MODUL - REV.02. Perencanaan Fasilitas Bengkel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Diklat Manajemen Bengkel



PERENCANAAN PENGGUNAAN FASILITAS BENGKEL A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada hakekatnya, proses pembelajaran di suatu sekolah khususnya sekolah kejuruan dapat berjalan dengan baik bilamana memiliki 7 ( tujuh ) komponen berikut ini, yaitu : a. b. c. d. e. f. g.



Anak didik Kurikulum / Silabus Bangunan / Ruangan Alat / Peralatan Guru, termasuk Tenaga Kependidikan Uang untuk penyelenggaraan aktivitas sekolah Supply atau bahan untuk praktek



Bila disingkat akan menghasilkan suatu akronim yang cukup komunikatif yaitu AKU BAGUS. Ketujuh komponen di atas kait berkait antara satu dan yang lainnya. Bilamana salah satu komponen tidak tersedia atau keberadaannya tidak direncanakan dengan baik akan mempengaruhi komponen yang lainnya. Agar komponen yang saling terkait ini dapat senantiasa tersedia sesuai kebutuhan dan pada saat diperlukan, maka keberadaannya harus direncanakan secara seksama. Fokus bahan kajian dari bahan ajar ini adalah perencanaan yang berkaitan dengan kebutuhan fasilitas bengkel, yaitu ruangan/bangunan dan peralatan serta bahan praktek. 2. Tujuan Pembelajaran Pada akhir kegiatan pembelajaran dari bahan ajar ini, peserta diharapkan dapat : a. Menghitung kebutuhan ruang belajar praktek atau bengkel sesuai tuntutan program dan daya tampung sekolah. b. Menghitung kebutuhan peralatan bengkel sesuai tuntutan program dan daya tampung sekolah. c. Menyusun Daftar Pembagian Tugas Praktik untuk setiap siswa d. Menghitung kebutuhan supplay / bahan praktek, sesuai tuntutan program dan



daya tampung sekolah. doc. MK-pppptk bmti 2019



1



Diklat Manajemen Bengkel



e. Melakukan analisis kebutuhan dan kondisi fasilitas yang ada sesuai tuntutan



program pembelajaran. Melakukan analisis rencana pengadaan fasilitas bengkel/laboratorium g. Menyusun program kerja pengelolaan fasilitas bengkel/laboratorium. f.



B. PERENCANAAN FASILITAS BENGKEL Efektivitas pelaksanaan proses pembelajaran di bengkel sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas pembelajaran, khususnya ruangan, peralatan dan bahan serta lembaran pembelajaran (Instruction sheet) yang cukup sesuai tuntutan kebutuhan program pembelajaran itu sendiri. Kesiapan ini bisa dilihat dari sisi jenis maupun jumlahnya, serta siap digunakan pada saat diperlukan. Untuk memastikan hal tersebut, pengelola bengkel perlu melakukan beberapa aktivitas perencanaan kebutuhan dan pengadaan terhadap keberadaan komponen tersebut. Sebuah bengkel yang baik minimal perlu melakukan beberapa hal berikut ini: 1. Analisis Kebutuhan Fasilitas Sebuah bengkel yang baik perlu memiliki data tentang kebutuhan ideal dari setiap fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang akan dilakukan di bengkel. Data hasil analisis kebutuhan ini nanti bisa dijadikan sebagai standar atau acuan dalam proses pengadaan bilamana fasilitas tersebut belum tersedia dalam jumlah yang cukup. Ada dua acuan pokok yang diperlukan dalam melakukan analisis kebutuhan ini, yaitu program atau silabus yang digunakan serta jumlah siswa atau kelompok/kelas yang akan menggunakan fasilitas tersebut.



2. Analisis Keberadaan Fasiltas Analisis ini adalah untuk melihat atau memetakan kondisi nyata dari kebaradaan fasilitas pembelajaran di bengkel yang dimiliki saat ini. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti potret fasilitas terkini untuk dijadikan data pembanding dalam menetapkan “gap” dengan kondisi fasilitas ideal yang diharapkan.



