Nabi Muhammad Hijrah Ke Thaif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SKI “ Nabi Muhammad Saw. Hijrah ke Thaif ”



Di Susun Oleh : Kelompok 6  Nurul Khotimah  Indah Lestari  Karina  Sindi Afriani



MA NEGERI 2 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang penulis ajukan adalah “Nabi Muhammad HIjrah ke Thaif” Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.



Jambi,



2019 Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .....................................................................................................



i



DAFTAR ISI ...................................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................



1



A. latar belakang ........................................................................................................



1



B. rumusan masalah ...................................................................................................



1



BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................



2



A. hijrah ke thaif ........................................................................................................



2



B. berserah diri dan berdo’a kepada allah .................................................................



4



C. pertemuan addas dengan nabi Muhammad saw....................................................



4



D. Keteladanan terkait dengan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa hijrah ke Thaif dan Habsyah .................................................................



6



BAB III PENUTUP ..........................................................................................................



7



A. kesimpulan ............................................................................................................



7



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................



8



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah beberapa kali Rasulullah melakukan hijrah guna untuk menyerukan ajaran agama Islam. Beliau melakukan dakwah karena wahyu dari Allah SWT. Dakwah yang dilakukan beliau secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Awal mula Rasulullah menerima wahyu, Rasulullah hanya melakukan dakwah secara sembunyi karena belum memiliki keberanian untuk segera menyerukan agama Allah SWT. Kasar dan kerasnya watak masyarakat Arab merupakan salah satu contoh sebab Rasulullah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Setelah memperoleh beberapa wahyu, Rasulullah mulai berani melakukan dakwah secara terang-terangan. Dari negeri ke negeri. Rasulullah berjuang menyebarkan agama Islam, ajaran yang lurus. Dakwah yang dilakukan Rasulullah dilakukan dengan cara yang bermacammacam. Namun, kami hanya akan membahas dua dari sekian banyak dakwah yang dilakukan Rasulullah. Hijrah ke Habsyah dan Thaif merupakan salah satu contoh Rasulullah melakukan dakwahnya. Habsyah dan Thaif merupakan negara yang diperebutkan kaum Quraisy agar dapat dikuasainya. Habsyah dan Thaif juga termasuk negeri yang begitu subur, karenanya Rasulullah melakukan dakwah di dua negeri tersebut Selain itu, ada beberapa hal menarik yang dapat diambil hikmahnya dalam mempelajari hijrah Rasulullah Saw ke Habsyah dan Thaif.



