur menampilkan kedipan dengan cara menghubungkan (jumper) terminal pada DLC, kode kerusakan (kedipan) dapat diketahui pada buku manual service kendaraan.



Gambar 38. Posisi jumper pada DLC Toyota Kode kedipan dinyatakan dalam angka dengan nyala lampu (lama tanda puluhan dan pendek tanda satuan), bila ada kerusakan lebih dari satu maka akan dimunculkan secara beriringan mulai dari kode kerusakan yang kecil. Contoh pada gambar 39 terhitung kode no 31, dalam buku manual perbaikan Toyota terbaca: center air bag sensor assembly yang berarti sensor air bag bagian tengah rusak. Untuk lebih lengkapnya bisa melihat pada buku manual perbaikan.



Gambar 39. Cara membaca kode kedipan 24



2. Prosedur perbaikan air bag Prosedur dalam melakukan perbaikan air bag sebagai berikut. a. Pastikan bahwa kunci kontak dalam posisi OFF. b. Lepas terminal baterai negatif dan pastikan kabel tersebut tidak menyentuh bodi kendaraan. c. Tunggu sekitar satu menit. d. Tarik plug dari konektor yang ada pada DAB, PAB, CAB dan BPT. e. Jangan memeriksa tahanan modul DAB, PAB dan CAB. f. Jangan menaruh sesuatu diatas DAB dan PAB. g. Jangan sekali-kali membongkar dan memperbaiki modul air bag. Sebelum memperbaiki sistem air bag, pastikan untuk memerhatikan dan mengikuti petunjuk diatas. Apabila petunjukknya diatas atau yang ada pada air bag sistem diabaikan, maka kemungkinan besar sistem air bag akan rusak atau mencederai teknisi yang sedang memperbaikinya. Meskipun pekerjaan yang anda kerjakan sangat sederhana dan singkat, pastikan bahwa kunci kontak dalam posisi OFF. Apabila akan memperbaiki sistem air bag, pastikan untuk melepas terminal negative baterai. Tunggu beberapa menit setelah kabel negative dilepas jangan langsung mengerjakan sesuatu. Karena didalam ACU terdapat tenaga cadangan selama 15 detik, meskipun arus baterai diputus, namun tenaga cadangan tersebut masih tetap aktif dalam kurun waktu 15 detik, yang fungsinya sebagai persiapan apabila kendaraan mengalami benturan dan merusak baterai pada saat terjadi kecelakaan. Power akan dikirim ke masing-masing module dan kantong udara akan meletus begitu tahanannya mendapat panas. Karena itulah jika kita mengukur tahanan akibatnya adalah arus dan tegangan meskipun kecil akan mengalir ke module. Ini berarti bahwa dengan mengukur tahanan, maka kemungkinan kantong udara bisa meletus. Pada saat menyimpan module air bag didalam gudang, kita asumsikan bahwa kantong udara ini sewaktu-waktu dapat meletus sendiri, oleh karena itu khususnya DAB jangan sampai disimpan di dalam rak. Apabila kantong udara yang disimpan didalam rak meletus, dapat melempar benda yang ada diatasnya sampai sejauh tiga lantai. Disamping itu seluruh komponen air bag jangan sampai disimpan secara terurai, namun harus dalam satu kesatuan (assembly).



c. Rangkuman 1. Ada tiga sistem keselamatan mobil, yaitu safety preventive technologi, safety active technologi dan safety inpact technologi. 2. Macam-macam sistem safety preventive technologi, yaitu adaptive front light system, distance control assist, intelligent cruse control atau smart cruise control, arround view monitor,blind spot sensor, line depacture warning, dan wheel steering.



25



3. Teknologi saat terjadi benturan, antara lain SRS Air Bags, seat belt, pretensioner seat belt, dan teknologi rangka bodi. 4. SRS Air Bags merupakan sisti keamanan pasif yang berfungsi sebagai pelengkap dari sistem sabuk keselamatan 5. Komponen utama yang terdapat pada sistem air bag adalah crash sensor, ECU, inflator, dan air bag module yang terbuat dari nilon. 6. Sistem air bag bekerja saat menabrak secara frontal dengan kecepatan minimal kendaraan 25 km/jam. 7. Dalam sistem SRS Air bag dilengkapi suatu sistem yang dapat mendeteksi kerusakan yang terjadi pada sistem tersebut. Untuk mengetahui kerusakan yang terjadi dapat dideteksi dengan scan tool atau dengan kode kedipan.



d. Tes formatif Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar! 1. Apa sajakah module dalam sistem air bag? Jawab. ……………………………………………………………………………………………………………………. 2. Dimanakah letak pemasangan masing-masing module air bag? Jawab. ……………………………………………………………………………………………………………………. 3. Bagaimanakah cara pemasangan passenger air bag (PAB)? Jawab. ……………………………………………………………………………………………………………………. 4. Jelaskan prosedur dalam melakukan perbaikan air bag! Jawab. ……………………………………………………………………………………………………………………. 5. Mengapa inflator dalam air bag bisa mengembang? Jawab. …………………………………………………………………………………………………………………….