doc. MK-pppptk bmti 2019



2



Diklat Manajemen Bengkel



3. Perencanaan Pengadaan Fasilitas Gap atau kekurangan fasilitas pembelajaran di bengkel yang didapat dari hasil membandingkan data kebutuhan ideal dengan data kondisi yang ada perlu dibuatkan program pemenuhannya. Gap ini setiap tahun pembelajaran idealnya bisa dipenuhi, sehingga proses pembelajaran bisa menjadi lebih efektif. Bila tidak bisa diprogram ulang pada tahun-tahun berikutnya, sehingga gap setiap tahun bisa semakin mengecil dan pada titik waktu tertentu bisa terpenuhi. 4. Analisis Pemetaan Masalah Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan yang dirasakan oleh pengelola bengkel dan mengidentifikasi solusinya melalui program tindak lanjut. Analisis ini sangat membantu pengelola bengkel dalam merancang program kerja untuk masa berikutnya. Untuk ini dapat menghitung kebutuhan fasilitas bengkel sesuai tuntutan ideal program pembelajaran, Pengelola bengkel bisa mengacu pada Permendikbud No. 34 Tahun 2018 (Khusus Sarpras : Lampiran VI). Disamping itu, bila Permendikbud tersebut belum memadai untuk menetapkan kebutuhan ideal fasilitas seorang pengelola bengkel perlu memiliki pengetahuan tentang bagaimana menghitung kebutuhan ideal fasilitas terutama kebutuhan ruangan dan peralatan. Untuk itu perlu memahami atau mempelajari materi berikut ini yaitu Menghitung Kebutuhan Fasilitas Bengkel. C. MENGHITUNG KEBUTUHAN FASILITAS BENGKEL Guru kejuruan disamping memiliki tugas utama sebagai pengajar atau Tenaga Pendidik, juga bisa memiliki tugas tambahan sebagai pengelola bengkel / laboratorium. Sebagai pengelola bengkel atau Kepala Bengkel, haruslah memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan terhadap berbagai fasilitas yang diperlukan di bengkel yang dia kelola. Untuk dapat melakukan perencanan kebutuhan ideal terhadap fasilitas bengkel, seorang pengelola bengkel perlu memiliki pengetahuan/keterampilan dalam menghitung kebutuhan berbagai fasiltas bengkel sesuai tuntutan program sekolah. doc. MK-pppptk bmti 2019



3



Diklat Manajemen Bengkel



Menghitung kebutuhan ruangan, peralatan , dan bahan praktek yang harus ada didalam sebuah bengkel merupukakan serangkaian kegiatan perencanaan yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Seorang guru atau pengelola bengkel tidak akan dapat merencanakan kebutuhan bahan dalam pembelajaran praktek, bilamana dia belum menganalisis jenis lembaran kerja (job sheet ) yang akan disajikan pada siswa. Sedangkan job-sheet belum dapat direncanakan bila belum diketahui jumlah dan jenis peralatan yang bisa dipakai. Selanjutnya jenis dan jumlah alat / mesin belum dapat diketahui bila jenis ruangan belum diketahui. 1. Menghitung Kebutuhan Ruang Praktek



Pembelajaran materi ini dianggap berhasil bila setiap peserta dapat :  Mengidentifikasi



jenis ruangan belajar berdasarkan karakteristik materi



pembelajaran dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).  Menghitung kebutuhan jumlah ruangan belajar berdasarkan jenisnya.  Menghitung efesiensi ril pemakaian ruangan belajar berdasarkan lamanya ruangan tersebut digunakan.  Menghitung luas ruangan berdasarkan jumlah siswa perkelas / rombongan belajar. a. Jenis Ruangan Jenis ruangan belajar di sekolah kejuruan pada dasarnya ada dua, yaitu ruang pembelajaran umum dan ruang pembelajaran khusus. Yang dikategorikan ruang pembelajaran umum adalah ruang teori dan laboratorium serta perpustakaan. Sedangkan



yang



dimaksud



ruang



pembelajaran



khusus



adalah



ruangan



pembelajaran praktek keahlian atau bengkel (workshop) /laboratorium. Ragam atau jenis dari rangan praktek / bengkel yang harus ada disetiap sekolah disesuaikan dengan program keahlian yang dibuka di sekolah. Untuk mengetahui jenis bengkel apa saja untuk setiap program keahlian dapat mengacu pada lampiran VI Permendikbud No. 34 Tahun 2018 , tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). doc. MK-pppptk bmti 2019



