Modul Sukses SKB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL SUKSES SKB PENYULUH KESEHATAN AHLI PETAMA



BY: MOHAMMAD REZA



NAWACITA Berikut inti dari sembilan program 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.



2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4.



Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.



5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019. 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik 8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia 9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga. Pada bidang kesehatan, ada tiga pilar yang ditetapkan untuk merealisasikannya. 1. Pertama,



melakukan



revolusi



mental



masyarakat



agar



memiliki



paradigma



sehat.



Pilar



ini



diimplementasikan melalui pendekatan keluarga dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Beberapa capaian berhasil dilakukan melalui pilar pertama ini. Di antaranya terjadi penurunan angka kematian ibu dari 5.019 orang pada 2013 menjadi 4.340 orang pada 2016. Begitu pula angka kematian bayi juga berhasil diturunkan dari 23.703 anak pada 2013 menjadi 17.037 anak pada 2016. Angka balita yang mengalami stunting juga turun dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 27,5 persen pada 2016. 2. Kedua, penguatan layanan kesehatan mulai dari pinggiran di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) dengan melakukan terobosan pemerataan tenaga kesehatan. Sejak April 2015 hingga Mei 2017, telah ditempatkan sebanyak 1769 orang dalam tim Nusantara Sehat di 311 Puskesmas di DTPK dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Pengembangan rumah sakit rujukan juga menjadi bagian dari penguatan layanan kesehatan ini. Untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di DTPK, pemerintah juga mewajibkan program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS). 3. Ketiga, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN Kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025. Tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,



memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik lndonesia. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan kesehatan 2005-2025 adalah: 1. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan; 2. Pemberdayaan masyarakat dan daerah; 3. Pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan; 4. Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; serta 5. Penanggulangan keadaan darurat kesehatan. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah: 1) Pemberdayaan; 2) Bina Suasana, dan 3) advokasi, serta dijiwai semangat 4) kemitraan (2007, 5). Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal yaitu : 1. Advokasi Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi informal misalnya bertemu pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. 2. Dukungan Sosial Dukungan Sosial adalah kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat adalah sebagai jembatan antara pelaksana program kesehatan dengan masyarakat atau penerima program kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan programprogram kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. 3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain : penyuluhan kesehatan, pelatihan masyarakat, dan pelatihan peningkatan pendapatan keluarga. Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga maka akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka. RPJMN 2015-2019 DI BIDANG KESEHATAN



1. Program Indonesia Sehat (baca RPJMNhal 6-73 s.d 6-80) Terkait promkes yaitu meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui: a. Peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan; b. Pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan; c. Penguatan gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan antara lembaga pemerintah dengan swasta, dan masyarakat madani; serta d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kesehatan masyarakat, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) termasuk pengembangan rumah sehat. LANGKAH CUCI TANGAN Agar efektif, WHO (2009) telah menetapkan langkah-langkah cuci tangan pakai sabun sebagai berikut: membasahi kedua tangan dengan air mengalir, beri sabun secukupnya, menggosokan kedua telapak tangan dan punggung tangan, menggosok sela-sela jari kedua tangan, menggosok kedua telapak dengan jari-jari rapat, jarijari tangan dirapatkan sambil digosok ke telapak tangan, tangan kiri ke kanan, dan sebaliknya, menggosok ibu jari secara berputar dalam genggaman tangan kanan, dan sebaliknya, menggosokkan kuku jari kanan memutar ke telapak tangan kiri, dan sebaliknya, basuh dengan air, dan mengeringkan tangan. DASAR PENCANANGAN HARI CTPS SEDUNIA Pengumuman penunjukkan Hari Mencuci Tangan Dengan Sabun Sedunia pada 15 Oktober dilakukan pada Pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual World Water Week) yang berlangsung pada 17-23 Agustus, 2008 di Stockholm seiring dengan penunjukkan tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi oleh Rapat Umum PBB. Hari Mencuci Tangan Dengan Sabun Sedunia diharapkan akan memperbaiki praktik-praktik kesehatan pada umumnya dan perilaku sehat pada khususnya. Salah satu tujuan dari kampanye ini adalah penurunan angka kematian untuk anak-anak dimana lebih dari 5.000 anak balita penderita diare meninggal setiap harinya diseluruh dunia sebagai akibat dari kurangnya akses pada air bersih dan fasilitas sanitasi dan pendidikan kesehatan. Penderitaan dan biaya-biaya yang harus ditanggung karena sakit dapat dikurangin dengan melakukan perubahan perilaku sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun, yang menurut penelitian dapat mengurangi angka kematian yang terkait dengan penyakit diare hingga hampir 50 persen. Disamping itu kampanye juga dimaksudkan sebagai upaya peningkatan pembangunan fasilitas sanitasi disekolah. Menurut Unicef kurangnya akses untuk air bersih mengakibatkan penurunan tingkat kehadiran anak perempuan disekolah saat mereka memasuki masa puber, karena tidak adanya fasilitas sanitasi yang memadai. Akses air bersih dan sanitasi ditenggarai merupakan dasar penting untuk kehidupan anak-anak diseluruh dunia dilihat dari segi kesehatan, kelangsungan hidup, dan rasa penghargaan terhadap diri mereka. Penyediaan air bersih dan perilaku sanitasi yang baik disekolah juga menjadi salah satu cara untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals).