1



BAB II PEMBAHASAN HIJRAH KE THAIF Peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Thaif terjadi pada tahun ke-10 Kenabian ketika para ketua dan pembesar musyrikin Quraisy menyadari bahwa Nabi tidak mempunyai tulang punggung yang dapat melindungi beliau apabila disakiti dan dianiaya atau diperlakukan dengan kejam karena orang yang beliau sayangi dan kasihi telah meninggal dunia, yaitu Abu Thalib dan Khadijah sehingga disebut tahun kesedihan (Ammul Huzni), maka mereka semakin menghalangi dan memusuhi beliau. Setiap hari, siang dan malam, beliau tidak henti-henti menerima celaan, cercaan, penghinaan, dan perbuatan yang menyakitkan dari para musyrikin Quraisy. Oleh sebab itu, teringat oleh beliau bahwa di kota Thaif ada seorang yang masih termasuk keluarga dekat beliau dari keturunan Tsaqif. Di kota Thaif, merekalah yang memegang kekuasaan. Ketika itu tinggal tiga orang, yaitu: Kinanah yang bergelar Abdu Jaffi, Mas’ud yang bergelar Abdul Kulal, dan Habib. Ketiganya adalah anak dari Amr bin Umair bin Auf ats-Tsaqafi dan masing-masing memegang kekuasaan di kota Thaif. Nabi Muhammad memilih Thaif karena Thaif adalah wilayah yang sangat strategis bagi masyarakat Quraisy. Bahkan kaum Quraisy sangat menginginkan wilayah tersebut dapat mereka kuasai. Sebelumnya mereka telah mencoba untuk melakukan hal itu. Bahkan mereka melompat ke lembah Wajj. Hal demikian lantaran Thaif memiliki sumber daya pertanian yang sangat kaya. Hingga akhirnya orang-orang Tsaqif takut kepada mereka dan mau bersekutu dengan mereka. Bergabung pula bersama mereka Bani Daus. Tidak sedikit dari orang-orang kaya di Makkah yang memiliki simpanan harta di Thaif. Disana juga mereka mengisi waktuwaktu rehat pada musim panas. Adapun Kabilah Bani Hasyim dan Abdu Syam senantiasa menjalin komunikasi baik dengan orang-orang Thaif. Pergerakan dakwah yang penuh strategi yang dijalankan oleh Rasulullah ini sebagai bentuk upaya beliau, antusias beliau, untuk mendirikan negara Islam tangguh yang sanggup bertahan dalam arena pertarungan. Karena, sesungguhnya suatu negara yang kuat merupakan fasilitas dakwah yang teramat penting dan utama. Maka tatkala beliau tiba di Thaif, beliau langsung menuju pusat kekuasaan, tempat diputuskannya suatu ketetapan politik di Thaif. Nabi SAW berharap apabila beliau datang ke Thaif dan bertemu dengan mereka, mereka bisa mengikuti seruannya dan ikut serta menggerakkan dakwah beliau di kota itu. Dengan demikian, penduduk kota itu akan segera mengikuti seruan beliau dan selanjutnya mereka dapat memberi bantuan untuk kepentingan penyiaran Islam di kota Mekah. Dengan 2



tidak berpikir panjang, Nabi saw berangkat ke Thoif secara diam-diam bersama Zaid bin Haritsah (bekas budak Khadijah yang telah diangkat sebagai anak beliau) dengan berjalan kaki. Setiba Nabi saw. di Thaif bersama Zaid, beliau mencari tempat kediaman orang yang ditujunya, yakni para pemimpin Bani Tsaqif yang sedang berkuasa disana. Beliau lalu menyatakan maksud kedatangannya kepada mereka, yaitu selain hendak menyambug tali kasih sayang dengan mereka dan mengekalkan persaudaraan dengan mereka sepanjang adat istiadat bangsa Arab, beliau menganjurkan kepada mereka supaya mengikut apa yang diserukannya. Setelah mereka mendengar seruan beliau, seketika itu penduduk Thaif yang bodoh marah, mencaci maki, dan mendustakan beliau dengan perkataan-perkataan yang sangat kasar. Mereka mengusir beliau dari rumah mereka dan pergi dari kota Thaif. Jika tidak, beliau diancam akan dibinasakan saat itu juga. Setelah mendengar celaan, caci maki, dan ancaman mereka, beliau mohon diri seraya berkata, “Jikalau kamu tidak sudi menerima kedatanganku ke sini, tidak mengapa. Tetapi janganlah kedatanganku kemari disiarkan kepada penduduk kota ini.” Beliau tidak ingin hal tersebut terdengar oleh kaumnya sehingga akan memperunyam keadaan. Karena dalam misinya ini, beliau berusaha melakukan serahasia mungkin, dan tidak ingin tercium pergerakanya oleh kaum Quraisy, karena beliau sangat memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Saat berangkat ke Thaif, beliau tidak menggunakan kendaraan, namun dilakukan



dengan berjalan kaki, agar orang Quraisy tidak mengira bahwa beliau akan keluar dari Makkah. Sebab jika sampai beliau menggunakan kendaraan, mereka akan membaca bahwa beliau sedang menuju suatu tempat tertentu, dan boleh jadi mereka akan melakukan penghadangan dan pencekalan. b. Rasulullah mengajak Zaid, anak angkat beliau dalam keberangkatan tersebut. Jika