4



Diklat Manajemen Bengkel



Namun, bilamana sekolah ingin melakukan sendiri analisis kebutuhan ruangan, dapat melakukannya melalui analisis pengetahuan dan keterampilan, serta persyaratan kondisi proses pembelajaran dari bahan kajian KI dan KD dari profil tamatan menggunakan Form 01 seperti pada lampiran 1. Kegiatam mengidentifikasi kebutuhan jenis ruangan ini dapat dilakukan secara perorangan atau sebaiknya melalui kerja kelompok. b. Menghitung Jumlah Ruangan Anggapan bahwa jumlah ruangan belajar dianggap berbanding lurus dengan jumlah kelas tidaklah selalu benar, begitu juga dengan anggapan jumlah siswa per kelas fleksibel jumlahnya, atau tanpa melalui perhitungan dapat saja ditambah. Apalagi untuk sekolah kejuruan yang dilengkapi dengan bengkel / ruangan praktek dan sejumlah peralatan, maka jumlah siswa per kelas maupun jumlah ruangan tidaklah demikian fleksibel kalau tidak dikatakan “ fixed “. Ruangan praktek adalah tempat penyelenggaraan pembelajaran keterampilan yang berbeda-beda sifat dan persyaratannya, maka tiap jenis ruangan harus dihitung jenis per jenis. Faktor jumlah siswa dan jumlah jam pelajaran per minggu merupakan faktor penentu dalam menghitung kebutuhan ruangan. Makin sering suatu ruangan dipakai, maka efesiensi pemakaiannya makin tinggi. Sebaliknya, makin jarang suatu ruangan dipakai maka efesiensi pemakainnya makin rendah. Tingkat efesiensi ruangan belajar idealnya adalah minimal 80 %. Efesiensi adalah perbandingan antara sesuatu yang terpakai dengan sesuatu yang tersedia. Mengacu pada pengertian efesiensi di atas, maka secara matematik efesiensi ruangan dapat dirumuskan seperti di bawah ini : K x Wp Ef. R = R x Ws Keterangan : Ef.R = Efesiensi ideal ruangan K = Jumlah Kelas / Kelompok Belajar Wp = Lama waktu pemakaian, yaitu jumlah jam pelajaran perminggu doc. MK-pppptk bmti 2019



5



Diklat Manajemen Bengkel



Ws



= yang akan menggunakan ruangan tersebut = Jumlah jam kerja sekolah perminggu



Menggunakan rumus di atas, dan dengan membalik atau merobah tempat faktor dari rumus tersebut, maka dapat kita hitung jumlah ruangan yang dikehendaki / dibutuhkan. Setelah jumlah ruangan yang dibutuhkan didapat dari rumus di atas, selanjutnya perlu dibuat jadual pemakaian ruangan. Berdasarkan jadual tersebut akan terlihat kapan/hari apa saja kelas/rombongan belajar yang ada menggunakan ruangan dimaksud. Menggunakan jadual yang sudah dibuat, berikutnya bisa dihitung berapa efesiensi ril dari ruangan tersebut. c. Ukuran Ruangan Dalam penetapan ukuran ruangan belajar secara umum ditentukan oleh :  Jumlah siswa per kelas atau jumlah rombongan belajar yang direncanakan akan belajar diruangan tersebut.  Standar rasio minimum luas area ruang per siswa Kedua ketentuan di atas secara umum sudah diatur dalam lampiran VI Permendikbud no. 34 Tahun 2018, tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). Sebagai contoh rombongan belajar untuk kelas teori ditetapkan 36 orang dengan rasio minimum luas area ruang belajar 2 m² per siswa (mengacu pada lampiran VI Permendikbud No. 34 Tahun 2018). Sedangkan untuk ruangan praktek atau bengkel, rasio minimum luas area ruang belajar antara 4 - 8 m² per siswa (sesuai dengan lampiran VI Permendikbud No. 34 Tahun 2018), dan dengan lebar minimum ruangan antara 6 dan 8 m sesuai jenis ruangannya ( Kompetensi Keahlian ). Sedangkan untuk jumlah siswa per kelas ditetapkan 36 orang, yang dibagi dalam beberapa rombongan belajar antara 9 -18 orang siswa. d. Latihan Soal : 1) SMK Negeri 1 Padang pada tahun ajaran 2013 nanti akan membuka program baru, yaitu Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, berdasarkan analisis kebutuhan ruangan, kompetensi keahlian ini memerlukan ruangan Kerja Bangku. Berdasarkan struktur program ruangan ini akan dipakai oleh kelas X selama 18 doc. MK-pppptk bmti 2019



6



Diklat Manajemen Bengkel



jam pelajaran dan kelas XI selama 18 jam pelajaran per minggu. Jumlah siswa yang akan diterima direncanakan sebanyak 144 siswa setiap tahunnya, yang di bagi dalam 4 kelas (ukuran kelompok belajar sama dengan ukuran kelas ). Berapa ruangan Kerja Bangku yang perlu disiapkan oleh manajemen sekolah bilamana sekolah dibuka selama 48 jam pelajaran per minggu. Selanjutnya buatlah jadual pemakaian ruangan tersebut serta hitunglah berapa efesiensi ril pemakaiannya. 2) Melalui Program Kemitraan dengan PT. Chevron, SMK Negeri 1 Pekanbaru



mendapat bantuan pengembangan sekolah dalam bentuk pembangunan bengkel baru untuk praktek kerja bangku. Bengkel ini nantinya akan dipakai oleh beberapa kompetensi keahlian dengan struktur program sebagai berikut :



No. 1. 2. 3.