HARI KESEHATAN NASIONAL Sejarah lahirnya Hari Kesehatan Nasional yang diperingati setiap tanggal 12 November berawal dari upaya pemberantasan penyakit Malaria di Indonesia. Di era 50-an, penyakit Malaria mewabah di Indonesia. Penyakit ini menjangkiti hampir semua masyarakat di seluruh negeri. Terdapat ratusan ribu orang yang tewas akibat wabah Malaria tersebut. Akibat banyaknya korban yang jatuh, pemerintah kemudian segera mengambil tindakan dengan melakukan beragam upaya untuk membasmi Malaria.



Upaya pembasmian penyakit Malaria dimulai tepatnya pada tahun 1959 dengan dibentuknya Dinas Pembasmian Malaria oleh pemerintah. Empat tahun kemudian, yaitu pada tahun 1963, namanya kemudian diganti menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria yang disingkat menjadi KOPEM. Upaya pembasmian ini dilakukan oleh pemerintah dengan dibantu organisasi kesehatan dunia WHO dan USAID. Dengan dilakukan upaya pemberantasan Malaria tersebut, pemerintah berharap Malaria bisa benar-benar diberantas. Bentuk upaya pemberantasan penyakit Malaria sendiri dilakukan dengan menggunakan obat jenis DDT. Penyemprotan obat ini dilakukan secara massal ke rumah-rumah penduduk yang ada di pulau Jawa, Bali dan Lampung. Presiden Soekarno yang menjabat sebagai Presiden RI kala itu, melakukan penyemprotan pertama secara simbolis pada tanggal 12 November 1959, bertempat di desa Kalasan, Yogyakarta. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN) untuk diperingati setiap tahunnya. PROGRAM CERDIK Program CERDIK adalah langkah preventif yang dibuat agar masyarakat yang masih sehat dan bugar dapat terhindar dari berbagai penyakit tidak menular (PTM). Program ini terdiri atas: 



Cek kesehatan secara berkala







Enyahkan asap rokok







Rajin Olahraga







Diet sehat dengan kalori seimbang







Istirahat yang cukup







Kelola stress



Sedangkan program PATUH dibuat untuk pasien penyandang penyakit tidak menular (PTM) agar penyakit tidak semakin parah dan tetap terkontrol kesehatannya. Program ini meliputi: 



Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter







Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur







Tetap diet sehat dengan gizi seimbang







Upayakan beraktivitas fisik yang aman, serta







Hindari rokok, alkohol dan zat karisogenik lainnya SDGs (Sustainable Development Goals)



SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Pada bulan Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17 tujuan berikut ini: 1.



Tanpa kemiskinan. Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.



2. Tanpa kelaparan. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan. 3. Kehidupan sehat dan sejahtera. Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia. 4. Pendidikan berkualitas. Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang. 5. Kesetaraan gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan. 6. Air bersih dan sanitasi layak. Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua. 7. Energi bersih dan terjangkau. Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua. 8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi



9. Industri, inovasi dan infrastruktur. Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan mendorong inovasi. 10. Berkurangnya kesenjangan. Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara. 11. Kota dan komunitas berkelanjutan. Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan. 12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan 13. Penanganan perubahan iklim. Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya. 14. Ekosistem laut. Pelindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan 15. Ekosistem daratan. Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati. 16. Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh. Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif 17. Kemitraan untuk mencapai tujuan. Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan. (UNTUK SDGS KESEHATAN – BACA PDF INDIKATOR KESEHATAN SDGS INDONESIA) VISI MISI KEMENKES Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik Indonesia yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. Visi tersebut diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi pembangunan yaitu: 



Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.







Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.







Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.







Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.







Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.







Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta







Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.



NILAI-NILAI 1. Pro Rakyat Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggitingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. 2. Inklusif Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput. 3. Responsif



Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula. 4. Efektif Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien. 5. Bersih Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel. IMUNISASI DASAR LENGKAP Di Indonesia, ada 5 jenis imunisasi wajib untuk bayi yang dapat diperoleh secara gratis di posyandu. 1. Hepatitis B Vaksin hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama saat bayi baru lahir, paling lambat 12 jam setelah bayi lahir. Manfaatnya adalah untuk mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke bayi saat proses persalinan. Vaksin kedua diberikan saat memasuki bulan pertama, kemudian yang ketiga diberikan antara bulan ke 3-6. Jika sampai usia 5 tahun anak belum mendapat imunisasi hepatitis B, maka dapat diberikan imunisasi susulan (catch-up vaccination) sebanyak 3 kali. 2. Polio Polio dikenal juga dengan nama penyakit lumpuh layu. Penyakit menular ini disebabkan oleh virus dalam saluran pencernaan dan tenggorokan dan dapat mengakibatkan kelumpuhan kaki, tangan, maupun lumpuhnya otot pernafasan yang menyebabkan kematian. Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berumur 6 bulan, yaitu pada saat lahir, usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, kemudian diberikan lagi pada saat anak berusia 18 bulan dan 5 tahun. 3. BCG Vaksin BCG berfungsi untuk mencegah anak terkena kuman tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru dan selaput otak dan dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Vaksin BCG paling baik diberikan saat bayi berusia dua bulan. 4. Campak Vaksin campak diberikan dua kali, yaitu pada usia 9 bulan dan 24 bulan. Jika anak sudah mendapat vaksin MMR saat berusia 15 bulan, maka vaksin campak yang kedua tidak perlu diberikan lagi. Manfaat dari vaksin ini adalah mencegah penyakit campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru), diare, dan bisa menyerang otak. 5. Pentavalen (DPT, HB, HiB) Vaksin yang merupakan gabungan dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus), vaksin HB (hepatitis B), dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B) ini mampu mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri (infeksi selaput lendir hidung dan tenggorokan), pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang otak). Vaksin pentavalen diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2,3,4, dan 18 bulan. Sampai kapan anak harus diimunisasi? Kelima jenis imunisasi dasar di atas harus diberikan pada anak sebelum anak berusia 1 tahun. Namun, ada tiga jenis vaksin yang perlu diulang pada usia batita, yaitu vaksin polio, campak, dan DPT karena kadar antibodinya



akan turun setelah setahun. Sementara itu, imunisasi BCG cukup dilakukan sekali saja karena antibodinya tidak pernah turun. POSYANDU Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu (Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Jadi, Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa. Tujuan posyandu antara lain: 



Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil), melahirkan dan nifas.







Membudayakan NKBS







Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.







Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.



Kegiatan Pokok Posyandu 



KIA







KB







Imunisasi







Gizi







Penanggulangan diare



Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu: Meja I : Pendaftaran Meja II : Penimbangan Meja III : Pengisian KMS Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS Meja V : Pelayanan kesehatan berupa: 



Imunisasi







Pemberian vitamin A dosis tinggi.







Pembagian pil KB atau kondom.







Pengobatan ringan.







Konsultasi KB.



Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan medis. Kegiatan di posyandu meliputi: 1. Jenis Pelayanan Minimal Kepada Anak 



Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali tidak melakukan penimbangan, pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai umurnya dan anak yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS.







Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A.







Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/ bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah garis merah KMS.







Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layu.







Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan rujukan bila perlu.



2. Pelayanan Tambahan yang Diberikan 



Pelayanan bumil dan menyusui.







Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegenerasikan dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.







Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus dan sebagainya.







Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.







Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.







Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).







Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.







Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan lingkungan pemukiman.







Pemanfaatan pekarangan.







Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.







Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain. POLINDES (PONDOK BERSALIN DESA)



Pondok bersalin Desa (POLINDES) adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB didesa. Petugas polindes pelayanannya tergantung pada keberadaan bidan, oleh karena pelayanan di polindes merupakan pelayan profesi kebidanan. Tujun polindes: 1.



terwujudnya masyarakat sehat yang diaga terhadap permasalahan kesehatan diwilayah desanya



2.



terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka menuingkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan



3.



terselenggarakannya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka meningkatkan keawspadaan dan kesigapan masyarakat terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor resikonya



4.



tersedianya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dibidang kesehatan



5.



terselenggaranya pelayanan kesehatan dasr yang dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga professional kesehatan



6.



terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada didesa



Kegiatan utama polindes: 1.



Pengamatan dan kewaspadaan dini (survey penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku beresiko, sueveylans lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar



2.



Promosi kesehatan, penyehatan lingkungan dan lain-lain Kegiatan dilakukan berdasarkan pendekatan edukatif atau kemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah mufakat yang disesuaikan kondisi dan potensi masyarakat setempat



Fungsi pokok polindes: 1.



Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk KB)



2.



Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan



3.



Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan masyarakat dan dukun bayi maupun kader. DESA SIAGA



Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut : 



Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.







Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)







Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.



Ciri-ciri desa siaga: 1.



Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar ( dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan, perlengkapan & peralatan alat komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )



2.



Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat



3.



Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri



4.



Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat



Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut : 1.



Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya



2.



Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan



3.



Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang – undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.



Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria. 1.



Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan do’a.



2.



Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.



3.



Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika selama ini pembiyaan



kesehatan oleh masyarakat



sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem



jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin. 4.



Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup bersih dan sehat. UKBM( Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)



UKBM merupakan bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat. Beberapa bentuk UKBM yang dikenal adalah Posyandu, Polindes dan Desa Siaga. Kegiatan difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: 1.



Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat,



2.



Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat,



3.



Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta



4.



Pelaporan kematian.



Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upayaupaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: 1.



Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi,



2.



Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat bencana dan mencegah faktorfaktor penyebab masalah,



3.



Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah, dan lain-lain) di tempat pengungsian,



4.



Penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah, dan



5.



Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.



Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1) Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar, (2) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah dan limbah, dan lain-lain), dan (3) Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran lingkungan. NEGOSIASI Negosiasi adalah proses mencari suatu kesepakatan atau perjanjian agar saling menguntungkan kedua belah pihak. Secara umum kata "negosiasi" berasal dari kata to negotiate, to be negotiating dalam bahasa inggris yang berarti "merundingkan, membicarakan kemungkinan tentang suatu kondisi, dan atau menawar". Sedangkan kata-kata turunanya adalah antara lain "negotiation" yang berarti "menunjukkan suatu proses atau aktivitas untuk merundingkan, membicarakan sesuatu hal untuk disepakati dengan orang lain", dan "negotiable" yang berarti "dapat dirundingkan, dapat dibicarakan, dapat ditawar". Manfaat negosiasi 



Menyatukan pendapat







Mencapai kata sepakat







Menyelesaikan masalah







Menjalin kerja sama



Tujuan negoisasi adalah mempelajari tawaran klien / seseorang dan menawarkan suatu solusi permasalahan untuk menyelesaikan konflik kepentingan dan permasalahan. KEMITRAAN Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). Adapun unsur-unsur kemitraan adalah : a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Terdapat 3 prinsip kunci dalam membangun kemitraan yaitu prinsip kesetaraan (equity), prinsip keterbukaan, dan prinsip azas manfaat bersama (mutual benefit). Model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi 2, yaitu: a. Model I Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya. b. Model II Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol atas keputusan dan tindakan yang memengaruhi kesehatan masyarakat, bertujuan untuk memobilisasi individu dan kelompok rentan dengan memperkuat keterampilan dasar hidup dan meningkatkan pengaruh pada hal-hal yang mendasari kondisi sosial dan ekonomi. Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat, menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka, dan menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku sehat. Adapun



prinsip



pemberdayaan



masyarakat



adalah



menumbuhkembangkan



potensi



masyarakat.



mengembangkan gotong-royong masyarakat, menggali kontribusi masyarakat, menjalin kemitraan, dan desentralisasi. PHBS PHBS merupakan kependekan dari Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. Tujuan



utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan. Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan PBHS yang dapat menjadi simpul – simpul untuk memulai proses penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat : 