dicermati, dengan memiih Zaid sebagai teman perjalanan, terdapat beberapa aspek keamanan yaitu, jika orang melihat bahwa ada orang lain yang menemani keberadaannya, tentunya mereka akan membaca bahwa Rasulullah tidak bergerak sendirian. Disamping itu, beliau mengenal Zaid sangat dekat. Beliau percaya Zaid dapat menjaga rahasia, karena dia adalah orang yang ikhlas, jujur, dan amanah. Dan itulah yang ditampakkan Zaid tatkala beliau diserang dengan lemparan batu. Dia dengan berani melindungi Rasulullah dengan mnjadikan dirinya sebagai perisai beliau dari lemparan tersebut walaupun kepalanya harus cedera.



3



c. Tatkala perlakuan para pemuka dan masyarakat Thaif sangat buruk kepada beliau.



Beliau dengan sabar menanggunnya, tidaklah beliau marah atau mendendam, namun beliau hanya meminta agar mereka tidak menutupi semua kejadian ini. Inilah langkah kerahasiaan yang sangat optimal. Sebab jika sampai orang Quraisy mengetahui hal itu, tidak hanya mereka akan mencerca beliau, namun boleh jadi mereka akan semakin keras dalam melakukan penindasan dan tekanan, maka semakin terhalangilah semua gerakan beliau di dalam dan luar Makkah.



Berserah diri dan berdoa kepada Allah Sungguh, Bani Amr adalah orang-orang yang tercela, bukannya menutupi peristiwa itu, mereka malah membesar-besarkannya dengan melakukan aksi penyerangan kepada Rasul. Mereka melempari beliau hingga berdarah-darah. Hingga akhirnya beliau dan Zaid terpojok di perkebunan Atabah dan Syaibah. Keduanya adalah putra Rabi’ah yang sedang berada di dalam kebun tersebut. Lalu setelah melihat kondisi yang demikian, orang-orang Tsaqif yang semula mengejar beliau akhirnya kembali pulang. Lalu beliau bersandar di salah satu batang anggur. Di sana beliau dan anak angkatnya Zaid terduduk lemas, berusaha memulihkan tenaga dari apa yang baru saja keduanya rasakan, dan kedua putra Rabi’ah si pemilik kebun melihat kepada beliau dan Zaid. Keduanya pun menyaksikan dengan mata kepala apa yang diterima Rasulullah dari keburukan orang-orang Tsaqif. Maka dalam kondisi yang lemah dan tekanan psikis tersebut, beliau bermunajat kepada-Nya mengharap ridha-Nya semata. “Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Peindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempermasalahkan diriku. Engkau berkenan, sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu”



Pertemuan Addas dengan Nabi Muhamad SAW Utbah dan Syaibah yang sedang berada di kebun itu selalu mengamati gerak-gerik Nabi dan Zaid. Keduanya pun mengetahui bahwa kedua orang itu tengah menderita karena tampak 4



oleh mereka bahwa keduanya sedang terluka parah dan berlumuran darah. Timbullah rasa kasihan mereka terhadap dri Nabi dan Zaid. Mereka lalu menyuruh bujangnya bernama Addas supaya mengantar sepiring anggur kepada Nabi. Addas adalah seorang pengikut agama Nasrani. Ketika ia mendapat perintah dari tuannya supaya mengantar sepiring anggur, ia segera mengambil buah dan diantarkannya kepada Nabi. Sebelum anggur itu diantar, Addas dipesan oleh tuannya bahwa apabila anggur itu telah sampai, Nabi segera dipersilakan memakannya. Pesan itu oleh Addas dipeerhatikan benar-benar. Setelah sampai kepada Nabi saw, Addas mempersilahkan beliau untuk segera memakanya. Sepiring anggur itu diterima Nabi saw dengan baik dan sebagian anggur itu diberikan kepada Zaid lalu mereka segera memakannya. Ketika hendak memakannya mereka membaca bismillah. Addas selalu memperhatikan gerak-gerik Nabi saw. dari jauh, Utbah dan Syaibah memperhatikan juga. Sesudah Nabi dan Zaid memakan buah anggur tadi, Addas lalu bertanya kepada Nabi tentang kalimat yang dibaca oleh beliau ketika makan. Beliau bertanya, “dari negeri apakah engkau wahai Addas? Dan apa agamamu?” dia menjawab, aku seorang Nasrani dan aku adalah seorang yang berasal dari negeri Ninawa.” Rasul bertanya lagi, “ apakah dari desa seorang lelaki yang shaleh bernama Yunus bin Mata?” Addas menjawab, “ apa yang engkau ketahui tentang Yunus bin Mata? Beliau bersabda, “dia adalah saudaraku, dia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi.”