Kompetensi Keahlian



Jml Kelas



Jam / minggu



Keterangan



2 2



18 18



2



18



Setiap kelas dibagi dalam 2 kelompok belajar



Teknik Pemesinan Teknik Pengelasan Teknik Pabrikasi Logam



Sekolah dibuka selama 48 jam per minggu, dan setiap kelas terdiri dari 36 siswa. PT. Chevron meminta sekolah membuat perencanaan berapa bengkel yang harus dibangun dan ukurannya berapa ?. Untuk merencanakan kebutuhan Ruang Teori atau Ruang Gambar Teknik dari suatu SMK, yang nantinya akan dipakai oleh semua kompetensi keahlian yang ada dapat disatukan dalam penghitungannya. Penggabungan ini dapat dilakukan karena Ruang Teori atau Ruang Gambar untuk semua program keahlian memiliki karakteristik ruangan yang sama. 2. Menghitung Kebutuhan Peralatan Pembelajaran materi ini dianggap berhasil bila setiap peserta dapat :



doc. MK-pppptk bmti 2019



7



Diklat Manajemen Bengkel



 Mengidentifikasi jenis peralatan yang diperlukan sesuai tuntutan materi



pembelajaran pada kurikulum  Menghitung jumlah kebutuhan peralatan pada suatu jenis ruangan praktek  Menghitung efesiensi pemakaian peralatan yang terdapat pada suatu jenis ruangan praktek  Menghitung target pencapaian kurikulum atau SILABUS a. Jenis Peralatan Pada sekolah kejuruan keberadaan peralatan yang cukup, baik dari sisi jenis maupun jumlahnya merupakan suatu keniscayaan. Bila keberadaan peralatan ini tidak mencukupi maka bisa dipastikan ada siswa yang tidak kebagian peralatan atau ada keterampilan tertentu yang tidak bisa di pelajari. Disamping jenis dan jumlahnya yang harus mencukupi, peralatan tersebut juga harus dijaga senantiasa siap dipakai pada saat di perlukan. Artinya peralatan tersebut berada dalam kondisi baik atau tidak rusak. Untuk keperluan ini diperlukan adanya program/kegiatan perawatan dan perbaikan yang terencana pada setiap bengkel/ sekolah. Untuk menentukan jenis peralatan apa saja yang harus tersedia pada suatu jenis bengkel dapat dilakukan melalui analis keterampilan dari bahan kajian KI dan KD. Berdasarkan analisis keterampilan yang akan dipelajari siswa, guru atau pengelola bengkel dapat menetapkan jenis peralatan yang harus disediakan. Untuk keperluan analisis ini dapat digunakan Form 02. Dalam kontek perencanaan kebutuhan peralatan untuk pembelajaran di SMK ada beberapa pengertian istilah yang perlu diketahui, yaitu : 1) Working Station / Tempat Kerja Adalah peralatan yang sekaligus sebagai “tempat” siswa mempelajari satu atau lebih keterampilan. Dimana keterampilan yang akan dipelajari tersebut merupakan tuntutan dari struktur program pelatihan. Jadi bila pada suatu alat tidak ada keterampilan yang dituntut struktur program untuk dikuasai, maka alat tersebut tidak dianggap working station. Dilihat dari fungsinya, maka alat yang berstatus working station disebut juga sebagai alat utama. doc. MK-pppptk bmti 2019