PHBS di Rumah tangga







PHBS di Sekolah







PHBS di Tempat kerja







PHBS di Sarana kesehatan







PHBS di Tempat umum



(SISANYA BACA PEDOMAN PHBS) PROBLEM SOLVING DI BIDANG KESEHATAN Siklusnya: 1. Identifikasi masalah Masalah adalah kesenjangan antara apa yang terjadi dan apa yang dikehendaki. Rumusan suatu masalah harus obyektif tepat dan jelas berdasarkan ukuran yang diambil serta bisa diukur. 2. Penentuan prioritas masalah Penetapan prioritas harus berdasarkan data atau fakta. Untuk masalah kesehatan pada umumnya menggunakan pendekatan epidemiologi, pendekatan teknologi upaya kesehatan, pendekatan dari aspek lingkungan dan pendekatan sistem. Pertimbangan dalam memilih dan memprioritaskan masalah kesehatan masyarakat antara lain: 



Kegawatan masalah kesehatan masyarakat







Besar masalah kesehatan masyarakat yang ada







Distribusi masalah







Kecepatan penyebaran







Ketersediaan sumber daya



3. Perumusan masalah kesehatan Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menguraikan gejala – gejala dan penyebab – penyebab masalah. Teknik yang dapat digunakan antara lain adalah brain storming dan diagram sebab akibat (fishbone diagram, why – why diagram, mind map, dst). Langkah yang dapat dilakukan untuk mencari penyebab masalah kesehatan masyarakat agar sistematis antara lain: a. Lakukanlah brainstorming agar didapatkan penyebab atau faktor risiko dari masalah kesehatan yang ada secara komprehensif. b. Pilihlah penyebab utama atau faktor risiko dengan melibatkan peserta termasuk jika terkait dengan bidang atau sektor lain. c. Jika menggunakan pendekatan analisis fishbone maka letakkan masalah pada kepala dan penyebab atau faktor risiko pada duri – durinya.



d. Cocokkan penyebab atau faktor risiko tersebut dengan masalah kesehatan yang ada apakah relevan atau tidak. 4. Analisis penyebab masalah kesehatan Menguraikan gejala-gejala dan penyebab-penyebab masalah dengan menggunakan data-data yang mendukung (jelas, akurat, dan terperinci). Teknik yang dapat digunakan adalah brainstorming dan diagram sebab akibat (fishbone diagram, why-why diagram, mind map dll). 5. Prioritas penyebab utama atau faktor risiko dalam masalah kesehatan masyarakat Perlu adanya penetapan dari berbagai penyebab masalah kesehatan masyarakat maupun faktor risiko untuk menghindari “meloncat/mengalih” dalam solusi yang sesungguhnya tidak menyelesaikan masalah pokoknya. Metode yang digunakan antara lain dengan voting terbobot, matrika MCUA. 6. Identifikasi alternatif solusi potensial dan prioritasi sosial 7. Kelayakan Implementasi Solusi 8. Perencanaan Pelaksanaan Solusi 9. Pelaksanaan kegiatan 10. Monitoring dan evaluasi COMBI (Communication for Behavioral Impact) COMBI adalah kegaiatan mobilisasi sosial yang ditujukan pada tugas menggerakkan seluruh individu dan masyarakat yang berpengaruh pada individu dan keluarga dalam mendorong aksi individu dan keluarga. Metodologi COMBI secara efektif memadukan pendidikan kesehatan, KIE, mobilisasi masyarakat, teknik komunikasi dengan konsumen dan riset pasar, dimana semuanya itu secara tajam dan cerdik ditujukan pada hasil-hasil perilaku yang tepat di bidang kesehatan. Langkah-langkah dalam merancang rencana combi: a. Identifikasi obyektif perilaku 1. Obyektif umum : suatu pernyataan dari obyektif program asecara menyeluruh bahwa combi akan membnatu pencapaiannya 2. Obyektif perilaku : suatu pernyataan obyektif perilaku yang dapat diterapkan, spesifik, realistik, dapat diukur dan terikat waktu. 3. Analisis situasi pasar sebagai kunci komunikasi dalam hubungannya dengan ketepatan tujuan akhir perilaku dengan beriorientasi pada konsumen, menggali faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai obyektif perilaku dalam meberitahu strategi penggabungan aksi komunikasi 4. Strategi umum dalam mencapai hasil perilaku yang ditetapkan. 5. Rencana aksi combi b. Pelansakaan, monitoring dan evaluasi, penganggaran 6. Manajemen dan pelaksaan combi 7. Monitoring pelaksanaan 8. Penilaian dampat perilaku 9. Kaleder/ jangka waktu/ rencana pelaksanaan 10. Anggaran COMBI memadukan prinsip-prisnip dan teknik pendidikan dan promosi kesehatan. Sementara pendidikan dan promosi kesehatan mungkin ditujukan pada hasil perilaku yang dinyatakan secara umum, maka COMBI lebih fokus pada dan memberi informasi hasil perilaku yang dibuat secara tegas. Sementara pendidikan dan promosi kesehatan berkembang dari sensibilitas pendidikan, maka COMBI muncul dari sensibilitas komunikasi dengan konsumen, mengenali bahwa hasil-hasil perilaku dipakai untuk pendidikan dan dasar informasi yang