Lalu Addas langsung memeluk Rasulullah, mencium tangan dan kakinya. Melihat tingkah Addas, kedua putra Rabi’ah yang merupakan majikannya berkata antara satu dengan yang lainnya, “budakmu telah dirusak di hadapanmu.” Maka ketika Addas datang kembali kepada majikannya, keduanya berkata,”celakalah engkau wahai Addas, mengapa engkau tadi mencium kepada tangan dan kaki lelaki itu?” Addas menjawab,”wahai tuanku, tidak ada di muka bumi ini yang lebih baik dari lelaki ini. Sungguh dia telah menyampaikan kepadaku tentang suatu perkara yang tak seorang pun mengetahuinya selain aku.” Keduanya berkata, “celakalah engkau, jangan sampai dia membuatmu berpaling dari agamamu, sesungguhnya agamamu lebih baik daripada agamanya.”



5



Keteladanan terkait dengan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa hijrah ke Thaif dan Habsyah Nabi Muhammad Saw adalah seorang manusia yang mulia pilihan Allah SWT. Tak salah jika perkataan dan perbuatannya dijadikan sebagai teladan oleh umat Islam dalam kehidupan manusia. Sikapnya yang lembut dan tak pendendam menjadikan ciri suri tauladan yang dicontohkan beliau. Rasulullah juga selalu tenang dan tidak gegabah dalam menjalankan suatu misi atau peperangan untuk menyiarkan agama Islam. Begitu juga ketika Rasulullah melakukan hijrah ke negeri Habsyah dan Thaif. Beberapa teladan yang dapat dipetik dalam peristiwa tersebut adalah diantaranya: a. Tidak mengandalkan keajaiban di luar kemampuan manusia biasa. Apa yang dapat



dilakukan diperhitungkan dengan matang. b. Sabar dalam menghadapi setiap musuh yang menghadang beliau. c. Tidak membalas kekerasan yang dilakukan oleh musuh. d. Hijrah Rasulullah Saw dilakukan semata-mata hanya untuk menyiarkan agama Islam. e. Tawakal selalu melekat dalam hatinya dalam menghadapi segala masalah.



6



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setelah mengalami beberapa kesengasaraan yang dilakukan kaum Quraisy, Rasulullah masih mengalami kepedihan yang lain yaitu dengan meninggalnya istri beliau Khadijah dan paman beliau Abu Thalib pada tahun ke-10 setelah Kenabiannya. Tahun inilah yang disebut tahun kesedihan. Untuk mengurangi kesedihannya, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif bersama anak angkatnya Zaid bin Haritsah. Selain itu beliau juga akan berdakwah di negeri subur tersebut yang diperebutkan pihak Quraisy untuk dikuasainya. Sesampainya di Thaif, Rasulullah dan Zaid disambut dengan cercaan, hinaan, makian bahkan dilempari batu oleh masyarakat Thaif. Mereka enggan menerima maksud kedatangan Rasulullah ke Thaif.



7



DAFTAR PUSTAKA



Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW Jilid 2. Jakarta: Gema Insani. Damla. Nurdan. 2009. 365 Hari Bersama Rasulullah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Khalid, Amr. 2009. Jejak Rasul: Membedah kebijakan dan Strategi Politik Perang. Yogyakarta: A*Plus Book.



8