8



Diklat Manajemen Bengkel



2) Working Station Ganda ( WSG ) Adalah alat yang berstatus working station, dimana dalam penggunaannya harus dilayani lebih dari satu orang. 3) Working Station Tunggal ( WST ) Adalah alat yang berstatus working station, dimana dalam penggunaannya secara teknis hanya dilayani oleh satu orang. 4) Working Tool Box Pada dasarnya adalah berupa alat-alat tangan (small or hand tools). Berbeda dengan working station berbentuk sejumlah alat-alat tangan yang harus dimiliki/dikuasai oleh seorang siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya peralatan ini di simpan dalam bentuk tool-box atau papan alat, dimana didalamnya terdapat sejumlah peralatan yang merupakan satu set peralatan yang sering digunakan pada ruangan / bengkel tersebut. b. Menghitung Jumlah Peralatan Sebelum membahas cara menghitung peralatan, khususnya peralatan utama, ada beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu : 1) Penyajian pembelajaran praktek dilakukan dalam bentuk bergilir atau rotasi, bisa menggunakan sistem paralel atau sistem seri-paralel. 2) Sistem paralel adalah merupakan sistem pembelajaran dimana siswa dalam satu kelas mengerjakan job-sheet atau pekerjaan yang berbeda satu dengan yang lain. 3) Sistem seri, adalah merupakan sistem pembelajaran dimana siswa dalam satu kelas mengerjakan job-sheet atau pekerjaan yang sama satu dengan yang lain. 4) Sistem seri-paralel adalah merupakan sistem pembelajaran dimana siswa dalam satu kelas mengerjakan job-sheet atau pekerjaan ada yang sama dan ada yang berbeda satu dengan yang lain. 5) Regu kerja (RGK) adalah kelompok kecil yang beranggotakan 2-3 orang yang bekerja secara bersama dalam menyelesaikan suat pekerjaan/job-sheet. doc. MK-pppptk bmti 2019



9



Diklat Manajemen Bengkel



6) Student place, adalah satuan dari ukuran ruangan kelas atau ruangan praktek. Suatu ruangan dikatakan berukuran 18 student place bilamana setiap kali ruangan tersebut dipakai belajar, ruangan tersebut dapat menampung 18 siswa. Student place dari suatu sekolah atau jurusan tidak sama artinya dengan jumlah siswa keseluruhan (enrolment) dari sekolah maupun jurusan. 7) Target pencapaian kurikulum atau SILABUS, adalah prosentase perbandingan antara jumlah jam yang ril dijalani siswa dalam proses pembelajaran suatu kemampuan dengan jam yang sudah ditetapkan dalam struktur program. Banyaknya jam ril yang dialami siswa dalam proses pembelajaran berkaitan dengan ketersedian peralatan (WSG / WST) di ruangan praktek. Mengacu pada pengertian efesiensi seperti pada penentuan jumlah ruangan, maka jika dikaitkan dengan peralatan maka bisa dirumuskan sebagai berikut :



Efesiensi alat =



Jumlah siswa dalam bengkel x waktu siswa memakai alat Jumlah alat dalam bengkel x lamanya alat dapat dipakai



Idealnya efesiensi suatu alat antara 75 - 90 %. Secara matematik rumus efesiensi di atas dapat ditulis sebagai berikut :



Ef. Alt (a……..z) =



STP x JAD (a…….z) ALT (a……z) x ∑ JAD (a……z)



Keterangan :      



Ef. Alt (a…..z) STP JAD ALT ∑ JAD



= Efesiensi alat = Nama atau kode masing-masing jenis alat = Student place = Alokasi jam tiap-tiap alat = Jumlah alat utama = Penjumlahan alokasi jam tiap-tiap alat



doc. MK-pppptk bmti 2019



10



Diklat Manajemen Bengkel



Dalam perencanaan awal menghitung kebutuhan peralatan, efesiensi suatu alat ( EF. Alt ) dianggap 100 % atai 1. Oleh karena itu rumus di atas dapat diubah menjadi : ALT (a)



=



STP x JAD (a) ∑ JAD (a…..z)



Atau,



ALT (a)



=



WSG x JAD (a) ∑ JAD (a…..z)



Bila jenis dan jumlah peralatan sudah diketahui, selanjutnya perlu menyusun atau menetapkan spesifikasi dari setiap jenis peralatan tersebut. c. Latihan Soal : 1) Sebuah SMK Negeri di Dumai mempunyai Ruang Praktek Kerja Mesin yang dipakai oleh siswa semester 1, 2, 3, dan 4. Ruangan ini berkapasitas 18 STP. Siswa berpraktek secara perorangan ( WST ), dengan sistem bergilir – rotasi atau secara seri – paralel. Pada akhir semester semua siswa harus diberi nilai dan satu semester = 16 minggu belajar. Alokasi jam praktek menurut SILABUS adalah sebagai berikut : Jumlah Jam Praktek Per Semester