disandingkan dengan orientasi pada pemasaran. COMBI juga dimulai dari perencanaan berbasis nol dengan prinsip dasar bahwa tidak ada yang perlu dikira-kira. Malah melalui riset pasar yang bersifat partisipatori, akan ditemukan penghalang dan hambatan yang sesungguhnya yang mencegah orang dalam memililih untuk mengadopsi perilaku sehat. METODE PRA (Participatory Rural Appraisal) PRA adalah suatu metode pendekatan dalam proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan pembangunan. Jadi sebenarnya pelaksanaan PRA, ditekankan pada : 



Keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan.







Peningkatan kemandirian dan kekuatan internal. MODEL PRECEDE- PROCEED



Perilaku kesehatan dianggap sebagai dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian yang berbeda.Pertama PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation). Kedua PROCEED(Policy,Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental, Development). Salah satu yang paling baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan adalah model Precede- Proceed. Precede bagian dari fase (1-4) berfokus pada perencanaan program, dan bagian Proceed fase (5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi.Delapan fase dari model panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil yang lebih umum dan pindah ke hasil yang lebih spesifik.Secara bertahap, proses mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi program. Delapan Fase Procede-Proceed 1. Fase 1: Penilaian Sosial Dalam fase ini, program menyoroti kualitas dari hasil keluaran—secara spesifik, indikator utama sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran, atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup.Sebagai contoh, pada pekerjaan industriyang kumuh dan berbahaya dengan rata-rata kecelakaan yang tinggi, sedikitnya pelayanan kesehatan, dan keterbatasan kesediaan makanan diluar pedangang keliling, pekerja mungkin merasa tidak aman dan menjadi tidak sehat selama kondisi bekerja. 2. Fase 2: Penilaian Epidemiologi Dalam fase kedua, setelah spesifik masalah sosial yang berkaitan dengan buruknya kualitas kehidupan dalam fase pertama, program mengidentifikasi mana masalah kesehatan atau faktor lain yang berperan dalam perburukan kualitas hidup. Masalah kesehatan akan dianalisis berdasarkan dua faktor: pentingnya dalam artian bagaimana hubungannya dengan masalah kesehatan untuk mengidentifikasi indikator sosial dalam penilaian sosial dan bagaimana menerima untuk merubah masalah kesehatan yang ada. Setelah prioritas utama maslah kesehatan stabil, identifikasi dari determinan yang mengarah pada munculnya masalah kesehatan. Langkah selanjutnya dalam penilaian ini adalah akan mengidentifikasi penyebab utama dari penyakit tersebut, seperti faktor lingkungan faktor prilaku, dan faktor genetik (contohnya riwayat keluarga). Pentingnya dan perubahan data akan dianalisis, dan kemudian satu atau beberapa dari faktor resiko ini akan dipilih menjadi fokus. Untuk melengkapi fase ini, tujuan status kesehatan, perilakuobjektif, dan lingkungan objek akan disusun. 3. Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis



Fokus dalam fase 3 berganti menjadi faktor mediasi yang membantu atau menghindarkan sebuah lingkungan positif atau prilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor-faktor predisposisi, faktor-faktor pemungkin dan faktor-faktor penguat. Faktor-faktor predisposisi adalah yang dapat mendukung atau mengurangi untuk memotivasi perubahan, seperti sikap dan pengetahuan.Faktorfaktor pemungkin adalah yang dapat medukung atau mengurangi dari perubahan, seperti sumber daya atau keahlian.Faktor-faktor penguat yang dapat membantu melanjutkan motivasi dan merubah dengan memberikan umpan balik atau penghargaan.Faktor-faktor ini dianalisis berdasarkan pentingnya, perubahan, dan kemungkinan (adalah, seberapa banyak faktor yang mungkin dapat dimasukan dalam sebuah program).Faktor-faktor kemudian dipilih untuk disajikan sebagai dasar untuk pengembangan program, dan keobjektifitasan pendidikan yang telah disusun. 4. Fase 4:Administrasi & Penilaian Kebijakan& Keselarasan Intervensi Fokus utama dalam administrasi dan penilaian kebijakan dan keselarasan intervensi dalam fase ke empat adalah pemastian kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada dalam aturan (sekolah, tempat kerja, organisasi pelayanan kesehatan, atau komunitas) semua dukungan yang memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber daya lainnya akan ditampilkan untuk mengembangkan dan pelaksanaan program. Pada contoh tempat kerja sebelumnya, sisi kebijakan dan prosedur akan diulas, diperbaiki, dibentuk dan dilaksanakan. Seperti poin ini, ada penilaian pada sisi untuk menjelaskan tepatnya apa hal yang diperlukan untuk menjalankan program dengan baik sebagaimana dikemukakan tingkat pendanaan, kebutuhan ruang (mungkin sebuah kelas, sebuah tempat kebugaran, perubahan ruangan, atau shower yang diperlukan, sebagai contoh), dan beberapa barang dan juga untuk memeriksa detail kaitan penyebaran program, seperi bagaimana untuk merekruit dan menjaga partisipasi dalam program. 5. Fase 5: Implementasi atau Pelaksanaan Penyampaianprogram terjadi selama fase 5. Juga, proses evaluasi (fase 6), yang mana dalam fase evaluasi yang pertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan program. 6. Fase 6: Proses Evaluasi Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang muncul selama pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan baik data kuantitatif dan kualitatif untuk mengakses kemungkinan dalam program sebagaimana untuk meyakinkan penyampaian program yang berkualitas. Sebagai contoh, kehadiran partisipan, dan perilaku selama berjalannya program akan dikumpulkan, sebagaimana sebuah penilaian sebagaimana baiknya rencana yang tertulis (menjelaskan isi dari yang telah disampaikan, bagaimana itu akan disampaikan, dan seberapa banyak waktu yang dialokasikan) menyelaraskan dengan penyampaian sebenarnya dari pelajaran (apa isi yang sebenarnya yang telah disampaikan, bagaimana itu disampaikan, dan seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyampaikan itu). Pencapaian pendidikan dari tujuan juga diukur dalam fase ini. 7. Fase 7: Pengaruh Evaluasi Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur setelah program selesai, untuk mencari tahu pengaruh interfensi dalam prilaku atau lingkungan. Waktunya akan bervariasi mulai dari sesegera mungkin setelah selesai dari menyelesaikan aktivitas intervensi sampai beberapa tahun kemudian. 8. Fase 8: Hasil atau Keluaran Evaluasi Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan fokus ketika semua proses berjalan – indikator evaluasi dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.



PENYULUHAN KESEHATAN Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya. Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut (Effendy, 1998) : 1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat. 2) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat. 3) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat. 4) Menyusun perencanaan penyuluhan 



Menetapkan tujuan







Penentuan sasaran







Menyusun materi / isi penyuluhan







Memilih metoda yang tepat







Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan







Penentuan kriteria evaluasi.



5) Pelaksanaan penyuluhan 6) Penilaian hasil penyuluhan 7) Tindak lanjut dari penyuluhan Metode penyuluhan: 1. Metode penyuluhan perorangan (individual) Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain : a. Bimbingan dan penyuluhan b. Wawancara 2. Metode penyuluhan kelompok Dalam



memilih



metode



penyuluhan



kelompok



harus



mengingat



besarnya



kelompok sasaran



serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup : a. Kelompok besar (peserta > 15 orang). Metodenya ceramah dan seminar. b. Kelompok kecil (peserta