26



BAB III EVALUASI A. LEMBAR KERJA SISWA ( 4 JP) Tujuan: peserta didik dapat melakukan diagnosis kerusakan pada sistem air bag dan melakukan perbaikan pada sistem air bag jika terjadi kerusakan Alat dan bahan: 1. Sistem SRS air bag mobil 2. SST (special service tool) Langkah kerja: 1. Lakukan pengamatan pada sistem air bag sebuah kendaraan ringan (mobil)! 2. Masukkan data yang ada ke dalam lembar pengamatan! 3. Berikan kesimpulan hasil pengamatan! Lembar pengamatan: 1. Jenis kendaraan : 2. Tipe : 3. Tahun pembuatan : NO 1 2 3 4 5 6 7 8



Nama Komponen Ada Crash sensor ACU Driver air bag (DAB) Passenger air bag (PAB) Side air bag (SAB) Curtain air bag (CAB) Inflator Sensor



Tdk ada



Kondisi



Gangguan



Perbaikan



Keterangan: Isilah data pada table dengan memberi tanda (√) pada kolom ada atau tidak ada yang sesuai dengan data kendaraan. Isilah dengan baik, rusak, atau korosi pada kolom kondisi sesuai data kondisi kendaraan.



27



LEMBAR PENILAIAN SEKOLAH PROGRAM KEAHLIAN ALOKASI WAKTU NAMA SISWA NIS KELAS



: : : : : :



SMK LATANRO ENREKANG TEKNIK KENDARAAN RINGAN 4 x 45 menit …………………………………………….. ……………………………………………. …………………………………………….



NO



ASPEK PENILAIAN



SKOR MAKS



SKOR PEROLEHAN



KET



1



2



3



4



5



I II



III



Persiapan kerja a. Pakaian b. Pemilihan alat/bahan Proses dan hasil kerja a. Proses kerja b. Hasil kerja Sikap kerja a. Kerapian b. Penempatan alat c. Prosedur penggunaan alat



10 10 25 25 5 5 10 10 100



IV Waktu penyelesaian Total



Enrekang, Guru mata pelajaran



(_________________________) NIP.



28



B. JOB SHEET ( 8 JP) SEKOLAH PROGRAM KEAHLIAN ALOKASI WAKTU NAMA SISWA NIS KELAS



: SMK LATANRO ENREKANG : TEKNIK KENDARAAN RINGAN : 8 x 45 menit : ………………………………………………………………………….. : ………………………………………………………………………… : ………………………………………………………………………….



a. Target pencapaian kompetensi 1. Siswa mampu mendiagnosis kerusakan sistem pengaman kendaraan ringan. 2. Siswa dapat memperbaiki kerusakan sistem pengaman kendaraan ringan. b. Teori dasar 1. Diagnosis kerusakan sistem pengaman. 2. Perbaikan kerusakan sistem pengaman. c. Alat dan bahan 1. Satu unit sistem SRS air bag mobil 2. SST (Special service tool) d. Keselamatan kerja: Sebelum melakukan kegiatan praktik, terlebih dahulu kita sediakan perlengkapan keselamatan kerja, seperti: baju praktik, sepatu, sarung tangan, pelindung kepala dan kaca mata. Dalam menggunakan alat-alat praktik diharuskan berhati-hati dan jangan bergurau. e. Mendiagnosis dan memperbaiki kerusakan pada sistem pengaman kendaraan ringan (mobil) Isikan tabel berikut ini dengan nama sistem pengaman, langkah mendiagnosis kerusakan serta cara memperbaiki kerusakan sistem pengaman sesuai dengan gambar!



NO



GAMBAR SISTEM PENGAMAN



1



29



NAMA KOMPONEN SISTEM PENGAMAN



CARA MENDIAG NOSIS



CARA MEMPER BAIKI



NO



GAMBAR SISTEM PENGAMAN



2



3



4



5



6



30



NAMA KOMPONEN SISTEM PENGAMAN



CARA MENDIAG NOSIS



CARA MEMPER BAIKI



NO



GAMBAR SISTEM PENGAMAN



7



8



9



10



31



NAMA KOMPONEN SISTEM PENGAMAN



CARA MENDIAG NOSIS



CARA MEMPER BAIKI



LEMBAR PENILAIAN SEKOLAH PROGRAM KEAHLIAN ALOKASI WAKTU NAMA SISWA NIS KELAS



: : : : : :



SMK LATANRO ENREKANG TEKNIK KENDARAAN RINGAN 8 x 45 menit …………………………………………….. ……………………………………………. …………………………………………….



NO



ASPEK PENILAIAN



SKOR MAKS



SKOR PEROLEHAN



KET



1



2



3



4



5



I II



III



Persiapan kerja a. Pakaian b. Pemilihan alat/bahan Proses dan hasil kerja a. Proses kerja b. Hasil kerja Sikap kerja a. Kerapian b. Penempatan alat c. Prosedur penggunaan alat



10 10 25 25 5 5 10 10 100



IV Waktu penyelesaian Total



Enrekang, Guru mata pelajaran



(_________________________) NIP.



32



DAFTAR PUSTAKA 1. Agus Tri Suranto, S.Si ; Siti Wahyuni, S.Si, Caecilia Citra Dewi, S.T. 2013. Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan. Putra Nugraha. Jebres Surakarta. 2. Drs. Iin Solihin. Mulyadi,S.Pd. 2000. Perbaikan Sistem Kelistrikan Otomotif. CV Armico Bandung. 3. Wahyu Triyono. 2009. Pemeliharaan/ Servis Sistem Air Conditioner. Erlangga Jakarta. 4. Drs. Bentaro. 1993. Kelistrikan Mobil. Andi Offset Yogyakarta. 5. Yayat Supriatna. Sumarsono. 1998. Listrik Otomotif. Angkasa Bandung. 6. Siti Wahyuni, S.Si. Sari Hardiningsih. Denny Eko Nur Prambudy, S.Pd. 2013. Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan ringan. Putra Nugraha. Surakarta.



33