3



4



5



6



Kode Alat



1. Membubut



128



128



128



128



b



2. Memfrais



128



128



128



128



f



90



90



g



346



346



-



Kemampuan



3. Menggerinda Jumlah



256



256



Hitunglah jumlah peralatan atau mesin bubut, mesin frais, dan mesin gerinda yang diperlukan ?.



doc. MK-pppptk bmti 2019



11



Diklat Manajemen Bengkel



2) Sebuah SMK PGRI di kota Duri mempunyai Ruang Kerja Mesin dengan kapasitas 16 STP, memiliki peralatan seperti berikut :  Mesin Bubut (b) : 9 buah  Mesin Frais (f) : 4 buah  Mesin Gerinda (g) : 2 buah Mengingat jumlah mesin hanya 15 buah, sedangkan siswanya 16 orang, maka untuk mengatasi 1 siswa yang menganggur karena tidak mendapatkan peralatan, ruang alat dijadikan WST dimana 1 siswa setiap prtaktek menjadi Tool man. 



Ruang Alat (t)



: 1 buah



Jam pelajaran menurut SILABUS adalah sebagai berikut : Jumlah Jam Praktek Sesuai SILABUS



Kode Alat



1. Membubut



128



b



2. Memfrais



128



f



3. Menggerinda



90



g



346



-



Kemampuan



Jumlah



Berdasarkan kondisi di atas hitunglah berapa % pencapaian target kurikulum di SMK PGRI untuk masing-masing kemampuan ? 3. Daftar Pembagian Tugas Praktek (DPTP) Pembelajaran materi ini dianggap berhasil bila setiap peserta dapat :  Memahami pengertian dan fungsi DPTP dalam pembelajaran di ruangan praktek  Menyusun DPTP sesuai ketersediaan peralatan dan tuntutan struktur program  Menhitung efesiensi riil pemakaian peralatan berdasarkan hasil DPTP a. Pengertian DPTP adalah suatu daftar yang



berfungsi



sebagai



salah



satu



alat



untuk



merencanakan pembagian tugas praktek secara merata dalam suatu ruang praktek dalam suatu priode atau jangka waktu tertentu. Tanpa adanya perencanaan - dalam hal ini berbentuk DPTP - tiap kali akan memulai praktek guru akan disibukan doc. MK-pppptk bmti 2019



12



Diklat Manajemen Bengkel



dengan pertanyaan siswa mana mengerjakan apa, karena jumlah peralatan tidak sama dengan jumlah siswa. Disamping itu pembagian tugas praktek yang hanya mengandalkan ingatan atau pilih kasih, maka usaha pemerataan pencapaian target SILABUS susah untuk diwujudkan. Walaupun peralatan utama lengkap – apa lagi kalau kurang – guru masih saja sulit membuat rencana pembagian tugas siswa secara adil dan merata. Bila siswa belum mendapatkan atau belum diberi kesempatan praktek yang sama, katakanlah selama satu semester, maka derajat penguasaan keterampilan masing-masing siswa menjadi tidak wajar atau tidak proposional untuk di ukur atau dinilai. Melalui DPTP ini guru atau pengelola bengkel bisa : 







Menghitung efesiensi riil pemakaian peralatan utama / working stasion. Menjamin selama satu priode atau jangka waktu tertentu yang telah ditentukan, masing-masing siswa mendapatkan tugas yang adil dan merata







dalam berpraktek. Memudahkan perencanaan kembali bila dalam pelaksanaan pelajaran praktek terdapat perubahan atau hambatan karena mesin rusak, atau bahan praktek belum tersedia dan lain-lain sedangkan prinsip adil dan merata







tetap dipegang teguh. Memotivasi siswa untuk mencapai target-target kegiatan praktek , karena sudah mengetahui apa saja job-sheet yang harus diselesaikan dalam satu priode tertentu.



b. Menyusun DPTP DPTP berbentuk sebuah tabel, yang terdiri atas kolom-kolom (sumbu vertical) dan jalur-jalur (sumbu horizontal). Informasi yang dimuat dalam daftar ini adalah :  



Nomor urut siswa (STP) atau Regu Kerja (RGK). Status peralatan, Working Stasion Tunggal (WST) atau Working Stasion



  



Ganda (WSG). Minggu praktek dalam rentang waktu tertentu. Lamanya alat dipakai. Frekuensi alat terpakai dan tidak terpakai.



Berikut ini contoh bentuk dari DPTP : doc. MK-pppptk bmti 2019



13



Diklat Manajemen Bengkel



No. Siswa



Alat Terpakai



Alat Tidak Terpakai



WST



1



2



3



Minggu Praktek Ke 4 5 6 7



8



9



10



Jam Alat Dipakai A B C D



A B C D A B C D



Cara atau langkah-langkah mengisi tabel DPTP : Misal, bengkel Kerja Mesin suatu SMK memiliki peralatan (WST) dan struktur program sebagai berikut : Peralatan



Jumlah



JAD



Keterangan



A



4



16 jp



B



3



12 jp



C



2



8 jp



 Lama proses pembelajaran 10 minggu dan 4 jam pelajaran setiap kali praktek  Jumlah siswa 10 orang



D



1



4 jp



Langkah-langkah membuat DPTP dari kondisi di atas adalah sebagai berikut : 1) Isi jalur horizontal paling atas dengan kode alat masing-masing sebagai



faktor yang telah diketahui dari data jumlah peralatan secara berurutan. 2) Isi kotak dengan kode kotak terakhir menurut arah diagonal hingga membentuk angka 7. 3) Jalur horizontal paling bawah diisi persis seperti urutan kode alat pada langkah pertama, sehingga membentuk huruf Z 4) Berpedoman pada jalur Z yang sudah terbentuk, pengisian secara diagonal dilanjutkan sampai semua kotak terisi. 5) Isi kolom frekuensi pemakaian alat dengan jumlah jam dari setiap jenis alat untuk semua siswa doc. MK-pppptk bmti 2019



14



Diklat Manajemen Bengkel



6) Jumlahkan frekuensi pemakaian alat ( kolom vertikal ke bawah ) untuk



masing-masing kolom (minggu praktek). Sehingga kelihatan jumlah alat yang terpakai untuk setiap kali praktek. Bila datanya tidak cocok dengan jumlah alat yang tersedia misal lebih kecil, itu berarti pada minggu itu ada alat yang tidak terpakai atau menganggur. Sebaliknya bila jumlahnya lebih besar dari data alat yang tersedia, ini suatu tanda pengisian DPTP ada kesalahan, berarti harus diulang kembali. 7) Bila terdapat alat yang tidak terpakai pada saat praktek tuliskan pada kolom dibawahnya yang sudah disediakan. 8) Periksa efesiensi riil (EfR) tiap jenis alat dengan rumus di bawah ini : EfR =



Jumlah alokasi jam terpakai per alat Jumlah alokasi jam terpakai + jumlah alokasi jam tidak terpakai



DPTP SISWA KELAS II PRAKTEK KERJA MESIN Nama Siswa



WST



Udin



1



Asep



2



Ujang



3



Budi



4



Sri



5



Rudi



6



Dini



7



Joko



8



Bejo



9



Linda



10



1



2



3



Minggu Praktek Ke 4 5 6 7



A Alat Terpakai



B C D



doc. MK-pppptk bmti 2019



15



8



9



10



Jam Alat Dipakai A B C D



Diklat Manajemen Bengkel



A Alat Tidak Terpakai



B C D Jumlah



Menghitung Efesiensi riil pemakaian alat (EfR) ; 



EfR alat A



=







EfR alat B



=







EfR alat C



=







EfR alat D



=



Dalam pengisian kotak-kotakseperti contoh DPTP di atas kelihatan susunan praktek pada alat A terus menerus 4 kali berturut-turut, B 3 kali berturut-turut dan seterusnya. Bilamana urutan ini kurang disetujui, maka saat mengisi jalur horizontal langkah pertama, urutan A = 4, B = 3, C = 2, dan D = 1 tadi dapat dirubah sebagaimana yang dikehendaki. Namun harus diingat jalur horizontal paling bawah HARUS mengikuti urutan baru tersebut. Kemungkinan lain untuk merobah urutan tersebut dapat dilakukan melalui cara DPTP yang sudah jadi tadi digunting-gunting menurut garsi vertical. Untuk contoh di atas akan terdapat 10 guntingan vertikal. Kemudian acak-acaklah guntingan tersebut sesuka hati. Bagaimanapun mengacaknya jumlah alokasi jam alat terpakai tidak akan berobah, termasuk frekuensi alat terpakai atau tidak terpakai tidak akan berubah. Untuk mengisi blanko DPTP hanya satu rahasianya atau kiatnya, yaitu : DPTP harus berbentuk bujur sangkar. Bilamana blanko nya tidak bujur sangkar (segi



doc. MK-pppptk bmti 2019



16



Diklat Manajemen Bengkel



empat panjang ), maka DPTP tersebut dibagi menjadi beberapa bujur sangkar. Misal DPTP (vertikal – horizontal ) berbentuk 15 x 20.



15 x 20



DPTP ini dibagi menjadi 4 bujur sangkar seperti gambar di bawah ini. 5 x 5 15 x 15



5 x 5 5 x 5



c. Latihan Soal : Bengkel Kerja Mesin suatu SMK memiliki peralatan (WST) dan struktur program sebagai berikut : Peralatan



Jumlah



JAD



Mesin bubut (B)



9



44 jp



Mesin Frais (F)



4



20 jp



Mesin Gerinda (G)



2



10 jp



1



6 jp



Ruang Alat (T)



doc. MK-pppptk bmti 2019



17



Keterangan  Lama proses pembelajaran 20 minggu dan 4 jam pelajaran setiap kali praktek  Jumlah siswa 16 orang  Mesin bersifat WST



Diklat Manajemen Bengkel



Susunlah DPTP dari data di atas agar setiap siswa memeroleh pembagian waktu dan mesin yang merata sampai proses pembelajaran berakhir padi minggu ke 20 atau akhir semester. 4.



Menghitung Kebutuhan Bahan Praktek Pembelajaran materi ini dianggap berhasil bila setiap peserta dapat :  Menganalisis jenis atau ragam bahan praktek yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran praktek/praktikum.  Menetapkan spesifikasi dan jumlah bahan praktek yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran praktek/praktikum. a. Pengertian Untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah kejuruan, terutama dalam pembelajaran program produktif menuntut ketersedian sejumlah fasilitas. Salah satu diantaranya adalah bahan praktek/praktikum. Fasilitas ini cukup beragam baik dari sisi jenis maupun jumlahnya, tergantung keterampilan yang akan dipelajari serta jumlah siswa yang akan mempelajarinya. Bahan praktik/praktikum adalah bahan mentah yang diperlukan siswa dalam belajar membuat produk-produk teknologi atau dalam pembuktian suatu konsep atau teori. Jenis dan jumlah bahan perlu disiapkan oleh sekolah mengacu pada tuntutan kebutuhan modul atau job sheet, serta jumlah siswa yang akan mempelajari materi tersebut. b. Analisis kebutuhan Bahan Praktek/Praktikum Idealnya untuk menetapkan jenis dan jumlah bahan yang diperlukan, terlebih dahulu perlu menetapkan dan menyusun modul atau job sheet yang akan dijadikan materi pembelajaran. Berdasarkan modul atau job sheet yang ada kemudian dilakukan analisis pekerjaan menggunakan Form 03. Melalui analis pekerjaan akan teridentifikasi keterampilan apa saja yang akan dipelajari siswa melalui modul atau job sheet tersebut. Mengacu pada keterampilan yang akan dipelajari, lantas ditetapkan jenis bahan yang akan digunakan. Sedangkan jumlah bahan dari setiap jenis bahan yang sudah teridentifikasi ditetapkan berdasarkan volume pekerjaan yang sudah ditetapkan melalui gambar kerja yang ada pada modul atau job sheet.



doc. MK-pppptk bmti 2019



18



Diklat Manajemen Bengkel



Pertimbangan



lain



yang



juga



perlu



dalam



menetapkan



jumlah



bahan



praktek/praktikum ini adalah, apakah siswa berpraktek secara perorangan atau kelompok. Form 03 ini jg bisa sekaligus digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah peralatan yang harus disiapkan pengelola bengkel. Bila jenis bahan sudah teridentifikasi, berikutnya juga perlu menetapkankan spesifikasi dari setiap jenis bahan yang diperlukan. Penetapan spesifikasi bahan ini perlu dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengadaan bahan. Spesifikasi bahan juga sangat berpengaruh pada satuan harga dari bahan. Sedangkan pengadaan bahan bisa melalui proses pembelian, atau disebut bahan baru dan bisa disesuaikan dengan ketersediaan jenis bahan yang ada dilingkungan sekolah. Disamping itu banyak juga bahan untuk keperluan proses pembelajaran bisa menggunakan bahan-bahan bekas. Spesifikasi adalah deskripsi singkat tentang karakteristik pokok dari suatu peralatan atau bahan yang bisa menggambarkan/menginformasikan antara lain ukuran, berat/volume, bahab baku, sumber daya/tenaga, kemampuan/kinerja yang dihasilkan dan lain-lain.



doc. MK-pppptk bmti 2019



19



Diklat Manajemen Bengkel



doc. MK-pppptk bmti 2019



20